32 || PENGAMPUNAN DAN PEMULIHAN

PENGAMPUNAN DAN PEMULIHAN

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

 


Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia

 Lukas 17 : 3

Jika ia mendengarkan nasihatmu, engkau telah mendapatkannya kembali

Matius 18 : 15b

 

Pembacaan Alkitab :
Matius 18:21-35, 15-20, Lukas 17:3-5

Ada satu persoalan yang harus kita pecahkan, yaitu bagaimanakah sikap kita bila ada seorang saudara berbuat dosa terhadap kita? Bukan kita yang berbuat dosa terhadap orang, melainkan orang yang berbuat dosa terhadap kita, jika demikian bagaimanakah seharusnya sikap kita? Dengan membaca ketiga bagian Alkitab di atas, Tuhan memberitahu pada kita bahwa kita tidak saja harus mengampuni dia, bahkan harus memulihkan dia pula. Sekarang baiklah kita tinjau dahulu masalah pengampunan.

I. MENGAMPUNI SAUDARA

A. Bagaimanapun Harus Mengampuni

Matius 18:21-22 mengatakan, “Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: Tuhan, sampai berapa kali aku harus .mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali? Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.”

Lukas 17:3-4 mengatakan, “Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia.” Injil Matius mengatakan bahwa pengampunan kita terhadap saudara bukan hanya sampai tujuh kali, melainkan tujuhpuluh kali tujuh kali. Injil Lukas mengatakan, kalau seorang saudara berbuat dosa terhadap anda tujuh kali sehari, tetapi tujuh kali ia kembali kepada anda dan berkata aku menyesal, maka anda harus mengampuni dia. Tak peduli penyesalannya itu benar atau palsu, asalkan ia berkata demikian, haruslah anda mengampuni dia. Benar atau palsu penyesalannya bukanlah urusan kita, bagaimanapun juga haruslah kita mengampuni dia.

Tujuh kali tidak terhitung banyak, tetapi sehari tujuh kali itu tidak sedikit. Kalau perkara yang sama sehari dilakukan sampai tujuh kali, atau orang yang sama, sehari tujuh kali berkata kepada anda, aku berdosa kepada anda, percayakah anda bahwa pengakuannya itu dilakukan dengan tulus hati? Mungkin anda akan menyangka bahwa pengakuan dosa itu hanya di bibir belaka. Karenanya Lukas 17:5 mengatakan, “Lalu kata rasul-rasul itu kepada Tuhan: Tambahkanlah iman kami!” Para rasul merasa sulit melakukan hal tersebut. Memang sulitlah untuk dipercaya kalau seorang saudara dalam sehari berbuat dosa terhadap anda sebanyak tujuh kali, dan kembali kepada anda tujuh kali pula untuk mengatakan penyesalannya. Oleh sebab itu para murid itu bermohon kepada Tuhan, “Tambahkanlah iman kami!” Namun demikian, sekalipun dalam situasi semacam ini, sebagai anak-anak Allah kita tetap harus mengampuni dia. Kalau ada seorang saudara berbuat dosa terhadap kita, tidak seharusnyalah kita menyimpan atau mengingat-ingat terus akan dosanya itu.

B. Kadar Allah

Di sini Tuhan membuat sebuah perumpamaan: “Sebab hal kerajaan sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak istrinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.”

Hutang hamba ini di hadapan Allah sangat besar, berkisar seratus ribu talenta, dan ia tak mampu melunasi hutangnya itu. Memang, bagaimanapun juga kita tidak mampu melunasi hutang kita terhadap Allah, jika dibanding dengan hutang orang terhadap kita, terlalu besarlah terpautnya. Jika setiap anak-anak Allah dapat menilai secara wajar akan hutangnya terhadap Allah, pasti ia mengampuni saudaranya dengan lapang dada. Kalau kita lupa betapa besarnya kasih karunia yang kita terima di hadapan Allah, mungkin kita akan menjadi seorang yang sangat kekurangan kasih karunia. Kita perlu menyadari betapa besarnya angka hutang dosa kita di hadapan Allah, barulah kita dapat mengetahui betapa kecilnya hutang orang lain terhadap kita.

Berhubung sang raja melihat hambanya itu tak mampu melunasi hutangnya, ia lalu memerintahkannya “menjual dirinya beserta anak istrinya dan segala miliknya untuk membayar hutangnya.” Padahal sekalipun semuanya dijual untuk membayar hutang, tetap tak dapat membereskan hutangnya. Maka “sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan.”

Jaranglah orang yang mengerti dengan jelas akan anti kasih karunia dan Injil. Manusia di hadapan Allah selalu mengira apa yang tak mampu ia lakukan pada hari ini, kelak akan dapat dilakukan. Di sini anda lihat hamba ini, walaupun segala miliknya telah dijual, tetap tak cukup

Untuk melunasi hutangnya, lalu ia berkata, “Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan.” Ia mengira motifnya baik, ia bukan tidak ingin membayar hutang, melainkan mohon sang raja memberinya lebih banyak waktu, agar kelak terbayar hingga lunas. Padahal itu adalah rencana orang yang tak mengenal kasih karunia.

“Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.” Inilah Injil! Injil berarti anda tidak berbuat sesuatu .menurut maksud atau keinginan sendiri. Walaupun anda berkata, “Tuhan, sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan,” tetapi Tuhan tidak berkata, “Anda boleh membayar dulu sebagian seturut kemampuan anda, selebihnya boleh dilunasi kelak.” Tidak, melainkan ia membebaskan dan menghapuskan semua hutangnya. Doa dan permohonan manusia jauh sekali terpautnya dari kasih karunia yang Tuhan berikan. Tuhan menggantikan kita untuk melakukan sesuatu menurut apa yang dimiliki oleh-Nya, dan menurut apa yang ada pada-Nya itu Ia kabulkan doa kita. Raja ini telah membebaskan dan menghapuskan hutang hamba itu. Itulah kasih karunia Allah, dan itulah kadar Allah. Barangsiapa yang mohon kasih karunia di hadapan Allah, niscayalah diberikan kepadanya, sekalipun pengenalannya terhadap kasih karunia itu picik. Kita wajib mengenal prinsip ini. Tuhan senang hati memberikan kasih karunia, asalkan anda sedikit berminat terhadap kasih karunia, pastilah akan diberi-Nya. Tuhan justru khawatir kita tidak mau meminta kasih karunia. Asal kita agak menaruh sedikit pengharapan saja kepada Tuhan dan berkata, “O, Tuhan, karuniailah aku!” Pastilah Tuhan mengaruniai kita. Lagipula, Tuhan akan memberikan kasih karunia demikian rupa hingga la sendiri merasa puas. Mungkin anda mengira diberi satu talenta saja sudah cukup, tetapi Ia tidak memberi anda satu talenta, melainkan sepuluh ribu talenta. Bagaimanapun juga Ia harus melakukannya hingga Ia sendiri merasa puas. Perbuatan-Nya selalu disepadankan dengan diri-Nya sendiri. Kalau anda bisa puas dengan menerima satu talenta saja, tetapi Allah tak puas mengaruniakan jumlah yang sekecil itu. Kecuali la tak memberikan, jika la memberikan, pastilah menurut kadar-Nya sendiri.

Kita harus mengetahui, bahwa karunia keselamatan yang digenapkan di atas diri manusia sesuai dengan kadar Allah. Keselamatan tidak digenapi di atas manusia menurut pikiran manusia, melainkan menurut pikiran dan rencana Allah sendiri.

Setelah Tuhan mendengar doa seorang penjahat yang tersalib yang bermohon pada-Nya, “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja. Ia tidak mengabulkannya menurut apa yang ia minta, melainkan Ia berkata, “Sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” (Luk. 23:42-43). Allah menyelamatkan orang adalah menurut konsepsi-Nya sendiri, bukan menurut konsepsi manusia. Bukan konsepsi manusia yang terbatas itu yang mengira Allah hendak berbuat sesuatu baginya, melainkan menurut konsepsi Allah itu sendiri. Karena itu, Tuhan tidak menunggu hingga Ia datang dengan kerajaan-Nya barulah mengingatnya, melainkan la berjanji akan ada bersama-sama dengannya di dalam Firdaus hari ini juga.

Seperti pula seorang pemungut cukai yang berdoa di bait Allah, sambil memukul dirinya, ia berkata, “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.” Ia paling-paling mohon agar Allah mengasihaninya. Tetapi Allah telah mengabulkan doanya melebihi permintaannya. Tuhan berkata, “Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah” (Luk. 18:9-14). Dengan perkataan lain, sekembali orang yang berdosa ini ke rumah, sudahlah ia dibenarkan. Hal ini jauh melebihi pikiran orang yang berdosa itu. Pikirannya belum lagi sampai pada perihal dibenarkan, ia hanya mohon dikasihani saja. Tetapi Allah berkata bahwa ia sudah dibenarkan. Dalam pandangan Allah, ia seolah tak pernah berbuat dosa dan Allah menganggapnya benar. Tidak saja ia menerima pengampunan dosa, bahkan manusianya itu sendiri telah dibenarkan oleh Allah. Dengan ini terbukti, bahwa Allah menggenapi keselamatan sekali-kali bukan menurut pikiran atau konsepsi manusia, melainkan menurut konsepsi Dia sendiri.

Kisah serupa terjadi pada si anak hilang yang pulang ke rumah bapanya (Luk. 15:11-32). Ketika ia masih berada di tempat pengembaraannya yang jauh sebelum berjumpa dengan bapanya, ia bersedia pulang ke rumah untuk menjadi seorang bayaran. Akan tetapi setelah ia kembali, sang ayah tidak menyuruhnya menjadi hamba, malahan menyuruh hamba-hamba itu memberikan jubah yang terindah baginya, memakaikannya cincin serta sepatu, dan lalu menyembelih anak lembu yang tambun untuk berpesta dengan sukacita. Sebab anak itu dianggap hidup kembali dari kematian, dan didapati kembali dari kehilangan. Dari sini kita dapat melihat betapa Allah tidak menggenapi keselamatan-Nya menurut konsepsi orang yang berdosa, melainkan menurut konsepsi Dia sendiri.

Selain itu, dalam Injil Markus tercantum kisah seorang lumpuh yang digotong oleh empat orang ke hadapan Tuhan. Karena waktu itu terlalu banyak orang, ia tak dapat dibawa langsung ke hadapan Tuhan, sehingga terpaksa atap rumah di mana Tuhan Yesus berada itu dibuka dan orang lumpuh itu diturunkan dengan tilamnya, tepat ke hadapan Tuhan dengan harapan beroleh kesembuhan. Akan tetapi Tuhan berkata kepadanya, “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!” (Mrk. 2:5). Tuhan tidak saja sudi menyembuhkan sakitnya, bahkan sudi mengampuni dosanya. Hal ini menerangkan kepada kita, bahwa perbuatan Allah selalu dilakukan-Nya hingga la sendiri merasa puas. Karenanya anda boleh datang saja ke hadapan Allah untuk bermohon, peduli permohonan anda memadai atau tidak, pasti Allah melakukannya hingga la sendiri merasa puas. Maka konsepsi kita terhadap keselamatan Allah tidak seharusnya dipandang dari pihak kita sendiri, melainkan harus dipandang dari pihak Allah.

C. Harapan Allah

Allah mempunyai satu harapan pada diri kita,, yaitu barangsiapa yang ingin beroleh kasih karunia, ia harus belajar memberikan kasih karunia kepada orang lain. Kalau yang kita terima itu kasih karunia, maka Allah mengharap agar kita pun sudi memberikan kasih karunia kepada orang lain

Matius 18:28-29 mengatakan, “Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. la menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan.” Di sini Tuhan memperlihatkan kepada kita, bahwa hutang kita sebesar seratus ribu dinar, sedangkan hutang orang lain terhadap kita hanya seratus dinar. Tatkala kita berkata kepada Tuhan, “O Tuhan, sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan.” Tuhan tidak saja membebaskan kita, bahkan menghapuskan hutang kita itu. Hutang kawan atau saudara kita itu paling-paling hanya seratus talenta, ia pun berkata pada kita, “Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan”; ia dengan kita, menaruh harapan dan permohonan yang sama. Mengapa kita tak dapat mengampuni dia? Tetapi hamba ini “menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya.” (ay. 30).

Dalam perumpamaan ini Tuhan memperlihatkan betapa kejamnya di hadapan Allah kalau seorang tak mau mengampuni orang lain. Jika anda tidak sudi mengampuni saudara anda, anda adalah hamba yang kejam. Ketika kita membaca perumpamaan ini, kita merasa hamba ini sungguh kejam. Hutangnya sebanyak seratus ribu talenta telah dibebaskan oleh tuannya, tetapi ia malah tak mau mengampuni hutang kawannya yang hanya sebanyak seratus talenta, bahkan menyerahkannya ke dalam penjara, sampai ia mau melunaskan hutangnya. Betapa ia mementingkan “keadilan”! Kita harus mengetahui, memang kaum imani harus memperlakukan diri sendiri berdasarkan keadilan, tetapi kita harus memperlakukan orang lain berdasarkan kasih karunia. Ini tidak berarti saudara itu tidak berhutang kepada anda, Tuhan pun tahu ia berhutang kepada anda, tetapi Tuhan memperlihatkan kepada kita dengan jelas, bahwa bila seorang yang percaya Tuhan tidak dapat mengampuni saudaranya, berarti ia tidak memperlakukannya menurut kasih karunia, dan ia menjadi seorang yang kekurangan kasih karunia di hadapan Allah.

Ayat 31-33 “Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?” Bagaimana Tuhan terhadap anda, Tuhan pun mengharap agar begitu pula anda terhadap orang lain. Tuhan tidak menuntut anda menurut keadilan, la pun tidak mengharap anda menuntut orang lain dengan keadilan. Tuhan telah menghapuskan hutang anda dengan belas-kasihan, la pun mengharap agar anda menghapuskan hutang orang lain dengan belas-kasihan pula. Tuhan menakarkan anda dengan takaran apa, la pun mengharap agar anda dengan takaran itu pula menakarkan orang lain. Kalau Tuhan menakarkan anda dengan takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoyang, dan yang tumpah ke luar, maka la pun mengharap agar anda menakarkan orang lain sedemikian pula. Bagaimana Tuhan telah memberikan kasih karunia-Nya kepada anda, la pun mengharap agar anda memberikan kasih karunia kepada saudara demikian pula.

Ada satu hal yang paling tidak sedap dipandang di hadapan Allah, yaitu ada seorang telah diampuni, tetapi ia tidak mau mengampuni orang lain; ia telah menerima kasihan, tetapi ia tak mau mengasihani orang lain. 0, tiadalah perbuatan yang lebih jelek daripada perbuatan ini. Kita tidak seharusnya setelah menerima kasih karunia lalu enggan memberikan kasih karunia kepada orang lain. Anda harus menyadari bagaimana Tuhan memperlakukan anda, anda pun harus demikian pula memperlakukan orang lain. Kalau seorang yang menerima kasih karunia menolak memberikan kasih karunia, itulah suatu perbuatan yang tak sedap dipandang. Orang yang berhutang menagih hutang, perbuatan itu tidak dibenarkan Allah. Orang yang berhutang mengingat-ingat hutang orang lain, perbuatan demikian dibenci Allah.

Tuannya bertanya kepadanya, “Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?” Allah menginginkan agar kita mengasihani orang seperti yang Dia lakukan. Karenanya kita wajib belajar mengasihani dan mengampuni orang lain. Setiap orang yang telah menerima kasih karunia, dan orang yang telah diampuni Allah, wajiblah belajar menghapuskan hutang orang, mengampuni orang, mengasihani orang, dan menaruh kasih karunia terhadap orang lain. Kita harus menengadah dan berkata kepada Tuhan, “0 Tuhan, Kau telah membebaskan hutangku sebesar seratus ribu talenta, kini aku pun sudi mengampuni setiap orang yang berhutang dan berbuat dosa terhadapku, dan mengampuni pula orang yang kelak berbuat dosa terhadapku. Dosaku yang besar itu telah Kau ampuni, maka aku pun mau belajar menurut teladan-Mu, aku ingin mengampuni orang lain pula.”

D. Ganjaran Allah

Selanjutnya ayat 34 ‘Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya.” Orang itu akhirnya diganjar Allah; ia diserahkan Allah kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya.

Ayat 35 “Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.” Alangkah seriusnya hal ini! Kita harap tak seorang pun di antara kita yang jatuh ke dalam tangan ganjaran Allah. Hendaklah kita dapat mengampuni saudara kita dengan segenap hati kita, sama seperti Allah telah mengampuni kita dengan segenap hati-Nya. Diharap saudara dan saudari menyadari, bila ada saudara berbuat dosa terhadap anda, bagaimanapun juga haruslah anda belajar mengampuninya di hadapan Allah. Bagaimanapun janganlah anda mengingat-ingat dosanya, dan janganlah menuntut pelunasan dari saudara itu. Dalam hal ini anak-anak Allah harus berbuat seperti teladan Allah Bapa kita. Bagaimana Allah sabar dan lapang dada terhadap anda, la pun mengharap agar anda pun demikian terhadap saudara anda.

II. MEMULIHKAN SAUDARA

Jika kita hanya mengampuni saudara saja, hal itu masih merupakan aspek yang negatif, dan itu tidak cukup. Kita masih perlu’ memulihkan dia, barulah sesuai dengan permintaan Matius 18:15-20 terhadap kita.

A. Beritahukan Kepada Dia Sendiri

Matius 18:15 mengatakan, “Apabila saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia di bawah empat mata.” Memang di antara anak-anak Allah sering terjadi seorang berbuat dosa terhadap yang lain. Jika ada seorang saudara berbuat dosa terhadap anda,’ apakah yang harus anda perbuat? Firman Tuhan: “Tegurlah dia di bawah empat mata.” Kalau ada seorang berbuat dosa terhadap anda, yang pertama-tama ialah jangan anda memberitahu kepada orang lain, baik kepada saudara atau saudari lain maupun kepada penatua gereja; dan jangan pula dijadikan bahan obrolan. Tuhan tidak memberikan perintah yang demikian. Kalau ada seorang saudara berbuat dosa terhadap anda, perkara pertama yang anda lakukan ialah anda harus memberitahu atau menegur saudara itu sendiri.

Kesulitan inilah yang sering terjadi: Bila ada seorang saudara berbuat dosa terhadap saudara lainnya, saudara yang menderita perbuatan dosa ini lalu menyiarkan hal tersebut ke mana-mana, hingga diketahui seluruh gereja, namun saudara itu sendiri mungkin masih tak tahu apa masalahnya. Itulah perbuatan orang lemah dan pengecut, sebab ia hanya berani mengatainya dari belakang, tak berani langsung menegur orang itu sendiri. Perbuatan yang demikian adalah perbuatan yang tidak bersih. Memang kita harus menanggulangi kesalahan saudara, tetapi Tuhan tidak menghendaki kita menelanjangi kesalahannya kepada orang lain dahulu. Yang pertama harus kita beritahukan adalah saudara itu sendiri, bukan orang lain. Jika pelajaran yang pokok ini dapat kita pelajari dengan baik, gereja pasti tidak akan mengalami banyak kesukaran.

Bagaimanakah caranya memberitahu saudara itu? Apakah dengan menulis surat kepadanya? Tidak, Tuhan tidak berkata demikian, melainkan menghendaki anda menegurnya di bawah empat mata. Tetapi ada satu hal harus diperhatikan, yaitu anda tak boleh menegurnya ketika anda dan ia berkumpul dengan orang banyak. Anda baru boleh menegurnya ketika hanya ada dia dengan anda berdua saja. Banyak anak Allah yang gagal dalam hal ini, yaitu menegur seorang saudara di hadapan orang lain. Pesan Tuhan ialah anda harus menegurnya di bawah empat mata, yakni ketika dia bersama anda saja. Dengan perkataan lain, dalam hal menanggulangi dosa individual hanya perlu anda dengan dia berdua, tidak perlu ada orang ketiga, bahkan mutlak tidak perlu.

Kita perlu mempraktekkan prinsip ini baik-baik di hadapan Allah: Sekali-kali tidak mengatai saudara yang berbuat dosa terhadap anda dari belakangnya, pun tidak menegurnya di hadapan orang banyak, melainkan menegurnya ketika hanya dia dengan anda berdua saja, yaitu di bawah empat mata. Jangan mengatakan persoalan lain, melainkan hanya menunjukkan kesalahan saudara itu semata. Hal ini perlu kasih karunia. Itulah salah sate pelajaran yang wajib dipelajari oleh setiap anak-anak Allah.

Boleh jadi ada saudara atau saudari mengatakan bahwa hal itu sangat berabe. Ya, memang hal ini agak berabe, tetapi anda wajib melakukannya menurut sabda Tuhan. Janganlah takut berabe. Kalau anda menganggap kesalahan saudara anu terhadap anda adalah soal kecil, sehingga tak perlu anda tegur, maka anda pun tak perlu memberitahukan kejadian itu kepada orang lain. Bagaimanapun juga janganlah sampai orang lain sudah tahu, tetapi ia sendiri belum tahu.

B. Tujuan Memberitahu/Menegur

Ayat 15 b menerangkan, “Jika ia mendengarkan nasihatmu, engkau telah mendapatnya kembali.” Itulah tujuan memberitahu atau menegur. Jadi tujuan anda bukanlah ingin mendapat ganti rugi atau agar ia minta maaf kepada anda, melainkan “jika ia mendengarkan nasihat anda, anda telah mendapatnya kembali.”

Oleh sebab itu, persoalannya tidak tergantung pada berapa besarnya kerugian anda, melainkan jika hal itu tidak dibereskan, ia akan macet di hadapan Allah, baik dalam persekutuan maupun doanya. Karenanya anda harus pergi menasehatinya. Bukan karena soal tersinggungnya perasaan anda, melainkan karena soal kewajiban. Kalau itu hanya soal terlukanya perasaan anda, perkaranya tentu terlampau kecil. Dan kalau itu hanya melukai perasaan anda, anda tidak taruh hati, anda boleh melaluinya saja, tak perlu memberitahu saudara anda dan siapapun. Tiada seorang lain yang lebih mengetahui berat atau ringannya masalah ini ketimbang anda sendiri. Maka perlu tidaknya memberitahu saudara itu andalah yang wajib menentukannya. Siapa yang paling jelas, ialah yang harus menanggung kewajibannya. Banyak perkara memang boleh dibiarkan berlalu begitu saja, tetapi banyak pula yang harus dibereskan. Andaikata sesungguhnya terjadi perbuatan dosa atau kesalahan yang dapat mengakibatkan saudara kita jatuh dan terhilang, wajiblah anda mencari kesempatan ketika ia bersama anda berdua untuk menegurnya. Apa yang tak dapat anda hadapi dengan sembarangan janganlah anda membiarkannya berlalu dengan sembarangan pula. Sebab sekalipun anda dapat berlalu, ia tak dapat berlalu; ia telah berurusan dengan Allah, dan Allah belum mengampuninya. Jika saudara itu telah bersalah demikian rupa, sehingga ia bermasalah di hadapan Tuhan, anda harus tahu bahwa itu bukan sate urusan yang kecil, dan haruslah anda menjelaskan hal tersebut kepadanya. Anda harus mencari kesempatan, di mana hanya anda bersamanya berdua saja, lalu berkata padanya, “Saudara, anda telah berbuat dosa terhadap saya. Perbuatan itu tidak benar. Anda akan buntu di hadapan Allah, anda akan terhambat di hadapan Allah, dan anda akan menderita kerugian yang besar!” Jika ia mau menerima nasihat anda, anda telah mendapatnya kembali.” Itulah artinya anda telah memulihkan saudara anda.

Hari ini banyak anak Allah yang tidak mentaati ajaran Alkitab ini. Ada yang selalu menyiarkan kesalahan saudara kepada orang lain; ada pula yang walaupun tidak mengatakannya kepada orang lain, tapi senantiasa tak sudi mengampuninya, yakni selalu disimpan dalam hati; dan ada lagi; yang setelah diampuni lalu habis perkara, tak mau menghiraukan lainnya. Tetapi Tuhan tidak menghendaki kita berbuat demikian. Ketiga macam perbuatan itu semua tidak benar.

Tuhan tidak mengatakan kalau saudara anda berbuat dosa terhadap anda, dan setelah anda mengampuni dia, habislah segala perkaranya. Tetapi Tuhan memperlihatkan kepada kita, bahwa orang yang menderita perbuatan dosa itu malah berkewajiban memulihkan saudara yang berbuat dosa terhadapnya. Kalau itu bukan satu perkara yang sepele, maka demi masa depannya, wajiblah anda menegurnya, yakni memulihkannya. Anda harus mencari akal untuk mendapatkannya kembali. Sewaktu anda menegurnya, sikap anda harus wajar. motif anda harus benar dan tujuan anda tak lain ialah untuk mendapatkan kembali saudara anda itu. Jika anda bermotif hendak mendapatnya kembali, tentu anda tahu bagaimana cara untuk menunjukkan kesalahannya. Tetapi jika anda tak bermotif demikian, anda hanya akan memperdalam keretakan. Maka anda wajib menyadari, bahwa tujuan nasehat anda bukan ingin minta ganti rugi, bukan pula ingin menyelamatkan perasaan pribadi anda, melainkan ingin mendapatkan kembali saudara anda.

C. Sikap Ketika Memberitahu

Jika tujuan anda benar, anda akan mengetahui bagaimana prosedurnya. Pertama roh anda harus benar, kemudian perkataan anda, cara mengatakannya, sikap, air muka, suara dan nada suara anda, semua harus benar. Sebab tujuan anda tidak hanya menghendaki ia menyadari kesalahannya, tetapi juga ingin mendapatnya kembali. Kalau anda mencelanya, walaupun celaan anda itu benar, perkataan anda yang paling berat pun benar, tetapi sikap, nada dan air muka anda sudah terpaut terlalu jauh dari tujuan anda untuk ingin mendapatkannya kembali.

Jika kita ingin mengatakan seorang saudara baik, itu sangat mudah, ingin memuji seorang pun sangat gampang. Atau jika kita memberitahukan satu perkara kepada seorang sambil marah-marah, itupun sangat mudah, anal kita melepaskan emosi kita, kita sudah dapat melakukannya. Akan tetapi, jika kita menginginkan orang itu mengetahui kesalahannya dan sekaligus ingin memulihkan dan mendapatkannya kembali, itu hanya dapat dilakukan oleh orang yang penuh dengan kasih karunia. Walau dirinya sendiri sudah benar, tetapi tanpa sombong, melainkan merendahkan diri dan lemah lembut; dirinya sendiri benar, lagipula dapat menolong orang lain untuk menyadari kesalahannya, hal yang demikian hanya dapat dilakukan oleh orang yang mutlak mengesampingkan dirinya sendiri.

Kita harus tahu, Tuhan mengizinkan seorang saudara berbuat dosa terhadap anda, itu berarti Tuhan telah menghargai anda, dan la telah memilih anda, serta menanggungkan satu kewajiban yang berat di atas diri anda. Anda adalah bejana yang terpilih, anda akan dipakai untuk melakukan tugas pemulihan.

Jika ada seorang saudara berbuat dosa terhadap anda dalam hal yang sangat kecil, setelah anda memaafkannya, berlalulah segalanya, dan tanpa meninggalkan problema lain. Akan tetapi, jika ada seorang saudara berbuat dosa terhadap anda sangat gawat, sehingga tak dapat dilalui begitu saja, maka anda tak dapat menutup mata dan menganggap ia tak berdosa. Sebab perkaranya ada di situ, tak mungkin terhapus. Jika kesulitan-kesulitan ini tidak dibereskan, akan menjadi beban gereja. Kekuatan gereja sering menjadi berkurang karena beban-beban tersebut; hayat tubuh pun sering menjadi lemah karena beban itu, bahkan tugas atau pelayanan ministii pun akan berkurang karenanya. Maka kita harus belajar di hadapan Allah, yaitu jika timbul urusan, haruslah segera ditanggulangi. Bila ada seorang saudara berbuat dosa terhadap anda, janganlah menutup mata dan tak mau menghiraukannya, melainkan harus membereskannya sebaik-baiknya. Hanya saja roh, sikap, perkataan, air muka dan nada suara anda harus benar. Dengan demikian, anda baru bisa mendapatkan kembali saudara anda itu.

C. Memberitahu Orang Lain

Ayat 16  “Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Kalau setelah anda seorang menasehatinya dengan motif yang wajar, dengan sikap yang baik, dan dengan perkataan yang lembut, ia tidak mendengarkan, anda boleh membawa orang lain. Tetapi harus menunggu sampai ia tak mau menerima, barulah anda memberitahu orang lain. Namun sekali-kali tak boleh memberitahu orang lain dengan sembarangan.

Jika di antara dua orang anak Allah terjadi kesulitan, dan mereka berdua mau membereskannya di hadapan Allah, jaranglah ada persoalan yang sulit diselesaikan. Tetapi, jika ada yang tidak hati-hati berbicara, sehingga perkara itu tersebar ke dalam telinga orang ketiga, maka kesulitan itu akan bertambah berat, dan sukar sekali dibereskan. Ibarat luka-luka, jika tidak kemasukan Benda dari luar, agak mudahlah disembuhkan, tetapi jika kemasukan kotoran, tidak saja akan bertambah menderita, bahkan bertambah sulit Pula untuk mengobatinya. Maka memberitahu persoalan kedua orang kepada orang ketiga itu sama dengan menggosok luka-luka dengan kotoran. Oleh sebab itu, kesulitan di antara saudara dan saudari haruslah ditanggulangi berdua secara langsung. Kecuali ia tak menerima penanggulangan itu, barulah boleh memberitahu seorang atau dua orang lainnya. Lagipula, tujuan memberitahu seorang atau dua orang pun bukan untuk memperbanyak perkataan, melainkan agar mereka bersama-sama dapat menasehatinya, bersama-sama dapat membantunya, dan bersama-sama dapat bersekutu dengannya.

Sudah tentu seorang atau dua orang itu haruslah orang yang berpengalaman dalam Tuhan dan yang berbobot dalam kerohanian. Anda boleh membeberkan persoalan anda berdua di hadapan mereka, dan mohon mereka menilai apakah saudara itu bersalah atau tidak. Dan mereka akan membawa persoalan anda ke dalam doa, lalu mengkaji dan memutuskannya dengan kekuatan rohani mereka. Bila mereka juga merasa ia bersalah dalam persoalan ini, anda bersama dengan mereka harus menasihati saudara itu demikian: Saudara, anda telah berbuat salah dalam hal itu. Anda akan Bantu di hadapan Allah jika anda berbuat demikian. Maka kami anjurkan agar anda mau bertobat dan mengaku salah.”

Supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan.” Seorang dan dua orang itu haruslah orang yang tidak berbicara sembarangan. Janganlah anda membawa orang yang banyak bicara, orang yang demikian samasekali tidak disegani orang. Maka haruslah anda membawa orang yang jujur, berbobot rohani dan berpengalaman di hadapan Tuhan. Dengan demikian, maka berdasarkan keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan.

E. Terakhir Memberitahu Gereja

Ayat 17 “Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada gereja.” Kalau anda seorang tak mampu menanggulangi,, bawalah seorang atau dua orang; jika ia tetap tidak mau mendengarkan, barulah sampaikan soalnya kepada gereja. Ini bukan berarti anda mengadukan persoalan itu di hadapan seluruh jemaat ketika gereja bersidang, melainkan menyampaikan soalnya kepada Para penatua gereja yang berwajib. Jika nurani gereja pun menganggap saudara itu bersalah, pasti ia sesungguhnya bersalah. Kalau saudara tersebut hidup di hadapan Allah, ia seharusnya melepaskan pandangannya dan menerima keterangan dua atau tiga orang saksi itu. Jika ia tidak menerima keterangan dua atau tiga orang saksi, setidak-tidaknya ia harus menerima keputusan gereja. Pendapat dan opini gereja yang seragam itulah kehendak Tuhan. Ia harus menyadari, tidak benarlah jika ia tidak menerima keputusan gereja. Ia harus belajar menjadi orang yang lunak, tidak mempercayai perasaan pribadinya, dan tidak menganggap ketentuan pribadinya itu dapat diandalkan, melainkan harus mengaminkan perasaan gereja.

Bagaimana jika ia tidak mau juga mendengarkan gereja? Ayat 17b mengatakan, “Jika ia tidak mau juga mendengarkan gereja, pandanglah dia sebagai seorang kafir atau seorang pemungut cukai.” Perkataan ini sangatlah serius. Dengan kata lain, jika ia tak mau juga mendengarkan gereja, maka seluruh saudara dan saudari dalam gereja akan tidak bergaul dengan dia. Sebab ia tak mau membereskan problemanya itu, maka gereja memandangnya seperti orang kafir dan pemungut cukai, dan tidak bersekutu dengannya.

Meskipun di sini masih belum sampai tahap pemecatan, tetapi saudara saudari sudah memandangnya seperti orang kafir atau pemungut cukai, dan semua orang tidak menggubrisnya. Ia berbicara, semua orang .tak mau menanggapinya; ia datang memecahkan roti, semua orang pun tidak menyapanya; ia berdoa, semua orang tidak mengaminkan, ia datang dibiarkan; ia pergi pun dibiarkan. Semua orang menganggapnya seperti orang luar. Jika anak-anak Allah sungguh memiliki sikap seragam yang sedemikian, saudara itu mudahlah terpulihkan. Matra tujuan perlakuan yang demikian adalah untuk memulihkan dia semata-mata.

Ayat 18 meneruskan, Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. Apa yang dilakukan gereja di dunia diakui oleh Tuhan di sorga. Jika gereja menganggapnya bersalah, dan ia tak mau mendengarkan gereja, gereja akan memandangnya sebagai orang kafir atau pemungut cukai, hal ini diakui pula oleh Tuhan di sorga.

Ayat 19 dan 20 “Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang daripadamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” Mengapa tadi dikatakan, “Supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Di sini kita lihat, bahwa prinsip dua atau tiga orang adalah prinsip gereja. Jika dua atau tiga orang sepakat (sehati) melakukan suatu hal, dan dua atau tiga orang sepakat memutuskan suatu hal di hadapan Allah, Allah pun pasti mengakui hal itu. Perkataan dalam Matius 18:18-20 adalah berdasarkan kasus penanggulangan saudara itu. Dari perbuatan yang dilakukan dua atau tiga orang dan segenap gereja itu akan diakui oleh Bapa yang di sorga.

Di sini kita harus mengetengahkan satu masalah sebagai tambahan, yaitu bagaimana gereja memutuskan perkara-perkara yang besar dan penting. Kisah Para Rasul 15 menerangkan kepada kita, ketika saudara-saudara berhimpun bersama, semua orang boleh berbicara, semua alasan boleh diajukan, bahkan orang yang ingin memelihara hukum Taurat pun boleh berdiri mengemukakan pendapatnya (Walaupun pendapat mereka sama sekali keliru). Dengan kata., lain, setiap saudara diberi kesempatan untuk berbicara, tetapi bukan setiap saudara boleh memutuskan perkaranya. Setelah saudara- saudara mengutarakan semua perasaan mereka di hadapan Allah, dan setelah para penatua mendengarkannya, pada akhirnya penatua-penatua itu menyatakan perasaan mereka di hadapan Allah untuk membuat keputusan yang terakhir. Beberapa saudara pewajib itu memiliki perasaan yang sama di hadapan Allah, dan perasaan mama adalah perasaan gereja, yaitu nurani gereja. Setelah mereka berbicara, semua orang akan tunduk dan dengan sehati melakukannya. Begitulah cam yang ditempuh gereja. Gereja tidak menekan orang, yaitu tidak memberikan kesempatan berbicara, tetapi semua orang pun sekali-kali tidak boleh berbicara sembarangan. Tatkala memberikan keputusan, maka para penatua itu berbicara di bawah pengaturan Roh Kudus, dan saudara sandari harus mendengarkan perkataan para penatua itu. Bila Roh Kudus berwewenang dalam gereja, masalah-masalah yang demikian pasti dapat diselesaikan dengan lancar. Tetapi, jika Roh Kudus tidak wewenang dalam gereja, pendapat daging akan kian bertubi dan gereja pun akan tak berdaya berbicara. Maka wajiblah kita belajar tunduk di bawah wewenang Roh Kudus dan menuruti perkataan gereja.

Semoga Allah mengaruniai kita, agar kita menjadi seorang yang berkasih karunia seperti Tuhan. Jika ada saudara berbuat dosa terhadap kita, ampunilah dia dengan segenap hal.. Bahkan pulihkanlah dia menurut kewajiban anda dan menurut firman Tuhan. Semoga Allah memimpin kita, agar dalam gereja kita dapat menyatakan penghidupan yang sedemikian!

33 || PENGAMPUNAN SIASAT

PENGAMPUNAN SIASAT

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

 

Maka dibawa oranglah kepadanya seorang lumpuh yang berbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni”

Matius 9 :2

 

Dalam Alkitab terdapat empat macam pengampunan yang berbeda-beda. Pengampunan itu masing-masing kita sebut: pengampunan kekal, pengampunan perantaraan, pengampunan persekutuan, dan pengampunan siasat. Sebagai seorang imani, wajiblah kita belajar mengenal apa yang disebut pengampunan siasat, barulah kita dapat menempuh jalan yang lurus. Baiklah kita terlebih dahulu membedakan beberapa jenis pengampunan itu, dan akhirnya baru kita membahas pengampunan siasat itu secara khusus.

I. PENGAMPUNAN KEKAL

Mengenai pengampunan keselamatan yang kita terima, boleh kita sebut pengampunan kekal, yang disinggung oleh Tuhan Yesus dalam Lukas 24:47 — “Dan lagi, dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.” Inilah pengampunan kekal. Sama pula dengan yang tercantum dalam Roma 4:7.

Pengampunan macam ini disebut pengampunan kekal, sebab sekali Allah mengampuni dosa kita, kita akan selama-lamanya diampuni oleh-Nya. Allah mencampakkan semua dosa kita ke dalam samudra raga, hingga tidak dilihat atau diingat-Nya lagi. Pengampunan semacam ini kita terima pada saat kita diselamatkan. Ketika seseorang percaya kepada Tuhan Yesus, semua dosanya diampuni serta dihapus oleh Tuhan Yesus, tanpa satu pun yang tertinggal di hadapan Allah. Inilah yang disebut pengampunan kekal.

II. PENGAMPUNAN PERANTARAAN

Allah sendiri kerap kali berkata kepada seseorang,”Aku mengampuni dosamu”, tetapi kerap kali pula Allah menyatakannya melalui gereja-Nya, “Allah telah mengampuni dosamu.” Ini mengindikasikan bahwa dalam Alkitab ada sejenis pengampunan lain, yakni yang kita sebut pengampunan perantaraan. Yohanes 20:22, 23 — “Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada. Di sini Tuhan mengaruniakan Roh Kudus-Nya kepada gereja, agar supaya gereja di atas bumi mewakili Dia, menjadi bejana atau wadah-Nya untuk mengampuni dosa orang. Inilah yang kita sebut pengampunan perantaraan. Hanya saja kalian harus waspada, jangan sampai kalian terperosok ke dalam cara yang dipraktekkan agama Katolik. Ini adalah sabda Tuhan sendiri. Kalian wajib nampak bahwa dasarnya ialah Tuhan mengembusi gereja-Nya serta berkata, “Terimalah Roh Kudus.” Dapat tidaknya kalian mengetahui dosa siapa diampuni dan dosa siapa tetap ada, itu semua tergantung pada penerimaan Roh Kudus. Jadi dengan dasar inilah kita baru dapat mengumumkan dosa siapa diampuni dan dosa siapa tetap ada. Wewenang ini dapat dimiliki gereja, sebab gereja berada di bawah wewenang Roh Kudus. Tuhan mengembusi mereka dan berkata, “Terimalah Roh Kudus.” Setelah itu barulah ia berkata, “Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.” Jadi, pengampunan yang demikian adalah pengampunan yang Allah berikan kepada seseorang melalui wadah-Nya, yakni gereja.

Ketika anda memberitakan Injil, adakalanya anda menjumpai seorang berdosa yang demikian, pertama-tama ia merasa dirinya berdosa setelah mendengar Injil yang anda beritakan. Anda lalu membawanya ke hadapan Allah, dan ia pun mengaku dirinya berdosa. Bahkan dengan mencucurkan air mata ia menyesal dan bertobat, dan akhirnya dengan tulus ikhlas ia menerima Tuhan Yesus. Karena ia asalnya seorang kafir, yang lama sekali tak mengerti akan makna pengampunan, alangkah baiknya jika pada saat itu ada seseorang yang mewakili gereja untuk menyatakan kepadanya, “Saudara, Allah telah mengampuni dosa anda! “Hal tersebut akan mengurangi kegelisahannya, dan akan menghindarkannya dari kebimbangan. Oleh sebab itu, jika kalian melihat ada seorang telah dengan sesungguhnya percaya kepada Tuhan, kalian harus dapat berkata kepadanya, “Tuan, hari ini anda telah percaya kepada Tuhan, anda boleh bersyukur kepada Allah, sebab Allah telah mengampuni dosa anda.” Kalau gereja tak dapat mengampuni dosa orang atau menyatakan dosa orang tetap ada, niscaya gereja pun tak dapat menentukan layak tidaknya seseorang menerima baptisan. Apakah sebabnya ada orang yang diizinkan menerima baptisan, dan ada pula yang tidak; dan apakah sebabnya ada orang yang diizinkan mengambil bagian dalam pemecahan roti, ada pula yang tidak? Tak lain karena gereja telah melaksanakan wewenang yang Tuhan berikan untuk menyatakan siapa telah diselamatkan dan siapa belum; siapa yang dosanya telah diampuni dan siapa yang dosanya tetap ada. Pernyataan demikian sekali-kali tak dapat dilakukan dengan sembarangan. Siapa yang dosanya diampuni, sesungguhnyalah diampuni, dan siapa yang dosanya tetap ada, sesungguhnyalah tetap ada. Pernyataan demikian hanya dapat dilakukan di bawah wewenang Roh Kudus. Yohanes 20:22 mengatakan, “Terimalah Roh Kudus.” Ayat berikutnya mengatakan, “Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada. Sebab gereja menerima Roh Kudus dan berada di bawah wewenang Roh Kudus, maka gereja layak bertindak sebagai wakil atau perantara Allah. Karena Tuhan telah bertindak melalui perantaraan manusia, barulah gereja dapat menyatakan: “Dosa anda telah diampuni”, atau “Dosa anda tetap ada.” Inilah pengampunan kedua yang tercantum dalam Alkitab. Dalam pengampunan ini Allah tidak mengampuni orang secara langsung, tetapi dengan perantaraan gereja, karenanya disebut pengampunan perantaraan.

III. PENGAMPUNAN PERSEKUTUAN

Pengampunan ketiga disebut pengampunan persekutuan. I Yohanes 1:7-9 — “Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita daripada segala dosa. Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” 2:1-2 — Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus yang adil. Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi untuk dosa seluruh dunia.” Pengampunan yang dibicarakan dalam ayat-ayat ini bukan pengampunan yang kita terima ketika kita diselamatkan, juga bukan pengampunan yang Tuhan berikan melalui gereja. Pengampunan ini berbeda dengan Pengampunan- pengampunan tersebut. Setelah seseorang percaya kepada Tuhan dan menjadi anak-anak Allah, ia tetap memerlukan pengampunan Allah. Pengampunan ini seperti yang dilambangkan oleh lembu betina merah yang pernah kita bahas dahulu (lihat buku “Jika seorang berbuat dosa”). Setelah kita percaya kepada Tuhan, menjadi orang Kristen, dan beroleh pengampunan kekal, adakalanya kita berbuat dosa lagi, — menjadi lemah atau berurusan di hadapan Allah. Nah, berulangnya perbuatan dosa kita ini akan menghambat persekutuan antara kita dengan Allah.

A. Ciri-ciri Hayat: Senang Bersekutu

Semua orang yang mempelajari ilmu hayat mengetahui bahwa hayat mengandung dua ciri-ciri pokok: Pertama, hayat senang mempertahankan atau melindungi dirinya sendiri; senang hidup, tidak senang mati. Hayat takut akan kematian. ,Kedua, hayat itu senang bersekutu. Hayat takut terisolir, terputus dari persekutuan. Andaikan anda menaruh seekor ayam di suatu tempat, ia akan merasa kesepian. Tetapi jika anda mengumpulkan beberapa ekor ayam di suatu tempat, ayam-ayam itu akan kelihatan lincah dan riang. Demikian pula, jika seorang tertawan dalam penjara sendirian, ia akan merasa resah dan sengsara, sebab ia tak dapat berkomunikasi dengan orang lain. Manusia adalah makhluk hidup yang serupa dengan makhluk hidup lain, yang senang melindungi hayatnya sendiri, dan senang bersekutu.

B. Persekutuan Hayat Bisa Menimbulkan Problema

Oleh karena kita percaya kepada darah Tuhan Yesus yang menyelamatkan kita, maka hayat kita mutlak tidak akan menimbulkan problema lagi. Dan karena kita telah beroleh selamat yang kekal, maka dosa kita telah beroleh pengampunan yang kekal pula, jadi hal ini tidak mungkin menimbulkan problema lagi.

Namun ada satu perkara yang mungkin menimbulkan problema, yaitu jika setelah itu kita berbuat dosa lagi terhadap Allah, maka persekutuan akan terhambat baik antara kita dengan Allah maupun dengan anak-anak Allah. Apakah arti problema persekutuan ini? Misalkan ada seorang anak kecil selagi ibunya pergi diam-diam ia mencuri makanan-makanan dalam lemari makan di dapur. Sehabis makan walau ia menutup kembali pintu lemari, menyeka mulutnya, dan membersihkan meja di dapur itu, namun ia telah berbuat dosa. Biasanya setiap malam ia dapat berkumpul mesra dengan ibunya, tetapi sekarang, karena ia telah mencuri makanan, ia tak dapat demikian lagi. Kalau ibunya memanggilnya dari loteng, jantungnya segera berdebar-debar, karena ia mengira ibunya akan mengganjarnya: Sekalipun ibunya memberi makanan kepadanya, ia tetap tidak merasa gembira. Dan karena ia takut kalau-kalau ibunya mengetahui perbuatannya, ia selalu ingin menghindari ibunya. Ini membuktikan bahwa dalam persekutuan antara dia dengan ibunya timbul problema. Memang berbuat dosa tidak akan mengakibatkan anda sampai tidak diakui lagi sebagai anak-anak Allah, namun persekutuan antara anda dengan Allah akan mengalami kesulitan. Bilamana anda berbuat dosa, persekutuan anda akan segera terputus! Dan anda akan segera kehilangan satu hati yang damai dan tanpa cela. Jika anda di hadapan Allah ingin menikmati persekutuan yang langgeng, anda harus memiliki hati nurani yang tanpa cela, jika tidak, anda akan tak mungkin bersekutu dengan Allah.

C. Bagaimana Memulihkan Persekutuan Kita
Dengan Allah

Perbuatan dosa tak mungkin mengubah status anak-anak Allah menjadi bukan anak-anak Allah, tetapi dosa akan mengakibatkan terputusnya persekutuan kita dengan Allah. Karenanya di sini ada sejenis pengampunan yang kita namakan pengampunan persekutuan. Mengapa kita menyebutnya demikian? Sebab persekutuan antara anda dengan Allah hanya akan terpulih bila anda mau kembali ke hadapan Allah dan mengaku dosa anda di hadapan-Nya. Kalau tidak, anda akan mustahil bersekutu lagi dengan Allah, sampai-sampai berdoa kepada Allah pun tak mungkin, bahkan kadang kala mengaminkan doa orang lain pun tak mungkin. Sebab batin anda merasa sengsara.

Jika demikian halnya, apakah yang harus anda lakukan? Dalam perumpamaan anak kecil tadi, haruslah ia datang kepada ibunya seraya berkata, “Ibu, saya telah mencuri makanan-makanan ibu di dapur, perbuatan saya ini salah.” Ia harus belajar memihak kepada ibunya untuk menyalahkan perbuatannya sebagai suatu dosa; ia harus memberi sebutan wajar terhadap dosanya itu. Dan ia harus berkata kepada ibunya, “ibu, ampunilah dosaku! Demikian pula, di hadapan Allah kita wajib berkata, “Allah, aku telah berbuat dosa dalam perkara anu, ampunilah dosaku!” “Jika kita mengaku dosa kita, maka la setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Pengampunan yang demikian tidak bertalian dengan keselamatan kekal, melainkan bertalian dengan persekutuan Allah; karena itulah kita sebut pengampunan persekutuan.

IV. PENGAMPUNAN SIASAT

Sekarang kita tiba pada pengampunan keempat, yaitu pengampunan siasat. Pengampunan, ini dapat kita baca dalam ayat-ayat berikut: Matius 9:2, 5, 6; Yakobus 5:15; Matius 6:14, 15; 18:21-35. Pengampunan dalam ayat-ayat di atas semua dapat disebut pengampunan siasat.

A. Pengampunan Siasat Itu Apa ?

Barangkali ada yang akan bertanya: pengampunan siasat itu apa? Saya senantiasa yakin akan suatu hal,”jika setelah saya percaya kepada Tuhan Yesus, dan tahu pula siasat Allah, pasti saya akan terhindar dari banyak kesulitan dan kerepotan.

Untuk ini saya kita kita boleh mengambil misal lagi dari si anak kecil tadi. Biasanya kalau ibunya pergi, pintu lemari dan pintu dapur tidak pernah dikunci. Tetapi sekarang, setelah ibunya mengetahui ia mencuri makanan; walau ia telah mengaku dosa dan ibunya telah mengampuni dosanya, dan persekutuannya dengan ibunya sudah pulih, namun sejak hari itu, bila ibunya pergi, semua pintu dikuncinya. Jelas, sekarang ibunya telah mengubah caranya. Persekutuan adalah satu masalah, sedang siasat adalah masalah lain.

Apakah artinya siasat? Siasat adalah cara. Jadi siasat Allah dapat kita artikan cara Allah, atau tindakan pengaturan Allah. Ibunya sudah mengampuninya dan sudah memulihkan persekutuannya, akan tetapi sejak hari itu, setiap kali ia pergi keluar, pintu lemari dan pintu dapur semua dikuncinya. Dengan kata lain, ia telah mengubah caranya. Persekutuan boleh pulih, tetapi caranya tidak mudah pulih. Sebab ia khawatir kalau-kalau anak kecil itu mengulangi perbuatannya. Sang ibu tidak lagi memberi kebebasan, bahkan ia menguranginya. Ya, cara ibu telah berubah. Anda harus ingat, demikian pula tindakan Allah terhadap kita.

Pengampunan persekutuan adalah suatu hal yang mudah. Asalkan seseorang dengan tulus ikhlas mengaku dosa di hadapan Allah, ia segera beroleh pengampunan persekutuan dengan mudahnya. Pada saat ia mengaku dosa, segera itu pula Allah memulihkan persekutuan-Nya. Akan tetapi, Allah segera itu pula akan mengubah cara-Nya, Ia akan mengenakan disiplin-Nya ke atas dirinya, dan Allah tidak membiarkannya begitu bebas atau tidak semena-mena seperti dahulu lagi.

Sampai pada suatu hari, yaitu setelah Allah menarik kembali tangan pengaturan-Nya, itulah yang kita sebut pengampunan siasat. Sampai pada suatu hari setelah sang ibu merasa anaknya itu sudah boleh dipercaya, barulah pintu lemari dan pintu dapur dibukanya kembali. Inilah yang kita namakan pengampunan siasat.

Pengampunan persekutuan berbeda dengan pengampunan siasat. Misalkan ada seorang ayah mempunyai empat anak. Setiap sore sang ayah mengizinkan mereka bermain-main di luar selama dua jam, dari jam 4 sampai dengan jam 6. Pada suatu hari, keempat anak itu berkelahi dengan anak-anak luar, setiba di rumah mereka semua mengaku bersalah kepada ayah mereka, dan sang ayah pun mengampuni mereka. Keesokan harinya, mereka tetap diizinkan keluar bermain. Mereka berkelahi lagi. Jika demikian, apakah yang ayah mereka lakukan? Sang ayah boleh mengampuni mereka setiap kali mereka mengaku dosa, tetapi sang ayah menyadari bahwa caranya itu tidak benar, karenanya ia berkata kepada mereka, “Sebab kalian setiap hari berkelahi, maka mulai besok kalian tidak boleh bermain di luar lagi, kalian harus tinggal di rumah saja.” Inilah tangan sang ayah. Setiap kali anda berbuat dosa dan mengaku dosa, Allah pasti akan mengampuni dosa anda. Tetapi anda tak dapat mencegah Allah untuk tidak membuat satu disiplin Baru ke atas diri anda. Karena itu, di hadapan Allah kita harus belajar mengetahui betapa kita tak mudah menggeser tangan pengaturan Allah. Anda tidak mudah menggeser tangan pengaturan Allah itu. Kecuali Allah sendiri menganggap anak-anakNya sudah boleh dipercaya lagi, jika tidak, sukarlah kita memindahkan tangan pengaturan Allah itu. Karenanya kita harus ingat; bila seorang ayah melihat anak-anaknya terus menerus membuat urusan, pastilah ia akan mengunci mereka di dalam rumah, dan tidak memberi mereka kebebasan lagi. Mungkin mereka akan dikunci selama sehari, seminggu, sebulan, bahkan setahun sampai sang ayah merasa puas, dan menganggap mereka tidak akan membuat urusan lagi. Sampai waktu itulah sang ayah mungkin akan berkata, “Selama ini kalian agaknya sudah sangat baik, mulai besok kalian boleh keluar lagi untuk bermain selama sepuluh menit. “Jelas, ini berarti tangan siasat sang ayah sudah mulai digeser. Dispensasi 10 menit inilah yang kita sebut pengampunan siasat. Siasatnya tidak diubah, ini hanya untuk menguji bagaimana perbuatan mereka terhadap anak-anak luar dalam 10 menit itu. Setelah lewat beberapa saat lagi, mereka akan diizinkan bermain di luar selama satu jam, dan mungkin setelah lewat sebulan atau dua bulan lagi, mereka akan diperbolehkan bermain di luar seperti sedia kala, dari jam 4 hingga jam 6. Pada hari itu, boleh dikatakan bahwa pengampunan siasat Allah sudah diberikan kepada mereka sepenuhnya. Saudara-saudara, pengampunan siasat lama sekali berbeda dengan pengampunan kekal, pengampunan perantaraan, dan pengampunan persekutuan. Pengampunan ini memperlihatkan bagaimana cara atau taktik Allah dalam mengatur kita, dan bagaimana Allah menanggulangi kita.

B. Apa Yang Orang Tabur
Itu Juga Yang Akan Dituainya

Banyak bagian dalam Alkitab yang berkaitan dengan masalah ini, antara lain seperti yang mengatakan: “Apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya” (Gal. 6:8). Ini adalah tangan siasat Allah. Jika seorang ayah sudah biasa mengumbar anak-anaknya, dengan sendirinya anak-anaknya tidak ada yang beres di kemudian harinya. Dan jika seorang ayah selamanya tidak mau mengatur keluarganya, dengan sendirinya keluarganya akan berantakan. Hal itu merupakan akibat yang sewajarnya. Jika seorang selalu berselisih, bertengkar dan tidak cocok dengan orang lain, sebagai akibatnya tentu ia akan tidak mempunyai teman seorang pun. Sebab apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Itu pun merupakan siasat Allah atau hukum pengaturan Allah yang tidak dapat diubah. Oleh karena itu, setiap anak-anak Allah harus waspada, jangan sampai menyinggung tangan siasat Allah. Bila kita menyinggung tangan siasat Allah, sukarlah bagi kita untuk menyuruh Allah menggesernya.

C. Penyembuhan Tuhan Atas Orang Lumpuh
Itulah Pengampunan Siasat

Ada seorang lumpuh dibawa orang ke hadapan Tuhan, Tuhan berkata kepadanya, “Hai anak-Ku, dosamu telah diampuni.” Jika anda tak mengerti anti pengampunan siasat, anda akan sukar memahami perkataan Tuhan ini. Orang lumpuh itu tidak menyatakan bahwa ia percaya kepada Tuhan, melainkan orang lain yang membawanya ke hadapan Tuhan. Tuhan lalu berkata kepadanya, “Hai anak-Ku, dosamu telah diampuni. Apakah ini berarti begitu ia dibawa ke hadapan Tuhan, ia segera beroleh selamat? Jika demikian berarti keselamatan adalah suatu hal yang terlalu mudah. Tetapi tidak demikian, sebab ini bukanlah pengampunan kekal, ini pun tidak bertalian dengan pengampunan perantaraan atau pengampunan persekutuan, melainkan sejenis pengampunan yang lain. Di sini Tuhan memperlihatkan dua aspek: pertama, dosamu telah diampuni, kedua, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu. Anda harus ingat, penyakit kerap kali merupakan tangan siasat Allah. Karenanya, untuk membangunkan orang lumpuh ini harus memberinya pengampunan siasat terlebih dahulu. Pengampunan Tuhan ini bertalian dengan siasat Allah, dan pengampunan ini bertalian dengan penyakitnya, tidak saja bertalian dengan hidup kekal. Karena Tuhan Yesus berkata kepadanya, “Dosamu sudah diampuni”, maka jelaslah bahwa pengampunan ini bertalian dengan penyakitnya. Orang ini datang ke hadapan Tuhan untuk memperoleh kesembuhan, tetapi Tuhan tidak mengatakan perkataan lain kecuali, “Dosamu sudah diampuni.” Dengan kata lain, bila dosanya diampuni, sakitnya pun akan sembuh. Bila dosanya belum beres, ia akan tetap sakit, tetapi bila dosanya sudah selesai, sakitnya pun akan selesai. Penyakitnya bertalian dengan dosa. Itulah yang kita sebut pengampunan siasat. Begitu pengampunan siasat tiba, penyakit pun segera sembuh; karena ia telah berbuat dosa terhadap siasat Allah. Hari ini dosanya telah diampuni Tuhan, maka ia boleh bangun, membawa tempat tidur, dan pulang ke rumahnya. Inilah yang disebut pengampunan siasat.

D. Doa dan Pengolesan Minyak oleh Para Penatua
Gereja Memberi Pengampunan Siasat Kepada Orang Sakit

Yakobus 5:14, 15 — “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua gereja, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang yang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya akan diampuni. “Pengampunan yang disebut di sini agaknya sangat luar biasa. Ada seorang saudara sakit, ia lalu memanggil para penatua gereja untuk mendoakannya serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan, dan doa yang lahir dari iman akan membangunkannya; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya akan diampuni. Kita telah mengatakan bahwa sakit banyak penyebabnya. Memang ada penyakit yang diakibatkan oleh dosa, tetapi tidak semuanya diakibatkan oleh dosa. Penyakit yang diakibatkan oleh dosa itu dapat diampuni bukan melalui pengakuan orang sakit itu sendiri, melainkan melalui doa para penatua gereja. Mengapa doa dan pengolesan minyak para penatua gereja itu dapat memberikan pengampunan dosa kepadanya? Dosa apakah yang telah ia lakukan? Cara demikian tak dapat anda terapkan untuk menerima pengampunan kekal, pengampunan perantaraan, dan pengampunan persekutuan. Ini mungkin bertalian pula dengan siasat Allah. Misalkan ada seorang saudara sakit dan jatuh ke bawah tangan siasat Allah; karena ia berbuat dosa, ia lalu diganjar Allah. Walaupun ia telah mengaku dosa di hadapan Allah, beroleh pengampunan serta dapat bersekutu lagi dengan Allah, akan tetapi tangan siasat Allah tetap melekat pada dirinya. Sampai pada suatu hari, ia memanggil para penatua gereja untuk mendoakannya, dengan berkata, “Semua saudara telah mengampuni dosamu, dan. mengharap agar kamu bisa bangun. Gereja mengharap agar kamu dapat memulihkan persekutuan hayatmu, karena itu kami mengoleskan minyak ke atas tubuhmu, semoga minyak dari sang Kepala mengalir ke atas dirimu!” Ketika gereja mendoakannya sedemikian, kita nampak bahwa ia akan dipulihkan. Kerap kali, walau ia telah berdosa, menyinggung siasat Allah, tetapi begitu Allah menggeser tangan siasat-Nya, penyakit lahiriahnya segera sembuh. Allah telah menarik tangan siasat-Nya, itulah maksud perkataan: “Jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni.” Dosa ini tidak seperti dosa yang biasa. Kita harus nampak bahwa yang dibicarakan dalam surat Yakobus pasal 5 ini adalah tangan siasat Allah. Kalau kita jatuh ke dalam tangan siasat Allah, Allah takkan membiarkan kita berlalu begitu saja, kecuali kita telah diampuni-Nya.

E. Daud Jatuh Ke Bawah Tangan Siasat Allah

Untuk memahami lebih lanjut makna pengampunan siasat, perlulah kita melihat kisah Daud dalam Perjanjian Lama sebagai contoh. Dalam seluruh Alkitab tiada satu bagian lain yang membicarakan pengampunan siasat Allah sejelas yang tercatat dalam kisah Daud dengan isteri Uria (II Samuel 12). Daud ketika itu melakukan dua macam dosa: berzinah dan membunuh. Berzinah, berarti ia berdosa terhadap isteri Uria; membunuh, berarti ia berdosa terhadap Uria itu sendiri. Setelah Daud berbuat kedua dosa tersebut, ia segera mengaku dosa di hadapan Allah, ini dapat kita buktikan dalam Mazmur 51 dan pasal-pasal lainnya. Ketika itu Daud menyadari betapa dirinya tidak benar, betapa keji perbuatannya, dan sangatlah berdosa terhadap Allah. Karena itulah ia mengaku dosa demikian tulusnya di hadapan Allah. Hal ini jelas memperlihatkan kepada kita, setelah Daud mengaku dosa dalam Mazmur 51, persekutuan dengan Allah sudah terpulih kembali; ini sesuai dengan ayat-ayat dalam I Yohanes.

Namun bagaimanakah sabda Allah kepada Daud? Allah menyuruh Natan memperingatkannya. Saya minta kalian menaruh perhatian khusus atas perkataan yang diucapkan Natan ini: II Samuel 12:13 — “Lalu berkatalah Daud kepada Natan: Aku sudah berdosa kepada Tuhan. Dan Natan berkata kepada Daud: Tuhan telah menjauhkan dosamu itu, engkau tidak akan mati.” Daud di sini berkata: “Aku sudah berdosa kepada Tuhan.” la mengaku dirinya telah berbuat dosa, dan mengaku dirinya keji. Allah berkata melalui Natan, “Tuhan telah menjauhkan dosamu itu, engkau tidak akan mati.” Jelas, dosanya telah beroleh pengampunan, Allah telah menghapus dosanya. Akan tetapi, bagaimanakah kata Allah selanjutnya? Pertama: “Karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista Tuhan, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati” (ay. 14). Kedua: “Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu.” Ketiga: “Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di siang hari. Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan” (ay. 11-12). Memang Allah telah menghapus dosanya, tetapi Allah akan menyuruh anak yang dilahirkan Uria itu mati; Allah telah menghapus dosanya, tetapi pedang tidak akan menyingkir dari keturunannya sampai selamanya; Allah telah menghapus dosanya, tetapi Allah membiarkan Absalom memberontak dan mencemari isteri-isterinya. Dengan kata lain, meskipun dosanya telah beroleh pengampunan, ganjaran Allah tidak segera meninggalkan dirinya.

Dengan tulus saya berkata kepada anda, jika anda mau datang ke hadapan Allah untuk mohon pengampunan, Allah pasti sudi mengampuni dosa anda yang mana pun. Pemulihan persekutuan merupakan perkara yang sangat mudah lagi cepat. Daud dengan segera dapat memulihkan persekutuannya dengan Allah, tetapi ganjaran Allah atas dirinya berlangsung terus sampai ia wafat. Selama ganjaran Allah berada di atas dirinya, siasat Allah pun tidak akan menyingkir dari dirinya. Sebab itu, anda selanjutnya nampak anaknya jatuh sakit. Walaupun karena hal ini Daud sampai berpuasa dan merebahkan dirinya di lantai semalam suntuk, tidaklah berguna. Dan karena tangan ganjaran Allah menimpa ke atas dirinya, akhirnya anaknya itu mati. Kemudian daripada itu, anaknya yang sulung Amnon mati terbunuh, dan seterusnya anaknya Absalom memberontak pula. Pedang benar-benar tidak menyingkir dari keturunan Daud! Tetapi, Allah tetap berkata kepadanya, “Aku telah menjauhkan dosamu.” Saudara-saudara, Allah dapat mengampuni semua dosa yang anda lakukan, tetapi setelah Allah mengampuni anda, bagaimanapun juga anda tak dapat mencegah Allah untuk tidak mengganjar anda, mencegah agar tangan siasat-Nya tidak menimpa ke atas diri anda.

F. Belajar Tunduk Di Bawah Tangan Allah
Yang Berkuasa

Allah adalah Allah yang bersiasat. Jika seorang berdosa kepada Allah, Ia tidak segera menggerakkan tangan siasat-Nya. Sering kali Ia membiarkannya saja. Tetapi bila Allah menggerakkan tangan siasat-Nya, selain tunduk di bawah tangan Allah yang berkuasa anda tak dapat berbuat apa-apa. Anda tak mungkin melarikan diri. Allah tidak ceroboh, Ia pasti takkan membiarkan anda berlalu. Dosa yang mengakibatkan terputusnya persekutuan anda dengan Allah mudah mendapat pengampunan, dan mudah pula terpulih. Namun, anda tak dapat mengusik ganjaran yang Ia kenakan ke atas anda, baik dalam keadaan sekitar, dalam keluarga, ataupun dalam tubuh pribadi anda. Di sana anda hanya dapat belajar tunduk di bawah tangan Allah yang berkuasa. Semakin kita tunduk di bawah tangan Allah, tanpa melawan-Nya, semakin mudah pula Allah menggeser tangan siasat-Nya itu. Sebaliknya, jika kita semakin menentang, cemas, menggerutu, dan meronta-ronta dalam batin, tangan siasat-Nya pun akan semakin melekat pada kita. Hal ini sangatlah serius. Andai kata dua puluh tahun yang lampau anda pernah melakukan suatu perkara yang ceroboh menurut keinginan anda, anda akan tetap menjumpai hal tersebut hingga hari ini. Hal itu akan kembali mencari anda, dan anda harus menelan buah yang diakibatkannya. Ketika anda menjumpai hal demikian, hendaklah anda menundukkan kepala dan berkata kepada Tuhan, “Tuhan, memang ini adalah kekhilafan hamba!” Anda wajib tunduk di bawah tangan Allah, jangan sekali-kali membangkang, jika anda membangkang tangan-Nya akan semakin berat menekan anda; semakin anda membangkang semakin bertambah-tambah kesulitan anda. Bila tangan siasat Allah menimpa diri anda, hendaklah anda tunduk dan berkata dengan suka cita, “Tuhan, segala yang Kau perbuat tidak salah, sewajarnyalah semua itu hamba terima.” Ya, pendeknya anda harus tunduk, tidak saja anda tidak boleh berontak, bahkan mendongkol dan menggerutu pun tidak boleh.

Jika anda tidak tunduk, tetapi ingin berusaha meloloskan diri dari tangan Allah, tak mungkin berhasil. Siapa gerangan yang mampu melarikan diri dari tangan Allah? Karenanya, kalian wajib menyadari, bahwa segala perilaku anda di masa lampau itulah yang mengakibatkan penderitaan yang demikian pada hari ini. Misalkan anda sejak kecil senang makan gula-gula atau manisan, sebab terlampau banyak gigi anda rusak. Mungkin pada suatu hari anda sadar dan mengaku bersalah di hadapan Allah serta mohon diampuni. Dosa demikian mudah sekali mendapat pengampunan dari Allah, tetapi pengampunan mana tidak dapat mencegah agar gigi anda tidak rusak. Gigi anda akan tetap rusak, karena hal itu adalah siasat Allah. Jika anda makan manisan atau gula-gula terlalu banyak, sudah pasti gigi anda akan rusak. Walau anda telah mengaku dosa, persekutuan anda dengan Allah pun telah terpulih, tetapi tidak berarti setelah itu Allah lalu menggantikan gigi yang baik bagi anda. Bila anda nampak siasat Allah, anda harus belajar tunduk di bawahnya. Kerusakan gigi pada umumnya memang tak dapat dipulihkan, tetapi ada perkara-perkara tertentu dapat pulih kembali setelah tangan siasat Allah digeser.

G. Jatuh Ke Bawah Tangan Siasat Allah
Merupakan Masalah Serius

Setelah terjadi kasus pemukulan bukit batu di Meriba (Bil. 20:10-12), Musa bersama Harun kedua-duanya jatuh ke bawah tangan siasat Allah. Walau Harun telah gagal, Allah tetap mengizinkannya menjabat sebagai imam dan memulihkan persekutuannya dengan Dia. Namun, ketika ia mengenakan jubah imamatnya, Allah bersabda kepadanya bahwa ia harus meninggal dunia. Ketika berada di sisi bukit batu, Musa tidak menghormati kekudusan Allah, Allah menghendakinya menyuruh bukit batu itu memancarkan air, tetapi Musa memukul bukit batu, sebab itu hilanglah martabatnya untuk menghormati kekudusan Allah. Oleh sebab tangan Allah menimpa diri hamba-Nya, maka Musa tak dapat masuk ke negeri Kanaan. Sudahkah anda nampak prinsip yang mendasar ini? Inilah yang disebut siasat Allah. Anda tak dapat memegang Allah, dan menjamin bahwa Allah akan senantiasa memperlakukan anda seperti sediakala. Mungkin sejak sekarang Ia akan mengubah jalan anda, bahkan jalan yang anda anggap paling baik pun akan diubah-Nya.

Kasus-kasus demikian banyak termuat dalam Alkitab. Misalkan pada waktu bani Israel sampai di Kadesy di gunung Paran (Bil. 13 dan 14), mereka mengutus sejumlah pengintai untuk mengetahui keadaan negeri itu. Para pengintai lalu melihat setandan buah anggur dipikul dua orang; mereka tahu bahwa tempat itu benar-benar berlimpah-limpah susu dan madu. Namun, karena mereka melihat penduduk negeri itu perawakannya tinggi-tinggi dan memandang diri sendiri seperti belalang, mereka gentar dan enggan menempati negeri itu. Alhasil hanya Yosua dan Kaleb berdua saja yang dapat masuk, yang lain-lainnya tewas di padang gurun. Setelah itu walaupun mereka mengaku dosa dan ingin masuk, dan walaupun Allah tetap mengakui mereka sebagai umat-Nya, dan tetap merahmati mereka, tetapi mereka tak dapat mengambil bagian dalam negeri Kanaan yang indah itu. Siasat Allah telah berubah! Karena itulah, saudara-saudara, begitu anda menjadi orang Kristen, anda harus mengharapkan agar Allah mengatur anda demikian rupa, sehingga sampai di hari terakhir pun anda masih tetap berada di atas jalan yang Ia tentukan semula. Oleh sebab itu, janganlah anda hidup dengan ceroboh, janganlah berbuat dosa. Anda harus ingat, sekalipun anda bisa menerima belas kasih-Nya, tetapi Allah mungkin akan mengubah jalan yang anda tempuh, dan tangan siasat-Nya takkan meninggalkan anda.

Tangan siasat Allah sungguh serius! Saya kenal seorang saudara, ia terpanggil untuk melayani Tuhan, dan ia jelas mengetahui bahwa Tuhan menghendakinya meletakkan profesinya. Namun, ketika ia pulang ke rumahnya, ia merasa tak sampai hati terhadap situasi keluarganya, akhirnya ia enggan menuruti panggilan dan kehendak Tuhan. Setelah itu memang ia tetap bertekad menjadi seorang Kristen yang baik, tetapi bagaimanapun ia tak mau meninggalkan profesinya, dan tak mau pergi memberitakan injil. Keadaannya kadang-kadang kuat, kadang-kadang pun lemah. Namun sejak itu ia telah kehilangan kesempatan untuk menempuh jalan Tuhan. Kita tidak dapat mengetahui kapan tangan siasat Allah menimpa diri kita, justru hal inilah yang kita takuti. Ada sebagian orang yang dibiarkan saja. Mungkin anda memberontak atau ingkar sepuluh kali, Allah membiarkan saja. Tetapi pada kesebelas kalinya, Allah tidak akan membiarkan anda lagi. Ada juga orang yang hanya mendurhakai-Nya sekali saja sudah diganjar. Pokoknya kita tidak mengetahui kapan Allah bertindak. Saudara-saudara, ingatlah, kita tak dapat mengendalikan siasat Allah, Allah bertindak seturut kehendak-Nya sendiri.

Saya pun kenal seorang saudari yang sebenarnya berminat menjadi pelayan Tuhan yang baik. Kemudian ia menikah. Tetapi pernikahannya tidak cukup baik, dan karenanya reduplah terang Tuhan terhadapnya. Siapa pun tak mungkin mengharapkannya untuk kembali menempuh jalan ini. Tangan siasat Allah menimpa dirinya, sampai hari ini keadaannya tak dapat terpulih. Ia seolah menjadi tuna netra, seperti dialing-alingi tirai. Dengan akal apa pun orang tak berdaya menolongnya.

H. Berusaha Belajar Mematuhi Tuhan
dan Mohon Belas Kasih-Nya

Oleh sebab itu, perkara yang paling utama ialah: wajib belajar mematuhi Tuhan. Semoga Allah membelas kasihi anda dan mengajar anda, waspadalah jangan sampai anda terjatuh ke bawah tangan siasat Allah. Tetapi, bila anda telah terlanjur jatuh ke bawah tangan siasat Allah, jangan sekali-kali cemas atau resah, dan jangan menentang atau melarikan diri dari dalam tangan-Nya. Anda harus nampak prinsip yang mendasar ini: anda harus patuh, tak peduli harus membayar harga sebesar apa pun. Memang sebetulnya bukan anda yang bisa, tetapi anda wajib mohon belas kasih dari Tuhan, supaya betapa pun halnya anda bisa patuh. Hanya dengan belas kasih Tuhan sajalah baru kita dapat patuh. Kita harus berkata, “Oh Tuhan, belas kasihilah hamba, agar hamba dapat patuh.” Senantiasalah mohon belas kasih Tuhan untuk membawa anda melaluinya, supaya anda tidak tertimpa tangan siasat-Nya. Tetapi andaikata tangan siasat-Nya menimpa anda, boleh jadi Ia menyuruh anda menderita sakit, atau mengalami suatu peristiwa yang menyulitkan anda. Nah, saat ini anda harus ingat, jangan sekali-kali anda dengan tangan daging anda menentang siasat Allah itu. Bilamana anda tertimpa tangan siasat Allah, anda harus tunduk di bawahnya, dan berkata, “Tuhan, ini adalah perbuatan-Mu, ini adalah pengaturan-Mu. Aku rela tunduk di bawahnya, aku sudi menerimanya.” Tatkala tangan siasat Allah menjamah diri Ayub, kalau ia menerimanya, keadaannya akan semakin baik, tetapi karena ia mempertahankan kebenarannya sendiri, maka keadaannya menjadi semakin parah (Padahal Ayub sebenarnya tak usah tertimpa tangan siasat Allah).

Syukurlah bagi Allah! Tangan siasat Allah sering kali tidak selamanya menimpa diri orang. Saya sendiri yakin, bahwa tangan siasat Allah adakalanya mudah sekali tergeser berkat doa-doa gereja. Inilah indahnya Surat Yakobus pasal 5. Di situ tercantum bahwa para penatua gereja berdaya menyingkirkan tangan siasat Allah. “Doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu, dan Tuhan akan membangunkan dia, dan jika dia telah berbuat dosa, maka dosanya akan diampuni.” Jadi, jika saudara menjamah jalannya, jika gereja mendoakannya, sering kali tangan ganjaran Allah itu akan ditarik-Nya kembali.

Saya ingat pernah sekali saya bertemu dengan Miss Barber, beliau mengisahkan suatu kasus yang sangat indah: ada seorang saudara telah berbuat perkara yang sangat buruk. Setelah ia bertobat ia lalu datang kepada Miss Barber. Saudari kita lalu berkata kepadanya, “Anda sekarang sudah bertobat dan kembali, namun anda harus datang ke hadapan Allah dan berkata: Allah, hamba sebenarnya adalah wadah olahan tangan-Mu, Sang Penjunan, namun sekarang wadah ini telah rusak. Anda jangan memaksa Tuhan tetap menjadikan anda sebagai wadah-Nya, melainkan dengan rendah hati berkata kepada Tuhan: Tuhan, belas kasihilah hamba, jadikanlah hamba satu wadah lagi, hamba tak dapat memaksakan hal ini; hamba hanya rela menjadi wadah-Mu, yang mulia ataupun yang hina, terserah pada-Mu.” Kebanyakan orang berpikir: “Saya ingin menjadi wadah ini terus, bahkan ingin diubah Tuhan menjadi wadah yang lebih mulia. Memang adakalanya dari laknat mungkin akan menerbitkan berkat. Tetapi, ada satu hal yang ingin saya katakan kepada anda, yaitu kita adalah orang yang harus mengalami banyak pemberesan. Sering kali kita harus jatuh ke dalam tangan Allah, tangan Allah harus menimpa diri kita. Tetapi kita harus mengakui, justru melalui tangan siasat-Nya, Allah akan menunjukkan kehendak-Nya kepada kita. Untuk ini kita tak bisa berbelok, kita hanya dapat patuh belaka, yaitu tunduk di bawah kehendak Allah. Anda wajib berkata, “Tuhan, pengaturan-Mu pasti terindah, hatiku tunduk di hadapan-Mu.”

Masalah ini sekali-kali tak dapat dihadapi dengan ceroboh. Saya mengenal seorang saudari, sebelum ia menikah ia datang mencari saya. Saya berkata kepadanya bahwa menurut hemat saya ia lebih baik membatalkan pernikahannya itu. Karena calon suaminya itu tidak mirip dengan seorang Kristen yang dapat diandalkan. Tetapi ia menjamin bahwa ia tidak akan terpengaruh olehnya. Akhirnya ia jadi menikah dengannya. Setelah lewat tujuh atau delapan bulan kemudian, saya menerima sepucuk surat yang panjang dari dia. Dalam surat itu ia mengaku dirinya telah keliru, dan ia menyesal tidak menurut nasihat saya. Lalu saya membalasnya, “Kalau begitu sejak sekarang jalan satu-satunya bagi anda, yaitu tunduk di bawah tangan Allah. Kalau anda rnenanyakan bagaimana jalannya, saya tak punya jalan, orang lain, pun tak punya, sebab anda telah jatuh ke bawah tangan siasat Allah. Bila anda jatuh ke bawah tangan siasat Allah, anda meronta-ronta dan melawan, anda hanya akan menjadi satu wadah yang hancur, masa depan anda akan ludes sama sekali'” Surat saya sangat berat. Akhirnya saya berkata adanya, “Jika seandainya lain kali kamu menulis surat lagi kepada saya, semuanya itu pun sudah keliru.” Maka dari itu kita harus ingat, alangkah seriusnya tindakan siasat Allah itu!

Saya sering memikirkan bagaimana keadaan dalam gereja hari ini. Keadaannya tak lain ibarat kita mengunjungi rumah seorang penjunan. Kita melihat di halaman pelatarannya berserakan mangkuk-mangkuk, kendi-kendi, Paso-paso, atau botol-botol yang sudah rusak, semuanya merupakan wadah-wadah yang hancur. Demikian pula situasi orang Kristen dewasa ini. Sangat seriuslah perkara ini! Saya katakan sekali lagi, hendaklah kita belajar patuh di bawah tangan Allah.

V. TAKUT KEPADA ALLAH DAN BERLAPANG DADA TERHADAP ORANG LAIN

Ada dua bagian lagi — Matius 6:15; 18:23-35 — yang juga membicarakan tangan siasat Allah. Salah satu perkara yang juga luar biasa pentingnya, yakni janganlah sembarangan menuduh dosa orang lain. Hal ini sangat serius! Jika anda dalam suatu hal dengan sembarangan mengatai orang, anda nampak bahwa hal itu pun akan mudah sekali menimpa diri anda sendiri. Kalau dalam suatu hal anda tidak mau memaafkan atau mengampuni orang, maka hal itu pun akan anda alami sendiri. Semuanya itu dengan sendirinya merupakan balasan tangan siasat Allah. Tuhan berkata, jika anda tidak mengampuni dosa orang, maka Allah pun tidak akan mengampuni anda. Pengampunan di sini ditujukan kepada siasat Allah. Di sini dikatakan, “Bapa kita yang di sorga.” Kalau kita telah menyebut Allah sebagai Bapa, berarti masalah kekekalan kita sudah Beres. Namun, jika ada seorang saudara berdosa kepada anda, anda tidak mau mengampuninya, Allah pun tidak mau mengampuni dosa anda. Tangan siasat Allah akan menimpa diri anda. Oleh sebab itu, hendaklah kita belajar menjadi orang yang berlapang dada, yang senantiasa mengampuni orang lain. Jika anda selalu menggerutui atau menggusari perbuatan orang terhadap anda, akhirnya anda akan jatuh ke bawah tangan siasat Allah. Allah akan membenam anda lebih dalam hingga anda tak mudah keluar. Kalau anda selalu bersikap kejam terhadap orang lain, Allah akan demikian pula terhadap anda. Tatkala hamba itu keluar dan bertemu dengan temannya yang berhutang kepadanya seratus dinar, ia lalu menangkap dan mencekiknya. Setelah perbuatannya diketahui tuannya, marahlah tuannya itu, dan akhirnya ia diserahkan kepada algojo-algojo, sampai ia melunasi seluruh hutangnya; ia tidak akan dikeluarkan, jika tidak melunasi hutangnya (Mat. 18:23-35). Allah mengenakan disiplin-Nya ke atas dirinya, tangan siasat Allah menimpa dirinya, karenanya ia tidak mudah keluar.

Tidak saja dalam hal pengampunan kita harus belajar berlapang dada, bahkan harus belajar tidak sembarangan mengatai atau mengeritik orang lain. Sering kali karena anda sembarangan mengatai atau mengeritik orang, begini atau begitu, akhirnya anda pun mengalami hal yang serupa itu. Sering kali, ketika kita melihat seorang saudara demikian kerasnya memperlakukan orang lain, tak lama kemudian, kita pun nampak ganjaran Allah menimpa dirinya. Adakalanya ia mendadak jatuh sakit. Adakalanya, ketika anda melihat anak orang lain menderita kesulitan, anda berdiri di samping sambil berkomentar: mengapa orang ini selalu tertimpa tangan Allah! Tak lama kemudian, pasti anda pun mengalami kesukaran seperti itu juga. Jika demikian, anda bagaimana? Hendaklah kita belajar menjadi orang yang takut akan siasat Allah, kita harus belajar takut kepada Allah. Oleh sebab itu, kita harus waspada dalam berbicara; banyak problema akan menimpa diri kita jika kita tidak berhati-hati dalam tutur kata.

Hari ini saya dapat berkata kepada kalian, bahwa seumur hidup kita sebagai orang Kristen sebenarnya tak lain hanya belajar mengenal siasat Allah, yakni belajar mengetahui bagaimana cara Allah mendisiplin dan mengajar kita. Jika kita sudah mengaku sebagai anak-anak Allah, janganlah kita hidup seperti orang yang tidak ada yang mengatur. Kalian harus ingat, tiada satu pun perkara yang boleh kalian katakan atau kritik dengan sembarangan. Semoga kita bisa mempunyai satu kebiasaan, yaitu tidak turut campur urusan orang lain, dan tidak mengucapkan perkataan yang sia-sia, tetapi belajarlah takut kepada Allah. Sangat tidak menguntungkan dan seriuslah problemanya kalau kita mengusik Allah hingga tangan siasat-Nya menimpa diri kita. Karena itu waspadalah, jangan sampai kasus orang lain menimpa diri kita. Perkara-perkara yang kita tuduhkan itu sendiri, kalau kita mengatakannya dengan sembarangan, akan menimpa diri kita. Apa yang anda tabur, itu juga yang akan anda tuai. Perkataan ini bagi anak-anak Allah merupakan fakta yang sebenarnya. Semoga kita belajar berlapang dada. Semakin kita berlapang dada, kita akan semakin beruntung. Di hadapan Allah, jika kita semakin berlapang dada terhadap orang lain, Allah pun akan semakin lapang dada terhadap anda. Saya sungguh memahami apa yang sedang saya katakan ini. Jika anda kejam terhadap saudara, Allah pun akan kejam terhadap anda, karenanya anda harus memperlakukan saudara dengan lemah lembut, murah hati dan lapang dada. Banyaklah perkara yang lebih baik tidak anda lakukan sendiri, biarlah orang lain yang melakukannya. Dan janganlah mengucapkan perkataan yang sia-sia, atau mengeritik orang lain. Sewaktu melihat orang lain mengalami kesukaran, itulah saatnya kita memberikan pertolongan kepadanya, bukan saatnya untuk mengeritiknya.

Anda harus ingat, orang-orang Yahudi pada akhir zaman ini akan dianiaya, mereka akan dikurung dalam penjara, tidak diberi pakaian dan makanan. Tetapi orang-orang yang disebut domba itu justru menilik mereka di penjara, dan justru memberikan pakaian dan makanan kepada mereka, yakni pada saat mereka tanpa pakaian dan makanan. Karenanya itu mereka akan beroleh kesempatan untuk menerima kasih karunia. Anda tak boleh berkata, marilah kita tambahi penderitaan orang Yahudi itu, sebab mereka teraniaya adalah sesuai takdir Allah. Memang, Allah menakdirkan mereka harus mengalami sengsara, tetapi anda harus menjadi orang yang berlapang dada, jangan mentang-mentang mereka ditakdirkan menderita susah, kita lalu campur tangan memperberat penderitaan mereka. Siasat Allah itu urusan Allah sendiri. Kita anak-anak Allah, dalam zaman ini, tetap harus belajar menjadi orang yang berlapang dada dan bermurah hati terhadap orang lain. Dengan demikian anda akan nampak, dalam banyak hal, Allah pun akan mengampuni anda.

Hari ini kita melihat banyak saudara yang telah jatuh menjadi tak keruan, itu karena mereka dahulu terlalu mengeritik/mencemooh orang lain. Kesukaran yang mereka rasakan hari ini sebenarnya merupakan imbalan kesenangan mereka dalam hal mengeritik orang lain di masa lampau. Dalam hal ini Allah ketat, tidak kendor. Karena itu kita wajib memperlakukan orang dengan lapang dada, agar tangan siasat Allah tidak menimpa diri kita. Semoga kita belajar mengasihi orang, berlapang dada terhadap orang. Bagaimanapun juga kita harus mohon Allah membelas kasihi kita atas kebodohan

kita dalam perilaku atau hal-hal lainnya, supaya kita terhindar dari tangan siasat-Nya. Untuk ini sungguh kita harus banyak-banyak memandang pada belas kasih Allah. Kita harus menyadari betapa hidup kita perlu bersandar kepada hikmat Allah. Kita harus mengaku kepada Allah betapa bodoh dan bejatnya segala perilaku kita. Andaikata Allah menaruh kita dalam tangan siasat-Nya, pasti kita tak mungkin berlalu. Oleh sebab itu, kita harus mohon belas kasih. Jika kita semakin lemah lembut dan merendahkan diri, kita akan semakin mudah dikeluarkan/dibebaskan. Tetapi jika tidak, kita akan semakin sulit dikeluarkan. Karena itu kita harus belajar merendahkan diri.

VI. HARUS MERENDAHKAN DIRI, “PADA WAKTUNYA” TANGAN SIASAT ALLAH BARU AKAN TERSINGKIR

Bila kita jatuh ke dalam tangan siasat Allah, tak peduli dalam perkara besar atau kecil, jangan sekali-kali memberontak. Memberontak adalah perbuatan yang bodoh! Jika kita jatuh ke dalam tangan Allah, prinsipnya hanya satu, “tunduk di bawah-Nya”. Bila anda benar-benar tunduk, tak lama kemudian anda akan nampak, bahwa “pada waktunya” Allah akan membebaskan anda, karena Ia menganggap hal itu sudah berlalu. Saya harap anda menaruh perhatian pada ungkapan: pada waktunya yang tercantum dalam I Petrus 5:6 ini: — “Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan pada waktunya”. Nah! Lihatlah, pada waktunya Ia akan membukakan satu jalan keluar bagi anda. Pada waktunya Ia akan memberi anda satu jalan yang lurus. Pada waktunya Ia akan membebaskan anda. Dan pada waktunya la akan meninggikan anda.

Di sini tangan Tuhan yang kuat, sepenuhnya berarti pengganjaran atau pendisiplinan, bukan berarti perlindungan. Tangan perlindungan Allah disebut tangan yang kekal. Jadi ini berarti saya tunduk di bawah tangan-Nya yang kuat, saya patuh kepada-Nya. Di bawah tangan yang kuat ini anda tak mungkin berkutik sedikit pun, anda pun tak berdaya menentangnya. Mau tak mau anda harus belajar tunduk saja, dan anda harus berkata, “0 Tuhan, hamba mau menurut perkataan-Mu, hamba takkan membangkang, hamba rela menerima pengaturan-Mu, tak peduli di mana saja hamba Kau tempatkan, hamba takkan membantah perlakuan-Mu itu, berapa lama pun hamba terima.” Setelah itu anda akan nampak bahwa “pada waktunya”, entah berapa lamanya kita tak tahu, pokoknya pada waktunya, yaitu setelah Tuhan menganggap anda sudah baik, saat itu mungkin Ia akan menggerakkan gereja untuk mendoakan anda, sehingga dengan demikianlah anda dibebaskan.

Saudara-saudara, semoga kita sejak semula sudah mengenal siasat Allah. Banyak orang tidak mengetahui masalah siasat Allah, hingga timbul banyak kesulitan atas diri mereka. Saya harap anak-anak Allah sudah dapat mengetahui siasat Allah sedini mungkin, yakni sejak hari dan tahun pertama anda menjadi orang Kristen. Kalau demikian, kita pasti akan maju dengan lurus di atas perjalanan yang kita tempuh ini!

31 || PEMECAHAN ROTI

PEMECAHAN ROTI

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

 

 

“Ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata, ‘Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku.’ Sesudah itu la mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata, ‘Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa-dosa.'”

          Matius 26:26-28

 

 

Pembacaan Alkitab:
Matius 26:26-28; 1 Korintus 10:16‑22; 11:23-32

I. PENETAPAN PERJAMUAN MALAM TUHAN

Ada satu perjamuan malam yang patut dihadiri oleh setiap anak-anak Allah dalam gereja, yaitu perjamuan malam yang ditetapkan oleh Tuhan Yesus pada malam terakhir dalam hidup-Nya di bumi; karena esok harinya Ia disalibkan. Perjamuan itu merupakan perjamuan-Nya yang terakhir di malam, terakhir dalam hidup-Nya di bumi ini. Walau setelah kebangkitan-Nya Ia makan juga, tetapi berbeda dengan orang biasa; saat itu Ia makan, boleh, tidak makan pun, boleh.

Perjamuan terakhir ini mengandung kisah sebagai berikut: Orang-orang Yahudi mempunyai satu perayaan, yaitu Paskah, sebagai peringatan bagaimana Allah menyelamatkan mereka dari perhambaan di Mesir. Ketika itu Allah menyuruh mereka menyediakan seekor anak domba menurut keluarga masing-masing, lalu menyembelihnya di waktu senja bulan pertama, hari yang keempat belas, kemudian darahnya dibubuhkan pada kedua tiang pintu dan di ambang atas, dan daging anak domba itu dimakan bersama dengan sayur pahit malam itu juga. Setelah orang-orang Yahudi keluar dari Mesir, Allah memerintahkan mereka untuk merayakan hari tersebut sebagai suatu peringatan (Kel. 12:1-28). Dalam pandangan orang-orang Yahudi, Paskah adalah suatu peringatan penyelamatan mereka.

Malam menjelang Tuhan meninggal dunia, bertepatan dengan waktu mereka makan anak domba Paskah. Setelah Tuhan makan anak domba Paskah bersama murid-murid-Nya, Tuhan segera menetapkan perjamuan malam-Nya. Di sini Tuhan sengaja memperlihatkan betapa perlunya kita mengambil bagian dalam perjamuan malam-Nya, seperti halnya orang Yahudi memakan anak domba Paskah mereka.

Bila kita membandingkan kedua peristiwa tersebut, kita nampak bahwa orang Israel merayakan Paskah karena mereka telah diselamatkan dari Mesir; sedang kita, anak-anak Allah, makan perjamuan malam Tuhan karena kita telah diselamatkan dari dosa dunia ini. Orang Israel memiliki anak domba, kita pun memiliki Anak Domba — Tuhan Yesus adalah Anak Domba Allah (Yoh. 1:29). Hari ini kita telah terlepas dari dosa dunia, kuasa Iblis, dan telah sepenuhnya menjadi milik Allah. Sebab itu, kita wajib makan perjamuan malam Tuhan, sama seperti orang-orang Yahudi harus makan anak domba Paskah mereka.

Setelah Tuhan Yesus makan Paskah, Ia “mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata, ‘Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku.’ Sesudah itu fa mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata, ‘Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa-dosa.”‘ (Mat. 26:26-28). Itulah perjamuan malam yang Tuhan tetapkan.

Apa artinya perjamuan malam? Perjamuan malam berarti perjamuan yang dinikmati dengan nyaman bersama keluarga setelah kesibukan sepanjang hari selesai. Perjamuan ini tidak seperti makan pagi atau makan siang yang dilakukan dengan terburu-buru, melainkan dinikmati dengan tenang dan penuh rasa perhentian. Ketika anak-anak Allah menghadiri perjamuan malam Tuhan, seyogianya juga dengan perasaan hati sedemikian, tanpa terburu-buru, juga tidak memikirkan ingin berbuat ini atau melakukan itu, melainkan menikmati perhentian yang nyaman di rumah Allah.

Tuhan Yesus menetapkan perjamuan malam pada malam perayaan Paskah, roti yang dimakan ialah roti tak beragi (Kel. 12:15): Yang diminum adalah “hasil pokok anggur” (lihat Mat. 26, Mrk. 14 dan Luk. 22). Jadi, ketika kita memecahkan roti, kita boleh memakai arak buah anggur atau sari buah anggur, yakni hasil pokok anggur.

II. MAKNA PERJAMUAN MALAM

1. Memperingati Tuhan

Mengapa Tuhan menghendaki kita berbuat demikian? Tuhan berkata, “Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (1 Kor. 11:24). Jadi, makna pertama dari perjamuan malam ialah memperingati Tuhan. Tuhan tahu kita bisa melupakan-Nya. Meskipun kasih karunia yang kita terima demikian besar, dan penebusan yang kita peroleh demikian ajaib, namun pengalaman membuktikan bahwa kita bisa melupakan-Nya. Saudara saudari yang baru percaya, walau baru beroleh selamat, bila mereka sedikit tidak waspada, mereka pun bisa melupakan penyelamatan Tuhan. Itulah sebabnya dengan khusus Tuhan berkata kepada kita, “Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.”

Tuhan menghendaki kita memperingati-Nya, bukan saja karena kita bisa melupakan-Nya, juga karena Tuhan sendiri memerlukan peringatan kita. Dengan kata lain, Tuhan tidak mau kalau kita melupakan-Nya. Sebenarnya, Dia jauh tak terkata lebih unggul dan lebih besar daripada kita, ada tidaknya peringatan kita tidaklah berarti bagi-Nya. Tetapi Ia berkata, “Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” Hal ini menyatakan betapa Tuhan merendahkan diri-Nya, Ia senang mendapat peringatan dari kita. Ia telah merendahkan diri-Nya menjadi Juruselamat kita, Ia pun merendahkan diri-Nya untuk mendapatkan peringatan kita. Dia mau, sewaktu kita hidup di bumi ini, kita tidak melupakan Dia. Dari minggu ke minggu, Dia menghendaki kita hidup di hadapan-Nya dan senantiasa memperingati-Nya. Dia menghendaki kita mendapatkan faedah rohani. Tuhan menghendaki kita memperingati Dia, ini adalah permintaan kasih-Nya. Karena kalau kita tidak sering memperingati Tuhan, membentangkan penebusan-Nya di hadapan kita, kita akan mudah sekali berbaur dengan dosa dunia ini, dan mudah pula muncul perselisihan di antara sesama anak-anak Allah, yang olehnya kita akan menderita kerugian yang sangat besar. Itulah sebabnya Tuhan menghendaki kita memperingati-Nya. Jika kita memperingati Dia, kita akan mendapatkan faedah. Jadi, ini pun adalah salah satu jalan untuk mendapatkan rahmat Allah; kita dapat menerima kasih karunia Tuhan melaluinya.

Sewaktu Anda memperingati Tuhan, ada satu faedah yang sangat besar, yaitu kekuatan dosa dan dunia tidak bisa berlangsung terus pada diri Anda. Berselang beberapa hari, Anda teringat bagaimana Anda menerima Tuhan; berselang beberapa hari, Anda teringat lagi bagaimana Tuhan mati bagi Anda. Dengan demikian, Anda pasti tidak akan terbaur lagi oleh dosa dunia. Inilah salah satu faedah pemecahan roti memperingati Tuhan.

Ada satu lagi faedah pemecahan roti memperingati Tuhan, yaitu dapat membuat anak-anak Allah tidak berselisih, tidak bergolong-golongan atau terpecah-belah. Ketika Anda memperingati bagaimana Anda menerima karunia keselamatan, dan seorang saudara lain juga memperingati bagaimana dirinya menerima karunia Tuhan, mungkinkah Anda tidak mengasihi dia? Ketika Anda teringat betapa Tuhan telah mengampuni dosa Anda yang begitu banyak itu, lalu Anda melihat seorang saudari datang, ia juga telah tertebus darah Tuhan, mungkinkah Anda tidak memaafkannya, sebaliknya malah menyalahkannya terus, sehingga terjadi perpecahan di antara Anda dengan dia? Selama dua ribu tahun ini, banyak pertikaian di antara anak-anak Allah telah lenyap di hadapan meja perjamuan malam Tuhan; banyak permusuhan telah terhapus saat orang datang ke hadapan meja Tuhan; sebab memperingati Tuhan berarti memperingati peristiwa penyelamatan dan pengampunan. Tidaklah patut kalau Anda mencekik teman Anda yang berhutang seratus dinar kepada Anda, sedangkan Tuhan telah mengampuni/membebaskan hutang Anda sebanyak laksaan dinar (Mat. 18:21-35). Ketika saudara saudari memperingati Tuhan, dengan sendirinya hati masing-masing menjadi lapang dan dapat merangkum seluruh anak-anak Allah, juga dengan spontan menyadari bahwa semua orang yang telah ditebus Tuhan adalah kekasih Tuhan, yang wajib ia kasihi pula. Di dalam Tuhan tidak semestinya ada perselisihan, dengki, dan dendam. Sewaktu Anda teringat bahwa dosa Anda yang begitu banyak itu telah diampuni Tuhan, tidak sepatutnyalah Anda tetap berselisih dengan saudara saudari. Bila Anda ingin terus berselisih, membenci, dan menaruh dendam, Anda tidak dapat memecahkan roti memperingati Tuhan. Karena itu, setiap kali kita bersidang memperingati Tuhan, Tuhan pasti menyuruh kita mengulangi kasih-Nya, mengulangi pekerjaan salib-Nya, mengingat kembali bahwa semua orang yang beroleh rahmat adalah orang-orang yang dikasihi Tuhan. Tuhan mengasihi kita, menyerahkan diri-Nya bagi kita; Tuhan bagi Anda, Tuhan juga menyerahkan diri-Nya bagi setiap orang yang menjadi milik-Nya. Setiap orang milik Allah adalah yang dikasihi-Nya, maka dengan sendirinya, setiap anak Allah juga adalah orang yang Anda kasihi; Anda tidak dapat membenci orang yang dikasihi-Nya.

“Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” Kita sama sekali tidak mungkin memperingati orang yang tidak kita kenal, kita pun tidak mungkin memperingati peristiwa yang tidak pernah kita alami. Tuhan menyuruh kita memperingati Dia, berarti kita pernah melihat-Nya di Golgota. Kita telah beroleh kasih karunia-Nya, maka kita memperingati perkara-perkara yang telah Dia rampungkan. Sebagaimana orang Yahudi menoleh ke belakang memperingati hari Paskah, kita pun menoleh ke belakang untuk memperingati Tuhan.

Mengapa banyak orang menjadi malas dan tidak dapat menghasilkan buah? Karena mereka telah lupa bahwa dosa-dosanya yang lampau telah dihapuskan (2 Ptr. 1:8-9). Itulah sebabnya Tuhan menghendaki kita memperingati-Nya, mengasihi-Nya, sering ingat kepada-Nya. Kita harus ingat bahwa cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Nya, yang telah teralir bagi kita; roti; ini adalah tubuh-Nya yang diserahkan bagi kita. Inilah butir pertama yang harus kita tekankan dalam pemecahan roti.

2. Memberitakan Kematian Tuhan

Perjamuan Tuhan masih mempunyai makna yang kedua. Tercatat dalam 1 Korintus 11:26, “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.” Anda makan roti Tuhan dan minum cawan Tuhan, itu berarti memberitakan kematian Tuhan. “Memberitakan” boleh diterjemahkan menjadi “mengumumkan”. Jadi kita mengumumkan kematian Tuhan agar semua orang mengetahuinya. Tuhan menyuruh kita makan perjamuan malam-Nya, tidak hanya bertujuan untuk memperingati-Nya, tetapi juga untuk mengumumkan kematian-Nya.

Mengapa roti dan cawan mengumumkan kematian Tuhan? Sebab asalnya darah ada dalam daging, jika darah terpisah dengan daging, itu menandakan kematian. Anda nampak anggur dalam cawan, itulah darah; Anda nampak roti, itulah daging. Darah Tuhan berada di sebelah sini, daging Tuhan berada di sebelah sana, darah terpisah dengan daging, itu menandakan kematian Tuhan. Dalam sidang ini, Anda tidak perlu memberi tahu orang “Tuhan kita telah mati bagi Anda,” asalkan mereka melihat darah tidak berada dalam daging, mereka pasti mengerti bahwa itulah kematian.

Apakah roti itu? Roti terbuat dari biji gandum yang telah dihaluskan. Apakah pula isi cawan itu? Buah anggur yang telah diperas. Ketika Anda melihat roti ini, Anda tahu di sini ada gandum yang telah tergiling hingga halus; Anda melihat cawan, Anda pun tahu di sini ada buah anggur yang telah diperas. Hal ini memperlihatkan dengan jelas kepada kita bahwa di sini ada kematian. Bila biji-biji gandum tidak digiling, melainkan tetap utuh, mustahil menjadi roti; bila buah-buah anggur tidak diperas, mustahil menjadi arak atau sari anggur. Kalau biji gandum mempertahankan dirinya, roti tidak mungkin ada; kalau buah anggur mempertahankan dirinya, sari anggur pun tidak mungkin ada. Di sini Tuhan bersabda melalui Paulus, “Kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan.” Kita makan gandum yang telah tergiling halus, minum buah anggur yang telah diperas, itulah mengumumkan kematian Tuhan.

Jika Anda membawa orang tua, anak-anak, atau famili Anda yang belum mengenal Tuhan ke suatu sidang pemecahan roti, ketika mereka pertama kali melihat pemecahan roti, mereka pasti akan bertanya, “Apakah itu? Apa artinya pemecahan roti? Apa pula artinya cawan itu?” Anda bisa menjawab dengan bertanya kepada mereka, “Kalau cawan itu berisi darah, dan roti itu daging, apakah artinya?” Mereka pasti menjawab, “Itu berarti kematian.” Karena darah ada di sebelah sini, daging di sebelah sana, darah terpisah dengan daging, itu tidak lain berarti kematian. Kita boleh membiarkan orang melihat, dan kita tunjukkan kepada mereka bahwa yang terbentang di sini tidak lain ialah kematian Tuhan. Maka kita tidak hanya memberitakan Injil dengan mulut, tidak hanya memberitakan Injil di balai sidang, tidak hanya menginjil dengan karunia, kita pun memberitakan Injil dengan perjamuan malam Tuhan. Ketika kita mengadakan perjamuan ma-am Tuhan, kalau orang tidak menganggapnya sebagai suatu upacara, tetapi mengetahui bahwa kita sedang mengumumkan kematian Tuhan di hadapan mereka, ini akan menjadi perkara besar dalam alam semesta. Yesus, Orang Nazaret, Putra Allah, telah mati, itulah fakta besar yang terbentang di sini.

Dalam pandangan manusia, Tuhan Yesus telah lenyap dari bumi ini, tetapi tanda salib ,roti dan cawan masih tetap ada di sini. Setiap kali kita melihat roti dan cawan, sama dengan melihat kematian Tuhan di atas salib. Tanda salib ini memberi tahu kita bahwa bagi kita peristiwa kematian Tuhan perlu kita peringati.

“Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.” Tuhan Yesus akan datang lagi, perkataan ini sungguh menghibur kita. Kalimat ini dikaitkan dengan perjamuan malam, sungguh sangat berarti. Apakah Anda merasakan baiknya perjamuan malam ini? Perjamuan malam ialah hidangan terakhir dalam sehari. Satu minggu sekali kita mengadakan perjamuan malam ini. Seminggu demi seminggu gereja mengadakan perjamuan malam yang sama; meskipun telah lewat hampir dua ribu tahun, terus mengadakan perjamuan malam ini, sambil terus menunggu. Sampai Tuhan datang, barulah kita tidak memakannya lagi. Ketika kita berhadapan muka dengan Tuhan, perjamuan malam ini baru berakhir. Karena kita telah berjumpa dengan Tuhan, maka kita tidak perlu lagi memperingati-Nya.

Makna perjamuan malam yang pertama ialah memperingati Tuhan; kedua ialah memberitakan kematian Tuhan, sampai Ia datang lagi. Perjamuan malam Tuhan membuat kita memperingati diri Tuhan sendiri. Semoga sejak semula saudara saudari sudah nampak diri Tuhan. Bila,seseorang memperingati Tuhan, dengan sendirinya ia akan memperingati kematian Tuhan, dengan sendirinya matanya akan memandang kerajaan pada suatu hari Tuhan akan datang, untuk membawa  kita ke tempat Ia berada. Salib selalu mengarah kepada kedatangan kembali, salib selalu mengarah kepada kemuliaan. Ketika kita memperingati Tuhan, kita wajib menengadah dan berkata, “Ya Tuhan, aku ingin melihat wajah-Mu; saat aku nampak wajah Tuhan, semua ini akan berlalu.” Tuhan menghendaki kita memperingati Dia dan senantiasa mengumumkan kematian-Nya, sampai Dia datang lagi.

III. MAKNA PERJAMUAN (MEJA) TUHAN

Pemecahan roti dalam 1 Korintus 10 disebut dengan istilah lain, bukan perjamuan malam, melainkan perjamuan atau meja Tuhan. Dalam perjamuan malam yang diselenggarakan Tuhan pada malam terakhir, Ia menyuruh kita memperingati Dia dan mengumumkan                 kematian-Nya, sampai Ia datang lagi, itu hanya pada satu aspek saja, masih ada aspek lainnya, yaitu meja perjamuan, yang tertulis dalam 1 Korintus 10:21. Dalam 1 Korintus 10:16-17 tercantum jelas sekali tentang arti meja perjamuan Tuhan. Ayat-ayat itu berbunyi, “Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus? Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu.” Di sini terkandung dua makna: persekutuan dan kesatuan.

1. Persekutuan

Meja perjamuan Tuhan, pertama berarti persekutuan. “Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus?” Bukankah kita bersama-sama minum cawan Tuhan? Inilah persekutuan. Kalau 1 Korintus 11 membicarakan tentang hubungan kaum beriman dengan Tuhan, maka pasal 10 membicarakan hubungan antara sesama kaum beriman. Kalau perjamuan malam berarti memperingati Tuhan, maka meja perjamuan berarti kita saling bersekutu. Meja perjamuan berarti, “Cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur adalah persekutuan dengan darah Kristus.” Yang ditekankan di sini bukan menerima darah Kristus, melainkan “bersama-sama menerima” darah Kristus. Ini berarti persekutuan.

Istilah “cawan” dalam kalimat “cawan yang atasnya kita ucapkan syukur” berbentuk tunggal. Cawan yang tercantum dalam Matius 26:27 juga berbentuk tunggal: “Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata, ‘Minumlah, kamu semua, dari (satu) cawan ini.”‘ Itulah sebabnya kita tidak setuju mengubah cawan menjadi jamak, karena bila cawan diubah menjadi jamak, makna aslinya akan berubah. Cawan yang atasnya kita ucapkan syukur adalah persekutuan dengan darah Kristus. Kita bersama-sama menerima dari cawan yang satu, inilah persekutuan. Kalau antara satu sama lain tidak akrab, tidak mungkin Anda meneguk satu cawan bersama saya. Anak-anak Allah bersama-sama meminum dari satu cawan, hal ini mengandung arti saling bersekutu.

2. Kesatuan

Makna kedua ialah kesatuan. “Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus? Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapatkan bagian dalam roti yang satu itu.” Di sini kita melihat bahwa anak-anak Allah bersatu. Roti dalam pasal 11 berbeda maknanya dengan roti dalam pasal 10. Roti dalam pasal 11 ditujukan kepada tubuh jasmani Tuhan Yesus; Tuhan berkata, “Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan karena kamu.” Sedang roti dalam pasal 10 ditujukan kepada gereja, “Kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh.” Kita adalah roti, dan roti ini ialah gereja.

Di hadapan Tuhan, kita wajib belajar memperingati, mengumumkan, dan bersekutu, namun kita pun wajib belajar mengenal kesatuan. Sama halnya dengan satu roti, seluruh anak-anak Allah satu adanya. Kita hanya ada satu roti; Anda memecahkan (memakan) sedikit roti, dia memakan sedikit, tiap-tiap orang memakan sedikit. Andaikan pecahan-pecahan roti yang telah kita makan itu bisa dikumpulkan kembali, bukankah tetap satu roti? Walau roti ini telah tersebar ke dalam tiap-tiap orang, tetapi di dalam Roh Kudus tetaplah satu roti. Kalau roti material telah kita makan, habislah sudah, kita tidak berdaya mengembalikannya; tetapi dalam hal rohani, roti ini tetap satu, sebab kita menjadi satu di dalam Roh Kudus. Kristus seperti roti, asalnya Ia satu. Allah memberikan sedikit Kristus kepada Anda, Allah juga memberikan sedikit Kristus kepada dia, Kristus yang satu kini telah tersebar dan tinggal dalam hati banyak orang. Kristus itu rohani, walau telah terbagi-bagi, tetap utuh satu. Allah mengaruniakan Kristus kepadanya, tetapi dalam Roh Kristus tetap satu adanya. Maka dalam Roh, roti yang terpecah-pecah tetaplah seketul. Ketika anak-anak Allah memecahkan roti, tidak saja berarti memperingati Tuhan, mengumumkan kematian Tuhan, dan tidak saja bersekutu dengan semua anak-anak Allah, bahkan mengakui kesatuan anak-anak Allah. Roti yang satu ini mewakili kesatuan gereja Allah.

Masalah roti adalah masalah pokok dalam meja perjamuan Tuhan. Roti ini amat penting sekali. Pada satu pihak, roti ini mewakili seluruh anak-anak Allah, di lain pihak, ia juga mewakili anak-anak Allah yang berada di satu lokal. Kalau ada anak-anak Allah berhimpun di satu lokal, tetapi mereka hanya melihat beberapa orang saja, berarti roti mereka hanya mencakup beberapa orang itu saja, dan berarti roti mereka terlalu kecil, itu tidak cukup. Roti mereka seharusnya dapat mewakili anak-anak Allah di satu lokal, harus dapat mewakili satu gereja lokal, bahkan harus mencakup seluruh anak Allah di bumi ini. .Kita wajib menyadari bahwa roti ini melambangkan kesatuan seluruh anak Allah. Bila kita mendirikan satu gereja yang menyendiri, itu berarti roti kita terlampau kecil, tidak dapat mewakili gereja. Kalau di suatu lokal diadakan meja perjamuan, namun mereka tidak dapat berkata, “Sekalipun kita banyak, adalah satu tubuh, karena roti adalah satu,” maka kita tidak dapat memecahkan roti itu, sebab itu bukan meja perjamuan Tuhan.

Setiap kali kita mengadakan pemecahan roti, kita harus memperingati Tuhan dan wajib mengarahkan hati kita kepada saudara saudari. Setiap orang yang telah tertebus darah Tuhan, berada di dalam roti ini. Hati kita harus diperluas oleh Tuhan, agar dapat mencakup sebesar yang dicakup roti itu. Sekalipun kita banyak, roti tetap satu. Saudara saudari yang tidak memecahkan roti bersama kita pun tercakup di dalamnya. Jika saat kita memecahkan roti, kita sama sekali melupakan mereka, itu berarti roti kita kurang besar, hati kita kurang besar, dan hal ini tidak seharusnya. Jangan sekali-kali berpikiran, “Semoga saudara anu atau saudari anu tidak ada di dalam roti ini;” atau “Paling baik orang Kristen anu keluar dari sini.” Roti ini membuat kita menjadi orang yang tidak berhati sempit.

Misalkan, ada seorang saudara datang ke hadapan meja Tuhan, ia tidak pernah memecahkan roti bersama kita, ia telah bersatu dengan Tuhan, ia pun berada dalam roti ini, bagaimana sikap kita terhadap kehadirannya, menerimanya atau tidak? Kita harus ingat, kita bukan tuan, kita paling-paling adalah “penyambut sidang”. Perjamuan ini milik Tuhan, bukan milik kita. Meja perjamuan Tuhan diselenggarakan di suatu tempat, itu sama halnya dengan ketika meja perjamuan Tuhan diselenggarakan untuk pertama kali di atas loteng. Loteng itu adalah pinjaman; begitu pula, hari ini tempat ini pun dipinjam Tuhan untuk menyelenggarakan meja perjamuan. Kita tidak dapat mengatakan, “Kita tidak mengizinkan si anu memecahkan roti.” Perjamuan ini milik Tuhan, diterima atau tidak, Tuhan sajalah yang berhak menentukan, kita tidak. Kita tidak dapat menolak orang yang diterima Tuhan, kita tidak dapat menolak orang yang menjadi milik Tuhan. Kita hanya dapat menolak orang yang ditolak Tuhan, kita hanya dapat menolak orang yang bukan milik Tuhan. Kita pun hanya boleh menolak orang yang walaupun milik Tuhan, tetapi tidak mau melepaskan diri dari kejatuhannya dalam dosa; sebab persekutuannya, baik dengan Tuhan maupun dengan kita, telah terputus. Kita tidak dapat menolak orang yang telah diterima Tuhan, kita pun tidak dapat menerima orang yang tidak diterima Tuhan dan orang yang telah terputus persekutuannya dengan Tuhan. Karena itu, sebelum kita menetapkan patut tidaknya seseorang diterima untuk memecahkan roti, kita perlu jelas mengenalinya terlebih dulu. Perkara penerimaan pemecahan roti harus dilakukan dengan hati-hati, teliti, jangan ceroboh dan hendaklah dilakukan sesuai dengan kehendak Tuhan.

IV. HAL-HAL YANG -PERLU DIPERHATIKAN
DALAM SIDANG PEMECAHAN ROTI

Terakhir, kita masih perlu mengetengahkan dua, tiga hal lagi. Dalam sidang pemecahan roti ada satu keadaan khusus yang perlu kita perhatikan, yaitu kita adalah orang-orang yang telah dibasuh bersih oleh darah Tuhan, kita bukan orang-orang yang memohon agar dibasuh bersih darah Tuhan; kita adalah orang-orang yang telah memperoleh hayat Tuhan, bukan orang-orang yang memohon agar memperoleh hayat Tuhan. Sebab itu, dalam sidang ini sangatlah baik bila kita mengucap syukur (memberkati). ” . . . yang atasnya kita ucapkan syukur . . . ” (” yang atasnya kita berkati”; Tl.). Pada hakekatnya, pengucapan syukur (pemberkatan) kita adalah karena sudah diberkati oleh Tuhan. Pada malam ketika Tuhan diserahkan, Ia “mengambil roti, mengucap syukur.. . mengambil cawan, mengucap syukur . . .” (Mat. 26:26-27). Pada waktu itu Tuhan hanya mengucap berkat dan hanya mengucap syukur. Selesai Ia memecahkan roti dengan murid-murid-Nya, Ia pun menyanyikan pujian lalu pergi keluar (Mat. 26:30). Maka nada yang normal dalam sidang ini ialah pengucapan syukur dan menyanyikan pujian, bukan berdoa, pun bukan berkhotbah. Kalau ingin menyampaikan persekutuan yang langsung berhubungan dengan diri Tuhan, mungkin juga boleh, tetapi mungkin juga tidak perlu. Apalagi khotbah lainnya, akan lebih jauh menyimpang dari topiknya. (Pembicaraan Paulus dalam sekali sidang pemecahan roti di Troas yang tercantum dalam Kisah Para Rasul 20, merupakan perkecualian). Jadi, dalam sidang ini hanya mementingkan pengucapan syukur dan puji-pujian.

Pemecahan roti dilakukan seminggu sekali. Ketika Tuhan menetapkan pemecahan roti, Ia berkata, “Setiap kali kamu makan . . . setiap kali kamu minum . . . ” (Kata “setiap kali” dalam bahasa aslinya mengandung arti “sering kali”). Gereja yang semula mengadakan pemecahan roti pada tiap hari pertama dalam seminggu (Kis. 20:7). Tuhan kita tidak saja telah mati, Ia pun telah bangkit, maka kita memperingati Tuhan dalam kebangkitan. Hari pertama dalam seminggu itulah hari kebangkitan Tuhan, dan perkara terpenting bagi kita pada hari pertama dalam seminggu ialah memperingati Tuhan. Semoga setiap saudara saudari tidak melupakan hal ini.

Pula, ketika kita memperingati Tuhan, kita harus “layak”. Tertulis dalam 1 Korintus 11:27-29, “Jadi, siapa saja dengan cara yang tidak layak makan roti dan minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan. Karena itu, hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum cawan dari cawan itu. Karena siapa yang makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya.” Sewaktu kita makan, yang paling penting ialah layak. Yang dimaksud bukan orangnya yang layak atau tidak, melainkan sikapnya. Kalau seseorang telah menjadi milik Tuhan, tidak ada masalah baginya. Kalau seseorang bukan milik Tuhan, ia sama sekali tidak boleh memecahkan roti. Maka masalah layak atau tidak layak, bukan ditujukan kepada orangnya, melainkan ditujukan kepada benar tidaknya sikap orang itu. Ketika kita menerima tubuh ini, tidaklah pada tempatnya jika kita makan dengan sembarangan, tanpa mengakui tubuh. Sebab itu, Tuhan menyuruh kita menguji diri sendiri. Meskipun manusia kita tidak ada masalah, tetapi ketika kita makan, kita harus tahu inilah tubuh Tuhan. Sikap kita tidak boleh ceroboh atau sembarangan, pun tidak boleh meremehkannya atau bersikap santai. Tingkah laku kita dalam hal ini harus sesuai dan layak dengan tubuh Kristus. Tuhan telah memberikan darah dan daging-Nya kepada kita, maka wajiblah kita menerimanya dengan khidmat, memperingati-Nya dengan khidmat.

34 || PENGATURAN ROH KUDUS

PENGATURAN ROH KUDUS

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

 

“Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”

Roma 8:28


“Bukankah burung pipit dijual dua ekor seharga satu receh terkecil? Namun, seekor pun tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Karena itu, janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga daripada banyak burung pipit.”

Matius 10:29-31

“Moab hidup aman dari sejak masa mudanya, dia hidup tenang seperti anggur di atas endapannya, tidak dituangkan dari tempayan yang satu ke tempayan yang lain, tidak pernah masuk ke dalam pembuangan; sebab itu rasanya tetap padanya, dan baunya tidak berubah.”

Yeremia 48:11

“Yusuf membawa juga Yakub, ayahnya, menghadap Firaun. lalu Yakub memohonkan berkat bagi Firaun. Kemudian bertanyalah Firaun kepada Yakub: ‘Sudah berapa tahun umurmu?’ Jawab Yakub kepada -Firaun: ‘Tahun-tahun pengembaraanku sebagai orang asing berjumlah seratus tiga puluh  tahun. Tahun-tahun hidupku itu sedikit saja dan buruk adanya, tidak mencapai umur nenek moyangku, yakni jumlah tahun mereka mengembara sebaagai orang asing.’ Lalu Yakub memohonkan berkat bagi, Firaun, sesudah itu keluarlah ia dari depan Firaun.”                                                                  Kejadian 47:7-10

Kita telah percaya kepada Tuhan, kita pun telah beroleh hayat (kehidupan) baru. Tetapi, kita masih mempunyai banyak kebiasaan, karakter atau pun sifat yang berasal dari hayat lama. Kebiasaan-kebiasaan, karakter-karakter, atau sifat-sifat kita yang semula itu selalu menghalangi hayat baru, sehingga hayat baru ini tidak dapat terekspresi. Itulah sebabnya, ketika orang berhubungan dengan kita, orang sulit menjamah hayat baru yang ada di dalam kita, orang tidak mudah menjamah Tuhan pada diri kita. Seringkali yang terjamah hanyalah manusia semula kita. Mungkin Anda adalah seorang yang sangat pandai, tetapi itu masih merupakan kepandaian bawaan Anda. Anda mungkin sangat ramah, itu pun keramahan bawaan Anda. Atau Anda menjumpai seorang yang penampilannya sangat lemah lembut atau sangat gesit, namun semua itu hanyalah sifat bawaannya. Keadaan-keadaan manusia bawaan kita itulah yang menyebabkan orang lain tidak mudah menjamah Tuhan di atas diri kita.

Sebab itu, sejak kita diselamatkan, Tuhan akan menggarap kita dari dua aspek. Pertama, Tuhan akan merombak kebiasaan, karakter, dan sifat kita yang dahulu. Dengan demikian hayat Kristus baru dapat terekspresi dengan bebas dari diri kita. Jika tidak, hayat-Nya akan terhambat oleh hayat alamiah kita: Kedua, Roh Kudus akan secara cermat menciptakan satu sifat atau satu karakter baru, yang menghasilkan satu kehidupan dan kebiasaan yang baru di atas diri kita. Tuhan tidak hanya ingin merombak yang lama, Ia pun ingin menyusun yang baru; tidak saja ada perombakan secara negatif, tetapi juga ada penyusunan secara positif. Inilah kedua aspek pekerjaan yang akan dilakukan Allah pada diri kita setelah kita diselamatkan.

I. ALLAH YANG MELAKUKAN

Ada orang tahu bahwa setelah seseorang percaya Tuhan, maka manusianya harus dirombak. Tetapi mereka terlampau pintar, sehingga mereka berusaha merombak sifat, karakter dan kebiasaan-kebiasaan lama dengan cara manusia. Tetapi, yang pertama ingin Allah rombak justru adalah “cara manusia” kita ini. Saudara saudari, sifat, karakter, dan kebiasaan kita dulu, yang kita bina dengan cara manusia, sekarang akan Anda rombak dengan “cara manusia” lagi, itu tidak saja tidak berguna, malah akan menambah kerepotan. Karena itu, sejak semula kita harus nampak bahwa segala kita yang dahulu itu memang perlu dirombak, tetapi bukan kita sendiri yang merombaknya. Sebab perombakan dengan cara manusia bisa menjadi semacam dekorasi luaran, itu malah akan menghambat pertumbuhan hayat rohani kita. Kita tidak perlu merombaknya, biarkanlah Allah yang merombak kita.

Kita wajib mengetahui dengan jelas bahwa perkara ini ingin Allah lakukan sendiri, bukan kita yang ber­usaha menanggulangi diri sendiri. Allah menghendaki kita menyerahkan seluruh pekerjaan ini ke tangan-Nya. Konsepsi dasar ini perlu kita miliki dan ketahui dengan jelas. Jika Allah membelaskasihani kita, Ia pasti melakukan pekerjaan-Nya di atas kita. Allah akan mengatur lingkungan yang berfaedah bagi kita guna merombak manusia lahiriah kita. Allah tahu berapa banyak manusia lahiriah kita yang perlu dirombak; Allah tahu bagian mana dari diri kita yang perlu dirombak, karena bagian-bagian itu luar biasa keras dan hebat. Boleh jadi ada bagian kita yang terlalu cepat, atau terlalu lamban; ada yang terlalu kendur, atau terlalu ketat. Semua itu hanya Allah yang tahu, manusia tidak tahu, bahkan kita sendiri pun tidak tahu. Karena hanya Allah yang mengenal kita secara tuntas, maka kita harus membiarkan Allah saja yang merombak kita.

Untuk memudahkan penjelasan tentang pekerjaan perombakan dan penyusunan Allah atas diri kita, di sini boleh kita gunakan sebuah istilah, yaitu “Pengaturan Roh Kudus”. Sebab meskipun kejadian-kejadian yang kita alami adalah pengaturan Allah, tetapi yang menjelas­kannya kepada kita adalah Roh Kudus. Pengaturan Allah adalah perkara-perkara yang di luar, tetapi untuk me­nerjemahkannya ke dalam kita dan menerapkannya ke atas diri kita, harus melalui Roh Kudus. Kejadian-keja­dian yang di luar itu diterapkan menjadi sesuatu yang di dalam kita, itulah yang kita namakan pengaturan Roh Kudus. Tidak saja demikian, pada hakekatnya Allah pun mengatur lingkungan melalui Roh Kudus. Allah tidak mengatur kejadian-kejadian secara langsung bagi kita, melainkan melalui Roh Kudus. Kurun waktu mulai dari kenaikan Tuhan sampai kedatangan-Nya kali kedua disebut “zaman Roh Kudus”; sebab dalam kurun waktu ini semua pekerjaan Allah dilakukan-Nya melalui RohKudus. Roh Kudus yang mengatur segala sesuatu dalam lingkungan, Roh Kudus pula yang memberi pimpinan di dalam batin anak-anak Allah. Dalam Kisah Para Rasul terdapat beberapa kali catatan Roh Kudus mendesak, Roh Kudus tidak mengizinkan, dan Roh Kudus melarang. Nah, pengaturan-pengaturan dalam lingkungan, desakan-desakan, atau larangan-larangan dalam batin yang dilakukan Roh Kudus, semuanya kita sebut dengan istilah “pengaturan Roh Kudus”. Ini berarti Roh Kudus mengatur atau mengontrol kita.

Pengaturan ini tidak hanya dalam pimpinan, juga dalam sifat; tidak hanya berkaitan dengan jalan, juga berkaitan dengan karakter. Dalam batin kita telah ada satu hayat yang baru, telah dihuni Roh Allah. Dia tahu apa yang sebenarnya kita butuhkan; Dia tahu kejadian atau peristiwa apa yang paling cocok untuk kita alami. Pengaturan Roh Kudus tak lain ialah Allah mengatur suatu lingkungan yang cocok bagi kita melalui Roh Kudus demi memenuhi kebutuhan kita. Melalui pengaturan lingkungan itu, Allah melakukan pekerjaan perombakan dan penyusunan di atas diri kita. Sebab itu, pengaturan Roh Kudus bertujuan merombak sifat, kebiasaan alamiah kita, dan menyusun kita sehingga kita menjadi matang dan manis.

Lingkungan kita diatur oleh Allah, sampai-sampai rambut kita pun telah diberi nomor oleh-Nya. Jika Allah kita tidak mengizinkan, tak seekor pun burung pipit bisa jatuh ke bumi, apalagi kejadian-kejadian yang menimpa kita. Sepatah kata yang tajam, seraut wajah yang masam, satu perkara yang tidak sesuai dengan keinginan, satu pengharapan yang tak tercapai, kehilangan orang yang dikasihi secara mendadak, tiba-tiba kesehatan jasmani terancam; semua itu adalah kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang diizinkan oleh Bapa. Baik lancar atau tersendat, sehat atau sakit, senang atau susah, semua itu telah melalui izin Allah. Justru Allah mengatur lingkungan-lingkungan tersebut untuk merombak karakter dan sifat kita yang usang, dan menyusun karakter dan sifat yang baru ke atas diri kita. Allah mengatur lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan kita, agar kita dirombak dan disusun Roh Kudus; de­mikianlah kita bisa memiliki karakter dan sifat yang mirip dengan sifat Allah. Karakter atau sifat yang mirip Allah ini akan terekspresi atas diri kita dari hari ke hari.

Karena itu, setelah kita percaya Tuhan, perkara-perkara ini harus kita ketahui dengan jelas. Pertama, kita perlu perombakan dan penyusunan. Kedua, bukan kita sendiri yang merombak dan menyusun, melainkan Allah melalui pengaturan dalam lingkungan kita.

II. BAGAIMANA ALLAH MENGATUR

Kita masing-masing memiliki sifat, karakter, kehidupan, dan kebiasaan yang berbeda, sebab itu perombakan yang kita perlukan juga berbeda. Ketika Allah melakukan pengaturan pada diri kita, lingkungan yang diatur-Nya tidak sama; kejadian yang menimpa tiap orang berbeda. Suami dengan istri memang paling intim, tetapi pengaturan Allah terhadap mereka tidak sama. Orang tua dengan anak-anak memang intim, tetapi pengaturan Allah terhadap mereka juga berlainan. Jadi, ketika Allah mengatur lingkungan untuk kita, Ia menyesuaikannya dengan keperluan kita masing-masing.

Setiap pengaturan Allah selalu mengandung tujuan yang mendidik. Roma 8:28 mengatakan, “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia. ” Kata “segala sesuatu” di sini berarti “semua”. Jadi, segala sesuatu itu berada di bawah pengaturan Allah, dan bertujuan mendatangkan kebaikan bagi kita.

Sebab itu, tiada satu pun peristiwa yang menimpa kita secara mendadak, atau secara kebetulan, sebab segala sesuatu telah diatur oleh Allah. Menurut pandangan kita, peristiwa-peristiwa yang kita alami seolah-olah rumit dan kacau, sehingga kita tak dapat memahami maknanya. Tetapi sabda Allah mengatakan bahwa segala sesuatu bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Kita tidak tahu, perkara apa yang mendatangkan kebaikan bagi kita; kita tidak tahu, kita akan mengalami berapa peristiwa dan beroleh berapa kebaikan. Namun ada satu yang kita ketahui, yaitu segala sesuatu akan mendatangkan kebaikan bagi kita; satu pun tidak ada yang terkecuali. Kita harus nampak bahwa pengaturan Allah atas diri kita terutama bertujuan menciptakan karakter yang kudus. Bukan kita sendiri yang membuat kelakuan-kelakuan atau karakter-karakter yang kudus, melainkan Allah, melalui pengaturan-pengaturan-Nya itu.

Ungkapan “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita” dapat kita jelaskan artinya dengan sebuah perumpamaan. Di Hangchow (China) ada sebuah pabrik tenun sutera. Mereka menenun sutera dengan benang sutera yang beraneka warna. Jika dilihat dari belakang, tenunan itu sangatlah kacau dan tidak jelas apa yang ditenun itu; lebih-lebih bagi orang awam. Tetapi jika kita melihat bagian depannya yang telah selesai ditenun, ternyata sangat indah sekali; di atasnya ada gambar manusia, bunga-bunga, gunung atau sungai. Sewaktu mereka menenun, segalanya tidak jelas, hanya terlihat benang-benang yang warna-warni itu berjalan keluar masuk. Demikian pula, banyak peristiwa yang kita alami, tanpa kita ketahui maknanya. Gambar apa yang hendak Allah bentuk, tidak kita ketahui. Tetapi setiap helai benang yang Allah pakai untuk mengatur kita itu bermanfaat bagi kita, dan setiap bentuk gambar sesuai dengan pengaturan-Nya. Setiap lingkungan yang diatur Allah bertujuan menciptakan satu karakter yang kudus bagi kita. Setiap peristiwa yang kita alami mengandung nilai-nilai tertentu. Mungkin hari ini sama sekali tidak kita ketahui, tetapi pada suatu hari kelak kita akan jelas. Walau ada perkara tidak terasa indah pada saat ini, tapi setelah lewat sejangka waktu, kita akan mengetahui dengan jelas mengapa Tuhan mengatur demikian, dan apa sebenarnya tujuan Tuhan.

III. SIKAP YANG SEHARUSNYA KITA MILIKI

Roma 8:28, mengatakan “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia.” Dengan kata lain, ketika Allah bekerja, mungkin kita memperoleh kebaikannya, mungkin kita menghambat kebaikan. Hal itu sangat erat kaitannya dengan sikap kita. Lambat atau cepatnya kita beroleh kebaikan tergantung pada bagaimana sikap kita. Bila sikap kita benar, kita akan segera memperoleh kebaikan itu. Jika kita mengasihi Allah, segala sesuatu yang berasal dari Allah pasti mendatangkan kebaikan bagi kita. Jika seseorang mengambil sikap tidak memilih bagi dirinya sendiri, tidak menuntut sesuatu untuk diri sendiri, melainkan sama sekali menghendaki apa yang diberikan oleh Allah, ia pasti hanya memiliki satu kehendak, yakni mengasihi Allah. Jika hatinya mengasihi Allah, tak peduli bagaimana rumit dan kacaunya perkara-perkara yang di luar, pasti akan tertenun dalam kasih, sehingga mendatangkan kebaikan baginya.

Ketika kita mengalami suatu peristiwa, jika hati kita tidak mengasihi Allah, sebaliknya menuntut atau mendambakan sesuatu demi diri sendiri, mempunyai kegemaran lain di luar Allah, niscaya kebaikan yang akan Allah berikan kepada kita tertunda. Lagi pula, kita akan menghadapi peristiwa-peristiwa itu dengan perasaan yang bergejolak, tidak terima, bersungut-sungut, dan mengeluh. Saudara saudari, ingatlah, meskipun Allah turut bekerja dalam segala sesuatu, tetapi karena hati kita tidak mengasihi Allah, maka kita tidak dapat segera beroleh kebaikan. Sebab itu, meskipun banyak anak Allah telah benar-benar mengalami berbagai peristiwa, namun tidak ada kebaikan apa pun yang mereka peroleh. Banyak pengaturan yang diaturkan ke atas diri mereka, namun tidak ada hash berlimpah yang mereka dapatkan. Itu tak lain karena mereka memiliki tujuan lain di luar Allah. Hati mereka tidak lunak di hadapan Allah, tak merasakan kasih Allah dan tidak mengasihi Allah. Karena sikap mereka tidak benar, sekalipun sering menerima penanggulangan, namun tidak ada yang tertinggal dalam roh mereka.

Semoga Allah membelaskasihani kita, agar sejak kita percaya kepada Tuhan, hati kita sudah belajar mengasihi Allah. Kekurangan pengetahuan tidak besar pengaruhnya, sebab jalan untuk mengenal Allah ada di dalam kasih, bukan di dalam pengetahuan. Jika seseorang mengasihi Allah, meskipun ia tidak memiliki banyak pengetahuan, ia masih dapat mengenal Allah. Sebaliknya, walau pengetahuan seseorang banyak, tetapi jika hatinya tidak mengasihi Allah, semua pengetahuannya itu tidak dapat membantunya untuk mengenal Allah. Dalam kidung kita ada kata syair yang sangat indah: “Bila Anda ingin mengenal Allah, kasihlah jalan yang terpintas.” Jika seseorang benar-benar mengasihi Allah, tak peduli peristiwa apa yang dijumpainya, pasti mendatangkan kebaikan baginya.

Hati kita harus mengasihi Allah, dan harus pula belajar mengenal tangan Allah, tunduk di bawah tangan Allah. Jika kita tidak nampak tangan Allah, setiap perkara akan membuat kita hanya berhubungan dengan manusia. Kita akan merasa orang-orang itu tidak baik, mereka memperlakukan kita dengan kejam. Kita merasa kakak-kakak, adik-adik, orang tua, dan teman-teman kita, semua tidak benar. Ketika kita merasa semua orang tidak benar, selain putus asa, juga tidak ada kebaikan apa pun yang bisa kita peroleh. Ketika kita merasa semua saudara saudari dalam gereja tidak benar, semua tidak benar, selain kita jengkel dan gusar, juga tidak ada kebaikan apa pun yang bisa kita dapatkan. Tetapi bila kita ingat perkataan Tuhan Yesus, “Seekor pun tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu” (Mat. 10:29), dan mengenal bahwa semua ini berasal dari Allah, niscaya kita akan tunduk di bawah tangan Allah, dan beroleh kebaikan.

Dalam Mazmur 39:10 dikatakan, “Aku kelu, tidak kubuka mulutku, sebab Engkau sendirilah yang bertindak.” Inilah sikap yang tunduk kepada Allah. Karena perkara ini adalah tindakan Allah, yang seizin Allah demi kebaikanku, maka dengan sendirinya aku tunduk dan menerima, aku diam seribu bahasa. Aku tidak akan berkata, “Mengapa orang lain begitu, tetapi aku begini?” Karena hatiku mengasihi Allah, dan aku tahu bahwa kejadian ini berasal dari tangan Allah, maka aku hanya dapat berdiam diri. Kalau demikian, kita pasti akan nampak perombakan dan penyusunan Allah atas diri kita.

Mungkin ada orang bertanya, “Apakah perkara-perkara yang berasal dari Iblis harus kita terima juga?” Terhadap ini, pada prinsipnya demikian: kita harus taat kepada apa yang seizin Allah, tetapi terhadap serangan-serangan yang berasal dari Iblis, kita harus menentangnya.

IV. PEROMBAKAN DAN PENYUSUNAN

Tuhan membuat kita mengalami banyak peristiwa setiap hari, dan di antaranya sedikit sekali yang menyenangkan kita. Karena itu dalam Alkitab ada satu perintah, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan” (Flp. 4:4). Hanya bersukacita dalam Tuhan, baru kita dapat bersukacita senantiasa. Di luar Tuhan, tiada satu pun yang dapat membuat kita bersukacita senantiasa. Kalau demikian, mengapa Allah harus memberi kita banyak pengalaman yang tidak menyenangkan hati kita? Apakah tujuan-Nya? Tujuan-Nya tak lain, Ia akan merombak hayat alamiah kita. Hal ini dapat kita ketahui dengan jelas melalui Yeremia 48:11, “Moab hidup aman dari sejak masa mudanya, dia hidup tenang seperti anggur di atas endapannya, tidak dituangkan dari tempayan yang satu ke tempayan yang lain, tidak pernah masuk ke dalam pembuangan; sebab itu rasanya tetap padanya, dan baunya tidak berubah.” Bangsa Moab adalah keturunan Lot (Kej. 19:36, 37) yang ada hubungannya juga dengan Abraham, tetapi mereka adalah bangsa yang bersifat daging. Sejak masa mudanya, Moab hidup tenang dan aman, tidak pernah mengalami kesukaran, ujian, atau pukulan; tidak ada sesuatu yang membuatnya susah, sedih, atau sakit, sehingga ia mengucurkan air mata, dan merasa sakit hati; tidak ada sesuatu yang membuatnya kecewa. Menurut pandangan manusia, Moab sangatlah bahagia. Tetapi bagaimanakah menurut sabda Allah? Ia “seperti anggur di atas endapannya, tidak dituangkan dari tempayan satu ke tempayan yang lain.” Anggur di atas endapannya berarti belum dijernihkan secara tuntas. Ketika ia terletak dengan tenang, di bagian atasnya memang jernih, tetapi di bagian bawahnya endapan atau ampas melulu, bila digoyang sedikit saja, ia segera menjadi keruh. Untuk menjadi jernih secara tuntas, perlu “dituangkan dari tempayan satu ke tempayan yang lain”.

Pada zaman kuno, orang membuat anggur tidak dengan alat penyuling, tetapi dengan menuangnya dari tempayan satu ke tempayan yang lain, agar ampas atau endapannya terpisah. Asalnya anggur dan endapannya berbaur, sekarang melalui dituang dari tempayan satu ke tempayan yang lain, ampasnya akan terpisah. Tetapi ada kemungkinan ampasnya pun ikut terbawa sedikit, karena itu, harus dituang lagi ke tempayan yang lain. Sekali demi sekali dituang, dan proses ini Baru selesai bila seluruh endapannya sudah terpisah. Namun Moab tidak dituang dari tempayan satu ke tempayan yang lain, melainkan tinggal di atas endapannya; endapannya tidak terbuang sedikit pun, karena itu “rasanya (yang asal) tetap padanya, dan baunya tidak berubah”. Cita rasa Moab tetap cita rasa Moab; bau Moab pun tetap bau Moab; bagaimana keadaannya semula, sampai hari ini tetap demikian. Tetapi Allah tidak menghendaki cita rasa yang semula, Allah menghendaki cita rasanya berubah.

Kita lihat ada orang telah percaya Tuhan sepuluh tahun lamanya, tetapi setelah lewat sepuluh tahun, cita rasanya tidak berubah, tetap seperti cita rasa yang dulu. Orang demikian seperti Moab, rasanya tetap padanya, baunya tidak berubah. Ada orang, pada hari pertama percaya Tuhan berwatak sembrono, setelah lewat dua puluh tahun, tetap sembrono; pada hari pertama percaya Tuhan, ia menempuh hidup dengan sembarangan, sampai hari ini, ia tetap sembarangan. Itu berarti rasanya tetap padanya dan baunya tidak berubah. Allah tidak menghendaki kita demikian. Allah ingin menyingkirkan kebiasaan, sifat, dan karakter kita yang semula. Setiap hal yang dipandang tidak benar pada diri kita akan disingkirkan oleh Allah. Ia akan berulang-ulang menuang kita dari tempayan satu ke tempayan yang lain, sampai endapan atau ampas kita lenyap, dan cita rasa atau bau kita yang semula juga lenyap.

Karena Moab menempuh jalan yang lancar, maka “rasanya tetap ada padanya, dan baunya tidak berubah”. Boleh jadi jalan yang kita tempuh hari ini tidak selancar jalan yang ditempuh Moab, kita tidak “aman dari sejak masa muda”, melainkan seperti yang dikatakan Paulus, kita “harus banyak mengalami sengsara” (Kis. 14:22). Ketahuilah, justru dengan demikian Tuhan akan menyingkirkan endapan-endapan kita, agar bau dan cita rasa kita yang semula lenyap. Tuhan menghendaki kita tidak lagi memiliki cita rasa semula dan bau alamiah; yang usang harus dienyahkan. Tuhan ingin mencabut kita sampai ke akar-akar kita. Tuhan akan menuang Anda dari tempayan satu ke tempayan yang lain, dan seterusnya. Hari ini Tuhan mengatur peristiwa ini dan besok peristiwa itu, dari situasi lingkungan ini beralih ke situasi lingkungan itu, dari pengalaman ini ke pengalaman itu. Tiap kali Tuhan mengatur lingkungan dan merombak Anda, dengan sendirinya Anda akan kehilangan cita rasa dan bau Anda yang semula. Sekali demi sekali, cita rasa Anda yang semula akan tersingkir; keadaan Anda hari ini akan berbeda sedikit dengan kemarin, besok berbeda sedikit lagi dengan hari ini. Demikianlah Tuhan dari hari ke hari merombak Anda sedikit demi sedikit, hingga pada akhirnya semua endapan Anda tersingkirkan, cita rasa Anda yang semula lenyap dan bau Anda berubah.

Allah tidak saja melakukan perombakan secara negatif, Ia juga melakukan penyusunan secara positif. Yang dimaksud dengan penyusunan secara positif dapat kita ketahui melalui riwayat hidup Yakub yang tercantum dalam kitab Kejadian.

Semula Yakub sangatlah rendah. Ketika masih berada dalam kandungan, ia sudah bergumul dengan kakaknya, dan ketika dilahirkan, ia berusaha mendahului kakaknya dengan memegang tumit kakaknya. Ia licik lagi perampas, selalu merugikan orang lain dan menguntungkan diri sendiri dengan akal politiknya. Ia menipu ayahnya, kakaknya, dan pamannya. Tetapi ia sendiri juga ditipu oleh pamannya dan oleh anak-anaknya sendiri. Ia selalu berusaha mengembangkan diri dengan sekuat tenaga, tetapi akhirnya ia tetap jatuh ke dalam kelaparan. Boleh dikata, jalan yang ditempuh Yakub selama hidupnya sangatlah menderita.

Pada waktu ia mengalami semua peristiwa itu, kita hanya melihat tangan Allah sekali demi sekali merombak dirinya. Ia mengalami peristiwa ini, tertimpa peristiwa itu, dan tiap peristiwa yang dialaminya selalu membuatnya menderita. Tetapi syukur kepada Allah, setelah Allah memberinya sekian banyak pengalaman yang sulit dan pahit, akhirnya, ketika ia pergi ke Mesir, ia tampil sebagai orang yang menjamah kekudusan Allah. Di sana kita melihat seorang yang lemah lembut, rendah hati, terang, dan agung. Ia demikian lemah lembut dan rendah hati, sehingga ia sudi memohon kasih karunia dan rahmat dari anaknya. Ia demikian terangnya, sehingga dapat mengucapkan nubuat-nubuat yang tidak dapat diucapkan oleh Abraham; ia dapat memberi berkat yang tidak dapat diberikan oleh Ishak. Selain itu, ia pun demikian agungnya, sehingga raja Firaun menundukkan kepala untuk menerima pemberkatannya. Hal itu memperlihatkan kepada kita bagaimana Yakub yang semula begitu rendah, tetapi demi perombakan Allah, telah menjadi seorang yang berguna bagi Allah, bahkan menjadi seorang manusia milik Allah!

Setelah bertahun-tahun mengalami perombakan, akhirnya di atas diri Yakub terdapat banyak penyusunan Allah. Itulah sebabnya, menjelang ajalnya, ia dapat menyembah Allah sedemikian indahnya, yaitu menyembah Allah sambil bersandar pada tongkatnya. Walaupun ia sedang berbaring di atas pembaringan, ia masih dapat bersandar pada tongkatnya dan menyembah Allah. Ini menunjukkan betapa ia masih ingat akan kehidupannya sebagai musafir, dan ia tidak membuang sifatnya sebagai musafir. Sebenarnya ia telah memaksakan diri untuk duduk dengan meletakkan kakinya di bawah pembaringan, lalu ia bernubuat. Selesai bernubuat, ia menarik kembali kakinya ke atas pembaringan, dan menghembuskan nafasnya yang terakhir. Alangkah indahnya kematiannya ini! Ini sungguh satu lukisan yang sangat indah!

Kita boleh dengan seksama merenungkan riwayat hidup Yakub. Ketika ia dilahirkan, mungkin tidak ada seorang pun yang lebih buruk cita rasanya daripadanya. Tetapi ketika ia meninggal dunia, cita rasanya yang semula sama sekali tidak ada lagi, yang tampak adalah satu orang yang telah mengalami penyusunan sepenuhnya dalam tangan Allah.

Di sini kita harus nampak, segala kejadian yang kita alami akan membina kita di luar pengetahuan dan kesadaran kita. Allah merombak kita, bahkan merombak kita dengan hebat melalui berbagai kesulitan. Tetapi tatkala kita mengatasi kesulitan-kesulitan itu, terjadilah penyusunan di dalam kita. Dengan kata lain, tatkala kesulitan-kesulitan menimpa diri kita, bahkan nyaris menjatuhkan kita, kasih karunia-Nya selalu membantu kita untuk mengatasinya, dan pada saat kita berhasil mengatasinya, batin kita segera mengalami penyusunanNya. Sekali demi sekali kita mengatasinya, penyusunan dalam batin kita pun sekali demi sekali bertambah. Di satu pihak, Allah memberikan pengalaman-pengalaman yang sangat sulit kepada kita, melalui hal itu Ia merombak kita; di lain pihak, ketika kita bangun, maka bertambahlah penyusunan dalam batin kita.

Syukur kepada Allah, kita adalah orang-orang yang memiliki pengaturan Roh Kudus. Semoga Allah membelaskasihani kita, agar melalui pengaturan Roh Kudus, kita dirombak dan disusun sehingga dapat mencapai kematangan.

35 || PENUMPANGAN TANGAN

PENUMPANGAN TANGAN

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

Pembacaan Alkitab
Ibrani 6:1, 2 Kisah Para Rasul 8:14-17; 19:5,6 Mazmur 133:1-3 Imamat 1:4; 3:2, 8, 13; 4:4, 15, 24, 29, 33

Alkitab jelas menerangkan kepada kita bahwa seorang perlu dibaptis dan perlu pula menerima penumpangan tangan. Anda dapat melihat dalam Kisah Para Rasul ada dua tempat: Samaria dan Efesus, di mana terlebih dahulu orang dibaptis kemudian Baru ditumpangi tangan. Itulah yang dilakukan Para Rasul di waktu itu. Masalahnya sangat gamblang. Maka jika anak-anak Allah hari ini hanya menerima baptisan tanpa menerima penumpangan tangan, itu akan berarti kekurangan sesuatu. Dalam Alkitab perihal penumpangan tangan tidak saja merupakan satu ajaran, bahkan suatu teladan.

I. PENUMPANGAN TANGAN ADALAH LANDASAN KEBENARAN

Ibrani pasal 6 menerangkan kepada kita bahwa kita wajib meninggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih pada perkembangannya yang penuh. Dalam penghidupan orang Kristen, terdapat beberapa landasan, yakni asas-asas kebenaran yang tak boleh diabaikan. Kaum imani tak perlu mengulangi mendirikan landasan, tetapi landasan itu sendiri tak dapat tidak didirikan. Apakah asas-asas pertama daripada ajaran Kristus itu? Antara lain ialah: Pertobatan, percaya, pembaptisan, penumpangan tangan, kebangkitan dan hukuman. Jelas tertampak bahwa pembaptisan dan penumpangan tangan adalah asas-asas pertama atau dasar daripada ajaran Kristus. Maka jika kita telah menerima baptisan tetapi tidak menerima penumpangan tangan, itu berarti kita kekurangan satu landasan dalam mengikuti Tuhan.

Kekeliruan kaum imam hari ini samasekali berbeda dengan kekeliruan orang Ibrani di waktu itu. Kalau orang Ibrani waktu itu telah mempunyai dasar, tetapi tetap ingin mendirikan dasar, dan berputar-putar di atas dasar, maka gereja hari ini telah maju, namun dasarnya belum didirikan dengan baik. Rasul berkata kepada orang Ibrani: “Hendaklah tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus, dan beralih kepada perkembangan yang penuh.” Orang Kristen hari ini belum lagi mendirikan dasar sebaiknya, tetapi sudah maju ke depan, itu terlampau cepat. Anda nampak bahwa penumpangan tangan adalah salah satu dasar dari ajaran tentang Kristus. Orang yang telah mendirikannya wajib maju ke depan, sedangkan orang yang belum ada wajiblah mendirikannya. Ajaran kita dalam hal ini berbeda dengan ajaran Rasul, mereka menganjuri orang meninggalkan, sedang kita menganjuri orang menoleh ke belakang.

Andaikata anda membangun rumah, harus memakai enam buah batu fondasi, maka sebuah pun tak boleh kurang. Jika kurang sebuah saja, pada suatu hari pasti akan terjadi suatu problem. Benda-benda yang menjadi dasar satu pun tak boleh kurang. Pembaptisan itu satu dasar, jika kekurangan, kelak pasti akan timbul problem. Penumpangan tangan pun satu dasar, jika kekurangan, kelak pun akan timbul problem. Dasar tak dapat dianggap sepele, tak boleh membangun sebuah rumah sebelum dasarnya didirikan dengan baik. Jika kekurangan satu dasar, perlulah dilengkapi dahulu, kemudian baru dibangun terus.

II. MAKNA PENUMPANGAN TANGAN

Kita pernah mengatakan tentang perkara-perkara yang dihasilkan oleh pembaptisan. Pembaptisan menyelamatkan seseorang dari dunia dan memasukkannya ke dalam Kristus, serta beroleh bagian dalam kebangkitan Kristus. Namun apakah sebenarnya yang dihasilkan oleh penumpangan tangan? Apa pula makna penumpangan tangan?

Untuk memahami masalah ini kita perlu membaca kitab Imamat pasal 1, 3 dan 4, yang mana paling banyak menyinggung tentang penumpangan tangan dalam Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Lama, seorang menumpangkan tangannya di atas kepala seekor lembu, mengandung dua arti.

A. Bersatu

Pertama ialah bersatu. Penumpangan tangan yang termaktub dalam kitab Imamat 1 berarti orang yang mempersembahkan korban bersatu dengan korban persembahannya. Di sini ada satu pertanyaan: mengapa seorang yang memberi persembahan di hadapan Allah, baik persembahan korban dosa ataupun persembahan korban bakaran, tidak mempersembahkan dirinya sendiri, melainkan mempersembahkan lembu atau kambing? Bukankah laksaan lembu dan kambing di seluruh bukit adalah milik Allah? Masakan Allah membutuhkan orang membawa lembu dan kambing bagi-Nya? Sebenarnya kecuali orang mempersembahkan dirinya sendiri di hadapan Allah, tak mungkinlah Allah berkenan. Maka yang dipersembahkan haruslah dirinya sendiri, bukan lembu atau kambing.

Namun, bila akan datang ke mezbah, lalu dengan sesungguhnya mempersembahkan diriku sendiri sebagai korban bakaran yang telah dibunuh dan dibakar, bukanlah hal itu akan serupa dengan penyembah-penyembah dewa Moro dalam Perjanjian Lama? Para penyembah dewa Moro bukan mempersembahkan lembu dan kambing kepada Moro, melainkan mempersembahkan anak kandung mereka sendiri. Apabila Allah kita juga meminta kita mempersembahkan diri kita sendiri kepada-Nya, bukanlah Ia akan menjadi seperti dewa Moro. Moro menuntut darah anak-anak kita, tetapi Allah menghendaki kita mempersembahkan diri sendiri sebagai korban. Jika kita sesungguhnya harus membaringkan diri kita di atas api, berarti Allah lebih sadis daripada Moro.

Di satu pihak memang permintaan Allah lebih hebat daripada Moro, tetapi di lain pihak Allah memberi kita satu cara, yakni menjadikan kita korban tanpa menghanguskan kita. Caranya ialah menyuruh kita membawa seekor lembu atau kambing, lalu menumpangkan tangan ke atas kepalanya, sebab kepala merupakan bagian yang terpenting. Dengan kedua tanganku aku tumpangkan ke atas kepala hewan itu, lalu aku berdoa di hadapan Allah dengan bersuara atau di dalam hati, aku mengatakan bahwa lembu inilah aku sendiri. Aku berkata kepada Allah, semestinya aku sendiri yang naik ke atas mezbah dan dibakar sampai habis, dan semestinya aku yang menjadi korban untuk menebus dosaku, seharusnya aku yang mati dan dipersembahkan di hadapan Allah menjadi korban bakaran yang wangi. Tetapi, sekarang aku membawa lembu ini, aku menumpangkan tanganku ke atas kepalanya, seolah dia adalah aku, aku adalah dia. Aku sekarang menyerahkannya kepada imam untuk disembelih, berarti aku sendiri disembelih. Darahnya teralir berarti darahku teralir, dan lembu itu terbentang di atas mezbah berarti aku terbentang di atas mezbah.

Bukanlah demikian pula halnya ketika anda menerima baptisan. Sewaktu anda turun ke dalam air, anda berkata: Inilah makamku, Tuhan memakamkan aku di sini. Air itu anda anggap sebagai makam. Sekarang anda menumpangkan kedua tangan anda ke atas kepala lembu, anda menganggap lembu itu sebagai diri anda sendiri. Anda mempersembahkan lembu ini kepada Allah, berarti anda mempersembahkan diri sendiri kepada Allah. Jadi, lembu mewakili anda sendiri.

Maka arti pertama dari penumpangan tangan ialah bersatu. Penumpangan tangan dalam Perjanjian Lama kebanyakan berarti: aku bersatu dengan lembu, aku adalah dia, dia adalah aku. Hari ini aku berdiri di atas kedudukan yang lama dengannya, karenanya, ketika ia dibawa ke hadirat Allah, berarti aku dibawa ke hadirat Allah.

B. Mentransmisikan Berkat

Dalam Perjanjian Lama, penumpangan tangan mempunyai satu makna lagi, yaitu mentransmisikan berkat. Dalam kitab Kejadian kita nampak betapa Ishak memberi tumpangan tangan kepada kedua orang anaknya, Yakub pun memberi tumpangan tangan kepada kedua orang cucunya Efraim dan Manasye. Tatkala Yakub memberi tumpangan tangan kepada kedua cucunya; masing-masing tangan ditumpangkan di atas kepala seorang cucunya sambil memberi berkat. Hal itu berarti mentransmisikan atau menyalurkan berkatnya kepada mereka. Ia seolah berkata, “Aku memberkati kalian, memohon berkat mana akan tersalur ke atas diri kalian, dan berkat mana akan kalian terima.”

Kita wajib nampak penumpangan tangan di hadapan Allah mengandung dua makna: bersatu dan transmisi. Keduanya ini dapat disebut persekutuan. Persekutuan mana menyatukan aku dengannya, dan menyalurkan kekuatanku ke atas dirinya.

III. TUBUH KRISTUS DAN PENGURAPAN
MINYAK URAPAN

Sekarang perlu kita tinjau lebih lanjut, yakni mengapa orang Kristen perlu menerima penumpangan tangan? Mengapa setelah kita percaya dan dibaptis, harus ada Rasul, yakni orang yang bertindak sebagai wakil Tubuh, memberi tumpangan tangan kepada kita?

A. Allah Menuangkan Minyak Urapan ke atas
Seluruh Tubuh Kristus

Kita perlu terlebih dahulu menjelaskan sedikit tentang arti Tubuh Kristus dan arti minyak urapan. Mari kita membaca I Korintus 12:12-13, Mazmur 133:1-3. Kekristenan sungguh merupakan sesuatu yang ajaib. Di manakah keajaibannya? Yaitulah Allah di atas bumi ini telah memperoleh seorang manusia yang samasekali mematuhi Allah dan dapat mewakili Allah, bahkan memperhidupkan hayat Allah. Hari ini Allah telah melantik orang ini menjadi Kristus, Tuhan. Allah pun telah menuangkan Roh-Nya sendiri ke atas orang ini, manusia tersebut tak lain ialah Yesus, orang Nazaret. Allah menuangkan Roh-Nya ke atas diri-Nya sehingga Ia beroleh Roh Kudus, namun Allah bukan menuangkannya di atas tubuh pribadi-Nya, melainkan di atas kepala-Nya. Jadi minyak urapan Allah itu tertuang di atas Kepala. Tuhan Yesus tidak menerima minyak urapan Allah atas dasar kualifikasi pribadi-Nya, melainkan atas dasar kedudukan-Nya sebagai Sang Kepala. Dengan kata lain, terurapnya Tuhan Yesus adalah untuk Tubuh.

Karenanya nama-Nya disebut Sang Terurap, nama kita pun sang terurap. Nama-Nya Kristus (Christos), sedangkan nama kita Kristen (Christoi). Dialah Kepala, gereja adalah Tubuh. Allah tak bermaksud menciptakan seorang manusia individual di atas bumi, melainkan satu manusia yang korporat, itulah gereja. Tetapi bila gereja di bumi hidup bersandar pada dirinya sendiri, ia tidak dapat memuaskan hati Allah. Dan bila gereja hidup bersandar pada dirinya sendiri, tak mungkin ia sukses melakukan apa yang hendak dilakukan, tak berdaya memelihara kesaksian Allah, serta kehilangan kuat kuasa Allah. Oleh sebab itu Allah perlu menuangkan minyak urapan-Nya ke atas gereja. Setelah gereja memiliki minyak urapan, barulah dapat memenuhi permintaan Allah. Minyak urapan ialah mewakili kekuasaan Allah. Kekuasaan Allah dituangkan ke atas gereja melalui minyak urapan.

Namun minyak urapan tidak diurapkan ke atas satu anggota tubuh secara individual, pun tidak diurapkan ke atas semua anggota, melainkan ke atas Kepala. Maka semua anak-anak Allah yang ingin memahami Roh Kudus, wajiblah memahami Tubuh. Namun Roh Kudus tidak dikaruniakan kepada Tubuh, melainkan Kepala. Karena minyak urapan tersebut dituangkan oleh Allah ke atas Kepala, maka segenap Tubuh pun beroleh minyak urapan. Sudahkah anda jelas? Jadi persoalannya bukan anggota tubuh yang menerima Roh Kudus secara individual, bukan pula seluruh anggota tubuh menerima Roh Kudus, melainkan Sang Kepala itu yang menerima pengurapan Roh Kudus.

B. Di atas Kedudukan Tubuh Baru Dapat
Menerima Minyak Urapan

Bagaimanakah caranya kita dapat menerima minyak urapan? Kita harus berdiri di atas kedudukan Tubuh. Jika aku berdiri di atas kedudukan Tubuh dan berdiri di atas kedudukanku yang sewajarnya dalam Tubuh, tatkala minyak dituangkan ke atas Kepala, dengan sendirinya akan mengalir pula ke tempatku. Minyak urapan mana tidak dikaruniakan kepada pribadi anda. Bila anda ingin minta minyak urapan kepada Allah secara pribadi, hal itu mustahil. Kebanyakan orang di hadapan Allah tidak menerima berkat, kesulitannya terletak di sini, yaitu ia ingin memperoleh Roh Kudus secara individual di hadapan Allah, atau ia ingin memperoleh minyak urapan secara pribadi di hadirat Allah.

Kalian harus ingat, minyak urapan dituangkan ke atas kepala Harun, kemudian baru meleleh ke janggutnya dan ke leher jubahnya. Leher jubah Harun sangat panjang, dapat menutupi kakinya, bahkan seluruh tubuhnya. Maka begitu minyak urapan dituangkan ke atas kepala, lalu mengalir ke tempat yang terendah daripada tubuh. Sebab itu bila seseorang hari ini ingin menikmati minyak urapan, tidaklah tergantung pada kondisi pribadinya di hadapan Allah, melainkan tergantung pada kedudukannya di atas Tubuh. Jika anda berdiri pada kedudukan di bawah Kepala, niscayalah minyak urapan akan melalui diri anda. Jika anda tidak berdiri di kedudukan di bawah Kepala, minyak urapan pun takkan melewati diri anda. Menerima minyak urapan bukanlah soal pribadi, pun bukan soal Tubuh, melainkan -soal di atas Tubuh di bawah Kepala. Kapan Tubuh tunduk di bawah Kepala, dan berdiri di atas posisinya, pastilah ada minyak urapan.

Dalam menempuh jalan rohani kita perlu kekuatan Roh Kudus, barulah ada minyak urapan menjadi kekuatan kita dan baru berarti tidak bertindak menurut daging. Sebab minyak urapan tidak diurap di atas daging manusia. Hal ini perlu kita perhatikan. Kita tak seharusnya bertindak menurut kemauan sendiri, melainkan harus ada minyak urapan. Tetapi beroleh minyak urapan tidak tergantung pada doa atau permintaanku, melainkan tergantung. pada perhubunganku yang wajar dengan Tubuh.

Kita harus menyadari bahwa dalam Alkitab samasekali tidak terdapat pengurapan atas tubuh, hanya ada pengurapan atas kepala. Namun oleh sebab anda adalah tubuh, maka ketika Kepala menerima urapan, anda pun turut menerimanya. Minyak urapan tidak dituangkan di atas tubuh Harun, melainkan di atas kepalanya. Tetapi karena tubuh itu adalah tubuh Harun, maka minyak urapan mengalir ke janggutnya dan terus mengalir ke leher jubahnya serta ke sekujur tubuhnya. Hanya orang bodohlah yang menuntut pengurapan pribadi, hanya orang dungulah yang menuntut pengurapan tubuh. Padahal hanya orang yang tunduk di bawah kedudukan Kepala dan berdiri di atas posisi yang dikehendaki Kepala, ialah yang bisa menerima minyak urapan tersebut.

C. Orang Yang Memberi Tumpangan Tangan Adalah Rasul,Wakil Kristus dan Tubuh

Sabda Allah memperlihatkan kepada kita, setiap kali ada orang menerima baptisan dan masuk ke dalam Kristus, lalu ada kuasa yang dilantik Allah, orang-orang yang disebut rasul, yang bertindak sebagai wakil Sang Kepala dan Tubuh untuk memberi tumpangan tangan kepadanya. Itulah makna penumpangan tangan. Begitu anda diberi tumpangan tangan, maka kepala anda segera tunduk, berarti mulai hari ini aku tidak lagi menjadi kepala, kepalaku tunduk di bawah kuasa.

Ketika Rasul bertindak sebagai wakil Tubuh memberi tumpangan tangan kepadaku, itu sama dengan ia bersekutu denganku dan bersatu denganku. Rasul mewakili Tubuh, sebab rasul adalah yang pertama dilantik Allah dalam gereja, karenanya ia dapat mewakili Allah. Sewaktu seorang Rasul yang mewakili gereja berkata kepada anda, “Saudara adalah seorang yang bersatu dengan Tubuh Kristus. Ketika minyak urapan mengalir dari kepala, pasti akan mengaliri diri anda. Disebabkan anda bersatu dengan Tubuh, maka minyak urapan pun mengalir ke atas diri anda. Itulah sebabnya aku memberi tumpangan tangan kepadamu.” Makna tumpangan tangan ialah anda telah bersatu dengan Tubuh Kristus.

Rasul tidak Saja mewakili gereja, juga mewakili Kristus. Yang pertama Allah lantik dalam gereja adalah Rasul. Yang pertama itulah sebagai kuasa. Dengan kata lain, disini terdapat kuasa wakil. Maka sewaktu tangan Rasul ditumpangkan ke atas kepalaku, tidak raja berarti gereja yang menumpangkan tangan, juga Kristus. Tujuannya ialah agar aku tunduk di bawah kuasa Tuhan; sejak saat ini dan seterusnya aku adalah seorang yang tunduk di bawah Kristus, Sang Kepala.

IV. CARA MENERIMA PENUMPANGAN TANGAN

A. Harus Tunduk Di bawah Sang Kepala

Kita wajib berdiri di bawah kuasa Sang Kepala, kita wajib menjadi satu anggota dalam Tubuh Kristus. Jangan sekali-kali kita mengira kita seorang diri sudah cukup. Sifat yang kita peroleh sewaktu kita beroleh kasih karunia adalah sifat anggota Tubuh, dan sifat mana tidak mengijinkan anda hidup seorang diri. Kapan anda hidup seorang diri, anda akan mati; anda hanya dapat hidup di dalam Tubuh.

B. Harus Nampak Pentingnya Persatuan

Anda pun wajib menyadari pentingnya persatuan ini. Setelah anda nampak pentingnya persatuan, barulah anda bisa menerima berkat transmisi tersebut. Tanpa menyadari pentingnya persatuan, berkat transmisi pun takkan ada. Maka persatuan adalah pokok utama dalam penumpangan tangan. Walaupun penumpangan tangan mengandung fungsi transmisi, tetapi makna utama penumpangan tangan ialah persatuan.

C. Harus Nampak Bahwa Hidupku
Bersandar Pada Segenap Tubuh

Jika hari ini ada saudara memberi tumpangan tangan kepada diri anda, anda harus menyadari, itu bukan perbuatan yang nihil atau yang tanpa tujuan. Anda wajib mencelikkan mata anda, melihat bahwa sejak hari ini aku menjadi anak-anak di antara sekian banyak anak-anak Allah, aku menjadi salah satu sel di antara sekian banyak sel, dan aku menjadi salah satu anggota di antara sekian banyak anggota. Karenanya hayatku harus hidup bersandar pada seluruh tubuh. Bila aku menjadi seorang Kristen yang menyendiri di satu tempat, aku akan ludes dan tak berguna. Bila aku tidak bersekutu dengan anak-anak Allah lainnya, aku akan celaka. Betapapun kekuatanku, aku tak mungkin hidup. Peduli berapa besar dan baiknya anda, bila anda terkerat dari Tubuh, anda akan mati. Janganlah anda mengatakan anda sangat kuat; anda bisa menjadi kuat itu disebabkan anda berada di dalam Tubuh. Kapan anda meninggalkan Tubuh, anda akan ludes. Itulah faedah yang dihasilkan oleh penumpangan tangan bagi anda.

Sewaktu anda menerima tumpangan tangan, anda wajib berkata, “Oh Tuhan, aku tak mungkin hidup bersandar pada diriku sendiri. Aku wajib mengakui bahwa aku hanyalah satu anggota dalam Tubuh, ada Tubuh baru aku bisa hidup, ada Tubuh baru aku bisa menerima minyak urapan.” Jelaskah? Sebab minyak urapan terdapat di atas kepala anda, anda tunduk di bawah Kepala dan bersatu dengan semua anak-anak Allah untuk tunduk di bawah kuasa Sang Kepala. Anda sendiri tunduk, anda pun bersama-sama tunduk. Anda langsung tunduk, anda pun tidak langsung tunduk bersama segenap Tubuh, dengan demikian minyak urapan pasti mengalir di atas diri anda. Bila anda berdiri di atas posisi ini, minyak urapan akan mengalir dengan sendirinya di atas diri anda.

V. DUA CONTOH PENUMPANGAN TANGAN DALAM KISAH PARA RASUL

A. Di Samaria

Terakhir, marilah kita tinjau sebentar kasus yang terjadi di Samaria dan di Efesus. Di Samaria ada segolongan kaum imani yang telah percaya Tuhan dan dibaptis melalui penginjilan Filipus, tetapi mereka belum menerima penumpangan tangan. Hal mana diketahui oleh para Rasul di Yerusalem, mereka lalu mengutus Petrus dan Yohanes pergi ke Samaria untuk mendoakan mereka, agar mereka menerima Roh Kudus. Ketika mereka sedang berdoa sambil memberi tumpangan tangan, tiba-tiba turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mereka diurapi oleh minyak urapan itu.

Kalau menerima baptisan berarti mengumumkan aku membuangkan dunia, maka menerima tumpangan tangan berarti mengumumkan diriku telah masuk ke dalam Tubuh. Ini merupakan dua perkara: dibaptis berarti aku meninggalkan dunia yang negatif; ditumpangi tangan berarti aku dimasukkan ke dalam Tubuh. Hari ini aku masuk ke dalam Tubuh, aku perlu bersatu dengan semua anak-anak Allah dan aku perlu tunduk di bawah kuasa Sang Kepala. Ketika anda meletakkan segenap insan anda di bawah kuasa Sang Kepala, anda segera akan nampak di sana ada aliran minyak urapan. Begitu posisi anda benar, minyak urapan akan mengalir ke atas anda. Bila posisi anda tidak benar, minyak urapan takkan mengalir ke atas diri anda. Orang-orang Samaria telah percaya Tuhan, tentu telah beroleh selamat. Namun ada satu keadaan yang luar biasa, yaitu Roh Kudus tidak turun ke atas diri mereka. Karenanya para Rasul perlu memberi mereka penumpangan tangan, yakni meletakkan mereka ke bawah kuasa: Sang Kepala; dan mempersatukan mereka agar mereka bersatu-padu dengan seluruh Tubuh. Pada saat inilah terjadi suatu hal yang ajaib, yaitu Roh Kudus turun, minyak urapan teralir ke atas diri mereka.

B. Di Efesus

Kisah ini terjadi ketika pada suatu kali Paulus memberitakan Injil di Efesus. Beliau berjumpa dengan duabelas murid yang hanya menerima baptisan Yohanes. Paulus bertanya kepada mereka, ketika mereka percaya, sudahkah menerima Roh Kudus? Mereka menjawab belum, bahkan belum pernah mendengar turunnya Roh Kudus. Maka Paulus bertanya lagi, baptisan apakah yang telah mereka terima? Paulus segera mengetahui bahwa penyakit mereka terdapat di atas masalah dasar.

Kalian wajib memperhatikan, bila mereka memang telah percaya Yesus, mana mungkin tanpa Roh Kudus? Itu pasti terdapat problem dalam masalah dasar. Baptisan apakah yang sebenarnya mereka terima? Mereka hanya menerima baptisan Yohanes, tanpa masuk ke dalam Kristus. Maka Paulus lalu menyuruh mereka dibaptis lagi agar mereka masuk ke dalam nama Kristus. Kemudian Paulus pun memberi mereka tumpangan tangan. Setelah dibaptis lalu ditumpangi tangan. Paulus seolah berkata, “Kalian wajib masuk ke dalam Tubuh, tunduk di bawah kuasa Sang Kepala.” Itulah artinya penumpangan tangan.

Jika seorang belum menerima baptisan, ia tak dapat menerima penumpangan tangan. Anda tak dapat tidak menerima baptisan, yakni meninggalkan dunia, masuk ke dalam Kristus, mati dan bangkit kembali. Setelah anda berbuat demikian, anda pun nampak perlunya bersandar pada Tubuh, yakni perlu tunduk di bawah kuasa Sang Kepala Baru anda bisa hidup. Begitu anda menerima tumpangan tangan, Roh Kudus segera turun di atas diri anda. Di sini anda tidak saja menerima Roh Kudus yang berekspresi pada lahirnya, aku menegaskan, inipun keadaan teralirnya minyak urapan di atas diri anda.

Mazmur 133 memperlihatkan kepada kita betapa Kepala menerima minyak urapan. Terurapnya Sang Kepala berarti terurapnya Tubuh dan setiap anggotanya. Puji syukur kepada Allah, tatkala minyak urapan mengalir dari Kepala, aku pun menerimanya, sebab aku berada di atas tubuh. Ketika aku menerima minyak urapan, diberi atau tidaknya ekspresi pada lahirnya oleh Tuhan itu urusan kecil. Kalian harus perhatikan, pernyataan lahir yang terjadi di hari Pentakosta itu terlalu di luar dan tidak begitu besar. Kita percaya, Roh Kudus hari ini turun di atas diri seseorang, pernyataan-pernyataan lahir yang hanya menyatakan pengurapan minyak urapan tersebut. Asalkan itu benar pengurapan minyak urapan, ada tidaknya pernyataan lahir itu satu soal kecil, yang penting ialah dari mana datangnya minyak urapan itu? Minyak urapan datangnya dari sini: terurapnya Sang Kepala menjadi terurapnya anggota-anggota Tubuh. Maka doa plus penumpangan tangan adalah perkara yang ajaib.

VI. SATU PENGECUALIAN DALAM ALKITAB

Dalam Alkitab hanya ada satu pengecualian, yaitu yang terjadi di rumah Kornelius. Di rumah Kornelius tidak diadakan pembaptisan dan penumpangan tangan, Roh Kudus sudah diturunkan terlebih dahulu. Maka ini merupakan satu pengecualian. Sebab sejak hari Pentakosta semua Rasul masih mengira kasih karunia Tuhan hanya diberikan kepada orang Yahudi saja. Mereka sendiri orang Yahudi, Tuhan Yesus pun orang Yahudi. Pada hari Pentakosta, Roh Kudus pun diturunkan ke atas orang-orang Yahudi. Pada saat itu ada tiga ribu dan lima ribu orang beroleh selamat, semuanya orang Yahudi. Mereka adalah orang-orang Yahudi yang terpencar di beberapa negara. Ketika mereka kembali ke Yerusalem, mereka beroleh kasih karunia Tuhan. Hingga saat itu, kasih karunia Tuhan hanya diterima oleh orang-orang Yahudi saja. Mereka tidak tahu apakah kasih karunia Allah juga diberikan kepada bangsa lain. Mereka memandang bangsa lain seperti binatang rendah. Bahkan Petrus pun tidak terkecuali, ia pun beranggapan demikian.

Kalian harus tahu, untuk mendobrak kegelapan orang tidaklah mudah. Karenanya kasus Tuhan menyuruh Petrus pergi ke rumah Kornelius untuk membuka pintu iman orang kafir terhadap Tuhan itu adalah perkara besar. Tuhan harus terlebih dahulu memberinya satu visi: Ada satu benda dari langit turun seperti buntalan kain besar yang di dalamnya terisi barang-barang. Tuhan bersabda kepadanya: Sembelihlah dan makanlah benda itu. Begitu Petrus melihat, ia segera menjawab: Tidak, hamba tak pernah memakannya. Perkataan Petrus ini berarti ia tak pernah berkontak dengan orang kafir satupun jua. Bagaimana seterusnya? Buntalan mana sekali, dua kali dan tiga kali diturunkan, dengan demikian barulah Petrus jelas. Jika Tuhan tidak memberi visi tersebut, Petrus tetap tidak mengerti. Aku katakan kepada kalian, konsepsi usang manusia sungguh hebat sekali! Buntalan itu turun dari langit dan Tuhan sendiri bersabda kepadanya, tetapi Petrus tetap menolak. Tuhan tak berakal lagi, maka buntalan itu ditarik kembali ke atas langit. Kedua kalinya diturunkan lagi, ia tetap tak mengerti, maka ditarik ke atas lagi. Ketiga kalinya diturunkan lagi, diperlihatkan lagi dan Tuhan bersabda lagi; akhirnya Petrus Baru jelas. Petrus tak dapat mengatakan, bahwa ia tadi salah lihat atau walau telah melihat, tetapi sudah lupa.

Sementara visi ini terbuka, maka orang-orang dari Kaisaria sudah mengetuk pintu di bawah. Saat ini Petrus mengerti apa maksud hal tersebut, maksudnya ialah bahwa orang-orang kafir pun boleh menerima keselamatan Allah; anjing-anjing pun boleh memakan remah-remah roti di bawah meja. Maka Petrus segera turun menyambut mereka. Tatkala ia pergi, ia masih tidak berani membaptiskan mereka, sekalipun seisi keluarga Kornelius telah percaya. Seandainya Petrus membaptiskan mereka, saudara-saudara yang pergi bersama Petrus mungkin belum tentu mau mengakui. Mereka mungkin akan bertanya, “Petrus, kau bertindak sendiri!” Maka ketika itu Petrus sangat sulit. la sendiri sudah jelas, tetapi saudara-saudara itu belum jelas.

Karenanya di Kaisaria tak usah diadakan pembaptisan atau penumpangan tangan dahulu, Roh Kudus sudah langsung diturunkan ke atas orang-orang kafir tersebut. Dengan demikian, ketika Petrus kembali, ia boleh berkata, aku cuma mengucapkan beberapa patah kata; Injil pun belum kuberitakan dengan jelas, tetapi tahu-tahu Roh Kudus sudah diturunkan ke atas mereka. Aku tak dapat berbuat apa-apa, mau tak mau aku harus melengkapi kekurangan mereka, yakni membaptiskan mereka. Pembaptisan untuk meninggalkan dunia dan memasuki Kristus, sedangkan penumpangan tangan untuk menerima minyak urapan. Jika sudah menerima minyak, penumpangan tangan pun boleh dihapus. Karena itulah Petrus hanya membaptiskan mereka, tanpa memberi tumpangan tangan.

Setelah itu, sekembali Petrus dari daerah orang kafir, gereja di Yerusalem sedang memperdebatkan masalah orang kafir, dan pada kesempatan itu Petrus menceritakan lagi pengalamannya, sehingga aral tersebut samasekali dihancurkan. Dan sejak saat itu pintu iman bagi orang kafir terbukailah sepenuhnya.

Dari sini anda nampak, di Samaria ada penumpangan tangan, tetapi di Kaisaria tidak ada. Namun Tuhan menggunakan kisah Kaisaria untuk membenarkan apa yang dilakukan Paulus, sehingga kasus dalam pasal 15 dapat ditanggulangi. Hingga pasal 19, Paulus di Efesus tetap memberi tumpangan tangan. Maka penumpangan tangan adalah satu jalan, yang terus berlangsung sampai hari ini dan tak pernah putus.

23 || MEMIMPIN ORANG KEPADA TUHAN

MEMIMPIN ORANG KEPADA TUHAN

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

 

 

“Karena itu, pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang . . .itulah yang baik dan berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.”

1 Timotius 2:1, 3-4

 

 

Pembacaan Alkitab:

Rm. 1:16: “Sebab aku tidak malu terhadap Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.”

Rm. 10:14: “Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia? Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya?”

1 Tim. 2:1, 3-4: “Karena itu, pertama-tama aku menasihatkan:: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, . . . Itulah yang baik dan berkenan kepada Allah Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.”

Mrk. 16:15: “Lalu Ia berkata kepada .mereka: Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. “

Kita telah membicarakan bahwa seorang yang telah percaya Tuhan harus bersaksi bagi Tuhan. Kini, kita akan membicarakan bagaimana kita memimpin orang kepada Tuhan. Kalau kita tidak mengetahui bagaimana memimpin orang, mungkin banyak kesaksian kita yang akan sia-sia. Untuk memimpin orang kepada Tuhan, ada beberapa hal yang harus dilakukan dan dipelajari. Pertama ialah datang ke hadapan Allah untuk orang; kedua ialah datang ke hadapan orang untuk Allah. Selain itu, kita juga akan menambahkan sedikit tentang membagi-bagikan selebaran (traktat) Injil.

I. DATANG KE HADAPAN ALLAH
UNTUK ORANG

1. Berdoa Adalah Pekerjaan Dasar
untuk Memimpin Orang kepada Tuhan

Ada satu pekerjaan yang mendasar untuk memimpin orang kepada Tuhan, yakni sebelum kita membuka mulut kepada orang, terlebih dulu kita harus membuka mulut kepada Allah, yaitu harus berdoa kepada Allah. Bukan terlebih dulu berkata-kata kepada manusia, melainkan terlebih dulu berkata-kata kepada Allah. Ada saudara saudari yang sangat bergairah memimpin orang kepada Tuhan, tetapi mereka tidak mendoakan orang-orang itu. Hendaklah kita ketahui, bila seseorang tidak mempunyai beban di hadapan Allah, walaupun ia mempunyai kegairahan, mustahillah ia melakukan pekerjaan untuk menyelamatkan jiwa. Kita harus terlebih dulu mempunyai beban di hadapan Allah, barulah kita dapat bersaksi di hadapan orang.

Tuhan Yesus pernah berkata, “Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku” (Yoh. 6:37). Kisah Para Rasul 2:47 mencatat bahwa tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. Jadi, perkara yang pertama ialah kita harus terlebih dulu meminta orang kepada Allah, yaitu mohon Allah memberikan orang-orang kepada Tuhan Yesus, dan menambah jumlah gereja dengan orang yang diselamatkan. Orang-orang yang diselamatkan itu harus kita minta dari Allah. Karena hati manusia paling sulit ditanggulangi, kita tidak mudah menyuruhnya untuk berpaling kepada Tuhan, maka kita perlu berdoa baikbaik dulu untuk orang-orang itu di hadapan Allah. Kita harus mohon Allah mengikat orang kuat itu (Luk. 11:21-22), setelah itu baru kita berbicara dengan secermat mungkin kepada mereka. Kita wajib membentangkan orang-orang itu satu per satu di hadapan Allah dan mendoakan mereka dengan sebaik-baiknya, kemudian baru dapat memimpin mereka kepada Tuhan.

Orang yang pandai memimpin orang kepada Tuhan adalah orang yang pandai berdoa. Kalau pengabulan doa mengalami kesulitan, kesaksian bagi Tuhan pun akan mengalami kesulitan; kalau doa kita tidak dapat diandalkan, memimpin orang kepada Tuhan pun tidak dapat diandalkan. Karena itulah kita perlu belajar berdoa dengan sungguh-sungguh; ini tidak dapat kita lakukan dengan sembrono.

2. Harus Menyediakan Buku Catatan

Untuk mendoakan orang secara cermat/ teliti, yang paling baik ialah dengan menyediakan sebuah buku catatan. Anda harus terlebih dulu membiarkan Allah menaruh ke dalam hati Anda nama orang-orang yang hendak diselamatkan-Nya. Bagaimana ketika Anda beroleh selamat Anda mengganti rugi kepada orang-orang yang dulu Anda rugikan? Bagaimana Anda tahu harus mengganti rugi kepada orang itu? Karena Tuhan terlebih dulu meletakkan orang-orang itu ke dalam hati Anda, agar Anda teringat akan perkara tersebut. Pada suatu hari teringat satu perkara, lewat dua hari teringat lagi satu perkara, sehingga satu per satu dapat Anda bereskan. Demikian pula, bila Anda ingin memimpin orang kepada Tuhan, Anda wajib membiarkan Tuhan meletakkan orang-orang itu ke dalam hati Anda, dengan sendirinya hati Anda akan mendapat beban dan dapat mendoakan beberapa orang atau beberapa puluh orang itu.

Pada waktu Anda akan mencatat nama-nama mereka, yang terpenting adalah Anda harus menerima nama-nama yang Tuhan taruh ke dalam hati Anda, jangan mencatat dengan sembarangan. Bila Anda mencatat dengan sembarangan, usaha Anda akan sia-sia. Baik tidaknya pekerjaan Anda tergantung pada baik tidaknya Anda membuat permulaan. Anda harus secara khusus memohon Allah mengaruniakan beberapa orang kepada Anda. Apakah itu kerabat Anda, sahabat Anda, teman kerja Anda, atau kenalan Anda. Dengan sendirinya nama-nama mereka akan tersirat dalam hati Anda, dan menyebabkan Anda menaruh beban terhadap beberapa orang itu, serta mengharapkan mereka beroleh selamat secepatnya.

Buku catatan ini paling baik terbagi dalam 4 kolom: (1) nomor urut; (2) tanggal hari ini;,(3) nama; dan (4) tanggal diselamatkan. Jika malang, ada orang yang meninggal, boleh diisi dalam kolom keempat. Orang yang namanya tercatat dalam buku ini, haruslah Anda doakan terus-menerus sampai ia beroleh selamat barulah boleh berhenti, kecuali orangnya meninggal.

Pernah seorang saudara mendoakan seseorang sampai 18 tahun penuh, baru ia beroleh selamat. Hal itu tidak tentu, ada yang lewat setahun baru beroleh selamat, ada pula yang baru dua tiga bulan sudah beroleh selamat. Mungkin ada satu atau dua di antaranya paling sulit, tetapi akhirnya bisa beroleh selamat juga. Karena itu, janganlah kita kendur atau tawar hati, bagaimanapun juga kita harus menyelamatkan mereka.

3. Dosa Adalah Penghalang Doa yang Terbesar

Doa merupakan suatu ujian, yang menguji keadaan kerohanian Anda di hadapan Allah. Bila keadaan kerohanian Anda benar dan normal, maka orang-orang yang didoakan itu satu per satu pasti beroleh selamat. Anda terus-menerus berdoa di hadapan Allah, setelah lewat beberapa hari atau setengah bulan, pasti ada seorang atau dua orang telah diselamatkan; dan lewat beberapa waktu lagi, ada tiga atau lima orang lagi diselamatkan. Setelah lewat beberapa saat, pasti ada orang yang diselamatkan. Kalau doa Anda lama sekali tidak dikabulkan, itu pasti ada ketidakberesan pada diri Anda di hadapan Allah, dan Anda harus mohon Allah menerangi Anda, agar Anda tahu dalam hal apa harus membereskan diri Anda.

Penghalang doa yang terbesar adalah dosa. Kita wajib belajar menempuh kehidupan yang suci di hadapan Allah; kita harus menolak dosa yang kita sadari. Kapan kita bersikap sembrono terhadap dosa atau mentolerir dosa, niscayalah doa kita akan menemui rintangan.

Pekerjaan dosa terbagi menjadi dua aspek, yaitu aspek obyektif dan aspek subyektif. Aspek obyektif terdapat di pihak Allah; sedangkan aspek subyektif terdapat di pihak kita.

Pada aspek obyektif, dosa menghalangi kasih karunia Allah dan jawaban Allah. Kitab Yesaya 59:1-2 mengatakan, “Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu.” Mazmur 66:18 mengatakan, “Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar.” Jika seseorang tidak membereskan masalah dosa dengan sebaik-baiknya, dengan sendirinya doanya di hadapan Allah akan terhalang. Jika tidak mengaku dan tidak diletakkan di bawah darah, ia akan menjadi penghalang besar di hadapan Allah, yang mengakibatkan doa-doanya tidak dapat diterima Allah. Inilah pada aspek obyektifnya.

Pada aspek subyektifnya, dosa merusak hati nurani seseorang. Kalau seseorang berbuat dosa, tak peduli apa yang ia katakan terhadap dirinya sendiri, tak peduli berapa banyaknya firman dan janji yang ia baca dari Alkitab, dan tak peduli berapa banyaknya kasih karunia Allah untuk menerima manusia, hati nuraninya akan selalu menjadi lemah, tidak dapat bangkit. Satu Timotius 1:19 mengatakan, “Beberapa orang telah menolak hati nuraninya yang murni itu, dan karena itu kandaslah iman mereka.” (Ibarat perahu yang rusak). Perahu tua tidak mengapa, perahu kecil juga tidak mengapa, tetapi jangan sampai rusak. Demikian pula, hati nurani kita tidak boleh rusak. Begitu terdapat sedikit ganjalan saja dalam hati nurani, banyaklah doa yang tidak dapat kita ucapkan. Maka, penghalang ini bukan hanya terdapat di hadapan Allah, tetapi juga di dalam diri kita sendiri. Hubungan iman dengan hati nurani ibarat hubungan barang dengan perahu. Hati nurani ibarat perahu, bila perahu itu bocor, barang pun akan habis tenggelam. Begitu hati nurani kuat, iman pun kuat; tetapi begitu hati nurani bocor, iman pun akan kandas. Kalau hati nurani kita menyalahi kita sendiri, Allah lebih besar daripada hati nurani kita, Ia tentu akan menghakimi dosa kita (1 Yoh. 3:20).

Kalau Anda ingin menjadi seorang yang pandai berdoa, hendaklah Anda membereskan masalah dosa Anda dengan tuntas. Dulu, Anda telah cukup lama hidup dalam dosa, kalau sekarang Anda tidak berhati-hati sedikit saja, dosa-dosa itu takkan terlepas bersih. Karena itu, Anda harus dengan serius menanggulangi dosa. Anda harus mengaku dosa Anda satu per satu di hadapan Allah, dan meletakkannya satu per satu di bawah darah, agar Anda dibebaskan dari setiap dosa Anda. Setelah itu barulah hati nurani Anda terpulih. Begitu darah mencuci, hati nurani segera terpulih. Dan setelah hati nurani bebas dari tuduhan, dengan sendirinya Anda dapat memandang wajah Allah. Jangan sekali-kali mentolerir dosa, hal itu hanya akan membuat hati nurani Anda lemah di hadapan Allah. Kalau Anda telah menjadi lemah di hadapan Allah, tak mungkinlah Anda berdoa bagi orang lain. Selama dosa masih ada, doa Anda tidak dapat keluar. Karena itu, masalah dosa adalah masalah yang pertama. Hendaklah Anda senantiasa dan setiap hari memperhatikan hal ini. Setelah mengadakan penanggulangan yang baik di hadapan Allah, baru Anda mempunyai doa yang baik pula di hadapan Allah, dan barulah Anda dapat membawa orang ke hadapan Tuhan.

4. Berdoa Harus Mempunyai Iman

Ada lagi satu perkara penting yang harus diperhatikan, yaitu berdoa harus mempunyai iman. Bila hati nurani tidak berhutang, iman mudah menjadi kuat. Dan bila iman kuat, dengan sendirinya doa akan mudah terkabul.

Apakah iman? Iman berarti dalam berdoa tidak ragu-ragu, dan dapat menerima firman janji Allah. Allahlah yang menyuruh dan menghendaki kita berdoa. Firman Allah, ” . . . memberi perintah kepada-Ku mengenai yang dibuat tangan-Ku” (Yes. 45:11). Bila kita berdoa, Allah tak dapat tidak mengabulkan. Firman Tuhan, “Ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” Tak mungkin setelah Anda mengetuk pintu, Ia tidak membukakan bagi Anda. Firman-Nya, “Carilah, maka kamu akan mendapat.” Setelah Anda mencari, Anda tidak mungkin tidak mendapat. Kemudian kata-Nya, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu.” Tak mungkin setelah Anda meminta tidak diberikan-Nya. Kalau kita tidak beriman sedemikian, kita menganggap Allah kita sebagai Allah yang bagaimana? Kita wajib nampak bahwa janji Allah itu patut dipercaya dan diandalkan. Iman kita berdasarkan pengenalan kita terhadap Allah; berapa dalamnya pengenalan kita, begitu pulalah dalamnya iman kita. Anda telah diselamatkan, Anda pun telah mengenal Allah, maka Anda dapat percaya, tak ada kesulitan sama sekali. Bila Anda beriman, niscaya Allah akan mengabulkan Anda. Sejak awal Anda harus belajar menjadi orang yang penuh iman, bukan mengandalkan perasaan atau pikiran, melainkan firman Allah. Janji Allah ibarat uang tunai yang dapat dipergunakan. Janji Allah ialah pekerjaan Allah. Janji memberi tahu kepada kita tentang pekerjaan Allah, dan pekerjaan menyatakan janji Allah. Maka, Anda harus menerima janji Allah seperti halnya menerima pekerjaan Allah. Ketika Anda bersandar pada firman Allah untuk percaya, itu bukan berarti Anda berdiam dalam kecurigaan, melainkan dalam iman. Dengan demikian, Anda akan nampak kesungguhan firman yang dikatakan Allah, dan doa Anda akan beroleh jawaban.

5. Harus Damba Menjadi Orang
yang Pandai Berdoa

Saudara saudari harus mempunyai satu ambisi, yaitu damba menjadi orang yang pandai berdoa di hadapan Allah, dan menjadi orang yang mempunyai kekuatan. Ada orang yang mempunyai kekuatan di hadapan Allah, tetapi ada juga yang tidak. Ada orang yang perkataannya di hadapan Allah dapat didengar Allah, ada pula yang perkataannya di hadapan Allah tidak dapat didengar Allah. Apakah artinya seorang mempunyai kekuatan di hadapan Allah? Itu berarti Allah mau mendengar perkataannya, dan seolah-olah Allah senang dipengaruhi olehnya. Ada orang yang benar-benar dapat mempengaruhi Allah. Jadi, seorang yang tidak mempunyai kekuatan di hadapan Allah berarti perkataannya tidak dihiraukan Allah. Walaupun dia telah menghabiskan banyak waktu di hadapan Allah, Allah tidak menghiraukannya. Kita harus mempunyai suatu kedambaan dalam batin kita, yaitu sering dikabulkannya doa kita oleh Allah. Hal ini lebih baik daripada perkara apa pun. Kita wajib memohon kepada Allah, “Semoga Engkau senang mendengarkan setiap permintaanku.” Jika Allah mau mengabulkan doa Anda, itulah perkara yang paling mulia. Karena Anda dipercaya Allah sedemikian rupa, apa saja yang Anda minta pasti dikabulkan. Ini merupakan perkara yang besar.

Orang-orang yang menjadi beban dalam hati Anda itu hendaklah Anda bentangkan di hadapan Allah, dan doakanlah satu demi satu sambil melihat berapa lamanya Allah menyelamatkan seseorang. Bila setelah sejangka waktu yang cukup lama belum juga nampak Allah mengabulkan doa Anda, Anda harus bertanya kepada diri sendiri atau kepada Allah. Sering kali kalau kita ingin doa kita dikabulkan, kita perlu bertanya, baik kepada diri sendiri maupun kepada Allah. Tidak terkabulnya doa pasti ada penyakitnya. Maka, kalau Anda tidak teliti, Anda akan selalu gagal.

Di sini terlihat perlunya menyediakan sebuah buku catatan doa, sehingga Anda dapat mengetahui doa Anda dikabulkan atau tidak. Banyak orang yang sama sekali tidak tahu apakah doa-doanya dikabulkan atau tidak, sebab mereka tidak membuat catatan. Maka sebaiknya saudara saudari yang baru percaya mau belajar menggunakan buku catatan doa. Dengan demikian, Anda akan mengetahui apakah doa Anda dikabulkan atau tidak; dan keadaan Anda di hadapan Tuhan beres atau tidak. Anda pun akan mengetahui kapan Anda harus bertanya kepada diri sendiri, dan kapan harus bertanya kepada Allah.

Bila setelah lewat sejangka waktu yang sangat lama Anda masih tidak nampak doa Anda terkabul, Anda harus tahu bahwa di dalamnya sudah terdapat penghalang. Penghalang itu pasti disebabkan dua hal: kalau tidak ada dosa dalam hati nurani Anda, tentu iman Andalah yang tidak beres. Saudara saudari yang baru percaya untuk sementara ini tidak perlu memperhatikan aspek-aspek doa yang dalam, cukup memperhatikan hati nurani dan iman Anda. Bagaimanapun juga Anda wajib mengaku, membereskan dan menolak dosa Anda, dan harus pula percaya pada janji Allah dengan iman yang sesungguhnya dan semutlaknya. Dengan demikian, Anda akan nampak orang-orang yang diselamatkan itu akan bertambah satu per satu, dan dalam kehidupan Anda, Anda akan senantiasa mengalami pengabulan doa itu

6. Harus Berdoa Setiap Hari

Anda wajib berdoa bagi orang-orang di sekitar Anda. Masakan tiada seorang pun yang memerlukan doa syafaat Anda? Berapa banyaknya teman sekerja Anda? Berapa banyaknya tetangga Anda? Berapa banyaknya kerabat Anda? Anda harus terlebih dulu mohon Allah menaruh orang-orang yang khusus satu atau dua orang ke dalam hati Anda. Tatkala Tuhan menaruh seseorang ke dalam hati Anda untuk diselamatkan melalui Anda, Anda harus mencatat namanya, lalu senantiasa membawanya ke hadapan Allah melalui doa..

Setiap hari Anda wajib meluangkan waktu tertentu untuk melakukan doa syafaat; boleh satu jam, setengah jam, atau seperempat jam juga boleh, pokoknya harus dengan waktu yang tertentu. Jika tidak ada waktu doa yang khusus, doa yang khusus juga tidak ada, dan akhirnya tidak berdoa. Maka haruslah menetapkan suatu waktu doa, entah seperempat jam atau setengah jam. Jangan ingin terlalu banyak, misalnya ingin berdoa dua. jam, kalau demikian akhirnya tidak terlaksana. Jadi, untuk dapat dan mudah terlaksana, lebih baik menetapkan satu jam, atau setengah jam, atau seperempat jam. Pokoknya Anda harus menetapkan satu waktu untuk berdoa bagi orang-orang yang tercantum dalam buku catatan Anda. Janganlah kendur, harus dilakukan terus sedemikian. Setelah lewat beberapa waktu, Anda pasti akan nampak orang-orang itu satu per satu beroleh selamat.

7. Contoh Beberapa Orang yang Mendoakan
Orang Lain

Berikut ini kami sampaikan beberapa kisah bagaimana orang melakukan doa syafaat.

Seorang juru api — pada suatu “hari seorang juru api dalam sebuah kapal beroleh selamat. Ia bertanya kepada saudara penginjil yang memimpinnya, “Beritahukanlah kepadaku, perkara apa yang pertama kali harus kulakukan bagi Tuhan?” Jawab saudara itu, “Engkau harus memilih salah seorang di antara rekan sekerjamu, lalu taruhlah ia dalam hatimu dan berdoalah baginya.” Ada belasan orang yang menjadi juru api bersamanya, ia lalu khusus memperhatikan seorang untuk didoakan setiap hari. Entah bagaimana hal itu diketahui oleh orang tersebut, ia sangat tidak senang. Setelah lewat beberapa waktu, penginjil itu datang lagi memberitakan Injil di sana, selesai sidang ada seseorang berdiri dan berkata, “Aku juga mau percaya Yesus.” Penginjil bertanya, “Mengapa Anda ingin percaya Yesus?” Katanya, “Ada seorang rekan yang selalu mendoakan aku, maka aku mau percaya Yesus.” Jelas bahwa itu disebabkan si juru api selalu mendoakannya. Walaupun pada mulanya ia tidak senang, namun kuasa doa telah menaklukkannya sehingga ia mau percaya Tuhan.

Seorang pemuda yang berumur 16 tahun — Dulu ada seorang pemuda yang Baru berumur 16 tahun, ia bekerja di sebuah kontraktor bangunan. Insinyur kepala perusahaan tersebut hampir ditakuti seluruh pegawai, karena ia seorang pemarah. Setelah anak ini beroleh selamat, ia selalu mendoakan insinyur itu; meskipun ia juga takut kepadanya, tak berani memberitakan Injil kepadanya. Selang beberapa waktu, insinyur itu tiba-tiba bertanya kepadanya, “Di antara 200 karyawan dalam perusahaan ini, aku merasa hanya engkau saja yang berbeda denganku, beri tahukanlah kepadaku apakah sebabnya?” Usia insinyur itu sudah sekitar 40 sampai 50 tahun, sedangkan ia hanya 16 tahun. Jawab pemuda itu, “Aku sudah percaya Tuhan, engkau belum percaya; itulah perbedaannya.” Pada waktu itu juga si insinyur berkata, “Kalau begitu, baiklah aku pun ingin percaya Tuhan.” Kemudian, pemuda itu mengajaknya ke gereja, dan ia pun beroleh selamat.

Dua saudari — Di Eropa ada semacam keluarga yang sering terbuka untuk memberi tumpangan bagi para tamu; itu bukan tempat penginapan resmi, tetapi rumah mereka menerima tamu-tamu. Di antaranya ada dua saudari yang percaya Tuhan, di rumah mereka adakalanya menampung 20 sampai 30 orang tamu. Mereka melihat tamu-tamu itu berbusana mewah dan senang membicarakan hal-hal yang tak berarti. Mereka merasa itu tidak benar, tetapi sulit menaklukkan tamu-tamu itu, sebab tamu-tamu itu banyak, sedangkan mereka hanya berdua. Setelah berunding, mereka lalu mendapat satu ide, yaitu ketika sedang berbincang-bincang; seorang duduk di ujung sini, seorang lainnya duduk di ujung sana. Mereka duduk di tempat masing-masing sambil berdoa bagi orang-orang itu.

Pada hari pertama, setelah bersantap, mereka masing-masing duduk di kedua ujung, yang satu berdoa dari sebelah sini, yang lainnya dari sebelah sana, satu per satu didoakan. Pada hari itu ternyata orang-orang itu tidak ada yang bersenda-gurau atau tertawa, pun tidak ada yang mengobrol yang bukan-bukan. Orang-orang itu lalu bertanya satu sama lain mengapa demikian. Pada hari itu juga ada seorang beroleh selamat, dan keesokan harinya ada seorang wanita juga beroleh selamat. Dengan demikian, mereka satu per satu dibawa ke hadirat Tuhan.

Karena itu, bagaimanapun juga doa tidak boleh kurang. Syarat pertama untuk memimpin orang kepada Tuhan ialah berdoa bagi orang itu. Bahkan harus berdoa secara terencana dan teratur. Berdoa setiap hari tanpa kendur, sampai orang yang didoakan itu beroleh selamat barulah berhenti.

II. PERGI KE HADAPAN ORANG
UNTUK ALLAH

Hanya datang ke hadapan Allah untuk orang saja, itu tidak cukup, kita pun harus pergi ke hadapan orang untuk Allah, yaitu memperkenalkan Allah kepada orang lain. Banyak orang berani berbicara kepada Allah, tetapi tidak berani berbicara kepada orang. Kita harus melatih diri sendiri, agar kita berani berbicara kepada orang, yaitu berani memperkenalkan Tuhan kepada orang lain. Untuk ini ada beberapa perkara yang perlu kita perhatikan dengan khusus.

1. Jangan Berdebat

Pertama, jangan berdebat. Ini bukan berarti sama sekali tidak boleh berdebat. Dalam Kisah Para Rasul kita melihat ada beberapa contoh berdebat, bahkan Paulus pun berdebat (17:2, 17; 18:4, 19). Namun, perdebatan yang tidak berarti tidak dapat menyelamatkan orang. Adakalanya kita boleh sedikit berdebat dengan orang lain, tapi itu bermaksud agar orang-orang yang turut mendengarkan beroleh faedah. Akan tetapi, terhadap orang yang hendak kita selamatkan sedapat mungkin jauhkanlah perdebatan itu, sebab perdebatan sering kali hanya akan mengusir orang pergi, tidak dapat membawa atau menarik orang datang. Kalau Anda berselisih dengan orang lain, pasti ia akan menjauhi Anda.

Banyak orang mengira, berdebat dapat menggerakkan hati orang, padahal itu mustahil. Berdebat paling-paling hanya dapat menundukkan otak kepala orang; walaupun orang itu bungkam seribu bahasa, namun hatinya tetap tidak menerima. Karena itu, berdebat tidak banyak gunanya. Anda harus sedikit berdebat, banyak bersaksi. Anda cukup mengatakan bagaimana setelah percaya Tuhan, hati Anda bersukacita dan damai, malam enak tidur dan enak makan. Semua itu tidak mungkin diperdebatkan, ia harus mengakui bahwa itu perkara yang ajaib. Anda harus menerangkan kepadanya bahwa ia tidak dapat memiliki sukacita dan damai sejahtera yang Anda miliki, kecuali percaya Tuhan.

2. Memperhatikan Fakta

Teknik untuk memimpin orang kepada Tuhan ialah memperhatikan fakta, bukan memperhatikan teori. Anda pikir, ketika Anda diselamatkan, bagaimanakah keadaan Anda? Anda bukan percaya karena sudah memahami teorinya. Banyak orang yang sudah memahami teorinya namun tetap tidak percaya. Jadi, jika seorang saudara ingin memimpin orang kepada Tuhan melalui memperdebatkan teori, itu mustahil. Teknik memimpin orang kepada Tuhan ialah memegang faktanya. Seringkali orang yang sederhana yang dapat memimpin orang kepada Tuhan; orang yang pandai berteori belum tentu dapat memimpin orang kepada Tuhan. Ada orang yang sangat pandai membicarakan teori, membuat otak orang yang mendengar merasa itu sangat masuk akal, tetapi tidak dapat menyelamatkan orang, apakah gunanya?

Dulu ada seorang tua, ia belum beroleh selamat, tetapi ia menganggap mengikuti kebaktian itu suatu kebiasaan baik, maka ia sendiri pergi kebaktian setiap hari Minggu, ia pun menyuruh seisi keluarga pergi. Akan tetapi, sekembalinya ia ke rumah, ia sering marah, bahkan kata-kata yang jahat dan kotor pun bisa keluar dari mulutnya. Ia ditakuti oleh orang-orang sekeluarga. Pada suatu hari, anak perempuannya datang menjenguknya. Anaknya ini sudah menjadi milik Tuhan; ia membawa serta putrinya yang masih kecil datang bersama. Orang tua itu lalu mengajak cucu perempuan yang kecil itu ke tempat kebaktian. Ketika keluar dari gedung kebaktian, cucu itu memandang wajah kakeknya dan merasa kakeknya tidak mirip seorang Kristen. la lalu bertanya kepada kakeknya, “Apakah kakek sudah percaya Yesus?” “Anak kecil, kau jangan bicara;” jawab kakeknya. Setelah berjalan- beberapa langkah, anak kecil ini berkata lagi, “Aku lihat kakek tidak mirip dengan orang yang percaya Yesus.” “Anak kecil, jangan bicara,” sahut si kakek. Tak berapa lama lagi, si anak kecil bertanya lagi, “Kakek, mengapa kakek tidak percaya Tuhan Yesus?” Anak kecil ini nampak suatu fakta bahwa kakeknya pergi ke tempat kebaktian tetapi berbeda dengan orang Kristen lainnya. Orang tua galak yang ditakuti sekeluarganya itu, setelah ditanya beberapa kali oleh cucunya, hatinya menjadi lunak, dan mulai hari itu ia baru menerima Tuhan.

Memberitakan Injil perlu teknik. Anda harus mengetahui cara Allah, baru Anda bisa memberitakan Injil. Jika tidak, walaupun teorinya sudah Anda katakan dengan betul, mereka tetap tidak dapat beroleh selamat. Hal itu ibarat orang memancing ikan dengan kail lurus, mustahil mendapatkan ikan. Kail harus bengkok atau lengkung, baru ikan dapat terkait. Orang yang memimpin orang kepada Tuhan harus tahu menggunakan kail. Ada perkataan yang dapat mengait orang, itulah yang kita pakai; ada pula yang tidak dapat mengait orang, itu harus kita ganti. Perkataan yang faktual itulah yang berkail, maka kata-kata faktual dapat menggerakkan hati orang.

3. Harus Bersikap Tulus dan Serius

Selain jangan banyak berteori dan harus banyak menampilkan fakta, harus pula bersikap tulus dan serius. Keselamatan jiwa sekali-kali bukan perkara yang boleh diperguraukan. Kita pernah melihat seorang yang berniat memimpin orang beroleh selamat, ia juga mau mendoakannya, tetapi sikapnya tidak benar; ia membicarakan masalah Tuhan sambil bersenda gurau. Karena itu, hilanglah semua kekuatan rohaninya, dan ia tidak berdaya memimpin orang itu kepada Tuhan. Karena itu, sikap Anda harus tulus dan serius, tidak seharusnya bersikap santai dan bersenda gurau. Anda harus memperlihatkan kepada orang bahwa percaya Tuhan adalah perkara yang paling serius dalam dunia ini.

4. Mohon Allah Memberikan Kesempatan
untuk Berbicara

Kita juga perlu sering berdoa, mohon Allah memberi kesempatan kepada kita untuk berbicara dengan orang. Bila Anda berdoa, niscaya Allah akan memberikan kesempatan berbicara kepada Anda.

Dulu, ada seorang saudari seminggu sekali mengajak banyak perempuan untuk berkumpul dan memimpin mereka mempelajari Alkitab. Perempuan-perempuan itu bekerja di sebuah perusahaan, dan belum percaya Tuhan. Di antara mereka ada seorang yang dandanannya sangat istimewa, juga sangat sombong; ia tidak mau menerima perkataan apa pun yang dikatakan saudari tersebut. Akan tetapi saudari itu terus berdoa baginya, mohon Allah memberinya kesempatan untuk berdialog dengannya. Pada suatu hari, saudari ini merasa bahwa ia harus mengundangnya untuk berbincang-bincang sambil menikmati makanan kecil. Perempuan tadi, karena merasa ingin mendapatkan sedikit pergaulan kemasyarakatan, maka ia menerima undangan itu. Saudari ini lalu mengambil kesempatan itu menganjurinya percaya Tuhan. Dia menjawab, “Aku tidak dapat percaya, sebab aku. senang main kartu, aku pun senang akan hiburan-hiburan, aku tidak sudi kehilangan semua itu, maka aku tidak dapat percaya Yesus.” Tetapi saudari ini berkata, Jika seseorang ingin percaya Tuhan Yesus, ia harus membuang kesenangan main kartu; jika seseorang ingin percaya Tuhan Yesus, ia harus membuang hati yang gila hormat; jika seseorang ingin percaya Tuhan Yesus, ia hanya dapat berbuat demikian.” “O, kalau begitu harganya terlalu besar, aku tak mampu membayarnya, sahutnya. Saudari ini berkata, “Aku harap engkau pulang dan mempertimbangkan- nya . Saudari itu tetap mendoakannya.

Ternyata, setelah perempuan itu pulang ke rumah, ia berlutut dan berdoa. Selesai berdoa, tiba-tiba ia berkata sendiri, “Aku sudah menetapkan hari ini juga aku mau mengikuti Tuhan Yesus. Keadaannya mendadak berubah. Entah mengapa hatinya tiba-tiba berubah; dandanannya pun berubah, ia tidak lagi senang berdandan seperti dulu. Hal yang ajaib menyusul, yakni dalam tahun itu juga banyak rekan sekerja dalam perusahaan itu satu per satu telah dibawanya ke hadapan Tuhan.

Ada orang yang kelihatannya tidak mudah diajak bicara, tetapi bila Anda berdoa baginya, Tuhan akan memberikan kesempatan agar Anda bisa berbicara dengannya, dan ia akan berubah. Saudari yang menyelidiki Alkitab itu tadinya tidak berani berdialog dengannya, sebab sikapnya begitu congkak, seolah tahu segala-galanya dan bisa segalanya. Namun, Tuhan memberi saudari itu beban untuk mendoakannya, dan pada suatu hari Tuhan menyuruhnya berbicara dengan wanita sombong itu. Pada hari itu ia tak peduli segalanya, ia berbicara kepadanya. Maka pada satu pihak harus berdoa, pada pihak lainnya harus belajar berbicara. Setelah Anda mendoakan orang, pasti pada satu hari Anda harus -berbicara kepada orang itu. Anda memberi tahu kepadanya tentang kasih karunia dan pekerjaan Tuhan di atas diri Anda, agar ia tak berdaya menentang Anda, sebab ia tak dapat menentang perkara-perkara yang Tuhan lakukan bagi Anda. Saudara saudari yang baru percaya Tuhan harus setiap hari mohon Tuhan memberikan kesempatan untuk berbicara kepada orang. Ada orang bertahun-tahun lamanya tetap tidak berani membicarakan tentang Tuhan Yesus kepada kerabat atau teman-temannya, hal itu sangat disayangkan! Mungkin kesempatan sedang menunggu Anda, tetapi karena Anda takut, Anda akan kehilangan kesempatan itu.

5. Harus Berbicara Baik atau Tidak Baik Waktunya

Seperti telah dikatakan di atas, kita harus terlebih dulu mendoakan orang di hadapan Allah, kemudian baru berbicara kepada orang itu, tetapi itu tidak berarti sebelum kita doakan kita tidak boleh berbicara. Adakalanya kepada orang yang pertama kali Anda jumpai, Anda pun harus berbicara kepadanya. Pokoknya harus mengambil kesempatan berbicara, baik atau tidak baik waktunya. Sebab Anda tidak tahu siapa yang akan lolos dari tangan Anda, maka asalkan ada kesempatan berbicara, langsunglah berbicara. Bagaimanapun juga Anda harus sering berbicara. Memang Anda harus mendoakan orang-orang yang namanya telah tercatat di dalam buku Anda, namun Anda pun harus berdoa bagi banyak orang, sekalipun Anda tak mengetahui nama mereka. Anda harus berkata, “Oh Tuhan, selamatkanlah orang-orang dosa itu, tak peduli ia itu siapa, dan siapa namanya.” Begitu Anda beroleh kesempatan berjumpa dengan seseorang, dan dalam hati ada perasaan, segeralah berbicara dengannya.

Kelalaian sedikit saja akan mengakibatkan kehilangan satu jiwa. Banyak jiwa telah lolos dari tangan kita, hal ini sungguh tidak seharusnya. Semoga semua saudara saudari aktif bersaksi bagi Tuhan, dan membawa banyak orang kepada Tuhan.

6. Harus Menyelidiki dengan Cermat

Setiap kali Anda memimpin orang kepada Tuhan, haruslah menyelidiki dengan cermat; ibarat seorang dokter yang meneliti penyakit berbagai macam pasien. Dokter tidak dapat memberi resep obat yang sama kepada setiap pasiennya. Untuk menyembuhkan penyakit, ia harus memberikan pengobatan yang tepat, yaitu memberi resep obat sesuai dengan penyakit sang pasien. Demikian pula dalam hal kita memimpin orang kepada Tuhan. Dalam dunia ini tidak ada seorang dokter tanpa belajar ilmu kedokteran_ Begitu pula, tidak ada seorang pun yang dapat memimpin orang kepada Tuhan tanpa belajar teknik memimpin orang kepada Tuhan. Banyak saudara saudari begitu pandai memimpin orang kepada Tuhan, karena mereka senantiasa mempelajari dan meneliti orang-orang yang mereka pimpin. Bila saudara saudari yang baru percaya ingin memimpin orang, ia harus rajin mempelajarinya sejak semula. Pelajari dan selidiki, mengapa orang anu bisa menerima? Mengapa dengan satu kalimat saja ia sudah dapat menerima? Mengapa orang anu mendengar kalimat itu tidak bisa menerima? Mengapa sikap orang anu sangat baik ketika mendengarkan, tetapi akhirnya lari? Mengapa pula orang anu pada mulanya menentang, tetapi akhirnya tetap menerima? Mengapa sudah mengail begitu lama, tetap tidak mendapatkan ikan? Setiap kali kita harus menemukan sebab-musabab ada tidaknya kerja sama dari Roh Kudus.

Jika usaha Anda dalam memimpin orang kepada Tuhan mengalami kegagalan, jangan sekali-kali melemparkan semua kasalahannya ke atas orang lain. Setiap orang yang pandai memimpin orang kepada Tuhan selalu memeriksa kesulitan yang ada pada dirinya sendiri. Kita tidak dapat menanti di tepi laut dan mengharap ikan-ikan itu meloncat ke atas pantai. Memimpin orang kepada Tuhan bukan suatu hal yang sederhana, maka kita harus menggunakan banyak waktu untuk menyelidikinya, dan mengetahui di manakah sebenarnya letak problemanya. Memimpin orang kepada Tuhan mempunyai tekniknya sendiri, dan teknik itu harus kita pelajari ketika kita memimpin orang kepada Tuhan. Kegagalan juga memberi pelajaran, apa sebabnya bisa gagal; sukses pun memberi pelajaran, apa sebabnya bisa sukses. Setiap kali, baik sukses maupun gagal, haruslah diselidiki sebab-musababnya.

Jika Anda melakukan demikian dengan sebaik-baiknya, niscaya banyak pelajaran yang akan Anda peroleh. Akhirnya Anda akan nampak satu perkara yang ajaib, yaitu orang-orang di dunia ini, terhadap masalah percaya Tuhan, boleh dikatakan hanya terbagi dalam beberapa macam saja. Bila Anda berhadapan dengan orang macam anu, asalkan Anda berbicara dengan perkataan anu, besarlah kemungkinannya ia menerima Tuhan; sebaliknya, dengan perkataan lain, ia akan menentang dan tidak mau percaya. Kalau Anda dapat mengatasi beberapa macam orang, maka Anda dapat mengatasi hampir kebanyakan orang. Anda dapat mengatasi baik orang yang tercatat dalam buku doa maupun orang yang Anda jumpai pada sembarang waktu. Begitu ada seseorang di hadapan Anda, Anda pasti berkesempatan untuk bersaksi kepadanya, dan Anda segera dapat mengetahui ia itu tergolong orang macam apa. Anda tahu dalam hati bahwa orang itu harus diatasi dengan cara apa, dan dengan perkataan apa, dan akhirnya, sebagian besar orang-orang itu dapat Anda selamatkan. Bila Anda menyelidikinya satu per satu, setelah lewat satu atau dua tahun, Anda akan menjadi seorang penyelamat jiwa yang terampil. Pada suatu hari Anda akan mengakui bahwa orang berhikmatlah yang dapat menyelamatkan orang. Jika Allah membelas-kasihani Anda, Anda mungkin dapat memimpin puluhan atau ratusan orang beroleh selamat, dan Anda menyelidikinya dengan saksama, niscayalah Anda akan menjadi seorang penyelamat jiwa yang penuh kuasa.

II. MEMBAGI-BAGIKAN SELEBARAN (TRAKTAT)

1. Selebaran Tidak Terbatas oleh Waktu

Dalam dua dan tiga ratus tahun yang lalu, Allah secara khusus memakai selebaran untuk menyelamatkan orang. Penggunaan selebaran untuk menyelamatkan orang ini mempunyai satu kemudahan yang istimewa, karena perkataan lisan itu terbatas, baik oleh waktu maupun oleh manusia. Anda tidak mungkin sehari 24 jam berbicara terus-menerus, dan ketika Anda berbicara, orang yang ingin mendengar belum tentu mempunyai waktu. Mungkin khotbah Anda sangat baik, tetapi ketika Anda berkhotbah ada orang yang tidak hadir di sana. Namun, selebaran tidak terbatas oleh waktu. Tak peduli kapan saja, Anda dapat membagi-bagikan selebaran, kapan saja orang dapat menerima selebaran, pun kapan saja orang dapat membacanya. Hari ini, ada orang yang tidak punya waktu untuk mendengarkan khotbah, tetapi selebaran tidak ada batas waktu. Anda boleh membagikannya kepada orang di jalan, di dapur, atau di kantor. Itulah kemudahannya yang pertama.

2. Selebaran Dapat Memberitakan Injil
dengan Lengkap

Banyak orang bergairah ingin bersaksi bagi Tuhan dan ingin memimpin orang kepada Tuhan, tetapi berhubung pengenalannya kurang, perkataannya pun kurang, sehingga mereka tidak dapat memberitakan Injil secara mendetail dan lengkap. Karenanya saudara saudari yang baru beriman, selain memiliki cara-cara lainnya untuk memimpin orang kepada Tuhan, haruslah mencari waktu senggang, memilih selebaran-selebaran yang baik dan sebisanya membagikannya kepada banyak orang. Sebab selebaran itu dapat melakukan apa yang tidak dapat Anda lakukan sendiri.

3. Selebaran Tidak Terpengaruh oleh Orang

Satu lagi kemudahan dari selebaran ialah selebaran tidak terpengaruh oleh orang. Adakalanya ketika kita langsung memberitakan Injil kepada seseorang, banyak perkataan yang keras dan serius yang tidak berani kita ucapkan karena terbentur pada masalah perasaan atau muka, tetapi tidak demikian dengan selebaran. Selebaran tidak peduli siapa pun, dan dibaca orang apa adanya. Kalau orang yang hidup memberitakan Injil selalu terpengaruh oleh orang, tetapi selebaran tidak terpengaruh oleh orang. Karena itu, saudara saudari yang baru percaya, wajib belajar menabur benih Injil melalui selebaran.

4. Menyebarkan Selebaran
Berarti Menabur di Mana-mana

Dalam membagi-bagikan selebaran, masih ada satu faedah istimewa lagi, yaitu Anda dapat menabur di mana-mana. Seperti yang tertulis dalam Perjanjian Lama, benih ditabur di tepi aliran air. Kalau hari ini kita ingin memberitakan Injil kepada 3, 5, atau 10 orang, harus menghabiskan banyak waktu, tetapi tidak sukarlah kalau Anda sehari rata-rata membagi-bagikan 1.000 sampai 3.000 lembar selebaran. Andaikata 1.000 lembar bisa menyelamatkan satu jiwa saja itu sudah cukup. Maka, orang-orang yang baru beriman wajib belajar membagi-bagikan selebaran Injil sebanyak-banyaknya.

5. Allah Benar-benar Menyelamatkan Orang
Melalui Selebaran

Allah benar-benar menyelamatkan orang melalui selebaran. Saya tahu ada orang yang menyisipkan selebaran ke dalam sela-sela pintu orang, ada yang memasukkannya ke dalam kotak pos orang. Saya ingat ada seorang yang diberi selebaran di tengah jalan, tetapi ia buang, lalu ada orang kedua memungut selebaran itu untuk melapisi sepatunya, sebab paku sepatunya menusuk telapak kakinya hingga ia kesakitan. Ketika pulang, ia melepaskan sepatunya untuk diperbaiki dan membaca selebaran itu, dan karena itulah ia beroleh selamat. Banyak sekali kisah ajaib yang terjadi pada orang-orang yang diselamatkan melalui selebaran.

6. Baik-baik Berdoa dan Melaksanakannya
dengan Sungguh-sungguh

Saudara saudari yang baru percaya, sejak semula harus belajar membagi-bagikan selebaran pada waktu-waktu senggang. Hal ini tidak berbeda dengan memimpin orang kepada Tuhan, yaitu harus berdoa baik-baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Ketika Anda membagi-bagikan selebaran kepada siapa pun, Anda boleh mengatakan sepatah kata, tidak  mengatakan pun tidak mengapa. Bila orang yang baru percaya dapat melakukan hal ini, niscaya ia akan beroleh bantuan yang sangat besar.

28 || MULUT MENGAKU

MULUT MENGAKU 

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011


“Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan

Roma 10:10

 

 Takut kepada orang mendatangkan jerat tetapi siapa percaya kepada TUHAN, dilindungi.

Amsal 29:25

Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di surga. Tetapi siapa saja yang menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di surga.

Matius 10:32-33 1.

I. PENTINGNYA DENGAN MULUT MENGAKU

Setelah seseorang percaya kepada Tuhan, ia tidak seharusnya menyembunyikan diri. Setelah seseorang percaya kepada Tuhan, ia harus dengan mulut mengaku. Dengan mulut mengakui Tuhan adalah satu perkara yang sangat penting.

1. Begitu Percaya Harus Membuka Mulut

Begitu seseorang percaya kepada Tuhan, ia harus mengakui Tuhan di hadapan manusia. Jika seseorang mempunyai anak, setelah anak itu berumur satu tahun, dua tahun, belum bisa berbicara, bahkan sampai umur tiga tahun masih belum bisa berbicara, bagaimana pendapat kita? Apakah ia terlambat dalam hal berbicara? Haruskah sampai usia tiga puluh tahun baru bisa berkata, “satu, dua, tiga, empat”, dan pada usia lima puluh tahun baru bisa memanggil, “Papa, mama”? Jika sewaktu kecil sudah bisu, mungkin seumur hidupnya akan bisu. Sewaktu kecil tidak dapat memanggil papa, mama; mungkin seumur hidupnya tidak bisa memanggil. Demikian juga seseorang yang baru beroleh selamat, jika tidak segera mengakui Tuhan, mungkin seumur hidupnya akan menjadi bisu. Jika sewaktu kecil tidak bisa berbicara, maka mungkin sampai besar juga tidak bisa berbicara.

Ada orang yang telah menjadi orang Kristen selama sepuluh atau dua puluh tahun masih tetap bisu, karena pada minggu pertama dan minggu kedua telah membisu, akhirnya terus bisu sampai tua. Hal mengakui Tuhan harus dimulai saat baru beroleh selamat. Begitu beroleh selamat, saat itu juga harus mengakui, dengan demikian jalan mengakui yang selanjutnya sudah terbuka. Jika seseorang pada minggu pertama, bulan pertama, atau tahun pertama membisu, maka mungkin seumur hidupnya akan menjadi bisu. Sebab itu, begitu seseorang percaya Tuhan, ia harus dengan sebisanya membicarakan tentang Tuhan kepada orang lain. Meskipun tidak mudah atau tidak senang mengatakan di hadapan manusia, tetap harus mengatakan. Bagaimanapun harus berkata-kata di hadapan sanak famili dan teman-teman. Jika tidak mau belajar berkata-kata di hadapan umum, mungkin seumur hidup di hadapan Tuhan akan menjadi orang yang bisu. Kita tidak mengharapkan ada orang Kristen yang bisu. Sebab itu, sejak permulaan kita harus belajar membuka mulut. Jika pada permulaan tidak mau melakukan, kelak kemudian hari akan sulit melakukannya; selain Tuhan membelaskasihaninya secara khusus, ada kebangunan rohani, barulah ia dapat membuka mulut, tetapi hal itu sangat membuang tenaga. Sebab itu, setiap orang yang baru percaya harus mencari kesempatan untuk mengakui Tuhan. Pengakuan ini adalah satu perkara yang besar. Pengakuan ini sangat berfaedah bagi dirinya.

2. Dengan Mulut Mengaku dan Diselamatkan

Roma 10:10 mengatakan, “Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.” Dengan hati percaya, orang dibenarkan; ini adalah perkara di hadapan Tuhan. Tetapi, dengan mulut mengaku, diselamatkan; ini adalah perkara beroleh selamat di hadapan manusia. Anda percaya atau tidak, itu adalah perkara di hadapan Allah, tidak seorang pun mengetahuinya. Jika Anda sungguh-sungguh percaya, Anda dibenarkan di hadapan Allah. Tetapi jika Anda hanya dengan hati percaya, namun mulut tidak mengaku, orang lain takkan mengakui Anda sebagai orang yang telah beroleh selamat; mereka masih menganggap Anda belum percaya, karena mereka tidak melihat bahwa Anda berbeda dengan mereka. Sebab itu Alkitab menekankan, dengan hati percaya masih belum cukup, harus ditambah dengan mulut mengaku; harus mengutarakan dengan mulut.

Sebab itu, setiap orang yang baru percaya Tuhan harus mencari kesempatan mengaku Tuhan. Dalam pergaulan sehari-hari, baik terhadap teman sekolah, teman sekerja, famili, atau pun sahabat, Anda harus mencari kesempatan berkata kepada mereka, “Aku sudah percaya Tuhan Yesus.” Lebih cepat mengakui lebih baik. Begitu Anda mengakui, mereka segera mengetahui dengan jelas kalau Anda sudah percaya Yesus. Demikianlah Anda diselamatkan, Anda ditolong keluar dari orang-orang yang tidak percaya.

Kami pernah melihat, ada orang yang sudah percaya Tuhan pada mulanya masih ragu-ragu, tetapi setelah ia berdiri mengatakan, “Aku sudah percaya Yesus”, ia segera menjadi teguh. Menjadi orang Kristen, yang paling ditakutkan ialah kalau tidak mau mengaku; jika ia mau mengaku, maka satu langkah ini telah ia tempuh, ia akan menjadi teguh. Banyak orang yang percaya Tuhan, pada mulanya masih terombang-ambing, tetapi begitu mereka berkata “Aku percaya,” mereka segera menjadi teguh.

3. Mengaku, akan Mengurangi Kesulitan

Anda dengan hati percaya, dan dengan mulut mengaku, Anda akan mendapat faedah yang besar, yaitu akan mengurangi banyak kesulitan yang mungkin mengganggu Anda.

Jika Anda tidak berkata, “Aku sudah mengikuti Tuhan Yesus, aku sudah menjadi milik Tuhan,” bagaimanapun, orang lain akan memandang Anda sama dengan mereka. Akibatnya, jika mereka melakukan hal-hal dosa, atau hal-hal hawa nafsu, mereka akan menganggap Anda adalah salah satu bagian dari mereka. Meskipun hati Anda mengatakan bahwa Anda adalah orang Kristen yang tidak selayaknya bercampur dengan mereka, namun Anda tidak bisa menolak mereka, Anda pun memperkenankan mereka. Anda mencoba mencari alasan untuk menolak mereka, mungkin Anda terhindar. Tetapi lain kali, mereka tetap masih akan menarik Anda, dan Anda harus mencari alasan lagi. Sekali, dua kali Anda bisa berdalih, mencari alasan menolak, tetapi perkaranya tetap tidak dapat lewat. Maka betapa baiknya jika mulai hari pertama sudah membuka kartu, mengakui kalau Anda adalah orang yang telah percaya Tuhan. Asal sekali, dua kali, Anda terus mengaku, orang lain tidak akan memaksa Anda lagi.

Jika Anda tidak dengan mulut mengaku, jika Anda menjadi orang Kristen secara diam-diam, maka kesulitan yang akan Anda hadapi, entah berapa kali lebih banyak daripada secara terus terang mengaku telah menjadi orang Kristen, dan pencobaan yang Anda hadapi juga lebih berlipat dibandingkan dengan terang-terangan menjadi orang Kristen. Anda tidak bisa melepaskan diri dari ikatan emosi manusia dan ikatan hubungan yang sudah-sudah. Anda tidak bisa setiap kali selalu beralasan sakit kepala, banyak pekerjaan; Anda tidak bisa setiap kali menolak dengan bermacam- macam alasan. Sebab itu, pada hari pertama Anda sudah harus menyatakan, “Aku sudah percaya Tuhan Yesus, aku sudah menerima Tuhan Yesus.” Setelah Anda membuka kartu ini, teman sekerja Anda, teman sekolah Anda, famili Anda, semua akan mengetahui bahwa Anda adalah orang yang demikian; Anda akan terhindar dari banyak kesulitan. Jika tidak demikian, entah berapa banyak kesulitan (kerepotan) yang akan Anda hadapi. Sebab itu, jika seorang mau dengan mulutnya mengakui Tuhan, orang ini akan terhindar dari banyak kesulitan (kerepotan).

4. Tidak Mengakui Tuhan, Hati Nurani Tertuduh

Jika seseorang tidak mau membuka mulut mengakui Tuhan, ia masih akan menghadapi satu kesulitan lain yang besar. Kesulitan ini dialami oleh orang-orang yang percaya kepada Tuhan, ketika Tuhan masih di bumi.

Tuhan Yesus ditolak oleh orang-orang Yahudi. Orang Yahudi menolak Tuhan Yesus dengan keras, juga menentang Tuhan Yesus dengan hebat. Dalam Yohanes 9, kita melihat orang-orang Yahudi berketetapan bahwa siapa saja yang mengakui Yesus adalah Mesias, ia akan dikucilkan dari tempat ibadah. Sampai pasal 12, Alkitab mencatat, banyak pemimpin orang Yahudi telah percaya Tuhan Yesus, tetapi karena takut dikucilkan dari tempat ibadah (sinagoga), mereka tidak berani mengakui-Nya dengan terus terang. Renungkanlah, bisakah orang-orang itu merasa sentosa? Mengakui Tuhan memang tidak enak, tetapi tidak mengakui Tuhan, lebih tidak enak. Tempat apakah sinagoga orang-orang Yahudi? Tempat melawan Tuhan Yesus. Di sana mereka merancang rencana jahat, tipu muslihat, membuat perangkap untuk mencelakai Yesus; di sana mereka menyiapkan perkara-perkara yang tidak halal. Jika seseorang sungguh-sungguh percaya Yesus dan berada di tengah-tengah mereka, apakah yang harus ia  perbuat? Berapa besarkah kekuatan yang ia miliki untuk menahan diri dari membuka mulut? Pada saat demikian, sulit bagi dia untuk membuka mulut mengakui Tuhan, tetapi menyuruhnya untuk tidak membuka mulut mengakui Tuhan, tentu akan lebih sulit.

Keadaan tempat ibadah orang-orang Yahudi mewakili keadaan orang-orang dunia yang menentang Tuhan. Terhadap Tuhan Yesus, orang-orang dunia selalu mencoba mempersulit-Nya. Mereka merasa bahwa Yesus, orang Nazaret ini, merupakan kesulitan bagi mereka, dengan bermacam-macam perkataan mereka berusaha menentang Tuhan Yesus. Dalam suasana yang demikian, dapatkah Anda di sana mendengarkan mereka mengucapkan kata-kata yang menentang Tuhan, dan pada lahirnya Anda berpura-pura sama dengan mereka?

Berpura-pura adalah satu keadaan yang menyengsarakan; berpura-pura adalah pekerjaan yang sangat sulit. Anda harus sekuatnya mengekang diri, memaksa diri. Dalam keadaan demikian, tidakkah Anda mempunyai sedikit keinginan untuk berkata, “Dia adalah Anak Allah, aku mau percaya kepada-Nya?” Tidakkah di dalam Anda ada sedikit keinginan untuk berkata, “Dia adalah Juruselamatku, aku sudah percaya kepada-Nya?” Tidakkah Anda mempunyai sedikit keinginan berkata, “Dia dapat menolongku lepas dari dosa, meskipun kalian tidak mau percaya, tetapi aku mau percaya?” Apakah sedikit pun Anda tidak berkeinginan berkata demikian?

Apakah karena ingin mendapatkan kehormatan dan kedudukan dari manusia, lalu Anda memaksa diri menutup mulut? Saya rasa, keadaan pemimpin-pemimpin dalam Yohanes 12 akan lebih baik jika mereka dikucilkan dari sinagoga, lebih baik mengakui Tuhan. Jika Anda pura-pura percaya, tentu tidak ada persoalan. Namun jika Anda sungguh-sungguh percaya Tuhan, tetapi Anda munafik, bersimpati kepada orang yang menentang Tuhan, hati nurani Anda pasti akan menuduh Anda. Ketika mereka menentang Tuhan, hati Anda merasa tidak sentosa; tetapi mulut Anda berkata, “Ini sungguh lucu,” bukankah keadaan demikian sangat menyengsarakan orang?

Tidak mengakui Tuhan adalah satu perkara yang paling menyedihkan. Tidak mengakui Tuhan di hadapan orang, adalah paling sengsara. Jika kita ditawari untuk menggantikan kedudukan pemimpin-pemimpin itu, tentu kita tidak mau. Mereka terlalu sengsara! Jika Anda tidak percaya, kita tak dapat berkata apa pun; tetapi jika Anda sungguh-sungguh telah percaya, Anda keluar dari sinagoga, Anda akan merasa nyaman dan riang gembira. Mungkin Anda mengalami kesulitan, tetapi berdasarkan pengalaman, kita dapat memberitahu Anda, jika Anda tidak berbuat demikian, kesulitan Anda          akan lebih besar, hati Anda akan merasa sengsara.

Satu perumpamaan: Jika Anda mendengar seseorang berkata-kata jahat mengumpat orang tua Anda, mengatakan orang tua Anda demikian-demikian, dan Anda tetap duduk mendengarkannya; bahkan Anda masih pura-pura bersimpati kepadanya, maka izinkanlah saya bertanya, “Sebenarnya orang macam apakah Anda?” Apalagi Tuhan kita. Dia telah mengorbankan jiwa, menolong Anda, bisakah Anda tidak berkata sepatah kata pun untuk Tuhan yang Anda sembah dan yang Anda layani? Jika ya, Anda adalah orang yang tidak berguna. Kita harus mempunyai keberanian berdiri untuk Tuhan, mengakui: “Aku milik Tuhan!”

II. KESALAHAN YANG PERLU DIKOREKSI

1. Dengan Perbuatan Baik
Menggantikan Mengaku dengan Mulut

Ada sebagian orang yang baru beroleh selamat, mereka dipengaruhi oleh ajaran tradisional yang salah, yang mengira, “Jika seseorang mempunyai perbuatan yang baik, inilah yang penting; mengakui dengan mulut atau tidak, itu tak begitu penting. Berubah di atas bibir saja, tidak ada gunanya; yang penting perbuatannya yang berubah.” Ini adalah pemikiran yang salah, yang harus kita betulkan. Ingat, kita tidak mengatakan bahwa perubahan perbuatan (tingkah laku) itu tidak perlu. Jika perbuatan Anda tidak berubah, hanya berkata di atas bibir saja, itu memang tidak berguna. Jika perbuatan Anda sudah berubah, namun mulut tidak mengaku, itu juga tidak berguna. Perubahan tingkah laku, sekali-kali tidak bisa menggantikan pengakuan dengan mulut. Perbuatan sudah berubah, tetap masih perlu mengaku dengan mulut.

Setiap orang yang baru percaya, pada kesempatan yang pertama harus menyatakan kepada orang lain, “Aku sudah percaya Tuhan Yesus.” jika Anda diam seribu bahasa, terhadap diri Anda orang lain akan timbul banyak dugaan, mereka akan menggunakan cara-cara filsafat untuk membicarakan perbuatan Anda. Segala macam teori akan mereka kemukakan, tetapi tidak menjamah Tuhan Yesus. Sebab itu, Anda harus memberitahu mereka, mengapa tingkah laku Anda berubah? Perbuatan yang baik tidak bisa menggantikan pengakuan dengan mulut; perbuatan yang baik sudah seharusnya ada, tetapi pengakuan dengan mulut juga perlu. Anda harus berkata kepada orang lain, “Yesus adalah Tuhanku, aku mau melayani Dia.” Meskipun tingkah laku Anda sudah sangat baik, Anda masih perlu mengatakan kata-kata ini.

Ada orang berkata, “Jika perbuatan seseorang baik, ia boleh tidak membuka mulut.” Ingatlah, terhadap orang yang berkata demikian, kalau suatu hari dia melakukan perbuatan yang tidak baik, tak akan ada orang yang memberi komentar. Tetapi, jika Anda berdiri dan mengaku “Aku adalah orang Kristen”, begitu perbuatan Anda sedikit jelek, segera ada orang yang angkat suara dan menegur Anda. Mempunyai perbuatan baik tanpa pengakuan dengan mulut, akan memberi kesempatan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang kurang baik, dan memberi kesempatan menghindari teguran orang lain. Jangan percaya perkataan yang mengatakan, “Asal perbuatan baik sudah cukup.” Hal mengaku dengan mulut tidak boleh ditiadakan, bahkan harus dilaksanakan.

2. Takut Kalau Tidak Awet Menjadi Orang Kristen

Ada juga orang yang berpendapat, “Jika aku mengaku dengan mulut, tetapi kemudian aku tidak awet menjadi orang Kristen, bukankah akan ditertawakan orang? Bagaimana jika lewat 3 tahun atau 5 tahun lagi aku gagal dalam hal menjadi orang Kristen? Sebab itu, lebih baik aku tidak mengaku lebih dulu. Bila kemudian hari aku sudah stabil, barulah aku mengaku.” Terhadap orang-orang yang berkata demikian, kita boleh berkata, “Jika Anda takut perbuatan Anda jelek, takut jatuh, lalu tidak mengakui, sudah dapat dipastikan, Anda pasti jatuh. Karena Anda telah membuka pintu belakang, Anda tidak ingin melalui pintu depan. Karena sebelumnya Anda sudah siap tidak mengaku, menunggu Anda stabil baru mengaku. Kita berani memastikan, Anda pasti akan jatuh. Lebih baik Anda berdiri dan berkata, “Aku milik Tuhan.” Tutuplah pintu belakang Anda terlebih dulu, agar di kemudian hari, jika Anda ingin mundur atau jatuh, itu sudah tidak mudah lagi. Demikianlah kesempatan untuk maju akan lebih besar daripada kesempatan untuk mundur, dan Anda mempunyai kemungkinan untuk maju.

Jika Anda ingin menunggu perbuatan Anda baik dulu baru membuka mulut, maka seumur hidup, Anda tidak akan dapat membuka mulut, Anda akan membisu seumur hidup; meskipun akhirnya mungkin perbuatan Anda bisa baik, Anda akan tetap bisu. Jika sejak mula Anda tidak membuka mulut, mulut Anda akan tidak mudah dibuka. Sebaliknya, jika Anda membuka mulut, kesempatan mempunyai perbuatan yang baik lebih besar. Jika ingin menunggu perbuatan Anda baik dulu baru membuka mulut, maka kesempatan membuka mulut tidak akari ada, kesempatan mempunyai perbuatan baik juga tidak akan ada; akhirnya kedua-duanya tidak Anda miliki.

Satu hal yang dapat menghibur kita, yaitu Allah tidak hanya menyelamatkan kita, Ia pun menjaga kita. Apakah menyelamatkan itu? Menyelamatkan boleh diibaratkan seperti membeli suatu barang. Apakah menjaga itu? Menjaga boleh diibaratkan seperti menempatkan barang itu di tangan sendiri. Di dunia ini, adakah orang yang setelah membeli suatu barang, lalu bersedia kehilangan barang itu? Saya membeli sebuah arloji, tentu saya ingin memakainya sampai lima atau sepuluh tahun, bukan setelah membeli lalu segera kehilangan. Di mana-mana Allah menyelamatkan manusia, Ia tidak menghendaki setelah menyelamatkan satu, kemudian kehilangan satu; la pasti menjaga orang-orang yang telah diselamatkan. Allah telah menyelamatkan kita, Allah pasti memelihara kita. Allah telah menyelamatkan kita, Allah pasti menjaga kita sampai hari itu. Allah mencintai Anda sehingga mengorbankan Anak Tunggal-Nya untuk menyelamatkan Anda. Jika Allah tidak mau menjaga kita, Dia tidak perlu mengeluarkan harga yang begitu besar. Menjaga kita adalah kemauan dan juga rencana Allah. Janganlah takut kalau setelah berdiri mengatakan, “Aku percaya Tuhan,” lewat beberapa hari lagi Anda akari gagal. Anda jangan khawatir, Allah bertanggung jawab atas diri Anda. Lebih baik dengan sederhana Anda berdiri dan mengatakan, “Aku milik Allah.” Serahkanlah diri Anda kepada Allah. Allah tahu Anda memerlukan bimbingan, hiburan dan lindungan. Anda harus yakin, Allah pasti memelihara keselamatan Anda, karena dengan pemeliharaan ini barulah penebusan-Nya bisa berarti.

3. Takut kepada Orang

Ada orang tidak berani mengaku, alasannya: ia takut kepada orang. Banyak orang yang benar-benar tidak mempunyai pikiran apa-apa, mereka dengan senang hati mau berdiri dan mengaku, tetapi begitu melihat raut muka orang lain, dia tidak berani mengaku. Begitu melihat wajah ayah dan ibunya, ia merasa sukar untuk mengaku; melihat wajah teman-temannya, juga merasa sukar untuk mengaku. Banyak orang yang terbentur pada kesulitan ini, takut kepada orang, tidak berani buka mulut. Asalnya memang penakut, bukan dalam hal percaya Tuhan saja mereka kecil hati. Jika Anda meminta mereka di hadapan umum mengatakan, “Aku adalah orang yang percaya Tuhan,” itu seolah-olah meminta nyawanya, bagaimana pun ia tidak berani membuka mulut.

Bagi orang yang demikian, dengarkanlah firman Tuhan, “Takut kepada orang mendatangkan jerat” (Amsal 29:25). Siapa yang melihat orang lalu takut, akan “menjerat diri sendiri”. Anda takut, berarti Anda terjerumus ke dalam perangkap. Ketakutan adalah jerat Anda. Anda memiliki hati yang takut kepada orang, hal ini menjadilah jerat. Jika Anda takut, Anda akan terjerat. Jerat ini dihasilkan oleh ketakutan Anda. Mungkin, orang yang Anda takuti itu sebenarnya justru senang mendengar pengakuan Anda; kalaupun ia tidak senang mendengarkan, ia belum tentu seperti yang Anda bayangkan begitu menakutkan.

Ada sebuah cerita, garis besarnya demikian: Ada dua orang, mereka teman sekantor. Yang satu sudah percaya kepada Tuhan, yang lainnya belum. Orang yang percaya Tuhan itu bernyali kecil; yang belum percaya, juga demikian. Orang yang percaya Tuhan karena takut, tidak berani berkata kepada temannya, bahwa ia sudah beroleh selamat. Sedang yang belum percaya Tuhan, melihat temannya mengalami perubahan yang besar, dulu suka marah-marah, sekarang tidak, sebab itu ia merasa heran, tetapi ia pun tidak berani bertanya tentang perubahan temannya itu. Setiap hari mereka duduk berhadapan pada meja yang sama. Tetapi, yang satu takut berkata; yang lainnya takut bertanya. Setiap hari hanya saling memandang, yang satu tidak berani berkata, yang lain tidak berani bertanya. Sampai suatu hari, yang percaya Tuhan merasa tidak tahan lagi, setelah ia dengan baik-baik berdoa, ia datang ke temannya itu, dengan erat menjabat tangannya sambil berkata, “Aku ini sungguh seorang penakut, sedikitnya telah tiga bulan aku tidak berani berterus terang kepadamu, sekarang aku memberitahu kamu, aku sudah percaya Tuhan Yesus.” Setelah berkata demikian, mukanya menjadi pucat. Temannya itu juga berkata, “Aku juga sudah tiga bulan ingin bertanya, mengapa kamu berbeda dengan yang dulu-dulu, tetapi aku juga tak berani bertanya.” Setelah orang yang percaya Tuhan memberanikan diri mengaku, sejak hari itu, ia mempunyai kesempatan untuk membawa teman-temannya mengenal Tuhan.

Takut akan orang, sungguh akan menjadi jerat. Ingatlah, Anda takut kepada orang, mungkin orang itu juga takut kepada Anda. Sebab itu, tidak sepatutnya kita mempunyai hati yang takut kepada orang. Kita yang mengikuti Tuhan, tidak boleh menjadi orang penakut. Orang penakut, takkan bisa menjadi orang Kristen yang baik, tidak bisa melayani Tuhan. Orang Kristen harus mempunyai keberanian untuk memberitahu sanak famili dan handai taulannya, harus mempunyai keberanian di hadapan perorangan atau pun umum, mengakui Tuhan itu siapa. Sejak semula, kita harus berada di jalan ini.

4. Merasa Malu

Ada orang tidak mau mengaku disebabkan karena malu. Ia merasakan menjadi orang Kristen itu memalukan. Di hadapan orang-orang yang tidak percaya, benar-benar ada rasa yang demikian. Hari ini, jika Anda mengatakan bahwa Anda sedang mempelajari suatu teknologi, orang lain akan memuji Anda adalah orang yang mempunyai masa depan cerah. jika Anda mengatakan bahwa Anda sedang mempelajari suatu filsafat, orang lain akan memuji Anda adalah orang yang berpikiran tinggi. Anda mengatakan bahwa Anda sedang mengerjakan sesuatu yang lain, Anda tidak merasa malu. Tetapi jika Anda mengatakan, “Aku adalah orang Kristen,” pasti akan banyak orang berkata bahwa pengetahuan Anda kurang tinggi, pikiran Anda kurang baik, bahkan merasakan Anda adalah orang yang tidak banyak gunanya. Di mana dan kapan saja, bila Anda mengatakan hal-hal yang lain, Anda tidak merasa malu, tetapi begitu Anda mengaku sebagai orang Kristen, segera terkandung perasaan malu di dalam Anda. Maka tak heran, kalau seorang Kristen yang baru beriman merasa malu, saat dia ingin membuka mulut, mengaku bahwa dirinya adalah orang Kristen. Kita harus mengenyahkan perasaan ini. Orang lain memang merasa malu menjadi orang Kristen, tetapi kita harus membuang perasaan ini.

Bagaimana kita baru bisa mengenyahkan perasaan malu ini? Kita akan melihatnya dari dua aspek:

Pertama: Ketika Tuhan Yesus disalib di kayu salib, Dia telah menanggung dosa dan rasa malu kita. Ketika Tuhan menanggung dosa kita, sesungguhnya Dia telah menerima “rasa malu ” yang sangat besar. Sebab itu, bila hari ini kita di hadapan Allah menerima rasa malu dari orang, itu adalah perkara yang layak. Rasa malu yang kita terima hari ini, jauh tak memadai dengan rasa malu yang Tuhan terima di salib. Maka sekali pun ada rasa malu, kita tidak perlu merasa heran. Kita harus tahu bahwa kita adalah milik Tuhan.

Kedua: Ada syair nyanyian yang sangat baik, “Kalau malu karena Tuhan! Fajar yang merah juga boleh tidak mengenal matahari! Engkaulah yang memancarkan cahaya ilahi, menerangi hati nuraniku yang gelap.” Tuhan telah memberi anugerah kepada kita, Tuhan telah menyelamatkan kita, tetapi kita merasa malu mengakui Tuhan, maka fajar juga boleh merasa malu untuk mengakui matahari yang membuatnya terang. Hari ini, Tuhan telah memberi anugerah kepada Anda, Tuhan telah menyelamatkan Anda; Tuhan .menunjang Anda, Tuhan akan membawa Anda naik ke surga, tetapi jika Anda merasa malu mengakui-Nya, itu berarti segala karunia-Nya boleh Anda permalukan dan boleh tidak Anda akui! Di atas diri Anda, Tuhan telah berbuat banyak, bolehkah Anda merasa malu mengakui Tuhan? Tidak mungkin demikian!

Sebenarnya, yang patut kita rasakan malu adalah bermabuk-mabukan, menghamburkan hawa nafsu, melakukan perbuatan gelap, berdosa, berbuat jahat. Tuhan telah menolong kita lepas dari semua itu, seharusnyalah kita merasa mulia; sedikit pun tidak patut merasa malu! Orang yang mengakui Tuhan bukan orang yang patut merasa malu, orang yang mengakui Tuhan, adalah orang yang patut merasa mulia dan gembira! Kita adalah orang-orang yang takkan binasa selama-lamanya, tidak dihukum Allah, tidak diadili oleh Allah, selama-lamanya tidak akan meninggalkan wajah mulia Allah. Kita adalah orang-orang yang mengikuti Domba Allah, beserta-Nya selama-lamanya (Why. 14:4). Sebab itu, tidaklah dapat dibenarkan jika menaruh perasaan malu itu pada diri kita. Kita harus dengan berani berdiri dan berkata, “Kita milik Allah!” Kita patut merasa penuh sukacita dan penuh mulia!

Petrus terkenal sebagai seorang yang menonjol, di antara murid-murid Tuhan dan dalam setiap urusan, ia selalu ingin mengepalai dan mendahului orang lain. Tetapi pada suatu hari, oleh karena Petrus tidak mengakui Tuhan, ia segera menjadi seperti seekor tikus, hanya ditanyai saja sudah ketakutan. Menurut pandangan orang, Petrus biasanya adalah seorang satria, adalah pemimpin murid-murid Tuhan; tetapi, saat orang lain belum mengatakan akan mengambil nyawanya, ia sudah takut; orang lain hanya berkata “Kamu juga selalu bersama-sama dengan Yesus, orang Galilea itu.” Ia sudah gemetar, bersumpah di hadapan orang. Sungguh tidak pantas. Semua penyangkalan adalah hal yang tidak pantas. Saat itu Petrus paling memalukan, penyangkalan Petrus adalah suatu hal yang paling memalukan (Mat. 26:69-75).

Orang yang tidak berani membuka mulut mengakui Tuhan adalah orang yang memalukan. Sebaliknya, orang-orang yang sekalipun akan dibakar dengan api, atau direndam dalam air, tetap mengaku, “Aku milik Yesus orang Nazaret,” adalah orang-orang yang patut dimuliakan. Disesah orang, dilempar ke dalam api, dimasukkan ke dalam gua singa, tetap mengatakan “Aku milik Yesus orang Nazaret.” Ini adalah hal yang paling mulia di dunia. Sebaliknya orang yang malu mengakui Yesus adalah orang yang paling memalukan. Orang yang demikian tidak ada gunanya. Bahkan mereka sendiri akan membenci dirinya dan berkata, “Betapa hinanya diriku!” Orang yang memandang rendah dirinya sendiri, yang menganggap apa yang telah dimilikinya itu memalukan, adalah orang yang paling hina.

Sebab itu, takut itu salah dan tak sepatutnya; malu juga salah, juga tidak sepatutnya. Setiap orang yang belajar mengikuti Tuhan, harus belajar berani mengakui Tuhan di depan umum. Walaupun menurut anggapan orang, terang itu memalukan, gelap itu mulia; kudus itu memalukan, dosa itu mulia; rohani itu memalukan, tubuh nafsani itu mulia; mengikuti Tuhan itu memalukan, mengikuti orang itu mulia; aku tetap memilih yang “memalukan” ini. Lebih baik kita sama seperti Musa, yang rela menerima malu bersama Kristus, daripada mendapat mulia di antara manusia (Ibr. 11:26).

5. Tamak Kemuliaan Manusia

Para pemimpin Yahudi dalam Yohanes 12, tidak mau mengakui Tuhan, disebabkan mereka tamak akan kemuliaan dari manusia, melebihi kemuliaan dari Allah. Demikian pula, banyak orang yang tidak berani mengakui Tuhan, karena mereka mau keduanya: mau Kristus, juga mau sinagoga. Aku mau Kristus, maka aku percaya Tuhan; aku juga mau sinagoga, maka aku tidak mengakui Tuhan. Orang yang mau kedua-duanya pasti tidak mutlak.

Anda harus nampak, jika Anda ingin belajar melayani Tuhan, Anda harus memilih salah satu di antaranya, Kristus atau sinagoga. Jika tidak, selamanya Anda tidak akan bisa menjadi orang Kristen yang baik. Bagaimanapun Anda harus memilih salah satu di antara Tuhan dan manusia. Para pemimpin takut kalau mereka mengakui Tuhan, mereka akan kehilangan pergaulan manusia, mereka takut dikucilkan dari sinagoga. Tetapi orang yang mutlak memilih Tuhan, ia tidak akan takut dikucilkan dari sinagoga.

Jika setelah Anda percaya Tuhan, tidak ada orang yang menganiaya Anda, Anda harus bersyukur kepada Tuhan. Namun, jika setelah Anda mengakui Tuhan, ada yang menganiaya Anda, Anda tetap harus bersyukur kepada Tuhan. Hal ini tidak mengherankan! Jangan sekali-kali seperti para pemimpin tadi, mereka masih menyayangi sinagoga, sehingga tidak membuka mulut, tidak mengakui dirinya adalah orang yang percaya Tuhan Yesus. Hari ini, bila dalam gereja semua orang sama seperti mereka, niscaya tiada gereja. Jika sejak mula Petrus percaya Tuhan, ia pulang ke rumah, diam seribu bahasa; jika Paulus, Luther, Darby, dan lain-lain, orang-orang yang percaya Tuhan, juga membisu; jika semua orang di dalam gereja membisu, tidak berani mengakui Tuhan; memang kesulitan mereka akan kurang, tetapi hari ini pasti tidak ada gereja di muka bumi ini.

Gereja mempunyai satu ciri khas, yaitu berani percaya kepada Tuhan; gereja juga mempunyai satu ciri khas, yaitu berani mengakui telah percaya Tuhan. Beroleh selamat bukan hanya percaya kepada Tuhan Yesus; beroleh selamat, berarti setelah Anda percaya, Anda pun mengakui bahwa Anda adalah orang yang percaya Tuhan. Pengakuan ini sangat penting. Kekristenan bukan melulu masalah perbuatan, kekristenan juga adalah masalah di mulut, harus mengaku dengan mulut. Bagaimanapun Anda harus berkata, “Aku adalah orang Kris-en.” Orang Kristen yang hanya mempunyai perbuatan baik masih belum terhitung, harus mengaku dengan mulut baru terhitung. Jika menghapus mengaku dengan mulut, tiadalah kekristenan. Firman Alkitab cukup jelas: “Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.” Kekristenan adalah masalah hati yang percaya dan mulut yang mengaku.

III. MENGAKUI TUHAN
DAN PENGAKUAN TUHAN

Tuhan berkata, “Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di surga”, (Mat. 10:32). Puji Tuhan, hari ini kita mengakui Tuhan, kelak Tuhan akan mengakui kita. Tuhan berkata pula, “Tetapi siapa saja yang menyangkal Aku di depan manusia, ia akan disangkal di depan malaikat-malaikat Allah” (Luk. 12:9). Oh, betapa besar perbandingan ini! Anda hanya di hadapan manusia mengakui bahwa Tuhan yang Anda percayai ini adalah Yang melampaui segala-galanya, terunggul dari semua orang, Dia adalah Anak Allah yang sejati. Tetapi Tuhan akan mengakui Anda di hadapan Bapa serta malaikat-malaikat di surga. Jika Anda merasa keberatan untuk mengakui Tuhan di hadapan manusia, suatu hari kelak, ketika Tuhan datang di dalam kemuliaan Bapa, Dia juga akan keberatan untuk mengakui orang semacam Anda. Hari ini, jangan karena takut kepada manusia (Yes. 51:12), sehingga kita tidak berani mengakui Tuhan di hadapan manusia. Jadi, jika hari ini di depan manusia kita keberatan mengakui Yesus Kristus, Anak Allah yang hidup, pada suatu hari, tatkala Tuhan kita kembali, Dia juga akan keberatan untuk mengakui kita di hadapan Bapa dan para malaikat yang mulia. Oh! Betapa seriusnya hal ini!

Sebenarnya, sekarang sedikit pun tidak ada kesulitan bagi kita untuk mengakui-Nya. Dibandingkan dengan pengakuan-Nya terhadap kita; pengakuan-Nya terhadap kitalah yang sebenarnya sangat sulit; karena kita adalah anak yang hilang, tiada kebaikan apa pun pada diri kita. Karena Dia kelak mau mengakui kita, bukankah hari ini kita harus mengakui-Nya dengan tegas di hadapan manusia?

Semoga saudara saudari yang baru percaya, sejak awal sudah berani mengakui Tuhan di depan orang banyak. Sekali-kali jangan menjadi orang Kristen secara sembunyi-sembunyi.

29 || ORANG TUA

ORANG TUA

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

 

“Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena demikianlah yang benar. Hormatilah ayahmu dan ibumu — ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: Supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi. Dan kamu, Bapak-bapak,janganlah bangkitkan kemarahan di dalam hati anak-anakmu,tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.”

Efesus 6:1-4

“Hai bapak-bapak, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.”

Kolose 3:21

I. TANGGUNG JAWAB ORANG TUA

Dalam Perjanjian Lama, selain dalam kitab Amsal Salomo, hampir tidak terlihat adanya ajaran tentang bagaimana menjadi orang tua (ayah ibu). Tetapi, dalam kitab Perjanjian Baru Paulus menunjukkan kepada kita bagaimana seharusnya menjadi orang tua. Buku-buku di seluruh dunia kebanyakan menasihati orang bagaimana menjadi anak, jarang sekali yang menunjukkan bagaimana menjadi orang tua, sebab semua orang merasa bahwa setiap manusia harus belajar menjadi anak yang baik. Namun, dalam kitab Perjanjian Baru khusus memperhatikan bagaimana seharusnya orang menjadi orang tua, tidak begitu memperhatikan bagaimana seharusnya menjadi anak. Meskipun ada ajaran itu, tetapi nasihatnya sangat ringan. Misalnya dalam Efesus 6 dan Kolose 3, nasihat terhadap orang tua lebih berat daripada terhadap anak-anak; ini disebabkan Allah lebih memperhatikan orang tua daripada anak-anak. Sebab itu, setiap orang harus belajar bagaimana menjadi orang tua.

Jika kita gabungkan kata-kata dalam Alkitab itu, kita akan mengetahui bahwa orang tua harus merawat atau mengasuh anak-anaknya dengan ajaran dan nasihat‑nasihat Tuhan; jangan menyakiti hati mereka dan jangan membuat mereka tawar hati atau kehilangan tekad. Ini berarti orang tua harus mengekang diri, tidak sembarangan. Itulah yang ditunjukkan Paulus kepada kita. Karena itu saya harap kalian nampak, sesungguhnya menjadi suami atau istri tidak mudah, tetapi menjadi orang tua jauh lebih tidak mudah. Menjadi suami atau istri, hanya menyangkut masalah pribadi; tetapi menjadi orang tua, menyangkut masalah orang lain.

Kalau menjadi suami atau istri hanya menyangkut kesenangan anak-anak sebagai generasi berikutnya. Anak-anak sebagai generasi berikutnya akan dibawa ke mana semua menjadi tanggung jawab orang tua.

Kita harus menyadari betapa beratnya kewajiban ini, sebab Allah menyerahkan jiwa, raga bahkan masa depan mereka seumur hidup ke dalam tangan kita. Tidak ada orang yang mempengaruhi masa depan orang lain sedalam orang tua mempengaruhi anak-anaknya. Dan tidak ada orang yang dapat mendominasi masa depan orang lain sehebat orang tua mendominasi anak-anaknya. Orang tua nyaris dapat mendominasi anak-anaknya hingga mereka masuk ke neraka atau ke surga. Oleh sebab itu, kita harus belajar menjadi suami atau istri yang baik, kita pun harus menjadi orang tua yang baik. Tanggung jawab kita sebagai orang tua sangatlah mungkin lebih berat daripada tanggung jawab kita sebagai suami atau istri.

Berikut ini saya ingin mengajak kalian untuk meninjau sekilas bagaimana cara orang Kristen menjadi orang tua, agar terhindar dari banyak kesulitan.

A. MENGUDUSKAN DIRI
DEMI ANAK-ANAK

Pertama-tama semua orang tua harus menguduskan diri di hadapan Allah demi putra-putri mereka.

1. Tuhan Menguduskan Diri
Demi Murid-murid-Nya

Apa artinya menguduskan diri di hadapan Allah? Kalian ingat Tuhan pernah berkata, “Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka” (Yoh. 17:19). Ini tidak ditujukan kepada suci atau tidak suci, melainkan menguduskan diri atau tidak menguduskan diri. Tuhan Yesus itu kudus, sifat asli-Nya pun kudus, tetapi Ia menguduskan diri-Nya lagi demi murid-murid-Nya. Itu berarti walau Ia boleh melakukan banyak perkara yang tidak bertentangan dengan kekudusan-Nya sendiri, namun demi kelemahan murid-murid-Nya, Ia tidak melakukannya. Dalam banyak hal Tuhan dan kebebasan Tuhan telah terkendali dan terbatasi oleh kelemahan murid-murid-Nya. Banyak perkara boleh Ia lakukan, tetapi karena Ia khawatir disalahpahami atau menjatuhkan murid-murid-Nya, maka perkara itu tidak dilakukan-Nya. Seringkali Tuhan boleh melakukan sesuatu sesuai dengan sifat-Nya, namun demi murid-murid-Nya, hal itu tidak dilakukan.

2. Tidak Bisa Bertindak
dan Berbicara Sembarangan

Demikianlah semua orang yang mempunyai anak-anak harus menguduskan diri demi anak-anaknya. Ini berarti menurut kita sendiri sebenarnya banyak perkara dapat kita lakukan dengan bebas, tetapi hari ini karena anak-anak kita, maka tidak dapat kita lakukan dengan bebas. Dan sebenarnya banyak perkataan yang dapat kita ucapkan dengan bebas, tetapi kini karena anak-anak kita, maka tidak dapat kita ucapkan dengan bebas. Jadi sejak anak-anak kita hadir di rumah kita, kita harus menguduskan diri kita.

Jika Anda tak berdaya mengekang diri Anda, Anda tak akan berdaya mengekang anak-anak Anda. Hendaklah kita ingat, bagi orang yang tidak mempunyai anak, kebebasan untuk melakukan banyak hal paling-paling hanya merugikan dia sendiri. Tetapi bagi orang yang mempunyai anak, kebebasannya akan merusak dirinya sendiri juga merusak anak-anaknya. Oleh sebab itu, sejak seorang Kristen mempunyai anak, haruslah ia menguduskan dirinya. Karena hari ini ada sepasang atau dua pasang mata yang selalu mengamati Anda; bahkan sepasang atau dua pasang mata itu akan terus mengamati Anda seumur hidup. Sekalipun Anda telah meninggal dunia, apa yang mereka lihat tak terlupakan, bahkan akan teringat terus dalam batin mereka.

3. Harus Bertindak Menurut Standar

Sebab itu, pada hari ketika anak Anda dilahirkan,hari itu pula Anda harus mempersembahkan diri. Anda harus menetapkan suatu standar moral bagi diri sendiri. Anda harus menetapkan suatu standar bagi tingkah laku Anda dalam keluarga. Demikian pula bagi hal yang benar atau salah dalam hidup Anda sebagai manusia, dan bagi cita-cita Anda yang luhur serta masalah-masalah rohani. Kemudian Anda harus melaksanakannya dengan ketat sesuai dengan standar-standar tersebut. Jika tidak, tidak saja Anda sendiri akan mengalami kesulitan, Anda pun akan menjerumuskan anak-anak Anda ke dalam situasi yang buruk. Banyak sekali anak-anak yang menjadi rusak bukan karena terpengaruh oleh orang lain, melainkan oleh orang tua mereka sendiri. Sebab orang tua yang kekurangan standar keluhuran dan kekurangan standar rohani, itulah yang menyebabkan putra-putri mereka menjadi rusak.

Saya harap kalian dapat nampak, yaitu bagaimana seorang pemuda menilai sesuatu atau memutuskan sesuatu selama hidupnya di kemudian hari, semuanya adalah berdasarkan apa yang ia pelajari ketika ia masih berada di bawah naungan orang tuanya. Apa yang Anda katakan kepadanya adakalanya ia dengar, adakalanya ia tidak dengar. Tetapi apa yang ia lihat pada diri Anda, akan terlihat seumur hidupnya. Apa yang ia pelajari di hadapan Anda, sudah ia miliki selamanya. Keputusan anak-anak Anda terhadap suatu masalah adalah keputusan yang ia pelajari dari Anda; penilaian anak-anak Anda terhadap suatu hal pun adalah penilaian yang ia pelajari dari Anda.

Karena itu, setiap orang tua harus ingat, sepak terjang Anda hari ini akan berlanjut terus di atas diri anak-anak Anda, takkan berhenti. Sebelum Anda mempunyai anak, Anda boleh melakukan apa saja sesuka hati Anda; bila Anda merasa risau, Anda boleh melempar apa saja. Tetapi, setelah Anda mempunyai anak, Anda harus membatasi diri Anda. Anda harus bertindak menurut standar yang tertinggi, baik ketika Anda senang maupun ketika Anda risau. Bagaimana keadaan seumur hidup anak-anak orang Kristen tergantung pada keadaan orang tua mereka.

Saya ingat ada seorang saudara setelah melihat anaknya melakukan suatu tindakan, ia lalu mengucapkan satu kalimat yang tepat sekali, yaitu, “Dia adalah saya, saya adalah dia.” Banyak orang tua ketika melihat masalah timbul di atas diri anak-anaknya, mereka melihat diri mereka sendiri; keadaan anak-anak mereka justru adalah refleksi mereka sendiri. Anda dapat mengenal diri Anda melalui anak-anak Anda.

Karena itu, kiranya setiap pasang suami istri, ketika mempunyai anak, dapat sekali lagi mempersembahkan diri kepada Allah. Sebab hari ini Tuhan telah menyerahkan jiwa, hayat, dan masa depan manusia ke dalam tangan Anda. Mulai hari ini Anda harus setia kepada apa yang dipercayakan Tuhan itu. Banyak usaha yang merupakan kontrak setahun atau dua tahun, tetapi usaha yang satu ini berlangsung seumur hidup, tanpa batas waktu.

4. Harus Merasa Menerima Amanat

Di kalangan orang Kristen China, karena pengaruh ajaran paganisme, maka kegagalan mereka saya kira tiada yang lebih besar daripada kegagalan orang tua. Kegagalan pengusaha tidak lebih besar daripada kegagalan orang tua; kegagalan suami istri pun tidak lebih besar daripada kegagalan orang tua. Kalau suami atau istri masing-masing masih bisa melindungi diri sendiri, sebab ketika mereka menikah mereka sudah berusia kurang lebih 20 tahun. Tetapi seorang anak kecil yang dititipkan ke dalam tangan Anda tidak dapat melindungi dirinya sendiri. Karena itu, kalau Tuhan menitipkan anak-anak itu kepada Anda, Anda tidak dapat datang ke hadapan Tuhan dan mengatakan bahwa yang Tuhan titipkan kepada Anda lima anak tetapi telah hilang tiga; atau yang Tuhan titipkan sepuluh anak, namun telah hilang delapan. Jika kita tidak memiliki kesadaran mengemban amanat ini, niscaya gereja selalu tidak akan baik. Kita sama sekali tidak mengharap untuk menyelamatkan mereka kembali dari dunia. Kalau Anda telah melahirkan seorang anak tetapi kehilangan anak itu, kemudian Anda harus menemukannya lagi dari dunia, maka Injil selamanya tidak akan dapat disebarluaskan. Karena itu, setidak-tidaknya anak-anak yang telah Anda didik bertahun-tahun dalam keluarga Anda itu harus Anda pimpin kepada Tuhan. Anda akan bersalah jika Anda tidak menanggulangi anak-anak Anda. Ingatlah, bagaimana keadaan anak-anak Anda itu adalah tanggung jawab Anda sebagai orang tua.

Maafkanlah saya mengatakan perkataan ini, kegagalan pertama dari orang Kristen dalam gereja selama ini justru terletak pada diri para orang tua. Karena tidak ada orang yang memperhatikan hal ini. Anak-anak yang Tuhan serahkan ke dalam tangan Anda masih begitu kecil, dan mereka tak dapat berbuat apa-apa. Anda sangat longgar terhadap diri Anda sendiri, demikian pula Anda memperlakukan anak-anak Anda. Oleh sebab itu, kita wajib menyadari bahwa setiap orang tua harus mengekang diri sendiri, dan harus mengorbankan kebebasan diri sendiri. Jika tidak, karena Allah telah menyerahkan jiwa dan raga manusia ke dalam tangan Anda, maka kelak Anda tak berdaya menjumpai Allah Anda.

B. HARUS HIDUP BERSAMA ALLAH

Kedua, semua orang tua tidak saja harus menyadari tanggung jawabnya masing-masing, dan menguduskan diri sendiri demi anak-anak, bahkan harus hidup bersama Allah.

Arti menguduskan diri ialah ditujukan demi anak-anak. Ini tidak berarti kita harus berdisiplin demi anak-anak kita, sedangkan untuk diri kita sendiri seolah-olah kita boleh bertindak sembarangan. Tuhan Yesus bukan karena diri-Nya sendiri tidak kudus, maka Ia terlebih dahulu menguduskan diri-Nya demi murid-murid. Jika Tuhan Yesus terlebih dahulu menguduskan diri demi murid-murid-Nya, sedang diri-Nya sendiri tidak kudus, niscaya Ia akan gagal total. Demikian pula, bila para orang tua ingin menguduskan diri demi anak-anak mereka, maka mereka sendiri haruslah menjadi orang yang hidup bersama Allah.

Betapapun gairahnya penampilan Anda di hadapan anak-anak Anda, jika Anda sendiri bukan seorang gairah sejati, maka sangat mudahlah mereka mengetahui Anda dengan jelas. Mereka sangat jelas, sedang Anda sendiri tidak jelas. Anda di hadapan mereka sangat waspada, padahal Anda sendiri tidak demikian, melainkan sangat ceroboh. Mereka akan mudah sekali mengenal belang Anda; ketidakcermatan dan kepura-puraan Anda mudah sekali tersingkap oleh mereka. Oleh sebab itu, Anda tidak saja harus menguduskan diri di hadapan mereka, Anda sendiri pun harus benar-benar kudus, dan hidup bersama Allah sebagaimana Henokh.

Saya ingin khusus menyinggung kisah tentang Henokh. Dalam Kejadian 5:21 dan 22 dikatakan, “Setelah Henokh hidup enam puluh lima tahun, ia memperanakkan Metusalah. Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah selama tiga ratus tahun lagi, setelah ia memperanakkan Metusalah, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan.” Sebelum Henokh berumur enam puluh lima tahun, kita tidak mengetahui keadaannya. Tetapi, setelah ia memperanakkan Metusalah, kita tahu bahwa ia hidup bersama Allah selama tiga ratus tahun, sesudah itu ia diangkat oleh Allah. Ini adalah peristiwa yang sangat khusus dalam Perjanjian Lama. Kita tidak tahu bagaimana keadaan Henokh sebelum ia memperanakkan anak-anaknya, tetapi setelah ia memperanakkan Metusalah, Alkitab mencatat bahwa ia hidup bersama Allah. Ketika beban keluarga menekan dirinya, ia mulai menyadari kekurangan dirinya, dan ia menyadari bahwa ia tak sanggup menghadapi tanggung jawabnya yang berat, karena itu ia harus hidup bersama Allah. Henokh bukan hidup bersama Allah di hadapan anak-anaknya, melainkan ia sendiri yang hidup bersama Allah. Ia merasa jika ia tidak hidup bersama Allah, maka tak berdayalah memimpin anak-anaknya. Henokh .tidak saja memperanakkan Metusalah; selama tiga ratus tahun itu, ia masih memperanakkan banyak anak lagi. Namun, ia sendiri hidup bersama Allah sepanjang tiga ratus tahun itu. Sebagai orang tua, Henokh tidak saja tak dapat menghalangi dirinya hidup bersama Allah, bahkan sebaliknya memungkinkannya hidup bersama Allah sehingga diangkat oleh Allah. Kalian harus ingat bahwa manusia pertama yang diangkat Allah adalah manusia yang menjadi ayah, yakni seorang ayah yang telah memiliki banyak anak dan yang hidup bersama Allah. Mengemban tanggung jawab dalam keluarga adalah mencerminkan kondisi rohani seseorang di hadapan Allah.

Karena itu, Anda wajib nampak di hadapan Allah, jika Anda benar-benar ingin memimpin anak-anak kepada Allah, maka Anda sendiri di hadapan Allah harus menjadi seorang yang hidup bersama Allah. Anda tidak dapat mengutus anak-anak Anda ke surga dengan menudingkan jari tangan Anda ke arah surga, itu mustahil. Anda hanya dapat berjalan sendiri dahulu di depan, kemudian menyuruh mereka mengikuti Anda. Banyak keluarga orang Kristen yang tidak baik justru karena orang tua mengharap agar anak-anak mereka lebih baik daripada mereka sendiri, tidak mengasihi dunia, giat menempuh jalan Tuhan, akan tetapi mereka sendiri malah bersembunyi di belakang. Ingatlah, kalau demikian bagaimanapun juga tak mungkin mencapai tujuannya. Kita harus memperhatikan, bagaimana standar orang tua, pasti begitu pula standar anak-anaknya. Ini tidak berarti Anda memerlukan satu standar yang palsu, melainkan dalam fakta rohaninya Anda adalah standar yang demikian, maka anak-anak Anda pun akan serupa dengan standar Anda.

Maafkan saya mengambil satu contoh yang dangkal. Saya pernah mengunjungi sebuah keluarga, saya melihat sang ibu memukul anaknya karena si anak itu berdusta. Namun kenyataannya dalam keluarga itu sang ayah dan sang ibu sering berdusta; Saya telah beberapa kali menemukan bahwa suami istri itu adalah pendusta. Tetapi hari itu mereka memukul anaknya yang berdusta. Padahal hanya teknik dustanya saja yang terungkap. Jadi di sini masalahnya ialah dusta mereka ketahuan atau tidak ketahuan, bukan tidak ada dusta. Kalau dusta Anda diketahui orang, maka Anda akan dipukul. Kalau Anda berstandar ganda, bagaimana Anda dapat memimpin anak-anak Anda? Kalau Anda sendiri pendusta, spa gunanya Anda melarang anak-anak Anda berdusta? Anda tak dapat menentukan kehidupan Anda sendiri dengan sejenis standar dan menentukan standar lain bagi kehidupan anak-anak, Anda. Kalau begitu Anda selamanya tidak akan berhasil. Jika yang dilihat dan diterima anak-anak Anda dari diri Anda adalah dusta bukan kejujuran, maka semakin Anda memukul mereka, masalahnya akan semakin besar. Seperti ada ayah yang berkata kepada anaknya, “Kalau kamu sudah berusia 18 tahun, kamu akan boleh merokok.” Banyak anak yang juga berpikir, “kalau aku sudah berusia 18 tahun, ayah pun memperbolehkan aku berdusta. Sekarang aku belum sampai 18 tahun, aku tidak boleh berdusta. Begitu aku berumur 18 tahun, aku pun boleh berdusta.” Ini berarti Anda menjerumuskan anak-anak Anda sendiri ke dalam dunia. Anda harus hidup bersama Allah seperti Henokh, barulah Anda dapat memimpin anak-anak Anda seperti Henokh. Mustahillah kalau Anda sendiri tidak hidup bersama Allah, dan Anda dapat memimpin anak Anda seperti Henokh.

Apa yang Anda kasihi, dengan sendirinya anak-anak Anda akan belajar mengasihinya. Dan apa yang Anda benci, mereka dengan sendirinya akan belajar membencinya. Apa yang Anda mustikakan, mereka dengan sendirinya belajar memustikakannya. Apa yang Anda anggap dosa, mereka dengan sendirinya belajar menganggapnya sebagai dosa. Karena itu, Anda harus membangun suatu standar moral bagi diri Anda dan bagi anak-anak Anda. Apa yang menjadi standar moral Anda dengan sendirinya merupakan standar moral mereka. Standar Anda dalam mengasihi Tuhan pun akan menjadi standar mereka dalam hal tersebut. Satu keluarga hanya mungkin mempunyai satu standar, tidak mungkin mempunyai dua standar.

Saya mengetahui satu keluarga, sang ayah adalah apa yang disebut anggota gereja. Walau ia sendiri selamanya tidak mengikuti kebaktian, tetapi setiap hari Minggu ia mengharuskan anak-anaknya pergi ikut kebaktian. Dan tiap hari Minggu pagi ia membagi-bagikan uang kepada setiap anaknya untuk dimasukkan ke dalam peti persembahan, sedang ia sendiri pergi bermain judi bersama dengan tiga orang temannya. Akhirnya anak-anaknya membeli makanan dengan uang yang diberi oleh ayah mereka itu. Ketika pendeta berkhotbah, mereka masuk sebentar mendengarkan sebuah ayat lalu keluar bermain-main, sebab setelah pulang ke rumah harus melapor kepada ayah. Jajanan mereka beli dan makan, laporan dapat mereka berikan, dan juga puas bermain-main. Inilah sebuah contoh yang ekstrem.

Karena itu, saya harap kalian nampak bahwa Allah telah menyerahkan anak-anak kepada kita, dan dalam keluarga kita hanya boleh ada satu standar. Apa yang pantang mereka lakukan, kita pun tidak boleh melakukannya. Dalam keluarga sekali-kali tidak boleh ada dua standar satu untuk anak-anak, dan satu lagi untuk kita sendiri. Tidak boleh demikian. Demi anak-anak Anda, Anda pun harus menuruti satu standar itu. Anda sendiri harus menguduskan diri serta memelihara satu standar ini. Setelah Anda menetapkan satu standar ini, maka Anda harus senantiasa memeliharanya. Saya harap kalian dapat mengatasi masalah anak-anak Anda dengan sebaik-baiknya. Mereka selalu memandang Anda. Mereka baik atau buruk tergantung pada baik buruknya Anda. Mereka tidak mendengarkan Anda, tetapi mereka memandang Anda. Dan mereka seolah-olah cerdas dan tanggap dalam segala hal. Jika dalam hal tertentu Anda mengelabui mereka, mereka tahu, jika Anda berpura-pura, mereka pun tahu semuanya. Oleh sebab itu, jangan sekali-kali Anda mengira Anda dapat memperdayai anak-anak Anda. Tidak! Bagaimana sikap Anda dan bagaimana kenyataan Anda, semua dapat mereka ketahui dengan jelas. Jika Anda menghendaki anak-anak Anda mempunyai suatu kondisi tertentu, Anda sendiri pun wajib berada dalam kondisi tersebut.

Setelah Henokh memperanakkan Metusalah, ia hidup bersama Allah selama tiga ratus tahun. Itulah sebuah gambaran yang sangat indah; walau ia telah memperanakkan banyak anak, ia tetap dapat hidup bersama Allah tiga ratus tahun. Inilah seorang ayah yang sejati, ia tidak berpura-pura sedikit pun, dan dalam pandangan Allah ia mutlak benar.

C. ORANG TUA HARUS
MEMELIHARA KESEHATIAN

Ketiga, jika sebuah keluarga ingin baik, maka ayah dan ibu harus sehati atau seia sekata. Demi Allah, maka orang tua harus bersehati mengorbankan kebebasan diri sendiri untuk membina satu standar moral yang disiplin. Tidak seharusnya sang ayah dan sang ibu masing-masing memiliki satu pendapat atau pandangan yang khusus. Ini kita tujukan kepada suami istri Kristen. Jika suami dan istri tidak sama-sama menjadi orang Kristen, itu lain perkara.

Seringkali sang ayah dengan sang ibu tidak berdiri di atas kedudukan atau pendirian yang sama, alhasil, mereka menciptakan suatu kebocoran bagi anak-anak mereka untuk berdosa dengan bebas. Jika orang tua tidak sehati, maka anak-anak akan sukar mempunyai satu standar yang pasti. Kalau sang ayah mengatakan boleh, sedangkan sang ibu mengatakan tidak boleh; atau sebaliknya; niscayalah anak-anak akan memilih dan bertanya kepada orang yang mereka sukai. Kalau yang mereka sukai ayah, mereka bertanya kepada ayah;

kalau ibu lebih mudah, mereka bertanya kepada ibu. Kalau demikian halnya, maka besar sekali perbedaannya.

Saya mengenal sepasang suami istri Kristen yang sudah tua. Mereka memiliki pandangan dan opini yang berbeda, sehingga kehidupan mereka sangat tidak serasi dan tidak dapat menjadi orang tua yang baik. Karena terhadap apa yang ibu setujui, anak-anak mencari ibu; dan terhadap apa yang disetujui ayah, anak-anak mencari ayah; demikianlah cara mereka meminta sesuatu. Kalau ibu pulang ke rumah dan bertanya kepada seorang anak mengapa melakukan hal ini? Ia selalu menjawab, “Aku sudah mendapat persetujuan ayah.” Dan kalau ayah kembali ke rumah bertanya kepada seorang anak mengapa berbuat demikian? Jawabnya juga, “Aku sudah mendapat izin ibu.” Dengan demikian maka semua anak mereka menjadi sangat bebas bermain dalam kancah perang” antara ayah dengan ibu. Dua puluh tahun yang lalu saya sudah berkata kepada mereka, “Jika keadaan demikian berlangsung terus, maka anak-anak mereka pasti tidak mungkin percaya Tuhan.” Mereka berkata, “Itu tidak mungkin, tidak mungkin.” Hari ini, anak-anak mereka semua sudah lulus dari universitas, bahkan ada yang melanjutkan sekolahnya di luar negeri, tetapi tak seorang pun di antara mereka yang percaya Tuhan, dan mereka sangat tidak disiplin.

Kalau di antara ayah dan ibu ada seorang tidak percaya itu lain perkara. Tetapi jika suami istri sudah menjadi orang Kristen, niscaya mereka akan menghadapi penanggulangan yang hebat dari tangan Allah. Kalau di antaranya ada seorang yang tidak percaya, maka ia boleh khusus berdoa mohon belas kasihan Allah. Baik suami maupun istri boleh saja memohon kepada Allah. Tetapi jika keduanya sudah percaya Tuhan, maka anak-anak akan terhela ke dua macam posisi, dan pasti akan timbul kesulitan.

Oleh sebab itu, jika timbul problem pada anak-anak, orang tua harus mempertahankan kesepakatan di hadapan anak-anak mereka. Tak peduli apa perkaranya, ketika anak Anda datang bertanya kepada Anda, maka pertama-tama Anda harus berkata kepadanya, “Sudahkah kamu bertanya kepada ibu, bagaimana kata ibu? Kalau ibu mengatakan demikian, ayah pun mengatakan demikian.” Jika Anda sebagai istri, Anda harus berkata, “Sudahkah kamu bertanya kepada ayahmu? Bagaimana kata ayah, ibu pun demikian.” Tak peduli ayah benar atau tidak, atau ibu benar atau tidak, Anda harus mempertahankan kesepakatan. Bila ada kompromi boleh kalian lakukan ketika kalian berdua di dalam kamar; janganlah memberi mereka lubang. Sebab bila terdapat lubang sedikit saja, mereka segera sembarangan, karena mereka senang mencari lubang-lubang itu. Kalau suami menemukan suatu kesalahan pada pihak istri, atau sebaliknya istri melihat suami melakukan suatu kesalahan, maka mereka berdua harus masuk ke dalam kamar dan bertanya, mengapa kamu berkata demikian terhadap anak-anak. Kompromi harus dilakukan, tetapi jangan sampai anak-anak mendapatkan lubang atau kebocoran pada diri kalian. Jika demikian, maka kalian akan mudah bersehati untuk memimpin anak-anak kepada Tuhan.

D. HARUS MENGHARGAI KEBEBASAN
KEPRIBADIAN ANAK-ANAK

Keempat, dalam Alkitab terdapat satu prinsip pokok untuk menghadapi anak-anak, yakni anak-anak adalah pemberian Allah. Karena itu, semua anak merupakan titipan Allah. Seperti yang telah saya katakan, pada suatu hari, Anda harus mempertanggungjawabkan amanat Allah ini. Tak seorang pun yang dapat berkata, “Anak-anakku adalah milikku.” Tidak seharusnya menganggap bahwa anak-anak itu mutlak miliknya sendiri, sehingga semua masalah anak-anak dapat diatur menurut kemauannya sendiri secara mutlak dan tak terbatas, sampai anak itu menginjak dewasa. Ini adalah konsepsi ajaran paganisme, bukan konsepsi kekristenan. Kekristenan selamanya tidak mengakui bahwa anak adalah milik diri sendiri. Anak adalah titipan Allah. Karena itu, kekristenan sama sekali tidak membenarkan orang tua menguasai anak-anaknya secara mutlak sampai mereka mencapai kedewasaan.

1. Orang Tua Tidak Berwewenang Tak Terbatas

Banyak orang yang setelah menjadi orang Kristen masih memiliki konsepsi bahwa di bawah kolong langit ini tidak ada orang tua yang tidak benar. Ingatlah, di bawah kolong langit ini justru terlalu banyak orang tua yang tidak benar. Seringkali justru kesalahan itu ada pada diri orang tua. Sebab itu, jangan sekali-kali Anda mewarisi konsepsi paganisme yang menganggap orang tua memiliki wewenang yang tidak terbatas untuk mengendalikan anak-anaknya.

Camkanlah, orang tua bukannya memiliki wewenang yang tanpa Batas. Anak-anak memiliki jiwa yang mandiri yang tidak dapat Anda kekang. Karena mereka memiliki jiwa yang mandiri, maka seharusnya mereka dikendalikan oleh diri mereka sendiri. Mereka mungkin naik ke surga, mungkin juga turun ke neraka, semua itu menjadi tanggung-jawab mereka sendiri di hadapan Allah. Anda tidak dapat memperlakukan mereka seperti sebuah Benda atau warisan yang atasnya Anda berwewenang tanpa batas. Tidak, Allah tidak memberikan wewenang yang tanpa batas -kepada Anda. Lain halnya jika mereka adalah benda-benda yang tak bernyawa. Karena mereka adalah manusia yang berjiwa, maka Allah tidak memberikan wewenang yang tanpa batas kepada Anda. Kepada setiap manusia yang berjiwa, orang lain tidak dapat memperlakukannya dengan wewenang tanpa batas. Jika tanpa batas, itu adalah konsepsi paganisme, itu adalah kesombongan manusia. Konsepsi demikian sama sekali tidak sepatutnya ada di antara kita.

2. Anak-anak Bukan Sasaran Melampiaskan Amarah

Seringkali Anda bisa bersikap adil terhadap sanak famili atau terhadap teman Anda; bersikap sopan terhadap teman satu kantor, lebih-lebih terhadap atasan Anda. Anda pun dapat bergaul dengan sangat baik dengan bermacam-macam manusia. Tetapi terhadap anak-anak Anda sendiri, Anda menganggap mereka sebagai harta Benda milik pribadi, dan Anda lupa bahwa mereka memiliki jiwa sebagai karunia Allah. Lalu, Anda sering melampiaskan seluruh amarah Anda ke atas mereka. Anda memperlakukan mereka sesuka hati Anda. Seolah-olah Anda harus bersikap sopan terhadap semua manusia di dunia, kecuali terhadap anak-anak Anda. Mereka seolah-olah adalah sasaran pelampiasan amarah Anda.

Saya tahu, memang demikianlah kenyataannya atas beberapa orang tua dalam keluarga mereka. Sepertinya kita ini selain harus sopan dan lemah lembut, harus pula meluapkan amarah; jika tidak melampiaskan amarah, seolah belum menjadi manusia yang lengkap. Tetapi, amarah ini harus diletakkan di mana? Kalau sembarangan pasti akan menimbulkan masalah. Bila Anda marah-marah kepada teman sekerja, teman-teman pasti tidak akan mengacukan Anda; bila marah kepada atasan, Anda pasti akan dipecat; bila marah-marah kepada teman-teman lainnya, teman-teman akan mengatakan bahwa Anda tidak baik. Akhirnya, hanya ada satu ternpat di mana Anda dapat melampiaskan amarah Anda tanpa menerima balasan, yaitu kepada anak-anak Anda. Banyak orang tua yang sudah terbiasa melampiaskan amarahnya ke atas diri anak-anaknya, seolah-olah anak-anak adalah tempat menumpahkan amarah mereka.

Maafkan kalau saya mengatakan perkataan yang cukup berat. Saya melihat banyak sekali orang tua yang memandang anak-anaknya dan mengomeli mereka dengan suara keras, tetapi setelah itu beralih dan berkata kepada saya, “Saudara Nee, makanan ini enak sekali.” Saya tidak bisa menerima makanan yang demikian. Kedua keadaan itu berlangsung dalam dua menit. Pada satu pihak ia mengomeli anaknya, pada pihak lainnya ia berkata, “Saudara Nee, silakan makan.” Di sinilah kesulitannya: Ada orang tua yang menganggap anak-anak mereka adalah saluran yang sah untuk melampiaskan amarah mereka. Untuk apa Allah memberi anak-anak kepada kita? Untuk tempat pelampiasan amarah!  0, semoga Allah membelaskasihani kita semua!

Allah sekali-kali tidak menghapus semua hak anak-anak. Demikian pula Allah sekali-kali tidak menghapus seluruh harga diri, kebebasan dan kepribadian merdeka dari anak-anak kita, untuk menyerahkan mereka ke dalam tangan Anda sehingga dapat Anda pukuli dan omeli sesuka Kati Anda. Tidak ada perkara demikian. Itu bukan konsepsi kekristenan, itu konsepsi non Kristen. Ingatlah, bagi diri Anda atau mereka, benar atau salah, di hadapan Allah tidak ada bedanya. Standar Anda dan standar mereka hanya satu; bukannya standar Anda begini, dan standar mereka begitu. Saya ingin berkata kepada saudara saudari yang baru percaya, perlakukanlah anak-anak Anda dengan sikap yang sopan dan lemah lembut, jangan kasar dan jangan mengomeli atau memarahi mereka dengan sembarangan; terlebih-lebih jangan memukul mereka dengan sembarangan.

Ulah semacam itu akan membuat Anda semena-mena. Setiap orang yang ingin mengenal Allah harus belajar mengekang diri sendiri, khususnya terhadap anak-anaknya sendiri. Pengekangan diri semacam ini berasal dari kesadaran menghargai jiwa anak-anak. Anda harus ingat, tidak peduli betapa kecil dan lemahnya anak Anda, mereka memiliki kepribadian sendiri. Allah mengaruniakan kepribadian dan jiwa kepada mereka; karena itu, kita tak dapat mengagresi tabiat mereka, merampas kepribadian mereka dan meremehkan jiwa mereka. Kita tidak boleh memperlakukan mereka dengan seenaknya, kita harus belajar menghargai manusia ini.

Namun, mereka juga dititipkan dalam keluarga kita. Standar moral mereka adalah standar moral kita. Perkara ini benar bagi diri mereka, benar pula bagi diri kita. Orang tua tidak berhak melampiaskan amarah ke atas diri anak-anak. Orang Kristen tidak selayaknya melampiaskan amarah, orang Kristen juga tidak sepatutnya melampiaskan amarah ke atas anak-anak sendiri. Kita tidak sepatutnya melampiaskan amarah di mana pun. Kalau Anda harus membicarakan kebenaran kepada orang lain, kepada anak-anak Anda pun harus demikian. Kalau salah, disalahkan, kalau benar, dibenarkan. Jangan melanggar dan menghina mereka karena mereka lemah dan kecil. Orang yang paling pengecut di seluruh dunia adalah mereka yang melanggar dan menghina orang kecil dan lemah.

3. Jangan Menjadi Salib Anak-anak

Ada dua orang siswi sedang mengobrol di sekolah, yang seorang berkata kepada temannya bahwa ia mempunyai seorang ayah, ia tahu andaikata ia harus mati, maka ayahnya rela mati baginya. Dengarlah, ini adalah komentar seorang anak tentang ayahnya. Ayahnya seorang Kristen, dan seorang ayah yang demikian. Ada lagi satu keluarga Kristen yang juga mempunyai seorang anak perempuan. Tetapi ayahnya sangat keras, sering memarahi anak-anaknya dengan sembarangan. Suatu kali, anak itu mendengar sebuah khotbah di sekolahnya, sekembali di rumah, ayahnya bertanya, apakah yang telah ia pelajari di sekolah, ia menjawab, “Aku tahu bahwa Tuhan telah mengaruniakan ayah kepadaku sebagai salibku.” Lihatlah, kedua orang ayah itu sama-sama orang Kristen, tetapi betapa besarnya perbedaan mereka!

Karena itu, saya berkata kepada kalian, janganlah terburu-buru menuntut anak-anak kalian mematuhi kalian, tetapi terlebih dulu tuntutlah diri kalian menjadi orang tua yang baik di hadapan Allah. Kalau Anda bukan orang tua yang baik, dengan sendirinya Anda bukan orang Kristen yang baik. Allah mengaruniakan anak-anak kepada orang tua, bukan menghendaki orang tua menjadi salib anak-anak, melainkan menghendaki orang tua belajar menghormati kebebasan, kepribadian, dan jiwa orang lain di hadapan Allah.

E. JANGAN MEMBANGKITKAN KEMARAHAN
DI DALAM HATI ANAK-ANAK

Kelima, Paulus menunjukkan satu perkara yang sangat penting bagi orang tua, yaitu tidak boleh membangkitkan kemarahan di dalam hati mereka.

1. Tidak Boleh Menggunakan Wewenang
Secara Berlebihan

Apakah artinya membangkitkan kemarahan di dalam hati anak-anak? Itu berarti Anda menggunakan wewenang Anda secara berlebihan; atau Anda menekan mereka dengan kekuatan fisik Anda, sebab bagaimanapun Anda lebih kuat daripada mereka; atau Anda menekan mereka dengan kekuatan uang. Anda berkata kepada anak-anak, “Kalau kamu tidak menurut, tidak kuberi uang; kalau kamu tidak menurut, tidak kuberi makan dan pakaian. Hidup mereka bersandar kepada Anda, Anda menganiaya mereka dengan uang. Adakalanya Anda menganiaya mereka dengan kekuatan fisik Anda atau dengan kemauan mutlak Anda, sehingga membuat mereka marah. Pada suatu hari, segalanya akan ia lepas sama sekali, ia ingin serba bebas.

Saya kenal seorang saudara, ayahnya senang bermain Judi dan merokok, bahkan korupsi serta banyak lagi perbuatan yang tidak baik. Tetapi ia tetap mengunjungi kebaktian, bahkan mengharuskan anak-anaknya pergi ke kebaktian. Kalau mereka tidak mau, ia akan menegur mereka dengan keras. Anak-anak dibuatnya sama sekali tidak tertarik diam di rumah, dan kemudian diharuskan ke kebaktian. Saudara itu kemudian berkata bahwa ia pernah bersumpah, bila ia telah dewasa, ia sekali-kali tak akan mau pergi ke gereja. Puji Tuhan, walau ia pernah bersumpah demikian, akhirnya ia beroleh selamat. Seandainya tidak, ia pasti akan menjadi seorang anti Kristen. Ini suatu perkara yang sangat serius. Ayahnya itu sendiri tidak tertarik, tetapi menghendaki anak-anaknya masuk gereja, itu suatu hal yang mustahil dan itu berarti membangkitkan kemarahan mereka. Karena itu, orang tua jangan sekali-kali menggunakan wewenang secara berlebihan, sehingga membangkitkan kemarahan di dalam hati anak-anak. Bagaimanapun juga jangan sampai membuat anak-anak menjadi tegar dan memberontak.

Saya ingat pula seorang yang hingga hari ini belum juga beroleh selamat. Di rumahnya ia dipaksa membaca Alkitab, di sekolah juga dipaksa membaca Alkitab, sebab sekolahnya itu sekolah Kristen. Saya bukan mengatakan orang tua tidak seharusnya mendorong anak-anak membaca Alkitab, melainkan Anda harus menarik mereka, dan Anda sendiri harus berlaku baik. Jika Anda tidak menunjukkan kemustikaan Tuhan kepada mereka, hanya tahu menekan mereka, itu tidak benar. Orang tersebut, ibunya adalah seorang Kristen gadungan, temperamennya sangat keras, anaknya diharuskan membaca Alkitab, dan sekolah di sekolah Kristen. Pada suatu hari ia bertanya kepada ibunya, kapan ia boleh bebas dari membaca Alkitab. Ibunya berkata, kalau ia sudah lulus sekolah menengah. Ketika ia lulus sekolah menengah, ia membawa tiga jilid Alkitabnya ke belakang rumah lalu dibakarnya.

Anda harus menarik anak-anak Anda secara otomatis, jika tidak mereka akan sangat gusar sekali, dan apa pun akan mereka lakukan. Memang Anda menghendaki mereka menjadi anak-anak yang baik, tetapi begitu mereka beroleh kebebasan, mereka akan memberontak. Inilah artinya membangkitkan kemarahan anak-anak. Karena itu janganlah kalian membangkitkan kemarahan anak-anak kalian. Hendaklah kalian belajar menjadi orang tua, bersikap kasih sayang dan lemah lembut terhadap mereka, harus mempunyai kesaksian dan dapat menarik mereka. Selain itu, jangan sekali-kali menggunakan wewenang secara berlebihan atas diri mereka. Wewenang hanya dapat dipakai seperlunya, penggunaan wewenang yang berlebihan akan membuat mereka menjadi kehilangan tekad.

2. Harus Memberi Penghargaan yang Wajar
kepada Anak-anak

Tidak saja demikian, bila anak-anak berlaku baik, orang tua harus memberi penghargaan yang wajar kepada mereka. Ada orang tua yang hanya bisa memukul dan mengomel saja, selain itu tidak, kalau begitu mudah sekali membangkitkan kemarahan anak-anak. Anda harus ingat, ada di antara anak-anak yang sesungguhnya berminat untuk berlaku baik. Kalau Anda hanya memukul dan mengomelinya saja, lain tidak, maka akhirnya Anda akan membuatnya “tawar hati” atau “kehilangan tekad”. Ia akan merasa berlaku baik pun tidak ada gunanya, sebab orang tua tidak tahu. Karena itu, bila anak-anak Anda berlaku baik, Anda harus mendorong mereka. Anda boleh berkata kepada mereka, “Hari ini kalian sudah lumayan baik, maka ayah akan ekstra memberi kalian hadiah.” Memang, anak-anak perlu pendisiplinan, tetapi mereka juga perlu penghargaan. Kalau tidak, mereka akan kehilangan tekad.

Dulu saya pernah membaca sebuah cerita, yaitu ada seorang anak’perempuan yang masih sangat kecil, ibunya hanya bisa memukul dan mengomelinya. Anak ini ketika kecil, baik wataknya. Karena merasa ibunya tidak baik terhadapnya, maka pada suatu hari ia khusus berbuat sesuatu untuk menarik perhatian ibunya. Pada malam hari, ibunya menanggalkan pakaiannya, meletakkannya di atas ranjang, dan pergi. Ia segera memanggil ibunya. Ibunya bertanya ada apa, ia tidak menjawab. Ibunya hendak pergi, ia memanggil lagi. Sekali lagi ibunya bertanya ada apa, ia berkata, Ibu, apakah ibu tiada sesuatu untuk dikatakan?” Setelah itu anak kecil ini menangis terus-menerus selama dua jam. Sang ibu ini telah mati rasa, hanya bisa memukul dan mengomel, selain memukul dan mengomel tiada perasaan.

Karena itu kalian harus ingat, dalam Alkitab Perjanjian Baru lebih banyak ayat-ayat yang mengajar orang untuk menjadi orang tua daripada menjadi anak-anak. Kesalahan sebagai orang tua hanya Tuhan yang menunjukkan kepada kita. Kesalahan sebagai anak-anak sudah dikatakan oleh manusia di seluruh dunia, maka kita mengatakannya sedikit saja. Alkitab menunjukkan kepada kita, sesungguhnya karena kekurangan perasaan para orang tua mengakibatkan anak-anak menjadi gusar dan kehilangan tekad mereka. Itulah sebabnya masalah orang tua perlu kita perbincangkan secara khusus. Profesi ini lebih sulit daripada profesi yang mana pun. Para orang tua harus mencurahkan segenap semangat dan membuang waktu untuk menjadi orang tua; jangan sekali-kali tanpa perasaan.

F. TUTUR KATA HARUS TEPAT

Keenam, tutur kata orang tua harus sangat efektif dan efisien terhadap diri anak-anak. Karena itu, tidak saja teladan Anda penting, tutur kata Anda pun penting.

1. Jangan Memberi Janji Kosong

Ingatlah, sebagai orang tua, Anda tidak seharusnya mengatakan kepada anak-anak Anda perkataan-perkataan yang sekiranya tidak dapat Anda laksanakan. Jangan sekali-kali memberi janji-janji yang kosong. Jika Anda tidak sanggup memenuhi janji itu, janganlah Anda berjanji kepadanya. Misalkan anak-anak Anda minta dibelikan sesuatu, Anda harus menimbang-nimbang kekuatan ekonomi Anda dulu, jika terjangkau bolehlah Anda menyanggupinya; jika tidak, Anda boleh berkata bahwa Anda akan berbuat sekuat tenaga, kalau terjangkau Anda belikan, kalau tidak, tidak Anda belikan. Setiap perkataan Anda harus dapat dipercayai. Jangan Anda mengira ini perkara yang sepele. Anda harus membuat mereka tidak meragukan perkataan Anda. Tidak saja tidak meragukan, bahkan mereka harus percaya bahwa perkataan Anda dapat diandalkan. Kalau anak-anak merasa perkataan orang tua tidak bisa dipercayai, maka setelah mereka dewasa, pasti mereka akan sembrono dalam segala perkara. Mereka pun mengira boleh berbicara sembarangan.

Ada perkataan-perkataan yang khusus dipergunakan dalam bidang politik, bukan perkataan yang bersifat faktual, perkataan semacam itu tidak boleh Anda gunakan. Banyak orang tua yang seolah-olah terlalu baik hati, sehingga apa pun yang diminta anak-anak semua disanggupi, tetapi dalam sepuluh permintaan tiada satu pun yang terlaksana. Janji-janji yang luar biasa baiknya hanya akan membuat anak-anak menjadi putus asa. Karena itu, pilihlah perkara yang dapat Anda laksanakan untuk Anda janjikan, perkara-perkara yang tak terjangkau lebih baik tidak Anda janjikan. Perkara yang belum tentu terjangkau, katakanlah itu belum tentu terjangkau. Pokoknya perkataan Anda harus Anda ucapkan dengan tepat dan mantap.

2. Bila Perintah Keluar Tak Dapat
Tidak Dilaksanakan

Adakalanya tidak saja janji, bahkan pula perintah. Kalau Anda menyuruh anak-anak melakukan suatu hal, maka begitu perintah keluar, haruslah dilaksanakan. Anda harus meyakinkan mereka bahwa perkataan Anda mewakili kehendak Anda. Seringkali memang Anda telah mengeluarkan perintah yang tepat, tetapi Anda sendiri melupakannya. Itu tidak seharusnya. Anda tidak boleh membenarkan mereka jika mereka tidak melaksanakan perintah Anda untuk sekali ini, sedangkan jika mereka lain kali melalaikan perintah Anda, Anda menyalahkannya. Jika demikian anak-anak Anda akan merasa bingung. Karena itu, Anda harus menunjukkan kepada anak-anak, tak peduli Anda ingat atau tidak, bila perintah Anda keluar, mereka harus menurut. Kalau Anda mampu membuka mulut untuk memerintahkan mereka sekali, Anda pun harus mampu membuka mulut untuk memerintahkan mereka seratus kali. Dan kalau Anda mampu mengatakan satu perkara, Anda pun harus mampu mengatakan setiap perkara; dan bagaimanapun juga tidak akan merubahnya.

Sejak mereka kecil Anda harus memperlihatkan kepada mereka bahwa perkataan itu suci adanya, baik yang berbentuk perintah atau janji. Sebagai contoh, misalkan Anda memerintahkan seorang anak menyapu lantai sebuah kamar setiap pagi. Setelah perintah itu keluar, Anda harus mengukur kekuatan Anda, apakah perkataan tersebut berguna atau tidak. Anda menyuruhnya menyapu lantai, kalau hari ini ia tidak melaksanakan, maka besok pagi Anda harus tetap menyuruhnya menyapu lantai tersebut. Kalau besok tidak disapunya, lusa tetap harus menyuruhnya menyapu lantai itu. Kalau tahun ini Anda menyuruhnya menyapu, tahun depan pun tetap menyuruhnya menyapu. Anda harus menyadarkannya bahwa ayahnya tidak berbicara sembarangan; bila perintah keluar tak dapat tidak dilaksanakan. Jika ia merasa bahwa perkataan Anda tidak dapat dipastikan, niscaya perkataan Anda akan kehilangan nilainya. Karena itu, setiap kalimat yang Anda ucapkan harus ada realitasnya dan harus ada prinsipnya.

3. Perkataan yang Melampaui Batas
Harus Segera Diralat

Adakalanya jika perkataan Anda melampaui batas atau keterlaluan, Anda harus mencari kesempatan untuk menunjukkan kepada anak-anak Anda bahwa perkataan Anda kali itu memang keterlaluan. Betapapun juga tutur kata Anda haruslah tepat. Seringkali dua ekor lembu Anda katakan tiga ekor, dan lima ekor burung Anda katakan delapan ekor, itu perlu Anda ralat segera. Ketika Anda berbicara dengan anak-anak Anda, Anda harus senantiasa belajar meralat perkataan-perkataan yang kurang tepat. Anda harus berkata bahwa perkataan tadi tidak benar, yang benar dua ekor lembu, bukan tiga ekor. Kita wajib memperlihatkan kepada mereka bahwa perkataan itu kudus. Segala sesuatu dalam keluarga adalah untuk membina karakter orang Kristen. Karena itu, Anda harus membina kesucian tutur kata. Ketika mereka berbicara, Anda pun harus menunjukkan kekudusan dan ketepatan perkataan mereka. Seringkali Andalah yang salah bicara, maka Anda harus dengan serius mengakui kesalahan itu. Dengan demikian maka Anda akan memperlihatkan kepada anak-anak Anda tentang kekudusan tutur kata. Banyak orang tua yang dalam berbicara tiga menjadi lima, dua menjadi tiga, tidak memberi teladan yang baik dalam keluarga, sehingga anak-anak pun selamanya tidak menyadari kekudusan tutur kata.

Semua kesulitan tersebut dikarenakan tiadanya ajaran dan nasihat Tuhan di dalam keluarga. Kalian wajib memiliki ajaran Tuhan dan harus memberi mereka ajaran Tuhan itu; setidak-tidaknya menunjukkan kekudusan tutur kata kepada mereka. Setiap janji atau perintah harus benar dan nyata, perkataan pun harus tepat. Kalau demikian maka sedikitnya anak-anak akan beroleh suatu pendidikan.

G. MEMELIHARA DENGAN AJARAN
DAN NASIHAT TUHAN

Ketujuh, kita wajib mendidik atau memelihara anak-anak dengan ajaran dan nasihat Tuhan. Apakah itu ajaran Tuhan? Yaitu bagaimana seharusnya seorang menjadi manusia. Bagaimanapun juga Anda harus menganggap anak-anak Anda mau menjadi orang Kristen, jangan menganggap mereka mau menjadi orang kafir. Apakah ajaran Tuhan? Ajaran Tuhan ialah: jika ia seorang Kristen, ia harus bagaimana? Tuhan menghendaki agar kita membuat ketetapan bagi anak-anak kita supaya mereka menjadi orang Kristen, tidak menjadi orang kafir yang kelak binasa. Anda harus berharap agar mereka menjadi orang Kristen, bahkan menjadi orang Kristen yang baik. Orang Kristen yang baik harus bagaimana, demikianlah Anda harus mengajar mereka menurut ajaran-ajaran tersebut.

Berikut ini ada banyak hal yang perlu kita singgung sekilas.

1. Harus Menormalkan Ambisi Anak-anak

Masalah anak-anak yang terbesar ialah ambisi. Setiap anak sejak kecil sudah berambisi. Andaikata pemerintah mengizinkan setiap anak membuat kartu nama, saya kira banyak anak akan mencetak kalimat: Saya adalah calon presiden, calon ketua, atau calon ratu. Karena itu, orang tua harus belajar menormalkan ambisi anak-anak. Jika Anda berkecimpung di dalam dunia, anak-anak Anda akan bercita-cita menjadi presiden, hartawan, atau tokoh-tokoh pendidikan. Bagaimana dunia Anda, begitu pula ambisi anak-anak Anda. Karena itu orang tua harus belajar mengoreksi ambisi anak-anak. Saya ingin menjadi pecinta Tuhan, bukan pecinta dunia. Kita harus menanamkan ambisi demikian ke dalam mereka sejak mereka kecil. Tunjukkan kepada mereka bahwa menderita sengsara bagi Tuhan adalah perkara yang luhur, dan menjadi kaum sahid adalah perkara yang mustika. Anda sendiri harus memberikan teladan kepada mereka, dan harus sering menyatakan ambisi Anda kepada mereka: Kalau mungkin, saya berharap menjadi apa; kalau mungkin saya berharap menjadi seorang Kristen macam apa. Dengan demikian Anda secara otomatis mengubah ambisi mereka. Kita wajib mengubah tekad mereka, agar mereka mengetahui mana yang luhur dan mustika.

2. Jangan Membangkitkan Kesombongan Anak-anak

Ada satu kesulitan lagi pada diri anak-anak, yakni mereka tidak saja memiliki ambisi dan tekad terhadap apa yang di luar, mereka juga memiliki kesombongan terhadap diri sendiri. Mungkin mereka membanggakan kepandaian, kecerdasan, atau petah lidah sendiri. Seorang anak selalu mempunyai banyak kelebihan yang boleh ia banggakan, dan menganggap dirinya sangat luar biasa. Untuk ini orang tua tidak usah memukulnya, namun jangan pula memupuk kesombongannya. Anda dapat melihat tidak sedikit pendidikan orang tua terhadap anak-anak yang memupuk kesombongan mereka, atau membantu mereka menjadi gila hormat; karena orang tua sering memuji anak-anak mereka di hadapan orang lain. Karena itu, kita boleh berkata kepada anak-anak kita bahwa di dalam dunia ini anak-anak yang seperti mereka banyak sekali. Anda jangan membangkit-bangkitkan kesombongannya. Kita harus memperlihatkan kepada mereka bahwa mereka memang seyogyanya memiliki pikiran, kecerdasan, dan kepandaian bicara sesuai dengan ajaran dan nasihat Tuhan. Tetapi, Anda harus pula berkata kepada mereka bahwa di seluruh dunia anak-anak yang seperti mereka sangat banyak. Anda jangan membuatnya kehilangan harga diri, tetapi jangan pula membiarkannya sombong. Harga dirinya tak perlu kita pukul, tetapi harus menunjukkan kesombongan dirinya.

Banyak anak remaja yang harus berkecimpung dalam masyarakat selama 10 atau 20 tahun baru dapat bekerja dengan mantap, tetapi itu sudah terlambat. Banyak anak yang temperamennya begitu buruk, sombong, dan tidak dapat bekerja dengan baik dan patuh selagi berada dalam keluarga. Karena itu, di samping kita tidak membuat mereka kehilangan tekad, kita pun tidak membiarkan mereka menjadi orang sombong, yaitu menganggap dirinya luar biasa.

3. Harus Mengajar Anak-anak Terima Kalah
dan Belajar Rendah Hati

Selaku orang Kristen, kita harus mengetahui bagaimana memuji atau mengagumi orang lain. Kemenangan adalah perkara yang mudah, tetapi kekalahan adalah perkara yang tidak mudah. Orang yang bersikap rendah hati setelah menang ada, tetapi orang yang tidak mencemooh atau memfitnah orang lain setelah kalah, jarang. Namun itu bukan sikap orang Kristen. Karena itu, di satu pihak, jika seorang anak memiliki kelebihan, kita harus menganjurinya belajar merendahkan hati, tidak sombong. Di pihak lain, jika ia menderita kegagalan, kita harus menganjurinya belajar menerima kegagalan itu. Banyak anak yang selalu ingin menang. Hal ini pada diri mereka sendiri memang benar. Bermain bola ingin menang; berlomba lari ingin menjadi juara; sekolah ingin baik. Anda wajib menunjukkan kepada mereka, memang mereka di sekolah seharusnya belajar dengan baik, tetapi harus belajar merendahkan hati. Anda harus menganjuri mereka untuk bersikap rendah hati, sebab banyak pelajar lainnya yang mungkin lebih baik daripada mereka. Tidak saja demikian, ajarkan pula kepada mereka, kalau mereka kalah, haruslah bisa kalah dengan baik. Di sinilah kesulitan anak-anak, misalkan ada dua orang anak bermain bola, yang menang akan sombong, dan yang kalah akan menyalahkan wasit tidak adil, atau tempatnya tidak cocok, atau arahnya kurang tepat karena menghadap sinar matahari, dan sebagainya. Kita wajib menasihati mereka bersikap rendah hati, agar mereka memiliki karakter dan martabat orang Kristen. Tidak saja mampu meraih kemenangan, tetapi bila kalah harus bisa memuji atau mengagumi keunggulan orang lain. Terima kalah pun benar. Inilah yang menjadi kekurangan kita. Kalau sudah kalah sering memfitnah dan tidak memuji pihak lawan. Kita harus mendidik mereka sesuai dengan ajaran dan nasihat Tuhan.

Kebanyakan anak-anak jika melihat seorang temannya mendapat nilai baik dalam ujian lalu mengatakan anak itu disukai oleh guru, sedang nilainya sendiri tidak baik karena guru tidak menyukainya. Di sinilah perlunya mereka belajar merendahkan hati. Di tengah-tengah orang Kristen harus terdapat pekerti terima kalah. Kalau anak itu baik, terus terang mengatakannya baik. Harus terima kalah, harus mengakui memang si anu lebih pandai daripada aku, memang si anu lebih rajin belajar dan lebih baik daripada aku. Sikap terima kalah adalah pekerti orang Kristen. Ketika aku menang, jangan sekali-kali meremehkan orang lain, karena itu bukan contoh orang Kristen. Bila orang lain lebih baik daripada aku, aku harus memujinya. Si anu melompat lebih tinggi daripada aku, memang ia lebih kuat daripada aku. Dalam keluarga, Anda harus mendidik anak-anak belajar mengenal orang yang lebih kuat daripadanya. Hal ini akan membantu mereka untuk mudah mengenal diri sendiri ketika mereka menjadi orang Kristen di kemudian hari. Aku mengenal diri sendiri, dan aku dapat memuji orang-orang yang lebih baik daripada aku. Jika Anda memiliki anak-anak yang demikian, maka Anda dapat membantu mereka untuk mengenal perkara rohani.

4. Harus Mengajar Anak-anak Bisa Memilih

Saya harap kalian menaruh perhatian atas masalah Dalam ajaran Tuhan ada hal-hal yang harus Anda ajarkan kepada mereka sejak mereka kecil. Anda harus memberikan kesempatan memilih kepada anak-anak Anda sejak mereka kecil. Jangan sejak kecil hingga mereka berusia 18 atau 20 tahun Anda seolah-olah mewakili mereka dalam memilih segalanya; dan ketika mereka mencapai dewasa, Anda lalu mendadak menyuruhnya pergi ke dalam dunia. Jika pada waktu itu baru Anda menghendaki mereka memilih, itu tidak mungkin. Karena itu, perlu sering membiarkan mereka memilih sendiri, apa yang mereka sukai dan apa yang tidak mereka sukai. Anda harus menunjukkan apakah pilihan yang mereka sukai itu benar atau tidak. Berilah mereka kesempatan untuk memilih, dan pimpinlah mereka agar pilihan mereka tidak keliru. Biarlah mereka sendiri yang mengamati dan mempertimbangkan. Ada yang menyukai pakaian panjang, ada yang menyukai pakaian pendek, ada yang menyukai warna ini, ada yang menyukai warna itu. Anda harus membiarkan mereka memilih sendiri.

Kalau Anda tidak memberi mereka kesempatan untuk memilih, maka ketika mereka berusia lebih dari 20 tahun dan telah menikah, sekalipun Anda berkata bahwa suami adalah kepala istri, ia takkan mampu menjadi kepala. Janganlah sampai setelah ia beristri ia maih tak bisa menjadi kepala. Karena itu, kalau mungkin, hendaklah Anda memimpin anak-anak Anda, agar mereka mendapat banyak kesempatan untuk menentukan sesuatu. Ketika mereka sudah lebih dewasa, mereka akan mengetahui bagaimana seharusnya melakukan sesuatu, dan mengetahui mana yang benar mana yang salah. Sejak mereka kecil Anda harus memberi mereka kesempatan untuk memilih. Saya berkata kepada semua orang yang mempunyai anak, biarkanlah mereka memilih. Kalau tidak, anak-anak kita akan rusak. Anak-anak kita yang rusak itu semuanya berusia di antara 18 sampai 20 tahun. Karena selamanya tidak pernah memilih, sehingga ketika mereka dewasa mereka bertindak sembrono. Kita wajib memimpin mereka menurut ajaran Tuhan. Para orang tua harus mengajar anak-anak memilih, jangan mewakili mereka. Namun harus menunjukkan benar tidaknya pilihan mereka.

5. Harus Mengajari Anak-anak Belajar
Mengatur Urusan

Kalian harus mengajari anak-anak belajar menghadapi atau mengatur urusan. Kalian harus memberi mereka kesempatan untuk mengurus barang-barang mereka sendiri. Misalnya, sepatu atau kaus kaki mereka sendiri. Kalian boleh memberi sedikit bimbingan, lalu menyuruh mereka mengatur diri sendiri, agar mereka sejak kecil sudah tahu bagaimana menangani urusan-urusan itu. Ada anak-anak yang belum memulai dengan baik, sebab banyak orang tua secara tutup mata menyayangi mereka, tidak mengetahui harus bagaimana memperlakukan anaknya. Jika Anda ingin menjadi orang Kristen yang baik, Anda harus dengan teliti memimpin mereka belajar menghadapi atau mengatur urusan.

Saya yakin jika Tuhan merahmati gereja, setidak-tidaknya separuh saudara-saudari dalam gereja akan berasal dari anak-anak kita, sedang separuh lainnya berasal dari laut (dunia). Jika semua berasal dari laut, tiada yang berasal dari anak-anak kita, gereja tidak akan kuat. Kalian harus ingat, orang-orang yang segenerasi dengan Paulus dapat diselamatkan langsung dari dunia. Tetapi, orang-orang yang di belakang generasi Paulus haruslah seperti Timotius, yaitu berasal dari keluarga. Anda tak dapat selalu mengharapkan orang datang dari dunia, Anda harus mengharapkan kedatangan generasi kedua yang berasal dari keluarga, seperti halnya Timotius. Memang Injil Allah harus menyelamatkan manusia dari dalam dunia, tetapi harus pula mendatangkan orang-orang yang seperti Timotius. Ia mempunyai nenek Lois dan ibu Eunike yang mengasuh, mendidik dengan ajaran Tuhan, dan memimpinnya sampai dewasa. Kalau demikian gereja baru bisa kaya; kalau tidak, gereja tidak akan kaya. Karena itu, mumpung mereka masih kecil, Anda harus menghadapkan sedikit urusan dan membiarkan mereka belajar menata dan mengurusnya. Anda boleh sering mengadakan sidang keluarga dan biarkan mereka yang menangani. Semua barang dalam rumah harus ditata kembali menurut pandangan mereka. Barang-barang dalam almari pun harus ditata kembali menurut opini mereka. Anda harus menghendaki mereka pandai mengatur atau menangani urusan, baik anak laki-laki maupun perempuan. Kalau demikian kelak mereka akan menjadi seorang suami atau istri yang baik.

Bagaimanakah situasinya hari ini? Banyak anak perempuan yang seharusnya diurus oleh para ibu, tetapi tidak diurus, melainkan diserahkan kepada gereja; banyak pula anak laki-laki yang seharusnya diurus para ayah, para ayah pun tidak mengurus mereka, melainkan diserahkan kepada gereja. Alhasil, setelah anak-anak itu beroleh selamat dan datang ke dalam gereja, maka beban urusan gereja menjadi bertambah separuh. Semua itu disebabkan para orang tua tidak menjadi orang Kristen dengan sebaik-baiknya, sehingga setelah gereja memberitakan Injil dan menyelamatkan orang, gereja dibebani pula dengan urusan-urusan keluarga ini dan keluarga itu. Andaikata para orang tua Kristen bertanggung jawab baik-baik mendidik anak-anak sendiri, maka setelah anak-anak mereka masuk ke dalam gereja,gereja akan terhindar dari kelebihan beban urusan yang separuh itu. Ketika saya di Shanghai, saya sering mempunyai satu perasaan, ah, banyak urusan yang sebenarnya bukan tugas para pekerja, melainkan tugas orang tua. Karena para orang tua tidak mendidik anak-anak dengan baik dan membiarkan mereka jatuh ke dalam dunia, maka setelah mereka diselamatkan dari dunia, sekarang kita harus pula mendidik mereka. Itulah sebabnya urusan dan tugas kita menjadi bertambah banyak.

II. HARUS MEMIMPIN ANAK-ANAK BELAJAR
MENGENAL TUHAN

Kedelapan, kita harus memimpin anak-anak belajar bagaimana mengenal Tuhan. Mezbah keluarga sesungguhnya berguna sekali. Dalam Perjanjian Lama, Tabernakel selalu berkaitan dengan mezbah. Dengan perkataan lain, keluarga berkaitan dengan pelayanan dan persembahan kepada Allah. Karena itu, dalam sebuah keluarga, khususnya yang mempunyai anak-anak, tidak boleh kekurangan doa dan pembacaan Alkitab.

1. Harus Sesuai dengan Standar Anak-anak

Ada keluarga mengadakan apa yang disebut sidang keluarga, tetapi doa dan pembacaan Alkitab dilakukan terlampau panjang dan tinggi, sehingga anak-anak tidak memahami dan tidak mengerti untuk apa mereka duduk di sana. Itulah yang mengakibatkan seringnya sidang keluarga kita gagal: Karena itu, saya sering tidak setuju keluarga-keluarga yang mengundang kita memberikan khotbah yang dalam, dan menyuruh anak-anak mereka mengikuti sidang tersebut. Adakalanya suatu sidang keluarga berlangsung satu sampai dua jam dengan membicarakan kebenaran yang sangat dalam, hal ini sungguh menyulitkan anak-anak. Tetapi banyak orang tua tidak mempunyai perasaan bahwa anak-anak yang duduk di sana tidak mengerti apa yang mereka dengar. Misalkan membicarakan kitab Wahyu, mereka tidak mungkin mengerti. Karena itu, sidang keluarga harus memikirkan anak-anak. Sidang keluarga bukan diadakan untuk Anda, sidang Anda adalah di balai sidang. Jangan sekali-kali standar Anda diterapkan ke dalam keluarga. Apa yang Anda lakukan dalam keluarga haruslah sesuai dengan standar dan selera anak-anak Anda.

2. Harus Mendorong dan Menarik

Dalam sidang keluarga masih terdapat satu kesulitan lagi yaitu kekurangan kasih. Yang menarik mereka ikut bersidang bukan ayah atau ibu, tetapi cemeti. Sebetulnya mereka tidak ingin datang, tetapi terpaksa oleh sebab cemeti. Kalau tidak ada cemeti, mereka tidak mau datang. Itu tidak benar. Bagaimanapun juga Anda harus mendatangkan mereka dengan menarik dan mendorong, bukan dengan memukul. Dan jangan sekali-kali Anda menghukum mereka karena mereka tidak mau menghadiri sidang keluarga. Jangan-jangan setelah Anda menghukum mereka sekali, mereka akan tidak mau bersidang seumur hidup. Karena itu, para orang tua harus menarik anak-anak datang, jangan sekali-kali memaksa mereka. Akibat paksaan akan sangat buruk.

3. Adakan Sidang Keluarga Tiap Hari
pada Pagi dan Malam

Kami usulkan tiap keluarga mengadakan sidang keluarga sehari dua kali, yakni pagi sekali, malam sekali. Pagi dipimpin oleh ayah, malam oleh ibu. Kalian harus bangun agak pagi sedikit. Jangan setelah anak-anak makan pagi dan pergi ke sekolah, orang tua masih belum bangun. Jika Anda sudah mempunyai anak, Anda harus bangun agak pagi sedikit. Berilah sedikit waktu kepada mereka sebelum mereka berangkat ke sekolah. Sidang keluarga harus singkat, hidup, jangan panjang. Mungkin sepuluh menit sudah cukup, paling lama tidak melampaui seperempat jam, dan jangan kurang dari lima menit. Ajaklah mereka masing-masing membaca satu ayat Alkitab. Sang ayah boleh memilih beberapa istilah untuk diartikan secara singkat. Kalau mungkin mereka hafalkan boleh juga. Tidak usah seluruh ayat, dan coba menyuruh mereka mengingat makna satu kalimat. Terakhir ayah atau ibu berdoa mohon Allah memberkati mereka. Jangan mendoakan masalah yang terlalu tinggi dan besar, melainkan yang dapat dimengerti oleh mereka. Jangan panjang lebar, tetapi sederhana saja. Setelah itu baru mengantar mereka ke sekolah.

Pada waktu makan pun harus mengucapkan syukur. Baik makan pagi, makan siang, atau makan malam harus bersyukur kepada Allah dengan hati yang jujur dan ikhlas. Pimpinlah mereka belajar bersyukur. Pada malam hari boleh agak panjang sedikit, ini biar ibu yang pimpin. Sidang malam tak perlu membaca Alkitab, tetapi perlu berdoa. Terutama para ibu harus mengumpulkan anak-anak dan berbincang-bincang dengan mereka, ayah duduk di samping. Ibu harus menanggapi perkataan mereka, dan bertanya kepada mereka hari ini apakah ada kesulitan, berkelahi, dan apakah ada damai sejahtera dalam hati. Ingatlah, jika sang ibu tidak bisa menyuruh anak-anak berbicara, sang ibu pasti kurang beres. Jika antara ibu dengan anak-anak sampai ada sekatan, itu adalah kegagalan ibu. Kalau anak-anak tidak mau berbicara di hadapan ibu, ini kesalahan ibu. Para ibu harus menjadi sasaran bicara anak-anak, dan para ibu harus belajar mengeluarkan perkataan anak-anak. Kalau mereka hari ini tidak ada perkataan, besok harus Anda tanyakan lagi. Pimpinlah dan doronglah mereka untuk berdoa sambil memberikan beberapa contoh kalimat doa. Sidang semacam ini harus hidup.

Perlu pula membimbing mereka mengaku dosa, tetapi jangan sekali-kali memaksa mereka. Pengakuan dosa harus sama sekali jujur dan spontan, tanpa berpura-pura. Biarkan mereka sendiri yang berbuat, agar tidak ada kepalsuan; kalau ada katakan, kalau tidak, tidak usah. Banyak kepalsuan dilakukan anak-anak karena paksaan yang keras dari para orang tua. Anak-anak tidak berdusta, Andalah yang memaksa mereka berdusta. Para orang tua harus dengan sederhana memimpin anak-anak berdoa satu per satu; pokoknya setiap anak bisa berdoa sendiri. Terakhir, Anda sendiri mendoakan mereka, tetapi jangan terlalu panjang agar tidak membosankan mereka. Berikanlah kepada mereka makanan sesuai dengan kemampuan mereka, kalau terlalu banyak itu salah. Setelah mereka berdoa barulah menyuruh mereka tidur.

4. Harus Memperhatikan Pertobatan Anak-anak

Orang tua wajib menunjukkan kepada anak-anak apa itu dosa. Semua orang berdosa, maka orang tua harus memperhatikan pertobatan anak-anak. Orang tua harus memimpin anak-anak ke hadapan Tuhan, dan pada suatu waktu, orang tua wajib menganjuri mereka menerima Tuhan dengan sungguh-sungguh, bahkan membawa mereka ke dalam gereja agar mereka beroleh bagian di dalam gereja. Dengan demikian orang tua akan memimpin anak-anak belajar mengenal Allah.

I. SUASANA KELUARGA SEHARUSNYA
ADALAH KASIH

Kesembilan, suasana keluarga seharusnya adalah kasih. Ada orang yang jiwanya tidak normal, jarang bergaul, semua itu disebabkan tiada kasih.

Kondisi anak-anak di kemudian hari tergantung pada suasana dalam keluarga. Jika anak-anak di rumah sejak kecil tanpa diberi asuhan kasih, itu berarti membawa mereka ke dalam watak atau tabiat yang keras, menyendiri, dan pembangkang. Banyak orang ketika dewasa tidak dapat hidup bersama dengan orang lain, hal itu disebabkan kekurangan kondisi kasih dalam keluarga sewaktu mereka kecil. Kalau sebuah keluarga selalu bertengkar dan penuh dengan suara pertarungan, maka ketika anak-anak keluarga itu mencapai dewasa, semuanya akan menjadi abnormal. Dan dengan sendirinya anak-anak itu kemudian akan kurang bisa bergaul; mereka selalu tidak dapat memandang orang lain. Sebab merasa diri sendiri tidak sebaik orang lain, maka mereka akan berbalik ingin meninggi-ninggikan diri sendiri, agar lebih besar daripada orang lain. Setiap orang yang memiliki rasa rendah diri sebenarnya berarti meninggikan diri untuk mengimbangi dirinya sendiri.

Dalam masyarakat banyak manusia yang sukar dihadapi, misalkan perampok-perampok dan pemberontak- pemberontak. Itu semua dikarenakan tidak menerima kasih keluarga ketika mereka masih kecil. Karena mental atau wataknya telah berubah, maka ketika dewasa mereka menjadi terbalik. Jika orang-orang demikian datang ke dalam gereja, tentu akan timbul banyak kesulitan. Saya sering merasa bahwa pekerjaan dalam gereja ada separuh yang seharusnya dilakukan oleh para orang tua yang baik. Tetapi sayang, hari ini jarang ada orang tua yang baik. Alhasil, pekerjaan atau tugas itu jatuh ke atas pundak kita (para pekerja). Karena itu, saudara-saudara yang baru percaya harus nampak betapa mereka harus baik-baik memperlakukan anak-anak mereka. Dalam keluarga harus ada suasana sukacita, ramah atau lemah lembut, harus benar-benar ada kasih. Dengan demikian, ketika anak-anak keluarga ini keluar, mereka pasti menjadi anak-anak yang normal.

Para orang tua harus belajar menjadi teman anak-anak sendiri. Jangan sekali-kali membiarkan mereka seolah-olah merasa asing terhadap orang tua, yaitu sukar untuk berdekatan dengan orang tua. Anda harus ingat, teman berasal dari pergaulan, bukan dari kelahiran. Anda wajib belajar akrab dengan anak-anak Anda, dan senang membantu mereka. Bila mereka menghadapi kesulitan atau kelemahan, hendaklah mereka dapat memberitahu dan bermohon kepada Anda. Jangan ketika mereka lemah malah pergi mencari pertolongan dari orang lain. Ketika mereka gagal atau sukses hendaklah mereka dapat mengatakannya kepada Anda. Teman yang baik pasti mudah didekati dan mudah diminta pertolongannya. Waktu mereka lemah mereka dapat mencari Anda, waktu mereka sukses mereka pun dapat memberi tahu Anda. Kita wajib menjadi teman mereka. Bukan seolah-olah kita duduk di alas takhta dan menjatuhkan hukuman, melainkan menolong dan memberi bantuan. Pada saat-saat mereka butuh bantuan, Anda harus selalu sudi membantu mereka. Anda harus dapat duduk berdampingan dengan mereka untuk berunding, dan mereka pun dapat mencari Anda tak ubah dengan mencari teman. Dalam keluarga, orang tua harus berbuat sedemikian rupa sehingga menjadi teman anak-anak sendiri. Orang tua yang demikianlah baru terbilang orang tua yang benar dan sukses.

Karena itu, Anda harus sudah belajar semuanya ini sejak anak-anak Anda masih kecil. Saya berkata terus terang, bagaimana dekat dan akrabnya anak-anak Anda dengan Anda tergantung bagaimana perlakuan Anda terhadap mereka selama masa 20 tahun pertama. Jika selama masa ini mereka tidak bisa akrab dengan Anda, ketika mereka berusia 30 tahun atau 40 tahun, mereka tak mungkin akrab dengan Anda; malahan semakin renggang dengan Anda.

Banyak anak yang tidak damba berdampingan dengan orang tua mereka, sebab dengan mereka tidak seperti handai taulan, tanpa pergaulan sedikit pun. Bila mereka karena kesulitan datang kepada orang tua, tak ubah dengan tawanan yang menghadap hakim. Anda harus berbuat sedemikian rupa sehingga Andalah yang pertama dicari dan diberi tahu oleh mereka, bila mereka menjumpai kesukaran. Anda harus dapat menjadi orang tua yang dapat diandalkan oleh anak-anak Anda. Kalau demikian, maka keluarga Anda akan jarang sekali mengalami kesulitan, dan setiap kesulitan mereka pun mudah Anda atasi.

J. MASALAH HUKUMAN(HAJARAN)

Kesepuluh, adalah masalah hukuman (hajaran). Bila anak-anak berbuat salah haruslah dihukum, kalau tidak dihukum, itu tidak benar.

1. Harus Takut Menghajar Anak-anak

Namun, hukuman adalah perkara yang paling sulit. Para orang tua harus takut menghajar anak-anak sendiri, seperti takut menghajar orang tua sendiri. Tidak ada seorang anak yang boleh menghajar orang tuanya. Namun, menghajar orang tua sendiri masih lebih mudah diampuni; tetapi menghajar anak-anak sendiri malah tidak mudah diampuni. Karena itu, Anda harus belajar takut menghajar anak-anak sendiri seperti takut menghajar orang tua Anda sendiri.

2. Harus Ada Penghajaran

Tetapi Anda harus menghajar juga. Amsal 13:24 mengatakan, “Siapa tidak menggunakan tongkat (menghajar anak-anaknya sendiri) benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya.” Inilah kebijaksanaan Salomo. Para orang tua seyogyanya menghajar anak-anak mereka dengan tongkat. Penghajaran adalah keharusan.

3. Harus Menghajar dengan Tepat dan Benar

Tetapi, Anda harus menghajar dengan tepat dan benar; jangan sekali-kali menghajar dengan emosi atau sambil naik pitam. Tak seorang pun yang boleh menghajar anak sambil murka. Ketika Anda merasa gusar, Anda sendirilah yang tidak beres. Ketahuilah, kalau anak-anak kita ada masalah dan kita menghajar mereka karena gusar, maka kita sendiri juga harus dihajar. Anda harus meredakan dahulu kegusaran Anda di hadapan Allah. Bila Anda sedang gusar, jangan sekali-kali Anda menghajar mereka.

4. Harus Menunjukkan Kesalahan Anak-anak

Memang ada perkara-perkara yang tak mungkin selesai tanpa penghajaran. Namun, Anda harus menunjukkan dulu apa sebabnya mereka harus menanggung kesalahannya dengan hajaran, bahkan harus menjelaskan kepadanya, yaitu karena ia telah bersalah dalam hal tertentu, maka kali ini ia harus dihajar.

5. Penghajaran adalah Perkara Besar

Jangan sekali-kali Anda membiasakan penghajaran terhadap anak-anak. Anda harus menganggapnya sebagai suatu perkara yang besar. Hal ini harus diketahui oleh seisi keluarga; besar, kecil semua berkumpul menyaksikannya. Ketika seorang ayah atau ibu menghajar anaknya, ia harus laksana seorang dokter mengoperasi pasiennya. Ia bukan membedahnya dengan pisau karena gusar, melainkan ingin membuang penyakitnya. Karena itu, penghajaran harus dilaksanakan dengan hati yang tenang, tanpa kemarahan. Seorang ayah atau ibu tidak boleh menghajar anaknya dengan kejengkelan. Jadi, di samping Anda menunjukkan kesalahannya, Anda sendiri pun harus tanpa kemarahan.

Bagaimana cara melakukannya? Saya sarankan demikian: Waktu Anda memegang cambuk, waktu itu seharusnya anak Anda sudah sangat bersalah sekali. Kemudian Anda menyuruh kakaknya mengambil sebaskom air hangat dan sebuah handuk. Katakan kepadanya bahwa ia telah bersalah, dan siapa yang bersalah harus menerima hukuman yang keras, yakni harus menerima hajaran. Dan setelah bersalah tidak boleh melarikan diri, menghindari hukuman adalah suatu kesalahan juga. Kalau seseorang berani berdosa, ia pun harus berani menerima hukuman, “Kamu telah bersalah, ayah tidak dapat membiarkan kamu, kamu harus terima hajaran ayah. Ayah menghajar kamu demikian, agar kamu menyadari kesalahanmu.” Anda lalu menghajarnya dua atau tiga kali. Mungkin tangannya terpukul hingga hijau dan hitam, lalu Anda menyuruh kakaknya meletakkan tangannya ke dalam air hangat beberapa saat; agar darahnya tidak mengendap, setelah itu seka dengan handuk. Lakukanlah seperti suatu upacara. Anda harus menunjukkan kepadanya bahwa dalam keluarga hanya ada kasih, tidak ada benci. Saya kira cara penghajaran yang demikian adalah yang benar.

Hari ini kebanyakan penghajaran dalam keluarga merupakan pernyataan atau ekspresi kemarahan dan kebencian, bukan ekspresi kasih sayang. Anda mengatakan bahwa Anda mengasihi anak-anak Anda, siapa yang percaya! Saya tidak percaya. Anda harus menunjukkan kesalahan mereka, agar mereka tahu bahwa ayah menghajar mereka tidak dengan kegusaran. Dengan baik-baik Anda menghajarnya beberapa kali, setelah itu Anda menyuruhnya pergi tidur. Bila masalahnya terlalu serius, ibu atau ayah boleh menerima hajaran baginya dua kali. Anda berkata kepadanya karena masalahnya terlalu serius, maka Anda harus menghajarnya lima kali. Tetapi, mungkin ia tidak tahan menerima semua hajaran itu, maka ibu menerima hajaran baginya dua kali, ayah pun menerima sekali, dan ia sendiri menghajar dirinya dua kali. Tunjukkan kepadanya bahwa itu adalah perkara yang serius dan besar, agar teringat olehnya seumur hidup, dan agar ia tak dapat berdosa dengan sembarangan.

Itulah ajaran Tuhan, bukan ajaran amarah Anda, dan itulah nasihat Tuhan, bukan nasihat amarah Anda. Karena itu saya menentang setiap amarah orang tua. Sebab amarah orang tua akan memusnahkan masa depan anak. Para orang tua harus belajar memiliki hukuman atau hajaran yang sejati terhadap anak-anak, dan harus pula belajar memiliki kasih sayang. Keluarga yang demikian barulah mirip dengan keluarga orang Kristen.

ANAK-ANAK YANG BESAR BERASAL
DARI ORANG TUA YANG BESAR

Terakhir, di sini saya ingin berkata bahwa dalam dunia banyak orang yang dipakai Allah yang berasal dari orang tua yang besar. Setelah Timotius, Anda nampak entah berapa banyak orang yang dipakai Allah semua berasal dari orang tua yang besar. Antara lain John Wesley dan John Newton. Dalam buku kidung kita banyak karangan Newton. Ada seorang tokoh lagi yang bernama John G. Paton, ia adalah seorang tokoh evangelis yang terkenal di seluruh dunia. Saya kira di antara para ayah tak seorang pun seperti ayahnya. Pada masa tuanya Paton masih berkata, “Setiap kali aku ingin berdosa, aku selalu teringat akan ayah, yaitu teringat betapa ayah berdoa untukku.” Keluarganya sangat miskin, mereka hanya memiliki sebuah kamar tidur, sebuah dapur dan sebuah kamar kecil. Ia berkata, “Setiap kali aku mendengar ayah berdoa dan berkeluh, aku gemetar; di situ ayah mendoakan jiwa kami. Sekarang walau aku sudah renta, tetapi aku masih ingat keluh kesahnya. Aku bersyukur kepada Allah yang mengaruniakan seorang ayah sedemikian kepadaku. Aku tidak dapat berdosa. Jika aku berdosa, berarti aku berdosa kepada Bapaku yang di surga, juga kepada ayahku yang di bumi.” Dalam dunia ini sungguh sulit ditemukan ayah seperti ayah Paton, dan dalam dunia pun sulit memperoleh seorang anak yang sedemikian besarnya.

Kalau setiap orang tua dalam generasi kita ini menjadi orang tua yang baik, niscaya entah akan terlahir berapa banyaknya saudara saudari yang perkasa di antara kita. Saya sering ingin mengucapkan kalimat ini: masa depan gereja dapat dilihat dari diri para orang tua. Ketika Allah ingin memberkati gereja, maka perlu ada orang-orang yang dibangkitkan, terutama perlu bangkit lebih banyak Timotius. Ini bukan berarti tidak perlu membawa orang dari dalam dunia, melainkan kita lebih perlu beroleh segolongan orang yang berasal dari keluarga Kristen.

19 || MASUK GEREJA

MASUK GEREJA

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

 


“Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah.”

Efesus 2:19

“Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.”

1 Korintus 12:13


 

“Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, . . . Di dalam Dia kamu juga turut dibangun menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh.”                                                              Efesus 2:19, 22

 

“Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh. . . . Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya.”

     1 Korintus 12:13, 27

Setelah seseorang percaya kepada Tuhan, dengan spontan ia akan menghadapi satu masalah, yaitu masalah masuk gereja. Kita telah membicarakan masalah “Pisahkan Diri dari Dunia”, namun tidak berarti sudah cukup dengan adanya pemisahan tersebut, dan kemudian berhenti sampai di situ saja. Tidak, kita wajib secara positif masuk gereja. (Istilah “masuk gereja” ini sebenarnya tidak begitu baik, kita hanya sekadar meminjamnya).

I. HARUS MASUK GEREJA

Pada permulaan pelayanan kita sekitar tahun 1920 yang lalu, di antara sepuluh orang yang beroleh selamat, mungkin ada enam sampai delapan orang yang tidak masuk gereja. Itu sungguh satu hal yang aneh! Mereka selalu mengira, asal dirinya sudah menjadi orang Kristen, itu sudah cukup, tidak perlu masuk gereja yang mana pun. Mungkin Anda juga merasa ini sangat ganjil, tetapi dalam pengalaman kita, tidak sedikit orang yang bersikap demikian Orang-orang yang percaya Tuhan itu seolah berkata, “Kristus, aku mau; gereja, tidak. Aku hanya berhubungan dengan Kristus. Aku tidak berhubungan dengan gereja. Aku cukup menjadi orang Kristen individu. Masakan aku tidak bisa berdoa sendiri? Tentu bisa; itu sudah cukup. Masakan aku tidak bisa membaca Alkitab sendiri? Tentu bisa; itu sudah cukup. Aku bisa berdoa dan bisa membaca Alkitab sendiri, itu cukuplah. Akan merepotkan kalau aku harus bergaul dengan orang lain. Aku percaya Tuhan dan bersekutu dengan-Nya seorang diri, sudahlah cukup.” Tidak sedikit orang yang berkonsepsi demikian.

Namun, kita harus tahu, tidak peduli kita berminat atau tidak, kita harus masuk gereja. Kita harus nampak, ketika seseorang diselamatkan, ia menghadapi dua aspek: aspek individu (perorangan) dan aspek korporat (banyak orang). Pada aspek individu memang Anda dapat menerima hayat (kehidupan) Tuhan Re dalam Anda, Anda dapat bersekutu dengan Tuhan seorang diri, Anda juga dapat berdoa seorang diri. Anda dapat percaya Tuhan seorang diri dalam kamar yang tertutup. Tetapi, kalau Anda hanya tahu diri Anda sendiri, Anda tidak mungkin menjadi orang Kristen yang wajar, Anda tidak akan bertahan lama dan tidak akan bertumbuh dengan normal. Kami tidak pernah melihat seorang Kristen model petapa dapat bertumbuh, baik dulu maupun sekarang. Dalam sejarah kekristenan selama dua ribu tahun ini, banyak orang yang mengira dirinya dapat menjadi seorang beriman sebatang kara, bagaikan petapa yang menyembunyikan diri di atas gunung, tidak menghiraukan apa-apa, hanya tahu bersekutu dengan Tuhan saja. Camkanlah, orang Kristen macam ini sangatlah dangkal kerohaniannya, dan pasti tidak kuat menahan pencobaan apa pun. Ketika kondisi sekitar baik, mungkin masih bisa memaksa diri untuk bertahan, tetapi bila kondisi sekitar tidak baik, pasti tidak berdaya mempertahankan diri.

Ingatlah, menjadi orang Kristen masih memerlukan aspek keduanya, yakni aspek korporat. Ditinjau dari aspek korporat dalam Alkitab, Anda tidak dapat _ menjadi seorang Kristen individu. Pertama, firman Allah memberi tahu kita, begitu seseorang beroleh selamat, ia segera menjadi anggota keluarga Allah, menjadi anak-anak Allah. Inilah yang diwahyukan Alkitab. Begitu seseorang beroleh kelahiran kembali, ia terlahir di dalam keluarga Allah, menjadi anak-anak Allah bersama dengan banyak orang lainnya.

Kedua, Alkitab juga memperlihatkan kepada kita bahwa semua orang yang beroleh selamat adalah tempat kediaman Allah, yaitu rumah Allah. Yang pertama adalah keluarga, yang kedua adalah rumah (tempat tinggal).

Ketiga, semua orang Kristen disatukan menjadi Tubuh Kristus. Kita masing-masing saling menjadi anggota, dan bersatu menjadi Tubuh Kristus

1. Bersama-sama Menjadi Anak-anak Allah
dalam Keluarga Allah

Setelah seseorang percaya Tuhan, ia tidak memperoleh hayat yang bersifat individual, karena hayat yang diperolehnya itu berhubungan dengan orang banyak. Ditinjau dari segi keluarga Allah, tempat kediaman Allah ataupun Tubuh Kristus, Anda hanyalah sebagian dari keseluruhannya. Maka tidaklah mungkin jika Anda ingin hidup sendirian saja. Jika Anda menyendiri, di hadapan Allah Anda pasti akan kehilangan kekayaan dan kelimpahan itu. Sekalipun Anda bisa menjadi sebagian saja, tetapi karena Anda tidak bersatu dengan orang lain, Anda akan serupa dengan sepotong kain lebihan, atau seperti sebuah suku cadang yang tidak dapat memancarkan terang hayat yang tertinggi dan terlimpah. Terang yang kaya limpah hanya terdapat di dalam gereja.

Anda harus nampak bahwa Anda tidak dapat tidak bergaul dengan saudara lainnya, sebab dalam keluarga ini, Anda mempunyai banyak saudara. Andaikata ayah saya hanya melahirkan saya, saya adalah anak tunggal, tentu saya tidak perlu bergaul dengan saudara saudari, sebab saya tidak bersaudara. Namun, kalau dalam keluarga saya memiliki 5 saudara saudari, saya bukan anak tunggal, saya hanya salah satu di antara kelima anak-anaknya; dapatkah saya berkata, “Aku tidak perlu bergaul dengan saudara saudariku. Aku hanya cukup menjadi anak bapaku saja”? Bolehkah Anda mengunci diri dalam kamar dan berkata kepada saudara saudari Anda, “Jangan ganggu aku, aku tidak ada hubungan apa pun dengan kalian. Aku hanya menjadi anak ayah saja!” Dapatkah Anda bersikap demikian?

Anda percaya Tuhan, Anda bukan anak tunggal Allah. Anda hanyalah salah satu dari berjuta-juta anak Allah. Anda tidak dapat mengisolir diri, menjadi anak Bapa sebatang kara. Sifat hayat itulah yang tidak mengizinkan Anda berbuat demikian. Boleh jadi secara jasmani hari ini Anda adalah anak tunggal, tanpa saudara saudari yang bergaul dengan Anda, tetapi setelah Anda percaya Tuhan, Anda tidak dapat tidak berkomunikasi dengan saudara saudari, hal ini tidak dapat Anda hindari. Anda telah dilahirkan dalam keluarga terbesar di dunia. Keluarga ini ialah gereja, besarnya tidak ada yang bisa menandingi. Anda mempunyai jutaan saudara saudari, Anda tidak boleh meremehkan mereka karena melihat mereka terlalu banyak. Tetapi karena Anda sebagai salah satu dari sekian banyak saudara saudari itu, Anda wajib menuntut diri Anda untuk berkenalan, bersekutu, dan bergaul dengan saudara saudari Anda itu. Bila pada Anda tidak ada kemauan untuk melihat dan -mengenal saudara saudari Anda, saya akan mencurigai Anda, jangan-jangan Anda bukan saudara atau saudari sejati. Kalau Anda benar-benar seorang yang dilahirkan Allah, namun hati Anda tidak tergerak ketika melihat sesama saudara Anda, Anda sampai hati menutup mereka di luar pintu, saya sungguh mencurigai Anda, kalau-kalau Anda bukan anak Allah.

Konsepsi atau kemauan Anda yang ingin baik sendirian. saja bukanlah konsepsi orang Kristen, dan tidak seharusnya dimiliki oleh orang Kristen. Kalau dalam keluarga jasmani, Anda harus menjadi saudara dari saudara saudari sendiri, atau harus menjadi saudari dari saudara saudari sendiri, terlebih pula dalam keluarga Allah! Hubungan ini berasal dari hayat Allah, yang di dalamnya penuh dengan kasih. Jika ada seorang saudara tidak ingin melihat saudara saudarinya sendiri, dan tidak sudi bersekutu dengan saudara saudarinya sendiri, ini amatlah ganjil! Karena itu kita harus ingat, meskipun aku menerima hayat Allah dan menjadi anak Allah secara perorangan, tetapi hayat yang kuperoleh hanyalah salah satu di antara jutaan anak Allah, dan aku hanya menjadi seorang saudara diantara mereka. Hayatku memiliki satu sifat, yaitu tidak senang hidup menyendiri, melainkan senang bergaul dengan saudara saudari lainnya.

2. Bersama Saudara Saudari
Menjadi Tempat Kediaman Allah

Alkitab juga memperlihatkan kepada kita bahwa gereja adalah tempat kediaman Allah. Ini tercantum dalam Efesus 2, juga merupakan salah satu wahyu besar dalam seluruh Perjanjian Baru. Anda harus tahu bahwa Allah mempunyai tempat kediaman di bumi ini, Allah perlu tempat kediaman. Menurut Alkitab, mulai dari Musa mendirikan tabernakel hingga Salomo membangun Bait Suci, kemudian perbaikan dan pemulihannya, pemikiran akan tempat kediaman itu berlangsung terus, bahkan sampai sekarang. Ketika gereja dibangunkan, Allah lalu menjadikan manusia Bait-Nya. Dulu Allah pernah tinggal di rumah besar, yakni di Bait buatan Salomo, hari ini Allah tinggal di dalam gereja; gereja menjadilah tempat kediaman Allah. Kini kita disatukan menjadi tempat kediaman Allah. Kita, semua anak Allah, disatukan melalui Roh Kudus, dan dibangun menjadi tempat kediaman Allah. Itulah yang tercantum dalam 1 Petrus 2:5 bahwa kita adalah batu-batu hidup yang dibangun menjadi rumah rohani. Rumah rohani ini sesungguhnya adalah tempat tinggal.

Bagaimana cara pembangunan rumah rohani ini? Kalau Bait Suci yang didirikan Salomo dibangun dengan batu-batu mati , maka tempat kediaman Allah hari ini dibangun dengan batu-batu hidup. Petrus justru sebuah batu hidup, namanya Kefas, berarti batu. Bila batu-batu hidup ini disatukan, menjadilah sebuah Bait. Kalau Anda tidak mau disatukan, dapatkah batu yang tunggal menjadi sebuah rumah? Mustahil! Bila sebuah batu tidak tersusun di atas batu lainnya, itu menandakan kekersangan, dan itu gejala yang tidak baik. Kalau sebuah batu tidak tersusun di atas batu lainnya, berarti telah terjadi penghukuman, sehingga menjadi kersang berserakan. Setiap rumah yang utuh pastilah tersusun dari batu-batu yang saling tersusun rapi. Syukur kepada Allah! Hari ini Anda telah percaya Tuhan Yesus dan beroleh selamat. Anda juga adalah sebuah batu. Apa gunanya kalau Anda menaruh batu ini di dalam rumah? Jika batu-batu disatukan, mereka akan menjadi sebuah rumah, tetapi kalau ditaruh sendirian, mereka tidak akan berguna sedikit pun, malah mungkin akan menjadi batu sandungan, bukan batu hidup.

Hari ini Anda juga seperti sebuah suku cadang mobil. Bila Anda bekerja sama – dengan suku cadang lainnya, suku cadang- suku cadang yang banyak itu akan bersatu menjadi sebuah mobil dan dapat berjalan. Kami tidak berani mengatakan bahwa orang yang menjadi batu hidup dan hidup sendirian pasti akan menjadi batu mati. Tetapi bila sebuah batu hidup tidak bersatu dengan batu hidup lainnya sehingga menjadi tempat kediaman Allah, ia pasti akan kehilangan fungsinya dan tidak dapat memiliki kekayaan rohani. Sebab itu, sebagai batu hidup, Anda wajib bersatu dengan batu hidup lainnya, barulah Anda sanggup menampung Allah, dan barulah Allah dapat berdiam di dalamnya.

Lebih dari seratus tahun yang lalu, Saudara Stooneg, seorang saleh dari Inggris berkata, “Ada satu perkara yang paling indah dan paling ajaib setelah aku beroleh selamat, yaitu pada suatu hari aku menyadari bahwa diriku adalah sebuah bahan untuk pembangunan tempat kediaman Allah. Inilah satu perkara yang paling ajaib.” Ketika pertama kali saya membaca kalimat ini, saya merasa biasa saja. Pikir saya, apa ajaibnya menyadari diri sendiri sebagai bahan pembangunan tempat kediaman Allah? Namun, kini kalau saya mengenang kembali, sungguh benar ucapan Stooneg tadi. Kalau Anda juga memiliki perasaan demikian, Anda pun akan merasakan betapa ajaib perkara ini.

Puji Tuhan, kita masing-masing benar-benar adalah sebuah bahan dalam tempat kediaman rohani Kristus. Andaikata bahan ini terpisah dengan rumah, niscayalah ia akan menjadi tidak berguna. Tetapi bila rumah itu tanpa batu ini, ia pun akan tidak sempurna. Kekurangan sebuah batu akan membuat rumah ini berlubang, dan pencuri bisa masuk. Aku adalah bahan bagi tempat kediaman Allah; tanpa aku, Allah takkan puas.

Karena itu saudara saudari, Anda harus nampak bahwa Anda adalah bahan pembangunan Bait Allah yang didatangkan oleh Roh Kudus. Jika Anda menyendiri, Anda akan kehilangan kekayaan Allah, dan Allah tidak dapat menggarapkan diri-Nya ke dalam Anda. Anda harus bersatu dengan saudara saudari, barulah Allah dapat menggarapkan diri-Nya ke dalam Anda. Misalkan, sebuah tong kayu terbuat dari potongan-potongan kayu. Dengan tong itu Anda dapat menampung air. Kalau Anda mengambil salah sepotong kayu dari tong kayu itu, ia tidak lagi dapat dipakai untuk mengisi air. Memang sifat kayunya tidak berubah, tetapi kelimpahannya telah berubah; ia hanya dapat mengisap sedikit air, tidak dapat menampung banyak air, kekayaannya telah hilang. Kita adalah rumah Allah, begitu kita menyendiri, kita akan- kehilangan kekayaan itu.

Boleh jadi hari ini saudara saudari masih kurang jelas, tetapi kelak akan semakin jelas bahwa begitu Anda percaya Tuhan, dalam Anda spontan timbul satu angan-angan, yang ingin berhubungan dengan anak-anak Allah. Dalam batin Anda dengan sendirinya ada satu keinginan mencari bahan lain, batu lain. Hendaklah Anda melakukannya menurut sifat tersebut, jangan karena ada pikiran lain, sehingga mengisolir diri Anda sendiri.

3. Bersatu dengan Semua Anggota,
Menjadi Tubuh Kristus

Ketiga, kita juga bersatu dalam Tubuh Kristus, menjadi satu Tubuh. Kita adalah Tubuh Kristus. Efesus 4 mengatakan, “Tubuh itu satu.” Satu Korintus 12 juga mengatakan, “Tubuh itu satu, namun anggota banyak.” Ayat-ayat di atas membuktikan bahwa sebagai orang Kristen, kita mutlak tidak dapat menyendiri. Ditinjau dari keluarga Allah, boleh jadi karena aku berwatak aneh, aku tidak dapat bergaul dengan saudara saudari, aku merasa cukup asalkan aku tidak bermasalah dengan Bapaku, aku cukup menutup pintu, hidup seorang diri, menjadi anak Allah sebatang kara. Hal tersebut mungkin masih dapat kita lakukan. Atau ditinjau lagi dari segi tempat kediaman Allah, memang aku salah satu batu hidup di antaranya, tetapi justru aku tidak sudi disusun di atas atau di bawah orang lain, aku lebih senang sendirian. Sebagaimana Petrus sebelum masuk gereja, ia pun batu hidup yang tunggal. Kalau rumah itu berlubang, biarlah berlubang. Itu bukan urusanku. Demikian mungkin bisa Anda lakukan. Tetapi, Allah bersabda pada kita bahwa kita adalah “Tubuh. Tubuh lebih maju selangkah daripada keluarga atau rumah. Hari ini Anda adalah sebuah mata, atau sebuah tangan, atau sebuah kaki di atas tubuh. Sebuah mata baru berfaedah bila ditempatkan di atas kepala. Kalau ia diletakkan di dalam sebuah botol, tentu tidak berguna. Sebuah kaki juga baru berguna bila dilekatkan di atas tubuh, bila digantung di atas loteng, tidaklah berguna. Ingatlah, demikianlah keadaan tubuh maupun anggota tubuh; seorang pun tidak dapat terpisah dari anggota lainnya. Hubungan ini serius sekali! Kalau keluarga atau rumah Allah, dalam keadaan terpaksa masih dapat dipisahkan, tetapi Tubuh Kristus tidak mungkin dipisahkan. Telinga Anda tidak dapat marah-marah ingin merdeka, tangan Anda tidak dapat demikian, kaki Anda pun tidak dapat berdiri, berkata: Aku ingin merdeka. Kita tidak dapat tidak bersatu.

Hayat yang kita peroleh tidak mengizinkan kita menyendiri. Tuhan tidak mengaruniakan satu hayat yang lengkap kepada kita. Kita harus menekankan hal ini: “Tuhan tidak mengaruniakan satu hayat yang_ lengkap kepada kita, hayat yang kita miliki adalah hayat yang perlu saling bersandar dengan orang lain.” Kalau hayat kita sempurna, itu tidak jadi soal, tetapi hayat kita adalah hayat yang perlu bersandar. Kita perlu bersandar pada saudara saudari, saudara saudari juga perlu bersandar pada kita.

Camkanlah baik-baik: anggota tubuh tidak dapat menyendiri! Begitu ia menyendiri, ia pasti tidak akan hidup. Begitu menyendiri, tidak saja akan kehilangan kekayaan, bahkan kehilangan kehidupan. Kalau saya menjadi satu tubuh dengan saudara saudari, niscaya saya tidak dapat menjadi orang Kristen sebatang kara. Saya kira sampai di sini sudah cukup jelas. Anda harus nampak bahwa hayat yang Anda peroleh ialah hayat yang tidak dapat tidak bersatu dengan orang lain

.4. Setiap Orang Kristen Menjadi
Orang Kristen Suplemen

Saya harap, begitu Anda menjadi orang Kristen, Anda sudah bersatu dengan orang Kristen lain. Bukan. sudah menjadi orang Kristen belasan tahun lamanya tetap hanya Anda sendirian saja. Begitu kita menjadi orang Kristen, kita wajib nampak hayat yang Allah karuniakan adalah hayat yang perlu bersandar; Allah tidak mengaruniakan kepada kita satu hayat yang berdiri sendiri. Saya hidup sebagai “suplemen (yang ditambahkan untuk melengkapi) di atas banyak orang Kristen. Seorang pun di antara kita tidak ada yang bukan menjadi suplemen. Setiap orang Kristen adalah orang Kristen suplemen.

Anda pernah mendengar sebutan lembaga suplemen, organisasi suplemen dan tenaga suplemen. Begitu pula, setiap orang Kristen adalah “suplemen”. Di hadapan Allah, tidak ada seorang Kristen yang dapat bereksistensi sendirian. Saya harap begitu Anda mulai menjadi orang Kristen, Anda sudah menjadi orang Kristen suplemen, yakni ditambahkan ke atas banyak orang Kristen. Jika demikian, niscaya Anda akan mengambil bagian dalam suplaian, pembinaan, kasih, dan persekutuan.

Itulah sebabnya, orang Kristen mau tidak mau harus masuk gereja. (istilah masuk gereja sebenarnya adalah istilah orang kafir, tetapi agar mudah dimengerti saudara saudari yang baru, terpaksa kita pakai juga). Anda tidak dapat menjadi orang Kristen seorang diri, Anda wajib bersatu dengan semua anak Allah, yakni bersatu menjadi orang Kristen. Anda hanya dapat menjadi orang Kristen suplemen, Anda harus merangkul orang lain. Kita ini seperti dahan rotan yang perlu menggantungkan diri di atas orang lain, yakni menjadi orang Kristen yang menyandarkan diri pada orang Kristen lain.

II. HARUS MASUK
GEREJA YANG MANA

Masuk gereja itulah keharusan kita, tetapi harus masuk gereja yang mana? Memang mereka mendengar berita Injil di tempat Anda, mereka pun beroleh selamat di sana, tetapi banyak orang yang berpendirian, jelas bukan karena Anda sebagai perantaranya lalu menganggap gereja Anda benar. Mereka pasti akan mempertimbangkan gereja mana yang harus mereka masuki, sebab sangat banyak “gereja”.

1. Gereja Memiliki Banyak Perbedaan

Sejarah gereja telah berlangsung hampir dua ribu tahun lamanya. Ada gereja-gereja yang dibangkitkan pada tiap zaman, itulah perbedaan zaman atau waktu. Ada pula gereja-gereja yang dibangkitkan di tiap tempat, itu perbedaan tempat atau lokasi. Ada pula gereja-gereja yang dibangun oleh seorang hamba Allah, itu perbedaan manusia atau pendiri. Sampai di sini, telah ada tiga perbedaan: perbedaan zaman, perbedaan tempat dan perbedaan pendiri. Tidak hanya demikian, karena banyaknya kebenaran dalam Alkitab, muncullah orang-orang yang mendirikan gereja atas dasar penekanan terhadap kebenaran tertentu. Gereja-gereja itu berbeda dikarenakan adanya penekanan yang berbeda‑beda atas kebenaran. Misalnya, di suatu tempat timbul suatu kebutuhan, lalu ada orang menekankan suatu kebenaran. Kemudian di sana muncul sebuah gereja lain. Penekanan salah satu kebenaran itulah yang menjadi faktor berdirinya gereja itu.

Karena adanya keadaan-keadaan yang berbeda tersebut, maka timbullah gereja-gereja yang berbeda pula. Berapakah jumlah gereja-gereja yang berbeda itu? Di seluruh dunia hari ini jumlah jenis gereja sedikitnya berkisar pada angka 1.500. Gereja-gereja tersebut terbilang serius dan cukup besar. Angka di atas bukan dihitung tempat demi tempat, melainkan sistem demi sistem. Antara lain seperti gereja Anglikan, gereja ini terbilang satu gereja, gereja Presbyterian juga terbilang satu gereja, gereja Methodis pun terbilang satu gereja. Yang berbentuk seperti itu sekarang kurang lebih ada 1.500 buah di seluruh dunia. Saudara saudari, saya membayangkan untuk Anda, memilih satu gereja dari antara gereja yang sebanyak itu, sungguh bukan satu perkara yang mudah!

Di antara gereja-gereja sebanyak itu, dan di antara kekacauan seperti itu, adakah jalan pemecahannya di hadapan Allah? Syukur kepada Allah, ada! Karena firman Allah masih ada di tengah-tengah kita, maka kita dapat membacanya sehingga kita tahu bagaimana sebenarnya firman Allah tentang gereja. Syukur kepada Allah, dalam Alkitab sudah tercantum jalan penuntun untuk masuk gereja. Allah tidak membiarkan kita bingung dalam kegelapan.

2. Penyebab Banyaknya Perbedaan Gereja
a. Perbedaan Tempat

Mari kita lihat dulu situasi perpecahan gereja. Pertama adalah perbedaan tempat. Misalnya gereja Anglikan, berarti- gereja Inggris. Dengan kata lain, gereja Anglikan ialah gereja yang berasal dari negeri Inggris; ialah gereja negeri Inggris atau gereja nasional Inggris. Tetapi ada satu perkara yang mengherankan terjadi: ketika gereja itu berkembang sampai ke Amerika, lalu menjadi gereja Anglikan Amerika, atau kita sebut gereja Inggris di Amerika. Ketika berkembang ke China, muncullah gereja Inggris di China. Lagi pula, ketika gereja Anglikan di Amerika juga berkembang ke China, sebutannya menjadi gereja Anglikan Amerika di China. Gereja Inggris tersebar ke Amerika dan tersebar lagi ke China, akhirnya menjadi gereja Anglikan Amerika China. Cobalah Anda lihat, bukankah itu sangat kacau!

Misalkan lagi, gereja Katolik. Gereja ini sebenarnya gereja Roma. Kita di sini adalah Kota Shanghai, apa gunanya Anda mendirikan gereja Roma di sini. Tidaklah benar bila gereja Roma mendirikan gereja Roma di tempat lain, sebab itu berarti mengacaukan tempat. Untuk apa gereja Inggris muncul di Amerika? Untuk apa gereja Amerika muncul di China? Untuk apa gereja Roma ke China? Untuk apa gereja Shanghai ke Foo Chou? Jadi, semua gereja yang didirikan dengan sebutan tempat asalnya adalah sesuatu yang kacau!

b. Perbedaan Zaman

Banyak pula gereja yang terbentuk menurut waktu. Dikarenakan permulaan waktunya tidak sama, sehingga berdirilah gereja yang tidak sama. Kita ambil contoh di China saja. Misalnya gereja Tzing, gereja ini adalah hasil penginjilan yang datang di China pada zaman dinasti Tang. Pada zaman itu sudah ada orang Kristen dari Barat memberitakan Injil ke China. Kemudian pada zaman dinasti Ming, datang pula gereja Roma Katolik dari Barat, mereka juga mendirikan gereja di sana. Gereja yang didirikan pada zaman dinasti Tang tidak dapat bersatu dengan yang didirikan pada zaman dinasti Ming. Mengapa? Sebab waktu kedatangannya tidak sama. Hingga zaman dinasti Ching, datang lagi gereja Protestan, sehingga di China bertambah lagi satu macam gereja. Ada gereja zaman dinasti Tang, ada gereja zaman dinasti Ming, dan ada gereja zaman dinasti Ching. Setelah negara Republik muncul, gereja persaudaraan (The Brethren Church) dari Barat juga datang. Lihatlah, tidak saja ada gereja Tzing, gereja Roma Katolik, gereja Protestan, bahkan ada pula aliran persaudaraan; yang terakhir pun terbilang satu gereja. Itulah perbedaan zaman atau waktu. Jadi Anda di sini nampak, gereja tidak saja terpecah karena perbedaan tempat asalnya, sekalipun tempat asalnya sama, karena waktunya tidak sama, maka terpecahlah lagi gereja itu.

c. Perbedaan Pendiri

Tidak hanya demikian, dalam sejarah gereja, kita juga nampak adanya perbedaan karena pendirinya. Yang didirikan John Wesley menjadi gereja Wesley; yang didirikan Martin Luther menjadi gereja Lutheran. Disebabkan pendirinya tidak sama, maka gereja terpecah menurut pendirinya itu. Adanya perbedaan gereja Wesley, gereja Lutheran, dan sebagainya, semua itu ialah berdasarkan pendirinya masing-masing.

d. Perbedaan Penekanan Kebenaran

Satu lagi yaitu perpecahan menurut penekanan kebenaran. Yang menitikberatkan kebenaran karena iman membentuk gereja pembenaran iman; yang menitikberatkan kesucian membentuk gereja kesucian; yang menitikberatkan Roh Kudus, membentuk gereja Pentakosta; yang menitikberatkan mujizat rasuli, membentuk gereja iman rasuli; yang menitikberatkan kemerdekaan tiap unit ibadah membentuk gereja Kongregasional_ (Congregational .Church); yang menitikberatkan pengaturan/pemerintahan penatua, yakni mengakui kuasa penatua berasal dari rasul sejak dulu hingga sekarang, membentuk gereja Presbiterian; yang mengakui uskup sebagai pewaris para rasul mendirikan gereja keuskupan (The Episcopal Church); yang menitikberatkan pembaptisan pencelupan seluruh tubuh membentuk gereja Baptis. Dalam gereja Lutheran juga terbagi dua golongan: yang di Jerman menjadi gereja Lutheran, yang di Belanda menjadi gereja Protestan Belanda. Anda lihat di seluruh dunia, alangkah banyaknya corak ragam gereja; masing-masing gereja itu memiliki sejarah dan ajarannya sendiri. Di tengah – tengah situasi yang sekacau ini, jalan manakah yang harus Anda tempuh? Jika Anda ingin mendapatkan sebuah gereja di tempat Anda untuk Anda masuki, tentu sangatlah sulit!

III. GEREJA HANYA ADA
PERBEDAAN TEMPAT

Syukur kita mempunyai jalan! Dalam Alkitab, masalah gereja sebenarnya sangat sederhana dan jelas, sedikit pun tidak kacau. Kita boleh membaca banyak ayat, boleh membaca awal kalimat dari Surat-surat Kiriman rasul, boleh membaca Kisah Para Rasul dan Wahyu pasal pertama. Di situ yang kita dapati tidak lain: gereja di Yerusalem, gereja di Roma, gereja di Korintus, gereja di Filipi, gereja di Efesus, gereja di Kolose, dan seterusnya. Ada banyak gereja yang tidak sama. Dalam Kisah Para Rasul terdapat gereja di Antiokhia. Dalam Wahyu 1 ada 7 gereja. Memang benar dalam Alkitab gereja itu ada perbedaannya, namun Alkitab hanya mengenal satu perbedaan, tidak ada dua perbedaan Apakah perbedaannya itu? Kalian bisa menjawab sendiri, sebab jalan ini jelas sekali!

Dalam Alkitab ada ajaran yang mempunyai dua aspek. Terhadapnya kita sulit memastikan salah satu. Kalau atas perkara yang hanya beraspek tunggal dan jelas, tetapi kita tetap salah mengartikannya, itu berarti kita tolol dan buta. Adakalanya, Alkitab mengatakan tentang dibenarkan oleh iman, adakalanya mengatakan tentang dibenarkan oleh perbuatan. Ada kebenaran Surat Roma, ada pula kebenaran Surat Yakub; kalau itu yang Anda salah artikan, masih mungkin dimaafkan. Tetapi terhadap masalah gereja, jalannya hanya satu. Bila Anda tetap tidak jelas, itu sungguh tidak ada maaf bagi Anda. Anda lihat, Korintus adalah suatu tempat, Efesus adalah suatu tempat, Kolose adalah satu tempat, Roma adalah satu tempat, Filipi pun satu tempat. Lihat, semua itu adalah tempat! Dengan kata lain, gereja hanya berbeda karena tempat, tidak dapat terpecah karena yang lain! Jelaskah? Korintus, Efesus, dan Kolose, semua adalah sebuah kota. Jadi, lingkupan gereja ialah berdasarkan satuan kota atau satu tempat (lokal).

1. Yang Lebih Kecil daripada
Lokal Bukan Gereja

Gereja paling besar, menurut batasan lokal; paling kecil, juga menurut batasan lokal. Bila lebih kecil daripada lokal, itu bukan gereja; bila lebih besar daripada lokal, juga bukan gereja. Apakah artinya “lebih kecil daripada lokal”? Misalkan dalam gereja di Korintus ada segolongan orang berkata, “Aku milik Kefas. Aku milik Paulus. Aku milik Apolos. Aku milik Kristus. Mereka seolah-olah memecah belah gereja di Korintus menjadi empat bagian. Itulah artinya lebih kecil daripada lokal. Karena itu Paulus mencela mereka bahwa mereka terpecah-belah dan bergolong-golongan. Surat 1 Korintus menunjukkan kepada kita bahwa tidaklah benar kalau gereja lebih kecil daripada lokal. Bukankah Paulus baik? Ya, baik! Bukankah Apolos baik? Ya, baik! Bukankah Kefas baik? Ya, baik! Namun kita wajib ingat, bila kita memecah belah gereja karena orang-orang tersebut, itu tidak pada tempatnya! Gereja hanya dapat dibagi menurut lokal, tidak dapat dibagi menurut rasulnya. Kalau mereka memecah belah menurut rasulnya, Paulus mengatakan, “Itulah berpecah-belah dan bergolong-golongan.” Itu adalah perbuatan menurut keinginan daging. Cara memecah belah gereja yang sedemikian berarti membuat sekte.

2. Batasan Gereja Tidak Dapat Lebih Besar
daripada Lokal

Tidak benar pula bila gereja lebih besar daripada lokal. Anda baca Alkitab, di sana mengatakan, gereja-gereja (jamak) di Galatia, gereja-gereja di Asia, gereja‑gereja di Yudea. Di Yudea terdapat banyak gereja, karena itu disebut gereja-gereja di Yudea, inilah catatan Kisah Para Rasul. Gereja-gereja di Galatia, inilah catatan Surat Galatia. Gereja-gereja di Asia, inilah catatan Kitab Wahyu. Setelah Anda membaca ayat-ayat dari ketiga tempat tersebut, Anda nampak betapa jelasnya catatan Alkitab tentang gereja. Tidak ada satu gereja yang lebih besar daripada lokal. Galatia ialah salah satu propinsi Kerajaan Romawi, bukan satu kota (lokal), karena itu tidak disebut gereja di Galatia, melainkan gereja-gereja di Galatia. Di Galatia terdapat banyak gereja, sebab itu istilah gereja yang dipakai berbentuk jamak, bukan berbentuk tunggal. Maka tidak benar pula kalau gereja lebih besar daripada lokal.

Alkitab juga tidak menyebut gereja di Asia, tetapi “tujuh gereja di Asia.” Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Filadelfia, dan Laodikia, semuanya itu adalah kota (lokal) yang terdapat di kawasan Asia. Bukan ketujuh kota itu bergabung menjadi satu gereja serikat, melainkan tujuh gereja di Asia. Maka tidak benar kalau gereja lebih besar daripada lokal. Ketujuh gereja tersebut tidak bergabung menjadi satu gereja besar. Begitu pula, Kisah Para Rasul mengatakan gereja-gereja di tanah Yudea, sebab Yudea ketika itu berstatus sebagai propinsi wilayah Kerajaan Romawi. Yudea asalnya satu negeri, saat itu menjadi satu propinsi. Di banyak lokal di propinsi Yudea terdapat gereja, namun Anda tidak dapat menggabungkannya menjadi satu gereja – gereja di Yudea.

Jadi, Anda harus nampak, menurut ketetapan Allah, hanya ada sebutan gereja di (kota) Foochow, tidak seharusnya ada gereja “X” di (kota) Foochow, sebab kalau begitu akan menjadi lebih kecil daripada lokal. Tidak dapat pula. menggabungkan gereja-gereja di seluruh propinsi Fukien menjadi satu gereja. Hanya boleh ada gereja di propinsi- Fukien, tidak boleh ada gereja di propinsi Fukien, sebab yang terakhir ini lebih besar daripada lokal.

3. Gereja Hanya Memiliki Nama Lokal

Saudara saudari, kita harus jelas! Gereja tidak dapat disebut dengan nama seorang manusia, tidak dapat disebut dengan nama suatu ajaran, tidak dapat disebut dengan nama suatu sistem, pun tidak dapat disebut dengan nama tempat asal usulnya. Gereja hanya dapat disebut dengan nama kota (lokal) itu. Hanya dapat disebut gereja di Foochow, tidak dapat disebut gereja Shanghai di Foochow. Anda tidak patut mendirikan gereja Roma di Shanghai, gereja Roma harus kembali ke Roma. Kalau ada seorang beriman gereja di Roma datang ke Shanghai, ia boleh berada dalam (masuk) gereja di Shanghai, tidak patut mendirikan gereja Roma di Shanghai. Tempat asal usulnya itu tidak dapat dibawa ke Shanghai. Gereja Anglikan harus pulang ke Inggris. Anggota gereja Anglikan yang datang ke Shanghai harus menjadi anggota gereja di Shanghai, tidak patut membawa/mendirikan gereja Anglikan di Shanghai. Gereja hanya dimiliki lokal itu. Dalam firman-Nya, Allah menentukan perbedaan gereja berdasarkan lokal, bukan berdasarkan negara. Karena itu, tidak seharusnya ada sebutan gereja di China, gereja di Inggris, dan seterusnya. Hanya ada gereja di Shanghai, gereja di London, dan seterusnya. Tiap-tiap gereja adalah milik lokal dan untuk lokal, yaitu hanya bersangkutan dengan lokalitas, tidak bersangkutan dengan negara. Jadi apa yang disebut “Gereja Kristen Tionghoa” ini sama sekali tidak Alkitabiah.

Tidak ada perbedaan orang, tidak ada perbedaan negara, juga tidak ada perbedaan ajaran atau kebenaran. Firman Allah hanya menyetujui satu perbedaan, yakni perbedaan tempat (lokal). Di kota mana Anda berada, Anda menjadi orang Kristen di gereja lokal itu. Kalau Anda ingin berpindah ke gereja lain, Anda harus berpindah tempat tinggal. Misalkan saya tinggal di Shanghai. Saya tidak rukun dengan salah seorang saudara di situ dan saya ingin meninggalkannya. Bagi saya hanya ada satu jalan, yaitu saya harus meninggalkan Kota Shanghai. Allah hanya mengakui pemisahan tempat, tidak mengakui pemisahan apa pun yang lain. Saya percaya bahwa Anda di hadapan Allah akan beroleh belas kasihan-Nya. Anda harus nampak, hanya ada satu gereja, dan gereja itu seharusnya milik lokal atau bersifat lokal, itulah yang benar.

IV. BAGAIMANA CARANYA
MASUK GEREJA

Terakhir, bagaimana caranya kita masuk gereja? Dalam Alkitab tidak pernah ada perkataan masuk gereja”. Jadi perkataan ini sudah meruntuhkan judul berita ini. Namun apa daya, istilah manusia ini masih perlu kita gunakan. Karena tanpa mengatakan “masuk gereja”, tidak ada istilah yang lebih baik bagi kita, sebab itu terpaksa kita katakan “masuk gereja”.

1. Gereja Tidak Perlu dan Tidak Dapat Dimasuki

Kita harus nampak, tidak ada satu pun ayat dalam Alkitab yang memberi tahu bahwa kita harus “masuk gereja”. Kalau Anda ingin “masuk gereja”, gereja sebenarnya tidak dapat Anda masuki. Hal itu, sepertilah sebuah telinga yang berketetapan ingin masuk ke tubuh saya untuk menjadi telinga saya. Ini mustahil! Ahli bedah yang terpandai pun tidak mungkin mampu melakukannya. Tidak seorang pun dapat masuk gereja. Bila Anda ada di dalam gereja, Anda sudah di dalam gereja, bila Anda belum di dalam gereja, Anda tidak ada dalam gereja. Jadi yang dimaksud dengan “masuk gereja” bukan berarti Anda bisa menjadi salah satu unsur gereja. Kalau seseorang ingin masuk gereja, sebenarnya ia sudah ada di dalam, gereja.

Seorang yang mendapatkan belas kasihan Allah, nampak dosa, nampak darah, beroleh tebusan, beroleh pengampunan, beroleh hayat baru, beroleh kelahiran kembali melalui kebangkitan, orang ini telah dimasukkan Allah ke dalam gereja, ialah orang yang telah ada dalam gereja. Orang ini telah menjadi orang dalam, bukan berusaha masuk ke dalam. Ada orang berkata bahwa ia ingin masuk gereja. Saya katakan, “Kalau Anda bisa masuk gereja, berarti gereja itu gereja palsu. Hanya gereja palsu yang bisa dimasuki. Gereja sejati tidak dapat Anda masuki, sekalipun Anda ingin memasukinya. Bila Anda milik Tuhan, dilahirkan Tuhan, maka tidak usah Anda masuk gereja, Anda. sudah menjadi orang dalam gereja.”

Jadi, gereja tidak perlu dan tidak dapat dimasuki. Ingin masuk pun tidak dapat, tanpa masuk pun sudah ada di dalamnya. Yang sudah masuk, sudah ada di dalam, tidak perlu masuk lagi. Siapa saja yang ada di luar, ingin masuk pun tidak mungkin. Itulah gereja. Gereja justru sebagai satu lembaga yang sedemikian istimewa. Segala soalnya hanya tergantung pada apakah Anda telah dilahirkan Allah atau belum. Kalau Anda seorang yang dilahirkan Allah, Anda sudah memasukinya; bila tidak, ingin masuk pun tidak mungkin. Lembaga ini tidak dapat dimasuki melalui tanda tangan atau ujian dengan membuat surat tekad atau janji. Asalkan Anda seorang yang dilahirkan Allah, Anda sudah ada di dalamnya. Syukur kepada Allah, kita semua adalah orang-orang dalam gereja, tidak perlu lagi memasukinya.

2. Harus Mencari Persekutuan di dalam Gereja

Kalau begitu mengapa kami menganjuri Anda masuk gereja? Ini hanya sekadar memakai ungkapan yang dapat dipahami Anda saja. Memang Anda telah menjadi orang dalam gereja, tetapi karena Anda ada di tengah-tengah orang banyak, ada orang yang tidak mengenal Anda. Walau Anda telah diselamatkan Allah, saudara saudari lainnya belum tentu mengenal Anda. Percaya itu perkara dalam batin, orang lain tidak mungkin mengetahuinya; karena itu, Anda perlu mencari persekutuan. Anda harus datang ke gereja dan berkata kepada mereka, “Aku telah jadi orang Kristen, mohon kalian menerima aku sebagaimana menerima orang Kristen.”

Kalau ayahku orang “X”, tidak perlu aku masuk warga “X”, aku sudah jadi orang “X”. Kalau aku seorang yang percaya Tuhan, dan gereja belum mengenal aku, aku boleh datang ke gereja, dan berkata, “Kalian belum mengenal aku, aku telah menjadi orang Kristen, mohon kalian menerimaku untuk bersekutu dengan kalian, dan terimalah aku seperti orang sendiri.” Setelah saudara saudari dalam gereja melihat Anda benar adalah salah satu orang di antara mereka, mereka tentu akan bersekutu dengan Anda. Inilah arti masuk gereja.

Anda sudah menjadi orang di dalam Kristus, Anda perlu belajar mencari persekutuan anak-anak Allah, persekutuan anggota, persekutuan Tubuh, dan wajib melayani Allah sebaik-baiknya di dalam gereja. Bila Anda bisa melihat terang ini, Puji Tuhan, Anda telah lebih maju selangkah lagi.

18 || MASALAH PENUDUNGAN KEPALA

MASALAH PENUDUNGAN KEPALA

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

 

 

“…………Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari   perempuan ialah laki-laki dan kepala dari Kristus ialah Allah. Tiap-tiap laki-laki yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang bertudung„ menghina kepalanya …….tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur.”

1 kor 11:3-5

 

Pembacaan Alkitab : I Korintus 11:2-16

Sekarang kita akan membahas satu masalah yang sangat penting, yaitu penudungan kepala

Dalam ayat-ayat di atas tidak , membicarakan masalah saudara, tidak pula membicarakan masalah saudari. Ayat-ayat tersebut hanya menampilkan masalah kaum laki-laki dan perempuan. Sebab yang dibahas di sini bukan kedudukan atau posisi di dalam Kristus, melainkan susunan atau pengaturan Allah dalam penciptaan

Dan yang dikatakan di sini bukan “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh. 10:30), melainkan “Allah adalah. kepala Kristus”. Di sini bukan masalah Bapa dan Anak, tetapi Allah dan Kristus, yaitu masalah Allah dan Sang Terurap-Nya. Bukan hubungan antara Allah Bapa dan Allah Putra dalam ketritunggalan ke-Allahan, melainkan hubungan Allah dengan Sang Kristus yang diutus dan diurapi Allah. Masalah penudungan kepala merupakan masalah Allah dengan Sang Terurap-Nya.

Masalah penudungan kepala bukan pula masalah Kristus dengan gereja. Bukan karena Kristus kepala gereja, dan gereja tubuh Kristus, sehingga perlu melakukan penudungan kepala. Ingatlah, sama sekali bukan masalah ini! Di sini Kristus adalah setiap orang; di antara sekian banyak manusia, Kristus adalah kepala. Walau manusia begitu banyak, tetapi kepalanya ialah Kristus. Kristus menjadi kepala bukan berarti Dia menjadi kepala gereja saja, melainkan menjadi kepala setiap manusia. Itulah sebabnya di sini sama sekali bukan ditujukan kepada relasi Kristus dengan gereja, melainkan Kristus dengan setiap manusia. Karenanya dalam hal ini tidak ditujukan kepada. relasi di antara anak-anak Allah, atau relasi di antara saudara saudari. Laki-laki menjadi kepala perempuan, itulah yang dipermasalahkan di sini! Kita harus menjernihkan masalah pokoknya dahulu barulah kita dapat memahami masalah penudungan kepala ini.

I. DUA SISTEM ALLAH
DALAM ALAM SEMESTA

Saya ingin membahas masalah “ini dari perspektif yang jauh. Sebab jika tidak, tak mudahlah kita mengerti I Korintus 11. Pasal tersebut hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang mengenal Allah dan Alkitab. Pasal ini sulit sekali dipahami. Di sini pertama-tama kita harus memahami satu perkara, yaitu Allah mempunyai dua sistem dalam alam semesta: pertama, sistem kasih karunia; kedua, sistem politik.

1. Sistem Kasih Karunia

Semua yang bertalian dengan gereja, keselamatan, saudara saudari, dan anak-anak Allah tercakup dalam sistem kasih karunia. Dan segala yang berkaitan dengan gereja, Roh Kudus, dan penebusan termasuk dalam sistem kasih karunia pula. Anda dapat nampak di hadapan Allah betapa seorang perwira beroleh kasih karunia, seorang wanita Fenisia pun beroleh kasih karunia; betapa Petrus beroleh kasih karunia, Maria pun beroleh kasih karunia; betapa Lazarus boleh bangkit dari kematian, Marta dan Maria pun boleh mengabdi kepada Tuhan. Demikianlah relasi laki-laki dan perempuan dalam sistem kasih karunia.

2. Sistem Politik

Dalam Alkitab terdapat satu sistem lagi, yang dapat kita namakan politik atau siasat Allah. Sistem politik ini sama sekali berbeda dengan sistem kasih karunia. Sistem politik Allah ini bersifat independen, sebab di dalam sistem tersebut Allah bertindak menurut kehendak-Nya sendiri.

(1) Menciptakan Laki-laki dan Perempuan

Pada waktu Allah menciptakan dunia, la menciptakan laki-laki dan perempuan. Ini merupakan tindakan dalam politik atau siasat Allah. Laki-laki diciptakan terlebih dahulu, kemudian baru perempuan; ini adalah politik Allah. Allah ingin berbuat demikian, maka dibuat-Nyalah demikian. Ini kehendak Allah yang independen. Dan kemudian Allah menetapkan semua manusia menjadi keturunan perempuan, sampai-sampai Tuhan Yesus pun menjadi keturunan perempuan. Ini pun politik Allah. Tak seorang pun yang diajak bermufakat dengan Allah dalam hal-hal tersebut

(2) Memberikan Makanan Kepada Manusia

Dalam taman Eden, Allah menyediakan buah-buahan sebagai makanan manusia. Ini juga politik Allah. Setelah bencana air bah, Allah baru mengizinkan manusia memakan daging binatang; hal itu pun merupakan politik Allah.

(3) Mengacaukan Bahasa

Bahasa manusia asalnya hanya satu macam. Tapi manusia mendirikan menara Babel demi memegahkan kekuasaan persatuan mereka. Karenanya Allah mengacaukan bahasa mereka di Babel, agar manusia tidak menggunakan bahasa yang sama. Ini adalah siasat Allah: Kemudian, setelah tiba hari Pentakosta, Allah menurunkan Roh-Nya, dan menyuruh orang berkata-kata dengan bahasa lidah, itu pun sebagai tindakan politik Allah.

(4) Terpecah Menjadi Berbagai Bangsa

Sampai pada masa menara Babel, umat manusia di bumi terpecah-pecah menjadi banyak “bangsa”. Ini pun tindakan politik Allah. Setelah itu, dari sekian banyak bangsa Allah memilih satu bangsa, yaitu bangsa Israel menjadi milik-Nya. Itu adalah kasih karunia. Tetapi adanya perbedaan “bangsa” di antara umat manusia itulah politik Allah.

(5) Mulai Ada Negara

Setelah lewat sekian tahun kemudian, berdirilah ba­nyak negara. Menurut sejarah dalam Alkitab kita nampak bahwa permulaan negara lebih lambat daripada bangsa. Jadi negara terbit setelah adanya bangsa. Setiap negara ada seorang raja yang memerintah dan mengatur. Ini pun merupakan perkara yang diizinkan dan ditetapkan dalam politik Allah.

(6) Pembentukan Negara Israel

Ketika orang-orang Israel berada dalam zaman para hakim, mereka hanya sebagai satu bangsa, belum menjadi satu negara atau kerajaan. Hingga jaman Samuel, mereka masih sebagai satu bangsa, seperti bangsa-bangsa lainnya, sebab mereka belum ada raja yang memerintah mereka. Tetapi pada suatu hari, orang Israel pun ingin punya raja. Mereka ingin beralih dari kasih karunia Allah ke dalam politik Allah. Mereka berkata: “Kami juga ingin memiliki raja seperti bangsa-bangsa lainnya”. Allah memperingatkan mereka: “Jika kalian menginginkan raja, maka kalian kelak akan diperintah oleh raja itu” (I Sam. 8:9).

(7) Saul Menjadi Raja

Setelah itu, Allah memilih Saul menjadi raja mereka Begitu Saul terpilih, maka sistem politik Allah mulailah berlaku atas bani Israel. Ini tidak berarti kasih karunia Allah berakhir atau lenyap, tetapi berarti bahwa bani Israel harus khusus menaklukkan diri mereka di _bawah politik Allah. Dan karenanya orang Israel tak dapat sembarangan menentang sang terurap mereka, sebab. ialah raja mereka. Itulah sebabnya walaupun pada aspek karunia Saul ° telah meninggalkan Allah, tetapi pada aspek ‘politik ia tetap sebagai raja. Di sini kalian harus nampak adanya dua jalur yang berbeda, agar kalian dapat nampak pula kedua kondisi dan situasi yang berbeda. Ditinjau dari segi kasih karunia, Saul memang telah gagal; tetapi ditinjau dari segi politik, ia tetap sebagai raja. Itulah sebabnya Daud tak dapat menentang wewenang yang ditetapkan Allah.

II. SISTEM KASIH KARUNIA
MENGGENAPKAN SISTEM POLITIK

Keadaan semacam ini berlangsung terus hingga kedatangan Tuhan Yesus. Di situ anda nampak kedua aspek dari pekerjaan Allah. Sistem kasih karunia Allah berlangsung terus di atas bumi ini, dan demikian pula sistem politik Allah. Para imam dan nabi berada di pihak kasih karunia Allah demi memelihara sistem kasih karunia, sedangkan para raja bani Israel berikut pemimpin-pemimpin bangsa itu berada di pihak politik Allah demi mempertahankan sistem politik Allah.

Tatkala Tuhan Yesus berada di bumi, pada sepihak Ia menjadi Juruselamat yang menyelamatkan manusia dari dosa, hal, ini merupakan fungsi-Nya dalam sistem kasih karunia; pada pihak lain, Allah menghendaki Tuhan Yesus melalui usaha salib menegakkan wewenang-Nya sendiri, dan membentuk kerajaan sorgawi-Nya, yaitu agar sorga berkuasa di atas bumi. Allah selalu berusaha memusnahkan kekuasaan setan, dan mendatangkan kerajaan sorga, serta mendatangkan langit baru dan bumi baru. Pada hari itu, kasih karunia dan politik akan tergabung menjadi satu sistem. Artinya, pada saat langit dan bumi baru tiba, sistem kasih karunia dan sistem politik akan berintegrasi menjadi satu sistem; keduanya itu akan manunggal pada diri Tuhan Yesus, Tuhan bekerja dalam kedua pihak itu. Pada satu pihak Ia bekerja dalam sistem kasih karunia, pada pihak lain la pun bekerja dalam sistem politik.

Politik Allah bukan baru dimulai dari penciptaan manusia, melainkan sudah dimulai sejak penciptaan malaikat. Ini tercatat sangat jelas dalam Alkitab. Tatkala setan menjadi bintang fajar yang memegang kekuasaan, saat itulah sistem politik sudah mulai berlaku. Hingga penciptaan manusia, masalah perkawinan merupakan satu ikhwal dalam kategori sistem politik Allah. Masalah suami dan istri adalah perkara dalam sistem politik, demikian pula pembentukan keluarga, termasuk relasi antara orang tua dan anak-anak. Struktur utama Bari kesemuanya itu didirikan dalam sistem politik Allah.

Sekarang saya ingin menunjukkan kepada saudara saudari, bahwa setiap orang yang beroleh kasih karunia dalam zaman ini perlu mempelajari satu pelajaran yang mendasar ini, yakni jangan sekali-kali membiarkan kasih karunia merongrong politik Allah. Saya ingin mengulangi kalimat ini dengan serius: Jangan sekali-kali membiarkan kasih karunia pada diri kita merongrong apa yang Allah tetapkan dalam politik-Nya. Allah menghendaki manusia menghormati politik-Nya, Ia tidak mengizinkan manusia menghapus politik-Nya. Jika kita tidak mengenal politik Allah, kita akan menjadi manusia yang ilegal dihadapan-Nya; dan kita sama sekali tidak nampak bahwa kecuali gereja masih ada satu kerajaan. Oleh sebab itu, kalian wajib menyadari sistem politik Allah. Sistem kasih karunia bertujuan untuk menggenapkan sistem politik. Bukan sistem politik untuk menggenapkan sistem kasih karunia, melainkan sebaliknya, sistem kasih karunia menggenapkan sistem politik.

Ada satu kekhilafan sangka yang terdapat pada kebanyakan orang, yaitu mengira bahwa mereka dapat mengesampingkan politik lewat kasih karunia. Pada hal anda tak mungkin menggunakan usaha Allah dalam kasih karunia-Nya untuk mengubah politik-Nya. Pengampunan yang kita nikmati di hadapan Allah tak, mungkir, mengubah pengampunan politik Allah. Tak peduli berapa banyaknya pengampunan yang anda peroleh dalam kasih karunia-Nya tak mungkinlah mengubah pengampunan politik-Nya.

Politik Allah berdiri sebagai satu prinsip yang lain! Dari awal hingga akhir, Allah ingin menerapkan sistem politik-Nya. Kasih karunia selalu berdampingan dengan politik. Karena hari ini manusia tidak tunduk di bawah sistem politik, bahkan memberontak, maka barulah ada sistem kasih karunia. Sistem kasih karunia mendatangkan keselamatan dan damai sejahtera kepada anda, sehingga anda dapat tunduk kepada sistem politik Allah. Jadi kasih karunia malahan menjadi pelengkap atau pembantu sistem politik Allah.

III. WAJIB BELAJAR
MENGENAL POLITIK ALLAH

1. Adam Diusir dari Taman Eden

Kalian tentu ingat kisah perbuatan dosa Adam. Setelah Allah membuat taman Eden, diciptakan-Nyalah Adam dan Hawa dan menyuruh mereka menjadi taman tersebut. Hal ini berarti Allah menyerahkan seluruh taman Eden kepada mereka. Eden berarti gembira. Mereka tinggal dalam taman gembira. Tetapi mereka kemudian berdosa. Setelah mereka berdosa, Allah berjanji kepada mereka bahwa kelak Ia akan mendatangkan seorang penolong yang berasal dari keturunan perempuan. Walaupun mereka menerima satu janji untuk penebusan, tetapi mereka tetap diusir dari taman Eden. Di sini anda nampak pertolongan adalah kasih karunia Tuhan, tetapi hal itu tidak mencegah tindakan politik pengusiran-Nya.

Allah tidak saja mengusir Adam dari taman Eden, bahkan menjaga taman itu dalam kerub, agar mereka berdua tak dapat kembali ke situ, inilah politik Allah. Politik Allah itu satu perkara, kasih karunia Allah itu perkara yang lain. Kasih karunia-Nya memberikan janji seorang penolong, sedang politik atau siasat-Nya mengusir manusia dari taman Eden. Sejak hari itu manusia tak dapat memasuki taman Eden lagi, hal itu sangat gamblang.

2. Bani Israel Tak Dapat Memasuki Kanaan

Umat Israel telah tiba di Kadesy, tapi mereka enggan masuk ke tanah Kanaan; akibatnya Allah tidak memperkenankan mereka masuk. Walau mereka kemudian menyesal dan ingin masuk sendiri, tapi banyak di antara mereka dalam sehari mati terbunuh penduduk Kanaan. Orang-orang Israel meratap dan berseru kepada Allah, tetapi bagaimanapun juga Allah tidak mengizinkan mereka masuk (Bil. 13, 14). Sekali mereka menyatakan tidak mau masuk, akhirnya mereka selamanya tak dapat masuk. Allah tidak membiarkan manusia berbuat sembarangan terhadap politik-Nya. Allah mempunyai politik-Nya sendiri.

3. Musa Tak Dapat Masuk Kanaan

Musa memukul bukit batu dua kali dengan tongkat; ia tidak menghormati kekudusan Tuhan, sehingga ia tak dapat masuk tanah Kanaan (Bil. 20:7-12). Kendatipun Allah membelaskasihinya, membawanya ke atas puncak Pisga untuk memperlihatkannya seluruh negeri itu, tetapi ia sendiri tak dapat masuk bersama-sama dengan umat Allah ke negeri tersebut. Ia dapat bersama-sama dengan Allah memandang negeri Kanaan dari atas puncak Pisga, tapi ia tak dapat memasulinya (Ul. 34). Memandang batas tanah Kanaan dari puncak Pisga itulah kasih karunia, sedang tak dapat memasuki tanah kanaan itulah politik Allah.

4. Pedang Tidak Terhalau Dan Keluarga Daud

Setelah Daud berdosa, Allah merahmatinya, dan mengampuni dosanya, bahkan memberkatinya, yaitu ia dapat bersekutu dengan khusus dengan Allah. Namun pedang selamanya tidak terhalau dari keluarganya (II Sam. 12: 7-14). Itulah politik Allah.

5. Paulus Berpisah dengan Barnabas

Perpisahan antara Paulus dan Barnabas dikarenakan Markus (Kis. 15:37-39). Markus adalah kerabat . Barnabas (Kol. 4:10). Markus membangkang di tengah jalan, tidak patuh, tapi Barnabas tetap ingin mengajaknya, ini jelas karena mereka mempunyai relasi kekeluargaan. Setelah itu Barnabas berpisah dengan Paulus, ia mengajak Markus ke Siprus, kampung halaman mereka. Di sini mereka sama sekali bekerja menurut relasi daging. Saya akui Barnabas kemudian mungkin tetap dipakai Allah, dan melakukan pengabdiannya dengan baik, tetapi mulai saat itu Roh Kudus menghapus namanya dari Alkitab. Namanya memang masih tercantum dalam kitab hayat, tetapi tidak tercatat lagi dalam Kisah para Rasul. Ini adalah politik Allah. Dalam politik Allah, la tidak dapat membiarkan manusia menempuh jalan sendiri!

Sistem kasih karunia itu satu perkara, sistem politik itu perkara lain lagi. Semakin orang berendah hati, ia akan semakin maju dalam sistem politik Allah. Jangan sekali-kali mengira anda telah masuk ke dalam sistem kasih karunia Allah, maka anda dapat membatalkan sistem politik Allah. Tidak!

Kasih karunia tak berdaya membatalkan politik, kasih karunia malah dapat menyuruh orang mentaati politik. Saya mengatakan dengan serius; kasih karunia justru memberi kita- kekuatan, agar kita dapat mentaati politik. Kasih karunia tidak menyuruh kita berontak demi menggulingkan politik. Kedua sistem Allah ini saling melengkapi. Kasih karunia tidak’ dapat membatalkan politik. Hanya orang beballah yang berkata: saya telah menerima kasih karunia, maka saya boleh kendur, dan boleh sembarangan. Itulah perbuatan orang bebal!

Jika seorang hamba lebih banyak mengenal kasih karunia, ia akan menjadi hamba yang lebih baik. Kalau ia menjadi tuan, ia akan menjadi tuan yang lebih baik pula. Demikian pula, ia akan menjadi suami, orang tua, anak-anak, dan warga negara yang lebih baik, dan ia akan semakin tunduk kepada wewenang. Seorang yang menerima kasih karunia Allah lebih banyak, ia akan semakin mengetahui bagaimana memelihara politik Allah. Saya tak pernah melihat seorang yang benar-benar mengenal kasih karunia Allah, malah merusak politik Allah.

IV. PENUDUNGAN KEPALA BERTALIAN
DENGAN POLITIK ALLAH

Masalah penudungan kepala adalah masalah politik Allah, karenanya hal itu bertalian dengan politik Allah. Jika kalian tidak mengetahui politik Allah, saya tak dapat menganjuri kalian melakukan penudungan kepala. Kalau seorang tidak menyadari politik Allah, ia pun tak menyadari betapa besarnya sangkut paut penudungan kepala. Dan kalau ia menyadari politik Allah, mengetahui adanya sistem politik Allah yang diwahyukan dalam firman Allah, ia pun akan menyadari besarnya hubungan antara penudungan kepala dengan politik Allah

Dalam I Korintus 11:2, 3 termaktub: “Aku memuji kamu, sebab dalam segala sesuatu kamu tetap mengingat akan aku dan teguh berpegang pada ajaran yang kuteruskan kepadamu. Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal .ini; yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah”. Hal ini merupakan masalah politik Allah.

Di sini tidak membicarakan hubungan antara Bapa dan Anak, sebab hubungan itu merupakan hubungan dalam ke-Allahan. Tapi di sini adalah hubungan Allah dengan Kristus. Menurut perkataan manusia zaman sekarang, Kristus adalah wakil Allah. Ditinjau dari aspek jabatan, atau aspek pengaturan dan politik Allah, Allah itu Allah, Kristus itu Kristus, Kristus itu utusan Allah. Yohanes 17:3 menerangkan, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus”. Allah itu Allah, dan Tuhan Yesus itu Kristus yang diutus. Di sini Allah dan Kristus merupakan masalah dalam politik, Allah. Kristus sebenarnya setingkat dengan Allah, tapi Ia rela menjadi Kristus, utusan. Allah menjadi Allah di tempat yang maha tinggi, sedang Kristus diutus untuk melakukan pekerjaan Allah. Ini adalah masalah yang pertama dalam politik Allah.

Apakah tujuan Allah? Allah ingin mengangkat Kristus sebagai Kepala, semua manusia harus taat kepada-Nya. Sebab Dia sebagai sebuah sulung dalam ciptaan, Dia sebagai yang pertama dalam ciptaan, maka Dia menjadi Kepala setiap manusia, dan semua manusia harus tunduk di bawah-Nya. Dalam politik Allah hal ini pun merupakan prinsip yang asasi. Kristus adalah Kepala setiap manusia (laki-laki), ini bukan perkara dalam kasih karunia, melainkan dalam politik Allah. Demikian pula, laki-laki adalah kepala perempuan, itu pun politik Allah. Dalam politik-Nya, Allah mengangkat laki-laki menjadi kepala, sama halnya dengan Ia mengangkat Kristus menjadi Kepala, dan mengangkat diri-Nya sendiri menjadi Kepala. Semuanya itu adalah masalah sistem keseluruhannya.

Di sini Allah sendiri menjadi Kepala, Allah lalu mengangkat Kristus menjadi Kepala, dan mengangkat laki-laki menjadi kepala pula. Ini  merupakan tiga prinsip besar dalam politik Allah.

Allah sebagai Kepala Kristus, ini bukan soal Ia lebih besar daripada Kristus, melainkan dalam politik Allah, Ialah Kepala Kristus. Kemudian dalam politik Allah, Kristus adalah Kepala setiap orang laki-laki, dan laki-laki adalah’ kepala perempuan. Itulah yang Allah dirikan dan tetapkan.

Filipi pasal 2 cukup jelas. Pada sifat asasi-Nya, Tuhan Yesus memang setingkat dengan Allah. Tetapi dalam politik Allah, Ia adalah Kristus. Karena Ia sebagai Kristus maka Allah menjadi Kepala-Nya. Karenanya dalam Injil Yohanes Tuhan mengakui bahwa segala yang Ia lakukan menurut apa yang Bapa lakukan (Yoh. 5:19). “Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku” (Yoh. 6:38). Aku hanyalah Kristus yang diutus. Aku tidak berani berkata-kata menurut kemauan sendiri, melainkan menurut apa yang kudengar daripada-Nya. Aku tidak berani berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku baru berbuat setelah melihat Bapa berbuat (Yoh. 8:26, 28). Tuhan Yesus berada dalam pengaturan politik Allah. Ketetapan Allah ialah: Allah itu Allah, Dia adalah Kristus, maka Kristus wajib menurut perkataan Allah. Walau Allah Putra tak perlu menurut perkataan Allah Bapa, sebab ditinjau dari segi personalitas asasinya, Allah Putra sama besar-kecilnya dengan Allah Bapa, baik pada tingkatan maupun kehormatan. Akan tetapi, dalam politik Allah, Ia tidak berada di atas posisi Allah Putra, melainkan di atas posisi Kristus yang menjadi utusan.

Pada suatu hari kelak manusia akan mengenal politik Allah. Umat manusia di seluruh dunia akan mengetahui bahwa Kristus adalah Kepala mereka. Itulah ketetapan_ politik Allah. Hari ini hanya gereja yang mengetahui Kristus menjadi Kepala setiap manusia, sedangkan orang-orang dunia tidak tahu. Tetapi, pada suatu hari kelak, manusia di seluruh dunia akan mengetahui bahwa Kristus itulah Kepala, Dialah yang pertama dalam segala yang diciptakan. Dialah yang sulung dari segala yang diciptakan, seluruh manusia yang tercipta harus tunduk di bawah wewenang Kristus. Demikian pula, Allah menetapkan laki-laki menjadi kepala perempuan, hal ini pun baru diketahui di dalam gereja. Sudahkah kalian nampak hal ini? Hari ini hanya gerejalah yang tahu bahwa Kristus itu Kepala setiap manusia, dan hanya gereja yang tahu bahwa laki-laki adalah kepala perempuan.

Kita telah nampak bahwa kasih karunia tak dapat menggulingkan politik Allah. Saya kira pelajaran yang kita pelajari kian lama kian jelas. Kasih karunia ialah untuk menopang politik Allah, bukan merusak politik Allah. Tak seorang pun boleh menjadi bebal sedemikian rupa sehingga ingin memperalat kasih karunia Allah untuk melanggar politik-Nya. Politik Allah sekali-kali tak dapat dilanggar! Tangan Allah senantiasa mempertahankan politik-Nya. Hari ini tidak seorang pun boleh melawan wewenang ayahnya dengan alasan, ia sudah percaya kepada Tuhan; atau melawan wewenang tuannya, atau melawan wewenang pemerintah. Hari ini tidak seorang pun boleh berkata, “Saya orang Kristen, maka saya tak perlu membayar pajak”. Tidak ada hal yang demikian! Semakin anda menjadi orang Kristen, anda harus semakin mempertahankan politik Allah.

Hari ini kita wajib mempertahankan kesaksian Allah di dalam dunia ini. Karenanya di sini Tuhan memperlihatkan kepada kita adanya tiga jenis kepala yang berbeda-beda: Allah itu Kepala, Kristus itu Kepala, dan laki-laki pun kepala. Di sini sama sekali bukan masalah saudara saudari, bukan masalah dalam kasih karunia, melainkan dalam politik. Kalau dalam kasih karunia membicarakan relasi antara saudara dan saudari, tapi dalam politik Allah ada ketentuan yang lain. Inilah kehendak dan maksud Allah yang bersifat independen. Allah menetapkan diri-Nya sebagai Kepala, dan Kristus sebagai pentaat-Nya; Allah pun menetapkan Kristus sebagai Kepala, dan setiap manusia sebagai pentaat-Nya; dan Allah pun menetapkan laki-laki menjadi – Kepala, dan perempuan harus mengenakan tanda ketaatan — penudungan kepala.

V. MAKNA PENUDUNGAN KEPALA

I Kor. 11:4-5, ‘Maka tiap laki-laki yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang bertudung, menghina kepalanya. ‘Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya”. Dengan ayat in! kita akan mengetahui apa makna penudungan kepala itu.

Makna penudungan kepala ialah: Saya tunduk di bawah politik Allah, saya menerima kedudukan itu. Saya sekali-kali tidak berani berkata sebab saya telah menerima kasih karunia, maka saya boleh menghapus politik Allah. hal itu bahkan saya pikirkan pun tidak berani; malahan saya harus menerima hal tersebut. Bagaimana Kristus menerima Allah sebagai Kepala-Nya, setiap’laki-laki pun menerima Kristus sebagai Kepala. Demikian pula, pada aspek perwakilan, perempuan pun menerima laki-laki sebagai kepalanya. Jadi; penudungan kepala berarti: seolah-olah -saya tidak berkepala, saya menaungi kepala.

Kalian harus ingat, pada pelaksanaannya memang perempuan yang menudungi kepala, tapi pada hakekatnya Kristus di hadapan Allah juga menudungi kepala, dan setiap laki-laki di hadapan Kristus juga menudungi kepala. Hanya saja, dalam pelaksanaannya, Allah hanya menyuruh perempuan di hadapan laki-laki menudungi kepalanya. Ini sungguh suatu hal yang ganjil! Tapi justru ini merupakan prinsip yang sangat dalam, yang sangat besar sangkut pautnya, dan ini sekali-kali bukan perkara yang sepele.

Saya sering merasa ada sementara saudara dan saudari yang sama sekali tidak dapat menerima masalah penudungan kepala, sebab mereka sama sekali tak mengetahui politik Allah. Kecuali anda mengetahui politik Allah barulah anda dapat memahami kebenaran penudungan kepala. Soalnya, karena Kristus di hadapan Allah menudungi Kepala-Nya, maka saya pun wajib menudungi kepala di hadapan Allah. Saya menudungi kepala sehingga kepala saya tidak kelihatan dan tidak tertampil. Allahlah kepala saya. Pada hakekatnya, Allah _menghendaki setiap orang menudungi bagian kepalanya. Kristus itulah Kepala saya, maka kepala saya sendiri tidak boleh ditonjolkan, dan tidak boleh kelihatan.

Dalam kesempatan ini saya ingin berkata kepada setiap wanita Kristen: Allah telah menetapkan laki-laki menjadi kepala kalian. Pada zaman di mana manusia tak mengenal wewenang Allah seperti pada hari ini, maka hanya di. dalam gerejalah Tuhan meminta supaya penudungan kepala itu dipraktekkan. Karenanya masalah ini adalah masalah kita mau menjadi orang Kristen atau tidak. Di dalam gereja, Allah menuntut agar setiap orang Kristen menerima sistem yang ditetapkan Allah dalam politik-Nya.

VI. KEWAJIBAN PARA SAUDARI

Jadi penudungan kepala yang dipraktekkan para saudari berarti mereka berdiri di atas kedudukan Kristus di hadapan Allah, dan di atas kedudukan laki-laki di hadapan Kristus. Allah menyuruh setiap perempuan menudungi kepala dengan maksud supaya politik-Nya terekspresi di atas bumi ini. Hanya perempuanlah yang diharuskan melakukan penudungan kepala. Penudungan kepala bukan hanya untuk perempuan itu sendiri, tetapi juga untuk pengwakilan. ‘Banyak perkara yang dilakukan untuk diri sendiri, tapi banyak pula yang dilakukan untuk pengwakilan. Untuk diri sendiri, sebab saya adalah seorang perempuan, sedang untuk pengwakilan sebab saya mewakili laki-laki dan mewakili Kristus pula.. Kalau ‘ hadapan saya mewakili lakilaki, maka di hadapan Allah saya mewakili Kristus. Karena itu, para saudari’ menudungi kepalanya di hadapan Allah, itu sama dengan Kristus menudungi kepala-Nya di hadapan Allah. Dan para saudari menudungi kepala di hadapan Kristus, itu sama dengan laki-laki menudungi kepalanya di hadapan Kristus.

Di hadapan Kristus semua manusia seharusnya tidak berkepala, menutupi kepala, dan membiarkan Kristus menjadi Kepala. Jika kita di hadapan Kristus tidak menudungi kepala, itu berarti mempunyai dua kepala. Kalau ada dua kepala, bagaimanapun juga yang satu harus ditutupi. Kalau Allah dan Kristus ada di sini, maka satu kepala harus ditudungi. Demikian pula, kalau laki-laki dan perempuan ada di sini, maka satu kepala harus ditudungi. Dan kalau Kristus dan laki-laki ada di sini, satu kepala harus ditudungi pula. Jika yang satu tidak menudungi kepala, berarti ada dua kepala. Dalam politik Allah tidak boleh ada dua kepala. Jika Allah sebagai Kepala, maka Kristus tak dapat menjadi kepala; jika Kristus sebagai Kepala, maka laki-laki tak dapat menjadi kepala; dan jika laki-laki sebagai kepala, maka perempuan tak dapat menjadi kepala.

Allah menetapkan para saudari sebagai wakil, maka para saudari diwajibkan mengenakan tanda ketaatan di atas kepalanya, yaitu memanifestasikan sistem politik Allah. Allah dengan khusus menuntut satu perkara ini; yakni ketika seorang perempuan berdoa atau bernubuat, haruslah ia menudungi kepalanya. Pada waktu mereka datang ke hadapan, Allah, mereka harus menyadari politik Allah. Ketika mereka berkhotbah atau berdoa bagi Allah di hadapan manusia, atau pergi untuk Allah, atau datang ke hadapan Allah, semua yang bertalian dengan Allah, harus menudungi kepalanya. Perbuatan ini tak lain bermaksud memanifestasikan politik Allah.

Kaum pria tak diperbolehkan menudungi kepala. Jika laki-laki menudungi kepala di hadapan perempuan, itu berarti ia menghina kepalanya sendiri. Sebab laki-laki mewakili Kristus. Kalau laki-laki menudungi kepala, itu malah berarti ia mengakui setiap orang (laki-laki) tidak seharusnya menudungi kepala di hadapan Kristus. Kristus malah menudungi kepala di hadapan setiap laki-laki.

VII. HARUS MENGENAKAN TANDA MENTAATI WEWENANG KARENA MALAIKAT

Ayat 6, “Sebab jika perempuan tidak mau menudungi kepalanya, maka haruslah ia juga menggunting rambutnya. Tetapi jika bagi perempuan adalah penghinaan, bahwa rambutnya digunting atau dicukur, maka haruslah ia menudungi kepalanya”. Dengan kata lain, dalam hal ini Allah menghendaki para saudari, bersikap tuntas.

Tak seorang pun yang boleh tidak menudungi kepala, dan meninggalkan rambutnya di kepala; jika perempuan tidak menudungi kepala, haruslah ia menggunting atau mencukur rambutnya. Tetapi, jika anda merasa menggunting atau mencukur rambut adalah suatu kehinaan, maka haruslah anda menudungi kepala anda. Itulah maksud Paulus. Jika perempuan tidak menudungi kepalanya, haruslah ia menggunting atau mencukur rambutnya. Pokoknya kita harus bersikap tegas dan tuntas, jangan kepalang tanggung.

Ayat 7, “Sebab laki-laki tidak perlu menudungi kepalanya; ia menyinarkan gambaran dan kemuliaan Allah”. Karena laki-laki mewakili gambar dan kemuliaan Allah, maka tidak seharusnya laki-laki menudungi kepalanya. “Tetapi perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki”, maka dari itu perempuan harus menudungi kepalanya. Kalau perempuan tidak menudungi kepalanya, tak dapatlah ia menyatakan laki-Laki sebagai kepala.

Ayat 8 dan 9 sangat gamblang, dan semua itu menyangkut politik ‘Allah. Karenanya saya mengatakan, jika kalian tidak tahu masalah politik Allah, anda tak usah membaca I Korintus 11, “Pada mulanya laki-laki tidak berasal dari perempuan”. Itulah perbuatan Allah. Pada saat penciptaan, laki-laki bukan berasal dari perempuan; malahan perempuan berasal dari sebuah tulang iga laki-laki. Di sini anda nampak bahwa Adam itulah kepala, bukan Hawa. “Dan laki-laki tidak diciptakan karena perempuan, tetapi perempuan diciptakan karena laki-laki”. Jadi demi penciptaan pun harus ditaati.

Ayat 10, “Sebab itu, perempuan harus memakai tanda wibawa (wewenang) di kepalanya oleh karena para malaikat”. Alkitab tidak menetapkan harus menudungi kepala dengan apa; hanya mengatakan harus menudungi kepala, yaitu menudungi kepala yang ada rambutnya. Mengapa harus berbuat demikian? “Oleh karena para malaikat”, itulah alasannya.

Saya sering merasa ini sungguh suatu ajaran yang sangat ajaib. Adanya tanda wibawa :(wewenang) di atas kepala para saudari itu adalah karena para malikat. Kita semua hafal sejarah kedosaan yang dilakukan malaikat. Setan adalah pemberontak. Bagaimana setan bisa memberontak? Sebab ia ingin meninggikan dirinya hingga setaraf dengan Allah. Kitab Yesaya 14 mengatakan bahwa ia ingin meninggikan dirinya sendiri, ingin naik ke atas sorga supaya dapat setingkat dengan Allah. Dengan kata lain, malaikat telah menonjolkan kepalanya di hadapan Allah, ia tidak tunduk di bawah wewenang Allah. Dalam Yesaya 14 setan terus mengatakan, aku ingin, aku ingin, aku ingin naik ke atas sorga, aku ingin mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah. Aku ingin duduk di atas bukit pertemuan, aku ingin naik mengatasi ketinggian awan-awan, ingin menyamai Yang Maha Tinggi! (ay. 13-14). Setan justru ingin melakukan hal-hal yang demikian. Itulah asal usul kejatuhan penghulu malaikat. Kitab Wahyu 12 menunjukkan ketika setan jauh ia telah menyeret sepertiga malaikat lainnya bersama-sama dengannya (ay. 4). Ia tidak tunduk di bawah wewenang sang Kepala di hadapan Allah, melainkan ia sendiri ingin menjadi kepala. Itulah kejatuhan malaikat!

Hari ini, tanda wibawa yang dikenakan di atas kepala wanita ditujukan kepada para malaikat. Dan hari ini hanya dalam gereja baru terdapat tanda wibawa itu di atas kepala para saudari. Itu berarti, “Saya menudungi kepala saya, saya tak berkepala, saya tidak menjadi kepala. Kepala saya tidak tampil keluar, saya menerima laki-laki sebagai kepala, yaitu menerima Kristus sebagai kepala, dan saya menerima Allah sebagai Kepala”. Akan tetapi, para malaikat telah memberontak. Itulah artinya “oleh karena para malaikat”.

Saya mengenakan tanda mentaati wewenang di atas kepala saya. Saya adalah seorang yang menudungi kepala. Hal ini merupakan satu kesaksian yang paling baik terhadap para malaikat yang telah jatuh; maka tak heranlah kalau setan selalu menentang masalah penudungan kepala. Sebab hal ini merupakan suatu penghinaan terhadapnya. Kita telah melakukan perkara yang tidak ia lakukan di hadapan Allah. Dan Allah di dalam gereja telah memperoleh apa yang tidak ia peroleh di antara para malaikat. Ada sebagian malaikat yang tidak tunduk di bawah wewenang Allah dan Kristus, sehingga seluruh dunia menjadi kacau balau. 1Vlasalah kejatuhan malaikat, kejatuhan setan, lebih gawat daripada kejatuhan umat manusia. Tetapi apa yang tidak dapat Allah peroleh atas para malaikat, telah diperoleh-Nya di dalam gereja. Puji Tuhan!

Dalam gereja banyak saudari yang berdiri di atas posisi perempuan untuk belajar menudungi kepala. Di sini ada satu kalimat yang tidak dan tidak usah diucapkan, yaitu ia menyatakan satu kesaksian kepada para malaikat di sor­ga bahwa di dalam gereja Allah telah memperoleh apa yang ingin la peroleh. Itulah sebabnya perempuan harus mengenakan tanda mentaati wewenang di atas kepalanya oleh karena Para malaikat

VIII. JANGAN EKSTRIM

Namun dalam hal ini mungkin ada yang bertindak ekstrim, yaitu mengira laki-laki sebagai kepala, maka perempuan harus mentaati wewenang laki-laki. Jika demikian halnya, dalam segala perkara perempuan harus berada pada posisi taat secara membabi buta, dan mereka akan kehilangan kegunaannya. Ini merupakan sikap yang ekstrim. Oleh sebab itu, ‘ Paulus mengatakan bahwa masalahnya tidak sesederhana itu. “Namun demikian” itu hanya merupakan kesaksian pada lahiriahnya. Memang kesaksian luarannya begitu, tapi bagaimanakah aspek dalamnya? Ayat 11 menerangkan, ‘Namun, demikian ‘dalam Tuhan  tidak ada perempuan tanpa laki-laki, dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan. Sebab . . . “. Ada yang bertanya: Apa artinya tidak ada perempuan tanpa laki, dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan? Paulus kemudian menjelaskan: “Sebab sama seperti perempuan berasal dari laki- laki, demikian pula laki-laki dilahirkan oleh perempuan”.

Di taman Eden, perempuan berasal dari laki-laki. Hari ini, setelah taman Eden, laki-laki harus dilahirkan oleh perempuan. Tiada seorang laki-laki yang bukan dilahirkan oleh perempuan. Pada hakekatnya, tidak ada laki-laki tanpa perempuan, dan tidak ada perempuan tanpa laki-laki. Laki-laki tak dapat mengatakan dirinya mempunyai keistimewaan, demikian pula perempuan. “Segala sesuatu berasal dari Allah”. Penudungan kepala hanya menuntut kalian untuk mengenakan satu tanda ketaatan kepada wewenang di atas kepala kalian. Pokoknya segala sesuatu berasal dari Allah. Pada hakekatnya, laki-laki dilahirkan dari perempuan, sedang perempuan berasal dari laki-laki. Tak seorang pun yang dapat menyombongkan diri, dan tak seorang pun yang harus meremehkan diri.

Ayat 13: “Pertimbangkanlah sendiri: Patutkah perempuan berdoa kepada Allah dengan kepala yang tidak bertudung?” Di sini Paulus bertanya kepada kita, khususnya kepada para saudari: Setelah kalian mendengar perkataan-perkataan ini, setelah kalian mengetahui politik Allah, setelah kalian mengetahui bahwa Allah adalah kepala Kristus, Kristus adalah kepala tiap-tiap lelaki, laki-laki adalah kepala perempuan, dan setelah kalian mengetahui bahwa; Allah menetapkan perempuan sebagai wakil tiap lelaki, dan perempuan mewakili Kristus di hadapan Allah, maka kalian harus mempertimbangkan sendiri, patutkah perempuan berdoa kepada Allah dengan kepala yang tidak bertudung?.

Ayat 14: “Bukankah alam sendiri menyatakan kepadamu, bahwa adalah kehinaan bagi laki-laki, jika ia berambut panjang”. Di sini Paulus memutuskan perkara ini dengan perasaan gereja: Perhatikan: Bukankah alam (watak) sendiri menyatakan kepadamu”. Ayat 15: “Tetapi bahwa adalah kehormatan bagi perempuan, jika ia berambut panjang? Sebab rambut diberikan kepada perempuan untuk menjadi penudung”.

Perempuan-perempuan di seluruh dunia semuanya mengindahkan. dan menghargai rambutnya sendiri. ‘Rambut merupakan kemuliaan mereka, dan perempuan justru senang memelihara rambutnya di. atas kepala. Saya tak pernah melihat perempuan membuang-buang rambutnya dengan mudah ke tempat sampah. Rambut adalah kemuliaan perempuan dan yang dihargainya. Dengan perkataan lain, Allah khusus memberikan rambut panjang kepada perempuan untuk menudungi kepalanya.

Di sini saya ingin menunjukkan dua perkara: Allah memberikan rambut panjang kepada perempuan untuk menudungi kepalanya. Paulus mengatakan, karena Allah menghendaki kita tertudung, maka perempuan harus menambahkan penudung kepala di atas tudungannya itu. Kalau Allah memberi anda rambut panjang untuk menudungi kepala anda, maka anda pun harus menutupinya dengan benda penudung buatan manusia. Ayat 15 harus digabungkan dengan ayat 6. Ayat 6 mengatakan, ‘ jika perempuan tidak mau menudungi kepalanya, maka haruslah ia juga menggunting rambutnya. Tetapi jika bagi perempuan adalah penghinaan, bahwa rambutnya digunting atau dicukur, maka haruslah ia menudungi kepalanya”. Ayat 15, “Tetapi bahwa kehormatan bagi perempuan, jika ia berambut panjang. Sebab rambut diberikan kepada perempuan untuk menjadi penudung”; Kalau kedua ayat tersebut kita baca bersama, maka kita akan sangat jelas. Allah telah menudungi kepala perempuan dengan rambut, maka para penerima wewenang Allah haruslah menudungi lagi kepala mereka dengan suatu benda. Jika tidak, lebih baik anda menggunting atau mencukur saja rambut pemberian Allah itu. Dengan kata lain, jika anda menerima milik Allah, anda harus menambahkan dengan milik anda. Jika anda tidak menerima milik Allah, anda harus menghapus apa yang Allah berikan kepada anda. Alkitab tidak mengatakan harus memelihara rambut panjang, tetapi berambut panjang tidak cukup, melainkan harus ditambah lagi dengan penudung kepala.

Hari ini orang tidak mentaati dua perintah Alkitab ini. Andaikata seorang saudari tidak menudungi kepala, melainkan ia menggunduli kepalanya, itu pun berarti ia mentaati perkataan Alkitab. Tapi hari ini kedua-duanya tidak dilakukan orang; tidak mencukur rambut, pun tidak menudungi kepalanya. Ayat 6. mengatakan, jika tidak menudungi kepala haruslah mencukur rambut; jika tidak mencukur rambut, haruslah menudungi kepala. Ayat 15 menunjukkan, kalau Allah telah menudungi saya, maka saya sendiri pun harus mengenakan sebuah penudung lagi.

Bagaimanakah menjadi pentaat-pentaat Allah? Kalau Allah telah menudungi saya, saya sendiri pun harus menudungi lagi kepala saya. Jadi, orang yang mengenal Allah selalu menambahkan miliknya sendiri di atas perkara yang telah Allah lakukan. Kalian harus menuruti jalan itu, bukan berlawanan dengan jalan itu.

IX. TIDAK ADA PERBANTAHAN

~ Ayat 16: “Tetapi jika ada orang yang mau membantah, kami maupun Jemaat-jemaat Allah tidak mempunyai kebiasaan yang demikian”. Saya kira perkataan Paulus ini sangat berat. Paulus sangat mengenal orang-orang Korintus. Orang-orang Korintus tidak saja tinggal di Korintus, juga tinggal di banyak tempat! Orang-orang Korintus pun tinggal di gereja di mana anda berada.

Paulus mengatakan, “Jika ada orang yang mau membantah”. Apakah yang mau dibantah? Dari ayat 1 sampai 15 membicarakan masalah penudungan kepala, maka yang mau dibantah orang ialah masalah penudungan kepala. Tapi di sini Paulus mengatakan, kelirulah jika ada orang mau membantah masalah penudungan kepala. Sebab masalah penudungan kepala tidak dapat diperbantahkan dengan sembarangan.

Banyak orang ingin membantah, mereka mengatakan perempuan tidak perlu – menudungi kepala. . Seolah-olah Allah menjadi Kepala- Kristus tidak berlaku secara universal, melainkan hanya berlaku di Korintus. Demikian pula Kristus menjadi Kepala tiap-tiap lelaki, dan laki-laki menjadi kepala perempuan. Akan tetapi puji Tuhan, menjadi orang Kristen adalah masalah universal, bukan masalah Korintus. Puji Tuhan, Kristus menjadi Kepala tiap laki-laki, Allah menjadi Kepala Kristus, dan laki-laki menjadi kepala perempuan. Ini semuanya merupakan masalah universal, bukan masalah Korintus.

Kalau ada saudari-saudari mengira tidak perlu menudungi kepalanya, dan karenanya mereka menentang perkataan dan ketetapan yang Paulus terima dan yang disampaikan kepada mereka, bagaimanakah kata Paulus? Paulus berkata, “kami . . . tidak mempunyai kebiasaan atau peraturan yang demikian”. “Kita” di sini ditujukan kepada Paulus sendiri dengan para rasul. Di antara para rasul tidak terdapat kebiasaan yang demikian, yaitu tidak ada saudari yang tidak menudungi kepala. “Jika ada orang yang mau membantah, kami tidak mempunyai kebiasaan yang demikian”. Anda tidak beralasan untuk membantah hal ini. Jika ada orang mau membantah lagi, Gereja-gereja Allah” pun tidak ada kebiasaan yang demikian. Ini berarti masalah penudungan kepala tak dapat dibantah.

Di sini Paulus menunjukkan kepada kita bagaimana kebiasaan gereja-gereja Allah pada masa itu. Menurut adat istiadat orang Yahudi waktu itu, jika mereka memasuki Sinagoge haruslah menudungi kepala, baik laki-laki maupun perempuan. Laki dan perempuan sama-sama harus menudungi kepala dengan sehelai kain penudung yang disebut “talis” barulah dapat masuk ke dalam Sinagoge, tanpa penudung tidak diperbolehkan masuk. Tapi menurut adat istiadat orang Yunani waktu itu, (Korintus adalah satu kota di Yunani) ketika laki-laki maupun perempuan masuk ke kuil mereka, semuanya tanpa penudung kepala, yakni menampilkan kepala. Pada zaman Paulus tiada satu bangsa atau negara di dunia ini yang para lelakinya tidak menudungi kepala dan para perempuannya harus menudungi kepala: Jadi pada waktu itu orang Yahudi seluruhnya (laki-laki dan perempuan) harus menudungi kepala, dan orang kafir sama sekali tidak menudungi kepala, tetapi anak-anak Allah, laki-laki tidak menudungi kepala, perempuan harus menudungi kepala.

Oleh sebab itu, ketetapan laki-laki tidak menudungi kepala dan perempuan harus menudungi kepala merupakan sebuah perintah unik yang diberikan para rasul Allah kepada anak-anak-Nya. Kebiasaan ini dimiliki oleh gereja- gereja Allah secara unik. Dan kebiasaan ini tidak sama dengan kebiasaan orang Yahudi maupun kafir; ini adalah kebiasaan unik yang dimiliki gereja. Karena kebiasaan ini sebagai perintah para rasul, maka ialah yang baru dan yang ilahi.

Semua rasul percaya bahwa perempuan harus menudungi kepala. Jika ada seorang rasul tidak percaya bahwa perempuan harus menudungi kepala, ia bukanlah di tengah-tengah kita, ia pasti di luar kita. Tiadalah kebiasaan itu di antara kita. Kalau ada gereja yang tidak percaya, Paulus mengatakan bahwa gereja-gereja Allah pun tidak ada kebiasaan yang demikian. Seluruh gereja tidak ada kebiasaan yang demikian. Setiap gereja lokal yang dilalui para rasul tidak ada kebiasaan yang demikian. Sampai -di sini Paulus tidak lagi membicarakan alasan. Alasan Paulus dibicarakan sampai pada ayat 15 saja. Pada ayat 16 beliau tidak lagi membicarakan alasan. Jika ada orang yang mau membantah, Paulus berkata, tidak ada seorang rasul yang menyetujui opini anda. Anda di luar rasul, dan di luar gereja. Semua  rasul dan semua gereja percaya hal ini, maka anda tak dapat membantahnya.

Oleh sebab itu, kita harus membiarkan para saudari menudungi kepala ketika mereka mengikuti sidang, yaitu ketika berkhotbah dan berdoa. Mengapa harus demikian? Sebab hal ini bermaksud menyatakan bahwa Allah di dalam gereja ingin memperoleh apa yang tidak dapat Ia peroleh di dunia, dan menyatakan bahwa Allah ingin memperoleh apa yang tak dapat Ia peroleh di dalam alam semesta. Apa yang tak dapat Ia peroleh di antara malaikat, dan di dunia, kini telah diperoleh-Nya di dalam gereja. Karenanya, para saudari wajib mengetahui hal ini. Kata-kata dalam ayat 3 merupakan satu ajaran yang gamblang. Allah Kepala Kristus, Kristus Kepala tiap laki-laki, dan laki-laki kepala perempuan. Karenanya perempuan harus menudungi kepala. Itulah ajaran pokok dari seluruh bagian Alkitab ini.

X. PRINSIP PENGWAKILAN

Ada sebuah prinsip yang sangat besar dalam Alkitab, yakni prinsip pengwakilan. Perkataan ini pernah saya singgung, sekarang akan saya ulangi di sini.

Sebagai orang Kristen, kita memiliki dua prinsip yang berbeda: pertama ialah apa yang kita lakukan di hadapan Allah berdasarkan prinsip . pribadi; kedua ialah apa yang kita lakukan di hadapan Allah menurut prinsip pengwakilan. Kita menjadi seorang Kristen di hadapan Allah tidak secara pribadi saja, tapi juga secara pengwakilan. Kalau tidak salah, kelak ketika kita dihakimi, kita tidak saja dihakimi berdasarkan pribadi kita, tetapi juga dihakimi berdasarkan pengwakilan kita itu.

1. Contoh – sebagai Tuan

Misalkan di sini ada seorang tuan yang mempunyai beberapa pembantu rumah tangga. Tuan ini adalah seorang saudara, tapi ia memperlakukan pembantu-pembantunya sangat tidak adil, kejam, dan tanpa aturan. Ketahuilah, bahwa kelak perlakuannya yang tidak benar itu akan dihakimi di hadapan Allah. Tetapi bukan itu : saja, ia masih harus menerima penghakiman yang kedua. Karena saudara tersebut tidak saja berhubungan dengan membantu-bantunya, ia pun mewakili Tuhan untuk menjadi tuan di hadapan Allah. Karenanya, tiap kali anda menjadi tuan, anda harus pula menjadi -tuan mewakili Tuhan. Bagaimana anda memperlakukan pembantu-pembantu anda, maka perlakuan anda itu juga mewakili Tuhan. Jadi, anda sendiri telah berdosa, anda pun telah mewakili Tuhan melakukan dosa. Anda telah mewakili Tuhan dengan keliru. Jika saya tidak salah, saya akan berkata, kelak ketika anda menerima hukuman di hadapan Allah, anda tidak saja akan dihukum karena pribadi anda sendiri, anda pun akan dihukum karena mewakili Tuhan dengan keliru.

2. Contoh sebagai Hamba

Misalkan saya tidak menjadi tuan, tapi hamba. Ketika saya sebagai hamba, saya mencuri, malas, berdusta, hanya melayani di hadapan muka, dan menipu tuan saya. Jelas saya telah melakukan dosa-dosa tersebut, dan perbuatan dosa itu harus menerima hukuman. Namun masalahnya tidak begitu saja. Karena saya hamba, saya pun mewakili semua hamba untuk mentaati Tuan saya yang di sorga. Jika saya melayani di hadapan manusia, saya boleh menipu, mencuri, dan malas. Tetapi setiap kali Alkitab menyinggung soal hamba, selalu disebut bahwa kita masih ada satu Tuan di sorga. Oleh sebab itu, anda tidak saja menjadi hamba di sini, anda pun mewakili semua hamba. Anda tidak saja menjadi hamba secara pribadi, tetapi juga mewakili semua hamba di bumi ini. Ini merupakan hubungan yang lain.

3. Contoh Musa

Ketika bani Israel mencobai Allah di Meriba, Musa menjadi murka di hadapan bani Israel dan memukul bukit karang dua kali dengan tongkatnya, sehingga ia segera, ditegur Allah. Musa murka, itu kesalahan Musa sendiri. Jika Musa berdiri di atas kedudukan pribadinya atau sebagai pemimpin orang Israel, mungkin ia masih dapat diampuni. Musa pernah sekali murka, lebih hebat dari kali ini. Ketika itu orang Israel menyembah pada patung lembu emas, karena itulah Musa menghancurkan kedua loh hukum yang ditulis oleh tangan Allah sendiri (Kel. 32:19). Tetapi pada waktu itu Allah tidak menegornya. Sebab murkanya kali itu malah mewakili murka Allah. Kali itu Musa mewakili Allah untuk memurkai bani Israel, dan pengwakilannya kali itu adalah benar. Tetapi kali ini Musa murka dan memukul bukit karang dua kali. Bagaimana kata Allah? Allah berkata: Kau tidak menghormati kekudusan-Ku di hadapan bani Israel. Dengan perkataan lain, kau tidak memisahkan Aku, kau telah mewakili Aku secara keliru. Bani Israel mengira Allah yang murka, padahal Allah tidak murka.

A. Kedudukan Pribadi dan Kedudukan Wakil

Karena itu, dosa pribadi satu perkara, dan dosa pengwakilan  itu perkara yang lain. Hari ini kita telah membaca ayat 3, setiap saudari, setiap perempuan, (perempuan yang demikian tak dapat ditemukan di dalam dunia), harus nampak bahwa saya mempunyai kedudukan pribadi, saya pun mempunyai kedudukan pengwakilan. Allah Kepala Kristus, Kristus Kepala tiap laki-laki, dan laki-laki kepala perempuan. Karena itulah perempuan harus menudungi kepala. Perempuan harus menyadari bahwa di atasnya masih mewakili orang lain, setidak-tidaknya mewakili pribadinya sendiri.

B. Menudungi Kepala Secara Pribadi dan Menudungi Kepala Secara Pengwakilan

Ketika para saudari berkhotbah atau berdoa sambil menudungi kepala, itu berarti mereka di hadapan Allah memaklumatkan bahwa manusia di seluruh dunia tiada satu pun yang boleh menampilkan kepalanya; barangsiapa pun tidak boleh menonjolkan kepalanya di hadapan Allah. Tak seorang pun yang boleh menjadi kepala di hadapan Kristus. Tak seorang pun yang boleh mengeluarkan pendapat atau opininya di hadapan Kristus. Semua orang di hadapan Kristus haruslah menudungi kepalanya sendiri; semua pendapat dan opini sendiri harus ditudungi, dan harus berkata kepada Tuhan, “Tuhan, Dikaulah Kepalaku!” Anda pribadi menudungi kepala, kedudukan pengwakilan anda pun menudungi kepala. Anda sebagai wakil dalam alam semesta ini. Para saudari di sini mempermaklumkan kepada dunia bagaimana semestinya posisi seluruh manusia di hadapan Allah. Walau penudungan kepala adalah perkara kecil, tetapi ia merupakan kesaksian yang besar!