17 || KONSIKRASI

KONSIKRASI

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

 

 

“Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu”

I Korintus 6:20

“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: Itu adalah ibadahmu yang sejati.”                                                                       

Roma 12:1

 

 Pembacaan Alkitab:

Keluaran 28:1-2,40-41; 29:1-25;

Imamat 8:14-28; Roma 6:13,16,19; 12:1;

 I Korintus 6:19-20; II Korintus 5:14-15

Marilah kita meninjau satu masalah, yaitu masalah konsikrasi umat kristiani.

Bisa tidaknya seseorang berkonsikrasi, dapat dilihat dari baik tidaknya keadaan ia diselamatkan. Bila seseorang percaya kepada Tuhan Yesus dan dengan ini seolah ia telah memberi muka kepada Tuhan, atau seolah telah memberi perlakuan yang istimewa kepada Allah, niscaya percuma kita membicarakan masalah konsikrasi dengannya. Apabila seseorang menganggap dirinya sebagai seorang promotor agama Kristen, dan menganggap dirinya menjadi orang Kristen adalah suatu kebanggaan besar bagi agama Kristen, niscaya juga tidak ada gunanya mengajak orang yang macam ini berbicara tentang pengabdian diri. Sikapnya atas hal percaya sudah keliru dan tidak benar, tidakkah akan mustahil jika ia disuruh mempersembahkan diri? Kita harus tahu, bahwa Tuhan yang bermurah hati kepada kita, Tuhan yang merahmati kita, Tuhan yang mengasihi kita, Tuhan yang menolong kita, karena itulah kita wajib mempersembahkan segalanya kepadaNya.

Ajaran-ajaran tentang konsikrasi dapat ditemukan baik dalam Perjanjian Baru maupun dalam Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Baru, surat Roma pasal 6 dan pasal 12, mengungkapkan perihal konsikrasi. Kata-kata konsikrasi dalam Perjanjian Lama, khususnya ditujukan kepada Harun beserta keluarganya. Kitab Keluaran pasal 28,29 dan kitab Imamat pasal 8, membahas bagaimana Harun bersama sekeluarganya dipersembahkan (Ditahbiskan dalam bahasa aslinya berarti konsikrasi). Meskipun konsikrasi merupakan pengalaman dasar yang pertama atas pelayanan terhadap Allah, namun dalam sabda Allah tak banyak yang menyinggungnya secara langsung. Karena itu, jika ingin memahami apakah konsikrasi itu, perlu melihat dengan jelas firman Alkitab yang disebutkan di atas tadi.

I. DASAR KONSIKRASI

II Korintus 5:14-15 dengan jelas memperlihatkan kepada kita., bahwa kita sebagai anak-anak Allah telah dikuasai (digerakkan) oleh kasih Kristus sehingga kita dapat hidup bagi Dia yang telah mati untuk kita. Kata “menguasai” dalam bahasa aslinya boleh diterjemahkan sebagai “diikat dengan erat.” Jadi, kita ini diikat dengan erat dalam kasih, sehingga kita tak berdaya melarikan diri. Hal ini dapat dirasakan kapan seseorang telah terjamah oleh kasih, sehingga membuatnya tak berdaya lagi. Dia telah mati bagi kita, maka sekarang wajiblah kita hidup bagi Dia. Inilah dasar konsikrasi kita. Oleh kasih Tuhan inilah baru manusia dapat melakukan konsikrasi. Tanpa merasakan kasih Tuhan, manusia tidak mungkin melakukan konsikrasi. Kapan seseorang nampak kasih Tuhan ini, niscaya konsikrasi merupakan akibat yang timbul dengan sendirinya.

Selain berdasarkan kasih Tuhan, konsikrasi juga berdasarkan hak Tuhan. Ini tercantum dalam I Korintus 6:19-20 “Bahwa kamu bukan milik kamu sendiri. Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar.” Tuhan telah membeli kita dengan harga pengorbanan jiwaNya. Jadi kita adalah orang-orang yang telah dibeli oleh Tuhan. Karena kita telah ditebus oleh Tuhan, maka hak milik atas diri kita telah beralih kepada Tuhan. Kita bukan lagi milik kita sendiri, melainkan milik Tuhan. Sebab itu, kita wajib memuliakan Allah dengan tubuh kita. Dengan harga pencucuran darahNya di atas kayu salib, Tuhan telah menebus kita. Maka berdasarkan hak Tuhan itulah kita sudah seharusnya menjadi milikNya.

Hendaklah kita ketahui dengan sejelas-jelasnya, bahwa kita adalah orang-orang yang telah dibeli oleh Tuhan dengan harga yang paling tinggi. Tuhan membeli kita bukan dengan emas atau perak, tetapi dengan darah-Nya. Dalam hal ini terkandunglah kasih dan hak Tuhan. Oleh karena kasih Tuhan, kita memilih melayani Dia; oleh karena hak Tuhan, kita tak dapat tidak berjalan mengikutiNya. Baik dari segi hak maupun kasih yang timbul dari penebusanNya, semuanya membuat kita mempersembahkan diri kepadaNya. Karena itu, dasar konsikrasi adalah hak juga kasih. Konsikrasi berdasarkan hak Tuhan dan kasih yang melampaui perasaan manusia. Karena dua alasan inilah, mau tak mau kita harus menjadi milik Tuhan.

II. ARTI KONSIKRASI

Hanya tergerak oleh kasih atau hanya mengenal hak yang sah, itu belum berarti sudah melakukan konsikrasi. Kalau kita telah digerakkan oleh kasih Tuhan dan telah menyadari hak Tuhan, maka seharusnyalah kita melaksanakan sesuatu, memenuhi suatu prosedur, yakni menaruh diri kita pada kedudukan yang baru. Karena kita telah digerakkan oleh kasih Tuhan dan telah dibeli oleh Tuhan dengan harga yang mahal, maka wajarlah kita menyisihkan diri dari segala sesuatu sambil menyerahkan diri kita kepada Tuhan. Inilah yang disebut konsikrasi. Inilah yang disebut “ditahbiskan” dalam Perjanjian Lama. “Pentahbisan” berarti menerima jabatan untuk melayani Allah. Jabatan ini kudus. Jadi, konsikrasi berarti menerima jabatan untuk melayani Allah. Pernyataan kita kepada Tuhan ialah, “Ya Tuhan, karena Dikau telah mengasihi hamba, maka hamba kini menyisihkan diri dari segala sesuatu untuk melayani Tuhan saja.”

III. ORANG YANG BERKONSIKRASI

Terlebih dulu mari kita lihat Keluaran 28:1-2;29:1,4,9-10; juga beberapa ayat lagi dari Alkitab.

Setelah membaca ayat-ayat tadi, niscaya kita akan nampak bahwa konsikrasi adalah suatu perkara yang amat khusus. Seluruh umat Israel merupakan satu negara pilihan Allah (Keluaran 19:5-6). Akan tetapi seluruh umat Israel bukan merupakan negara yang berkonsikrasi.

Bani Israel terdiri dari 12 suku, namun bukan setiap suku bisa menerima ‘pentahbisan”. Dari 12 suku itu, Allah hanya memilih suku Lewi (Bilangan. 3:11-13). Di antara suku Lewi, hanya keluarga Harun yang bisa menerima ‘pentahbisan”. Jadi tidak keseluruhan dari bani Israel yang bisa menerima pentahbisan, tidak pula seluruh suku Lewi, melainkan hanya keluarga Harun yang bisa menerima “pentahbisan”. Jadi hanya orang milik keluarga ini yang bisa melakukan konsikrasi. Jikalau bukan orang dalam keluarga ini, ia tidak bisa berkonsikrasi. Hanya orang dalam keluarga Harun yang sebagai imam, baru bisa berkonsikrasi.

Syukur kepada Allah, hari ini kita adalah anggota keluarga ini. Orang yang percaya Tuhan adalah orang dalam keluarga ini. Semua orang yang beroleh karunia keselamatan adalah imam (Wahyu 1:5-6). Allah telah memilih kita untuk dijadikan imam. Dulu, hanya keluarga Harun yang boleh melaksanakan persembahan. Orang lain yang masuk ke dalam tempat persembahan akan dihukum mati (Bilangan 18:7). Ingatlah, hanya imam-imam yang dipilih Allah, dan orang-orang yang termasuk keluarga inilah yang boleh melaksanakan konsikrasi. Hari ini, Allah justru telah memilih kita untuk menjadi imam-imam; kita adalah orang-orang dalam keluarga ini; kita adalah orang-orang yang dapat berkonsikrasi.

Ada satu hal lagi yang wajib kita ketahui, yaitu bukan manusia yang memilih Allah, kemudian melakukan persembahan; melainkan Allah yang memilih manusia dan menghendakinya melakukan persembahan. Barangsiapa yang telah mengesampingkan dirinya untuk melayani Allah, lalu menganggap bahwa dengan ini ia telah memberi prioritas kepada Allah, ia adalah orang yang di luar pintu, bukan orang yang berkonsikrasi. Ketahuilah, bukan anda yang menghargai atau menghormati Allah, lalu melayani Dia; juga bukan anda yang membawakan diri anda untuk melakukan pekerjaan Tuhan, melainkan Allah yang bermurah hati kepada anda sehingga anda diberi bagian dalam pekerjaan Allah. Allahlah yang mengaruniai anda kemuliaan dan keelokan. Alkitab memberitahu kita, bahwa pakaian kudus yang dikenakan imam adalah untuk kemuliaan dan keindahan (Keluaran 28:2). Konsikrasi adalah Allah memberi kemuliaan dan keelokan kepada anda, Allah memilih dan mengijinkan anda melayani Dia. Kita seakan-akan boleh bermegah, bahwa kita memiliki Tuhan yang demikian! Tuhan mempunyai seorang hamba seperti aku ini, apa yang mengherankan? Yang mengherankan justru aku telah memiliki Tuhan yang demikian ini! Kita harus nampak, bahwa konsikrasi berarti kita terpilih. Orang yang dapat melayani Allah adalah orang-orang yang beroleh kehormatan dari Allah. Sekali-kali bukan kita yang meninggikan Allah, seolah-olah kita telah mengorbankan apa-apa bagiNya, atau seolah-olah kita memiliki sesuatu kemuliaan. Konsikrasi adalah Allah mengaruniai kita kemuliaan. Kita wajib berlutut sambil berkata, “Syukur kepada Allah, karena aku mendapat bagian dalam melayani Allah. Betapa banyaknya orang di dunia ini, tetapi aku, orang yang demikian ini bisa beroleh bagian!” Konsikrasi berarti kita yang dijunjung tinggi oleh Allah, sekali-kali bukan kita yang berkorban. Memang kita harus berkorban sebesar-besarnya, tapi dalam konsikrasi tiada rasa korban, melainkan penuh dengan rasa dimuliakan oleh Allah.

IV. CARA KONSIKRASI

Dalam kitab Imamat 8:14-28, mengisahkan seekor lembu jantan, dua ekor domba jantan dan sebakul roti. Lembu jantan untuk korban tebusan dosa, domba jantan yang pertama untuk korban bakaran, sedang domba jantan yang kedua serta roti dalam bakul untuk korban pentahbisan.

1. Korban Tebusan Dosa

Orang yang ingin menerima pentahbisan suci di hadapan Allah, yakni ingin berkonsikrasi kepada Allah, maka persoalan yang pertama ialah tentang penebusan dosa. Ini sudah sepatutnya. Jadi, orang yang berkonsikrasi itu pasti adalah orang yang sudah beroleh selamat, dan telah menjadi milik Tuhan. Penebusan dosa adalah dasar fondasi konsikrasi.

2. Korban Bakaran

Selanjutnya diperlihatkan kepada kita dua ekor domba jantan. Kita perlu membaca dengan teliti kitab Imamat 8:18-28. Kedua domba ini, seekor dijadikan korban bakaran, seekor lainnya dijadikan korban pentahbisan, yang membuat Harun sejak saat itu dapat melayani Allah.

Korban atau persembahan bakaran itu adalah suatu persembahan yang dibakar sampai habis. Daging dari persembahan ini tidak boleh dimakan oleh imam, ia harus dibakar sampai habis. Korban penebusan dosa sekedar menanggulangi dosa kita, sedang korban ba­karan membuat kita diperkenan di hadapan Allah. Penanggulangan dosa di atas salib yang dilakukan Tuhan Yesus bagi kita ditujukan kepada pekerjaanNya sebagai korban tebusan dosa; sedang di atas salib Tuhan membelah tirai dari atas ke bawah ditujukan kepada pekerjaanNya sebagai korban bakaran, yang membawa kita memasuki tempat yang maha kudus. Titik tolak kedua persembahan tersebut adalah sama, namun tujuannya berbeda. Kedua korban itu dimulai dari orang dosa, tetapi korban tebusan dosa berhenti pada penebusan dosa saja, sedang korban bakaran membawa orang dosa ke hadapan Allah dan diperkenan olehNya.

Jadi korban bakaran adalah korban yang menyebabkan orang beroleh perkenan Allah di dalam Putra kesayanganNya. Korban ini lebih maju daripada korban tebusan dosa. Korban bakaran juga berarti Tuhan sebagai bau-bauan wangi yang diperkenan oleh Allah,yang kini kita mempersembahkanNya ke hadapan Allah, sehingga Allah berkenan menerima kita. Kita tidak saja mendapat pengampunan demi korban tebusan dosa, kita pun mendapat perkenan demi Tuhan Yesus.

3. Korban Pentahbisan

Setelah seekor domba jantan itu disembelih, masih perlu menyembelih yang seekor lainnya.

a. Pembubuhan Darah

Apakah yang harus dilakukan setelah domba jantan yang kedua itu disembelih? Pertama-tama, darah domba itu dibubuhkan pada cuping telinga kanan, ibu jari tangan kanan dan jari kaki kanan Harun beserta anak-anaknya. Ini berarti setelah aku diperkenan oleh Allah di dalam Kristus, maka kini aku pun harus mengakui, bahwa darah telah menyisihkan aku bagi Allah —telinga, tangan dan kakiku bagi Allah. Aku wajib berdiri di atas kedudukan di mana telinga, tangan dan kakiku semuanya menjadi milik Allah. Oleh karena penebusan-Nya, maka telingaku baru kupakai untuk mendengar suara Allah; tanganku harus kupakai untuk bekerja bagi Allah; kakiku harus kupakai untuk berjalan bagi Allah. Dengan membubuhkan darah pada cuping telinga kanan, maupun jari tangan kanan dan jari kaki kanan itu, aku menyatakan, telinga, tangan dan kakiku semua telah dibeli dan menjadi milik Tuhan. Sewajarnyalah kita berkata kepada Tuhan, “Ya Tuhan, karena penebusan-Mu, maka sejak kini telinga, tangan dan kakiku semuanya bukan milikku lagi, melainkan milikMu; bahkan seluruh diriku adalah milikMu, bukan milikku.”

Darah adalah pertanda hak dan pertanda kasih. “Harga tunai” dalam I Korintus 6 tak lain ialah darah ini; sedang “kasih” dalam II Korintus 5 juga darah ini. Karena ada darah, ada kasih dan ada hak, maka seluruh diriku bukan lagi milikku. Tuhan telah mengalirkan darahNya, aku harus mengakui hak darah ini atas diriku. Ia mengasihi aku, aku pun wajib mengakui bahwa segenap diriku adalah milikNya.

b. Korban Timangan

Setelah dibubuhi darah, menyusullah korban timangan. Perhatikan, walaupun domba kedua sudah disembelih, darah sudah dibubuhkan pada cuping telinga, jari tangan dan kaki, namun saat itu masih belum terhitung sebagai konsikrasi. Semua itu hanya merupakan dasar konsikrasi. Pembubuhan darah baru berarti mengakui kasih itu dan hak itu, yang memungkinkan kita melakukan konsikrasi; namun konsikrasinya sendiri masih berada di bawahnya.

Setelah domba jantan yang kedua disembelih dan darahnya dibubuhkan, maka diambillah paha kanan domba beserta lemaknya, disamping itu diambilkan pula roti dari dalam bakul, satu roti bundar yang tak beragi, satu roti bundar yang diolah dengan minyak, dan satu roti tipis. Semua benda itu mengibaratkan dua aspek Tuhan Yesus. Paha adalah bagian yang kuat. Paha domba mengibaratkan segala perkara pada aspek keilahian Tuhan. Lemak menunjukkan sesuatu yang tambun dan indah, ini mengacu kepada perkara-perkara pada aspek kemuliaan Allah. Sedang roti mengacu kepada sifat manusiaNya yang paling luhur itu. Dia adalah roti yang tidak beragi, manusia yang sempurna, tanpa cacat dan cela. Dia penuh dengan minyak urapan, penuh dengan Roh Kudus. Sifat, perasaan hati dan indera rohaniNya sangat halus, laksana roti yang tipis; kalau terbentur sedikit saja, segera pecah; Ia penuh dengan perasaan dan simpati. Semua itu ditaruh di tangan Harun untuk ditimang-timang di hadapan Allah, kemudian ditambahkan ke atas korban bakaran serta dibakar habis. Inilah yang disebut konsikrasi.

Di sini perlu ditambahkan sedikit penjelasan. Istilah “ditahbiskan dalam bahasa Ibrani berarti “tangan dipenuhi”. Demikian pula keterangan yang terdapat dalam Alkitab terjemahan D.N. Darby dan dalam Konkordansi Robert Young. Tadinya tangan ini kosong, sekarang dipenuhi sesuatu. Tatkala tangan Harun dipenuhi sebanyak itu, berarti saat itulah ia dipenuhi oleh Tuhan, itulah saat konsikrasi. Jika tangan Harun masih kosong, tiadalah konsikrasi. Namun kapan tangan Harun penuh sehingga tak bisa memegang benda lain kecuali Tuhan, barulah itu disebut konsikrasi.

Jadi, apakah persembahan itu? Yaitu Allah menghendaki Harun sekeluarga menjadi imam yang melayani Dia. Akan tetapi Harun tak boleh datang dengan sembarangan. Dosanya harus ditanggulangi terlebih dulu, dan ia wajib diperkenan di dalam Kristus, bahkan tangannya (tangan menandakan bekerja) harus penuh dengan Kristus. Tiada yang lain kecuali Kristus, sampai saat inilah baru disebut konsikrasi. Jadi, apa konsikrasi? Singkatnya, seperti yang dikatakan oleh Paulus, “Saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” (Roma 12:1).

Anda harus datang ke hadapan Tuhan dan melihat, bahwa seumur hidup anda hanya menempuh satu jalan, yakni melayani Allah. Aku tiada jalan lain kecuali melayani Allah. Demi untuk melayani Allah, aku mempersembahkan segenap tubuhku. Mulai sekarang dan seterusnya, telingaku mendengar untuk Tuhan, tanganku bekerja untuk Tuhan, kakiku berjalan untuk Tuhan. Dua telingaku ini untuk mendengar suara Tuhan, dua tanganku ini hanya menggarap pekerjaan Tuhan, dua kakiku ini hanya menempuh jalan Tuhan. Aku di sini hanya untuk melayani Allah. Aku sembahkan seluruh diri seolah korban persembahan bagiNya. Dan maju selangkah lagi, kedua tanganku penuh dengan Kristus, dan menjunjung tinggi Kristus. Kedua tanganku memperlihatkan Kristus, tindakan inilah yang disebut konsikrasi. Saat inilah Allah memandang itu sebagai konsikrasi. Yang penuh dengan Kristus inilah disebut Allah konsikrasi.

Jadi, konsikrasi itu adalah aku terjamah oleh kasih Tuhan, aku juga nampak hak Tuhan; dan berdasarkan dua faktor itu, aku datang ke hadirat Allah, mohon diperkenankan melayani Dia. Bukan sekedar aku dipanggil oleh Allah, tetapi juga aku sendiri mohon untuk melayani Dia. Aku berkata, “Ya Allah, hamba kini milik-Mu, hamba ini orang belianMu. Dulu hamba mengharapkan di bawah mejaMu, mengharapkan remah-remah roti yang terjatuh, namun sejak saat ini, hamba ingin melayani Tuhan. Hari ini hamba memilih melayani Dikau. Aku telah diperkenan bersandarkan Tuhan, sekarang perbolehkan hamba mohon belas kasihanMu, kiranya oleh karena Tuhan pula, hamba diperkenankan mengambil bagian dalam perkara yang mulia, yaitu melayani Dikau. Tatkala banyak orang diselamatkan, Dikau tak melewatkan hamba, Dikau tak membiarkan hamba, Dikau telah menyelamatkan hamba juga; maka perbolehkanlah hamba mengambil bagian di antara orang-orang yang melayani Dikau, jangan abaikan hamba’.”

Begitulah anda meletakkan diri di hadirat Tuhan, semuanya bagi Kristus. Tindakan penyerahan yang demikian inilah dinamakan konsikrasi. Inilah persembahan seluruh tubuh yang tercantum dalam Roma pasal 12. Roma pasal 6 mencantumkan persembahan anggota tubuh, ini sama seperti pembubuhan darah pada telinga, tangan dan kaki. Roma pasal 12 mengungkapkan persembahan seluruh tubuh, ini sesuai dengan ungkapan yang berbunyi, tangan penuh dengan Kristus. Demikianlah Perjanjian Lama berpaduan dengan Perjanjian Baru.

V. TUJUAN KONSIKRASI

Tujuan konsikrasi bukanlah berkhotbah bagi Allah atau bekerja bagi Allah, melainkan melayani Allah. Jadi, tujuan konsikrasi adalah pelayanan. Istilah konsikrasi menurut bahasa aslinya mengandung makna melayani. Ketahuilah bahwa tujuan konsikrasi ialah melayani Allah. Melayani berarti berbuat menurut kehendakNya; melayani belum tentu selalu sibuk bekerja. Kalau Dia menyuruh berdiri, maka berdirilah. Kalau Dia menyuruh anda berdiri saja di samping, maka berdirilah di samping. Kalau Dia menyuruh anda lari, maka berlarilah, itulah melayani.

Allah menghendaki agar semua orang Kristen mempersembahkan tubuhnya untuk melayani Dia. Belum tentu naik ke atas mimbar, belum tentu menuju ke daerah rawan atau perbatasan untuk menginjil di sana, melainkan melayani Allah. Ada yang ditugaskan Allah ke atas mimbar, maka ia harus ke atas mimbar, tak boleh tidak, Ada yang ditugaskan Allah ke daerah yang rawan atau perbatasan, maka ia wajib ke sana, tak boleh tidak. Seluruh waktu bagi Allah, tapi untuk pekerjaan apa, tidaklah tertentu. Semuanya melayani, namun untuk pekerjaan apa, tidaklah tertentu. Anda wajib belajar melayani Allah, anda mempersembahkan tubuh anda justru untuk menjadi orang yang melayani Allah.

Kecuali kita tak mau menjadi orang Kristen. Kalau menjadi orang Kristen, hendaklah seumur hidup kita melayani Allah. Begitu seseorang melaksanakan konsikrasi, saat itu pula ia perlu nampak, bahwa sejak detik itu dan seterusnya, tuntutan Tuhan yang pertama ialah melayani Allah sebagai jalan yang harus ditempuh sepanjang hidupnya. Semoga Allah merahmati kita,sehingga melihat, bahwa melayani Allah adalah kewajiban kita. Semua orang yang percaya Tuhan hendaklah nampak, bahwa sejak kini mereka harus melayani Allah. Kita perlu dibawa ke suatu tingkat sehingga tercelik, bahwa setelah kita menjadi orang Kristen, maka segalanya tidak boleh sembarangan lagi. Ini bukan berarti kalian tidak perlu bekerja dengan setia, tidak perlu bekerja dengan sungguh-sungguh dan boleh dengan santai pergi ke sana sini. Itu bukan yang aku maksudkan. Kita tetap perlu bekerja dengan setia dan berusaha dengan sungguh-sungguh. Hanya kita perlu tahu di hadapan Allah: seumur hidupku ini berjalan pada jalan melayani Allah, segalanya adalah untuk melaksanakan kehendak Allah, untuk mencari perkenan Allah. Inilah realitas konsikrasi.

Jadi, konsikrasi bukanlah melihat berapa banyak orang memberi sesuatu kepada Allah; konsikrasi adalah kita telah diperkenan di hadirat Allah, dan Allah mengijinkan kita melayani Dia. Konsikrasi adalah khusus bagi orang Kristen, bukan siapa saja boleh. Hanya orang yang telah dirahmati, orang yang telah dimiliki oleh Tuhan, baru bisa melakukan konsikrasi. Konsikrasi berarti, “Ya Tuhan karuniailah hamba kesempatan dan hak istimewa, agar hamba boleh datang ke hadiratMu untuk melayani Dikau.” Konsikrasi juga berarti, “Hamba ini milikMu, ya, Tuhan. Telingaku telah dibeli oleh darah, adalah milik Tuhan. Tanganku telah dibeli oleh darah, adalah milik Tuhan. Kakiku telah dibeli oleh darah, adalah milik Tuhan. Mulai kini dan seterusnya hamba tak bisa memakainya untuk diri sendiri lagi.”

Kita bukan mohon atau meminta orang melakukan konsikrasi, melainkan memberitahu orang, bahwa di sini ada sebuah jalan yang memperbolehkan kita melakukan konsikrasi, ada sebuah jalan yang memperbolehkan kita melayani Allah. Di sini ada jalan memperbolehkan anda melayani TUHAN Penguasa alam semesta. Kita harus jelas, bahwa kita melayani “TUHAN Penguasa alam semesta”. Kalau mengira dengan konsikrasi kita telah mengistimewakan Allah, itu salah besar.

Dalam Perjanjian Lama, Allah dengan sangat jelas menunjukkan, bahwa selain Allah mengijinkan barulah orang bisa menjalani konsikrasi. Dalam Perjanjian Baru juga berkata, berdasarkan rahmat dan kemurahan Allah. Allah demikian mengasihi anda, maka selayaknyalah anda mempersembahkan diri anda. Ini bukan permohonan tetapi hal yang sewajarnya, sudah sepatutnya. Konsikrasi bukanlah persoalan mau atau tidak. Kita bisa berkonsikrasi berarti karunia Allah yang betapa besar. Kiranya kita tercelik, bahwa bisa mendapatkan hak sebagai hamba Allah, itu merupakan kemuliaan yang paling besar dalam seumur hidup kita. Beroleh selamat memang menggembirakan; namun bisa memperoleh bagian di dalam hal melayani Allah, perkara ini betapa besar! Coba pikirkan, siapakah Allah kita itu? Anda perlu nampak kebesaranNya, anda perlu nampak kemuliaanNya, barulah anda paham betapa besar dan mulianya perkara pelayanan ini. Kita diberi karunia sehingga boleh melayani Dia, sungguh besar perkara ini!

12 || JALAN GEREJA

JALAN GEREJA

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

 

 

“Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat

Wahyu 2:7b

 

Pembacaan  Alkitab:
Wahyu 2- 3

I. WAHYU TENTANG JALAN GEREJA

Dalam kitab Wahyu pasal 2 dan 3 tercantum tujuh gereja. Pada waktu Yohanes menulis kitab Wahyu, ketujuh gereja itu berlokasi di Asia Kecil. Walau pada masa itu di Asia Kecil telah terbangun banyak gereja lokal, namun dari antara sekian banyak gereja, Allah khusus memilih ketujuh gereja itu saja, dan Allah bermaksud memakai mereka untuk keperluan nubuat. Berhubung dalam pasal 1:3 ditegaskan kepada kita, bahwa kitab Wahyu ini adalah kitab nubuat, maka Allah memilih ketujuh gereja lokal tersebut untuk menubuatkan bagaimana sebenarnya jalan yang ditempuh gereja di atas bumi ini.

Mengapa kita harus khusus membaca Wahyu pasal 2 dan 3? Itu mengandung arti yang sangat besar dan dalam. Karena melalui kedua pasal tersebut Allah menunjukkan kepada kita apakah yang akan dialami gereja selama dua ribu tahun ini; gereja yang mana yang dicela

1. Gereja Pertama — EFESUS

Di sini ada tujuh gereja; yang pertama ialah Efesus. Gereja ini ditujukan kepada gereja di masa akhir abad pertama, yakni pada masa kitab Wahyu ini ditulis. Tatkala Yohanes menulis kitab Wahyu, kondisi gereja serupa dengan gereja yang pertama — Efesus.

2. Gereja Kedua — SMIRNA

Gereja yang kedua ialah Smirna. Gereja ini ditujukan kepada kondisi/keadaan gereja setelah Yohanes wafat, mulai dari abad kedua sampai awal abad keempat, yaitu selama masa gereja menderita aniaya besar sepuluh kali oleh kerajaan Romawi. Smirna mewakili keadaan gereja yang menderita aniaya, mulai dari akhir jaman rasul hingga Konstantin menerima agama Kristen. Selama periode itu, kita nampak gereja teraniaya secara besar-besaran. Gereja di Smirna menubuatkan sejarah gereja dalam kurun waktu tersebut.

3. Gereja Ketiga — PERGAMUS

Gereja ketiga ialah Pergamus, yang berawal dari abad keempat, tahun 313 setelah Masehi. Gereja-gereja selama Konstantin menerima agama Kristen disebut Pergamus. Kata Pergamus berarti pernikahan. Kata “Polygamy” dalam bahasa Inggris, yang berarti sistem pernikahan banyak istri, berasal dari kata Yunani ini —“gamos“. Jadi “Pergamus” berarti Perhatikanlah  Sekarang sudah kawin.”

a. Ketiga Gereja Pertama Telah Berlalu

Ketiga gereja pertama dari tujuh gereja ini telah berlalu, dan yang lainnya akan muncul berturut-turut kemudian. Gereja yang keempat, kelima, keenam dan ketujuh semua telah muncul! Di sini ada perbedaannya: setelah yang pertama berlalu barulah muncul yang kedua, setelah yang kedua berlalu barulah muncul yang ketiga dan setelah yang ketiga berlalu barulah muncul yang keempat. Tetapi ketika yang kelima muncul, yang keempat masih tetap ada; yang keempat bergandengan dengan yang kelima. Walau dari yang keempat muncul yang kelima, tapi yang keempat tetap ada, dan dari yang kelima muncul yang keenam, yang keempat dan kelima tetap ada. Begitu pula, walau dari yang keenam muncul yang ketujuh, tetapi yang keempat, kelima dan keenam semuanya tetap ada. atau dihukum oleh-Nya, dan gereja yang mana yang diperkenan oleh-Nya. Sebab itu, kits tak dapat tidak memahami Wahyu pasal 2 dan 3. Hanya setelah kita memahami Wahyu pasal 2 dan 3, barulah kita mengetahui jalan yang harus ditempuh gereja, kita wajib berada di gereja yang mana, serta menjadi orang yang bagaimana sehingga dapat diperkenan Tuhan. Wahyu pasal 2 dan 3 menerangkan jalan gereja, bahkan khusus menerangkan bagaimana seharusnya kita memecahkan masalah gereja, agar kita dapat diperkenan Tuhan. Jika kita tidak memahami perkara-perkara yang tercantum dalam Wahyu pasal 2 dan 3, niscayalah kita tak mungkin menjadi orang Kristen yang baik.

b. Keempat Gereja Terakhir Akan Tetap Ada Hingga Kedatangan Tuhan

Ketujuh gereja yang tercantum dalam Wahyu pasal 2 dan 3 terbagi dalam dua kelompok: tiga gereja yang pertama dan keempat gereja yang terakhir. Ketiga gereja yang pertama sudah berlalu; keempat gereja yang terakhir masih ada hingga hari ini dan akan tetap ada hingga kedatangan Tuhan.

Karena itu, ada nubuat bagi Tiatira yang berbunyi, “Sampai Aku datang” (2:25). Jadi gereja Tiatira akan berlangsung hingga kedatangan Tuhan. Gereja Sardis juga akan berlangsung hingga kedatangan Tuhan. Pasal 3 ayat 3 menerangkan, “Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang padamu.” Ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa gereja Sardis juga akan berlangsung hingga kedatangan Tuhan. Gereja Filadelfia pun akan berlangsung hingga kedatangan Tuhan, sebab dalam pasal 3 ayat 11 dikatakan, “Aku datang segera. Peganglah apa yang ada padamu, supaya tidak seorang pun mengambil mahkotamu.” Gereja Laodikia merupakan gereja yang terakhir di atas bumi, kepadanya dijanjikan dalam 3:21 — “Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Aku pun telah menang dan duduk bersama-sama dengan BapaKu di atas takhtaNya.” Dengan ini kita nampak bahwa gereja ini pun akan berlangsung terus hingga kedatangan Tuhan. Ketiga gereja pertama tidak mendapat janji kedatangan Tuhan, sedang keempat gereja yang terakhir mendapat janji kedatangan Tuhan, itu semua membuktikan bahwa mereka akan ,berlangsung hingga kedatangan Tuhan yang kedua kalinya.

c. Memilih Gereja dari Antara
Keempat Gereja yang Terakhir

Oleh sebab itu, hari ini kita wajib mengkaji baik-baik keempat gereja tersebut di hadapan Allah, agar kita mengetahui jalan manakah yang sebenarnya harus ditempuh oleh anak-anak Allah? Jika hari ini di atas bumi terdapat empat macam gereja yang berbeda, yang berlangsung hingga kedatangan Tuhan, bagaimanakah hubungan setiap anak Allah dengan keempat gereja tersebut? Bukankah kita harus berhati-hati untuk memilih satu dari antara keempat gereja itu? Jika tidak, seandainya Anda berada di satu gereja yang tidak diperkenan dan dihukum Tuhan, bukankah Anda akan menderita kerugian yang sangat besar di hadapan Tuhan? Karenanya kita perlu menyelidiki keempat gereja terakhir ini secara seksama.

4. Gereja Yang Keempat — TIATIRA

Gereja yang keempat ialah Tiatira. Setelah Kaisar Roma menerima kekristenan menjadi agama nasional, ia lalu menjunjung dan menunjang agama Kristen dengan kekuasaan politik. Kalau dahulu kerajaan Romawi menggunakan kekuasaan politik menganiaya agama Kristen, sekarang mereka dengan kekuasaan politik itu pula menegakkan dan melindungi agama Kristen. Hal itu tidak saja mengakibatkan kekristenan kawin dengan dunia, bahkan dijunjung tinggi di atas dunia. Dalam nama “Tiatira” ini mengandung makna “gedung atau menara tinggi.” Tiatira sekarang telah menjadi satu gedung tinggi yang terpandang, terhormat dan yang didewa-dewakan orang.

a. Tiatira adalah Agama Roma Katolik

Setiap pembaca Alkitab mengakui bahwa gereja Tiatira adalah agama Roma Katolik. Agama Roma Katolik merupakan gabungan antara gereja dengan dunia. Sebab itu, gereja ini beroleh posisi yang sangat tinggi di dalam dunia. Ketidakberesan apakah yang ada di dalam gereja ini? Yaitu munculnya seorang nabi perempuan yang bernama Izebel. Izebel mengajar hamba-hamba Allah, gereja berada di bawah pengaruh dan kekuasaannya. Maka problema agama Roma Katolik ini sepadan dengan perumpamaan yang keempat dalam Injil Matius pasal 13 — Ada seorang wanita mengaduk ragi ke dalam tepung terigu tiga sukat. Alkitab memakai perempuan ini sebagai wakil agama Roma Katolik.

1) Dua Dosa. Utama yang Besar — Berzinah dan
Makan Persembahan Berhala

Apakah yang dilakukan wanita itu? Ayat 20, “Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hambaKu supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.” Izebel memiliki dua dosa utama yang besar: berzinah dan makan persembahan  berhala. Kedua dosa tersebut merupakan dosa yang harus disingkirkan. Ajaran Izebel mutlak dicela oleh Tuhan!

Ayat 21-23, “Dan Aku telah memberikan dia waktu untuk bertobat, tetapi ia tak mau bertobat dari zinahnya. Lihatlah, Aku akan melemparkan dia ke atas ranjang orang sakit dan mereka yang berbuat zinah dengan dia akan Kulemparkan ke dalam kesukaran besar, jika mereka tidak bertobat dari perbuatan- perbuatan perempuan itu. Dan anak-anaknya akan Kumatikan dan semua jemaat akan mengetahui, bahwa Akulah yang menguji batin dan hati orang, dan bahwa Aku akan membalaskan kepada kamu setiap orang menurut perbuatannya.” Gereja di Tiatira dan ajaran Izebel mempunyai dua keistimewaan: berzinah dan menyembah berhala. Zinah dalam Alkitab berarti kacau balau atau campur aduk. Kekacauan manusia mengakibatkan perzinahan. Di sini Anda nampak betapa agama Roma Katolik bercampur aduk dengan dunia.

2) Maria Menggantikan Dewi Yunani

Semua agama di seluruh dunia, masing-masing memiliki dewi mereka yang khas. Agama Budha memiliki dewi Kwan Im, orang Yunani menyembah Venus. Orang Roma mengikuti orang Yunani, juga memuja dewi mereka sendiri. Karena orang-orang Katolik tidak menemukan dewi di dalam kekristenan, akhirnya mereka mengangkat gadis Maria sebagai dewi agama Kristen mereka. Sebutannya Maria, padahal itu sebenarnya adalah dewi Yunani. Itulah’ perbuatan zinah, itulah kacau balau dan campur aduk.

3) Perayaan Hari Matahari Diubah Menjadi
Perayaan Hari Natal

Kebanyakan orang Roma memuja matahari, tiap tanggal 25 Desember mereka merayakan hari ulang tahun matahari. Sebab tanggal 22 Desember lazimnya merupakan hari terpendek dalam setahun, dan selewat hari itu malam akan menjadi lebih pendek daripada siang. Maka para pemuja matahari menetapkan tanggal 25 Desember menjadi hari kelahiran Sang Surya. Ini adalah perayaan yang besar bagi mereka. Banyak orang setelah percaya Tuhan melihat teman-teman mereka yang tidak percaya Tuhan beramai-ramai merayakan hari itu, sedangkan orang Kristen diam saja tanpa berbuat apa-apa. Kemudian timbullah suatu ide, yaitu mengibaratkan Tuhan Yesus sebagai Sang Surya sejati, maka tanggal 25 Desember itu juga dianggap sebagai hari kelahiran Tuhan, dan akhirnya hari tersebut menjelma menjadi hari Natal. Ditinjau dari sebutannya, hari Natal seolah milik agama Kristen, tapi ditinjau dari kenyataannya, hari itu sebenarnya milik agama matahari. Kalian harus mengetahui, hal ini merupakan perzinahan dan kekacauan di hadapan Allah. Mereka mencampur aduk agama matahari dengan agama Kristen.

Seluruh orang yang percaya kepada Tuhan. Tubuh kita adalah bait Roh Kudus. Namun hari ini, agama Roma Katolik membangun lagi gedung-gedung yang besar dan tinggi. Orang-orang Yunani memang berbakat dalam membuat bangunan yang artistik. Orang Roma mewarisi bakat orang Yunani, mereka juga sangat pandai dalam arsitektur, mereka banyak membangun bangunan yang artistik. Mereka mengira setiap allah atau dewa harus memiliki kuil, hanya orang Kristenlah yang tanpa kuil, sehingga tiada sesuatu yang boleh dikunjungi orang. Karenanya mereka meninggalkan ajaran rasul dan membangun gedung-gedung yang besar dan tinggi. Di seluruh dunia tiada bangunan yang dapat menyaingi katedral-katedral agama Roma Katolik. Mereka menyebut Katedral itu bait Allah. Baik katedral yang di Milan, katedral Paulus di Roma maupun katedral di Paris — Nortre Dame, semua adalah bangunan raksasa dan disebut bait Allah. Ketahuilah, konsepsi yang demikian berasal dari agama lain; kuil agama lain telah diubah menjadi bait Allah agama Kristen. Semua itu hanya ungkapannya saja milik Kristen, padahal berasal dari agama lain. Inilah perzinahan antara agama Kristen dengan agama kafir.

4) Kuil-kuil Kafir Diubah Menjadi Bait Allah

Gereja adalah bait Allah. Pada zaman Perjanjian lama Bait Allah dibangun dari kayu, khususnya dari batu. Sampai zaman Perjanjian Baru, Anda nampak Allah sendiri meruntuhkan bait itu, sehingga tiada satu batu berada di atas batu lainnya. Hari ini, bait itu adalah seluruh orang yang percaya kepada Tuhan. Tubuh kita adalah bait Roh Kudus. Namun hari ini, agama Roma Katolik membangun,lagi gedung-gedung yang besar dan tinggi. Orang-orang Yunani memang berbakat dalam membuat bangunan yang artistik. Orang Roma mewarisi bakat orang Yunani, mereka juga sangat pandai dalam arsitektur, mereka banyak membangun bangunan yang artistik. Mereka mengira setiap allah atau dewa harus memiliki kuil, hanya orang Kristenlah yang tanpa kuil, sehingga tiada sesuatu yang boleh dikunjungi orang. Karenanya mereka meninggalkan ajaran rasul dan membangun gedung-gedung yang besar dan tinggi. Di seluruh dunia tiada bangunan yang dapat menyaingi katedral-katedral agama Roma Katolik. Mereka menyebut Katedral itu bait Allah. Baik katedral yang di Milan, katedral Paulus di Roma maupun katedral di Paris — Nortre Dame, semua adalah bangunan raksasa dan disebut bait Allah. Ketahuilah, konsepsi yang demikian berasal dari agama lain; kuil agama lain telah diubah menjadi bait Allah agama Kristen. Semua itu hanya ungkapannya saja milik Kristen, padahal berasal dari agama lain. Inilah perzinahan antara agama Kristen dengan agama kafir.

5) Imam Yahudi Berubah Menjadi Pastur

Dalam Perjanjian Baru setiap anak-anak Allah adalah imam. Setiap orang yang percaya Tuhan Yesus adalah imam yang melayani di hadapan Allah. Tetapi agama Roma Katolik melihat dalam agama Yahudi ada kelas pengantara (Mediatoral Class), mereka lalu membagi-bagi penganut mereka menjadi dua golongan, ini berarti memindahkan sistem imamat agama Yahudi ke dalam gereja Perjanjian Baru. Ada segolongan orang yang mengenakan jubah dan topi imam. Segala yang tercantum dalam Alkitab yang dipakai oleh para imam Yahudi, semua diwariskan kepada pastur-pastur mereka. Mereka berdandan persis dengan para imam Perjanjian Lama, bahkan ditambah lagi dengan banyak benda lainnya. Mereka tidak saja meniru agama Yahudi, bahkan mengambil alih banyak benda, tata cara agama Yunani dan kuil-kuil agama Roma asli. Mereka sudah mengubah apa yang ditetapkan Allah. Itulah perbuatan zinah. Dalam Alkitab zinah berarti campur-aduk atau kacau-balau.

6) Ditambah dengan Ketakhyulan Agama Kafir

Tidak saja demikian, mereka juga memasukkan perkara-perkara yang berasal dari Perjanjian Lama dan milik agama kafir, antara lain seperti lilin, kaki dian, dupa perukupan. Itupun berarti perzinahan. Mereka tidak pandang bulu, semua benda milik agama kafir, benda-benda pemujaan berhala, benda-benda ketakhyulan dan benda-benda apa yang disebut misterius yang dimiliki orang Roma, semua diambil dan diganti dengan nama-nama lain, sehingga menjadi milik agama Kristen. Sebetulnya itu semua bukan kekristenan, melainkan kekacauan yang dahsyat!

7) Penuh dengan Berhala

Mereka tidak saja kacau-balau, Allah bahkan mencela mereka karena menyembah, berhala. Apakah Anda merasa heran? Allah mutlak mencela gereja yang menyembah berhala! Sungguh benar, bahwa gereja ini pada faktanya menyembah berhala. Kalau pada jaman Perjanjian Lama orang menyembah ular tembaga, maka dalam agama Roma Katolik orang menyembah salib Tuhan Yesus, mereka mengatakan bahwa salib Tuhan itu telah ditemukan. Dengan kayu salib itu mereka lalu membuat banyak salib kecil, untuk disembah orang. Tuhan Yesus adalah Allah, Allah yang tanpa bentuk dan rupa, namun mereka membuat bentuk rupa atau patung Allah untuk disembah. Mereka juga membuat patung-patung Maria. Petrus, Markus dan lainnya, sehingga seluruh dunia ini penuh dengan patung! Sudah tentu berhala-berhala itu ada yang indah, ada juga yang tidak indah, itu tergantung pada tingkat kebudayaannya. Yang berkebudayaan tinggi, berhalanya juga indah; yang berkebudayaan rendah, berhalanya tidak indah. Tetapi berhala tetap berhala. Dalam katedral mereka penuh dengan berhala! Ketika orang-orang agama Roma Katolik berdoa, bukan ditujukan kepada Allah yang di sorga, melainkan membakar lilin di hadapan patung atau berhala, kemudian melukis tanda salib. Mereka membuat patung Allah Bapa, Tuhan Yesus, Maria, Paulus, Petrus dan seterusnya. Bahkan membuat patung bagi semua kaum saleh mereka yang mati sahid sepanjang zaman. Hingga hari ini, jika ada oknum istimewa dalam gereja yang meninggal dunia, mereka lalu mengangkatnya menjadi orang suci, dan membuatkan patung baginya. Berhala-berhala mereka itu adalah yang dibuat dan disembah oleh mereka sendiri.

8) Menyembah Tulang-Belulang Orang Sahid

Pula, mereka menyembah tulang-belulang orang-orang sahid. Ada yang menyembah tulang kaki atau tulang tubuh lainnya. Jika Anda tidak mengenal agama Roma Katolik, Anda tidak tahu berapa banyak berhala yang mereka miliki. Jika Anda mengenal agama Roma Katolik, Anda baru tahu betapa agama itu sama sekali telah dipenuhi patung-patung berhala.

Gereja Tiatira mewakili agama Roma Katolik. Gereja Tiatira memiliki dua dosa yang pokok: berzinah, yaitu memasukkan benda-benda kafir ke dalam gereja; dan menyembah berhala, yakni membuat banyak patung berhala.

b. Tiatira adalah Gereja yang Dihukum Allah

Maka Tuhan berkata kepada orang-orang dalam agama Roma Katolik, “Pergilah (keluarlah) kamu, hai umatKu, pergilah (keluarlah) dari padanya, supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya, dan supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya.” (Wahyu 18:4). Allah tidak berkenan orang berada dalam agama Roma Katolik!

Menurut Wahyu pasal 2 dan 3, Tiatira adalah gereja yang keempat. Gereja ini muncul sesudah Pergamus. Efesus telah berlalu, Smirna telah berlalu, Pergamus pun telah berlalu. Tetapi Tiatira tidak berlalu, ia akan berlangsung terus hingga kedatangan Tuhan. Ia adalah gereja keempat yang akan berlangsung terus hingga kedatangan Tuhan; ia takkan berhenti. Sebagai orang yang beriman kepada Allah, sebagai anak-anak Allah, hendaklah kita sekuatnya menjauhkan diri dari agama Roma Katolik dan segala sesuatu yang menjadi miliknya. Jangan sekali-kali kita menjamah benda-benda yang najis itu. Bila Anda menjamahnya, Anda akan terpengaruh olehnya. D.M.Panton pernah berkata, “Berhubung dalam buku-buku mereka terlalu banyak kesalahan, maka ketika Anda membacanya, Anda tidak merasa salah.’ Ya, sebab kesalahannya begitu banyak, hampir setiapnya salah, maka Anda tak berdaya membedakan, dan pikiran Anda dibuat kacau olehnya! Maka kita tidak seharusnya mengikuti agama Roma Katolik.

5. Gereja yang Kelima — SARDIS

Gereja kelima ialah Sardis.Gereja Sardis adalah gereja yang dipulihkan, atau gereja yang tersisa (that remains). Gereja ini muncul sesudah Tiatira, tapi ia bukan pengganti Tiatira. Tiatira tidak berhenti atau berakhir.

a. Dikatakan Hidup Padahal Mati

Kondisi Sardis demikian: “Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau maul Bangunlah dan kuatkanlah apa yang masih tinggal (tersisa) yang sudah hampir mati. Sebab tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku . . . Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya . . . ” (Wahy 3:1-4). Ciri-ciri Sardis ialah: dikatakan hidup, padahal mati.

b. Reformasi Agama dan Reformasi Politik

Agama Protestan terbit sesudah agama Roma Katolik. Sardis mewakili semua agama Protestan. Walau Sardis meliputi reformasi, tetapi ia tidak mewakili reformasi, ia mewakili agama Protestan.

Ketika kekuasaan Roma Katolik masih utuh, agama ini menjadi sangat diktator dan kejam. Hal ini mengakibatkan beberapa negara di Eropa tidak tahan akan tekanan dan penganiayaan Gereja Roma Katolik itu, sehingga timbul pergerakan reformasi. Ketika reformasi bangkit, kita nampak muncul dua macam kekuatan yang berbeda, yang satu berasal dari Allah, yang lain berasal dari manusia.

Yang berasal dari Allah diwakili oleh Martin Luther, yang langsung melawan Paus, para uskup dan para pastur, bahkan melawan segenap agama Roma Katolik. Pada waktu itu Allah telah memberikan sebuah Alkitab yang terbuka bagi umum, dan menunjukkan kepada orang kebenaran tentang dibenarkan oleh iman. Pada masa itu di banyak tempat ada pengasih-pengasih Tuhan yang bangkit untuk mengadakan reformasi, di antara mereka ada yang rnenyaksikan firman hingga mengorbankan nyawanya sendiri. Mereka menderita aniaya dan kekerasan dari agama Roma Katolik, namun mereka percaya bahwa Tuhan menghendaki suatu pemulihan. Karena itu mereka rela mengorbankan segala-galanya untuk mensukseskan usaha apa yang disebut reformasi agama. Ketika itu Roh Kudus bekerja dengan hebat, sehingga banyak orang yang melayani Tuhan dengan setia. Alkitab makin terbuka, banyak orang makin nampak terang firman. Orang-orang yang beroleh selamat bertambah di mana-mana. Mereka mengumumkan, “Tidak bersandar pada perbuatan sendiri atau para imam, melainkan bersandar kepada Allah.” Ini sesungguhnya merupakan pekerjaan Roh Kudus yang hebat!

Ketika Luther mengadakan reformasi, banyak kekuasaan politik yang menunggangi reformasi untuk mencapai tujuan politik mereka, karena mereka anti agama Roma Katolik. Karenanya reformasi tidak hanya sebagai reformasi agama, juga sebagai reformasi politik. Hal itu disebabkan agama Roma Katolik tidak saja memiliki kekuasaan agama, juga memiliki kekuasaan politik; pada masa itu agama Roma Katolik menguasai seluruh benua Eropa. Reformasi sebenarnya hanya merupakan kasus agama, tetapi karena ada raja-raja, menteri-menteri dan politikus-politikus dari beberapa negara ingin memanfaatkan kesempatan itu untuk melepaskan diri dari tindasan kekuasaan agama Roma Katolik dan menjadi negara merdeka, maka reformasi itu menjadi reformasi politik juga. Dulunya baik gereja dalam negara mereka maupun pemerintahan mereka dikuasai oleh agama Roma Katolik, sekarang gereja maupun pemerintahan mereka telah melepaskan diri dari kekuasaan Roma Katolik.

c. Lahirnya Gereja Negara

Maka akhirnya reformasi menjadi suatu pergerakan kombinasi, gereja bersatu dengan dunia untuk menggulingkan kekuasaan agama Roma Katolik. Jadi: tidak saja gereja yang melawan Tiatira, politik pun melawan Tiatira. Mereka mengadakan aksi bersama dalam kesempatan yang sama. Sebagai akibatnya, kita nampak lahirlah apa yang disebut gereja negara. Di Jerman lahir gereja negara — Lutheran, di Swedia lahir gereja negara Lutheran, di Inggris lahir gereja negara — Anglikan, di Belanda lahir gereja negara — Protestan, dan sebagainya.

1) Politik Bergabung dengan Agama

Pada masa itu ada banyak umat Allah yang sepenuhnya ingin meninggalkan perzinahan agama Roma Katolik, dan meninggalkan penyembahan berhala mereka. Tetapi berhubung ada bantuan dari pihak kekuatan politik, maka usaha reformasi mereka menjadi lebih mudah. Ketika itu mereka beroleh bantuan kekuatan dari luar itu karena kebodohan mereka, sehingga tatkala mereka mendirikan gereja yang baru, mereka tetap meniru corak agama Roma Katolik. Bagaimana agama Roma Katolik merupakan gabungan antara agama dan politik, gereja agama Protestan pun merupakan gabungan antara agama dengan politik.

2) Negara Sebagai Batas Lingkup Gereja

Orang Kristen masa itu telah meninggalkan agama Katolik, tapi jika. mereka mau kembali ke dalam kitab Perjanjian Baru, mereka niscaya nampak bahwa gereja adalah kelompok umat Allah yang tidak memiliki sandaran di dunia. Sayang pada waktu itu mereka kekurangan terang atau visi ini, dan ditambah pada waktu itu banyak pihak yang memperalat mereka, akibatnya mereka mendirikan apa yang disebut gereja negara. Mereka yang berada di Jerman mendirikan gereja negara Jerman; semua orang Jerman menjadi milik gereja negara tersebut. Mereka yang berada di Inggris mendirikan geraja negara Inggris (Anglican Church). Anak yang lahir sebagai bangsa Inggris boleh dibaptis oleh pendeta gereja Anglikan. Menurut peraturan gereja negara, berapa besarnya batas lingkungan negara, berapa besarnya pula batas lingkungan gereja. Tidak saja orang yang percaya Tuhan boleh berada dalam gereja, asalkan ia sebagai warga negara, semua boleh dibaptis di dalam gereja negara. Gereja negara dikatakan hidup, padahal mati. Demikianlah asal-usul sabda Tuhan tersebut!

3) Yang Beriman Bercampur-baur
dengan yang Tak Beriman

Ciri khas agama Protestan ialah dunia berbaur dengan gereja. Pada mulanya percampurannya bersifat umum, sekarang menjadi satu negara demi satu negara. Dahulu agama Roma Katolik menguasai seluruh dunia, sekarang ada gereja independen dalam tiap-tiap negara. Jadi, Anda nampak di sana ada umat Allah dan yang bukan umat Allah, keduanya bercampur-baur. Maka ia dikatakan hidup, padahal mati! Demikianlah kondisi agama Protestan.

4) Memiliki Raksasa Rohani Perseorangan

Namun kondisi itu tidak menghalangi munculnya sejumlah tokoh rohani di kalangan Protestan. Jadi, di antara Protestan masih terdapat tokoh-tokoh rohani yang ternama yang dipakai Allah. Tuhan bersabda, “Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.” Ini juga menjadi sejarah agama Protestan dan menjadi ciri-ciri agama Protestan. Pada satu aspek ia dikatakan hidup, padahal mati; pada aspek lain ia terus menerbitkan raksasa rohani yang individual, bukan yang korporat. “Ada beberapa orang”, ya, senantiasa hanya beberapa orang saja. Itulah ciri khas agama Protestan.

5) Bangkitnya Gereja-gereja Swasta

Sejarah gereja Protestan berawal dari gereja negara, tetapi selanjutnya sejarah gereja Protestan berubah menjadi gereja-gereja swasta. Yang menamakan dirinya “Dissenters” (yakni orang-orang yang lain pendiriannya dengan gereja negara), pada mulanya melihat gereja negara menerima anggota melalui baptisan, bukan melalui iman, maka banyak yang menganggap itu tidak benar. Yang benar ialah orang harus beriman di hadapan Allah, baru dapat menjadi anak-anak Allah.

6) Berpisah Karena Kebenaran Khusus

Atau karena mereka nampak kebenaran baru, lalu khusus memperhatikan kebenaran tersebut. Sedangkan gereja negara hanya mempertahankan organisasi negara itu saja, mereka tidak berminat melayani Allah. Maka dengan sendirinya Allah membangkitkan seorang, beberapa orang atau segolongan orang untuk menyatakan suatu kebenaran, dan membiarkan mereka menentukan sendiri perkara yang tidak benar. Mereka mendirikan apa yang disebut gereja independen, yakni gereja swasta (Dissenting Churches). Orang-orang itu mengalami banyak aniaya dan kecaman. Kisah John Bunyan adalah salah satu contoh; demikian pula aniaya yang diderita gereja Presbiterian di Skotlandia. Juga karena teraniaya, kaum Puritan mengungsi ke Amerika. Kemudian bangkitlah orang-orang seperti John Wesley dan Whitefield. Mereka semua adalah orang-orang yang dibangkitkan Allah untuk menyatakan kebenaran-kebenaran khusus, menghakimi banyak perkara sebagai dosa serta memimpin umat Allah meninggalkan banyak dosa. Dengan demikianlah mereka terpisah dari gereja negara.

7) Kesatuan Harus Berdasarkan Sikap
Menghakimi Dosa

Sewaktu mereka mulai terpisah dari gereja negara, mereka mendapat julukan sebagai perpecahan. Sebenarnya perpecahan bukanlah mereka, melainkan disebabkan gereja yang tercakup dalam gereja negara terlampau banyak. Maka jika anak-anak Allah ingin mengikuti Tuhan, mau tidak mau harus keluar dari antara mereka.

Aku ingin menunjukkan kepada kalian, kesatuan tidak mungkin terwujud berdasarkan sikap mentolerir dosa, melainkan dengan sikap menghakimi dosa. Kesatuan yang diusahakan orang hari ini sebenarnya hanya mentolerir dosa belaka. Di sini ada satu dosa, Anda mentolerirnya, aku mentolerirnya, dia juga mentolerirnya, bahkan semua orang Kristen mentolerirnya. Itulah sifat kesatuan pada hari ini. Kalau semua orang mentolerir , dosa, tentu tiada problema sedikit pun. Dalam gereja negara banyak hal yang bukan berasal dari Allah. Tetapi hari ini bila ada seseorang yang terjamah had nuraninya, sehingga ia menyalahkan dosa-dosa itu dan menolaknya, maka akhirnya ia dituduh sebagai pemecah-belah. Sebenarnya yang menjadi problema bukan orang yang menyadari itu, melainkan orang yang tak menyadari itu.

Bila semua anak-anak Allah mau dan berani menghakimi dosa, niscaya kita akan bersatu-padu. Kesatuan anak-anak Allah bukan berdasarkan kesembronoan semua orang. Kita harus bersatu dengan Tuhan. Bila anak-anak Allah bersikap sembrono, tidak menghakimi dosa, meskipun mereka bisa membuat kesatuan, namun mereka tidaklah bersatu dengan Tuhan.

Dalam sejarah agama Protestan hari ini, Allah selalu membangkitkan seorang, dua orang, dan menyuruh mereka belajar mengenal kehendak Allah, serta menghakimi perkara-perkara tertentu. Mungkin orang lain tidak nampak atau tak sudi nampak, tapi akhirnya orang yang nampak ini demi mematuhi Allah, ia dicap sebagai pemecah belah. Andaikata hari ini setiap anak-anak Allah mau menghakimi dosa, dan membereskan segala sesuatu yang bukan berasal dari Allah, niscayalah semua dapat bersatu, pun dapat bersatu dengan Tuhan. Ingatlah, agar kesatuan yang sejati ialah penghakiman atas kesalahan dan penghakiman atas dosa.

8) Generasi Pertama Berkat, Generasi Kedua
Organisasi, Generasi Ketiga Jatuh

Dalam sejarah agama Protestan masih terdapat satu keadaan, yaitu bila ada seseorang beroleh kasih karunia dan berkat, pada generasi pertamanya memang merupakan hari-hari yang mulia. Sampai generasi kedua, keadaannya masih lumayan baik. Tetapi menjelang akhir generasi kedua, orang-orang lalu berkata, ‘Kita telah menerima kasih karunia begitu banyak, perlulah kita mencari cara untuk memeliharanya, dan perlu membentuk satu organisasi untuk meneruskan dan mempertahankan kasih karunia ini.” Maka sampai generasi kedua atau ketiga, muncullah organisasi. Ada kalanya bahkan pada akhir generasi pertama, organisasi sudah terbentuk.

Mereka percaya bahwa Allah mau memberikan kasih karunia, tetapi mereka tidak dapat percaya kalau Allah juga mau memelihara kasih karunia itu. Akhirnya muncullah kaidah-kaidah, peraturan-peraturan dan cara-cara buatan manusia untuk mempertahankan berkat-berkat yang telah mereka miliki. Tatkala sumbernya tertutup, air dalam kolam pasti akan semakin kurang, tak mungkin semakin meninggi. Sampai generasi ketiga, keadaannya menjadi sangat mati, seperti halnya induk gereja yang darinya mereka keluar. Mulai saat itu, Allah harus membangkitkan seorang lagi, memberikan visi baru, berkat segar, pemisahan dan kasih karunia baru. Ini merupakan hari pemulihan ulang. Pada generasi pertama penuh berkat, pada generasi kedua mulai ada organisasi, sampai generasi ketiga mulailah jatuh lagi.

9) Terus-menerus dalam Batasan Hidup dan Mati

Pada mulanya mereka meninggalkan gereja negara, sekarang mereka sendiri harus ditinggal orang lain. Semula mengakui bahwa yang satu itu mati, harus ditinggalkan, sekarang mengakui dirinya sendiri juga mati dan harus ditinggal orang lain. Seluruh sejarah agama Protestan ialah: dikatakan hidup, padahal mati. Jadi mereka selalu dalam batasan hidup dan mati. Ada hidup juga ada mati. Bukan mati terus, sebab ada beberapa orang tidak mencemarkan pakaiannya, yakni ada beberapa orang yang menonjol yang terpilih Allah. Mereka adalah tokoh-tokoh agama Protestan yang layak berjalan dengan Tuhan dengan pakaian putih.

Demikianlah keadaan keseluruhan sejarah agama Protestan.

Tiatira dicela Tuhan, Sardis pun dicela Tuhan. Kalau begitu jalan manakah yang harus ditempuh kaum imani?

6. Gereja Keenam —- FILADELFIA

Sekarang kita melihat gereja yang keenam, yang bernama Filadelfia. “Fila” berarti “kasih”, “delfia” berarti “saudara”, jadi “Filadelfa” berarti “kasih persaudaraan.”dalam kasih persaudaraan. Di sini tiada dunia, sebab mereka bersaudara. Mereka sama sekali tidak meronta-ronta, tidak pula berusaha meninggalkan kematian, melainkan kembali ke posisi persaudaraan yang semula. Di antara mereka setiap saudara saling mengasihi.

Kalau Sardis keluar dari Tiatira, maka Filadelfia keluar dari Sardis. Agama Protestan keluar dari agama Roma Katolik, Filadelfia keluar dari agama Protestan. Hanya saja sangat jelas, bahwa hal itu adalah suatu pergerakan Roh Kudus. Pergerakan ini mengeluarkan orang dari Sardis yang mati dan memberikan satu kedudukan bagi kasih persaudaraan. Dengan kata lain, mereka berdiri pada kedudukan Tubuh, tidak mengakui adanya hubungan lain, kecuali hubungan persaudaraan, pun tidak mengakui adanya persekutuan lain, kecuali persekutuan kasih. Itulah Filadelfia.

a. Kembali ke Kasih Persaudaraan

Di antara ketujuh gereja, hanya satu gereja ini yang tidak dicela Tuhan; agama Roma Katolik dicela, agama Protestan dicela, tetapi Filadelfia tidak dicela; sebaliknya, Filadelfia dipuji.

Di manakah keistimewaan Filadelfia? Wahyu 3:8, “Aku tahu segala pekerjaanmu (perbuatanmu) . . . Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti firmanKu dan engkau tidak menyangkal nama-Ku.” Itulah keistimewaan Filadelfia. Keistimewaan Tiatira ialah ajaran-ajaran perempuan. Keistimewan Sardis ialah bergabung dengan dunia, ingin melepaskan diri; meronta-ronta terus dalam mati dan hidup. Akan tetapi Filadelfia ialah kasih persaudaraan. Mereka kembali ke dalam kasih persaudaraan

b. Menuruti Firman Tuhan

 Filadelfia memiliki dua keistimewaan: Menuruti firman Tuhan dan tidak menyangkal nama Tuhan. Di sini ada sekelompok orang yang dipimpin Allah sedemikian rupa, sehingga dapat menuruti firman Tuhan. Allah menerangkan firmanNya kepada mereka, sehingga semua orang dapat memahami firman Allah. Di antara mereka tiada teori dan tradisi, hanya ada firman. Sejak ada gereja, selain ajaran-ajaran rasul, merekalah gereja pertama yang dipuji Tuhan. Sebab hingga masa Filadelfia, kita baru nampak ada sekelompok orang yang kembali ke firman Tuhan sepenuhnya, setiap kekuasaan, ajaran dan dogma tidak berfaedah di antara mereka.

Ingatlah, orang bisa memahami dan menyampaikan doktrin, namun tidak memahami Alkitab. Orang pun bisa membaca dogma-dogma dan menerimanya, tetapi tidak dapat memahami Alkitab. Ini satu perkara yang aneh! Seandainya gereja memerlukan dogma, pasti Tuhan sejak dini sudah memberikannya. Hari ini, manusia menganalisis dan mengelompokkan Alkitab menjadi satu dogma. Dogma itu khusus, sedang Alkitab tak terbatas; dogma itu sederhana, sedang Alkitab kompleks. Dogma mudah dimengerti setiap orang, bahkan oleh yang bodoh sekalipun, tetapi Alkitab tidak. Alkitab hanya dapat dimengerti oleh sejenis manusia, dan harus dalam suatu kondisi tertentu. Dogma membuka pintu selebar-lebarnya, siapa pun boleh masuk, tetapi sabda Allah hanya terbuka sebesar itu saja, hanya orang yang memiliki hayat baru dapat memasukinya. Dogma dapat dipahami segera oleh orang-orang yang berotak baik, tapi membaca firman Allah tidaklah semudah itu. Tanpa hayat, tanpa berada di hadirat Tuhan, tanpa mata yang khusus, tidak mungkin nampak dan tidak mungkin memahaminya.

Berhubung manusia menganggap lingkungan sabda Allah terlalu sempit, maka mereka mencoba untuk melebarkannya, supaya mudah memasukinya’ Tetapi orang-orang Filadelfia menolak setiap dogma dan ajaran macam manapun, mereka hanya ingin kembali ke dalam firman Tuhan. Firman Tuhan, “Kamu menuruti firman-Ku.” Dalam sejarah gereja tidak ada satu zaman yang memahami firman Allah seperti zaman Filidelfia. Sepanjang sejarah gereja, hanya dalam Filadelfialah firman Allah beroleh kedudukan yang wajar. Kalau pada zaman lain Anda hanya nampak orang menerima dogma dan tradisi, maka di Filadelfia tidak ada yang lain kecuali firman Allah. Mereka hanya kembali ke dalam firman Allah untuk menempuh jalan Tuhan. Dan dalam sejarah gereja tiada satu zaman yang memiliki minister-minister sabda sebanyak di Filadelfia.

c. Tidak Menyangkal Nama Tuhan

Firman Tuhan, “Engkau tidak menyangkal nama-Ku.” Inipun merupakan keistimewaan Filadelfia. Dari abad ke abad, sepanjang sejarah gereja, nama Tuhan telah menjadi nama yang terakhir. Manusia mementingkan nama-nama manusia; nama Petrus dan nama-nama rasul lainnya mendapat perhatian. Manusia pun khusus mementingkan nama yang dipilihnya sendiri, baik nama ajaran atau nama negara. Banyak orang dengan sombong mengakui, “Aku orang gereja Lutheran”, “Aku orang gereja Wesley.” Oh, itu adalah nama manusia. Ada orang mengatakan, “Aku orang Koptik (Nama sebuah kota).” Banyak pula orang mengaku dengan bangga, “Aku orang gereja Anglikan”, itu berarti negara Inggris. Banyak nama telah memecah-belah anak-anak Allah! Nama Kristus seolah—olah tidak cukup untuk memisahkan kita dari dunia.

Kalau ada seorang bertanya kepada Anda, “Siapakah Anda?” Anda menjawab, “Saya orang Kristen.” Ia pasti tidak puas dan pasti bertanya lagi, “Anda orang Kristen macam apa?” Aku ingat pernah sekali di luar negeri aku ditanyai oleh seorang, “Anda siapa?” Saya menjawab, “Saya orang Kristen.” Ia berkata, “Jawaban Anda sama sekali tak bermakna.”

1) Nama Tuhan Sudah Cukup

Bagi Tuhan, namaNya di atas diri anak-anakNya sudahlah cukup. Ketika Filadelfia tiba, barulah orang merasa cukup dengan nama Tuhan. Nama pemisah lain tak berguna. Cukup dengan nama Tuhan saja! Ingatlah, di sini Tuhan memperhatikan satu hs1: “Engkau tidak menyangkal namaKu.” Inilah yang diperhatikan Tuhan.

Tiada satu zaman, di dalam gereja menyangkal semua nama lain seperti di Filadelfia. Filadelfia menghapus semua nama lain, mereka hanya menjunjung tinggi nama Kristus! Hal ini sangat dihargai dan diperhatikan Tuhan. Dan ini menjadi dasar pujian dan perkenan Tuhan. Oleh sebab itu, jangan sekali-kali kita meremehkannya; jangan mengira ini suatu perkara yang sembarangan. Tuhan nampak bahwa mereka mengakui namaNya, tidak menyangkal namaNya yang agung, maka Ia memperhatikan dan memuji perkara tersebut.

2) Masalah Kemenangan

Banyak saudara bertanya, “Apakah yang diperoleh para pemenang di Filadelfia?” Apakah Anda menemukan problema di sini? Para pemenang di Efesus dengan sendirinya menang atas masalah kasih yang semula. Pemenang di Smirna menang atas ancaman maut dari pihak luar. Pemenang di Pergamus menang atas ajaran-ajaran wanita itu. Pemenang di Sardis menang atas apa yang dikatakan hidup padahal mati — kematian rohani. Pemenang di Laodikia menang atas kondisi suam-suam kuku, dusta dan kesombongan. Namun apa kemenangan para pemenang di Filadelfia? Dalam seluruh surat itu,

Tuhan memperlihatkan kepada kita bahwa Tuhan berkenan alas segala yang mereka lakukan. Dalam ketujuh surat hanya satu surat inilah yang sama sekali diperkenan Tuhan. Kalau sudah demikian diperkenan, apa lagi yang harus dimenangkan? Semua telah diperkenan, itulah yang terbaik. Filadelfia adalah gereja yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Tetapi dalam gereja di Filadelfia Tuhan masih memberi janji kepada pemenang; menang atas apa? Kukatakan lagi, tiada satu perkara istimewa yang harus mereka menangkan, sebab gereja ini tidak mempunyai problema apapun.

3) Peganglah Apa yang Ada

Namun Tuhan memberi suatu peringatan. Ayat 11 mengatakan, “Aku datang segera. Peganglah apa yang ada padamu, supaya tidak seorang pun mengambil mahkotamu.” Dalam seluruh surat, hanya di sini satu-satunya peringatan. Tuhan menyuruh orang-orang di Filadelfia waspada, yaitu peganglah apa yang ada. Dengan kata lain, apa yang ada padamu semuanya baik tetapi jangan sampai dilepaskan. Jangan sampai suatu saat, karena sudah terbiasa, maka mencoba mengubahnya; jangan sampai pada suatu saat, karena merasa sudah melakukannya bertahun-tahun, lalu ingin menggantinya. Harus dipegang terus, jangan ditinggalkan! Inilah satu-satunya peringatan bagi Filadelfia. Tuhan hanya memberikan satu permintaan saja kepada Filadelfia, yaitu harus memegang apa yang telah ada. Apa yang kamu lakukan tidak salah, tetapi harus kamu lakukan lagi; apa yang kamu lakukan diberkati Allah, tetapi kamu harus melakukannya terus.

Bila Filadelfia tidak memegang apa yang ada padanya, Allah akan membangkitkan orang lain untuk merebut mahkotanya. Mahkota asalnya diberikan kepada Anda, tetapi Anda meninggalkan kedudukan Anda, maka orang lain akan datang merebut mahkota Anda. Inilah satu-satunya peringatan bagi Filadelfia. Jadi kemenangan Filadelfia tergantung pada tidak kehilangan apa yang ada padanya. Hal ini berbeda dengan keenam gereja lainnya. Kita harus memperhatikan sabda Tuhan, yaitu hanya ada satu gereja — Filadelfia –yang sesuai dengan kehendak hati Tuhan; dan keistimewaannya ialah menuruti firman Tuhan serta tidak menyangkal namaNya. Maka jangan sekali-kali kita kendor dalam kedua perkara tersebut.

7. Gereja yang Ketujuh – LAODIKIA

Di antara tujuh gereja ada lima yang dicela, satu tidak dicela dan satu lagi dipuji, yaitu Filadelfia. Baik agama Roma Katolik, baik agama Protestan maupun Filadelfia akan berlangsung hingga kedatangan Tuhan. Gereja terakhir – Laodikia, juga akan berlangsung hingga kedatangan Tuhan. Sardis keluar dari Tiatira, Filadelfia keluar dari Sardis, dan Laodikia keluar dari Filadelfia. Anda nampak, yang satu keluar dari yang lainnya.

a. Laodikia Terbentuk dari Filadelfia yang Jatuh

Maka hari ini persoalannya terletak di sini. Apabila Filadelfia jatuh atau gagal, ia akan menjadi Laodikia. Jangan sekali-kali keliru, jangan mengira agama Protestan itulah Laodikia. Tidak! Agama Protestan itu Sardis, bukan Laodikia. Ingatlah, gereja Protestan hari ini hanya bisa menjadi Sardis, tidak mungkin menjadi Laodikia. Pembaca Alkitab tidak dapat mengaku dengan sembrono bahwa mereka adalah Laodikia. Tidak, mereka adalah Sardis. Filadelfia yang telah jatuh barulah bisa menjadi Laodikia. Sardis keluar dari Tiatira, itu kemajuan; Filadelfia keluar dari Sardis, itupun kemajuan. Namun Laodikia keluar dari Filadelfia, itulah suatu kemunduran atau kemerosotan. Keempat gereja tersebut akan berlangsung terus hingga kedatangan Tuhan.

Laodikia adalah Filadelfia yang telah berubah bentuk, atau menyeleweng. Pada suatu hari, bila kasih persaudaraan telah hilang, ia akan segera berubah menjadi opini orang banyak. Itulah anti Laodikia. Laodikia berasal dari nama sebuah kota, yang oleh pangeran Roma di – sebut Entiochus. Pangeran tersebut mempunyai seorang istri yang bernama Laodios. Laodikia berasal dari namanya. Makna kata “Lao” dalam bahasa Yunani ialah “orang banyak”, “Kia’ berarti “opini”.

Ketika Filadelfia jatuh, saudara berubah menjadi orang banyak, kasih persaudaraan berubah menjadi opini orang banyak. Kasih berubah menjadi opini. Kasih persaudaraan itu sesuatu yang hidup, sedang opini orang banyak itu sesuatu yang mati. Kapan kasih persaudaraan lenyap, hubungan Tubuh dan komunikasi hayat putus, maka yang tersisa hanyalah opini orang banyak; tanpa opini Tuhan. Cukup dengan menuruti persetujuan mayoritas atau pemungutan suara. Kapan Filadelfia jatuh, ia segera berubah menjadi Laodikia.

b. Suam-suam Kuku dan Kesombongan Rohani

Dalam 3:15 dikatakan, “Aku tahu segala pekerjaanmu, engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas!” Itulah keistimewaan Laodikia. Ayat 17, ‘Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang.’ Itulah ciri-ciri Laodikia. Laodikia suam-suam kuku dan memiliki kesombongan rohani di hadapan Tuhan. “Aku kaya”, bahkan “Aku telah memperkaya diriku” dan lagi “Aku tidak kekurangan apa-apa.” Tetapi dalam pandangan Tuhan “Engkau melarat, malang, miskin, buta dan telanjang.” Dari manakah datangnya kesombongan rohani mereka? Dari sejarah yang lampau. Memang pada suatu saat tertentu mereka pernah kaya, lalu mereka menyangka hari ini tetap kaya. Memang pada suatu masa mereka pernah dibelaskasihi Tuhan, mereka ingat akan sejarah itu, tetapi hari ini realitasnya sudah lenyap.

1) Hayat di Masa Lampau Telah Tiada

Dalam agama Protestan hari ini sukar didapati seorang yang menyombongkan kekayaan rohaninya sendiri. Di luar negeri, termasuk pendeta-pendeta mereka, hampir semua mengatakan, “Kami tidak cukup! Kami tidak memadai!” Anda tak dapat menjumpai orang sombong di kalangan Sardis. Di sini ada segolongan orang yang dahulunya Filadelfia, yang menuruti firman Allah dan yang tidak menyangkal namaNya. Tetapi kini hayat yang semula itu sudah hilang. Hari ini kisah masa lalu masih teringat, tetapi hayat masa lalu telah lenyap! Mereka masih ingat betapa dahulu kaya, tidak kekurangan apa-apa, tetapi sekarang sudah melarat, malang, miskin, buta dan telanjang! Hanya segolongan oranglah yang dapat menyombongkan kekayaan dirinya sendiri, yaitu Filadelfia yang telah jatuh, Filadelfia yang telah kehilangan kuat kuasa dan hayat!

c. Harus Belajar Merendahkan Diri di Hadapan Allah

Karena itu, saudara saudari wajib ingat, bila kalian ingin terus menempuh jalan Filadelfia, kalian harus belajar merendahkan diri di hadapan Allah. Adakalanya aku mendengar salah seorang saudara berkata, “Berkat Allah berada di tengah-tengah kita.” Aku mengakui perkataan ini benar, namun berhati-hatilah ketika kita mengucapkannya. Jika tidak, itu akan berbau Laodikia. Kita kaya, kita tidak kekurangan apa-apa. Aku katakan pada kalian, jika pada suatu hari kalian berdiri di atas posisi demikian, Anda sudah sangat dekat dengan Laodikia.

Ingatlah, pada kita tiada apapun yang bukan berasal dari pemberian Tuhan. Mungkin orang-orang di sekeliling penuh dengan kematian, tetapi tak perlu Anda mengetahui bahwa diri sendiri penuh dengan hayat; sekalipun orang-orang di sekitar miskin, tetapi tak perlu Anda mengetahui bahwa diri sendiri kaya. Semoga Allah membelaskasihani kita, agar kita belajar hidup di hadapan Allah; boleh kaya, tapi tidak mengetahui diri sendiri kaya. Wajah Musa walau bercahaya, tetapi ia sendiri tidak mengetahuinya. Inilah perkara yang lebih baik Begitu Anda mengetahui, Anda akan menjadi Laodikia. Begitu Anda mengetahui, Anda akan menjadi suam-suam kuku. Laodikia tahu segalanya, namun tidak ada satu yang panas. Mereka seakan-akan ada segalanya, tetapi tiada satu yang dapat mengorbankan jiwa. Mereka ingat kemuliaan masa lalu, tetapi lupa akan kondisi hari ini di hadapan Allah. Dahulu adalah Filadelfia, tetapi hari ini telah menjadi Laodikia.

II. WAJIB MEMILIH JALAN GEREJA BAGI
DIRI SENDIRI

Hari ini aku telah membentangkan keempat gereja ini di hadapan Anda. Sejak agama Roma Katolik, muncul empat macam gereja, dan keempatnya itu akan berlangsung terus hingga kedatangan Tuhan Yesus. Hari ini setiap anak Allah wajib memilih jalan gereja bagi dirinya sendiri. Apakah aku harus menjadi orang agama Roma Katolik, ataukah aku harus menjadi orang agama Protestan? Apakah aku harus mengikuti kesatuan gereja Roma Katolik ataukah aku harus mengikuti sekta-sekta atau denominasi-denominasi agama Protestan yang beraneka ragam? Atau aku harus menempuh jalan Filadelfia? Atau aku pernah menjadi Filadelfia sebentar, tetapi hari ini aku hanya hidup dalam sejarahku yang lampau sambil menyombongkan kemuliaanku yang lampau, sehingga aku menjadi orang Laodikia? Ingatlah, kapan orang mulai bersikap congkak, meninggalkan hayat, tanpa mementingkan realitas, hanya teringat akan sejarahnya di masa lalu dan mengira dirinya kaya, dalam orang semacam ini hanya terdapat opini orang banyak dan hanya merundingkan urusan bersama-sama seolah-olah sangat demokratis, tetapi tanpa hubungan Tubuh. Bila Anda tidak mengenal ikatan, kekuasaan dan hayat Tubuh, niscayalah Anda tidak dapat mengenal kasih persaudaraan.

Keempat macam gereja ini akan berlangsung terus, maka hendaklah kita setia terus dalam Filadelfia. Jangan bertanya dengan rasa ingin tahu, bagaimana keadaan agama Roma Katolik? Orang yang selalu ingin tahu seringkali akan dirugikan. Jangan pula meniru-niru perbuatan berbagai sekta agama Protestan, karena itu bukan jalan Allah. Alkitab sangat jelas menunjukkan kepada kita, bahwa segenap pergerakan agama Protestan memang diberkati Allah, tetapi ada banyak pula yang dihukum dan dicela Allah. Maka tak perlu kita menyelidiki atau menanyakannya.

Kita wajib belajar berdiri di atas posisi Filadelfia, senantiasa menuruti firman Tuhan dan tidak menyangkal nama Tuhan. Berdiri di atas kedudukan saudara, jangan sekali-kali bersikap sombong! Jangan menyom.bongkan diri, baik di hadapan Roma Katolik, Protestan maupun di hadapan berbagai sekta. Kapan Anda sombong, Anda akan menjadi Laodikia, bukan lagi Filadelfia! Kapan Anda tinggi hati di hadapan mereka, Anda bukan lagi Filadelfia, melainkan Laodikia. Kalian ingin menempuh jalan yang mana? Semoga Allah memberkati anak-anakNya, semoga saudara-saudara bisa menempuh satu jalan gereja yang tepat dan lurus.

Jalan gereja yang ditetapkan Tuhan adalah Filadelfia. Walau aku tiada jutaan bukti untuk mengatakannya, tetapi aku ada ratusan ribu bukti untuk mengatakannya, banyak anak Allah yang terbaik membenarkan dan menempuh jalan ini: Seluruh problema agama Protestan telah usai, tak perlu dicari detailnya lagi. Demikian pula agama Roma Katolik, tidak perlu dipertimbangkan lagi. Dan semua sekta (denominasi) sebanyak 1.500 telah berlalu pula.

Jalan Tuhan hanya satu, yaitu Filadelfia. Marilah kita menempuh jalan Filadelfia! Tetapi berhati-hatilah, jangan bersikap sombong. Pencobaan terbesar bagi orang yang menempuh jalan Filadelfia ialah kesombongan. Jangan sekali-kali kita dengan sombong berkata, ‘Aku lebih baik daripada Anda, kebenaranku jauh lebih jelas daripada Anda! Aku hanya memiliki nama Tuhan, aku tidak seperti Anda!’ Kapan kita sombong, kita akan segera jatuh ke dalam Laodikia. Pengikut-pengikut Tuhan tidak sombong. Orang yang sombong akan dimuntahkan oleh Tuhan.

Semoga Tuhan membelaskasihani kita dan memperingatkan kita untuk tidak mengucapkan perkataan sombong! Untuk itu kita harus senantiasa hidup di hadapan Allah; hanya dengan senantiasa hidup di hadapan Allah barulah kita tidak melihat kekayaan diri sendiri dan tidak sampai bersikap sombong!

11 || JABATAN IMAM

JABATAN IMAM

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

 

 

 “ Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah”

1 Petrus 2:5

“Dan yang telah membuat kita menjadi suatu Kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapanya -bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin”

Wahyu 1:6

 

 

Dalam Alkitab ada satu jabatan yang disebut jabatan imam. Maksud dari jabatan ini tak lain ialah adanya segolongan manusia yang dipisahkan sama sekali dari dunia dan khusus bertugas melayani Allah. Orang-orang yang demikian tiada profesi atau kewajiban lain selain melayani Allah. Alkitab menyebut mereka imam.

I. SEJARAH JABATAN IMAM
DALAM ALKITAB

Sejak kitab Kejadian Allah telah memiliki imam. Melkisedek adalah imam Allah yang pertama. Pada masa Abraham, Melkisedek telah memisahkan diri sepenuhnya untuk khusus melayani Allah.

1. Mulai Kitab Kejadian Hingga Kenaikan Tuhan

Mulai dari kitab Kejadian hingga bani Israel mendirikan kerajaan selalu ada imam. Pada saat Tuhan datang ke bumi hingga kenaikanNya, imam pun tetap ada. Di bumi, keimaman ini berlangsung demikian lamanya. Alkitab juga mewahyukan kepada kita, setelah kenaikan Tuhan Yesus ke surga, justru la sendiri menjadi imam di hadapan Allah. Dengan perkataan lain, Tuhan Yesus di surga mutlak melayani Allah.

2. Pada Zaman Gereja

Pada zaman gereja, kita pun nampak jabatan imam berlangsung terus, tak pernah berhenti.

3. Pada Kerajaan Seribu Tahun

Pada awal kerajaan seribu tahun, orang-orang yang pertama kali dibangkitkan, semuanya menjadi imam-imam Allah dan Kristus, bahkan akan memerintah sebagai raja bersama Kristus selama seribu tahun (Wahyu 20:6). Jadi, selama seribu tahun itu anak-anak Allah tetap menjadi imam-imam Allah dan Kristus. Ditinjau dari pihak dunia, mereka menjadi raja; ditinjau dari pihak Allah, mereka menjadi imam. Jabatan imam tak pernah berubah, mereka adalah untuk melayani Allah.

4. Pada Langit Baru dan Bumi Baru

Istilah imam ini baru tidak tertampak ketika tibanya langit baru dan bumi baru. Pada waktu itu segenap anak-anak Allah, segenap hamba Allah, tidak melakukan hal lain selain melayani Dia. Dalam Yerusalem Baru setiap hamba-Nya akan melayani Dia. Ini berarti di sana anak-anak Allah akan tetap melayani Allah.

Jadi, di sini Anda nampak satu perkara yang sangat ajaib, yakni jabatan imam ini dimulai dari Melkisedek yang tidak bersilsilah, tidak berawal, tidak berkesudahan dan tidak bersejarah, hingga zaman seribu tahun. Dalam arti sesungguhnya, hal itu berlangsung terus hingga kekekalan.

II. KERAJAAN IMAM BERUBAH
MENJADI KELUARGA IMAM

Menurut wahyu Alkitab, Allah tidak saja menghendaki satu atau dua orang menjadi imam, melainkan segenap umatNya menjadi imam.

1. Allah Memilih Bani Israel
Menjadi Kerajaan Imam

Tatkala bani Israel keluar dari Mesir dan tiba di gunung Sinai, Allah berfirman kepada mereka melalui Musa, “Kamu akan menjadi bagiKu kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kau katakan kepada orang Israel” (Keluaran 19:6). Allah mengatakan kepada orang Israel bahwa mereka adalah kerajaan imam. Perkataan ini agaknya tidak mudah dimengerti. Mengapa Allah mengatakan mereka adalah kerajaan imam? Ini tak lain berarti semua warga kerajaan adalah imam. Jadi, dalam kerajaan atau negara ini tiada orang yang biasa, semuanya adalah imam. Inilah tujuan Allah.

Ketika Allah memilih bani Israel menjadi umatNya, Ia hanya membentangkan satu tujuan di hadapan mereka: kerajaan ini berbeda dengan kerajaan lainnya di dunia, kerajaan ini adalah kerajaan imam. Semua orang yang ada dalam kerajaan ini adalah imam. Ini berarti setiap orang dalam kerajaan ini hanya memiliki satu profesi, yaitu melayani Allah. Allah berkenan memilih orang-orang untuk melayani Dia di bumi ini. Allah senang melihat di bumi ini ada orang-orang yang hidupnya khusus bagi pekerjaanNya. Allah menghendaki seluruh anak-anakNya menjadi imam, melayani Dia.

Setibanya bani Israel di gunung Sinai, Allah segera memberitahu mereka bahwa Ia akan menjadikan mereka satu kerajaan imam. Ini adalah perkara yang amat indah! Negara Inggris disebut negara maritim. Negara Amerika disebut negara dollar, negara China disebut negara tata krama, dan negara India disebut negara filsafat. Tetapi, di sini ada satu negara disebut “negara imam”. Betapa indahnya ini! Dalam negara atau kerajaan ini tidak ada seorang pun yang bukan imam. Baik laki-laki, baik perempuan, baik orang dewasa atau anak-anak, semuanya adalah imam. Orang-orang dalam kerajaan ini tidak melakukan pekerjaan lain, kecuali melayani Allah. Orang-orang dalam kerajaan ini yakni orang dewasa maupun anak-anak tidak melakukan pekerjaan lain kecuali mempersembahkan korban, melayani Allah. Ini sungguh satu perkara yang mengherankan.

Setelah Allah mengatakan kepada mereka bahwa Ia akan menjadikan mereka kerajaan imam, pada pasal berikutnya, Allah lalu menyuruh Musa naik ke atas gunung, dan Allah menuliskan kesepuluh hukum pada dua loh batu untuk bani Israel. Musa berada di atas gunung selama empat puluh hari empat puluh malam. Allah sendiri yang menuliskan kesepuluh hukum itu. Yang pertama ialah tidak boleh ada allah lain, kemudian tidak boleh membuat berhala . . . , hukum-hukum itu telah Allah tulis satu persatu.

2. Bani Israel Beribadah kepada Berhala

Pada waktu Musa berada di atas gunung, karena ia tidak cepat turun, maka umat Israel di bawah gunung menduga bahwa padanya mungkin telah terjadi sesuatu. Mereka lalu berkata kepada Harun, “Mari, buatlah untuk kami allah .yang akan berjalan di depan kami” (Keluaran 32:1). Harun menuruti permintaan mereka dan mengumpulkan banyak anting-anting emas untuk kemudian membuat sebuah anak lembu emas. Umat itu lalu menyembah anak lembu emas itu, dan berkata, “Hai Israel, inilah allahmu yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir. “

Mulailah mereka menyembah patung. Mereka duduk, makan, minum, kemudian bangkit bersukaria, sebab pada hari itu terbentang di muka mereka satu allah yang dapat dilihat. Allah yang diperkenalkan Musa kepada mereka seolah-olah tidak praktis, sebab tidak diketahui di mana la berada dan sukar menemuiNya. Hari itu, bahkan Musa yang menyembahNya pun tidak kelihatan. Sekarang sangat baik, ada satu anak lembu emas yang kelihatan yang dapat disembah. Dengan perkataan lain, Allah telah melantik mereka menjadi imam, namun sebelum mereka menjadi imam Allah, mereka sudah menjadi imam anak lembu emas. Allah menghendaki mereka menjadi kerajaan imam, tetapi sebelum mereka menjadi kerajaan imam Allah, mereka sudah mulai melayani patung anak lembu emas. Di luar Allah mereka memiliki allah lain, di luar Allah mereka telah memiliki sasaran penyembahan lain.

Demikianlah konsepsi manusia terhadap Allah. Manusia selalu ingin membuat satu allah bagi dirinya sendiri, manusia senang menyembah allah ciptaannya sendiri. Manusia tidak menerima wewenang dan kedudukan penciptaan Allah.

3. Allah Mengaruniakan Jabatan Imam kepada Suku Lewi

Ketika Musa masih berada di atas gunung, Allah menyuruhnya turun. Dengan membawa kedua loh hukum di tangannya, Musa turun dari gunung. Tetapi, ketika ia tiba di dekat perkemahan dan melihat keadaan umat itu, bangkitlah amarahnya sehingga kedua loh batu itu dilempar dan dipecahkannya. Kemudian Musa berdiri di pintu gerbang perkemahan itu dan berkata, “Siapa yang memihak kepada Tuhan datanglah kepadaku.” Lalu berkumpullah kepadanya seluruh suku Lewi. Musa berkata lagi kepada mereka, “Baiklah kamu masing-masing mengikatkan pedangmu pada pinggangmu dan berjalan-jalan kian ke mari melalui perkemahan itu dari pintu gerbang ke pintu gerbang, dan biarlah masing-masing membunuh saudaranya dan temannya dan tetangganya. Tak peduli ia siapa, setiap orang yang kamu jumpai bunuhlah dia. Karena mereka telah menyembah berhala, menyembah anak lembu emas. Tak peduli bagaimana hubunganmu dengan mereka, kamu harus menghunus pedang membunuhnya. “

Banyak orang merasa hal ini terlampau berat. Siapa yang sampai hati membunuh saudaranya atau temannya sendiri? Sebelas suku dari kedua belas suku itu tak mau bertindak demikian. Mereka merasa bahwa harga ini terlalu besar. Akhirnya hanya suku Lewi yang menghunus pedang dan membunuhi saudara mereka. Pada hari itu tewaslah kira-kira tiga ribu orang. Orang-orang itu adalah saudara, kerabat dan teman suku Lewi.

Perhatikanlah, setelah terjadinya kasus anak lembu emas, Allah segera memberitahu Musa bahwa mulai hari itu kerajaan Israel tak dapat menjadi kerajaan imam lagi. Walaupun perkataanNya tidak langsung demikian, namun sejak saat itu, jabatan imam telah dikaruniakanNya kepada suku Lewi. Jabatan imam yang pada mulanya diberikan kepada kerajaan Israel, kini hanya dikaruniakan kepada keluarga Harun dari suku Lewi saja.

4. Sejak Hari Itu Umat Allah Terpisah
dengan Imam Allah

Sejak itu, dalam kerajaan Israel terdapat dua jenis orang yang berbeda: Umat Allah dan imam Allah. Pada mulanya Allah menghendaki setiap umatNya menjadi imam, Ia tidak bermaksud memisahkan umatNya dengan imamNya. Allah menghendaki agar seluruh kerajaan itu menjadi kerajaan imam, umat maupun imam Allah adalah satu. Siapa yang menjadi umat Allah, dia juga imam Allah. Asalkan Anda umat Allah, Anda pun imam Allah. Menjadi umat Allah berarti menjadi imam Allah. Tiada seorang yang telah menjadi umat, tapi bukan imam. Namun, karena banyak orang yang tamak akan dunia, memikirkan kasih manusia, meninggalkan kesetiaan dan melayani berhala, maka terpisahlah umat Allah dengan imam Allah. Jika kasih seseorang kepada Tuhan tidak melebihi kasihnya kepada ayah, ibu, istri, anak, saudara laki-laki dan saudara perempuan, ia tidak layak menjadi murid Tuhan. Banyak orang tak dapat memenuhi syarat ini dan tak dapat membayar harga ini. Karenanya, sejak hari itu dalam kerajaan Israel, umat Allah dengan imam Allah telah terpisah.

5. Imam Menjadi Masalah Satu Keluarga

Asalnya kerajaan imam, sejak hari itu telah berubah menjadi suku imam. Semula ada kerajaan imam, sejak hari itu berubah menjadi keluarga imam. Imam telah menjadi masalah satu keluarga, bukan masalah satu kerajaan. Bagi suku Lewi, umat Allah dengan imam Allah bersatu padu, umat Allah juga adalah imam Allah. Tetapi bagi kesebelas suku lainnya, umat Allah adalah umat Allah, mereka tak dapat menjadi imam Allah. Ini adalah satu perkara yang sangat serius. Seorang yang telah percaya kepada Tuhan, telah menjadi umat Allah, tetapi orang ini tidak menjadi imam Allah. Ini merupakan satu perkara yang sungguh serius.

III. CIRI-CIRI SISTEM IMAM –HIRARKI

Sejak keluarnya bani Israel dari Mesir hingga kedatangan Tuhan Yesus di bumi ini, selain suku Lewi tiada suku lainnya yang dapat melakukan tugas imam. Mereka harus melalui perantaraan imam, baru dapat mempersembahkan sesuatu kepada Allah. Jika mereka ingin datang kepada Allah untuk mengaku dosa, mereka harus melalui perantaraan imam. Untuk memisahkan diri dari dunia, juga tak dapat, sebab mereka tidak berhak menyentuh minyak urapan dengan sebuah jaripun. Hanya imamlah yang layak mengurapkan minyak itu bagi mereka, setelah itu barulah mereka dapat dikuduskan. Semua masalah rohani tak dapat mereka tangani sendiri, mereka harus melalui imam.

Sebab itu, dalam Perjanjian Lama, bagi bani Israel terdapat satu ciri khusus, yakni Allah terpaut jauh dan tak dapat dihubungi oleh setiap orang. Dalam Perjanjian Lama Anda nampak terbentuknya satu “sistem imam”, saya menamakannya “sistem hirarki”. Artinya, manusia tidak dapat langsung datang ke hadirat Allah. Jika umat Allah ingin datang ke hadirat Allah, mereka harus melalui imam. Umat Allah tak dapat langsung berkomunikasi dengan Allah. Allah datang kepada manusia melalui imam, manusia datang kepada Allah juga melalui imam. Di antara Allah dengan manusia ada suatu sistem hirarki. Satu sama lain tak dapat berkomunikasi secara langsung. Di antara Allah dengan manusia telah terbentuk satu sistem hirarki.

Dalam tujuan Allah yang semula tidak ada hal ini. Semula Allah menghendaki umatNya datang kepadaNya secara langsung, la pun secara langsung datang kepada umat-Nya. Tetapi hari ini telah muncul tiga pihak: umat Allah datang kepada Allah melalui imam, Allah datang kepada umatNya juga melalui imam. Allah tidak dapat berkomunikasi secara langsung dengan manusia.

IV. PERUBAHAN SISTEM IMAM

Ketidak-mungkinan umat Allah datang secara langsung ke hadirat Allah sudah berlangsung hampir 1500 tahun, yaitu sejak zaman Musa hingga kedatangan Tuhan Yesus. Hanya ada satu keluarga yang menjadi imam, setiap orang harus melalui mereka baru dapat datang ke hadirat Allah. Bila seseorang secara langsung datang ke hadirat Allah, ia pasti mati. Pada masa itu, jabatan imam adalah jabatan yang sangat besar. Manusia tak dapat langsung datang ke hadirat Allah, harus melalui imam baru dapat. Alangkah tinggi dan terhormatnya jabatan imam! Tanpa imam orang tak mungkin datang ke hadirat Allah. Sampai zaman Perjanjian Baru, manusia bisa beroleh selamat dan tertebus. Tiba-tiba kita mendengar firman yang mengatakan, “Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah” (I Petrus 2:5).

1. Dalam Zaman Perjanjian Baru,
Setiap Orang yang Beroleh Kasih Karunia
adalah Imam

Petrus memberitahu kita bahwa Kristus adalah dasar dari gereja. Dialah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan, namun telah menjadi batu penjuru. Kita semua adalah batu-batu hidup yang disusun dan dibangun menjadi rumah rohani. Juga dikatakan, “kamu adalah imamat yang kudus”. Di sini tiba-tiba ada satu suara dari surga yang memberitahu kita bahwa semua orang yang beroleh kasih karunia adalah imam Allah. Setiap orang yang menjadi batu hidup, yang berhubungan dengan rumah yang rohani, adalah imam Allah.

2. Gereja Memperoleh Kembali
Jabatan Imam yang Umum

Di sini tiba-tiba Anda melihat Allah memberi satu janji. janji yang telah dikesampingkan selama 1500 tahun, kini diangkat lagi. Apa yang terhilang dari bani Israel, telah didapatkan kembali oleh gereja. Jabatan imam yang umum ini telah terbuang dari bani Israel, tapi hari ini, dalam zaman Perjanjian Baru, tiba-tiba ada suara dari surga yang mengatakan bahwa jabatan imam yang umum ini telah dipulihkan, setiap orang yang menerima kasih karunia dan beroleh selamat disebut imam.

3. Gereja adalah Kerajaan Imam

Dalam Wahyu 1:6 tercantum pula perkataan yang serupa, “Dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, BapaNya. ” Asalnya segenap kerajaan Israel adalah imam, tapi kemudian hilang. Hari ini, gereja adalah satu kerajaan imam. Apa yang hilang dari bani Israel di hadapan anak lembu emas, hari ini diperoleh kembali sepenuhnya oleh gereja dari Tuhan Yesus. Hari ini seluruh gereja adalah imam. Kerajaan imam yang ditetapkan Allah telah terpulih sepenuhnya.

4. Orang Kristen Hanya Memiliki Satu Profesi
Melayani Allah

Apa yang gagal diperoleh Allah dari bani Israel, telah diperolehNya di dalam gereja. Hari ini gereja adalah kerajaan imam. Seluruh gereja adalah imam. Apakah artinya ini? Ini berarti segenap orang yang beroleh kasih karunia hanya memiliki satu profesi, yaitu melayani Allah. Saudara-saudari, ketahuilah, sebelum seseorang percaya Tuhan, jika ia seorang dokter, maka pekerjaannya ialah mengobati orang sakit; seorang jururawat, pekerjaannya ialah merawat; seorang guru, pekerjaannya ialah mengajar; seorang petani, pekerjaannya ialah bertani; seorang pedagang, pekerjaannya ialah berjual-beli. Tetapi ingatlah, begitu Anda menjadi Kristen, profesi Anda sama sekali telah berubah. Semua orang Kristen hanya memiliki satu macam profesi, yaitu melayani Allah. Saya melayani Allah di hadiratNya, seumur hidup saya adalah untuk tujuan yang rohani.

Karena itu, setiap orang Kristen hanya memiliki satu profesi, yakni melayani Allah. Orang yang tadinya sebagai dokter, sejak kini tidak seharusnya mengharap menjadi dokter yang ternama. Menjadi dokter hanya untuk mempertahankan penghidupan jasmani, profesi sesungguhnya adalah menjadi imam di hadapan Allah. Seorang yang tadinya menjadi dosen atau guru, tidak seharusnya mengharap menjadi dosen atau guru yang ternama/istimewa, melainkan harus baik-baik menuntut menjadi imam Allah. Mengajar di sekolah hanyalah profesi sambilan. Profesi utama adalah melayani Allah. Semua pekerja, pedagang, petani dan orang yang melakukan apa pun bukan untuk semuanya itu lagi. Pada hakekatnya kita hanya memiliki satu profesi, yaitu melayani Allah.

5. Hanya Ada Satu Ambisi –Mencari Perkenan Tuhan

Saudara-saudari, pada saat Anda menerima kasih karunia, pada hari itu juga Anda harus memecahkan profesi Anda yang semula. Sejak Anda menjadi orang Kristen, Anda tak seharusnya memiliki ambisi atau tekad yang muluk-muluk. Anda tak dapat berharap agar darinya Anda dapat menjadi orang yang luar biasa: Anda tak dapat berharap agar dari bidang karir tertentu itu Anda bisa menjadi seorang yang terkenal. Setelah Anda menjadi Kristen. Anda perlu seperti Paulus, yaitu hanya memiliki satu ambisi: “Mencari perkenan Tuhan”. Kecuali ini tiada ambisi lain. Profesi duniawi saya telah pecah. Saya tak berambisi menjadi orang yang terkenal, saya hanya bersedia menjadi pelayan Tuhan di hadapanNya.

V. KEMULIAAN JABATAN IMAM

Tak lama setelah saya percaya Tuhan, saya selalu merasa jika saya ingin menasihati seorang yang baru beriman, seolah-olah harus mengeluarkan tenaga yang sangat besar, dan seolah-olah saya harus memohon dan menganjuri mereka untuk melayani Allah sebaik-baiknya. Pada hal pandangan Allah sama sekali berbeda dengan pandangan kita. Tatkala bani Israel berdosa, Allah segera mengambil jabatan imam itu dari mereka. Ditinjau dari pandangan Allah, melayani Dia adalah keuntungan dan kemuliaan yang terbesar. Bila manusia gagal dan jatuh, Allah akan mengambil jabatan imam itu darinya. Allah tidak bermaksud menasihati, menganjuri, meminta atau mencari perkenan manusia. Jika seorang dapat menjadi imamNya, itu adalah kemuliaannya, bukan kemuliaanNya.

1. Menjadi Imam Berarti Diangkat oleh Allah

Karena itu ingatlah: ada orang, ketika ia mempersembahkan api asing, ia segera mati (Imamat 10:1); ada orang, ketika ia masuk ke tempat kudus, ia segera mati; dan ada orang, ketika ia mempersembahkan korban, ia pun mati. Dengan kata lain, selain imam, Allah tidak mengizinkan orang lain datang kepadaNya. Dalam pandangan Allah, menjadi imam berarti Allah mempercayainya; menjadi imam berarti Allah menambahkan kemuliaan kepadanya; menjadi imam berarti Allah telah mengangkatnya. Jika ada orang ingin mencoba dengan kemauannya sendiri, ia akan segera mati. Ketika tabut perjanjian tergelincir, barangsiapa menopangnya, ia segera terbunuh.

2.Orang Bodoh Mengira Melayani
Berarti Memberi Perlakuan Istimewa kepada Allah

Banyak orang mengira jika mereka mempersembahkan diri kepada Allah, hal itu seakan-akan mengangkat Allah. Belasan tahun ini saya telah nampak banyak kebangunan rohani, tetapi saya merasa sangat tidak enak, karena aktivitas-aktivitas itu seolah-olah meminta orang-orang itu untuk melayani Allah. Banyak orang yang hanya menyumbangkan sedikit uang, lalu merasa seolah-olah telah memberi perlakuan istimewa kepada Allah. Banyak juga yang mempersembahkan dirinya untuk bekerja, namun mereka merasa seolah-olah telah memberi perlakuan istimewa kepada Allah. Ada yang melepaskan sedikit kedudukan di dunia, lalu merasa telah mengangkat Allah. Ia seolah-olah berkata, “Orang seperti saya ini, hari ini juga datang melayani Allah.” Ada orang yang meletakkan satu jabatan kecil di pemerintahan, lalu merasa telah mengangkat Tuhan. la pun seolah-olah berkata, “Orang seperti saya, (berkedudukan atau berwibawa) juga melayani Tuhan.” Ketahuilah, demikian ini berarti buta, bodoh dan gelap!

3. Melayani Allah adalah Kemuliaan Kita yang Terbesar

Kalau Allah yang memanggil kita agar kita menjadi imam yang melayani Dia, maka dengan merangkak pun kita harus datang kepadaNya, sebab hal ini adalah kemuliaan kita yang terbesar. Ini berarti Allah telah meninggikan kita! Ini tidak berarti bahwa dalam dunia ini ada orang yang dapat memberi sesuatu kepada Allah. Ini justru berarti Allah mau menerima orang itu, Allah sudi berkenan kepadanya. Inilah kemuliaan kita! Jika manusia seperti kita ini layak melayani Allah, itulah kemuliaan yang terbesar. Ini benar-benar kasih karunia! Ini benar-benar Injil! Injil tidak hanya berarti Tuhan Yesus menyelamatkan saya, Injil pun berarti manusia-manusia yang seperti kita ini, sejak hari ini, dapat melayani Allah. Inilah Injil! Injil yang terbesar!

VI. PEMELIHARAAN IMAM

1. Jika Kehilangan Jabatan Imam yang Umum,
Tidak Ada Gereja

Jadi, dalam gereja hari ini tiada lagi jabatan imam yang terbatas, yang ada ialah jabatan imam yang umum. Kerajaan Israel pernah mengalami kegagalan, hari ini gereja tidak boleh mengulangi kegagalan tersebut. Kegagalan kerajaan Israel dikarenakan terpisahnya umat Allah dengan imam Allah. Dalam gereja hari ini, umat Allah adalah juga imam Allah. Setiap orang haruslah sebagai imam. Ada berapa saudara di antara kita, imam pun harus ada sebanyak itu. Kita masing-masing harus datang kepada Allah untuk mempersembahkan persembahan rohani, mempersembahkan persembahan puji-pujian, dan menangani tugas-tugas rohani. Ini bukan jabatan yang selektif melainkan setiap orang harus datang ke hadirat Allah, melayani Allah. Jika ada satu gereja yang bukan setiap anggotanya melayani Allah, itu bukanlah gereja.

Jika hari ini jabatan imam tidak diterapkan secara umum, maka tiadalah gereja. Gereja seharusnya tidak mengulangi kegagalan kerajaan Israel. Selama dua ribu tahun ini, jabatan imam tidak pernah lebih besar daripada kedudukan umat. Dalam sejarah gereja selama hampir dua ribu tahun, Anda sering melihat kedudukan umat terpisah lagi dengan jabatan imam, dan timbul lagi sistem hirarki di kalangan umatNya. Inilah yang disebut perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus, atau ajaran pengikut-pengikut Nikolaus (Wahyu 2:6,15) yang dibenci Tuhan.

2. Kita Tak Dapat Menerima Sistem Hirarki Lagi

Saya harap saudara saudari bisa nampak dengan jelas, yakni kita tidak boleh membiarkan lagi adanya hirarki. Anda tidak boleh menerima hirarki, Anda tidak patut menyetujui adanya hirarki imam di antara anak-anak Allah dengan Allah. Hal ini mutlak tak dapat kita terima! Anda harus nampak apa itu gereja. Gereja adalah sesuatu yang di dalamnya setiap anak-anak Allah menjadi imam. Bukan hanya seorang atau beberapa orang yang diundang menjadi pelaksana tugas-tugas rohani, sehingga jika Allah ingin bersabda kepada kita harus melalui mereka, dan jika kita ingin datang ke hadirat Allah untuk urusan rohani juga harus melalui mereka. Gereja seharusnya tidak menerima sistem hirarki yang sedemikian.

Ingatlah, perselisihan antara kita dengan denominasi- denominasi Kristen bukanlah mengenai masalah bentuk atau ritual, melainkan mengenai masalah isi atau realitas. Hari ini dalam denominasi-denominasi Kristen dapat Anda temukan adanya suatu sistem hirarki. Hanya segolongan orang tertentu yang melayani Allah, sedang semua lainnya menjadi “jemaat awam” atau “anggota gereja”. Walau “anggota gereja” ini juga adalah anak-anak Allah, namun mereka harus melalui segolongan orang yang disebut pelayan-pelayan Allah baru dapat datang ke hadirat Allah. Hari ini, dalam kebanyakan organisasi kekristenan, eksistensi sistem hirarki ini disetujui dan dibenarkan. Namun kita tak dapat menerima sistem hirarki ini. Janganlah kita membuang kasih karunia yang Allah karuniakan kepada gereja dalam Perjanjian Baru seperti yang telah dilakukan orang Israel.

3. Jika Setiap Orang Melayani Allah
Sistem Hirarki akan Terhapus

Jadi, kita harus menghapus sistem hirarki. Jika kita ingin menghapusnya, maka setiap kita harus menjadi penggantinya. Bila setiap orang telah menggantikannya. otomatis hirarki itu akan lenyap. Bagaimana supaya tiga pihak ini Allah, imam dan umat – dapat dijadikan dua pihak? Tiada cara lain kecuali Anda berlutut dan berkata. “Tuhan, aku mau melayani Engkau, aku mau menjadi imam.” Bila setiap umat Allah menjadi imam, niscayalah tiga pihak itu akan menjadi dua pihak.

Sistem hirarki berasal dari dunia, daging, penyembahan berhala dan kecintaan akan dunia. Bila semua saudara saudari sejak semula dapat menolak dunia dan berhala, mereka pasti dapat mempersembahkan diri kepada Allah, dan mengatakan bahwa sejak hari ini mereka hidup di dunia ini adalah untuk melayani Allah. Dengan demikianlah sistem hirarki akan terhapus dengan sendirinya. Kalau setiap saudara saudari mengakui bahwa profesi mereka tidak lain adalah melayani Allah, maka ketika setiap umat Allah melayani Allah, niscayalah sistem hirarki itu akan tersingkir sama sekali.

4. Jika Menjadi Orang Kristen Haruslah Menjadi Imam

Saya harap sejak semula Anda sudah menyadari bahwa Anda seharusnya tidak membiarkan sistem hirarki muncul. Sistem hirarki timbul dikarenakan kegagalan, kejatuhan dan bertindak menurut kemauan sendiri. Dalam keadaan itu dengan sendirinya timbul segolongan orang melayani Allah, dan segolongan lagi tidak melayani Allah. Orang-orang yang tidak melayani Allah mengelola urusan duniawi, sedang mereka yang melayani Tuhan menangani urusan rohani. Golongan yang tidak melayani Tuhan paling banyak hanya menyumbangkan sedikit uang kepada mereka yang mengerjakan urusan rohani. Selebihnya ada yang berdagang, mengajar atau menjadi dokter. Masing-masing mengerjakan urusannya sendiri dan menempuh jalannya sendiri; seolah-olah sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan pelayanan kepada Allah. Ada orang berketetapan untuk menjadi orang Kristen yang dianggapnya baik, yakni dalam seminggu meluangkan sedikit waktu untuk mengikuti kebaktian; jika ada uang, menyumbangkannya sedikit. Orang yang demikian jelas telah memisahkan umat Allah dengan imam Allah! Kita harus nampak, jika kita tidak menjadi orang Kristen, tak ada yang perlu dikatakan lagi. Tetapi jika kita menjadi orang Kristen, maka segalanya harus kita serahkan. Kalau menjadi orang Kristen, haruslah menjadi imam.

VII. PEMULIHAN JABATAN IMAM

1.Tiada Problema dalam Gereja Pertama

Kita harus waspada, bahaya kerajaan Israel selama dua ribu tahun ini juga merupakan bahaya gereja hari ini. Tak lama setelah Tuhan terangkat, hingga ditulisnya kitab Wahyu dan sesudah masa itu, seluruh anak-anak Allah adalah imam-imam, tidak ada masalah sedikitpun. Sejak abad pertama hingga abad ketiga tidak terdapat kesulitan. Kalaupun ada, itu hanya bersifat pribadi, bukan bersifat korporat. Memang ada orang yang menjadi anak-anak Allah tidak berfungsi sebagai imam, namun ditinjau dari segi korporat, semua anak-anak Allah berfungsi sebagai imam. Pada masa itu tidak ada kesulitan yang berarti.

2. Setelah Kekaisaran Romawi Menerima Agama Kristen, Gereja Mulai Berubah

Setelah Kekaisaran Romawi menerima agama Kristen. banyak orang yang masuk dengan tidak wajar, sebab percaya Tuhan dianggap suatu keuntungan duniawi; bisa seagama dengan kaisar, bahkan menjadi saudara kaisar. Kalau perintah Tuhan yang semula adalah. “Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” (Matius 22:21): sekarang kedua-duanya diberikan kepada Allah. Ini benar-benar merupakan kemenangan besar bagi kekristenan, sebab kaisar Konstantinus telah percaya Tuhan. Akibatnya, sejak masa itu gereja berangsur-angsur mengalami perubahan besar. Banyak orang telah percaya, tidak seperti dahulu lagi. Dahulu, kaisar Romawi pernah melakukan penganiayaan sepuluh kali, puluhan ribu orang Kristen telah mati sahid karenanya. Pada masa penganiayaan itu, kalau orang ingin menjadi orang Kristen palsu tidak begitu mudah. Tetapi hari ini berbeda. Percaya Tuhan, menjadi orang Kristen adalah suatu perkara yang modern, sebab begitu seseorang percaya Tuhan, ia segera menjadi seagama dan bersaudara dengan sang kaisar. Karenanya, banyak orang berduyun-duyun masuk agama Kristen. Di sini Anda nampak, umat makin bertambah tetapi imam tidak bertambah. Orang dapat masuk agama Kristen secara tidak wajar, tetapi mutlak tidak dapat menjadi imam dengan tidak wajar.

3. Gereja Terbagi Menjadi Orang Rohani
dan Orang Sekular (duniawi)

Jadi, pada abad keempat, terjadi satu perubahan yang sangat besar dalam gereja. Pada masa itu, banyak orang yang masuk gereja; ada yang tidak beriman, ada yang setengah beriman, ada yang benar-benar beriman, tetapi mereka masuk dengan tetap memegang kekuasaan duniawi. Mereka masuk ke dalam gereja tanpa minat melayani Tuhan. Mereka paling banyak hanya beroleh selamat, mereka tak mungkin melayani Tuhan. Maka dengan sendirinya muncullah golongan orang yang rohani yang menangani urusan gereja. Lalu, terdengarlah orang-orang berkata, “Kalianlah yang menangani! Kalianlah yang melayani Tuhan. Kami adalah orang-orang sekular.” Inilah permulaan pemakaian istilah “sekular”, yaitu pada abad keempat. Kami mengerjakan tugas-tugas duniawi, kalian melakukan pekerjaan-pekerjaan rohani. Alhasil, ada sebagian orang melayani Allah dan ada banyak orang tidak melayani Allah.

Pada abad pertama, yakni pada zaman rasuli, setiap orang yang percaya melayani Tuhan. Tetapi hingga abad keempat, kebanyakan orang berkata, “Biarlah orang-orang rohani yang menangani urusan rohani, kita hanyalah umat Allah, kita cukup melakukan profesi kita dalam dunia, dan mempertahankan kedudukan sosial kita.” Kadang-kadang mereka menyumbangkan sedikit uang, dan dengan demikian menganggap dirinya sudah menjadi orang Kristen. Sejak masa itu, gereja telah mirip dengan negara Israel. menyembah anak lembu emas dan memiliki sistem hirarki. Bukan seluruh umat Allah menjadi imam. Walaupun ada segolongan orang menjadi umat, tetapi tidak menjadi imam.

4. Hari Ini Tuhan Ingin Menempuh Jalan Pemulihan

Saya ingin saudara saudari nampak satu perkara. yaitu pada akhir zaman ini Allah ingin melakukan pemulihan, dan menempuh jalan pemulihan. Saya yakin, pada waktu-waktu yang terakhir ini, Allah akan membawa semua anak-anakNya ke dalam kedudukan ini. Tahap utama yang perlu terpulih dalam gereja ialah segenap anak-anak Allah menjadi imam. Jika Anda adalah umat, Anda pun adalah imam. Pada hari ini ada imam, pada masa kerajaan pun tetap ada imam. Allah tetap menghendaki imam, la menghendaki segenap umatNya menjadi imam.

VIII. PELAYANAN IMAM

Karena itu, saudara-saudari, bila Anda menjadi Kristen, Anda adalah imam. Ini adalah yang wajar. Janganlah Anda mengharap orang lain menggantikan atau mewakili Anda menjadi imam, Anda sendiri harus menjadi imam. Di antara kita tiada sistem hirarki, tiada oknum yang menggantikan Anda melakukan urusan rohani, tiada orang yang mewakili Anda bekerja. Di antara kita seharusnya tidak ada golongan pekerja atau pendeta.

1. Dalam Gereja Harus Ada Pelayanan Menyeluruh

Jika Allah membelaskasihani kita, dengan sendirinya semua saudara saudari akan bekerja, memberitakan Injil dan melayani Allah. Semakin merata jabatan imam, semakin tertampaklah gereja. Bila jabatan imam tidak merata berarti kita gagal, dan kita tak dapat menempuh jalan dengan baik.

2. Harus Nampak Melayani Allah Itu Berarti Allah Mengangkat Kita

Manusia seperti kita yang demikian miskin, lemah, buta dan cacat ini, ternyata bisa diterima Allah untuk menjadi imamNya, ini adalah kemuliaan kita! Pada zaman Perjanjian Lama semua orang yang cacat, timpang dan yang berpenyakit tak mungkin menjadi imam. Hari ini kita orang-orang yang hina, najis, gelap dan cacat, tetapi Allah sudi mengangkat kita menjadi imam! Dia adalah Tuhan! Saya pernah berkata, “Dengan merangkak atau berlutut pun saya harus datang kepadaNya.” Saya harus berjalan dengan lutut dan berkata, “Tuhan, hamba rela melayani Engkau, hamba senang menjadi budakMu. Hamba dapat datang ke hadiratMu, tak lain karena Engkau telah mengangkat hamba.” Ketahuilah, menjadi imam berarti dekat; menjadi imam berarti tanpa jarak: menjadi imam berarti dapat langsung masuk ke hadiratNya; menjadi imam berarti tidak perlu perantara; menjadi imam berarti dapat menjamah Allah!

3. Ada Pelayanan Menyeluruh
Berarti Ada Kerajaan Allah

Jika pada suatu hari, segenap saudara saudari di setiap gereja lokal bangkit melayani Allah, maka di situ benar-benar akan muncul kerajaan Allah, kerajaan imam, sebab semua warga kerajaan adalah imam. Saya rasa inilah perkara yang paling mulia. Semoga segala berhala terenyah dengan tuntas dari antara kita. Kita harus membayar harga apa pun untuk ini di hadapan Allah. Orang-orang Lewi telah membayar harga, setia dan tidak menghiraukan perasaan pribadi, orang semacam itulah yang layak menerima jabatan imam.

4. Perkenan Allah adalah Dasar Jabatan Imam

Jika saudara saudari ingin memahami jabatan imam, hendaklah memahami bagaimana pandangan atau perlakuan Allah terhadap imam pada zaman Perjanjian Lama. Allah mengizinkan Anda datang, dan tidak menghukum mati Anda; ini adalah perkara yang betapa besar. Hanya imamlah yang boleh makan roti sajian; hanya imamlah yang dapat melayani mezbah; hanya imamlah yang dapat memasuki tempat kudus. Hanya imam yang dapat melakukan persembahan, bila orang lain masuk, ia akan segera dihukum mati. Sebab itu, perkenan Allah adalah dasar jabatan imam. Jika hari ini Allah sudi menerima saya, masakan saya tidak mau datang ke hadiratNya? Dulu, orang yang datang akan dihukum mati, tetapi hari ini Allah bersabda, “Anda boleh datang!” Tidakkah kita mau datang? Sungguh aneh kalau kita tidak mau datang.

5. Menerima Karunia Melayani
adalah Belaskasihan Allah

Di hadapan Allah, kita bisa menerima karunia untuk melayani Allah, itu adalah kasih karunia Allah yang terbesar! Saya rasa. orang yang mengenal Allah akan berkata, “Aku bisa beroleh karunia untuk melayani Allah, ini sungguh lebih indah dan ajaib daripada saya menerima karunia keselamatan.” Anjing di bawah meja boleh makan remah-remah roti di bawah meja, namun ia tak dapat melayani tuannya yang duduk di meja itu. Beroleh selamat adalah perkara yang sederhana, tetapi melayani Tuhan bukanlah yang dapat dilakukan setiap orang. Hari ini orang yang beroleh selamat dalam gereja layak melayani Tuhan. Jika Anda tidak merasakan hal ini adalah karunia yang terbesar, sungguh sangat bodoh.

6. Tidak Menerima Sistem Hirarki

Kekristenan hari ini menyetujui adanya sistem hirarki. Kalangan kekristenan hari ini tetap memisahkan golongan (kelas) imam Allah dengan golongan anak-anak Allah. Semoga di antara kita tidak ada golongan (kelas) apa pun. Mungkin dalam gereja ada seorang atau dua orang yang gaga!, tetapi sistem itu tidak ada. Hari ini, di antara orang-orang Kristen sistem itu telah diterima. Pada prinsipnya mereka telah merosot menjadi serupa dengan, keadaan bani Israel, yakni mati terpisah dengan imam. Semoga kita tidak merosot dan jatuh ke dalam sistem orang Israel tersebut.

3||BERBAGAI JENIS SIDANG

BERBAGAI JENIS SIDANG

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

 

“Jadi bagaimana sekarang, saudara-saudara? Bilamana kamu berkumpul,hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu: yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau penyataan Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa roh, tetapi semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun”.

I Korintus 14:26

Pembacaan Alkitab:
Kisah Para Rasul 12:14,40-42;
1 Korintus 10:16-17,21; 11:20,23-26; 14:26-36;
Matius 18:19-20

 

Dalam berita ini kita akan membahas tentang pelaksanaan bersidang (pertemuan ibadah). Dalam Alkitab kita nampak ada lima jenis sidang: Sidang pemberitaan Injil, sidang pemecahan roti, sidang doa, sidang pemanfaatan karunia dan sidang pengkhotbahan. Menurut teladan Alkitab, kelima sidang yang berbeda-beda itulah yang dapat kita temukan dalam gereja zaman rasul-rasul. Jika gereja di masa kini ingin kuat, maka kelima jenis sidang tersebut perlu pula dipraktekkan. Dan kita wajib belajar bagaimana melaksanakan setiap sidang itu dengan sebaik-baiknya, agar kita beroleh faedah darinya.

I. SIDANG PEMBERITAAN INJIL

Melalui keempat kitab Injil dan Kisah Para Rasul, kita nampak bahwa dalam sejarah gereja di masa awal, sidang pemberitaan Injil selalu merupakan sidang yang sangat penting. Tetapi sidang tersebut berangsur-angsur kehilangan kedudukannya setelah gereja merosot; mulai dari abad ketiga dan keempat, lalu sidang pengkhotbahanlah yang muncul sebagai penggantinya. Jika gereja ingin kuat, kedudukan sidang pemberitaan Injil ini harus kita pulihkan kembali.

Gereja di atas bumi tidak untuk membangun dirinya sendiri saja, juga untuk memperkenalkan Kristus kepada orang. Maka ditinjau dari pembinaan gereja yang ditujukan ke dalam, memang sidang pemberitaan Injil seolah-olah boleh ditaruh pada urutan terakhir, tetapi ditinjau dari pengembangan gereja yang ditujukan ke luar, karunia penginjilan ini adalah yang pertama dipakai. Penginjilan Filipus ke Samaria dalam catatan Kisah Para Rasul pasal 8 adalah satu bukti. Maka yang Allah lakukan pertama ialah mengutus para penginjil, agar mereka pergi, memanfaatkan karunia mereka untuk memperoleh jiwa bagi Tuhan melalui pemberitaan Injil. Sebab itu, kita harus mengubah kebiasaan kita yang selalu ingin mendengarkan khotbah saja; kita harus mementingkan sidang pemberitaan Injil.

Andaikata setelah saudara saudari percaya Tuhan lalu segera belajar membantu usaha penginjilan, tentu mereka tidak akan mempunyai kebiasaan mendengarkan khotbah saja, tanpa kebiasaan memberitakan Injil. Dalam sidang pemberitaan Injil ini kita harus bekerja secara aktif, bukan hanya duduk dan mendengarkan berita Injil itu, tanpa mempedulikan keselamatan orang lain.

Sidang pemberitaan Injil semacam ini adalah sidang pekerjaan bagi segenap gereja, maka hal ini menjadi kewajiban setiap saudara saudari. Semua harus banyak berdoa terlebih dulu, lalu ada saudara-saudara yang lebih dewasa, yang lebih berkarunia berdiri sebagai pembawa berita Injil, sedang saudara saudari lainnya harus bersehati mendoakan saudara pembicara itu, agar mereka dapat memberitakan berita Injil dengan perkasa. Dalam setiap kali sidang, pembawa berita boleh dibawakan oleh dua atau tiga orang, jangan lebih dari jumlah itu, agar tidak menjadi kacau.

Bagaimanakah setiap saudara saudari mengambil bagian dalam sidang pemberitaan Injil?

Pertama, setiap saudara saudari harus nampak dengan jelas, bahwa Injil bukan diberitakan kepada mereka, melainkan kepada orang-orang yang belum percaya. Perkataan ini kedengarannya sangat sederhana, akan tetapi saudara saudari yang mengikuti sidang pemberitaan Injil sering kali lupa, bahwa kesaksian-kesaksian di atas mimbar bukan untuk mereka, melainkan untuk orang-orang yang belum percaya. Sebab itu, jangan sekali-kali Anda mengikuti sidang ini dengan sikap menonton, acuh tak acuh dan tanpa bekerja sama. Anda jangan mempedulikan baik atau tidak kesaksian yang diucapkan mereka, tetapi Anda wajib bersikap ingin menyelamatkan orang, dan harus mau bekerja sama.

Kedua, sebaiknya seluruh saudara saudari hadir dalam sidang. Jangan sekali-kali mengira Anda sendiri telah beroleh selamat, tak lagi perlu mengikuti sidang pemberitaan Injil. Memang Anda telah beroleh selamat, akan tetapi Anda mempunyai tugas dalam sidang tersebut. Kehadiran Anda dalam sidang ini bukan untuk mendengarkan Injil, melainkan untuk melakukan tugas. Tiada seorang pun yang boleh bersantai-santai dalam sidang pemberitaan Injil. Ada saudara saudari berkata, “Aku sudah mengerti, apa perlunya aku mengikuti sidang itu?” Namun, mengikuti sidang pemberitaan Injil bukan tergantung pada mengerti atau tidaknya Anda. Bukankah Anda juga telah mengerti sidang pemecahan roti mengapa Anda harus senantiasa mengikuti sidang itu? Anda seharusnya mengikuti sidang penginjilan, sebab Anda harus membantu sidang itu, dan Anda pun harus mengambil bagian dalam sidang itu.

Ketiga, tiap kali diadakan sidang pemberitaan Injil, Anda wajib mengajak orang untuk mendengarkan Injil. Anda harus mengundang kawan atau kerabat Anda beberapa hari atau seminggu sebelumnya. Kadangkala Allah mengaruniai Anda, sehingga Anda dapat sekaligus membawa 10 – 20 orang. Tetapi Anda perlu minta pertolongan orang lain untuk melayani mereka; Anda sendiri paling banyak melayani tiga atau empat orang, lainnya harus Anda serahkan kepada saudara lain untuk dilayani. Jangan sekali-kali orang-orang itu sudah Anda bawa datang, namun tidak dilayani dengan baik.

Dan ketika Anda mengikuti sidang pemberitaan Injil, janganlah Anda datang tepat pada waktunya, melainkan datanglah sebelum waktunya, untuk mengadakan persiapan. Anda harus menjelaskan kepada orang-orang yang Anda undang, di mana Anda menunggu mereka, atau di mana Anda menjemput mereka, atau Anda pergi ke rumah mereka lalu datang bersama-sama ke sidang. Sebab itu, harus lebih pagi sedikit, jangan sampai waktu sidang sudah tiba, orang-orang yang Anda undang masih belum datang.

Keempat, setelah Anda membawa orang-orang itu datang, Anda harus melayani mereka dengan sebaik-baiknya.

1. Duduk di Sisinya

Bila ada seorang yang belum percaya datang ke balai sidang, Anda harus memberitahu kepadanya, di mana ia harus mengambil tempat duduk. Anda harus bekerja sama dengan saudara atau saudari yang bertugas sebagai penyambut sidang. Sebaiknya Anda duduk di sisi orang yang Anda ajak itu; kalau yang Anda ajak itu dua orang, Anda harus duduk di tengah-tengah mereka; jika Anda mengajak empat orang, Anda pun harus duduk di tengah-tengah mereka, yakni dua orang di kanan Anda, dua orang di kiri Anda. Jangan lebih dari empat orang, sebab melayani empat orang itu sudah cukup repot. Jika Anda mengajak banyak orang, Anda perlu meminta pertolongan saudara atau saudari lain. Cara mengambil tempat duduk dalam sidang sangat penting. Kita harus selalu duduk di tengah-tengah orang yang kita ajak.

2. Membantu Mencarikan Ayat Alkitab,
Menjelaskan Istilah dan Mencarikan Kidung

Tatkala Anda duduk bersama dengan teman-teman (sasaran) Injil, Anda harus melakukan banyak perkara lagi. Ketika di atas mimbar membacakan ayat Alkitab, Anda harus menolong sasaran Injil mencarikan ayat-ayat itu. Sewaktu pembicara Injil menyinggung satu istilah atau ungkapan yang istimewa tanpa penjelasan, Anda harus menjelaskan kepada mereka dengan suara lembut. Anda wajib melengkapi apa yang kurang lengkap dalam berita si pengkhotbah itu. Suara Anda jangan keras-keras, melainkan lembut tapi jelas.

Pernah suatu kali terjadi, seorang saudara dalam pemberitaan Injil berkata kepada pendengar yang sangat banyak itu, “Kalian tahu kisah bani Israel keluar dari Mesir.” Lalu ada seorang saudara lain datang berkata kepadanya, bahwa orang-orang itu tak tahu tentang orang Israel dan Mesir. Hal ini menunjukkan kepada kita, bahwa saudara pengkhotbah lebih baik tidak menggunakan kata-kata yang tidak dimengerti oleh pendengar yang belum beriman; pada lain pihak, saudara saudari yang melayani sidang pun wajib membantu. Jika terjadi hal yang demikian, Anda wajib mengartikan secara singkat kepada sasaran Injil, bahwa orang Israel adalah orang Yahudi, dan Mesir itu satu negara; mereka menjadi budak di Mesir, kemudian mereka keluar dari situ. Anda harus membantu menjelaskan dengan singkat dan jelas.

Anda pun harus membantu mereka mencari kidung. Banyak kidung yang ada koornya, yang harus diulangi, hal ini pun menjadi tugas Anda.

3. Memperhatikan Reaksinya,
Sambil Mendoakannya

Reaksi mereka di hadapan Tuhan juga perlu kita perhatikan. Bila Anda mengetahui, bahwa reaksi orang yang duduk di sebelah Anda terhadap Injil kurang baik, Anda boleh berdoa dalam hati, “Oh Tuhan, lunakkanlah hatinya”, atau “Tuhan, singkirkanlah keangkuhannya”, jika Anda merasa ia bersikap angkuh. Baik buruknya pemberitaan Injil gereja tergantung pada keadaan seluruh saudara saudari dalam sidang. Jika segenap saudara saudari ikut serta dan berfungsi, Injil akan berhasil. Karena itu, Anda harus memperhatikan bagaimana sebenarnya reaksi pendengar itu. Keadaan orang-orang yang Anda ajak harus Anda ketahui dengan jelas, maka Anda harus mengamat-amati mereka dan mendoakan mereka, “Tuhan, gerakkanlah hati mereka, Tuhan terangilah mereka, agar mereka dapat paham; Tuhan, harukanlah mereka; Tuhan, singkirkanlah keangkuhan mereka, agar mereka dapat menerima firmanMu.” Ada kalanya Anda merasa alangkah baiknya bila si pemberita Injil dapat mengucapkan suatu perkataan atau suatu judul, maka Anda pun boleh berdoa begini, “Tuhan, mohon Kau menyuruh saudara yang di atas mimbar mengucapkan kata-kata ini, sebab kata-kata ini sesuai dengan keperluan orang ini.” Dengan demikian, Anda akan nampak saudara yang berkhotbah di atas mimbar sesungguhnya akan mengucapkan kata-kata tersebut, seolah-olah ia telah menuruti kemauan Anda. Perihal mendoakan dan melayani orang–orang yang di sisi Anda, itu merupakan perkara yang sangat penting.

4. Membantu Mereka untuk Menerima

Bila Anda merasa ia telah tergerak, Anda harus membantunya untuk menerima Tuhan. Bawakanlah firman Tuhan ke dalam hatinya melalui doa, “Oh Tuhan, semoga perkataan ini meresap ke dalam hatinya. Tuhan, semoga firman ini bersinar dan agar ia nampak.”

Ketika saudara pembawa berita Injil sedang mengakhiri beritanya, Anda harus mendorong teman Anda dengan mengatakan, “Jangan Anda lewatkan kesempatan ini, terimalah Tuhan sekarang juga.” Ketika Anda melihat ia telah tergerak, namun masih agak ragu-ragu, Anda wajib membantunya. Kadangkala jika kita tidak mendorong orang, Iblislah yang menghalang – halangi orang. Iblis memang selalu menghalang-halangi orang untuk menerima Tuhan. Maka kita harus mendorong orang menerima Tuhan dari dalam hatinya. Dalam sidang, kita harus membantu orang agar ia beroleh selamat. Pada saat pemberita Injil di atas mimbar menganjuri orang menerima Tuhan, Anda harus mengamati orang ini, jika ia memperlihatkan sedikit reaksi tergerak, Anda harus membantunya, dan berkata kepadanya, “Anda sekarang sudah seharusnya percaya dan menerima Tuhan. Jika tidak, Anda akan menderita kesukaran dan kebinasaan yang kekal.” Sikap Anda dalam mengucapkan kata-kata ini harus serius dan tegas, baru bisa berhasil.

Anda harus ingat satu prinsip: Kita harus menyelamatkan orang ini, janganlah membuat analisis apakah orang tersebut dapat beroleh selamat atau tidak. Atau menduga-duga apakah Allah menakdirkannya beroleh selamat atau tidak. Kita hanya bertujuan menyelamatkannya. Bagaimanapun juga Anda harus membawanya ke hadapan Tuhan, dan tidak akan melepaskannya selain ia beroleh selamat.

5. Membantunya Mencatatkan Data Diri

Bila selesai sidang perlu meminta para pendengar. Berbagal Jenis Sidang mencatat nama dan alamat mereka, Anda harus membantu mereka mencatatkan data diri. Mungkin ia akan bertanya apa maksud perbuatan itu, Anda boleh memberitahu bahwa itu untuk memudahkan pengunjungan ke rumah mereka. Anda harus memperhatikan alamatnya dengan jelas. Hal tersebut akan menguntungkan orang lain yang ditugaskan untuk mengunjungi mereka di kemudian hari.

6. Membantu Mereka Berdoa

Sampai saat ini tugas Anda masih belum selesa’. Anda masih perlu membantu mereka berdoa. Jika hal tak dapat Anda tangani seorang diri, Anda boleh meminta saudara dan saudari lain membantu Anda. Jangan sekali-kali melakukan hal ini secara asal jadi, melainkan harus dilakukan hingga Anda merasa lega, setelah itu barulah Anda boleh mengantarnya pulang.

7. Mengajak Saudara Saudari Menjenguknya
Sampai Ia Beroleh Selamat

Setelah mereka pulang ke rumah. maka adalah kewajiban Anda untuk pertama kali mengajak saudara saudari menjenguk mereka. Ketika gereja mengadakan penjengukan, Anda wajib ambil bagian, dan mengajak saudara saudari untuk berwawancara dengan mereka. Mungkin ada orang yang tidak cukup mendengar Injil sekali saja, maka perlu Anda mengundangnya untuk datang sekali lagi, bahkan datang tiga kali. Anda wajib melakukannya sampai orang tersebut beroleh selamat.

Semoga Allah memimpin kita menempuh jalan pemulihan, yaitu mementingkan sidang pemberitaan Injil. Setiap saudara saudari berfungsi dengan dinamis, lincah, ketat dan aktif dalam sidang tersebut. Bila terbit suasana yang demikian, keadaan gereja akan menjadi sangat baik dan sidang pemberitaan Injil menjadi sidang pekerjaan seluruh gereja.

Bagi gereja lokal yang saudara saudarinya belum banyak, keadaan sidang lebih sederhana, tentu tak perlu menuruti petunjuk di atas secara mendetail. Tetapi pada prinsipnya, setiap saudara saudari wajib mementingkan sidang pemberitaan Injil ini, setiap saudara saudari harus bertanggung jawab, dengan aktif dan dengan sehati menggalakkan usaha pemberitaan Injil, memimpin jiwa-jiwa beroleh selamat.

II SIDANG PEMECAHAN ROTI

Alkitab mengemukakan dua aspek tentang makna sidang pemecahan roti: aspek pertama tertera dalam I Korintus 11, dan aspek lainnya tertera dalam I Korintus 10. Pasal 11 mengatakan bahwa roti ini adalah tubuh Tuhan, yaitu tubuh jasmani Tuhan sendiri. Tubuh ini telah dikorbankan bagi kita untuk pengampunan dosa, agar kita beroleh hayat. Pokok pemikiran di sini adalah memperingati Tuhan. Sedang dalam pasal 10 mengandung konsepsi lain, di situ dikatakan, “sekalipun kita banyak, adalah satu tubuh.” Kalau dalam pasal 11 roti ditujukan kepada tubuh jasmani Tuhan, maka dalam pasal 10 ditujukan kepada kita. Dengan kata lain, pasal 11 menitik beratkan peringatan akan Tuhan, sedang pasal 10 menitikberatkan persekutuan anak-anak Allah.

Maka sidang pemecahan roti mengandung dua arti: Pertama terarah ke sorga — memperingati Tuhan, kedua ialah persekutuan kita — anak-anak Allah, yang diwakili oleh roti di atas meja itu. Kita masing-masing mendapat bagian dalam roti ini, dan kita semua adalah orang-orang dalam roti ini. Anda menerima Tuhan ini, aku pun menerima Tuhan ini, karenanya di dalam Tuhan kita wajib mempunyai persekutuan. Maka di satu pihak pemecahan roti berarti datang ke hadirat Tuhan dan bersekutu denganNya; di lain pihak berarti anak-anak Allah saling bersekutu.

Karena keselamatan mempunyai dua tahap, maka sidang pemecahan roti pun sebaiknya terbagi dalam dua tahap. Tahap pertama dari keselamatan, ialah Anda menyadari diri sendiri sebagai orang yang berdosa, yang sepatutnya terhukum dan binasa. Namun Tuhan membelaskasihani Anda, Ia datang ke dunia dan mati bagi Anda; Ia menolong Anda, mengalirkan darahNya untuk mengampuni dosa Anda. Karena Anda menerima darah-Nya, dosa Anda mendapat pengampunan. Inilah tahap pertama dari keselamatan. Tetapi keselamatan tidak berakhir di sini. Setelah Anda beroleh selamat, Anda beroleh Tuhan Yesus, Anda pun menjadi milikNya. Kemudian Tuhan Yesus membawa Anda ke hadirat Allah untuk memanggil BapaNya sebagai Bapa Anda; Roh Kudus di dalam Anda mengajar Anda menyebut Allah, “Abba, ya Bapa” (Roma 8:14-16). Itulah tahap kedua dari keselamatan. Kalau tahap pertama adalah tahap Tuhan, maka tahap kedua adalah tahap Bapa. Dalam tahap pertama kita beroleh pengampunan, dalam tahap kedua kita beroleh perkenan di hadirat Allah. Ketika kita beroleh selamat, pada tahap pertama kita berhubungan dengan Tuhan, sedang pada tahap kedua kita berhubungan de­ngan Allah. Dari kedudukan orang dosa kita datang ke hadapan Tuhan, dan dari hadirat Tuhan kita datang ke hadirat Allah. Kita terlebih dahulu menjumpai Tuhan, kemudian baru menjumpai Bapa. Karena itu, I Yohanes 2:23 mengatakan, “Barangsiapa menyangkal Anak, ia juga tidak memiliki Bapa. Barangsiapa mengaku Anak, ia juga memiliki Bapa.”

Keselamatan mengenal dua aspek: Aspek Anak, yaitu aspek Tuhan, dan aspek Bapa, yaitu aspek Allah. Tiada orang yang dapat datang kepada Bapa dengan melangkahi Anak. Kita harus datang dulu kepada Tuhan, yaitu menjumpai salib, beroleh pengampunan dan penggantian yang benar bagi yang tidak benar, kemudian barulah Tuhan dapat membawa kita ke hadirat Bapa. Jadi bukan datang ke hadirat Bapa untuk beroleh keselamatan, melainkan datang dulu ke hadirat Anak untuk beroleh keselamatan, setelah itu baru datang ke hadirat Bapa. Beroleh pengampunan dulu, kemudian beroleh perkenan. Hal ini perlu kita ketahui dengan jelas.

Sidang pemecahan roti adalah untuk memperingati Tuhan. Kalau keselamatan Tuhan mengandung dua aspek, dengan sendirinya sidang ini pun mempunyai dua aspek. Sebelum memecahkan roti ialah aspek Putra, sedang sesudah memecahkan roti itulah aspek Bapa. Aspek Tuhan terdapat sebelum memecahkan roti, sedang aspek Allah terdapat sesudah memecahkan roti.

Kita pertama datang ke hadirat Tuhan dengan menyadari diri sendiri sebagai seorang dosa, anak durhaka dan anak murka yang berada di bawah hukuman Allah, yang tak berdaya menyelamatkan diri sendiri. Akan tetapi, karena Tuhan Yesus mengalirkan darah dan menebus dosa kita, kita baru dapat datang ke hadirat Tuhan, menerima hayatNya. Ketika kita menjadi orang dosa, kita lebih dulu datang ke hadapan Tuhan; kita menyadari betapa dosa kita beroleh pengampunan. Karena itu, dalam tahap pertama sidang pemecahan roti ini, setiap kidung dan puji syukur juga ditujukan ke hadapan Tuhan.

Ketika kita datang ke hadirat Tuhan, kita memuji Tuhan dan mengucapkan syukur saja; sebenarnya selain puji syukur tidaklah seharusnya berbuat hal yang lain. Dalam sidang ini, doa permohonan pun tidak sepadan. Kita tak sepatutnya mohon Tuhan mengalirkan darah bagi kita, sebab hal itu adalah fakta yang telah Ia kerjakan, tak perlu kita mohon untuk itu, kita cukup bersyukur dan memujiNya saja. Entah dengan cara berdoa atau dengan cara berkidung, pokoknya kita harus bersyukur dan memuji. Bersyukur ditujukan kepada karya Tuhan, memuji ditujukan kepada diri Tuhan sendiri. Bersyukur karena karyaNya, memuji karena apa adaNya. Pada mulanya lebih banyak bersyukur, akhirnya menjadi puji-pujian. Di satu pihak bersyukur, di lain pihak memuji. Kita nampak betapa ajaib karya yang Ia genapkan bagi kita, kita pun nampak betapa ajaib statusNya sebagai Juruselamat kita. Sewaktu kita bersyukur di hadapan Tuhan hingga suatu tingkat, kita akan memuji-mujiNya, dan ketika puji–pujian kita mencapai klimaksnya, itulah saatnya untuk kita memecahkan roti.

Tahap kedua dimulai dari setelah pemecahan roti selesai. Tuhan tidak merasa puas kalau setelah orang datang ke hadapanNya, lain berhenti di situ saja. Setelah seseorang menerima Tuhan, tidak berhenti pada Tuhan saja. Itulah suatu hal yang ajaib. Setelah kita menerima Tuhan, kita lalu diterima oleh Allah. Hal ini perlu kita ketahui dengan jelas. Dalam hubungan Injil, yang kita terima adalah Tuhan, bukan Bapa. Seluruh Alkitab tidak menerangkan bahwa kita harus menerima Bapa, sebaliknya kita selalu diharuskan menerima Putra; tetapi kita sendiri diterima oleh Bapa. Karena kita menerima Putra, maka kita dianggap patut untuk diterima oleh Bapa. Kita menerima Putra, itu berarti menerima keselamatan separuh: setelah Bapa menerima kita, barulah keselamatan kita menjadi sempurna. Putra yang kita terima, tetapi itu hanya setengah; Allah menganggap kita layak menjadi milikNya, itu barulah sempurna. Maka setelah memecahkan roti, bolehlah kita datang ke hadirat Bapa. Kita telah menerima Tuhan dan telah berjumpa dengan Tuhan, maka Tuhan membawa kita ke hadapan Bapa. Inilah tahap kedua dari pemecahan roti, yakni kita wajib datang ke hadirat Allah dan memuji-muji Allah.

Mazmur 22 juga memperlihatkan kepada kita adanya dua tahap: pertama, dari ayat 1 sampai ayat 21, di mana mengisahkan betapa Tuhan menerima penghinaan dan menderita sengsara, bahkan ditinggalkan oleh Allah Bapa. Ini menerangkan betapa Tuhan mati bagi kita di atas salib. Tahap kedua, dimulai dari ayat 22 hingga ayat-ayat terakhir, mengisahkan betapa Tuhan memimpin saudara-saudaraNya memuji-muji Allah dalam perhimpunan. Dengan kata lain, tahap pertama untuk memperingati Tuhan, sedang tahap kedua, Tuhan memimpin kita datang ke hadirat Bapa untuk memuji-muji-Nya.

Pada hari Tuhan Yesus bangkit, Ia berkata kepada Maria, “Bahwa sekarang Aku akan pergi kepada BapaKu dan Bapamu.” (Yohanes 20:17). Dalam Injil Yohanes, Tuhan Yesus menyebut “BapaKu”, atau hanya menyebut “Bapa” saja, tetapi sampai di sini Ia berkata, “BapaKu dan Bapamu.” Tatkala kita menerima kematian dan kebangkitan Tuhan, Bapa Tuhan Yesus lalu menjadi Bapa kita pula. Dalam ketiga perumpamaan Injil Lukas 15, didahului dengan gembala yang baik, terakhir baru bapa yang baik. Gembala yang baik keluar mencari kita, sedang bapa yang baik menantikan kita di rumah. Gembala yang baik meninggalkan rumah mencari domba yang tersesat, sedang Bapa yang baik menerima kita di rumah. Kita telah bertemu dengan gembala yang baik, kini kita harus menjumpai Bapa. Karena itu, dalam tahap kedua sidang ini, segala nyanyian dan doa dialihkan ke arah Bapa. Kalau pada tahap pertama kita bertemu dengan Putra, maka dalam tahap kedua kita dipimpin Tuhan untuk menjumpai Bapa. Roh Kudus itulah pemimpin sidang, dan dalam sidang ini Ia selalu memimpin demikian. Pimpinan Roh Kudus tidak pernah melanggar prinsip keselamatan. Kita wajib belajar menuruti pimpinan Roh Kudus. Kita yakin apabila kita memberi kebebasan kepada Roh Kudus, Ia pasti memimpin kita ke jalan ini.

Ibrani pasal 2 menunjukkan kepada kita, bahwa Tuhan Yesus akan membawa putra-putra ke dalam kemuliaan. Ketika Tuhan di bumi, Ia adalah Putra tunggal Allah. Kini Ia telah mati dan bangkit, kita telah memperoleh-Nya dan telah menjadi putra-putra Allah pula. Tuhan Yesus menjadi Putra Sulung, kita adalah putra-putra. Ayat 12 mengatakan, “Memuji-muji Engkau di tengah-tengah Jemaat.” Sidang yang dikatakan dalam Ibrani 2 ialah sidang Sang Putra Sulung memimpin putra-putra memuji-muji Bapa. Maka tahap kedua dari sidang pemecahan roti juga merupakan sidang Sang Putra Sulung memimpin putra-putra. Kita seharusnya menjamah titik yang tertinggi dari hal ini. Tahap kedua sidang pemecahan roti itulah saat yang terindah untuk kita memuji Bapa di atas bumi. Maka kita wajib belajar membubungkan roh kita setinggi – tingginya dalam. Saat-saat ini. Allah itu “bersemayam (bertakhta) di atas puji-pujian orang Israel” (Mazmur 22:4). Gereja Allah semakin menjamah puji-pujian, ia akan semakin menjamah takhta. Demikian pula seseorang makin menjamah puji-pujian, ia pun akan semakin mengenal takhta. Nyanyian berikut ini patut kita apresiasikan:

Bapa, kami sujud di depan-Mu, khidmat, tulus;
para  anakMu, semua berhimpun, ‘tuk berkidung,

Kurnia ajaib, bawa kami pulang,

D’ngan PutraMu, hampir pada Bapa.

Syair ini sangatlah indah, sebab ia menjamah perasaan Putra memimpin para putra memuji-muji Bapa. Syair yang demikian sukar diperoleh.

Sidang yang tercantum dalam Ibrani pasal 2 adalah sidang yang paling baik. Hari ini, kita di sini telah mempelajarinya sedikit, pada suatu hari kelak di sorga, kita akan mengikuti sidang semacam itu dengan sempurna. Sebelum kita memasuki kemuliaan, kita wajib belajar sedikit tentang apa yang disebut Putra Sulung memimpin para putra memuji Bapa di dalam sidang. Inilah titik tertinggi yang dapat dicapai dalam sidang gereja, dan hal ini sungguh mulia.

III. SIDANG DOA

Sidang pemberitaan Injil dan sidang pemecahan roti kedua-duanya penting, demikian pula halnya dengan sidang doa. Setiap sidang memiliki sifat dan kedudukannya yang khusus. Sidang doa dapat dikatakan sangat mudah, tetapi juga sangat sukar. Maka bagi saudara-saudari yang baru percaya, wajib belajar mengambil bagian dalam sidang ini.

1. Harus Sehati

Sidang doa mempunyai satu tuntutan yang mendasar, yaitu harus sehati. Dalam Injil Matius pasal 18 Tuhan berfirman kepada kita, yaitu menyuruh kita sehati. Doa dalam Kisah Para Rasul pun dilakukan dengan sehati. Maka syarat pertama untuk sidang doa ialah sehati. Tanpa sehati tak mungkin kita mengikuti sidang doa. Jika kita ingin mengikuti sidang doa, hendaklah kita berdoa dengan sehati.

Firman di bawah ini sangat penting, “Jika ada dua orang dari padamu di dunia ini sepakat (sehati) meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh BapaKu yang di sorga.” (Matius 18:19). Arti “sehati” di sini dalam bahasa Yunani ditujukan pada keharmonisan dalam musik. Misalkan ada tiga orang, seorang memainkan piano, seorang menggesek biola dan seorang lagi meniup seruling. Ketika mereka bersama-sama memainkan suatu lagu, jika di antaranya ada satu yang tidak harmonis, maka musik itu akan menjadi tidak enak bagi telinga pendengarnya. Tuhan menghendaki kita berdoa dengan harmonis, jangan satu orang satu nada. Jika dapat berdoa dengan harmonis, apa pun juga yang didoakan, pasti akan dikabulkan Allah. Yang kita belenggu di dunia, akan dibelenggu di sorga; yang kita bebaskan di dunia, akan dibebaskan juga di sorga. Hal ini memerlukan satu syarat yang utama, yaitu harmonis. Karena itu, kita di hadapan Allah wajib belajar harmonis, bukan menuruti keinginan masing- masing, atau memohon bersama dengan sembarangan.

2. Harus Khusus

Bagaimanakah baru doa kita bisa harmonis? Dalam sidang doa, kesulitan yang paling besar mungkin karena terlalu banyak judul. Jika dalam suatu sidang doa terlalu banyak judul, pastilah tak dapat harmonis. Adakalanya sidang doa menjadi sidang yang almuhit, sebab judulnya terlampau banyak; padahal dalam Alkitab kita tak menemukan sidang yang seperti itu. Dalam Alkitab, kita hanya menemukan sidang doa yang khusus ditujukan kepada perkara tertentu. Misalnya ketika Petrus dimasukkan ke dalam penjara, gereja lalu berdoa baginya dengan tekun (Kisah Para Rasul 12:5). Mereka tidak berdoa untuk banyak perkara, melainkan hanya untuk satu perkara itu. Bilamana judulnya murni dan sederhana, maka mudahlah doa kita menjadi harmonis.

Setiap sidang doa paling baik hanya untuk satu perkara saja, atau khusus untuk urusan seorang saudara/saudari, atau khusus mendoakan saudara saudari yang menderita sakit. Kita lebih baik hanya berdoa bagi penyakit seorang saudara/saudari, atau bagi semua saudara saudari yang sakit, kecuali itu tidak menyinggung urusan-urusan lainnya. atau khusus mendoakan saudara saudari yang dalam kekurangan. Atau khusus berdoa bagi saudara saudari yang lemah dalam kerohanian. Jadi hanya ada satu judul saja, hal ini akan lebih memungkinkan adanya kesehatian.

Jika setelah satu judul didoakan dengan mantap dan masih ada waktu, bolehlah mengajukan urusan lain untuk didoakan lagi. Jangan sekali—kali baru saja mulai berdoa sudah mengajukan beberapa judul lain. Kalau judulnya banyak, pasti akan menjadi kacau. Saudara pewajib paling baik mengumumkan satu judul dulu, jika masih tersisa waktu baru mengajukan perkara yang lain. Dalam satu kesempatan, paling baik hanya berdoa untuk satu perkara saja. Kesederhanaan judul merupakan keperluan yang paling besar dalam sidang doa.

Kita dapat membuktikan dalam Kisah Para Rasul pasal 1 dan 2, karena adanya kuasa doa, maka terbitlah kuasa Pentakosta. Ingatlah, salib adalah usaha yang disukseskan oleh Putra Allah, namun kuasa Pentakosta adalah usaha yang disukseskan oleh doa anak-anak Allah. bagaimana perkara yang hebat ini bisa terjadi? Tak lain berasal dari doa yang sehati. Karena itu, marilah kita belajar memusatkan judul doa kita, jangan kita dengan sembarangan mengajukan begitu banyak judul.

Untuk ini, setiap orang yang menghadiri sidang doa wajib mempersiapkan diri dengan matang. Judul doa harus terlebih dulu diumumkan kepada saudara saudari, lebih pagi lebih baik; agar mereka terlebih dulu menaruh beban atas perkara tersebut, setelah itu barulah bersama-sama datang berdoa. Harus terlebih dahulu memiliki perasaan dan beban, kemudian barulah datang berdoa.

3. Harus Sungguh-sungguh

Satu keperluan lagi yang mendasar ialah kesungguhan. Tidak sedikit perkataan dalam sidang doa yang mungkin palsu. Banyak orang memperhatikan keindahan bahasa dalam berdoa, bukan memperhatikan apakah diterima Allah atau tidak; seolah-olah jika tidak diterima Allah toh tidak mengapa. Sebagai akibatnya, doa-doa dalam sidang doa banyak yang palsu, berpura-pura dan sia-sia belaka.

Doa yang sejati merupakan kedambaan yang terbit dari dalam batin; yakni yang teralir dari lubuk batin insan kita. Doa-doa yang sejati tidak dilakukan dengan seenaknya, yang hanya indah dalam kalimat-kalimatnya saja. Perkataan sejati yang keluar dari lubuk batin itu barulah doa yang sesungguhnya. Maka dalam berdoa wajib memperhatikan diterima atau tidaknya oleh Allah, tidak seharusnya memperhatikan indah tidaknya dalam telinga saudara saudari.

Bila doa kita kurang kesungguhan, gereja tidak mungkin menjadi kuat. Untuk menjadikan gereja kuat, sidang doa harus kuat, dan untuk ini seluruh doa harus dilakukan dengan kesungguhan, tanpa berpura-pura. Begitu berpura- pura, niscaya tak mungkin beroleh apa pun di hadapan Allah.

Berdoa bukan berkhotbah, berdoa pun bukan berpidato, berdoa adalah datang ke hadirat Allah untuk bermohon. Sebab itu, dalam sidang doa tak perlu menuturkan banyak perkataan di hadapan Allah, seolah-olah Allah tidak tahu, dan harus kita beritahu dengan seksama; itu sama dengan memberi laporan atau berkhotbah kepada Allah. Berdoa semata-mata dikarenakan kita ada keperluan, kita sendiri ada kelemahan, kita ingin beroleh suplaian dan kekuatan rohani melalui doa. Maka haruslah ada perasaan keperluan dalam Anda, jika demikian doa Anda baru akan dilakukan dengan kesungguhan. Jika Anda tak merasa ada keperluan, doa Anda pasti menjadi doa yang pura-pura.

Ada satu penyebab utama dari doa yang berpura-pura, yakni orang yang berdoa itu tidak dapat melupakan orang lain ketika ia berada dalam sidang doa. Ia terlalu memperhatikan orang lain, hal itu sangat mudah membuat doanya menjadi pura-pura. Dalam sidang doa, pada satu pihak doa Anda itu berarti mewakili gereja, sedang di lain pihak Anda seperti berdoa sendirian, maka Anda wajib mohon dengan sesungguhnya menurut keperluan Anda di hadapan Allah.

Semakin sungguh keperluan Anda, maka doa Anda pun akan semakin sungguh. Tuhan Yesus pernah memberi perumpamaan: ada seorang kedatangan teman di rumahnya, karena tak ada roti ia lalu minta roti kepada seorang teman lain; keperluan karena tidak ada roti, itulah keperluan yang sesungguhnya, maka ia meminta dengan sungguh-sungguh. Akhirnya, teman lainnya itu memberikan roti menurut keperluannya. Maka sabda Tuhan Yesus berbunyi, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” (Lukas 11:5-10). Jika sungguh-sungguh ada keperluan, asalkan kita meminta dengan baik, pastilah akan dikabulkan.

4. Harus Pendek

Berdoa pun harus pendek. Doa-doa dalam Alkitab hampir semuanya pendek. Doa yang diajarkan Tuhan Yesus dalam Matius 6 pun sangat pendek. Walaupun doa Tuhan menjelang Ia meninggal dunia dalam Yohanes 17 cukup panjang, tetapi masih jauh lebih pendek daripada doa-doa anak-anak Allah pada hari ini. Doa dalam Kisah Para Rasul 4 adalah doa segenap gereja, itu pun sangat pendek. Doa dalam Efesus 4, adalah doa yang sangat penting, namun sangat pendek pula; bisa selesai diucapkan dalam waktu kurang dari 5 menit.

Dalam sidang doa banyak doa menjadi hampa dan palsu, hal itu disebabkan terlalu panjang. Mungkin hanya dua tiga kalimat saja yang sesungguhnya, yang lain adalah yang ditambah-tambah; dan hanya dua tiga kalimat saja yang diperdengarkan untuk Allah, sisanya semua untuk saudara-saudari, dan kata-katanya pun diperpanjang. Saudara saudari yang baru beriman harus tahu, kalau doa saudara saudari yang lain panjang, biarkan saja, tetapi Anda hendaknya berdoa dengan pendek; tidak semua saudara saudari dapat berdoa panjang. Kalau kita selalu berdoa panjang, gereja akan menderita kerugian yang besar.

D.L. Moody pernah melakukan satu perkara yang sangat bijaksana. Seorang saudari berdoa panjang sekali dalam suatu sidang doa, hingga habislah kesabaran sidang. D.L.Moody lalu berdiri dan mengumumkan, “Sementara saudari kita sedang melanjutkan doanya, marilah kita menyanyikan lagu no. X.” Doa yang panjang malah akan menghabiskan kekuatan sidang doa itu sendiri. Anda berdoa lebih panjang 5 menit, ia berdoa lebih panjang 5 menit, banyak pula yang lainnya berdoa demikian, akhirnya makin berdoa makin panjang, segenap sidang akan diulur menjadi panjang, dan sidang akan terhela ke bawah. C.H.Spurgeon mengatakan, bahwa hal yang paling tidak tepat, yaitu jika seorang berdoa memohon Allah mengampuni kekurangannya yang kecil dalam doa yang sangat panjang. C.H.Mackintosh pernah mengucapkan satu kalimat yang sangat baik, “Janganlah Anda dengan doa menyiksa anak-anak Allah.” Banyak orang tidak mencambuk Anda dengan cemeti namun ia mencambuk Anda dengan doa yang panjang; semakin ia berdoa, Anda akan semakin dibuat tidak tahan.

Karena itu, kita perlu belajar dalam sidang berdoa dengan doa-doa yang pendek, dan berdoa dengan sungguh hati.

5. Jangan Melampaui Doa Pribadi

Ada satu prinsip lagi dalam sidang doa, yakni jangan sekali-kali melampui doa pribadi Anda. Inilah satu prinsip yang sangat baik. Bagaimana doa yang Anda lakukan secara pribadi, begitu pula doa Anda dalam sidang. Sudah tentu doa Anda dalam sidang harus berbeda sedikit, tak dapat persis dengan doa pribadi Anda, tetapi tidak boleh melampaui doa pribadi. Bagaimana kata-kata yang Anda ucapkan dalam doa pribadi, begitu pula doa Anda dalam sidang. Jangan sekali-kali doa pribadi satu macam, doa dalam sidang macam lainnya. Sebenarnya, doa pribadi jarang ada yang berpura-pura, namun doa dalam sidang tidak sedikit yang berpura-pura. Ketika Anda menghadiri sidang doa, jika Anda terus mengucapkan doa yang tidak Anda ucapkan dalam doa pribadi, itu akan menjadi doa yang berpura-pura.

Ditinjau dari segi keefektifannya, doa-doa dalam sidang doa pasti akan melebihi doa pribadi. Allah tentu lebih sering dan sudi mengabulkan doa-doa dalam sidang. Akan tetapi hari ini pengabulan doa pribadi malah lebih banyak daripada doa dalam sidang, hal ini disebabkan doa-doa dalam sidang banyak yang palsu, di dalamnya terdapat banyak kata-kata yang sia-sia. Padahal pengabulan doa dalam sidang seharusnya lebih banyak daripada doa pribadi; tidak saja lebih banyak, bahkan lebih besar beberapa kali lipat. Jika anak-anak Allah berhimpun bersama, berdoa kepada Allah dengan sederhana, khusus, tekun, sungguh-sungguh dan sehati, pasti akan lebih banyak dikabulkan.

IV SIDANG PEMANFAATAN KARUNIA

Karunia tiap gereja lokal tidak sama. Ada gereja lokal yang beroleh karunia bernubuat atau berkhotbah ala nabi, Allah memberi mereka perkataan yang berwahyu atau ajaran-ajaran dari karunia pengajar. Adakalanya ada karunia bahasa roh, juga ada karunia penerjemah bahasa roh. Adakalanya ada ajaran dari karunia pengajar tanpa karunia-karunia yang bersifat gaib. Di tempat lain mungkin kedua-duanya ada. Kita tak dapat memastikan bagaimana perbuatan Allah di dalam gerejaNya. Namun prinsip sidang selalu berlaku sebagai berikut: Allah berkenan akan anak-anakNya untuk memanfaatkan karunia-karunia yang mereka peroleh. Kita tak mungkin memanfaatkan karunia yang tidak kita miliki. Karena itu, sidang pemanfaatan karunia ini tidak dapat dipaksakan atau ditiru, tetapi hanya dapat disesuaikan dan dimanfaatkan sesuai dengan karunia yang dimiliki oleh saudara-saudara setempat. Demikianlah sidang yang tercantum dalam I Korintus 14.

Dalam sidang semacam ini kita tetap perlu menaati ajaran-ajaran Alkitab, yaitu saudari sewajarnya tidak membuka mulut (I Korintus 14:34), sedang saudara harus terkendali (I Korintus 14:2,33). Jika ada pengkhotbahan ala nabi, paling banyak dua atau tiga orang saja. Adakalanya boleh ada beberapa orang yang mengajukan pertanyaan untuk saling menuntut pembinaan, agar satu sama lain beroleh terang di hadapan Allah. Dalam sidang ini, bila tidak ada penerjemah bahasa roh, maka berbahasa roh tidak seharusnya dipraktekkan. Kalau hanya ada yang berbahasa roh, tanpa penerjemahnya, itu berarti tidak berfaedah dalam akal/pikiran, dan hal itu tidak dapat membina gereja. Karena itulah Paulus berkata, “Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan jemaat (I Korintus 14:28). Paulus tidak melarang orang berbahasa roh, namun ia melarang orang hanya berbahasa roh saja di dalam sidang. Pokoknya dalam sidang semacam ini baik ada kidung, ajaran, wahyu atau bahasa roh dan penerjemahannya, semua haruslah dapat membina orang.

Satu hal yang wajib kita perhatikan secara khusus di hadapan Allah, yaitu dalam sidang semacam ini, setiap saudara yang berkarunia yang dapat menjadi ministri sabda harus belajar aktif, tidak pasif. Seringkali saudara-saudara yang berkarunia hanya berdiri pada posisi peninjau dan bersikap pasif saja dalam sidang itu; mereka selalu membiarkan saudara lain yang bangkit berbicara, hal ini tidak pada tempatnya. Dalam sidang pemanfaatan karunia ini, bukan sembarang orang boleh berbicara, melainkan orang yang berkarunia. Kita menentang cara yang hanya seorang saja berbicara, namun kita pun menentang cara yang membiarkan sembarang orang berbicara. Hanya mengizinkan satu orang berbicara itu keliru, tapi membiarkan sembarang orang berbicara itu pun salah. Harus orang yang berkarunia yang berbicara baru dapat mensuplai saudara saudari; karena bukan setiap orang dapat mensuplai. Orang yang memiliki perkataan boleh berbicara, bukan setiap orang boleh berbicara.

Sayang, seringkali saudara yang berkarunia dan berministri sabda mengambil sikap yang tidak wajar, mengira sidang ini boleh diserahkan kepada setiap orang untuk berbicara, sedang mereka sendiri mundur ke belakang. Padahal sidang ini justru diperuntukkan bagi setiap saudara yang berkarunia. Bagaimana kita bisa mengharapkan sidang ini berlangsung dengan baik, bila yang menjadi mulut tidak mau berbicara, malah menyuruh orang yang menjadi tangan, kaki atau telinga yang berbicara? Karena itu, dalam sidang semacam ini, semua saudara yang berkarunia wajib menunaikan tugasnya, mereka harus menuntut di hadapan Allah, jika ada perkataan, haruslah dikatakan.

Saudara-saudara yang baru percaya memang akan menjumpai kesulitan dalam sidang semacam ini, sebab mereka tidak tahu apakah mereka berkarunia atau tidak, apalagi mengenai karunia ministri sabda. Orang yang baru percaya Tuhan memang seolah-olah tidak layak mengatakan apa-apa. Namun ada jalan bagi mereka untuk mengikuti sidang ini, yaitu harus ada saudara yang agak dewasa memimpin mereka dan memberi mereka kesempatan untuk berbicara, jangan melarang mereka membuka mulut. Katakan pada mereka, “Saudara, kami tak tahu apakah Anda berkarunia atau tidak, kami pun tak tahu apakah Allah memberi Anda ministri sabda atau tidak. Tetapi Anda boleh belajar berbicara, hanya saja harus berbicara dengan sederhana.” Kesempatan harus diberikan, namun jangan terlalu banyak. Jika tidak diberi kesempatan kepada mereka, karunia akan tersumbat, tetapi jika memberi kesempatan terlalu banyak, sidang akan terpengaruh. Kita boleh membiarkan mereka berbicara, tetapi harus pendek dan sederhana. Kalau saudara itu berkarunia, kita harus menganjurinya berbicara agak lebih panjang pada kesempatan lain. Ada saudara yang harus kita anjuri berbicara pendek saja, sebab ia tak berkarunia. Kepada yang berkarunia kita harus mendorongnya maju, sedang yang kurang berkarunia kita harus membatasinya. Dengan demikian sidang akan menjadi kuat. Saudara yang baru percaya harus belajar rendah hati menerima nasihat, baik berbicara maupun tutup mulut haruslah menurut pimpinan saudara yang lebih dewasa.

Saudara pewajib dalam gereja tidak saja harus membina orang-orang yang banyak menaruh minat untuk belajar, juga harus mendapatkan karunia-karunia yang baru. Bagaimana caranya mendapatkan karunia-karunia yang baru? Justru dalam sidang pemanfaatan karunia. Dalam sidang ini kita harus membuka mata, mengamat-amati di atas diri siapakah terdapat pekerjaan Tuhan, dan bagaimana keadaan orang itu. Bila perlu mendorong, doronglah; bila perlu membatasi, batasilah. Dengan cara demikian maka saudara yang baru percaya akan bisa beroleh bantuan, pun bisa membantu orang lain. Hal ini juga dapat mengarahkan sidang ke jalan yang lurus dan wajar.

V. SIDANG PENGKHOTBAHAN

Jenis sidang yang kelima, ialah sidang pengkhotbahan. Walaupun nilai sidang ini tidak setinggi nilai sidang-sidang yang lain, namun sidang ini juga dipakai oleh Allah untuk mensuplaikan firman kepada kita. Kalau ada seorang rasul singgah di antara kita, atau ada rasul, pengajar atau nabi tinggal di antara kita, ketika ada ministri sabda, kita dapat mengadakan sidang pengkhotbahan tersebut. Kita bukan mengatakan sidang ini tak perlu, tapi kita mengatakan bahwa sidang ini paling sederhana. Di antara sekian banyak sidang, sidang pengkhotbahanlah yang paling sederhana. Namun seperti halnya dengan sidang-sidang lain, di dalamnya pun terkandung aspek-aspek yang perlu kita pelajari.

Misalkan, Anda jangan datang terlambat, sehingga orang lain harus selalu menunggu Anda. Anda pun harus patuh kepada orang-orang yang menjadi penyambut sidang, yaitu duduk menurut tempat yang diatur oleh mereka; jangan memilih tempat duduk sendiri. Jika kondisi fisik Anda kurang mengizinkan, misalnya telinga atau mata Anda kurang baik, Anda boleh memberitahukan lebih dulu kepada orang yang melayani, agar ia memilihkan tempat duduk yang sesuai dengan kondisi fisik Anda. Harus membawa Alkitab dan buku kidung.

Pada aspek rohani, dalam sidang ini yang pertama ialah harus membuka hati. Orang yang membawa prasangka, lebih baik tidak usah mendengarkan khotbah, sebab tak ada gunanya. Bila hati Anda tertutup, Anda takkan menerima kasih karunia di hadapan Allah. :Inilah yang wajib diperhatikan oleh setiap orang yang ingin mendengarkan khotbah. Baik tidaknya khotbah yang disampaikan oleh pengkhotbah, tanggung jawabnya separuh ditanggung oleh si pengkhotbah sendiri, dan separuh lagi ditanggung oleh pendengarnya. Seorang pengkhotbah tak berdaya menyampaikan khotbahnya, jika ia menjumpai sebuah hati yang tertutup, atau suatu sikap yang menolak.

Tidak saja hati harus terbuka, roh pun harus terbuka. Terbukanya roh dalam sidang ini sangat penting sekali. Seorang minister sabda yang sejati, rohnya selalu terbuka pada saat ia menyampaikan khotbahnya. Jika ia menjumpai roh yang terbuka dalam sidang, rohnya akan terpancar lebih kuat. Sebaliknya jika roh sidang tidak terbuka, atau roh sidang itu acuh tak acuh, atau tertutup, maka rohnya pun akan seperti merpati yang di atas bahtera, yakni setelah terbang keluar, lalu kembali lagi. Sebab itu, roh sidang dan roh minister perlu terbuka. Jika roh sidang terbuka banyak, roh nabi pun akan terpancar banyak. Jika roh para pendengar khotbah tidak keluar, roh nabi pun tidak keluar. Maka kita wajib belajar menjadi orang yang lunak dan membuka roh, dan harus membiarkan Roh Kudus keluar! Jangan membawa sikap yang dingin dan dipenuhi dengan prasangka yang keras. Jadilah orang yang membantu sidang, bukan merintangi roh sidang. Roh Anda harus membantu keluarnya roh pengkhotbah, bukan menghalanginya. Bila saudara saudari mau mempelajari pelajaran ini, niscayalah sidang akan menjadi semakin kuat.

Itulah teladan-teladan tentang berbagai jenis sidang yang diperlihatkan Alkitab kepada kita. Kelima macam siang yang berlainan ini perlu kita pelajari dengan baik satu demi satu. Jangan kita kendor. Semoga Allah membelaskasihi kita!

5||BERSAKSI

BERSAKSI

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

Sebab  engkau harus menjadi SAKSI-NYA terhadap semua orang tentang apa yang kau lihat dan yang kau dengar

Kis 22: 15

Pembacaan Alkitab
Kisah Para Rasul 22:15
I Yohanes 4:14,  Yohanes 4:29
Markus 5:19
Kisah Para Rasul 9:19-21
Yohanes 1:40-45

I. MAKNA BERSAKSI

Bila kita menyalakan sebatang lilin, berapa lamakah terangnya itu akan berlangsung? Sudah tentu ia baru akan padam bila semuanya terbakar. Kalau kita mengambil sebatang lagi dan menyalakannya dengan api dari lilin yang pertama, tentu terangnya akan lebih besar satu kali lipat. Apakah terang lilin yang pertama menjadi berkurang oleh karena apinya dipakai untuk menyalakan lilin yang kedua? Tidak. Dan dengan lilin kedua kita nyalakan lagi lilin ketiga, apakah terang lilin kedua akan berkurang? Tidak. Terang dari setiap batang lilin itu akan berlangsung terus sampai ia terbakar habis. Setelah yang pertama padam, yang kedua masih menyala, setelah yang kedua padam, yang ketiga akan melanjutkannya. Dengan demikian, jika kita menyalakan lagi sebatang, sepuluh batang, seratus bahkan seribu batang . . . terangnya tentu akan berlangsung terus. Hal ini mengiaskan kesaksian gereja. Kedatangan Putra Allah ke dunia ibarat lilin yang telah dinyalakan, lalu disambung terus sebatang demi sebatang. Gereja selama seribu sembilan ratus tahun lebih ibarat lilin-lilin yang terbakar dari awal hingga akhir, yang satu menyalakan yang lain, terus-menerus hingga hari ini. Gereja masih berlangsung di atas bumi, keselamatan pun masih berlangsung di atas bumi. Ada yang menyalakan sepuluh batang,ada yang menyalakan seratus batang; sebatang demi sebatang dinyalakan, maka terangnya pun bersambung terus tiada putus-putusnya.

Saudara saudari, apakah anda senang melihat terang anda berlangsung terus, tanpa terputus, atau senang melihat terang anda padam hingga akhir hidup anda? Hari ini ada orang lain yang telah menyalakan anda, semoga terang itu tidak berakhir pada diri anda. Setiap orang Kristen wajib berusaha dengan sekuat tenaganya untuk menyelamatkan orang, yaitu bersaksi dan membawa orang kepada Tuhan, sehingga kesaksian ini dapat bertahan terus di bumi ini, dari satu generasi ke generasi lain. Namun ada suatu perkara yang amat disayangkan, yaitu jika terang itu hanya menyala pada seorang saja, kesaksian itu hanya berlaku pada seorang saja. Inilah perkara yang paling disayangkan! Gereja dilanjutkan atau diturunkan generasi demi generasi, terus-menerus tak berkesudahan. Ada orang yang kesaksiannya berlangsung terus, tetapi ada juga yang terputus, tanpa keturunan. Alangkah sayangnya hal ini! Terang sebatang lilin hanya dapat bertahan sampai ia terbakar habis; demikian pula, kesaksian seseorang pun hanya bertahan sampai ia mati. Kalau kita menginginkan terang sebatang lilin berlangsung terus, maka sebelum terangnya padam, ia harus menyalakan lilin yang lain. Dengan demikian, lilin yang kedua dapat menyala lagi, lilin ketiga dapat menyala lagi, lilin keseratus, keseribu dan kesepuluh ribu dapat menyala lagi; sebatang demi sebatang akan menyala terus-menerus. Terang ini akan berlangsung selamanya dan memenuhi seluruh dunia, tetapi ia sendiri tidaklah berkurang karenanya. Bersaksi sama sekali tidak merugikan diri sendiri, melainkan akan membuat kesaksian itu berlangsung terus.

Apakah artinya kesaksian? Dalam Kisah Para Rasul 22:15 Tuhan menyuruh Ananias memberitahu Saulus: “Sebab Engkau harus menjadi saksi-Nya terhadap semua orang tentang apa yang kau lihat dan yang kau dengar.” Jadi dasar kesaksian ialah apa yang kita lihat dan apa yang kita dengar. Anda tak dapat bersaksi atas perkara yang tidak anda lihat, anda pun tak dapat bersaksi atas perkataan yang tidak anda dengar. Paulus telah melihat dengan matanya sendiri, ia pun telah mendengar dengan telinganya sendiri, kemudian Allah menyuruhnya bersaksi atas apa yang ia lihat dan yang ia dengar itu. I Yohanes 4:14 menerangkan bahwa kesaksian ini ialah “Kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia.” Apa yang kita lihat, itulah yang kita saksikan. Syukur pada Allah, anda telah percaya pada Tuhan, anda telah bertemu dengan Dia, percaya pada-Nya, menerima-Nya dan memperoleh-Nya. Anda adalah seorang yang telah diselamatkan, telah dilepaskan dari dosa, telah beroleh pengampunan dan telah beroleh damai sejahtera. Setelah anda percaya pada Tuhan, anda adalah seorang yang bersukacita; sukacita semacam itu tak pernah anda miliki sebelumnya. Dahulu pikulan dosa menekan anda demikian beratnya, tetapi sekarang syukur pada Allah, pikulan dosa yang berat itu telah lucut. Anda adalah seorang yang telah melihat dan mendengar. Apakah yang seharusnya anda lakukan sekarang? Hari ini anda harus bersaksi atas pengalaman-pengalaman anda. Ini tidak berarti anda harus berhenti bekerja dan menjadi penginjil, melainkan anda harus bersaksi atas apa yang anda lihat dan dengar kepada kerabat, handai-taulan dan semua kenalan anda, dan membawa orang-orang itu ke hadapan Tuhan.

Jika kesaksian anda tidak berlangsung terus, Injil akan berhenti sampai diri anda. Walaupun anda telah diselamatkan, telah beroleh hayat dan terang Tuhan, bila anda tidak menyalakan orang lain, terang anda pun akan padam sampai anda terbakar habis. Anda tidak seharusnya menjumpai Tuhan dengan tangan hampa, tetapi hendaklah membawa banyak orang ke hadapan Tuhan. Orang-orang yang baru beriman sejak semula wajib belajar bersaksi dan membawa orang kepada Tuhan. Hal ini jangan sekali-kali dilengaikan. Jika pada awalnya anda tidak mau membuka mulut, lambat-laun akan menjadi suatu kebiasaan, dan kalau akan memulihkannya sangatlah makan tenaga. Setelah anda percaya Tuhan, pertama kali mengecap kasih yang demikian besarnya, pertama kali beroleh Juruselamat yang demikian agungnya, pertama kali beroleh keselamatan dan kelepasan yang demikian besarnya, kalau anda tidak dapat bersaksi bagi Tuhan dan menjadikan diri anda suatu terang untuk menyalakan orang lain, sungguh besarlah dosa anda terhadap Tuhan!

II. TELADAN-TELADAN BERSAKSI

Berikut ini kita akan membaca lagi empat nas dalam Alkitab yang memberi teladan sangat baik bagi kita untuk bersaksi.

A. Pergi ke Kota Dan Berkata Kepada
Orang-orang Yang Di situ

Dalam Injil Yohanes pasal 4 terkisah Tuhan membicarakan masalah air yang hidup kepada seorang perempuan Samaria. Tuhan menunjukkan padanya bahwa manusia takkan puas hidup di dunia ini tanpa air hidup. Barangsiapa meminum air perigi ini, ia akan tetap dahaga, hanya meminum air Tuhan-lah baru ia takkan dahaga lagi, sebab akan ada mata air yang memancar dari batinnya, sehingga ia dipuaskan seterusnya. Dan hanya kepuasan yang batini inilah yang memberi kepuasan yang sejati. Perempuan tersebut telah kawin dengan lima orang suami; satu suami demi satu suami, hingga yang kelima, tetapi tetap tidak puas. Ibarat orang meminum air, setelah minum tetap akan dahaga lagi, dan selalu tak puas. Bahkan suami yang ada padanya sekarang bukan suaminya; ia tetap menjadi seorang yang tak puas. Akan tetapi, Tuhan memiliki air hidup yang dapat memuaskannya. Ketika Tuhan menyatakan siapa Ia, dan ketika ia beroleh Tuhan, ia lalu meninggalkan tempayannya dan pergi ke kota, mengatakan kepada orang-orang di situ, “Mari lihat! Di sini ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?” Yang pertama-tama ia lakukan ialah bersaksi. Apakah yang ia saksikan? la bersaksi tentang Kristus. Segala perbuatan perempuan ini mungkin ada yang diketahui oleh orang-orang di kota itu, tetapi mungkin ada banyak pula yang tidak diketahui, namun sekarang telah dikatakan semua oleh Tuhan Yesus. Ia bersaksi kepada orang-orang di kota, “Mungkinkah Dia Kristus itu?” Begitu ia melihat Tuhan, ia segera membuka mulut kepada orang, dan menyuruh orang menyelidiki apakah Ia benar Kristus. Banyaklah orang yang telah percaya pada Tuhan karena perkataan perempuan tersebut.

Tiap orang Kristen perlulah bersaksi dan memperkenalkan Tuhan. Tuhan telah menolong orang dosa yang besar seperti aku, siapakah Dia kalau bukan Kristus? Kalau Dia bukan Putra Allah, siapakah Dia? Aku tak dapat tidak membuka mulut, aku tak dapat tidak bersaksi. Walau aku tak dapat mengatakan ajaran atau teorinya, tetapi setidak-tidaknya aku mengenal Dia sebagai Kristus, Putra Allah dan Juruselamat yang Allah angkat. Aku nampak bahwa aku adalah orang dosa yang telah diselamatkan Tuhan. Bagaimanakah perkara ini bisa terjadi, aku tak dapat menjelaskannya, tetapi kalian datang dan lihat, aku kini telah berubah, ya, aku telah berubah besar! Aku pun tak mengerti bagaimana hal ini bisa terjadi; semula aku mengira diriku baik, sekarang aku nampak bahwa aku adalah orang dosa. Yang tadinya kusangka bukan dosa, sekarang sudah dikatakan Tuhan dan aku sudah tahu itu dosa. Sekarang aku mengerti aku adalah orang macam apa. Dahulu aku melakukan banyak dosa, orang lain tak tahu, aku sendiri pun mungkin tak tahu; aku sama sekali tak merasa telah terbuat dosa. Di sini ada seorang mengatakan segala sesuatu yang telah kuperbuat, baik yang kuketahui, maupun yang tidak kuketahui. Aku tak dapat tidak harus mengakui bahwa aku telah menjamah Kristus, aku telah berjumpa dengan Tuhan. Di sini ada seorang memberitahu padaku bahwa suamiku yang ada sekarang, bukanlah suamiku. Ia berkata kalau aku minum air ini, aku tetap akan dahaga, aku tetap harus menimba air. Alangkah tepatnya perkataan-perkataan-Nya itu! Mari kalian lihat, bukankah ini Juruselamat, bukankah Dia itu Kristus dan bukankah Dia satu-satunya yang dapat menyelamatkan kita!

Setiap orang yang nampak dirinya sendiri sebagai orang dosa, pasti mempunyai kesaksian untuk disaksikan, demikian pula orang yang telah nampak Juruselamat ini. Kesaksian perempuan ini adalah perkara yang terjadi hanya beberapa jam setelah ia bertemu dengan Tuhan, yaitu yang terjadi pada hari pertama, bukan setelah lewat beberapa tahun, atau setelah ia mengikuti kebangunan rohani. Begitu kembali ke kota, segeralah ia bersaksi. Maka begitu seorang diselamatkan, ia seharusnya segera memberitahu kepada orang lain tentang peristiwa yang ia nampak dan ketahui. Anda tak perlu mengatakan sesuatu yang anda tidak ketahui, dan jangan mengatakan panjang lebar, cukup mengatakan apa yang anda ketahui saja, cukup dengan bersaksi dan mengatakan perasaan anda. Sebagai contoh: anda boleh berkata, “Sebelum aku percaya Tuhan, aku sangat negatif, tetapi setelah percaya Tuhan aku menjadi sangat positif. Dahulu aku selalu menuntut, namun tidak merasa puas, sekarang dalam hatiku penuh dengan kemanisan yang tak terkatakan. Sebelum aku percaya Tuhan, aku selalu tak enak tidur, tetapi sekarang aku dapat tidur degan nyenyak. Dahulu aku sering khawatir dan risau, sekarang aku merasa damai dan sukacita walau dalam keadaan bagaimanapun. Anda boleh menuturkan kepada orang tentang fakta yang anda alami. Tak usah mengatakan sesuatu yang tak dapat anda katakan, atau yang tidak anda ketahui. Jangan melampaui keadaan anda untuk mengatakan kata-kata yang tidak anda ketahui, sehingga menimbulkan perdebatan. Anda harus menjadikan diri anda satu kesaksian yang hidup di hadapan orang, sehingga orang lain tak dapat membantah anda.

B. Pulang ke Rumah Dan Beritahukan Kepada Orang

 Mari kita baca Injil Markus 5:1-20. Di sini ada seorang yang dirasuk roh jahat; dalam Alkitab boleh dikata ialah yang paling gawat terasuk roh jahat. Orang itu dirasuk sekelompok roh jahat, ia selalu tinggal di pekuburan, tiada seorang pun yang berdaya mengikatnya, dengan rantai besi pun tak berdaya. Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu. Tuhan Yesus mengusir roh-roh jahat itu keluar dari dirinya, roh-roh jahat itu lalu masuk ke dalam kawanan babi yang berjumlah 2000 ekor, babi-babi itu kemudian terjun ke dalam danau. Setelah ia diselamatkan, Tuhan berkata kepadanya, “Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!”

Setelah anda menerima kasih karunia, Tuhan menghendaki anda memberitahukan kepada orang-orang dalam keluarga anda, kepada kerabat, teman, tetangga atau teman sekerja anda, bahwa anda telah beroleh selamat. Anda tidak saja harus memberitahukan kepada mereka bahwa anda telah percaya Yesus, bahkan memberitahukan kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atas anda dan bagaimana Ia telah mengasihani anda. Tuhan menghendaki anda memberitahukan kepada orang segala sesuatu yang telah diperbuat Tuhan atas anda, dan bersaksi tentang perkara yang anda alami sendiri kepada mereka. Ketika anda melakukan hal demikian, berarti anda menyalakan orang lain, sehingga keselamatan tidak berhenti pada diri anda saja. melainkan dapat dilanjutkan terus kepada orang lain.

Alangkah disayangkan, dalam kebanyakan keluarga orang Kristen masih terdapat banyak jiwa yang menuju kebinasaan. Ada sementara ayah-ibu, anak, famili dan sahabat yang hingga hari ini belum lagi mendengar Injil Kristus melalui mulut kita. Mereka hanya memiliki kebahagiaan dalam hidup sekarang saja, tanpa pengharapan di alam yang baka. Mengapa kita tak memberitahu mereka segala sesuatu yang telah diperbuat Tuhan atas kita? Mereka justru berada di sisi kita, kalau mereka tidak dapat mendengar Injil, siapa gerangan yang dapat mendengar Injil?

Kalau kita ingin bersaksi kepada keluarga kita, haruslah kita memiliki perubahan besar dalam tingkah-laku kita. Kita harus menyatakan betapa besar dan ajaibnya perubahan yang kita alami setelah kita percaya Tuhan, agar keluarga kita dapat menerima perkataan kita. Jika tidak, hati mereka tak mungkinlah mau menerima. Kita harus lebih adil, lebih berkorban diri, lebih mengasihi orang lain, lebih rajin dan lebih sukacita daripada sebelumnya. Tanpa perubahan tingkah-laku, tak mungkinlah mereka mau mempercayai apa yang kita katakan. Lagipula, kita wajib memberitahu mereka sebab-musabab perubahan kita itu, yaitu bersaksi kepada mereka.

C. Memberitakan Yesus di Rumah-Rumah Ibadat

Kisah Para Rasul 9:19-21 — “Saulus tinggal beberapa hari bersama-sama dengan murid-murid di Damsyik. Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Semua orang yang mendengar hal itu heran dan berkata: Bukankah dia ini yang di Yerusalem mau membinasakan barangsiapa yang memanggil nama Yesus ini? Dan bukankah ia datang ke sini dengan maksud untuk menangkap dan membawa mereka ke hadapan imam-imam kepala?” Kata “ketika itu juga” di sini merupakan kata yang penting, dapat diterjemahkan “segera itu juga.” Jadi “segera itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah.”

Saulus pada mulanya ingin pergi ke Damsyik untuk menangkapi orang-orang yang percaya Tuhan, tetapi di tengah jalan ia bertemu dengan Tuhan yang berbicara dengannya. Setelah tersorot oleh cahaya, ia rebah ke tanah dan matanya menjadi buta. Lalu ada orang membawanya ke Damsyik. Tiga hari lamanya ia tidak dapat melihat, makan dan minum. Lalu Tuhan mengutus Ananias untuk menumpangkan tangan ke atasnya dan ketika itu ia dapat melihat lagi, ia pun bangun, dibaptis, setelah makan pulihlah kekuatannya. Selang beberapa hari ia lantas pergi ke rumah ibadat untuk memberitakan Yesus adalah Anak Allah; ia segera bersaksi. Untuk berbuat demikian, baginya agak sulit, sebab ia asalnya seorang yang memperkosa murid-murid Tuhan, ia mungkin juga sebagai anggota majelis-majelis Yahudi. Majelis-majelis Yahudi beranggotakan 71 orang, Saulus mungkin salah satu di antaranya. Ia membawa surat kuasa imam besar untuk menangkapi orang-orang yang percaya Tuhan Yesus lalu dibawa kepada imam kepala. Akan tetapi, sekarang ia sendiri telah menerima Tuhan Yesus, bagaimana ia seharusnya? Asalnya ia yang menangkapi orang yang menerima Tuhan, sekarang mungkin ia sendiri akan ditangkap. Menurut pandangan manusia, ia lebih baik melarikan diri atau menyembunyikan diri, tetap:: ia malahan pergi ke rumah-rumah ibadat menyaksikan bahwa Yesus adalah Anak Allah; bukan di satu rumah ibadat saja, melainkan di banyak rumah ibadat. Hal ini menerangkan, bahwa perkara yang pertama harus dilakukan seorang setelah ia menerima Tuhan ialah bersaksi bagi Tuhan. Setelah matanya sembuh, Paulus segera menggunakan kesempatan untuk bersaksi, yaitu mengatakan bahwa Yesus, orang Nazaret adalah Anak Allah. Inilah yang wajib dilakukan oleh setiap orang yang percaya Tuhan.

Semua orang dalam dunia mengakui ada Yesus, tetapi mereka hanya mengetahui ada seorang yang bernama Yesus di antara sekian banyak manusia di dunia ini. Dengan kata lain, dalam hati mereka Yesus hanya salah seorang manusia di antara sekian banyak manusia; meski Ia agak luar biasa, tetapi tetap biasa. Akan tetapi, pada suatu hari ketika anda beroleh terang dan wahyu, mata anda tercelik, dan anda nampak satu fakta, yaitu Yesus adalah Anak Allah. Anda mengetahui bahwa Yesus itulah Anak Allah, Anak Allah ialah Yesus! Alangkah besarnya penemuan tersebut. Anda menemukan, bahwa di antara umat manusia, ada seorang yang menjadi Anak Allah; itu adalah perkara yang hebat! Tatkala seorang menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat, dan mengakui Tuhan Yesus sebagai Anak Allah, berarti ia telah berbuat perkara yang besar, ya, perkara yang luar biasa besarnya. Ia takkan melaluinya dengan sembrono, sebab inilah satu perkara yang besar. Diantara jutaan manusia di seluruh dunia ini dan selama ribuan tahun ini, kita telah menemukan seorang yang menjadi Anak Allah, ini sungguh suatu perkara yang tak kepalang besarnya. Di antara umat manusia yang tak terhitung banyaknya, dan dalam sejarah selama ribuan tahun ini, tiba-tiba diketahui bahwa Yesus orang Nazaret adalah Putra Allah, ini sungguh merupakan peristiwa yang besar sekali. Andaikata hari ini ada seorang yang terbukti sebagai malaikat, kita semua akan merasa heran. Apalagi kalau yang kita temukan adalah Putra Allah! Sebab malaikat terpaut jauh sekali bila dibandingkan dengan Tuhan kita, dan keduanya itu sebenarnya tak dapatlah dibandingkan.

Di sini ada seorang, ketika ia berjalan hendak menangkapi orang yang percaya Tuhan, ia gagal, tetapi setelah ia rebah dan bangkit kembali, ia segera masuk ke rumah ibadat dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Kalau orang ini bukan gila, pasti ia beroleh wahyu. Ia sesungguhnya bukan gila, melainkan beroleh wahyu. Dan ia sesungguhnya telah berjumpa dengan Anak Allah di antara laksaan manusia. Anda pun seperti Paulus, anda pun telah berjumpa dengan seorang yang menjadi Anak Allah di antara laksaan manusia. Kalau anda mengetahui betapa besar, penting dan ajaibnya penemuan anda, wajiblah anda memberitahukan kepada orang lain, “Aku telah bertemu dengan Putra Allah.” Dengan suara keras anda harus berkata, “Yesus itulah Anak Allah!” Kalau ada seorang telah percaya Tuhan dan beroleh selamat, mana mungkin ia duduk dan diam di sana tanpa melakukan apa-apa? Kalau ia telah percaya Tuhan Yesus, tetapi ia tetap tidak merasa mengapa demikian, yaitu tak merasa hal itu demikian ajaib dan aneh luar biasa, maka kepercayaannya patut kita ragukan. Di sini ada satu perkara yang besar, ajaib dan melampaui keadaan lazim manusia dan yang tak kepalang luar biasanya, yaitu Yesus orang Nazaret adalah Putra Allah. Alangkah pentingnya hal ini! Kita takkan merasa aneh bila seorang setelah nampak perkara yang sepenting ini, ia lalu mengetuk pintu temannya pada tengah malam, dan memberitahukan kepadanya tentang penemuannya ini. Dalam alam semesta ada satu perkara yang ajaib, yaitu Yesus orang Nazaret adalah Putra Allah.

Di sini ada seorang yang sakitnya baru saja sembuh, matanya baru saja dapat melihat, ia sudah segera pergi ke rumah-rumah ibadat dan mengatakan kepada orang, “Yesus orang Nazaret adalah Putra Allah!” Setiap orang yang percaya Tuhan, setelah nampak fakta ini, wajiblah ia segera pergi ke rumah-rumah ibadat dan berkata, Yesus orang Nazaret adalah Anak Allah!” Setiap kali kita teringat akan Yesus orang Nazaret adalah Putra Allah, kita selalu merasa itulah penemuan yang terbesar di seluruh dunia, tiada penemuan kedua yang lebih hebat dan penting daripada ini. Di sini ada seorang telah kita temukan, ialah Anak Allah, alangkah besarnya perkara ini! Karena itu, ketika Petrus menjawab Tuhan, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Tuhan segera berkata kepadanya, Berbahagialah engkau Simon bin Yunus, sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga” (Mat. 16:16-17). Tatkala Ia berjalan di antara kita, jika bukan Bapa yang menyatakan kepada kita, tiadalah seorang yang mengetahui bahwa itulah Dia.

Karena itu, jangan sekali-kali saudara saudari mengira bahwa iman anda suatu perkara yang kecil, tidak, iman atau kepercayaan anda itu suatu perkara yang ajaib Karena Paulus mengetahui bahwa penemuannya adalah per kara yang ajaib, maka tak dapat tidaklah ia pergi memberitakan hal itu di rumah-rumah ibadat. Bila anda memahami bahwa apa yang anda nampak alangkah ajaib, niscaya anda pun dapat melakukan hal yang serupa. Yesus orang Nazaret adalah Putra Allah, itulah fakta yang bukan main ajaibnya dan bukan main mulianya.

D. Seorang Mendapatkan Seorang

Setelah seorang percaya pada Tuhan, ia tidak saja harus pergi ke kota, pulang ke rumah dan pergi ke rumah-rumah ibadat untuk mengatakannya, yaitu bersaksi, bahkan ia harus memiliki satu kesaksian yang istimewa, yakni secara pribadi, seorang memimpin seorang lainnya untuk percaya Tuhan. Demikianlah kesaksian yang tercantum dalam Injil Yohanes 1:40-45. Begitu Andreas percaya Tuhan, ia segera memimpin kakaknya Petrus menjumpai Tuhan. Walau kemudian Petrus menjadi rasul yang lebih berkarunia daripada Andreas, tetapi Andreas-lah yang memimpin Petrus percaya Tuhan. Filipus adalah teman Natanael, ia percaya Tuhan lebih dahulu, ia pun memimpin temannya itu menerima Tuhan. Andreas memimpin saudaranya, Filipus mendapatkan temannya, mereka semua membawa orang kepada Tuhan secara pribadi, yakni seorang mendapatkan seorang.

Kira-kira seratus tahun yang lalu, ada seorang Kristen yang bernama Harvey Page, ia dikaruniai Tuhan, matanya tercelik dan ia nampak walaupun dirinya tanpa karunia istimewa untuk memimpin banyak orang kepada Tuhan, tetapi ia yakin paling sedikit ia dapat memimpin seorang. Ia tak bisa melakukan pekerjaan besar, ia hanya dapat memperhatikan satu orang; ia hanya bisa berkata, “Aku telah diselamatkan, anda pun harus diselamatkan. Dengan tekun ia melaksanakan hal ini; ia mendoakan dan menganjuri orang itu terus-menerus, dan ditunggu terus hingga ia beroleh selamat. Akhirnya, ketika ia meninggal dunia, ia telah menghasilkan lebih dari 100 orang yang benar-benar percaya Tuhan.

Dahulu di luar negeri ada seorang Kristen yang bernama Todd, yang sangat pandai memimpin orang beroleh selamat. Ia diselamatkan ketika ia baru berumur 16 tahun. Waktu sekolah libur, ia pergi ke sebuah desa, di sana ia bertemu dengan sepasang suami-istri tua, yang mana memimpinnya ke hadapan Tuhan. Pemuda ini asalnya acuh tak acuh, tetapi pada suatu hari itu ia diajak berlutut dan berdoa, akhirnya ia beroleh selamat. Lalu ia diberitahu mereka, bahwa di tempat itu Injil sulit sekali diberitakan, sebab ada seorang veteran yang bernama Deeds belum bertobat. Setelah mendengar perkataan ini, Todd bertanya, “Siapakah tuan Deeds itu?” Mereka mengatakan bahwa tuan Deeds seorang veteran yang telah berusia lebih dari 60 tahun. Di rumahnya ada sepucuk pistol, dan siapa yang berani memberitakan Injil kepadanya, akan ia tembak. la pun menyebut setiap orang Kristen sebagai “orang yang munafik.” Menurut pandangannya, semua orang Kristen di dunia ini adalah “orang yang munafik.” Asal melihat orang Kristen saja, ia sudah ingin memukulnya. Maka tak seorang Kristen pun yang berani memberitakan Injil kepadanya, bahkan tak seorang Kristen pun berani melewati jalan di depan tempat tinggalnya. Sebab kalau ada orang Kristen melewati jalan itu dan diketahuinya, pasti akan dicaci-maki dan dikutuk dengan garangnya. Setelah mendengar itu, Todd berkata Oh Tuhan, hari ini aku telah menerima belas-kasih-Mu, Kau telah menyelamatkan aku, aku ingin bersaksi kepada tuan Deeds itu.” Suami istri tua itu berkata, “Banyak sudah orang di antara kami berbuat hal itu, tetapi tak berhasil. Ada orang yang dipentung olehnya, ada pula yang akan ditembak. Kita pun tak dapat menuduhnya gara-gara memberitakan Injil kepadanya. Sehingga ia semakin memukul semakin hebat. Janganlah kau pergi ke situ.” “Tidak, aku merasa harus pergi menemuinya ‘, kata Todd sambil melangkah pergi.

Setiba di rumah Deeds, ia mengetuk pintu. Ternyata dengan memegang pentungan Deeds membuka pintu dan bertanya, “Hei pemuda, kau mau apa?” “Boleh aku berkata beberapa kata” kata pemuda itu. Setelah masuk ke dalam rumah, pemuda itu berkata lagi, “Aku harap anda mau menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat anda. Deeds mengacungkan pentungnya, mengancam, “Mungkin kamu pendatang baru, aku memaafkan kamu dan tak langsung memukul kamu. Apakah kamu tidak pernah mendengar bahwa di tempat ini siapapun tidak boleh menyebut-nyebut nama Yesus? Ayo, cepat pergi dari sini!” Todd berkata lagi, “Aku harap anda mau percaya Yesus. Deeds marah dan naik ke loteng mengambil pistolnya, dengan garang ia membentak, “Pergi! Kalau tidak, kau akan kutembak. Todd menjawab, “Aku menganjuri anda percaya Yesus. Kalau anda ingin menembakku, terserahlah. Akan tetapi, sebelum anda menembak, biarlah aku berdoa dahulu. Ia segera berlutut di hadapan Deeds dan berdoa, “Ya Allah, di sini ada seorang tidak mengenal Engkau, mohon Kau menyelamatkannya. Diulangi lagi doanya, “Ya Allah, di sini ada seorang tak mengenal Engkau, mohon Kau membelas-kasihinya, belas-kasihanilah tuan Deeds ini.” Doanya diulang-ulangi tanpa berhenti. Ketika ia berdoa sampai keenam kalinya, terdengar olehnya suara mengeluh, dan sebentar lagi terdengar suara pistol diletakkan, dan kemudiarf Deeds juga berlutut di sisinya dan berdoa, “Ya Allah, belas-kasihanilah aku!” Lewat beberapa menit kemudian Deeds sudah percaya Tuhan. Deeds memegang tangan pemuda itu sambil berkata, “Aku dahulu hanya mendengar Injil, hari ini aku pertama kali melihat Injil.” Setelah itu pemuda tersebut mengatakan kepada orang, “Pada mulanya aku melihat wajahnya penuh dosa, setiap kerut wajahnya adalah dosa dan keganasan. Akan tetapi, setelah percaya Tuhan, kerut wajahnya memancarkan terang dan menyatakan betapa Allah membelas-kasihinya. Pada hari Minggu itu juga Deeds datang mengikuti sidang, dan kemudian ia pun memimpin puluhan jiwa beroleh selamat.

Pada hari pertama setelah percaya Tuhan, Todd sudah memimpin seorang yang terkenal sukar dihadapi itu untuk diselamatkan. Maka seorang yang baru beriman, lebih cepat membuka mulut bersaksi, memimpin orang percaya Tuhan itu lebih baik. Jangan membiarkan waktu anda berlalu dengan sia-sia.

III. KEPENTINGAN BERSAKSI

A. Alangkah Sukacitanya

Setiap kaum imani dalam seumur hidupnya ada dua hari yang merupakan hari sukacita: Pertama yaitu hari ketika ia percaya Tuhan. Pada hari ini ia telah menerima Tuhan, maka ia luar biasa sukacitanya. Kedua, yaitu hari pertama kali ia memimpin orang lain percaya Tuhan. Ketika untuk pertama kali ia memimpin orang ke hadapan Tuhan, mungkin sukacitanya itu lebih besar daripada ketika ia sendiri diselamatkan. Banyak orang Kristen tidak bersukacita, sebab mereka tak pernah berbicara bagi Tuhan dan tak pernah memimpin seorang ke hadapan Tuhan.

B. Belajar Menjadi Seorang Hikmat

Amsal 11:30 mengatakan, “Siapa bijak (hikmat) mengambil hati orang.” Ketika pada mulanya kita percaya Tuhan, wajiblah kita mempelajari berbagai cara untuk menyelamatkan orang. Kita harus belajar menjadi orang bijak, barulah berguna dalam gereja. Hal ini tidak ditujukan pada penginjilan di atas mimbar; penginjilan di atas mimbar tak dapat menggantikan kesaksian pribadi untuk memimpin orang percaya Tuhan. Orang yang hanya memberitakan Injil di atas mimbar belum tentu dapat memimpin orang. Kita bukan menganjuri anda berkhotbah di atas mimbar, melainkan menyelamatkan orang. Banyak orang yang dapat berkhotbah, tetapi tak dapat menyelamatkan? orang; kalau anda membawa seseorang ke hadapannya, ia tak berdaya apa-apa. Orang yang sedemikian tidak berguna. Hanya orang yang dapat membawa orang lain satu persatu ke hadapan Tuhan, ialah yang berguna.

C. Hayat Tak dapat Tidak Melahirkan

Tiada sebatang pohon yang sudah bersemi tidak tumbuh. Demikian pula, tiada seorang yang telah beroleh hayat Tuhan tidak melahirkan hayat. Barangsiapa yang tidak bersaksi kepada orang dosa, jangan-jangan ia sendiri masih perlu kesaksian orang lain. Barangsiapa tidak menaruh minat dan tidak menghendaki orang lain bertobat dan berpaling kepada Tuhan, jangan-jangan ia sendiri masih harus bertobat dan berpaling kepada Tuhan. Dan barangsiapa yang tidak ada suara bagi Tuhan, jangan-jangan ia sendiri masih perlu mendengar suara Injil Allah. Mustahillah ada seorang yang maju demikian rupa, sehingga ia enggan menyelamatkan orang lain. Dan tiadalah seorang yang dapat maju sedemikian rupa sehingga ia tak perlu bersaksi kepada orang lain. Saudara saudari yang baru percaya wajib belajar bersaksi sejak awal, dan inilah perkara yang wajib dilakukan -seumur hidup.

Ketika anda lebih banyak menempuh jalan rohani, anda akan mendengar saudara berkata, “Anda wajib menjadi saluran air hidup. Anda wajib disambung dengan Roh Kudus, agar air hidup — Roh Kudus — mengalir ke atas diri anda.” Akan tetapi, saluran air hidup mempunyai dua ujung; saluran Roh Kudus, saluran hayat ada dua ujung, yang satu terbuka kepada Roh Kudus, kepada hayat dan kepada Tuhan, sedang yang lainnya terbuka kepada manusia. Kalau ujung yang tertuju kepada manusia tidak terbuka, air hidup selamanya tak dapat mengalir. Tak seorang pun yang boleh khilaf demikian rupa, sehingga mengira cukup dengan terbuka kepada Tuhan saja. Barangsiapa yang hanya terbuka kepada Tuhan saja, air hayat itu tetap takkan mengalir. Maka hendaklah terbuka kedua ujung itu; baik kepada Tuhan maupun kepada manusia. Bila kedua ujung terbuka, niscayalah air hidup akan mengalir. Banyak orang yang tiada kekuatan di hadapan Allah, itu mungkin disebabkan mereka tidak membuka ujungnya yang ditujukan kepada Tuhan; namun mungkin lebih banyak lagi orang yang tidak berkekuatan karena tidak terbuka ujungnya yang ditujukan kepada manusia, yaitu karena mereka tidak bersaksi dan tidak memimpin orang kepada Tuhan.

D. Kesedihan Perpisahan Yang Kekal

Banyak orang tak mendengar Injil karena anda tidak bersaksi, dan akhirnya mereka berpisah dengan anda untuk selama-lamanya; bukan untuk sementara. Konsekwensinya sungguh besar sekali. Dahulu ada seorang saudara pernah mengalami sendiri suatu peristiwa; pada suatu hari ia diundang makan di rumah seorang teman, orang ini sangat pintar dan pandai bicara. Mereka berdua membicarakan banyak masalah yang bersangkutan dengan ilmu. Pada saat itu hadir seorang teman lain yang usianya cukup lanjut, orang inipun sangat berpengetahuan. Mereka berdialog sangat lama. Berhubung waktu sudah larut malam, maka oleh tuan rumah mereka diminta bermalam di situ. Kamar teman yang tua itu berhadapan dengan kamarnya. Tak lama setelah ia masuk ke kamar, mendadak ia mendengar di kamar seberangnya seperti ada suatu benda berat jatuh ke lantai. Ia bangun dan pergi melihat, tak disangka bahwa teman tua itulah yang terjatuh dan telah mati seketika itu juga. Orang lainnya lalu berdatangan melihat kejadian tersebut. Saudara itu lalu berkata dengan sedih, “Jika aku tahu akan terjadi peristiwa ini, dua jam yang lalu tak mungkin aku berbincang-bincang dengannya tentang semuanya itu, melainkan menunjukkan perkara yang kekal kepadanya. Namun aku tidak menggunakan barang 5 menit saja untuk memperbincangkan masalah keselamatan jiwa kepadanya; aku tidak memberi kesempatan itu kepadanya. Jika aku tahu apa yang akan terjadi padanya sekarang, aku pasti dengan sekuat tenagaku memberitahu padanya, bahwa setiap orang perlu mengetahui betapa Tuhan Yesus telah mati baginya di atas salib, tetapi sekarang sudah kasip! Kalau aku tadi membicarakan hal ini kepadanya, kalian tentu menertawai aku dan mengatakan itu tidak sesuai dengan waktunya, tetapi jika aku sekarang mengatakan perkataan ini, itu sudah kasip. Sekarang aku harap kalian mau mendengarkan, yakni setiap orang perlu percaya Tuhan Yesus dan salibnya! Kita harus menyadari bahwa perpisahan yang demikian adalah perpisahan yang kekal, bukan yang sementara. Alangkah sayangnya, begitu kesempatan itu berlalu, orang itu akan selamanya tak dapat ke sorga! Karenanya kita harus mencari kesempatan untuk bersaksi.

D.L. Moody adalah seorang yang pandai memimpin orang beroleh selamat. Ia mempunyai satu ketetapan, yaitu tak peduli ada mimbar atau tidak, paling sedikit sehari memberitakan Injil kepada seorang. Pada suatu malam ia sudah naik ke atas tempat tidur, tiba-tiba ia teringat hari itu belum memberitakan Injil. Apakah yang harus ia perbuat? Ia lalu bangun dan mengenakan pakaian luar. Ketika melihat jam, ternyata sudah tengah malam dan di jalan orang pun sudah tiada. Ke manakah ia harus mendapatkan orang? Akhirnya ia bertemu dengan polisi yang sedang piket, ia berkata, “Pak polisi, anda harus percaya Tuhan Yesus.” Karena kebetulan polisi itu sedang dirundung kesedihan, maka dimakinyalah ia dengan marah, “Orang macam apakah kau, sudah tengah malam begini tak berbuat apa-apa, hanya menganjuri aku percaya Yesus! Moody hanya menyahutnya beberapa kata lalu pulang. Tak nyana pak polisi itu telah tergerak oleh perkataan Moody, selang beberapa hari ia datang mengunjungi Moody, dan ia telah beroleh selamat.

Setelah seorang percaya Tuhan, hendaklah ia menetapkan suatu tekad di hadapan Allah, yaitu bila ada kesempatan segera bersaksi dan mendapatkan orang. Setiap kita harus membuat catatan dan menetapkan suatu target, yaitu berapa jiwa ingin anda selamatkan dalam setahun, sepuluh jiwa atau dua puluh jiwa. Setelah itu anda harus tekun mendoakan jiwa-jiwa itu. Doa yang tanpa ujung pangkal tidak akan berfaedah. Misalkan anda berdoa, “Oh Tuhan, semoga Engkau menyelamatkan orang-orang dosa itu. Itulah doa yang tak berujung pangkal. Anda harus mempunyai target tertentu, entah sepuluh jiwa atau dua puluh jiwa. Anda telah menyediakan sebuah buku catatan untuk mencatat jiwa-jiwa yang telah anda peroleh; satu persatu catat ke dalam buku itu. Pada akhir tahun, anda boleh hitung pula, berapakah jiwa yang sudah beroleh selamat, berapa yang masih belum beroleh selamat, dan doakan terus bagi mereka yang masih belum beroleh selamat. Semua saudara saudari wajib melakukan hal ini. Kalau dalam setahun anda dapat menyelamatkan tiga puluh sampai lima puluh jiwa itu tidak terbilang banyak; kalau beroleh sepuluh atau dua puluh orang itu biasa. Haruslah ada angka yang konkrit yang kita minta kepada Tuhan dalam doa kita. Niscaya Tuhan akan mengabulkan doa kita yang konkrit. Dari hari ke hari anda harus berdoa di hadapan Tuhan, bila ada kesempatan bersaksilah bagi Tuhan. Bila kita semua mau menjadi pemberita Injil yang sedemikian, dan memimpin orang kepada Tuhan, tidak lama saja hayat rohani kita akan bertumbuh dengan dahsyatnya.

Kita harus mengangkat obor Injil, dan menyalakan semua orang. Marilah kita, setiap orang Kristen, pergi menyalakan orang lain. Kesaksian Tuhan harus berlangsung terus melalui diri kita, sampai kedatangan Tuhan. Jangan sekali-kali kita sendiri telah dinyalakan, tetapi tidak pergi menyalakan orang lain. Hendaklah kita melalui sebatang lilin ini menyalakan lilin lain, dan terus menyalakan yang lain lagi. Di hadapan kita entah berapa banyaknya jiwa yang membutuhkan keselamatan. Marilah kita dengan sekuat tenaga kita bersaksi dan memimpin orang sebanyak-banyaknya kepada Tuhan!

8||HAJARAN ALLAH

HAJARAN ALLAH

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

 

“Hai anakku janganlah anggap enteng didikan Tuhan dan janganlah putus asa  apabila engkau diperingatkannya : Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihinya dan Ia menyesah orang yang diakuinya sebagai anak “

Ibrani 12 :5-6

 

 

 Pembacaan Alkitab: Ibrani 12:4 – 13

I. SIKAP KITA SEWAKTU BERADA DI BAWAH HAJARAN

1. Bergumul Melawan Dosa Belum Sampai Mencucurkan Darah

Penggalan dari surat Ibrani pasal 12 ini perlu kita tinjau sejenak poin demi poin. Ayat 4: “Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah”. Di sini Rasul berkata kepada kaum imani bahwa sekalipun mereka bergumul melawan dosa hingga menelan banyak kepahitan dan mengalami ujian yang sangat besar, bahkan menjumpai berbagai macam kesukaran dan aniaya, tetapi bagaimanapun juga belumlah sampai mencucurkan darah mereka. Dan jika hal itu dibandingkan dengan apa yang diderita oleh Tuhan, tentu terpautnya jauh sekali! Dalam ayat kedua dikatakan bahwa Tuhan Yesus dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib. Karenanya, pengalaman kaum imani terpaut jauh sekali dengan apa yang Tuhan alami. Tuhan Yesus dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib sedemikian rupa sehingga mencucurkan darah-Nya. Kendatipun kaum imani juga telah menderita penghinaan, dan kesengsaraan salib, namun belumlah sampai ke taraf mencucurkan darah.

2. Pada Waktu Kesulitan Harus Mengetahui
Apa Maksudnya

Setelah seorang menjadi Kristen, perkara apakah yang siap dijumpainya? Kita sekali-kali tidak ingin membentangkan suatu harapan yang tidak wajar di hadapan saudara-saudara, tetapi kita ingin memperlihatkan kepada mereka bahwa kita kelak akan menjumpai banyak perkara, dan dalam perkara-perkara itu mengandung maksud tujuan Allah, dan semuanya mengandung makna ilahi. Kita memang akan menjumpai banyak ujian dan kesulitan, tetapi apakah sebenarnya maksud dari ujian dan kesulitan tersebut, dan makna apakah yang tersembunyi dibaliknya? Betapapun juga, sebelum Tuhan membuat kita menjadi kaum sahid, maka belumlah kita sampai mencucurkan darah karena bergumul melawan dosa. Kendatipun demikian, kita sudah bergumul dan melawan! Nah, apakah alasan sebenarnya dari terjadinya perkara-perkara tersebut?

Ayat 5-6: “Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan (hajaran) Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak”.

3. Jangan Putus Asa dan Jangan Menganggap Enteng

Ketika Rasul menulis ayat ini ia mengutip perkataan dalam kitab Amsal dari Perjanjian Lama. Dikatakan jika Tuhan menghajar kita janganlah kita anggap enteng; jika Tuhan memperingatkan atau menegur kita janganlah kita putus asa. Kedua sikap ini harus dimiliki oleh kaum imani. Ada sementara orang yang tatkala mengalami kesukaran atau kesengsaraan, yaitu hajaran Allah, dianggapnya suatu hal yang biasa dan tidak penting, dan karenanya dengan mudah hajaran Allah itu dibiarkan berlalu begitu saja. Ada pula sementara orang yang tatkala tertimpa tangan Tuhan lalu menjadi putus asa; sebab ia merasa bahwa keadaan lingkungan orang Kristen demikian sukar, dan terlalu sulit untuk menjadi seorang Kristen. la berharap bahwa jalan ini seharusnya sangat lancar, seolah dengan mengenakan baju lenan halus yang putih bersih sambil berjalan santai di atas lorong emas menuju gerbang mutiara. Ia tidak sangka kalau menjadi orang Kristen harus mengalami banyak perkara yang menyulitkan. Ia belum lagi siap menjadi orang Kristen dalam keadaan lingkungan yang sedemikian. Karenanya ia menjadi putus asa, sebab ia merasa jalan ini sulit ditempuh. Kitab Amsal menunjukkan kepada kita bahwa kedua sikap tersebut adalah keliru.

4. Menghargai Hajaran Tuhan

Anak-anak Allah tidak seyogyanya meremehkan hajaran Tuhan. Bila Tuhan menghajar kita, kita harus memperhatikan dengan teliti. Setiap peristiwa yang diizinkan Tuhan menimpa diri kita semuanya mengandung tujuan dan makna tertentu. Melalui peristiwa-peristiwa dan lingkungan itu Tuhan ingin membina kita. Semua hajaran-Nya bertujuan melengkapi kita agar kita menjadi lebih kudus. Setiap hajaran-Nya bertujuan agar dalam watak kita mengandung watak ilahi, dan dalam karakter kita menerima pendidikan ilahi. Itulah maksud tujuan dari hajaran Tuhan. Tuhan tidak menghajar dengan tanpa alasan, tapi Tuhan ingin menghajar kita hingga kita menjadi satu alat atau bejana. Tuhan pun tidak menyuruh anak-anak-Nya menderita banyak kesukaran dengan tanpa makna. Menderita sengsara bukanlah tujuan dari menderita sengsara. Tuhan memberi anda kesukaran bukan sekedar menghendaki anda menderita saja. Menderita sengsara ada tujuannya, yakni agar kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Itulah tujuan hajaran Allah.

Namun, banyak anak-anak Allah yang mungkin sudah menjadi orang Kristen belasan tahun sama sekali tidak pernah menghargai hajaran Allah, dan tak pernah menyadari bahwa hajaran atau penanggulangan Tuhan sedang menimpa dirinya, dan Tuhan ingin menghajarnya sedemikian rupa sehingga ia tertempa atau terukir menjadi satu bejana. Ia tak nampak tujuan dari pukulan, tempaan, dan ukiran Allah, karenanya semua itu dilalui dengan sembarangan saja. Misalkan hari ini ia menjumpai satu perkara, maka dibiarkannya berlalu begitu saja; keesokan harinya ia menjumpai satu peristiwa lagi, ia pun tidak tahu apa sebenarnya maksud Tuhan, maka dibiarkannya lagi berlalu begitu saja. Seolah-olah baginya Allah adalah Allah yang tanpa maksud tujuan, dan dengan sembarangan saja memberikan kesukaran kepada manusia. Karenanya kalian harus ingat, bahwa belajar menghargai hajaran Allah itulah sikap pertama dari anak-anak Allah. Begitu ada suatu kejadian, maka pertanyaan yang pertama ialah: “Apakah maksud kejadian ini?” “Mengapa terjadi demikian?” Kita harus belajar anggap berat, jangan anggap ringan. Anggap ringan berarti ceroboh, dan terserah pada Allah apa yang ingin Ia perbuat, sedangkan anda sendiri tak tahu menahu dan melaluinya dengan sikap acuh tak acuh.

Pada satu pihak, hajaran Allah tidak boleh kita anggap ringan, pada pihak lainnya, kita pun jangan menganggapnya terlampau berat. Kalau seorang Kristen sehari suntuk hanya menderita sengsara dan selalu tidak lancar, pasti akan membuat orang putus asa. Itulah artinya menganggap hajaran terlalu berat. Kita wajib belajar menerima hajaran Tuhan, dan wajib belajar nampak dan memahami hajaran Tuhan. Sebab peringatan Tuhan itu bermakna, disamping itu kita pun jangan menjadi putus asa.

II. TUHAN MENGHAJAR ORANG YANG DIKASIHI-NYA

Ayat 6: “Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan la menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak”. Perkataan ini berasal dari kitab Amsal, yang memperlihatkan kepada kita apakah sebenarnya alasan dari setiap hajaran.

1. Hajaran Adalah Penataan Kasih

Allah tidak mempunyai banyak waktu senggang untuk menanggulangi manusia-manusia di dunia ini. Tapi hanya orang yang dikasihi-Nyalah yang dihajar-Nya? Dia menghajar kita karena kita dikasihi-Nya. Dia akan mengolah kita sedemikian rupa sehingga kita dapat menjadi satu bejana; karena itulah maka Dia melakukan hajaran-Nya. Allah tidak ada tempo untuk menghajar setiap orang di dunia, tetapi karena Ia mengasihi anak-anak-Nya sendiri, maka Dia sudi menghabiskan waktu untuk menghajar anak-anak-Nya. Jadi hajaran adalah penataan kasih. Kasihlah yang menatakan peristiwa-peristiwa itu bagi kita. Inilah yang kita namakan hajaran. Kasihlah yang menakarkan bagi kita apa yang harus kita derita, dan kasihlah yang menyediakan untuk kita peristiwa sehari-hari dalam lingkungan kita. Itulah yang disebut hajaran, yang Ia peruntukkan bagi kebaikan yang terbesar, dan bagi tercapainya tujuan yang tertinggi dari penciptaan-Nya.

“Dan la menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak”. Semua orang yang telah mengalami hajaran mempunyai dasar dan bukti untuk mengatakan dirinya diakui sebagai anak. Disesah tidak berarti ditolak, melainkan suatu bukti diakui atau diperkenan oleh Allah. Saya ulangi: Allah tidak mempunyai waktu untuk menanggulangi setiap orang, tapi Ia hanya ingin membuang waktu untuk menanggulangi anak-anak yang dikasihi-Nya dan diakui-Nya.

2. Hajaran adalah Pendidikan Bapa

Setelah anda menjadi seorang Kristen anda harus bersiap-siap untuk menerima hajaran dari tangan-Nya. Kalau anda bukan anak Allah, anda akan dibiarkan hidup dengan sembarangan, dan menempuh jalan anda sendiri. Tapi, jika anda telah menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat, anda adalah anak-anak Allah yang dilahirkan oleh Allah, maka dari itu anda harus bersedia menerima hajaran Allah. Tak seorang ayah yang mau menghajar anak-anak orang lain; baik atau buruk anak-anak tetangga bukan tanggung jawabnya. Namun, seorang ayah yang baik pasti memberikan pendidikan secara teratur kepada anaknya sendiri. Ada perkara-perkara tertentu pasti akan ditanggulangi dengan teliti, dan tidak menghajar dan mendidik anaknya secara kebetulan atau sembarangan, melainkan sesuai dengan ketentuannya sendiri, supaya anaknya dapat belajar menjadi manusia yang jujur, giat, dapat menanggung kesulitan, serta bercita-cita luhur. Sang ayah menata suatu pelajaran untuk menghajar anaknya, agar anaknya menjadi orang yang sebaik itu. Demikian pula, sejak anda diselamatkan, Allah juga mulai menata suatu pelajaran, dan menyuruh anda belajar dari pelajaran-pelajaran yang anda perlukan itu, supaya anda bisa menjadi sewatak atau sekepribadian dengan Dia. Ia menghendaki anda menjadi serupa dengan Dia dalam banyak perkara, karenanya maka Ia memberikan penataan-penataan, hajaran-hajaran dan penderaan-penderaan atas diri anda.

Begitu seorang mulai menjadi orang Kristen ia harus menyadari bahwa dirinya sudah menjadi anak Allah, dan Allah akan mulai memberikan pelajaran-pelajaran baginya melalui berbagai macam penataan dalam lingkungannya, yakni menatakan macam-macam urusan dan peristiwa, bahkan kesukaran-kesukaran untuk ia alami, agar pada dirinya tercipta sejenis watak atau karakter. Allah ingin mengolah anda hingga anda mencapai sejenis personalitas atau kepribadian. Itulah sebabnya la menatakan semuanya itu bagi anda dalam lingkungan anda.

Setelah anda menjadi orang Kristen, anda harus nampak tangan Allah sedang memimpin anda, penataan-Nya dalam lingkungan akan datang, dan penderaan-Nya pun akan datang. Bila anda tidak menempuh jalan-Nya, cambuk Allah akan menyebat, mendesak, dan mendorong anda untuk kembali ke jalan ini lagi. Setiap anak-anak Allah harus mempersiapkan diri untuk menerima hajaran dari tangan Allah,. Karena anda adalah anak, maka Allah harus menghajar anda. Allah tidak mempunyai waktu untuk menghajar orang lain. Jika ia bukan anak yang dikasihi Allah, Allah takkan membuang waktu untuk menghajarnya. Dan kalau ia bukan seorang yang diakui Allah sebagai anak, Allah pun tak mempunyai tempo untuk memperingatkannya. Adanya pencambukan dan hajaran menandakan bahwa Allah mengasihi dan mengakui kita. Jadi, pencambukan atau hajaran hanya dimiliki oleh orang-orang Kristen.

3. Hajaran Bukan Siksaan Melainkan Kemuliaan

Yang kita terima adalah hajaran bukan siksaan. Menyiksa bertujuan menghukum kesalahan, tetapi menghajar mengandung maksud pendidikan. Siksaan hanya dikarenakan anda telah bersalah, yakni untuk perkara yang telah lalu; walau hajaran juga dikarenakan kesalahan anda, namun itu untuk kemudian hari. Dalam hajaran terkandung unsur kemuliaan, dan terkandung maksud tertentu. Anda hari ini berada. di bawah nama Tuhan dan milik Tuhan, maka anda harus menyatakan dengan tegas bahwa Allah hendak mencipta anda menjadi seorang yang dapat memuliakan Dia. Saya dapat berkata dengan penuh keyakinan yaitu setiap anak-anak Allah diharuskan untuk memuliakan Allah dalam perkara-perkara tertentu. Setiap anak-anak Allah wajib memuliakan Allah. Hanya saja yang satu berbeda dengan yang lain, ada yang memuliakan Dia begini, ada yang memuliakan Dia begitu. Kita harus memuliakan Allah dengan berbagai corak dan keadaan, sehingga Allah beroleh kemuliaan yang sempurna. Setiap manusia memiliki bagian atau ciri-cirinya yang khas yang mana akan dibentuk Allah menjadi personalitas tertentu, agar dari situ ia dapat memuliakan Allah. Oleh sebab itu, demi penggenapan kehendak Allah, maka hajaran Allah menimpa atas setiap anak-Nya, dan tak seorang pun dari anak-anak Allah yang dapat menghindari tangan hajaran Allah itu.

4. Tak Mengerti Hajaran Allah adalah Suatu
Kerugian yang Besar

Sungguh adalah suatu kerugian yang sangat besar bila anak-anak Allah tidak mengetahui hajaran Allah. Banyak orang yang walaupun bertahun-tahun hidup di hadapan Allah, tapi mereka adalah orang-orang yang bebal dan sembrono, mereka tiada jalan untuk dapat maju ke depan dan tak tahu apa yang hendak Tuhan lakukan atas dirinya. Mereka bertindak sekehendak hati, ibarat berkeliaran di padang gurun tanpa terkekang, dan tanpa tujuan. Allah tidaklah demikian, Ia mempunyai tujuan tertentu; Ia menghendaki kita memiliki kepribadian khusus yang mana dapat mempermuliakan nama-Nya. Oleh sebab itu, setiap hajaran-Nya bermaksud memimpin kita untuk menempuh jalan ini.

III. MENANGGUNG HAJARAN ALLAH

Ketika rasul menulis surat kepada kaum imani Ibrani, ia mengutip perkataan dalam kitab Amsal. Mulai dari ayat 7 rasul menjelaskan arti dari perkataan-perkataan dalam ayat 5 dan 6. Yang kita baca di atas adalah perkataan Amsal, sekarang adalah penjelasannya: “Jika kamu harus menanggung ganjaran (hajaran) Allah. Ini merupakan penjelasan pertama dari Perjanjian Baru, dan hal ini sangat penting. Sebab di sini rasul menunjukkan kepada kita bahwa menderita sengsara itu identik dengan hajaran Allah.

1. Menanggung Sengsara itulah Hajaran Allah

Mungkin ada yang ingin bertanya, apakah hajaran Allah itu? Mengapa setelah ayat 2 dan 3 mengatakan tentang mengabaikan kehinaan, tekun memikul salib, tekun menanggung bantahan dari orang-orang dosa, lalu pada ayat 5 dan 6 mempersoalkan masalah hajaran, dan apakah hubungan antara kedua hal tersebut? Apakah artinya hajaran? Apakah pula maksudnya kehinaan, atau menanggung bantahan dari orang-orang dosa? Ayat 7 memberikan kesimpulan dari ayat-ayat tersebut, yaitu segala yang kita tanggung dengan tekun itulah hajaran Allah. Jadi penderitaanlah hajaran Allah, penghinaan dan kesusahan itulah hajaran Allah. Walau dalam hal melawan dosa belum sampai mencucurkan darah, tapi kesengsaraan atau kesusahan itulah hajaran Allah.

Bagaimanakah Allah menghajar kita? Kita harus nampak bahwa segala yang Allah tentukan untuk kita alami dan derita itulah hajaran Allah. Jangan anda sangka bahwa hajaran Allah merupakan perkara-perkara lain yang istimewa. Tidak, hajaran Allah justru adalah sesuatu yang anda tanggung dan derita setiap hari. Mungkin sepatah kata yang keras, sebuah wajah yang kurang ramah, sebuah lidah yang tajam, suatu perlakuan yang kurang sopan, suatu kritik yang tak beralasan, suatu problema yang di luar dugaan, macam-macam penghinaan, kerabat yang tidak bertanggung jawab, atau kesulitan-kesulitan lainnya yang lebih berat. Adakalanya juga berbagai macam penyakit, kemiskinan, kesengsaraan, dan banyak lagi kesesakan lainnya. Pokoknya sangat banyak yang anda alami dan derita. Menurut rasul, semua itu adalah hajaran Allah!

2. Semua Peristiwa bukan Kebetulan

Di sinilah persoalannya: Jika seorang memandang saya dengan wajah yang kurang baik, bagaimanakah reaksi saya? Dan kalau itu hajaran Allah, bagaimanakah pula reaksi saya? Jika kepentingan saya terbengkelai akibat daya ingat seseorang kurang baik, bagaimanakah sikap saya terhadapnya? Dan kalau hal tersebut hajaran Allah, bagaimanakah pula sikap saya terhadapnya? Kalau sakit saya kali ini dikarenakan ketularan, bagaimanakah saya? Kalau kejadian itu tidak baik dikarenakan saya sedang sial, apakah komentar saya? Tetapi, jika hal tersebut hajaran Allah, bagaimana pula komentar saya? Semuanya itu akan menimbulkan perbedaan yang sangat besar. Ketika anda menganggap berbagai macam peristiwa yang menimpa diri anda dalam lingkungan sekitar anda, hanyalah nasib belaka, maka anda akan mempunyai suatu sikap. Tetapi, bila anda menyadari semua itu sebagai hajaran Allah, sikap anda pasti akan berbeda. Karenanya perkataan rasul sangat jelas: “Yang kita tanggung adalah hajaran Allah”. Jangan sekali-kali kita mengira. bahwa perkara-perkara itu tak mungkin kita tanggung, dan mengatakan semua perkara itu hanya terjadi secara kebetulan saja. Tidak, semua itu adalah hajaran Allah, yang mana telah ditata dan ditakar oleh-Nya setiap hari bagi anda.

3. Memperlakukan Kita Seperti Anak

Ayat 7 menjelaskan: “Allah memperlakukan kamu seperti anak”, “Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?” Segala peristiwa yang kita alami adalah hajaran Allah, dan itu dikarenakan Ia memperlakukan kita seperti anak. Ingatlah, hajaran adalah perlakuan Allah yang baik, bukan perlakuan yang tidak baik. Banyak orang yang salah mengerti, mengira -hajaran Allah merupakan perlakuan-Nya yang tidak baik. Tidak,, bukan demikian, bila saya menerima hajaran Allah,, itu berarti saya diperlakukan dengan baik oleh Allah, seperti terhadap anak-Nya. Di manakah ada seorang anak tidak dihajar oleh ,ayahnya? Hajaran adalah perlakuan Allah yang baik! Oleh karena kalian telah menjadi anak-anak Allah, maka kalian harus menerima hajaran-Nya. Hajaran Allah bermaksud membawa anda ke suatu posisi sehingga anda beroleh berkat dan kemuliaan. Karenanya jangan sekali-kali kita mengira dihajar Allah itu sama dengan disiksa Allah. Di manakah ada seorang anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?

4 Harus Nampak Tangan Bapa

Di sini terdapat suatu perbedaan yang sangat besar. Jika setiap orang nampak bahwa semua penderitaan atau peristiwa berasal dari Allah, niscaya ia akan mengambil suatu sikap yang berbeda terhadap apa yang ia alami itu. Jika hari ini ada seorang mendera saya, boleh jadi saya akan merampas cemetinya, lalu saya patahkan, dan saya lemparkan ke arah mukanya; dan saya tidak merasa bersalah terhadapnya. Akan tetapi, jika bapa kita yang mendera kita, bolehkah kita melawannya sedemikian itu? Sudah pasti tidak boleh. Kerap kali kita malah merasa bahwa cemeti bapa sangat mustika. Seperti halnya dengan yang dikatakan oleh Nyonya Guyon: “Saya ingin mencium cambuk dan tangan yang mendera saya itu”. Kalau itu memang tangan Allah; itu akan menjadi perkara lain; kalau ini cemeti bapa, ini urusan lain. Jika itu peristiwa biasa, anda boleh bersikap tak acuh. Namun, anda nampak itu bukan peristiwa-peristiwa lazim, melainkan tangan atau cambuk Allah yang mana bertujuan membuat anda beroleh bagian dalam tabiat dan karakter-Nya. Kalau anda nampak hal ini, niscayalah anda tidak akan menggerutu. Bila kita menyadari hal itu adalah perlakuan Bapa, maka perasaan kita akan berubah: Allah saya memperlakukan saya seperti anak-Nya, dan hari ini Ia menghajar saya, hal itu sangatlah mulia.

5. Hajaran Merupakan Bukti Sebagai Anak

Ayat 8: “Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang”. Hajaran adalah bukti sebagai anak. Siapakah anak-anak Allah? Mereka yang dihajar Allah! Siapakah bukan anak-anak Allah? Mereka yang tidak dihajar Allah. Jika seorang tidak dihajar Allah, padanya tiadalah bukti atau identitas sebagai anak Allah.

Hajaran harus diderita oleh setiap anak. Setiap anak Allah harus menerima hajaran, anda tidak terkecuali. Asalkan anda bukan anak gampang, atau anak yang tidak sah, melainkan benar-benar anak Allah, pastilah anda harus sama menerima hajaran-Nya. Perkataan rasul di sini sangat serius: Hajaran harus diderita setiap anak. Kalau kalian anak-anak Allah, janganlah berharap memperoleh perlakuan lain, sebab hajaran wajib diderita oleh setiap anak. Bagaimana setiap orang yang hidup pada zaman Paulus dan Petrus, begitu pula setiap orang di seluruh dunia pada hari ini, tiada seorang pun yang terkecuali. Janganlah anda berharap mempunyai satu jalan yang tidak ditempuh oleh anak-anak Allah lainnya. Tiada seorang anak Allah bisa menempuh jalan yang bebas dari hajaran Allah. Anak-anak Allah tidak seharusnya sebebal itu, yaitu mengira kehidupan atau usahanya pasti lancar, dan dapat terhindar dari hajaran Allah. Jika bisa demikian, jelaslah bahwa ia adalah anak gampang. Jadi kita harus nampak bahwa hajaran adalah tanda dan bukti kita sebagai anak-anak Allah. Tanpa bukti ini, anda adalah anak gampang atau anak keluarga lain, bukan anak keluarga Allah. Kalau Allah tidak menghajar anda, itu berarti anda anak keluarga lain.

Saya pernah melihat satu kejadian, walau hal itu tidak bermakna dalam, tapi cukup merupakan satu contoh yang sangat tepat. Ada enam anak asyik bermain-main di lantai sebuah halaman sehingga semuanya kotor tercemar oleh debu-debu tanah. Kemudian datang seorang ibu memukul tiga orang anak di antaranya dan melarang mereka bermain sedemikian itu. Setelah itu ada seorang anak bertanya, “Mengapa ibu tidak memukul mereka yang lain?” Jawab sang ibu: “Tidak, sebab mereka bukan anak-anakku”. Ya, tiada seorang pun ibu yang mau menghajar anak-anak orang lain. Ingat: celakalah bila Allah tidak menghajar kita. Itu anak gampang, bukan anak sendiri yang sah! Karena kalian adalah orang-orang yang sungguh percaya kepada Tuhan, maka mulai hari pertama anda sudah harus menerima hajaran Allah. Anda tak dapat menjadi anak Allah yang bebas dari hajaran-Nya. Kedua hal itu selalu berpadu. Anda tak mungkin menerima hak sebagai putra Allah tanpa menerima hajaran-Nya. Tidak, itu tidak mungkin! Setiap anak harus menerima hajaran, anda pun tidak terkecuali.

IV. TAAT KEPADA HAJARAN DARI BAPA SEGALA ROH

Ayat 9, “Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup?” Rasul memperlihatkan bila ayah kandung kita menghajar kita, kita wajib menghormatinya, membenarkan hajarannya, dan patut menerimanya. Apa lagi bila kita dihajar oleh Bapa segala roh, bukankah kita harus lebih taat kepada-Nya, supaya kita boleh hidup?

Dengan ini kita nampak betapa masalah anak menimbulkan masalah hajaran; masalah hajaran menimbulkan masalah taat. Karena kita adalah anak, maka kita ada hajaran; dan karena ada hajaran, maka kita perlu taat. Ingatlah, segala yang ditata Allah dalam lingkungan bertujuan menghajar kita menempuh jalan ini, supaya kita mau tak mau harus berjalan di jalan ini.

1. Dua Perkara dalam Mentaati Allah

Ada dua hal yang harus kita taati dalam kita mentaati Allah; taat kepada perintah Allah, dan taat kepada hajaran Allah. Pada satu aspek kita harus mentaati firman Allah, mentaati perintah Allah, dan mentaati asas-asas atau kaidah-kaidah yang ditetapkan Allah dalam Alkitab. Sering kali kita cukup mentaati firman Allah saja, tapi adakalanya kita harus pula mentaati hajaran Allah. Kalau Allah menatakan suatu perkara pada diri anda, haruslah anda menarik kefaedahan dan hikmah dari perkara tersebut. Itulah faedah yang akan Allah berikan kepada anda, dan itulah jalan lurus yang harus anda tempuh. Karenanya kita wajib belajar tidak saja mentaati perintah Tuhan, tetapi mentaati hajaran Tuhan pula. Kendatipun untuk mentaati hajaran Tuhan perlu membayar harga, namun hal tersebut akan memungkinkan kita untuk menempuh jalan ini dengan lurus.

Namun demikian, ketaatan bukanlah sebuah istilah yang kosong. Banyak saudara bertanya kepada saya, “Apakah yang harus saya taati?” Pertanyaan ini mudah sekali menjawabnya. Masakan anda khawatir tiada suatu perkara yang harus anda taati? Andaikata Allah menghajar anda setengah hari saja, boleh jadi anda akan berusaha melarikan diri. Kebanyakan orang seolah-olah mengira tiada sesuatu yang boleh ditaati, itu adalah suatu keganjilan! Ingatlah, ketika Allah menuntut ketaatan anda, maksud Allah ialah agar anda mentaati semua hajaran dari tangan-Nya atas diri anda. Kalian mungkin akan bertanya, “Mengapa tidak mengatakan tangan pimpinan Allah, melainkan tangan hajaran Allah? Mengapa tidak mengatakan Allah memimpin perjalanan saya, tapi Allah menghajar saya?” Allah mengenal watak anda, anda pun mengetahui watak anda sendiri. Kecuali melalui hajaran, maka kebanyakan orang tidaklah mengerti apa artinya taat.

2. Belajar Taat Melalui Hajaran

Kita harus menginsyafi bagaimana disposisi kita di hadapan Allah. Seringkali watak atau bawaan kita tegar dan pemberontak. Ibarat seorang anak nakal yang sama sekali enggan menurut kecuali setelah melihat tangan ayah memegang pentung atau cambuk. Demikianlah keadaan setiap kita. Ada sejenis anak yang sukar diajak bicara kecuali terlebih dahulu diomeli atau dipukuli. Ingatlah, setiap kita justru adalah anak-anak semacam itu. Kalau Allah ingin berbicara dengan kita, Ia harus memukul kita dua kali dahulu, jika tidak, jangan diharap kita dapat mendengar perkataan-Nya. Oleh karena itulah maka hajaran sungguh merupakan keperluan kita yang mutlak. Kita harus belajar mengenal diri kita sendiri. Kita bukan manusia-manusia yang begitu simpel, walau kita telah dipukul, tetap tak mau berjalan. Di sini rasul menunjukkan kepada kita, bahwa hajaran bertujuan supaya kita mau mendengar perkataan Allah, dan mentaati-Nya. Kata rasul, “Kita wajib mentaati Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup”. Jadi kita tidak boleh kekurangan ketaatan ini. Sebaliknya, kita harus belajar mentaati Allah, dan berkata, “Ya Allah, hamba mau tunduk di bawah hajaran-Mu! Apa yang Kau lakukan adalah benar!”

V. HAJARAN ADALAH UNTUK
KEBAIKAN KITA

Ayat 10, “Sebab mereka (ayah kandung) mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik“. Kita tahu, bahwa para orang tua dalam menghajar anak-anak mereka banyak kekurangannya, sebab mereka menghajar anak menurut keinginan sendiri. Dan akhirnya pun tidak mendatangkan kebaikan seberapa.

Tetapi Dia (Bapa segala roh) menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya”. Itu bukan hajaran atas watak, bukan hajaran penyiksaan. Semua hajaran dan teguran Allah bukanlah siksaan, melainkan didikan, agar supaya kita beroleh kebaikan. Bukan hanya memukul hingga kita merasa sakit, melainkan dengan kesakitan itu melahirkan suatu urusan. Kesakitan itu mengandung tujuan tertentu. Allah menghukum anda bukan karena anda bersalah dalam suatu perkara. Kalau benar demikian, berarti dalam pikiran-Nya mengandung konsepsi hukum Taurat, atau pengadilan

1. Beroleh Bagian dalam Kekudusan-Nya

Apakah kebaikan yang dimaksud itu? yaitu kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Ini adalah perkara yang sangat mulia! Kekudusan adalah sifat Allah dan karakter pribadi Allah. Untuk maksud inilah Allah menghajar anak-anak-Nya dengan berbagai macam cara. Sejak kita percaya, Allah akan senantiasa menghajar kita, dan tujuan-Nya hanya satu: agar kita memiliki kekudusan-Nya, yakni beroleh bagian dalam tabiat dan karakter pribadi-Nya.

Dalam Alkitab terdapat beberapa jenis kekudusan. Kekudusan dalam kitab Ibrani ini khusus ditujukan kepada karakter pribadi Allah. Lain halnya dengan Kristus menjadi kekudusan kita, atau dikuduskannya kita di dalam Kristus. Kekudusan yang tercantum di sini bukan suatu pemberian, melainkan yang melalui pengukiran-Nya. Itulah yang sinonim dengan istilah penyusunan atau penggarapan yang senantiasa kita perhatikan pada tahun-tahun terakhir ini. Dalam hal ini berarti Allah berangsur-angsur menempakan atau menganyamkan sesuatu ke dalam diri kita. Kekudusan yang tercantum di sini adalah kekudusan yang dihasilkan melalui hajaran atau cambukan-Nya terhadap diri kita dari hari ke hari. Tujuan hajaran dan pekerjaan-Nya yang begitu banyak itu tak lain ialah agar kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.

Setelah saya sekali mengalami hajaran, saya akan mengambil bagian dalam kekudusan-Nya; dan setelah saya dihajar sekali lagi, saya pun terdidik sekali lagi dalam kekudusan-Nya. Kalau saya terus menerus berada di bawah hajaran Allah, saya akan nampak hakekat kekudusan tersebut. Dan bila saya senantiasa berada di bawah hajaran Allah, karakter atau kepribadian karakter saya pasti akan berangsur-angsur terbina dalam kekudusan, sehingga karakter saya berubah menjadi karakter yang kudus. Sungguh tiada satu hal yang lebih besar daripada hal ini. Saya ingin mengatakan kepada kalian, bahwa hasil dari hajaran ialah terciptanya karakter pribadi Allah di dalam diri kita. Setiap hajaran mengandung suatu hasil guna, yakni memberi kita suatu buah atau hasil. Kita harus mohon belas kasihan dari Allah, agar tiap hajaran yang menimpa diri kita dapat memproduksikan beberapa kekudusan; agar kekudusan-Nya bertambah, agar kita terdidik dalam kekudusan, dan agar kekudusan lebih banyak tersusun atau tertempa dalam diri kita. Kekudusan-Nya harus terus menerus bertambah.

2. Menciptakan Karakter yang Kudus

Setelah seorang menerima Tuhan dan menjadi anak Allah, dari hari ke hari Allah menyediakan banyak peristiwa dalam lingkungan sekitarnya, supaya ia menerima banyak hajaran dan pukulan. Kesemuanya itu merupakan pelajaran. Satu pelajaran ditambah dengan satu pelajaran, supaya kekudusan-Nya sedikit demi sedikit masuk ke dalamnya. Ingatlah, entah berapa banyaknya hajaran Allah yang perlu kita terima, barulah dapat tercipta suatu karakter yang kudus! Waktu kita untuk menjadi orang Kristen di dunia paling panjang hanya beberapa puluh tahun saja, kalau kita menyia-nyiakan hasil guna dari hajaran-hajaran Allah itu di atas diri kita, sungguhlah itu suatu kerugian yang kekal!

3. Pemberian Kekudusan dan Penyusunan Kekudusan

Allah tidak saja mengaruniakan kekudusan-Nya kepada kita, Ia pun menghendaki kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya melalui hajaran, yakni menyusunkan atau mengukirkan kekudusan-Nya pada diri kita. Allah ingin menempakan kekudusan-Nya sedikit demi sedikit ke dalam kita. Kalau pada suatu hari di dalam manusia-manusia yang bersifat daging seperti kita ini bisa mengandung karakter atau kepribadian-Nya yang kudus, sungguh memerlukan hajaran Allah yang cukup lama. Kita sungguh perlu banyak pukulan, banyak tataan, banyak pimpinan, banyak hambatan, banyak desakan, dan penderaan-penderaan yang sebenarnya, barulah kita dapat dibawa ke tahap itu, yakni berangsur-angsur memiliki karakter ilahi. Ini adalah perkara yang besar! Allah tidak hanya memberikan kekudusan-Nya kepada kita sebagai sebuah karunia, bahkan menempakan atau memproduksikan kekudusan itu di dalam diri anda. Dengan kata lain, Allah akan menciptakan kekudusan-Nya di atas diri anda.

Inilah keistimewaan keselamatan Perjanjian Baru. Pada suatu saat Allah memberikan sesuatu kepada kita, kemudian Ia pun ingin menciptakan benda itu ke atas diri kita, atau menyusunkan benda tersebut ke dalam batin kita sedikit demi sedikit. Dan bila keduanya itu terpadu, maka tertampaklah kesempurnaan keselamatan-Nya. Yang satu merupakan karunia yang berasal dari Kristus, sedang yang lainnya merupakan ciptaan melalui penyusunan Roh Kudus. Demikianlah ciri-ciri Perjanjian Baru: Satu merupakan pemberian, sedang lainnya merupakan penciptaan. Inilah sebuah pengungkapan yang penting dalam Alkitab Perjanjian Baru yang diwahyukan dengan gamblang kepada kita. Melalui hajaran Allah, kita dapat beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.

VI. TERLATIH/TERUJI DALAM HAJARAN HINGGA MENGHASILKAN BUAH KEBENARAN

Ayat 11, “Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya“.

Dalam ayat ini rasul khusus menyuruh kita memperhatikan “pada waktu . . . ” dan “kemudian . . . . ” Pada waktu ganjaran atau hajaran diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita; memang faktanya demikian. Tatkala anda menjumpai suatu problema sebagai hajaran Allah, jangan anda mengira perasaan dukacita itu salah;setiap hajaran memang seyogyanya mendatangkan perasaan dukacita. Alkitab tidak mengatakan salib mendatangkan perasaan sukacita, melainkan sengsara. Karena sukacita yang terbentang di hadapan-Nya, maka Tuhan meremehkan kehinaan, itu memang suatu fakta. Tapi bagaimanapun juga salib bukan bersifat gembira, melainkan sengsara. Jadi, pada waktu anda menerima hajaran, tidaklah salah kalau anda merasa dukacita atau merasa sukar. Namun kalian harus ingat: kalian haruslah belajar taat. Karena hanya demikianlah baru anda dapat beroleh bagian dalam kekudusan Allah. Memang pada waktu itu anda tidak merasa sukacita, melainkan dukacita, tapi hal itu tidak mengherankan; hal itu malahan sewajarnya. Tatkala Tuhan kita mengalami ujian Ia pun tidak merasa sukacita. Ya, anda juga boleh menganggap hal itu patut disukacitai. Seperti yang dikatakan oleh Petrus, kita boleh bergembira ketika mengalami berbagai pencobaan (I Ptr. 1:6). Pada satu pihak anda merasa sengsara, dan pada pihak lainnya, anda pun dapat menganggapnya suatu suka cita. Merasakan adalah suatu perkara, menganggap adalah perkara yang lain. Walau anda merasa tidak gembira, tapi anda boleh menganggapnya gembira.

1. Harus Menghasilkan Buah Kebenaran/Damai

Mata setiap anak-anak Allah hendaknya tidak terus memandang pada waktu itu saja, tetapi harus terus memandang pada kemudian. Perhatikanlah kedua kalimat ini: “Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian, ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih oleh-Nya”. Karenanya janganlah memandang betapa sengsaranya peristiwa yang saya alami sekarang, tapi pandanglah buah kebenaran atau damai yang akan dihasilkan kemudian.

2. Moab selalu Hidup dengan Aman Seperti
Anggur di Atas Endapannya

Yeremia 48:11 mengatakan, “Moab hidup aman dari sejak masa mudanya, dia hidup tenang seperti anggur di atas endapannya, tidak dituangkan dari tempayan yang satu ke tempayan yang lain, tidak pernah masuk ke dalam pembuangan; sebab itu rasanya tetap padanya, dan baunya tidak berubah”. Mengertikah kalian maksud ayat ini?

Begitulah keadaan kebanyakan orang yang belum mengalami penderaan atau ujian di hadapan Allah. Moab hidup aman dari sejak masa mudanya, tanpa mengalami kesukaran atau kesengsaraan. Hidup aman yang sedemikian itu menjadikannya ibarat anggur di atas endapannya. Anda tahu jika anggur yang terbuat dari sari buah-buahan atau buah anggur hanya tertampung di atas endapannya, maka di bawahnya akan terdapat ampas-ampas anggur itu. Anggurnya berada di atas, sedang ampasnya berada di bawah. Kalau ingin seluruhnya menjadi jernih dan murni, maka anggur itu harus dituangkan dari tempayan yang satu ke tempayan yang lain. Jika tidak, maka ampasnya akan tetap tertinggal di bawah, dan selang beberapa hari ampas-ampas itu akan mempengaruhi rasa dan bau anggur itu sendiri. Ketika membuat anggur, pertama-tama buah anggur itu dikhamirkan, setelah itu dituang dari satu tempayan ke tempayan lain, lalu dari tempayan itu dituang lagi ke tempayan lain. Ketika menuangkannya harus hati-hati agar ampasnya tidak terbawa. Tetapi tidak cukup dituang sekali, sebab pasti masih ada ampas-ampas yang terbawa, karenanya harus dituang lagi ke tempayan lain. Bahkan harus dituang berkali-kali dari satu tempayan ke tempayan lain, sehingga ampasnya tidak terbawa barang sedikit jua. Firman Allah mengatakan bahwa Moab sejak masa mudanya hidup dengan aman, seperti anggur di atas endapannya; sejak mudanya ia tidak dituang dari tempayan satu ke tempayan lain, karenanya ampasnya selalu mengikutinya. Jika anda ingin membuang ampasnya, haruslah menuangkannya dari tempayan satu ke tempayan lain sekali demi sekali, sampai pada suatu hari semua ampas yang di bawahnya itu tertuang hingga bersih. Moab penuh dengan ampas, walaupun di atasnya nampak jernih, tapi di bawahnya tak pernah dituangkan. Ia seorang yang tak pernah mengalami pencobaan dan penderaan, yakni tak pernah dituang dari tempayan satu ke tempayan lain.

Kadangkala terjadi suatu situasi di mana seolah-olah Allah ingin mencabut anda sampai’ ke akar-akar anda. Ada kalanya seorang saudara karena mempersembahkan dirinya, seolah-seolah ia dicabut Allah sampai ke akar-akarnya; yakni segala-segalanya diserahkan. Dan adakalanya seorang saudara dicabut oleh Allah seluruhnya karena kesengsaraannya, pencobaannya atau sakitnya. Itulah artinya dituang dari tempayan satu ke tempayan lain. Tangan Allah selalu ingin menjamah anda hingga anda menjadi hancur dan remuk dengan tuntas. Dan sebagai akibatnya ampas-ampas anda akan terkikis hingga bersih!

Hidup aman bukanlah suatu perkara yang baik. Saudara saudari, Allah ingin membersihkan kita, karenanya Ia harus menghajar kita; Allah ingin menyucikan kita, maka Ia harus mendera kita. Jangan sekali – kali kita mengira hidup aman itu suatu hal yang baik. Hidup aman yang dialami Moab hanya membuatnya menjadi Moab selama-selamanya!

3. Rasanya Tetap padanya, Baunya Tidak Berubah

Rasanya tetap padanya, dan baunya tidak berubah”. Ini adalah ungkapan yang sangat tepat dan jitu. Karena Moab tidak dituang dari tempayan satu ke tempayan lain, atau dari satu pasu ke pasu lain, atau dari satu guci ke guci lain, yaitu tidak menerima hajaran dan penanggulangan Allah, maka dari itu rasanya tetap padanya, dan baunya tidak berubah!

Saudara-saudara, Allah bekerja dengan tujuan membuang rasa asli anda, dan mengubah bau anda. Allah tidak menyukai rasa dan bau anda yang semula. Saya pernah mengatakan bahwa kebanyakan orang Kristen masih merupakan manusia-manusia yang mentah, sebab mereka tetap dalam keadaan seperti semula, tak pernah mengalami perubahan. Ketika anda belum percaya kepada Tuhan anda memiliki sejenis citarasa, tapi hingga hari ini; yaitu setelah anda percaya Tuhan sepuluh tahun, citarasa anda masih itu-itu saja. Bagaimana bau anda sebelum anda percaya, sampai sekarang bau anda masih tetap begitu, tidak pernah berubah. Dengan perkataan lain: pada diri anda tidak terdapat penyusunan atau pengukiran Allah.

Karena itulah maka penghajaran Allah patut kita indahkan! Ia akan mencabut kita sampai ke akar-akar kita, menuang kita dari tempayan satu ke tempayan lain. Allah memberi kita banyak hajaran, dan penanggulangan, supaya kita kehilangan citarasa dan bau kita yang semula, dan menghasilkan buah kebenaran yaitu damai.

4. Buah Kebenaran Ialah Buah Damai

Kalian harus ingat: buahnya ialah damai. Manusia harus damai di hadapan Allah, barulah dapat menghasilkan buah. Bersungut-sungut, bergejolak, dan bersikap tidak terima ketika berada di bawah hajaran Allah itulah yang paling disayangkan. Pada saat mengalami hajaran memang anda boleh merasa dukacita, tetapi tidak pada tempatnya anda bersungut-sungut dengan sikap tidak terima. Problema kebanyakan orang ialah tanpa damai sejahtera. Karena itu di bawah hajaran perlu menghasilkan buah damai. Bila anda ingin menghasilkan buah damai, anda harus terlebih dahulu belajar bersikap menerima, yakni tidak berbantah-bantah atau berselisih pendapat dengan Allah. Buah damai juga adalah buah kebenaran. Setelah ada buah damai dengan sendirinyalah ada buah kebenaran. Itulah sebabnya dikatakan: “menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai”. Damai itulah kebenaran. Jika buah dalam batin anda adalah damai, maka keadaan yang ternyata adalah kebenaran. Kalau dalam batin anda ada buah damai, dengan sendirinya anda akan mengambil bagian dalam kekudusan Allah.

Oleh sebab itu, saya harap kita tidak seperti Moab, yang hidup aman sejak masa mudanya, ibarat anggur di atas endapannya, tidak pernah dituang dari tempayan satu ke tempayan lain, dan tidak pernah terbuang, sehingga rasanya tetap ada padanya dan baunya tidak berubah. Seperti sementara orang yang walau telah lama menjadi orang Kristen, tapi tetap seperti dahulu. Walau telah melewati 10 atau 20 tahun, tak satu pun penanggulangan Allah yang diterima, dan tak satu pun hajaran Allah yang ditaati, sehingga citarasanya tetap seperti dahulu kala. Kalau setelah lewat 10 atau 20 tahun citarasa kita masih sama dengan dahulu, niscaya kita takkan menghasilkan buah damai di hadapan Allah, dan karakter yang kudus itu pun takkan tercipta pada diri kita. Kita seharusnya mengharap agar Allah menciptakan karakter atau kepribadian yang kudus di dalam kita.

VII. AKHIRUL KALAM

Ayat 12, 13, “Sebab itu kuatkanlah tangan yang lemah dan lutut yang goyah”. Setelah menerima hajaran, tangan menjadi lemah dan lutut pun menjadi goyah. Tapi rasul menasihati kita untuk tidak putus asa. Walau tangan menjadi lemah dan lutut menjadi goyah, tapi kita akan menghasilkan buah damai dan kebenaran.

1. Kuatkan Tangan dan Lutut

Setelah kita mengalami banyak kesulitan dan hajaran, jangan kita anggap segala-galanya sudah tiada, melainkan kita tetap harus menguatkan tangan kita yang lemah dan lutut kita yang goyah, sebab hajaran dan penderaan akan menghasilkan buah damai, yaitu kebenaran. Jika anda dapat merasa damai di hadapan Allah,, anda akan memiliki kebenaran. Kalau anda dapat bersikap tenang dan tunduk di hadapan Allah, itulah yang dibenarkan. Dan jika anda dapat tunduk dan terima, maka akan terbangunlah kepribadian atau karakter yang kudus pada diri anda. Buah damai adalah kebenaran. Mata anda tidak usah melihat apakah ada kebenaran, tetapi lihat saja apakah ada kedamaian, ketaatan dan kelunakan atau tidak. Bila anda dapat bersikap lunak, tunduk, dan damai, maka kekudusan itu pasti akan terbina dalam diri anda. Oleh karena itu anda harus ingat, walau dahulu anda telah menanggung dan mengalami banyak ujian dan kesulitan, tetapi hari ini anda masih perlu menguatkan tangan anda yang lemah dan lutut anda yang goyah.

2. Luruskan Jalan

Bersamaan dengan itu, “luruskanlah jalan bagi kaki-mu” (ay. 13). Hari ini, kita seolah telah menempuh suatu perjalanan, dan membentangkan jalan ini dengan lurus di hadapan kalian, supaya yang pincang jangan terpelecok, tetapi menjadi sembuh”. Supaya mereka yang tak dapat menempuh jalan itu, karena begitu lurusnya jalan anda, dan karena anda menempuhnya sedemikian, maka mereka pun tidak sampai terpelecok, tapi dapat sembuh, dan dapat mengikuti anda untuk bersama-sama menempuhnya. Karena itu, kalau ketika anda mengalami ujian; anda dapat tunduk di bawah tangan Allah yang maha kuasa, niscayalah kepribadian yang kudus itu akan terbina atau terukir ke dalam diri anda. Lagi pula, anda pun akan dapat memimpin orang lain untuk menempuh jalan yang lurus ini; tidak terpelecok, melainkan beroleh kesembuhan.

Andaikata seorang saudara yang berada di depan kita telah menyimpang sedikit saja, yakni jalannya tidak lurus, maka mungkin sekali ia akan menutup jalan orang lain. Oleh sebab itu, bagaimanapun juga kalian sendiri harus tunduk dan menghasilkan buah damai. Kalau demikian maka tidak saja jalan anda sendiri akan lurus, bahkan anda pun dapat memimpin orang lain menempuh jalan yang lurus pula. Semua yang pincang akan berjalan di atas jalan yang lurus ini, dan akan beroleh kesembuhan. Di sini saya teringat akan orang pincang yang tercatat dalam Kisah Para Rasul pasal 3. Ketika kakinya sudah kuat untuk berjalan, ia bahkan meloncat-loncat sambil memuji-muji Allah. Ada seorang pincang, dan ia telah disembuhkan. Masih banyaklah orang-orang pincang dalam dunia ini, karena jalan anda yang lurus itu, maka mereka pun akan beroleh kesembuhan pula. Oleh sebab itu, wajiblah kita membukakan suatu jalan yang lurus bagi sesama saudara-saudara kita.

10 || HAYAT KITA

HAYAT KITA

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

 

 

Pembacaan Alkitab: Kolose 3:4a Filipi 1:21a; Galatia 2:20

1. KRISTUS ADALAH (HIDUP) HAYAT KITA

Banyak orang Kristen mempunyai konsepsi yang salah terhadap Tuhan, yakni menyangka Tuhan telah meninggalkan suatu teladan yang baik di bumi untuk kita tiru. Memang dalam Alkitab ada perintah yang menyuruh kita meneladani Tuhan (Roma 15:5 Tl; I Korintus 11:1 dan lainnya). Akan tetapi Alkitab tidak menyuruh kita meneladani Tuhan dengan mengandalkan diri kita sendiri. Terlebih dulu kita perlu nampak sesuatu baru kita dapat meneladani Tuhan. Banyak orang yang selalu ingin meneladani Tuhan, tetapi akhirnya selalu gagal. Mereka mengira Tuhan ibarat sebuah pola/contoh dan kita harus meniruNya sedikit demi sedikit; mereka tidak menyadari betapa piciknya manusia, dan kekuatan daging manusia sama sekali tidak mampu meneladani Tuhan.

Ada orang Kristen mengatakan bahwa Alkitab pernah memberitahu, Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (Filipi 4:13), karena itu mereka mohon Tuhan memberi kekuatan. Mereka merasa banyak perkara yang wajib dilakukan, banyak perintah Alkitab yang wajib ditaati, dan banyak teladan Tuhan yang wajib diikuti, namun mereka sendiri tak berkekuatan, maka mereka mohon Tuhan memberi kekuatan. Mereka berpikir: bila Tuhan memberi kekuatan, segala perkara akan mampu dilakukan. Sebab itu, banyak sekali orang dari hari ke hari mengharapkan Tuhan memberi kekuatan, agar mereka dapat melakukan apa yang mereka anggap perlu.

Mohon Tuhan memberi kekuatan itu memang tidak salah, tetapi selain Tuhan memberi kekuatan, perlulah kita nampak sesuatu. Jika tidak, walaupun kita telah mohon Tuhan memberi kekuatan, kita tetap tak mungkin beroleh kekuatan. Kita boleh setiap hari mohon Tuhan memberi kekuatan, tetapi doa yang demikian tidak selalu dikabulkan. Bila Tuhan memberi kekuatan, kita dapat berbuat segalanya, tetapi bila tidak, kita pun tak dapat berbuat apa-apa. Itulah sebabnya banyak orang Kristen seringkali mengalami kegagalan. Memang kita wajib mohon Tuhan memberi kekuatan, tetapi jika kita menganggap hal itu sebagai perintah tunggal atau metode tunggal, tidaklah benar.

Alkitab menunjukkan kepada kita bahwa hubungan yang mendasar antara kita dengan Tuhan adalah: Kristus adalah hayat kita.” Setelah Kristus menjadi hayat kita, barulah kita dapat meneladani ‘Tuhan. Setelah Kristus menjadi hayat kita, barulah kita dapat memohon kepadaNya untuk memberi kekuatan. Tanpa memahami “Kristus adalah hayat kita”, mustahil kita meneladani Tuhan, dan mustahil kita mohon Tuhan memberi kekuatan kepada kita. Karena itu, “Kristus adalah hayat kita adalah satu kunci. Kita harus terlebih dulu memahami, melihat dan memperolehnya, barulah kita dapat meneladani Kristus, dan mohon Tuhan memberi kekuatan

Kolose 3:4a mengatakan  “Kristus adalah hayat kita Filipi 1:21a mengatakan “karena”Bagiku hidup adalah Kristus. Semua ini mengisyaratkan bahwa jalan kemenangan ialah “Kristus adalah hayat kita” dan “Bagiku hidup adalah Kristus”Jika seorang Kristen tidak mengerti makna kedua ungkapan tersebut, mustahil ia dapat mengalami penghidupan Tuhan yang di bumi,. mustahil ia mengikuti Tuhan, mustahil menang bersandar Tuhan dan mustahil maju menempuh jalan di depan

II. BAGIKU HIDUP ADALAH KRISTUS

Banyak orang Kristen yang sangat menyalah-artikan perkataan Filipi 1:21. Paulus berkata, “Karena bagiku hidup adalah Kristus. Ini adalah satu kenyataan Tetapi banyak orang mengangganya sebagai suatu target/sasaran, atau suatu pengharapan. Padahal Paulus bukan memberitahu kita bahwa ia mempunyai satu target yang demikian. Maksud Paulus ialah, Aku sendiri dapat hidup justru karena ada Kristus;tanpa Kristus, aku tidak mungkin hidup. Jadi, ini adalah faktanya bukan targetnya; dan itulah kunci penghidupannya. Maka penghidupannya ialah Kristus. Dan ia hidup, berarti Kristus yang hidup.

Banyak orang Kristen sangat hafal Galatia 2:20, tetapi sayang banyak pula yang menyalah-artikan ayat tersebut lebih hebat daripada Filipi 1:21. Mereka benar-benar memandang Galatia 2:20 sebagai target atau sasaran mereka. Mereka sering berdoa dan mendambakan bisa mencapai suatu hidup yang “bukan lagi aku, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” Setiap kalimereka membaca ayat ini, mereka lalu dipenuhi oleh pengharapan itu. Bahkan banyak orang berdoa dan berpuasa agar pada suatu hari dapat tersalib bersama Kristus, sehingga bukan lagi aku yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Itulah sebabnya mengapa Galatia 2:20 menjadi target dan pengharapan banyak orang.

Namun, menurut pengalaman kita yang lampau, kita dapat mengatakan bahwa kita tidak pernah melihat orang yang menaruh pengharapan sedemikian bisa mencapai target tersebut. Jika Anda menganggapnya suatu target, dan mengharap bisa mencapai taraf yang demikian, atau mengharap bisa tersalib dan mengharap bukan Anda lagi yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam Anda, Anda hanya menunggu entah sampai kapan, sebab Anda sama sekali mustahil melakukan hal tersebut.

Kita harus mengetahui, bahwa hal itu adalah kasih karunia Allah yang ajaib. Di sini ada satu jalan keluar, agar semua orang yang gagal bisa beroleh kemenangan, yang najis bisa beroleh pentahiran, yang awam bisa dikuduskan, yang duniawi bisa menjadi sorgawi dan yang nafsani bisa menjadi rohani.Ini adalah satu cara, bukan satu target atau sasaran. Cara ini adalah hayat pengganti. Sebagaimana dalam kasih karunia Tuhan ada penggantian mati, demikian pula ada penggantian hidup. Di salib Tuhan telah menanggung dosa bagi kita, dan oleh kematian itu Ia menghindarkan kita dari maut, sehingga kita beroleh pengampunan dosa dan terhindar dari hukuman. Demikian pula, di sini Paulus memberitahu kita, Tuhan telah hidup di dalam kita, sehingga kita dapat terhindar dari hidup. Artinya sangat sederhana, yaitu Dia hidup di dalam kita, sehingga kita tidak usah hidup. Bagaimana Ia telah mati bagi kita di atas salib, demikian pula, hari ini Ia hidup bagi kita di dalam kita. Paulus tidak berkata, “Aku harap aku bisa tidak hidup, aku harap aku bisa membiarkan Dia hidup”, melainkan, “Aku sudah tak hidup lagi, biar Dia yang hidup bagiku; “sekarang aku hidup, tetapi bukan aku lagi, melainkan Kristus yang hidup di dalamku, inilah kunci dan cara mencapai kemenangan.

Pada hari kita mendengar bahwa diri kita terhindar dari maut, kita menganggap itulah kabar kesukaan atau Injil besar. Demikian pula, pada hari kita mendengar bahwa diri kita boleh terhindar dari hidup, itupun kabar kesukaan besar. Kuharap saudara saudari yang baru beriman banyak berdoa, mohon Allah memberi Anda terang, agar Anda nampak betapa Kristus dapat hidup di dalam manusia, sehingga manusia dapat hidup tanpa dirinya sendiri.

Jika tidak, Anda akan merasa sangat sukar untuk menempuh penghidupan orang Kristen yang normal memelihara kesaksian, menolak pencobaan, memikul salib, mematuhi kehendak Allah dan sebagainya. Banyak orang Kristen yang merasa berat sekali untuk mempertahankan penghidupan orang Kristen. Setiap hari melakukannya, tetapi setiap hari selalu mengeluh; setiap hari berusaha, tetapi setiap hari gagal; setiap hari mempertahankan kesaksian, tetapi setiap hari memalukan Tuhan. Banyak orang ingin menolak dosa, tetapi tidak kuat; kalau tidak menolak dosa, hati merasa tidak sentosa. Ingin sabar tidak bisa; kalau marah-marah, hati tiada damai; ingin mengasihi orang, tidak mampu; kalau membenci orang, hati tidak enak. Banyak orang yang merasa lelah menjadi orang Kristen. Mereka merasa menjadi orang Kristen seolah menanggung beban yang berat sambil mendaki gunung, dan akhirnya tidak berhasil mencapai puncak gunung. Sebelum percaya Tuhan, ia telah menanggung beban dosa; sekarang sejak percaya Tuhan, ia tetap lelah menanggung beban kudus. Beban itu diganti dengan beban ini, namun tetap saja merasa berat, penat dan. sengsara.

Keadaan demikian membuktikan bahwa mereka telah salah menjadi orang Kristen. Paulus berkata, “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” Inilah rahasia penghidupan orang Kristen. Tuhanlah yang menjadi orang Kristen di dalam Anda, bukan Anda menjadi orang Kristen di dalam Anda sendiri. Bila Anda menjadi orang Kristen di dalam Anda sendiri, untuk bersabar merasa susah, mengasihi susah, rendah hati susah, menanggung salib juga susah. Sebaliknya, bila Kristus hidup di dalam Anda, bersabar merasa senang, mengasihi senang, rendah hati senang, memikul salib juga senang.

Saudara saudari, jika Anda sudah merasa letih dan kewalahan menjadi orang Kristen., dan jika Anda nampak bahwa sejak kini Anda tidak perlu hidup lagi, Anda akan merasa inilah suatu Injil yang besar. Setiap orang Kristen boleh terhindar dari penghidupan yang meletihkan, inilah satu Injil yang besar! Anda tidak perlu memakai begitu banyak kekuatan untuk menjadi orang Kristen, dan tidak perlu memikul beban seberat itu! Anda boleh berkata, “Syukur kepada Allah, aku telah mendengar Injil mengatakan, aku tidak perlu mati, dan hari ini aku sudah hidup sampai letih dan lelah, tetapi Allah mengatakan aku tidak perlu hidup lagi, tidak perlu hidup dengan ngotot, untuk ini aku pun bersyukur kepada Allah.”

Mati, tentu merupakan satu perkara yang susah, tetapi hidup di hadapan Allah juga merupakan satu perkara yang susah. Manusia seperti kita ini sama sekali tak mengerti apa artinya kekudusan Allah, sama sekali tidak mengerti apakah kasih itu, dan sama sekali tidak mengerti apakah salib itu. Maka kalau kita yang demikian ini disuruh hidup di hadapan Allah, sungguh merupakan satu beban yang teramat berat, yang tidak dapat kita tanggung. Semakin kita hidup, semakinlah mengeluh, semakin kita hidup, semakinlah merasa sulit. Manusia seperti kita ini, jika ingin meronta-ronta dan berjuang untuk menjadi orang Kristen, sungguh itu suatu usaha yang menghabiskan tenaga dan akhirnya sama sekali tidak akan berhasil. Manusia seperti kita ini, sama sekali tidak dapat memenuhi permintaan Allah. Ada orang yang hidupnya selalu marah-marah, ada orang yang hidupnya selalu tak dapat bersabar hati, ada pula orang yang hidupnya selalu congkak. Kalau orang congkak hidup di hadapan Allah, setiap hari ia terpaksa harus merendahkan dirinya, niscaya ia akan merasa lelah dan jemu sekali.

Paulus dalam Roma 7 adalah seorang Kristen yang letih. Ia berkata, “Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik.” (Roma 7:18). Setiap hari ia bertekad berbuat baik, tetapi tak berhasil. Akhirnya ia hanya dapat mengeluh, “Aku manusia celaka” (ayat 24). Padahal menjadi orang Kristen tidak berarti meletakkan seorang yang nafsani di sorga untuk menjadi budak. Untung tidak ada seorang pun yang nafsani yang dapat masuk ke dalam sorga, seandainya bisa masuk, pasti ia ingin cepat-cepat keluar lagi, sehari pun tidak kerasan, sebab ‘tabiatnya tidak sama dengan tabiat Allah, opininya berbeda dengan opini Allah, caranya tak sesuai dengan cara Allah, pendapatnya pun berlainan dengan pendapat Allah, mana mungkin ia tahan terhadap permintaan Allah? Ia sama sekali tak berdaya hidup di hadapan Allah, ia pasti melarikan diri.

Akan tetapi, di sini ada berita Injil mengatakan kepada Anda: Allah tidak menginginkan Anda berbuat baik, Allah pun tidak  menghendaki Anda bertekad untuk berbuat baik; Allah hanya menghendaki Kristus hidup di dalam Anda. Allah tidak memperhatikan masalah berbuat baik atau tidak berbuat baik, Allah memperhatikan siapa yang berbuat baik. Allah tidak menganggap sudah baik, asal ada perbuatan baik, melainkan siapa yang melakukan perbuatan itu?

Karena itu, cara Allah bukan menghendaki kita meniru Kristus, berbuat mirip Kristus, pun bukan menghendaki kita berlutut mohon Tuhan memberi kekuatan agar kita dapat berbuat seperti Kristus. Cara Allah ialah menghendaki kita, “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. ” Dapatkah Anda membedakan hal ini?’ Bukan meniru penghidupan Kristus, juga bukan memberi kekuatan kepada Anda agar Anda dapat memperhidupkan hidup itu, melainkan sama sekali bukan Anda yang hidup. Allah tidak membiarkan Anda, manusia ini hidup di hadapanNya. Bukan Anda, manusia ini, yang datang ke hadapan Allah, melainkan Kristus hidup di dalam Anda dan datang ke hadapan Allah. Bukan kita meniru Kristus, pula bukan kita beroleh kekuatan Kristus, melainkan Kristus hidup di dalam kita.

Itulah penghidupan orang Kristen, yaitu bukan aku yang hidup, melainkan Kristus yang hidup. Mulanya aku yang hidup, bukan Kristus, tetapi sekarang bukan aku yang hidup, melainkan Kristus. Jadi, hari ini telah bertukar hidup. Maka kalau seorang tidak dapat berkata, “Bukan lagi aku yang hidup, melainkan Kristus”, ia masih belum mengetahui apa kekristenan itu, ia belum mengetahui apa itu hayat Kristus dan penghidupan orang Kristen. Ia hanya mengharap-harap untuk dapat mencapai “Bukan lagi aku yang hidup, melainkan Kristus.” Paulus tidak mengatakan dirinya ingin berbuat sesuatu untuk mencapai taraf tersebut, melainkan itulah cara penghidupannya. Caranya tak lain ialah, dirinya sendiri tidak hidup, dan membiarkan Kristus yang hidup.

III. AKU TELAH DISALIBKAN DENGAN KRISTUS

Boleh jadi ada orang bertanya, bagaimana baru dapat mencapai sekarang aku hidup, tetapi bukan lagi aku? Bagaimanakah “Aku” ini bisa keluar? Jawaban pertanyaan ini justru pada kalimat pertama Galatia 2:20 — “Aku telah disalibkan dengan Kristus.” Jika aku tidak disalibkan dengan Kristus, aku takkan keluar, dan aku tetap aku. Bagaimana bisa mengatakan ‘bukan lagi aku”? Itu hanya karena “Aku telah disalibkan dengan Kristus.”

Mengenai kita disalibkan dengan Kristus harus ada kerja sama dalam dua aspek, barulah hal itu bisa menjadi pengalaman kita. Dengan satu aspek saja tidak cukup, haruslah dua aspek.

Mata batini kita harus tercelik dan nampak ketika Tuhan Yesus mati di atas salib, Allah telah menaruh kita ke dalam Kristus, dan kita telah disalibkan bersama Dia, ini pekerjaan di pihak Allah. Anda percaya Tuhan Yesus mati bagi Anda, menanggung dosa Anda, itulah perkara yang terjadi pada seribu sembilan ratus tahun lebih yang lalu. Demikian pula, tatkala Tuhan Yesus disalibkan, Allah pun telah menaruh Anda di dalam Tuhan Yesus. Bagaimana dosa Anda telah dibereskan pada saat itu, manusia Anda pun telah dibereskan pada saat itu pula. Kapan Allah meletakkan dosa Anda ke atas diriNya, saat itu pula Allah menaruh diri Anda ke dalamNya. Dosa Anda telah dibereskan di atas salib, manusia Anda pun telah dibereskan di situ. Kita harus ingat perkataan Roma 6:6 — “Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan.” Kita bukan mengharapkan penyaliban dengan Kristus, melainkan telah disalibkan dengan Kristus, dan fakta ini tidak berubah selama-lamanya. Tatkala Kristus mati di atas salib, Allah meletakkan kita di dalam Kristus, maka kita pun telah mati di atas salib.

Misalkan Anda menulis beberapa huruf besar pada selembar kertas, kalau Anda merobek-robek kertas itu, huruf-huruf itu pasti ikut terobek. Alkitab memberitahu kita, bahwa di atas tirai bait suci tersulam gambar kerub (Keluaran 26:1); dan ketika Tuhan wafat, tirai itu terbelah (Matius 27:51), sehingga kerub itupun turut terbelah. Tirai melambangkan tubuh Kristus (Ibrani 10:20). Kerub mempunyai empat wajah: wajah manusia, wajah singa, wajah lembu dan wajah elang (Yehezkiel 1:10, 10:20). Semua itu melambangkan makhluk ciptaan. Tatkala tubuh Tuhan Yesus terbelah, Allah menaruh seluruh makhluk ciptaanNya di dalamNya, karena itu mereka pun turut terbelah. Kematiannya adalah “merasakan maut bagi setiap benda” (Ibrani 2:9 terjemahan N.Darby). Sebab itu segenap ciptaan lama telah usai. Bertahun-tahun lamanya Anda adalah seorang yang tidak mampu berbuat baik, dan yang selalu gagal dalam penghidupan seorang Kristen, tetapi sekarang Anda nampak Allah telah menyalibkan Anda bersama dengan Kristus. Tatkala Kristus terpaku di atas salib, segenap ciptaan lama telah terbelah, Anda pun turut terbelah di sana.

Anda wajib percaya akan kebenaran ini. Mata Anda harus tercelik dan nampak bahwa dosa Anda telah berada di atas diri Kristus, manusia Anda pun telah berada di atas diri Kristus. Dosa maupun manusia Anda telah berada di atas salib. Dosa Anda telah ditanggung, manusia Anda pun telah mati tersalib, perkara itu telah digenapkan oleh Tuhan Yesus. Kegagalan kebanyakan orang justru disebabkan mereka selalu memandang pada diri sendiri. Orang yang beriman seharusnya memandang pada salib dan pekerjaan yang telah disukseskan di dalam Kristus. Kristus telah mati, kita pun telah mati!

Mengapa hari ini “manusia” Anda masih tetap hidup? Anda telah mati tersalib, mengapa Anda masih tetap hidup? Untuk memecahkan masalah ini, Anda perlu iman dan perlu menggunakan tekad Anda, yaitu meletakkan diri Anda di pihak Allah. Jika Anda setiap hari memandang pada “manusia” Anda, setiap hari mengharapkannya berbuat baik, tentu ia akan tetap hidup, ia tidak akan mati. Apakah artinya mati? Mati berarti seorang yang menjadi lemah sedemikian rupa, sehingga tidak dapat lemah lagi, yaitu lemah sampai ke titik terakhir. Banyak orang tidak mengakui kelemahan dirinya sendiri, karena ia masih mempunyai begitu banyak permintaan terhadap dirinya sendiri, itu berarti ia belum mati.

Surat Roma pasal 6 mengatakan, bahwa Allah menyalibkan kita bersama dengan Kristus. Tetapi dalam Roma pasal 7 ada seorang yang masih ingin bertekad. Allah telah menyalibkannya hingga mati, tapi ia masih ingin berbuat baik. Ia seolah-olah tidak bisa mati, namun ia juga tidak bisa berbuat baik. Betapa baiknya kalau ia bisa berkata, “Tuhan, aku tidak berdaya, aku percaya bahwa aku memang tidak berdaya. Tuhan, aku tidak mampu berbuat baik, aku pun tidak bertekad untuk berbuat baik.” Akan tetapi, surat Roma pasal 7 mengisahkan seorang yang tidak rela mati. Allah telah menyalibkan manusia lama Anda, tetapi Anda sendiri tidak terima, Anda tetap bertekad untuk berbuat baik. Hari ini banyak orang Kristen yang tetap ingin berbuat baik, padahal itu tidak mungkin. Itulah yang membuat Allah tak berdaya.

Misalkan ada seorang yang tidak bisa bersabar, apakah yang ia perbuat? Kalau ia ingin bersabar, lalu berusaha dengan sekuat tenaga untuk beroleh kesabaran; ketika berdoa, mohon diberi kesabaran; ketika bekerja selalu memikirkan untuk bersabar. Jika demikian, ia akan semakin tidak dapat bersabar. Seharusnya ia berkata, “Tuhan, Kau telah menyalibkan aku, manusia yang tidak dapat bersabar ini. Memang aku seorang yang tak dapat bersabar, sekarang aku tidak mau bersabar lagi, aku pun tidak memikirkan hal itu lagi.” Inilah jalan kemenangan.

Tuhan telah menyalibkan Anda, maka Anda wajib berkata, “Amil” Jika Anda tetap ingin bersabar bersandar diri sendiri, itu tak mungkin. Allah menganggap Anda tidak bisa, Ia ingin menyalibkan Anda, maka Anda akan salah besar jika tetap ingin mencoba bersabar. Allah telah menganggap Anda tidak bisa berbuat baik, maka Ia hanya dapat menyalibkan Anda. Tetapi, Anda masih mengira diri sendiri dapat berbuat baik, dan bertekad dengan meronta-ronta, itulah perbuatan yang amat bodoh! Jika Allah menganggap Anda tidak bisa, Anda harus mengakui bahwa Anda tidak bisa, itulah yang benar. Allah memandang Anda harus mati, Anda lalu berkata, “Amin, memang aku harus mati”, itulah yang benar. Salib merupakan vonis Allah terhadap kita. Menurut pandangan Allah, Anda tidak bisa, kalau Anda bisa, tentu Ia tidak menyalibkan Anda. Allah memandang Anda harus mati, karena itu Ia menyalibkan Anda. Pandangan Anda seharusnya sesuai dengan pandangan Allah. Saudara saudari, Anda harus dipimpin Allah sedemikian rupa sehingga Anda dapat menerima keputusan Allah itu.

Maka di sini terdapat dua aspek:

  1. Kristus telah mati tersalib, aku pun telah mati tersalib, itulah pekerjaan Allah.
  2. Aku harus mengakui hal ini, dan berkata, “Amin!”

Kedua aspek di atas harus seiring, barulah usaha Allah atas diri kita bisa berhasil. Kalau Anda selalu mengganggu Dia, yakni selalu ingin bertekad untuk berbuat baik, sabar, atau merendahkan diri, maka usaha Kristus tak mungkin berhasil di atas diri Anda. Tekad Anda untuk merendahkan diri atau sabar itu telah merusak pekerjaanNya. Jika Anda menundukkan kepala dan berkata, “Tuhan, Kau berkata bahwa Aku harus disalibkan, aku juga berkata bahwa aku harus disalibkan. Kau berkata bahwa Aku tak berguna, aku juga berkata bahwa aku tak berguna.; Kau berkata bahwa aku tak dapat sabar, maka sejak kini aku juga tidak lagi ingin bersabar. Kau berkata bahwa aku tak dapat merendahkan diri, sejak kini aku tidak ingin berusaha merendahkan diri, aku adalah seorang yang demikian, aku bertekad pun tak berguna, aku hanya layak mati di atas salib.” Kalau demikian, Kristus pasti dapat diekspresikan dari diri Anda.

Jangan menganggap ini adalah satu perkara yang sukar. Ketahuilah, ini adalah pelajaran yang harus dipelajari setiap saudara dan saudari setelah beroleh selamat. Sejak awal harus belajar, aku tidak hidup sendiri, melainkan membiarkan Tuhan yang hidup. Kesulitan yang asasi terletak pada banyaknya orang Kristen yang belum putus asa terhadap dirinya sendiri, sehingga tetap mencoba untuk bertekad. Tuhan Yesus sudah sejak dulu putus asa terhadapnya, tetapi ia masih saja berusaha dan mencari akal. Berkali-kali jatuh, berkali-kali bangun; berkali-kali berbuat dosa, berkali-kali bertekad berbuat baik. Pada suatu hari Allah membelas-kasihaninya, dan ia nampak: Allah melihat aku tidak bisa, aku juga melihat diriku tidak bisa; Allah melihat aku tiada berguna kecuali mati, aku juga melihat aku tiada berguna kecuali mati. Dengan demikian barulah ia dapat mengaku di hadapan Allah, “Bukan Kau saja telah menyalibkan aku, aku sendiri pun tidak ingin hidup lagi. Aku telah disalibkan dengan Kristus. Sejak sekarang bukan lagi aku yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku!”

Kita sudah bertahun-tahun salah, berbuat dosa, lemah, congkak dan menjadi pemarah, seharusnya kita sudah putus asa terhadap diri sendiri. Kita harus datang ke hadirat Tuhan dan berkata, “Aku sudah cukup berusaha, sungguh tiada berguna; hari ini aku sudah tak mau menghiraukannya lagi, Engkaulah yang berbuat! Aku telah mati di atas salib, sejak kini, biarlah Engkau yang hidup!” Itulah yang dimaksud dengan “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku, melainkan Kristus yang hidup di dalamku.”

IV. HIDUP OLEH IMAN DALAM ANAK ALLAH

Dalain Galatia 2:20 masih ada dua kalimat yang sangat penting — “Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah …” Kristus hidup di dalam kita, sejak kini kita hidup oleh iman dalam Anak Allah; setiap hari kita percaya bahwa Anak Allah hidup di dalam kita. Kita berkata kepada Tuhan, “Tuhan, aku percaya bahwa Kau hidup bagiku. Tuhan aku percaya bahwa Kau menjadi hayatku, aku pun percaya bahwa Kau hidup di dalamku.” Kita percaya demikian, kita pun hidup demikian. Peristiwa apa pun yang kita jumpai, kita tidak bergerak sendiri. Pelajaran utama dalam Roma pasal 7 adalah supaya kita tidak bertekad lagi; sedang pengajaran dasar dalam Roma pasal 7 mengatakan bahwa bertekad terus-menerus tiadalah gunanya, karena itu, sejak kini tidak perlu bertekad lagi. Kalau bergerak sendiri tiada gunanya, maka sejak kini kita jangan bergerak lagi.

Tujuan Iblis mencobai kita, tidak saja menyuruh kita berbuat dosa, lebih-lebih menyuruh manusia lama kita bergerak. Karena itu, kapan ada pencobaan tiba, kita harus belajar menolak ,untuk bergerak. Berkata kepada Tuhan, “Tuhan, itu bukan urusanku, melainkan urusanMu. Tuhan, aku mengharap agar Kaulah yang hidup bagiku.” Bagaimanapun kita harus belajar menengadah padaNya, jangan bergerak sendiri. Keselamatan kita tergantung pada iman, bukan perbuatan. Ketika kita diselamatkan, seluruhnya adalah karena kita menengadah; hari ini kita pun hidup karena menengadah. Dalam hal beroleh selamat bukan oleh perbuatan kita, melainkan oleh perbuatan Tuhan. Demikian pula, hari ini kita hidup di atas bumi, bukan kita yang hidup, melainkan Tuhan. Kita harus menengadah kepada Tuhan, Sang Penyelamat kita dan berkata, “Bukan aku, melainkan Dikau!”

Bila Anda sudah mengatakan demikian, tetapi Anda sendiri tetap bergerak, maka sia-sialah perkataan Anda. Anda sendiri harus tidak bergerak lagi, perkataan Anda baru berguna. Saudara saudari, hendaklah kalian ingat, kegagalan,bukan karena kekurangan perbuatan manusia, melainkan justru karena perbuatan manusia terlalu banyak. Kapan manusia mempunyai perbuatannya sendiri, kasih karunia Allah takkan tercurah ke atas dirinya, dosa-dosanya pun takkan beroleh pengampunan.

Demikian pula, apabila kita banyak berbuat, dan kita bergerak sendiri, hayat Tuhan tidak mungkin terekspresi. Ini satu prinsip.

Efektivitas salib selalu tak dapat dinyatakan di atas: diri orang yang mengandalkan perbuatannya sendiri. Bila kita selalu ingin berbuat baik, tak mungkin kita beroleh selamat, sebaliknya, bila kita tidak mengandalkan diri sendiri dan hanya menengadah kepada Tuhan, kita pasti beroleh selamat. Hari ini masalahnya terletak di sini. Kalau bukan salib yang bekerja di dalam Anda, dan kalau bukan hayat Kristus yang bergerak di dalam Anda, tapi Anda sendiri yang bergerak dan berbuat, maka perkataan ini akan sia-sia belaka. Kita perlu belajar menyalahkan diri sendiri; kita pun harus mengakui bahwa kita sendiri adalah seorang yang tidak mungkin menang. Karena itu, kita tidak bertekad lagi, melainkan menengadah dan berkata, “Tuhan, aku menengadah agar Kau hidup di dalamku! Semua penghidupanku Kaulah yang menggantikan aku. Kau yang menggantikan aku menang! Kau-lah yang mengekspresikan hayatMu sendiri!” Anda berkata demikian, Tuhan pun akan melakukan demikian. Jika perbuatan Anda berlawanan dengan iman Anda, maka Tuhan tak dapat bekerja. Hal ini perlu ditanggulangi dengan tuntas.

Kita perlu setiap hari percaya dan setiap hari khusus berkata kepada Tuhan, “Tuhan, aku tak berguna! Aku terima saja salibMu. Tuhan, jagalah agar aku tidak bergerak lagi. Tuhan, Kaulah yang menjadi Tuhan, Kaulah yang hidup!” Jika Anda bisa percaya, menengadah dan bersandar demikian, niscaya Anda setiap hari dapat bersaksi dan berkata, “Bukan lagi aku yang hidup, melainkan Dia yang hidup!”

26 || MENYANYI

MENYANYI

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

“Aku hendak menyanyi bagi TUHAN selama aku hidup, aku hendak bermazmur bagi Allahku selagi aku ada.”

  Mazmur 104:33

“Dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati.”

Efesus 5:19

 

 Pembacaan Alkitab:

Mazmur 104:33: “Aku hendak menyanyi bagi TUHAN selama aku hidup, aku hendak bermazmur bagi Allahku selagi aku ada.”

Efesus 5:19: “Dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati.

 Matius 26:30: “Sesudah menyanyikan nyanyian pujian, pergilah Yesus dan murid-murid-Nya ke Bukit Zaitun.”

Kisah Para Rasul 16:25: “Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka.”

Setelah seseorang percaya Tuhan, ia perlu belajar menyanyi. Jika orang Kristen bersidang namun tidak tahu bagaimana menyanyi, itu adalah suatu kesulitan yang sangat besar. Dalam bersidang, hal berdoa sering kali diabaikan, mungkin hal menyanyi lebih-lebih diabaikan. Itulah sebabnya kita wajib belajar menyanyi. Kita bukan ingin menjadi penyanyi ahli melainkan ingin mengenal nyanyian dan justru inilah yang penting.

I. PERASAAN NYANYIAN

Dalam Alkitab ada nubuat, sejarah, doktrin, ajaran, dan perintah. Dalam Alkitab juga ada nyanyian (kidung). Nyanyian merupakan pengutaraan yang paling lembut dan halus dari perasaan manusia. Bahkan perasaan manusia berdoa di hadirat Allah pun tidak sehalus dan selembut menyanyi di hadirat Allah. Allah menghendaki kita semua memiliki perasaan yang halus dan lembut, karena itulah di dalam Alkitab Allah memberi kita bermacam-macam nyanyian, bahkan banyak nyanyian. Bukan hanya Mazmur, Kidung Agung, Ratapan, malahan kadang-kadang di tengah-tengah sejarah dan perintah, diselingi beberapa nyanyian (Kel. 15:1-18; Ul. 32:1-43). Di dalam Surat-surat Kiriman Paulus yang mengandung begitu banyak doktrin; juga disisipi nyanyian-nyanyian (Rm. 11:33-36; 1 Tim. 3:16 dan lain-lain). Kesemuanya itu memperlihatkan kepada kita bahwa Allah menghendaki umat-Nya mempunyai perasaan yang halus dan lembut.

Perasaan Tuhan kita itu lembut dan halus. Lain dengan perasaan kita, ada yang lembut ada juga yang kasar. Marah-marah, gusar, itu kasar. Ada orang yang tidak marah-marah, namun belum tentu lembut. Allah menghendaki kita berbelaskasihan, penyayang, murah hati, bersimpati, sebab yang sedemikian inilah yang halus. Allah menghendaki kita menyanyi di saat mengalami kesusahan, memuji di tengah-tengah penderitaan, memuja nama Allah, karena semua itu adalah pertanda adanya perasaan yang halus. Ketika seseorang mencintai orang lain, niscaya perasaannya itu halus; seseorang mengampuni orang lain, niscaya perasaannya lembut; seseorang yang membelaskasihani orang lain, niscaya perasaannya lembut.

Allah ingin membimbing anak-anak-Nya menempuh jalan yang semakin lama semakin lunak, halus, dan lembut, semakin seperti nyanyian. Semakin banyak seseorang belajar di hadapan Allah, maka perasaannya akan semakin halus, lembut seperti nyanyian; sebaliknya, semakin sedikit seseorang belajar di hadapan Allah, maka perasaannya akan semakin kasar, sehingga jauh berbeda dengan nyanyian. Orang Kristen yang menghadiri sidang dan berjalan dengan derap langkah kaki yang keras, tanpa menghiraukan perasaan orang lain, itu menunjukkan bahwa dia tidak mirip dengan orang Kristen yang pernah belajar. Kalaupun ia bernyanyi, tidaklah mirip dengan nyanyian. Orang yang memasuki ruang sidang sambil menyenggol/ menabrak kanan kiri, sampai-sampai kursi pun terguling, ia tidaklah mirip dengan penyanyi. Kita harus tahu bahwa sejak kita diselamatkan, Allah ingin melatih perasaan kita agar dari hari ke hari lebih lembut dan halus. Jika mau menjadi orang Kristen yang baik, wajiblah memiliki perasaan yang halus. Di hadapan Allah, perasaan manusia yang mengalir keluar dari lubuk hatinya, itulah perasaan kidungnya. Allah menuntut dari anak-anak-Nya perasaan yang lembut dan halus. Jangan membiarkan perasaan kita, menjadi kasar. Perasaan yang kasar bukanlah nyanyian, perasaan yang kasar bukan barang milik orang Kristen.

II. SYARAT NYANYIAN

Setiap nyanyian yang memenuhi syarat tentu memiliki tiga unsur. Jika kekurangan salah satu dari ketiga unsur tersebut itu bukanlah nyanyian yang baik.

Pertama, harus memiliki dasar kebenaran. Nyanyian yang sesuai dengan unsur lainnya, keliru dalam kebenarannya. Jika menyuruh anak-anak Allah menyanyikan nyanyian yang demikian, itu berarti menaruh mereka ke dalam kekeliruan, dan menyuruh mereka datang ke hadirat Allah dengan kekeliruan, itu tidaklah layak. Ketika anak-anak Allah menyanyi, mereka perlu mengarahkan perasaan mereka kepada Allah. Jika di dalam nyanyian terdapat kekeliruan kebenaran, hal itu membuat mereka tidak lebih dari menipu dirinya sendiri, sehingga mustahil menjamah realitas. Allah tidak dapat membiarkan kita menghadap-Nya dengan syair, melainkan dengan kebenaran. Kita hanya bisa menghadap Allah di dalam kebenaran; menghadap tanpa kebenaran itu salah dan tidak akan menjamah realitas.

Misalnya, ada sebuah nyanyian Injil yang menyinggung tentang darah Tuhan Yesus membasuh hati kita. Dalam Perjanjian Baru, kita tidak pernah menemukan kalimat yang mengatakan, “darah Tuhan Yesus membasuh hati kita.” Darah Tuhan Yesus bukanlah membasuh hati kita. Alkitab tidak pernah mencantumkan demikian. Ibrani 9:14 mengatakan bahwa darah Tuhan Yesus mencuci bersih hati nurani, bukan hati. Darah Tuhan mencuci bersih dosa-dosa kita. Karena dosa terbasuh, maka hati nurani kita tidak lagi menggugat kita di hadirat Allah. Jadi, darah itu untuk membasuh hati nurani, bukan hati. Hati kita tidak mungkin dicuci bersih oleh darah. Hati manusia lebih licik daripada segala sesuatu (Yer. 17: 9); bagaimanapun mencucinya, tidak akan menjadi bersih. Tentang hati, Alkitab hanya mencantumkan membuang hati batu manusia dan menggantinya dengan hati daging (Yeh. 36:26). Kita diberi hati baru, bukan hati lama kita dicuci. Ketika seseorang percaya kepada Tuhan, ia dikaruniai Allah sebuah hati yang baru, bukan hati lamanya dicuci; rasa berhutang pada hati nuraninya yang dibasuh, bukan hatinya. Kalau di hadapan Tuhan Anda memuji, “Darah Yesus membasuh hati kami”, pujian semacam ini tidak sesuai dengan kebenaran. Hal ini sangat serius. Jika doktrin sebuah nyanyian itu salah, itu akan menjerumuskan orang ke dalam perasaan yang salah juga.

Banyak nyanyian yang tidak jelas batas-batas zamannya. Entah itu dinyanyikan Abraham atau Musa, entah itu dinyanyikan orang-orang Yahudi atau orang-orang Kristen, entah itu dinyanyikan dalam Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru. Kalau Anda menyanyikan lagu tersebut, itu bisa membuat Anda seolah merasa bahwa Anda adalah malaikat yang tidak ada sangkut pautnya dengan penebusan, atau bisa membuat Anda merasa bahwa diri Anda tidak memerlukan darah karena tidak berdosa. Jadi, sebuah nyanyian yang tanpa ada ajaran zaman yang tegas, tanpa nampak zaman karunia, niscaya akan menempatkan anak-anak Allah pada kedudukan yang salah.

Banyak pula nyanyian yang tanpa jaminan/ pegangan, hanya menaruh harapan saja: mengharap beroleh selamat, mendambakan beroleh selamat, mencari-cari keselamatan. Sedikit pun tidak ada kemantapan; jaminan/ pegangan sebagai orang Kristen sama sekali tidak dimilikinya. Kita harus ingat bahwa setiap orang Kristen yang datang ke hadirat Allah harus membawa kemantapan. Kita datang ke hadirat Allah dengan penuh iman dan penuh pegangan. Bila seseorang menyanyi seolah ia berada di luar pelataran, itu akan membuat orang lain merasa bahwa ia bukanlah umat Allah, ia hanya rindu menjadi umat Allah saja. Ada lagi nyanyian yang seolah tidak mendapat karunia Allah, karena selalu minta-minta saja. Nyanyian macam itu juga akan menempatkan orang Kristen pada kedudukan yang salah. Itu bukan kedudukan orang Kristen. Kedudukan orang Kristen pasti mempunyai pegangan dan kemantapan, tahu bahwa dirinya telah diselamatkan. Setiap nyanyian yang tanpa pegangan, tidak patut dinyanyikan orang Kristen.

Satu kesalahan yang umum dan sering kita temukan di dalam nyanyian-nyanyian, yaitu yang mengungkapkan bahwa setelah manusia mati segera masuk ke, dalam kemuliaan. Banyak nyanyian yang mengungkapkan, setelah mati masuk ke dalam kemuliaan. Seolah-olah manusia bisa masuk ke dalam kemuliaan melalui Kematian. Tetapi, Alkitab tidak pernah menyebutkan manusia mati berarti masuk ke dalam kemuliaan. Masuk ke dalam kemuliaan itu adalah hal yang lain. Kita mati bukanlah masuk ke dalam kemuliaan; melainkan menunggu kebangkitan. Tuhan masuk ke dalam kemuliaan setelah Ia bangkit dari Kematian. Ini jelas dikatakan di dalam Alkitab (1 Kor. 15:43; 2 Kor. 5:2-3). Nyanyian yang membuat anak-anak Allah timbul perasaan yang keliru, yang mengira “setelah mati segera masuk ke dalam kemuliaan”, tidak patut kita nyanyikan, karena pada faktanya tidak ada perkara itu.

Nyanyian yang baik harus memiliki kebenaran yang tepat. Tanpa kebenaran yang tepat, akan menggiring orang-orang Kristen menyimpang ke dalam kekeliruan.

Kedua, memiliki kebenaran yang tepat, masih belum bisa dikatakan sebagai nyanyian; harus pula memiliki bentuk dan konstruksi nyanyian. Bukan karena kebenarannya tidak salah, kebenaran memang harus tepat, tapi harus ditambah pula bentuk dan konstruksi, barulah berupa nyanyian. Menyanyi bukanlah berkhotbah; kita tidak bisa menyanyi dengan catatan-catatan pembahasan Alkitab. Nyanyian yang dimuat di dalam Mazmur, semuanya mempunyai rasa nyanyian. Susunan dan pengutaraan dalam setiap nyanyian adalah sangat lembut, sambil mencurahkan maksud Allah ke dalam kalimat-kalimat pemazmur. Maka, bukan hanya ditentukan oleh panjang pendeknya kalimat, juga oleh susunan dan bentuk nyanyian.

Ketiga, di samping mempunyai kebenaran, bentuk, dan konstruksi, sebuah nyanyian juga harus memiliki kontak rohani, yaitu harus dapat menjamah realitas rohani.

Misalnya, Mazmur 51, merupakan syair Daud bertobat. Ketika kita membacanya, kita dapat menemukan bahwa ketika Daud bertobat, tidak terdapat kekeliruan doktrin. Kata-katanya bukan sembarangan, susunannya tidak sederhana. Selain itu, kita dapat merasakan ada suatu benda terkandung di dalamnya; ada realitas rohani, ada perasaan rohani. Ini bisa kita sebut sebagai beban yang terkandung di dalam syair. Dia bertobat, perasaan bertobat memenuhi syairnya. Setiap kali kita membaca Mazmur, terasa suatu keistimewaan, yaitu semua perasaan yang terkandung di dalamnya itu dapat diandalkan. Ketika penyairnya bergembira, ia melonjak-lonjak serta bersorak-sorai; ketika sedih, ia menangis tersedu-sedu. Bukan hanya kata-kata tanpa realitas, melainkan di dalam kata-kata termuat realitas rohani.

Jadi, nyanyian tidak saja harus memiliki doktrin yang tepat, memiliki bentuk dan susunan, juga harus memiliki perasaan realitas rohani. Dengan kata lain, kalau sebuah nyanyian itu menangis, haruslah menangis; kalau senang, haruslah senang. Ketika ia mencurahkan sesuatu, haruslah membuat kita merasakan sesuatu itu. Kita tidak bisa menyanyikan sebuah nyanyian pertobatan dengan perasaan di dalam kita tak beresonan, apalagi makin menyanyi makin tertawa bergelak. Kita tidak bisa berkata bahwa kita menyanyikan puji-pujian kepada Allah, sedangkan kita tidak gembira atau merasa girang. Tidaklah sesuai, jika kita menyanyikan kidung pernyataan konsikrasi, tetapi perasaan kita bukan konsikrasi. Tidaklah cocok, jika kita menyanyikan bahwa kita rebah di depan Allah, diremukkan Allah, tetapi tetap merasakan diri kita ini baik, dan masih boleh dibanggakan. Sebuah nyanyian yang tidak mampu memberi kita perasaan yang tepat, tidaklah tergolong nyanyian yang bagus. Perasaan nyanyian seharusnya riil dan menjamah realitas rohani.

Sebuah nyanyian harus tepat dalam kebenaran, mempunyai konstruksi nyanyian, dan bisa membuat penyanyinya menjamah realitas rohani, menjamah apa yang terkandung di dalam syair-syairnya. Kalau tidak, itu tidak patut disebut sebagai nyanyian yang memenuhi syarat. Ketiga syarat itu harus lengkap terpenuhi, barulah dapat disebut nyanyian yang bagus.

III. CONTOH-CONTOH NYANYIAN

Mari sekarang meninjau beberapa nyanyian:

Contoh pertama – Kidung no. 110

  1. Dengar, suara menggelegar,
    Junjung tinggi Sang Domba;
    Laksaan saleh beresonan,
    Harmonis pun tak hingga.
  2. Tiap penjuru puji Domba,
    Genap surga bergita;
    Tiap mulut nyanyi riang,
    Penuh luap pujian.
  3. Wangi syukur pri ukupan,
    Membubung pada Bapa;
    Semua lutut sembah Putra,
    Memujilah serempak.
  4. Terang Putra menyatakan,
    Mulia Bapa sepenuh;
    Hikmat Bapa `nyatakan jua,
    Sang Putra sama agung.
  5. Roh Kudus `nembus segala,
    Kaum surga selaras;
    Kelilingi Domba Suci,
    Memuji Dia Sang Kekal.
  6. Ciptaan baru puas kini,
    Lega, riang, dan pasti,
    Berkat s’lamat yang diberi,
    Bebas tak t’rikat lagi.
  7. Dengar! Surga riuh kembali,
    Kidung puji menggema;
    Cakrawala penuh amin!
    Amin atas kurnia-Nya.

Di antara nyanyian-nyanyian yang pernah kita nyanyikan, hampir tidak ada nyanyian yang lebih megah daripada nyanyian ini. Nyanyian ini adalah karangan Darby. Semula terdiri dari tiga belas bait. Pada tahun 1881, saat ia menyanyikan kembali bersama dengan Saudara Wigram, ada beberapa bait yang dikurangi sehingga tinggal tujuh bait.

Gaya nyanyian ini seolah ditujukan kepada manusia, tetapi sebenarnya ditujukan kepada Allah. Ketika kita menyanyikannya, dengan sendirinya terasa seolah menjumpai suasana dalam Wahyu 4 dan 5, nampak keadaan alam semesta setelah Tuhan terangkat ke surga. Di sini terdapat Golgota, kebangkitan, dan kenaikan (terangkat ke surga). Di surga penuh kemuliaan; terhadap nama Yesus, semua mulut mulai memuji, semua lutut mulai bertelut dan menyembah. Di surga, di bumi, di bawah bumi, semua penjuru menggemakan puji syukur, alam semesta melagukan puji-pujian. Sungguh sangat riuh rendah! Sungguh sangat megah! Bila kekuatan berkurang sedikit saja, mustahil sanggup menuliskan nyanyian serupa ini.

“Dengar, suara menggelegar”, tiba-tiba muncul suara menggelegar! Penyanyinya seolah seorang Kristen yang kecil, manusia kecil, yang sedang menyerukan: “Dengarlah hai kalian, suara menggemuruh, serempak menjunjung tinggi Anak Domba Allah” Dengarlah, ada lagi “laksaan kaum saleh serta merta memberikan respons.” Begitu Anak Domba Allah dijunjung tinggi, sekaliannya segera memberikan respons! Di sini suara pujian, di sana suara resonan. Suara menggelegar: “Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!” (Why. 5:11-12). Belum saja suara ini lenyap, sudah disusul oleh suara laksaan, `Aku mendengar semua makhluk yang di surga dan di bumi dan di bawah bumi dan di laut dan semua yang ada di dalamnya” (ayat 13), semuanya berespons. Bagaimanakah suasananya? “Harmonis pun tak hingga. Suara menggelegar mengandung kekuatan yang tak terbatas. Di sini penyanyinya merasa dirinya betapa kecil dan rendah. Bait pertama membawanya kepada pemandangan yang megah dan luas. Suara menggelegar, sahutan laksaan kaum saleh menerjang tak terbatas, serentak menggetar, menjunjung tinggi Anak Domba Allah. Baru mulai sudah merupakan perasaan yang semegah itu. Inilah puji-pujian besar di antara alam semesta.

Selanjutnya, bait demi bait menyusul dengan baiknya. “Tiap penjuru puji Domba!” Terdengar pula suara berserasi dari empat penjuru “Puji Anak Domba!” Semua senada “Puji Anak Domba!” Di mana-mana senada dan seirama “Puji Anak Domba!” “Genap surga bergita”. Untuk apa surga berhimpun? Untuk bergita bersama “Tiap mulut mengaku lantang”. Sampai saat itu, berapa banyaknya mulut, sebanyak itu pula yang mengakui Dia. Maka terbuktilah Filipi 2, “tidak ada satu pun yang tidak mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan.” Itulah yang lantang dan serasi. Alam semesta “penuh luap pujian. Tak kunjung henti pujian membanjiri alam semesta.

Di samping suara ada juga wangi syukur pri ukupan”. Syukur dari lubuk hati, laksaan asap semerbak membubung terus, menuju ke takhta Bapa. Bukan sekadar mulut bersuara, bahkan angan-angan dan niat hati pun terus-menerus tertuju kepada Allah. Bukan hanya mulut menyeru Anak Domba, hati pun turut mengarah ke hadirat Allah. Rencana Allah tidak mungkin terpisah dengan penebusan Tuhan. Kita memuji Anak Domba, kita pun berterima kasih kepada Allah Bapa. Rasa puji dan rasa syukur tidak henti membubung bagaikan asap wangi ke hadirat Allah.

Pujian yang demikian masih tidak cukup. Mulut bersuara masihlah kurang. Mengapa? Karena semua lutut wajib bertelut dan menyembah. Semua lutut tidak bisa tidak bertelut dan sambil menyembah Tuhan. Dari “tiap mulut” ke “tiap lutut”. Disamping berterima kasih kepada Bapa, juga bertiarap di depan Tuhan. Kalimat berikutnya benar-benar merupakan syair: “maksud surga selaras”. Ini bukan membicarakan doktrin. Orang yang kasar perasaannya, tidak akan merasakan apa-apa di sini. Namun, jika seseorang sudah terbawa ke suatu tingkat, sehingga melihat sasaran dari tiap mulut dan tiap lutut, niscaya akan dengan girang bersorak: “maksud di surga alangkah selaras!”

Sewaktu penyairnya menjamah pada Bapa dan Putra, terbawalah masuk doktrin Putra dan Bapa; tertampil seluruhnya. “Terang Putra menyatakan, mulia Allah sepenuh”; kemuliaan di dalam, sedang terang di luar. Bapa memiliki kemuliaan, di atas Putra menjadilah terang/cahaya. Atas diri Bapa itulah kemuliaan, atas diri Putra itulah cahaya kemuliaan. Penyorotan terang bukanlah pada Bapa, melainkan pada Putra. “Hikmat Bapa nyatakan jua”. Hikmat yang ada di dalam, menyatakan “Sang Putra sama agung”. Bukan perbuatan Bapa tetapi hikmat Bapa; bukan pekerjaan Bapa, tetapi rencana Bapa; yang diperlihatkan kepada manusia, bahwa Putra itu sama agung dan terhormat. Bait ketiga, adalah dari Bapa ke Putra. Bait keempat, adalah dari Putra ke Bapa. Setelah ke Bapa, kembali ke Putra lagi. Bait keempat bermula dari Putra dan berakhir pada Putra. Bait ketiga sudah menjamah pada Putra, dan bait keempat menjamah pula pada Putra. Di sini tertampaklah doktrin Bapa dan Putra.

Setiap orang yang telah menjamah Bapa dan Putra, tidak akan cukup jika berhenti sampai di sini. Karena itu selanjutnya dikatakan lagi: “Roh Kudus menembus s’gala”. Lihatlah, Roh pun muncul. Ketika Roh Kudus tertampil, keadaannya berlainan dengan keadaan Putra dan Bapa. Roh Kudus menembus ke mana saja, meresapi segala dan meliputi segala. Alam semesta penuh Roh Kudus.

“Kaum surga selaras”. Kaum surga, ini pun merupakan ungkapan syair. Para malaikat di surga, makhluk-makhluk di surga, kaum surgawi yang tak terhitung jumlahnya, tidak mempunyai permintaan apa-apa lagi. Bila ada permintaan, tentu tidak akan ada puji-pujian, tetapi berdoa. Hari itu, segenap kaum surga, kaum yang tak terhitung jumlahnya, tidak ada seorang pun yang bermohon. Semuanya “mengelilingi Domba dengan riang”, memuji Dia Sang Kekal. Sang Kekal yaitu “Akulah TUHAN” (lihat Kel. 3:14, 6:2). Ini benar-benar kidung puji-pujian, kidung puji-pujian yang megah agung!

Kita harus pula melihat ke sekitar. “Ciptaan baru puas kini, lega, riang, dan pasti.” Di sekeliling, semuanya puas, lega, mantap, dan riang gembira. Masing-masing puas marem, damai sentosa, mantap, dan riang. Kesemuanya ini dikarenakan “berkat kurnia yang diberi.” Sehingga kini “bebas ikatan dan siksaan”. Segala permasalahan sudah berlalu.

Mungkin tanpa disadari kita seolah telah melihat terlalu jauh. “Dengar, surga riuh kembali”. Sudahkah mendengar? “Kidung puji menggema”. Suara pujian kembali membanjir dari segala penjuru. Dengarkan pula, “Cakrawala penuh amin”. Tiap pelosok di alam semesta, terdengar gema “Amin”. Tidak ada satu tempat pun yang tidak meng”Amin”. Apa sebabnya? “Amin atas kurnia-Nya”. Bukan setelah selesai menyanyi baru berkata “Amin”, tetapi “Amin atas kurnia-Nya”.

Nyanyian ini memperlihatkan kepada kita alam semesta yang telah tertebus. Yakni, situasi yang digambarkan dalam Wahyu 4, 5, dan Filipi 2. Inilah puji-pujian di dalam kekekalan.

Contoh kedua – Kidung no. 423

  1. Tekad rapuh, tnaga lemah,
    Harapanku punah sudah;

    Hanya sandar garapan-Nya,

    Lembut, mesra ku dipapah.
  2. Aku sudah berusaha,
    Tapi gagal, s’lalu gagal;

    Oleh sabar-Mu `tiasa,

    Hingga suara-Mu terdengar.
  3. Waktu hati agak bangga,
    Nyaris aku terjerembab;

    Ku tak b’rani apa-apa,

    Ku perlu Kau dalam s gala.
  4. Ya, P’nolongku yang perkasa;
    Kini ku pandang wajah-Mu;
    Aku orang yang terlemah,

    T’nagaku itu kurnia-Mu.

Nyanyian ini adalah salah satu nyanyian yang sangat baik di antara nyanyian-nyanyian dari manusia yang ditujukan kepada Allah.

“Tekad rapuh, t’naga lemah”; tekad rapuh itu adalah yang batiniah, tenaga lemah itu adalah yang lahiriah. Batin ingin menetapkan, namun tak berdaya. Lahir ingin mengamalkan, tetapi tidak mampu. Bertekad rapuh, berlari pun lumpuh. “Harapanku punah sudah”. Lalu bagaimana aku ini? “Hanya sandar garapan-Nya”. Tadinya, penulis nyanyian ini berbicara kepada diri sendiri, sekarang ia berpaling kepada Allah. Dan setelah berhadapan dengan Allah, ia mengharapkan Allah memapahnya dengan “lembut mesra”. Artinya, “Kini selain papahan dan bimbingan-Mu setapak demi setapak, harapanku telah punah seluruhnya.” Dia berdiri di atas kedudukan yang demikian.

Selanjutnya: “Aku sudah berusaha”. Pengungkapan demikian menimbulkan perasaan syair. Ini bukan khotbah, tetapi nyanyian. “Tetapi gagal, s’lalu gagal”. Akhirnya bagaimana? Kecewa total, berhubung tidak ada yang bisa diandalkan. Lalu bagaimana? “Oleh sabar-Mu `tiasa”. Bagaimanakah “sabar-Mu”? Membuat “suara-Mu terdengar”. Dengan kata lain, aku tidak ada harapan lain di sini, kecuali satu saja, apakah itu? Kekuatan-Mu! Kekuatan-Mu mendesak serta memaksa aku agar patuh. Diriku ini tidak ada gunanya. Aku sudah sangat mengenal diriku.

Bait ketiga, memperlihatkan seseorang yang mengenal Allah sedang merangkak perlahan-lahan. “Waktu hati agak bangga”. Sombong sedikit saja, memikirkan bahwa dirinya ada sedikit kebaikan, cukup lumayan, (hanya sedikit, tidak banyak), segera “nyaris aku terjerembab”. Pengalaman seperti ini sering kali kualami. Sekarang bagaimana? Terus terang saja, “ku tak b’rani apa-apa”. Ku tak berani berbuat apa-apa, bahkan memikirkan pun tidak. “Ku perlu Kau dalam s’gala”. Artinya dalam setiap perkara, kapan saja dan di mana saja, aku selalu memerlukan Dikau. Di sini ada seseorang yang perasaannya sudah menempuh garapan yang beraneka ragam, sehingga di depan Allah, sedikit pun tidak terlihat kasar. Setiap kalimatnya mencerminkan nyanyian, setiap kata mengandung perasaan yang sangat menjamah Allah.

Akan tetapi, seseorang yang mengenal dirinya sendiri, tidak akan bisa berhenti di sini saja. Akhirnya, pasti datang juga ke hadirat Tuhan sambil berdoa, “Kau, Penolong yang perkasa, aku tak berpengharapan. Aku tidak memiliki apa-apa, aku hanya mencari Dikau. Aku orang yang terlemah”; kembali lagi pada bait pertama. Bukan setelah menyanyi segera usai. Tekadku rapuh, tenagaku pun lemah. Bertekad tidak mampu, berlari pun tidak mampu. Aku adalah yang terlemah dari antara yang lemah; aku harus hidup bagaimana? “Hidupku sandar kurnia-Mu”. Hanya kurnia-Mu yang kuperlukan. Yang sanggup membuat aku hidup.

Setiap kali Anda menghampiri Allah, jika perasaan Anda pernah menerima ujian dan tempaan, maka begitu terjamah oleh nyanyian yang telah menempuh ujian dan tempaan Allah, tentu perasaan Anda dapat memasuki nyanyian tersebut.

Contoh ketiga – Kidung no. 282

  1. Pabila jalanku `nuju sengsara
    Bila `ni takdir-Mu mau ku mend’rita.

    Ku mohon pada-Mu hubungan akrab,

    Tiap saat bers’kutu lebihlah mesra.
  2. Susut senang dunia, tambahkan “surga”,
    Biar hatiku luka — roh tetap muja.

    Mesra, manis dunia, oleh-Mu lepas,
    Agar Kau denganku erat kian mesra.
  3. Meski jalan sunyi, Kau serta s’lalu;
    Senyum-Mu tarikku, depan trus maju.
    Lepas dari diri, oleh kurnia-Mu;
    Jadi wadah suci, salur hayat-Mu.

Nyanyian ini juga tergolong sangat bagus. Kalimat-kalimat yang digunakan penuh ciri-ciri syair. Perasaan yang terkandung di dalamnya sangat dalam. Segala sesuatunya telah mencapai suasana luar biasa, amat tinggi dan dewasa. Jarang sekali nyanyian yang bersekutu dengan Tuhan bisa mencapai suasana demikian, tanpa ada paksaan dan keterlaluan. Ini boleh dikata pernyataan yang riil, patuh yang mutlak dari konsikrasi yang sepenuhnya. Suara ini keluar dari hati yang patuh mutlak tanpa tentangan kepada Tuhan.

“`Pabila jalanku `nuju sengsara, bila `ni takdir-Mu, mau ku mend’rita, ku mohon pada-Mu hubungan akrab, tiap saat bers’kutu lebihlah mesra.” Di sini kita menjumpai perasaan yang berkonsikrasi dan taat sepenuhnya.

Bait kedua merupakan bait terbaik. Perasaan dari bait ini lebih meningkat lagi. Dia menimbang-nimbang serta berdoa di depan Allah, kalau milik kesenangan dunia makin dikurangi, maka mohonlah kiranya surga ditambahi. Bukan minta terlepas atau diubah, melainkan makin lama makin banyak bersekutu. “Biar hatiku luka, roh tetap muja”. Di sini kita menemukan seseorang yang mempunyai kemampuan membedakan antara hati dan roh; hati boleh terluka, roh tetap memuja; hati boleh merana, roh tetap segar di hadapan Allah. Ia mengenal perbedaan antara hati dan roh. Ia tidak menuntut kenikmatan hati, melainkan kompensasi roh. Dia mulai menanjak ke atas, bahkan lebih menanjak pula. Kalimat pertamanya, “Susut senang dunia”, dan kalimat kelimanya, “mesra manis dunia”, kedua-duanya dirangkaikan dengan “dunia”, sehingga semakin terasa syairnya. “Mesra, manis dunia, oleh-Mu lepas, agar Kau denganku erat kian mesra.” Ia tidak menerima begitu saja, ia bukan sekadar menghindari, malahan menuntut persekutuan yang lebih sedap dan mesra. Perasaannya tepat, pengungkapannya tepat, corak susunannya pun tepat, alangkah indah dan manis!

Berhubung bait kedua telah mencapai titik puncaknya, maka bait berikutnya mulailah berdoa: “Meski jalan sunyi, Kau serta s’lalu; senyum-Mu tarikku, depan trus maju . . .” Penguatan atau dorongan dari senyuman” sungguh rohani dan penuh makna syair. “Lepas dari diri, oleh kurnia-Mu; jadi wadah suci, salur hayat-Mu.” Artinya: “Tuhan! Aku tidak memiliki yang lain, kecuali satu harapan: Aku mohon kepada-Mu, agar lepaskan aku dari diri, sehingga menjadi bejana suci, untuk menempuh hidup bagi kehendak-Mu saja.” Inilah epilog dari doa seorang yang telah mengkonsikrasikan dirinya, dan yang sedang menderita. Jika nyanyian ini kita kaji dengan saksama, niscaya kita dapat merasakan bahwa nyanyian ini benar-benar bagus. Kita perlu belajar di hadirat Allah untuk menghayati nyanyian-nyanyian berikut roh dalam nyanyian-nyanyian.

IV. JENIS/ KATEGORI NYANYIAN

Nyanyian dapat kita bagi menjadi empat:

  1. Nafiri Injil,
  2. Puji-pujian,
  3. Kristus sebagai Hayat,
  4. Hidup Gereja.

Jenis pertama, nafiri Injil, dikhususkan bagi penginjilan, meliputi perasaan dosa, kedudukan orang dosa, kasih sayang Allah, kebenaran dan keadilan Allah, penebusan salib, bertobat, percaya . . . dan sebagainya.

Nyanyian Injil perlu dinyanyikan bersama para undangan Injil. Namun di sini terbentur suatu kesulitan, yaitu penggubah lagu dan syairnya adalah kita yang sudah beroleh selamat. Kita mempunyai perasaan yang tidak dimiliki oleh para undangan Injil. Menyuruh mereka menyanyikan lagu dan nyanyian di luar perasaan mereka tidaklah mudah. Namun, jika Allah memberkati nyanyian-nyanyian tersebut, niscaya akan terbongkar juga kebutuhan-kebutuhan yang terpendam di dalam diri kaum berdosa. Mereka akan nampak keadaan diri mereka, juga nampak karunia keselamatan Allah. Kadang-kadang orang dosa tidak tahu bagaimana berdoa, bagaimana menghampiri Allah. Melalui nyanyian-nyanyian, mereka lalu bisa berdoa di hadapan Allah, dan kalimat-kalimat pada nyanyian-nyanyian menjadi kata-kata yang mereka utarakan. Sering kali, nyanyian malah lebih efektif daripada doktrin. Yang penting, harus ada berkat Allah.

Nyanyian-nyanyian Injil kita jilidkan ke dalam buku kidung, agar anak-anak Allah dapat menggunakannya. Di saat penginjilan, sebaiknya ditulis dengan huruf yang besar pada lembaran yang besar, atau dicetak ke dalam lembaran-lembaran untuk mereka nyanyikan. Kalau mereka disuruh mencarinya di dalam buku kidung, itu kurang sesuai.

Jenis kedua, puji-pujian. Sejak kita beroleh selamat, di dalam kita sudah ada sukacita yang berasal dari surga. Maka, di dalam kita pun meluap syukur dan puji yang membubung ke surga. Makin maju kita di perjalanan rohani, makin tambah pula kita mengenal kasih sayang Allah, kebenaran Allah, karunia Allah, kemuliaan Allah, sehingga dengan sendirinya pujian kita tidak putus-putusnya mengalir keluar dari hati dan mulut kita. Nyanyian golongan ini meliputi segala pujian kita terhadap Tuhan dan Allah.

Jenis ketiga, Kristus sebagai hayat. Tujuan Allah menebus kita tidak lain menghendaki kita memperhidupkan hayat Kristus di dalam hidup kita sehari-hari. Allah tidak menyuruh kita meneladani Kristus, melainkan menghendaki Kristus yang telah bangkit, hidup melalui kita. Ketika Kristus berada di bumi, melalui tubuh yang diperoleh-Nya dari Maria, Ia telah memperhidupkan diri-Nya di dalam hidup-Nya; sejak Ia bangkit dan terangkat ke surga, Tubuh-Nya adalah gereja. Melalui gereja, Ia akan memperhidupkan diri-Nya.

Jadi, sewaktu kita masih sebagai orang dosa, yang kita tuntut adalah beroleh selamat dan dibenarkan; namun setelah kita menjadi kaum beriman, yang kita tuntut adalah mengenal hayat Kristus, mengalami hayat Kristus, dan memperhidupkan hayat Kristus di dalam hidup kita. “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal. 2:20). Dia hidup di bumi menggantikan kita, bagi kita Dia menanggulangi dosa dan pencobaan yang kita temui, Dia juga membereskan daging nafsani kita. Dia menjadi hayat kita, Dia menjadi kekudusan kita, Dia menjadi kasih kita, Dia menjadi riang gembira kita. Dia, bukan kita. Pekerjaan Roh Kudus pada zaman kini justru untuk ini. Mulai dari kita menuntut pengenalan terhadap hayat yang di dalam kita, sampai hayat tersebut terwujud pada kepercayaan, persekutuan, kepuasan, peperangan, dan pelayanan; semua nyanyian yang berkaitan dengan masalah penuntutan dan pengalaman hayat itu tergolong ke dalam jenis nyanyian ini.

Keempat, hidup gereja. Ini mencakup kehidupan orang Kristen sehari-hari, termasuk keadaan, pekerjaan, dan urusan sehari-hari. Jenis nyanyian ini meliputi bersidang, pernikahan, perjamuan kasih, rumah tangga, anak-anak, penyakit, dan lain-lain.

V. PENGGUNAAN NYANYIAN

Ketika kita menggunakan nyanyian, ada beberapa butir yang perlu diperhatikan:

1. Arah Nyanyian

Arah nyanyian ada tiga; nyanyian dapat kita nyanyikan ke tiga arah yang berbeda.

(a) Diarahkan kepada Allah

Ini merupakan bagian nyanyian yang paling utama. Dalam Kitab Mazmur, banyak mazmur yang diarahkan kepada Allah. Yang terkenal di antaranya adalah Mazmur 51, yang merupakan doa yang ditujukan kepada Allah. Semua nyanyian puji-pujian, nyanyian ucapan syukur, nyanyian doa ditujukan kepada Allah.

(b) Diarahkan kepada Manusia

Dalam Kitab Mazmur juga ada nyanyian yang diarahkan kepada manusia. Contohnya Mazmur 37 dan 133. Nyanyian jenis ini adakalanya memberikan doktrin, adakalanya mendorong orang datang kepada Allah. Semua nyanyian Injil, nyanyian anjuran, mengarah kepada manusia.

Kolose 3:16 – “. . . sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu” membuktikan bahwa nyanyian boleh dipakai untuk mengajar dan menasihati. Itu ditujukan kepada manusia. Namun, sering kali bersamaan dengan itu tak luput dari hati yang terharu sambil. memuji Allah; dan ini tentunya mengarah kepada Allah. Maka, nyanyian yang diarahkan kepada manusia, pada saat yang bersamaan sering juga diarahkan kepada Allah.

Dalam gereja, nyanyian yang diarahkan kepada manusia jangan terlampau banyak. Di antara kumpulan mazmur dalam Kitab Mazmur, bagian itu hanya sedikit. Nyanyian yang ditujukan kepada manusia bukan tidak boleh ada, hanya jangan terlampau banyak. Kalau banyak akan kehilangan makna utama dari nyanyian. Bagaimanapun, tujuan nyanyian ialah mengarah kepada Allah.

(c) Diarahkan kepada Diri Sendiri

Dalam Alkitab, ada lagi sejenis nyanyian yang ditujukan kepada diri sendiri. Dalam Kitab Mazmur, sering kita jumpai ungkapan, “Hai hatiku!” (atau diterjemahkan “Hai jiwaku!”). Itu semua diarahkan kepada diri sendiri. Mazmur 103 dan 121 adalah contoh yang baik sekali. Nyanyian macam ini merupakan persekutuan antara aku dengan jiwa(sukma)ku, perundingan antara aku dengan hatiku, pembicaraan antara aku dengan diriku. Setiap orang yang mengenal Allah, sudah tentu belajar bersekutu dengan hatinya sendiri. Aku menyanyi kepada diriku, aku berseru pada diriku, aku memanggil diriku, aku menggugah diriku. Nyanyian seperti ini, pada akhirnya selalu menggiring orang ke hadapan Allah. Orang bersekutu dengan hatinya sendiri, akhirnya selalu berubah menjadi persekutuan dengan Allah.

Nyanyian yang terarah kepada tiga sasaran tersebut, masing-masing memiliki fungsinya sendiri. Yang berkenaan dengan karunia keselamatan, bersekutu dengan Allah, ucapan syukur, dan puji-pujian, adalah ditujukan kepada Allah. Begitu gereja bersidang, sepatutnya memilih nyanyian yang diutarakan kepada Allah. Sewaktu bekerja, terhadap kaum beriman ataupun terhadap orang berdosa, nyanyian saat itu seolah digunakan sebagai khotbah, ditujukan kepada orang. Saat kita sendirian, kita boleh menyanyikan nyanyian yang bersekutu dengan diri sendiri. Kita perlu belajar di dalam sidang-sidang gereja (sidang pemecahan roti, sidang doa, sidang persekutuan), dengan wajar menyanyikan nyanyian yang mengarah kepada Allah. Kadang-kadang boleh juga bernyanyi kepada diri sendiri; dalam sidang pekerjaan (sidang penginjilan, sidang berkhotbah), boleh memakai nyanyian yang diarahkan kepada manusia, atau boleh juga memakai nyanyian yang diarahkan kepada Allah. Di rumah, waktu terbentur pada kebutuhan pribadi,, boleh memakai nyanyian yang ditujukan kepada diri sendiri.

2. Cara Menyanyi

Sepanjang yang kita ketahui, cara menyanyi di dalam Alkitab ada tiga. Yakni, bersama-sama, kanon (bersahut-sahutan), dan solo (satu orang).

Dalam zaman Perjanjian Lama, ada beberapa kali nyanyian dinyanyikan oleh orang Lewi, sedang yang lainnya kebanyakan dinyanyikan oleh khalayak. Mazmur dinyanyikan oleh khalayak besar. Sampai zaman Perjanjian Baru, hal nyanyian pun dinyanyikan oleh khalayak besar. Tuhan Yesus bersama murid-murid-Nya pada malam terakhir, “sesudah menyanyikan nyanyian pujian, pergilah Yesus dan murid-murid-Nya ke Bukit Zaitun” (Mat- 26:30), itu pun juga merupakan Mazmur yang dinyanyikan. Jadi, menyanyi bersama itu terjadi di zaman Perjanjian Lama maupun di zaman Perjanjian Baru.

Sejak adanya gereja, di samping menyanyi bersama, ada pula menyanyi kanon, dan menyanyi solo. Kolose 3:16 dan Efesus 5:19 menyinggung perihal kanon. Kanon ialah, salah seorang saudara bernyanyi, saudara yang lain menyahut. Yang satu menyanyi dan yang lain menyahut; atau beberapa saudara bernyanyi, beberapa saudara lainnya menyahut. Beberapa saudara lagi menyanyi, lalu beberapa lainnya lagi menyahut. Dalam gereja yang sebermula, menyanyi secara kanon ini hampir sebanyak menyanyi bersama. Dilakukan antara saudara dengan saudara. Setelah dalam gereja timbul golongan media atau perantara, barulah berubah menjadi bersahut-sahutan antara “paderi” dan “awam”. Sehingga berubah menjadi bernyanyi secara “pemimpin dan pengikut”. Kemudian berubah lagi menjadi pembacaan secara “pemula dan penerus”.

Kita yakin, di tengah-tengah kita, dalam hal menyanyi perlu sekali adanya pekerjaan pemulihan oleh Tuhan. Alkitab telah mencantumkan bersahut-sahutan, maka wajiblah kita bersahut-sahutan. Kita bagi bait demi bait, atau saudari menyahut saudara, orang satu menyahut khalayak, beberapa orang menyahut beberapa orang, yang duduk di sebelah kiri menyahut yang duduk di sebelah kanan. Baik sekali bukan?

Alkitab masih mencantumkan pula menyanyi secara solo. Satu Korintus 14:26, “Yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau penyataan Allah, atau karunia bahasa lidah, atau karunia untuk menafsirkan bahasa lidah, tetapi semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun. Yang seorang mazmur ini ialah nyanyian yang dinyanyikan secara tunggal. Di tengah-tengah sidang, seorang saudara beroleh wahyu, yang lain punya sedikit pengajaran; ‘dan yang lainnya menyanyi. Nyanyian ini dinyanyikan oleh satu orang. Saudara yang di dalam dirinya merasa ada nyanyian, ada puji-pujian memenuhi dirinya, maka ia menyanyi. Ia bukan pelaku tunggal yang melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh orang lain, melainkan ia menyanyi mewakili gereja. Nyanyian yang dinyanyikan solo tadi, boleh sudah tertulis, boleh juga belum tertulis. Boleh jadi sudah dilengkapi lagu yang dikenal, atau bahkan belum ada. Kadang kala, boleh menyanyikan nyanyian rohani yang disebut di dalam Alkitab (Kol. 3:16; 1 Kor. 14:15). Waktu menyanyi, Roh Kudus langsung memberinya lagu dan kalimatnya. Dia itu digerakkan oleh Roh kudus sehingga menyanyi. Menyanyi solo, penyanyinya harus mencurahkan seluruh dirinya ke dalam nyanyian tersebut. Pendengarnya pun wajib pula belajar menerima suplai dari rohnya. Pendengar jangan terlalu memperhatikan suara dan iramanya, tetapi harus menerima suplai roh. Nyanyi solo ini, entah tadinya sudah ada, entah itu baru ada saat itu, harus ada gerakan istimewa dari Roh Kudus, baru boleh dilakukan nyanyi solo. Bukan seperti orang-orang yang senang menonjolkan diri. Sebab itu, bagi mereka yang tidak memiliki suplai roh, jangan sekali-kali menyanyi solo.

C. Belajar secara Riil

Terlebih dulu kita menghafalkan indeks atau daftar isi buku nyanyian, mengetahui pembagian golongan nyanyiannya. Setelah paham prinsip pembagian jenis, sifat, dan kegunaan masing-masing golongan, perlu mengingat letak nyanyian-nyanyian, sehingga begitu ingin menyanyikannya, bisa langsung kita temukan.

Kemudian, pelajarilah nyanyian-nyanyian yang paling berkaitan dengan diri Anda. Terlebih dulu memahami kalimat-kalimatnya, tanda-tanda bacanya, kemudian telusuri perkembangan pemikiran pengarangnya, bagaimana ia membawakan lagu tersebut. Hati Anda perlu terbuka, perasaan harus peka, tekad harus lunak, angan-angan harus bening.

Setelah itu, belajar menyanyikan. Mungkin seminggu sudah bisa menguasai dua atau tiga buah lagu. Kalau tidak bisa, pada mulanya senandungkan saja sebuah atau dua buah lagu setiap pagi. Anda boleh membuat sendiri cara melagukan yang sederhana, agar mudah Anda senandungkan. Dengan demikian, dengan sendirinya Anda bisa meraba roh nyanyian itu, dan dengan sendirinya pula, Anda bisa menambah perasaan rohani Anda. Tetapi, tetap harus belajar sesuai dengan notnya. Setelah bisa menyanyi, maka baik menyanyi bersama, menyanyi kanon maupun menyanyi solo, niscaya bisa mengikuti pimpinan Roh Kudus.

Nyanyian orang Kristen membuat kita memiliki perasaan rohani yang halus. Semoga kita memiliki sedikit pelajaran di hadirat Allah. Bila kita bisa dengan perasaan yang lembut menghampiri Allah, niscaya kita dapat lebih akrab bersekutu dengan Allah. Syukur kepada Allah, karena kelak di alam kekekalan, semua perasaan akan halus lembut. Kita tahu bahwa pujian di surga lebih banyak daripada doa di bumi. Berdoa itu akan berlalu, namun di alam abadi akan penuh puji-pujian. Pada hari itu, semua perasaan akan berubah menjadi halus dan lembut; hari itu adalah hari yang paling manis dan paling menggirangkan.

4 || BERDOA

BERDOA

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

“ Apa saja yang kamu doakan dan minta percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu”

                                       Markus 11 :24

“ Kamu tidak memperoleh  apa-apa, karena kamu tidak berdoa “

Yakobus 4 :2

Pembacaan Alkitab:

Yohanes 16:24: “Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatu pun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.”

Yakobus 4:2-3: “Kamu mengingini sesuatu, tetapi tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.”

Lukas 11:9-10: “Karena itu, Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetuk, baginya pintu dibukakan.”

Mazmur 66:18: “Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar.”

Markus 11:24: “Karena itu Aku berkata kepadamu: Apa saja yang kamu doakan dan minta, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.”

Lukas 18:1-8: “Yesus menyampaikan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan bahwa mereka harus berdoa tanpa jemu-jemu. Katanya, “Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun. Di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku. Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun, namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku.” Kata Tuhan, “Perhatikanlah apa yang dikatakan hakim yang tidak adil itu! Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Apakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, apakah Ia akan mendapati iman di bumi?”

I. BERDOA ADALAH HAK UTAMA
ORANG KRISTEN

Selama hidupnya di dunia orang Kristen mempunyai satu hak utama, yaitu hak memperoleh pengabulan doa. Begitu Anda dilahirkan kembali, Anda dapat berdoa kepada Allah dan Allah mau mendengarkan doa Anda; itulah satu hak utama yang Allah karuniakan kepada Anda. Injil Yohanes 16 menerangkan kepada kita, bila kita berdoa demi nama Tuhan, Allah akan mengabulkan doa kita, agar sukacita kita menjadi penuh. Maka jika kita senantiasa berdoa, kita akan menjadi orang Kristen yang bersukacita di dunia ini.

Bila kita sering berdoa, namun doa kita jarang dikabulkan; atau setelah menjadi orang Kristen beberapa tahun, doa kita tidak pernah Allah kabulkan satu kali pun, itu berarti kita telah mengidap suatu penyakit yang parah. Kalau setelah kita menjadi orang Kristen tiga atau lima tahun, namun doa kita satu pun belum pernah Allah kabulkan, itu membuktikan hidup kekristenan kita tidak beres; bukan agak tidak beres, melainkan sangat tidak beres. Doa kita tidak seyogianya kalau tidak Allah kabulkan. Sebagai orang Kristen, kita harus berbuat sedemikian rupa, sehingga doa-doa kita dapat Allah kabulkan. Doa-doa kita harus sering mendapatkan pengabulan. Itu sebenarnya merupakan pengalaman yang utama. Sebab itu, jika setelah lewat sekian lama doa-doa kita tetap tidak Allah kabulkan, itu berarti ada suatu ketidakberesan di hadapan Allah. Dalam hal pengabulan doa, kalau ada ya ada, kalau tidak ada ya tidak ada, kalau beres ya beres, kalau tidak beres ya tidak beres. Tak dapat kita menipu diri sendiri.

Saya ingin bertanya kepada setiap orang yang percaya kepada Tuhan, sudahkah Anda belajar berdoa? Pernahkah Allah mengabulkan doa Anda? Jika tidak pernah, itu tidak wajar. Berdoa bukan berbicara kepada udara. Tujuan berdoa ialah agar doa itu dikabulkan. Doa-doa yang tidak dikabulkan adalah doa-doa yang sia-sia. Setiap orang Kristen wajib belajar agar doa-doanya dikabulkan. Kalau Anda sudah percaya kepada Tuhan, doa Anda seharusnya diterima oleh Allah. Jika tidak, doa itu percuma saja. Anda harus berdoa terus sampai doa Anda dikabulkan. Berdoa tidak saja untuk pembinaan rohani, bahkan untuk beroleh pengabulan Allah.

Berdoa adalah satu pelajaran yang tidak mudah dipelajari. Pada satu pihak, sekali pun seseorang telah menjadi orang Kristen tiga puluh atau lima puluh tahun, ia tetap belum bisa berdoa dengan baik; sebab berdoa memang bukan satu perkara yang sederhana. Namun di lain pihak, berdoa juga paling mudah; begitu mudahnya sehingga pada saat seseorang percaya kepada Tuhan, ia sudah bisa berdoa. Karenanya masalah berdoa dapat dikatakan paling dalam, namun juga paling dangkal. Dalamnya sedemikian rupa sehingga tidak habis kita pelajari seumur hidup. Banyak anak Allah ketika sampai pada akhir hidupnya masih merasa belum menyelesaikan pelajaran berdoa itu. Namun demikian, hal ini juga begitu dangkalnya, sehingga orang yang baru percaya saja sudah dapat melakukannya, dan doanya sudah dapat Allah kabulkan. Bila seseorang mempunyai permulaan yang baik pada waktu ia baru percaya, niscayalah doa-doanya sering Allah kabulkan. Sebaliknya, jika Anda tidak mempunyai permulaan yang baik, walaupun selang tiga atau lima tahun, doa Anda tetap tak pernah Allah kabulkan. Kalau dasarnya tidak baik, dan kelak ingin memperbaikinya, harus menghabiskan tenaga yang sangat besar. Itulah sebabnya mengapa begitu seseorang percaya Tuhan, ia harus belajar berdoa, dan beroleh pengabulan Allah. Semoga setiap orang yang percaya Tuhan menaruh perhatian atas masalah.

II. SYARAT-SYARAT UNTUK MEMPEROLEH PENGABULAN DOA

Banyak syarat untuk beroleh pengabulan doa yang dapat kita jumpai dalam Alkitab. Tetapi di antaranya hanya beberapa saja yang merupakan syarat utama. Saya yakin, bila kita menuruti cara-cara ini, doa-doa kita akan beroleh pengabulan. Saya pun percaya, syarat-syarat ini cocok bagi mereka yang pernah berdoa bertahun-tahun, dan ini adalah syarat utama yang mutlak harus kita perhatikan.

1. Harus Meminta

Setiap doa harus merupakan permintaan atau permohonan yang sesungguhnya di hadapan Allah. Ada seorang saudara, setelah beroleh selamat, ia berdoa setiap hari. Pada suatu hari, seorang saudari bertanya kepadanya, “Apakah doa-doamu pernah Allah kabulkan?” Mendengar ini, ia merasa heran, sebab ia hanya tahu berdoa saja, tak tahu bahwa doa itu dapat dikabulkan. Sejak saat itu ia mulai menuntut agar doanya Allah kabulkan. Kemudian ia menyadari bahwa dulu doa-doanya tak bermakna, sebab doa-doanya itu sangat hampa, tanpa perasaan dan seolah-olah tidak dikabulkan pun tidak mengapa. Ini tak ubahnya dengan memohon matahari terbit; didoakan ia terbit, tidak didoakan ia tetap terbit. Saudara ini telah menjadi orang Kristen satu tahun lamanya, tidak ada satu pun doanya yang Allah kabulkan. Jadi ia hanya bersujud sambil mengucapkan perkataan melulu, tidak mengucapkan suatu permintaan. Itu sesungguhnya sama dengan tidak meminta.

Tuhan berkata, “Ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” Jika Anda mengetuk dinding, Tuhan mustahil membukakan dinding bagi Anda. Namun, jika Anda mengetuk pintu dengan sungguh-sungguh, Tuhan pasti akan membukakan pintu bagi Anda. Jika Anda berkata Anda mau masuk, Tuhan pasti mengizinkan Anda masuk. Tuhan juga berkata, “Carilah, maka kamu akan mendapat.” Misalkan di sini ada suatu benda, di sana juga ada suatu benda, yang manakah yang Anda inginkan? Anda harus mencari benda yang tertentu, jangan yang ini boleh, yang itu pun boleh. Allah ingin tahu, sebenarnya mana yang Anda inginkan, dan mana yang Anda minta, barulah Allah memberikannya kepada Anda. Meminta berarti menghendaki dengan tekun dan sungguh-sungguh. Anda harus memohon atau meminta, inilah arti mencari atau mengetuk pintu. Misalkan sekarang Anda meminta sesuatu kepada ayah Anda, Anda harus menyebutkan barang itu. Kalau Anda pergi ke toko obat, Anda harus mengatakan obat apa yang Anda inginkan. Anda pergi ke pasar, Anda pun harus mengatakan sayur apa yang hendak Anda beli. Anehnya, ada orang berdoa kepada Allah tanpa mengatakan apa yang dimintanya. Di sini Tuhan mengatakan bahwa Anda harus meminta sesuatu, bahkan harus dengan tekun dan sungguh hati. Ketika Anda berdoa, Anda harus mengutarakan apa kekurangan Anda dan apa yang Anda inginkan. Janganlah seenaknya mengucapkan doa yang “borongan”, lalu dikabulkan atau tidak, Anda tidak peduli.

Setiap orang yang baru percaya harus belajar satu pelajaran, “berdoa”, dan harus berdoa dengan satu sasaran tertentu. “Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa” (Yak. 4:2). Banyak orang berdoa, namun tidak ada yang diminta. Meskipun telah menghabiskan waktu satu jam atau dua jam, bahkan delapan atau sepuluh hari di hadapan Allah, tapi tanpa meminta apa-apa, itu percuma saja. Anda harus belajar meminta sesuatu di hadapan Allah, harus mengetuk pintu dengan sungguh-sungguh. Setelah Anda melihat dengan tepat rumah mana yang hendak Anda masuki, ketuklah pintu itu dengan mantap. Anda harus khusus mencari barang tertentu, bukan menghendaki barang yang mana saja. Janganlah seperti beberapa saudara saudari yang berdiri dan berdoa dalam sidang sampai dua puluh menit, bahkan setengah jam, namun tanpa mengetahui apa yang dimohon dalam doanya itu. Banyak orang belajar berdoa yang panjang-panjang, namun tanpa meminta sesuatu, sungguh suatu hal yang ganjil.

Anda harus belajar berdoa dengan tekun dan khusus. Anda tahu apakah doa Anda dikabulkan atau tidak. Jika tidak demikian, Anda akan acuh tak acuh terhadap pengabulan Allah, dan tak dapat berdoa lagi bila menjumpai kesulitan di kemudian hari. Doa model borongan tidak akan berkhasiat pada saat ada kebutuhan yang sesungguhnya. Kalau doanya borongan, sedangkan kesulitannya khusus, mustahil dapat mengatasi kesulitan itu. Harus berdoa dengan tekun dan khusus, barulah dapat mengatasi kesulitan yang khusus pula.

2. Jangan Salah Berdoa

Kita harus berdoa atau meminta di hadapan Allah, tetapi harus disertai syarat kedua, yakni jangan salah berdoa. “Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa” (Yak. 4:3). Doa kita kepada Allah seharusnya hanya dikarenakan kita mempunyai keperluan yang sesungguhnya, jangan berdoa sembarangan, yakni tanpa alasan atau di luar batas keperluan. Janganlah menuruti hawa nafsu daging dan seenaknya meminta sesuatu di luar keperluan. Jika demikian, doa kita akan sia-sia belaka. Memang kadangkala Allah mengaruniakan sesuatu kepada kita “jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan” (Ef. 3:20). Ini adalah masalah lain.

Salah berdoa berarti meminta sesuatu di luar kapasitas Anda, di luar kebutuhan Anda, atau di luar kekurangan Anda yang sesungguhnya. Jika ada keperluan, Anda boleh berdoa kepada Allah, tetapi kalau keperluan Anda hanya sebanyak itu, Anda harus meminta sebanyak itu pula. Bila Anda meminta lebih daripada yang Anda perlukan, itu berarti salah berdoa. Kalau Anda mempunyai kebutuhan yang besar, Anda patut meminta kepada Allah sesuai dengan kebutuhan tersebut. Tetapi jika keperluan Anda tidak begitu banyak, namun Anda meminta begitu banyak, itu pun salah berdoa. Anda hanya patut berdoa menurut kapasitas keperluan atau kekurangan Anda. Jika Anda seenaknya meminta ini dan itu, Anda tidak akan beroleh pengabulan Allah. Salah berdoa sama halnya dengan seorang anak umur empat tahun berkata kepada ayahnya, “Ayah, berilah aku bulan yang di langit itu.” Allah tidak senang mendengar permintaan atau doa yang salah. Setiap orang Kristen harus belajar berdoa dalam ruang lingkup yang wajar, jangan membuka mulut dengan sia-sia, yaitu berdoa di luar kebutuhan yang sesungguhnya.

3. Harus Menanggulangi Dosa

Adakalanya walaupun kita telah berdoa, dan tidak salah berdoa, namun Allah tetap tidak mengabulkan doa kita, apa sebabnya? Ini disebabkan ada suatu penghalang yang mendasar, yaitu ada dosa yang menyekat kita dengan Allah. Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar” (Mzm. 66:18). Bila seseorang dalam hatinya (perhatikan istilah “hati” ini) memperhatikan, menyayangi, atau menyimpan dosa yang jelas dan yang disadarinya, niscaya doanya mustahil Tuhan kabulkan. Dosa itulah rintangan besar yang menyebabkan Tuhan tidak mendengar doa kita.

Apa artinya “ada niat jahat dalam hatiku?” Ini berarti ada suatu dosa, yang oleh hati Anda tak rela Anda tinggalkan. Anda tahu Anda memiliki dosa itu, tetapi hati Anda tetap ingin menyimpannya. Jadi tidak saja Anda mempunyai kelemahan itu dalam kelakuan lahiriah Anda, bahkan memperhatikannya dalam niat hati. Ini berbeda dengan orang dalam Roma 7, walaupun ia mempunyai banyak kegagalan, tetapi hatinya membenci perbuatan-perbuatannya itu. Namun orang dalam ayat ini dalam hatinya justru memperhatikan dosa, enggan meninggalkan dosa. Jadi tidak saja ia tidak membuang dosa itu dari tingkah lakunya, hatinya pun enggan membuangnya. Akibatnya, doa-doa orang sedemikian tidak mungkin Tuhan kabulkan. Satu dosa saja cukup menghalangi pengabulan doa. Maka janganlah kita menyimpan suatu dosa di dalam hati, semua dosa harus kita akui sebagai dosa, dan harus kita letakkan di bawah darah Tuhan. Tuhan mau membelaskasihani kelemahan kita, namun Ia tidak dapat membiarkan hati kita mementingkan dosa. Sekalipun pada lahirnva Anda telah meninggalkan semua dosa, kalau hati Anda mementingkan dosa, enggan menanggalkan dosa, doa Anda tetap akan sia-sia. Maka sejak awal menjadi orang Kristen, Anda harus mohon rahmat Allah melindungi Anda agar Anda senantiasa suci dalam tingkah laku, tidak sampai terjerumus ke dalam dosa, dan agar hati Anda mutlak membenci segala dosa, sehingga tidak ada satu dosa pun yang tersimpan dalam hati Anda. Seandainya ada dosa dalam hati Anda, doa Anda akan sia-sia belaka, sebab Tuhan pasti tidak akan mendengarkan doa Anda.

Dalam kitab Amsal 28:13 dikatakan, Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi.” Setiap dosa harus diakui. Anda wajib berkata kepada Tuhan, “Tuhan, dalam hatiku ada satu dosa yang tetap kuperhatikan dan tak berdaya kutanggalkan, sekarang aku mohon Engkau mengampuni aku. Aku mau meninggalkannya, mohon Engkau menolong aku untuk meninggalkan dosa itu. Jangan biarkan dosa melekat pada diriku. Aku tidak menyukainya, dan aku menolaknya. Bila Anda mengaku dosa di hadapan Allah, niscaya Anda akan beroleh pengampunan, dan Tuhan akan melepaskan Anda. Dengan demikian barulah doa Anda Allah kabulkan. Jangan sekali-kali kita mengabaikan masalah ini. Tanpa berdoa tidak mungkin kita mendapatkan; salah berdoa, kita pun tidak akan mendapatkan. Sekalipun telah berdoa dan tak salah berdoa, bila hati kita masih menyenangi suatu dosa atau memperhatikan dosa, doa kita tetap tidak dapat Allah kabulkan.

4. Harus Percaya

Masih ada satu syarat lagi, yaitu harus percaya secara positif. Bila kita kurang percaya, doa kita akan tidak ada gunanya. Hal ini jelas sekali tercantum dalam Injil Markus 11, yaitu tiap doa harus beriman. Tuhan Yesus mengatakan, “Apa saja yang kamu doakan dan minta, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu” (Mrk. 11:24). Ketika Anda berdoa, Anda harus percaya. Bila Anda percaya bahwa apa yang Anda doakan itu “telah” Anda terima, maka Anda akan memperolehnya. Semoga setiap orang setelah percaya Tuhan satu minggu saja, sudah memahami makna kata “percaya”. Firman Tuhan di sini mengatakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu. Bukan percayalah bahwa kamu “pasti akan” menerima, tetapi percayalah bahwa kamu “telah” menerima. Di sini Tuhan mengatakan dua kali menerima, yang pertama telah menerima, yang kedua akan menerima. Jadi kata “percaya” yang diucapkan oleh Tuhan terkait pada kata “telah menerima”. Apakah percaya itu? Yaitu percaya bahwa kamu “telah menerima.”

Ada satu kesalahan yang sering dilakukan orang Kristen, yaitu memindahkan kata “percaya” dari “telah menerima” ke “akan menerima”. Ketika berdoa kepada Tuhan, mereka mengira kalau “percaya pasti akan menerima” itulah iman yang sangat besar. Mereka mengira iman yang luar biasa besarnya ialah bila mereka berdoa kepada Tuhan agar gunung ini dipindahkan ke laut, dan percaya bahwa hal itu pasti akan terjadi. Akan tetapi justru itu berarti memindahkan percaya dari “telah menerima” kepada “akan menerima”. Di sini Alkitab menerangkan, bahwa iman kita ialah percaya “telah menerima”, bukan percaya “akan menerima”. Kedua hal tersebut mutlak berlainan. Pelajaran ini tidak saja perlu dipelajari oleh orang yang baru percaya, bahkan oleh orang yang sudah lama percaya.

Jadi, percaya berarti Anda mempunyai suatu perasaan yang merasa bahwa Allah telah mengabulkan doa Anda; bukan Allah akan mengabulkan doa Anda. Ketika Anda berlutut sambil berdoa, saat itulah Anda berkata, “Terima kasih Allah, Engkau telah mengabulkan doaku. Syukur kepada Allah, masalah ini telah beres.” Itulah yang dimaksud “percaya telah menerima”, dan itulah arti percaya. Tetapi kalau setelah berdoa Anda berkata, “Aku percaya bahwa Allah pasti akan mengabulkan doaku,” itu tidak berarti percaya. “Percaya” yang demikian sekalipun Anda ulangi beberapa kali, tetap tak berkhasiat. Misalkan Anda mendoakan orang yang sedang menderita sakit, ia berkata “Puji syukur kepada Allah, aku telah disembuhkan!” Boleh jadi suhu badannya tetap tinggi, belum ada perubahan sedikit pun. Tetapi karena batinnya telah jelas, tentu tidak ada persoalan lagi. Namun bila ia berkata, “Aku percaya Tuhan pasti akan menyembuhkan sakitku.” Jika demikian, ia kemudian tetap harus memiliki banyak “percaya” lagi. Firman Tuhan tegas, yaitu “Percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.” Bukan “Percayalah bahwa kamu pasti akan menerima, maka hal itu telah diberikan kepadamu.” Perkataan ini jangan kita putar-balikkan. Saudara saudari, sudahkah Anda memahami kunci percaya ini? Percaya yang sejati selalu “sudah genap” dan selalu bersyukur kepada Allah, karena doa Anda telah dikabulkan.

Apakah percaya itu? Hal ini perlu kita bahas lebih lanjut. Misalnya tentang kesembuhan, dapat kita temukan contoh-contoh kongkrit dalam Injil Markus yang dapat menjelaskan apakah percaya itu. Dalam Injil Markus ada tiga kalimat yang sangat bermanfaat bagi doa kita. Pertama ialah masalah kekuatan Tuhan, kedua kehendak Tuhan, dan ketiga perbuatan Tuhan.

a) Masalah Kekuatan Tuhan — Allah Dapat

Marilah kita baca dulu Injil Markus 9:22, “Jika Engkau dapat berbuat sesuatu.” Di bawah kata-kata “jika Engkau dapat” boleh kita garis-bawahi, kemudian boleh kita tambah dengan tanda kutip dan tanda seru. Sekarang kita mulai dari ayat 21 — “Lalu Yesus bertanya kepada ayah anak itu: Sudah berapa lama ia mengalami ini? Jawabnya: Sejak ‘rasa kecilnya. Dan sering kali roh itu menyeretnya ke dalam api ataupun ke dalam air untuk membinasakannya. Tetapi itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami. Jawab Yesus: Katamu: jika Engkau dapat? Segala sesuatu mungkin bagi orang yang percaya!” Sang ayah itu berkata kepada Tuhan Yesus, “Jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami.” Lalu seturut kata-katanya Tuhan Yesus berkata, “Jika Engkau dapat?” Kata-kata “Jika Engkau dapat” yang diucapkan Tuhan adalah kata-kata sang ayah itu. Jadi Tuhan Yesus mengulangi perkataan sang ayah itu. Sang ayah berkata, “Jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami.” Sedang jawab Tuhan, “Jika Engkau dapat? Segala sesuatu mungkin bagi orang yang percaya!” Di sini bukan soal “Jika Engkau dapat,” melainkan percaya atau tidak percaya.

Masalah pertama yang harus diselesaikan ialah ketidak-percayaan kita terhadap kekuatan Allah. Hati kita penuh dengan kecurigaan atau prasangka ketika menghadapi kesulitan. Seolah-olah kekuatan kesulitan itu lebih besar daripada kekuatan Allah. Tetapi pada waktu sang ayah tadi meragukan kekuatan Allah, Tuhan menegurnya. Dalam Alkitab jarang sekali kita melihat Tuhan memutus perkataan orang seperti yang tercantum di sini. Jawab Tuhan, “Jika Engkau dapat?” Di sini seolah-olah Tuhan menjadi marah. Ketika sang ayah itu berkata, “Jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami.” Tuhan segera menegurnya, maksud-Nya, “Mengapa berkata, jika Engkau dapat? Apa itu, jika Engkau dapat?! Segala sesuatu mungkin bagi orang yang percaya! Ini bukan soal jika Engkau dapat, melainkan engkau percaya atau tidak. Mengapa engkau bertanya kepada-Ku dapat atau tidak?” Karena itu, ketika kita berdoa,kita harus menengadah kepada-Nya sambil berkata, “Tuhan, Engkau dapat!”

Dalam Markus 2 tercantum kisah Tuhan menyembuhkan orang yang lumpuh. Tuhan berkata kepadanya, “Hai anakKu, dosa-dosamu sudah diampuni!” Tetapi ada beberapa ahli Taurat berpikir dalam hatinya, “Mengapa orang ini berkata begitu? la menghujat Allah, siapa yang dapat mengampuni dosa selain Allah sendiri?” Dalam pandangan orang-orang itu hanya Allah sendiri yang dapat mengampuni dosa, tetapi Dia — Yesus, tidak dapat. Dan dalam pandangan mereka, pengampunan dosa itu suatu perkara yang sukar. Namun Tuhan berkata kepada mereka, “Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah yang lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosa-dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tikarmu dan berjalanlah?” Tuhan ingin memperlihatkan kepada mereka, bahwa perkara ini bagi manusia adalah soal dapat atau tidak, tetapi bagi Dia bukan soal dapat atau tidak, melainkan soal mana yang lebih mudah. Dalam pandangan manusia, baik pengampunan dosa maupun menyuruh orang lumpuh berjalan, kedua-duanya mustahil. Tetapi Tuhan memperlihatkan kepada mereka, tidak saja Ia dapat mengampuni dosa, bahkan Ia pun dapat menyuruh orang lumpuh itu berjalan. Semua sama mudahnya bagi Tuhan. Perbuatan Tuhan di sini menunjukkan bahwa “Allah dapat.

Karena itu, dalam doa kita ada satu butir yang harus kita kenal, yakni “Allah dapat”. Bagi Tuhan tiada perkara yang “mustahil”.

b) Masalah Kehendak Tuhan — Allah Mau

Memang benar Allah dapat, tetapi bagaimanakah kita mengetahui bahwa Allah mau menyembuhkan kita? Kita tidak mengetahui kehendakNya. Jika Tuhan enggan menyembuhkan kita, bagaimana jadinya? Mari kita melihat sebuah kisah lain. Dalam Markus 1:41 tercanturn perkataan demikian, “Lalu tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan. Ia mengulurkan tangan-Nya, menyentuh orang itu dan berkata kepadanya: Aku mau, jadilah engkau tahir.” Di sini kita melihat bukan masalah Allah dapat atau tidak, melainkan Allah mau atau tidak. Sekalipun kekuatan Allah itu sangat besar, jika Allah enggan menyembuhkan, apakah gunanya bagi kita? Jika Allah tidak berniat menyembuhkan sakit kita, tak peduli betapa besar kekuatan-Nya, itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan kita. Jadi, masalah pertama yang harus dibereskan ialah “Allah dapat”, sedang yang kedua ialah “Allah mau”. Tuhan Yesus berkata kepada orang yang sakit kusta itu, “Aku mau”. Kitab Perjanjian Lama menunjukkan kepada kita bahwa penyakit kusta adalah sejenis penyakit yang najis (Im. 13,14). Siapa saja menyentuh orang yang sakit kusta, ia akan najis. Kasih Tuhan sangatlah besar, karena itu Ia berkata, “Aku mau”. Tuhan lalu mengulurkan tangan-Nya, menyentuh orang itu, dan orang itu segera menjadi tahir. Orang yang sakit kusta berdoa kepada Tuhan, Tuhan mau mentahirkannya, masakan Tuhan tidak mau menyembuhkan sakit kita, masakan Tuhan tidak sudi mengabulkan doa kita? Maka kita dapat mengatakan, “Allah dapat”, “Allah mau”.

c) Masalah Perbuatan Tuhan — Allah Telah

Kita telah mengetahui “Allah dapat” dan “Allah mau”, tetapi masih kurang satu hal lagi yang harus kita ketahui, yaitu “Allah telah”. Untuk ini kita perlu kembali ke firman Tuhan yang pernah kita bahas di muka, yaitu firman dalam injil Markus 11:24 — “Apa saja yang kamu doakan dan minta, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.” Di sini dibicarakan masalah “Allah telah”.

Apakah iman? Iman tidak hanya percaya bahwa Allah dapat dan Allah mau, tetapi juga percaya bahwa Allah telah melakukan, Allah telah menggenapkan. Jika Anda percaya bahwa Anda telah menerima, maka hal itu akan diberikan kepada Anda. Jika Allah memberi firman kepada Anda, dan Anda dapat percaya, yakin dan tahu bahwa Allah dapat, Allah mau, maka niscayalah Anda dapat bersyukur kepada Allah dan berkata, “Allah telah melakukan!” Justru dalam hal ini banyak orang yang bingung, sehingga doanya tidak dikabulkan, sebab ia terus mengharap-harapkan memperoleh pengabulan. Pengharapan ialah perkara yang akan datang, sedang percaya itu perkara yang telah berlalu. Setiap iman yang sejati selalu berkata, “Puji syukur kepada Allah, Ia telah menyembuhkan sakitku! Syukur kepada Allah, aku telah mendapat! Syukur kepada Allah, aku telah tahir! Syukur kepada Allah, aku telah sembuh!” Maka ketika iman kita mencapai kesempurnaan, tidak saja kita dapat berkata, “Allah dapat”, “Allah mau”, bahkan “Allah telah melakukan”.

Allah telah mengabulkan doa! Allah telah melaksanakannya! Apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu. Seringkali iman kita adalah iman yang “akan menerima”, karena itu kita selalu tidak menerima. Kita seharusnya memiliki iman yang “telah menerima”. Iman selalu membicarakan “telah”,tidak membicarakan “akan”.

Baiklah kita mengambil satu perumpamaan yang sederhana: Misalkan ada seseorang telah mendengar Injil, Anda bertanya kepadanya, “Sudahkah Anda percaya kepada Tuhan Yesus?” Jawabnya, “Sudah”. Anda bertanya lagi, “Sudahkah Anda beroleh selamat?” Jawabnya, “Aku bisa beroleh selamat.” Kita tahu jawaban ini tidak cukup. Tanya lagi, “Sudahkah Anda diselamatkan.” Jawabnya, “Aku tentu bisa diselamatkan.” Jawaban ini juga tidak cukup. Sekali lagi Anda bertanya, “Benarkah Anda pasti beroleh selamat?” Jawabnya, “Aku kira aku pasti bisa beroleh selamat.” Setelah mendengar jawabannya, kita tetap merasa bahwa perasaan imannya itu tidak benar. la berkata “bisa” diselamatkan, “tentu bisa” beroleh selamat, atau “pasti bisa beroleh selamat”, semua itu menyatakan bahwa perasaannya tidak benar. Jika ia berkata “Ya, aku sudah beroleh selamat” perasaannya baru benar. Jika seseorang sudah percaya, ia pasti sudah beroleh selamat. Demikian pula, setiap iman adalah percaya kepada yang “telah”, sama dengan iman seseorang ketika ia beroleh selamat. Begitu percaya harus segera berkata, “Puji syukur kepada Allah, aku sudah menerima!” Ketiga butir ini harus kita pegang teguh: Allah dapat, Allah mau dan Allah telah.

Iman bukan sugesti, melainkan karena kita telah memperoleh firman Allah, sehingga percaya dengan pasti, bahwa Allah dapat, Allah mau, dan Allah telah. Sebelum beroleh firman Allah, jangan sekali-kali kita mencobai Allah dengan menyerempet bahaya rohani atau melakukan petualangan rohani. Sugesti bukan iman. Setiap sakit yang beroleh kesembuhan ilahi karena iman sejati, tidak takut diperiksa dokter (Mrk 1:44). Jika seseorang benar-benar telah mendapat kesembuhan ilahi dan diperiksa oleh dokter, pasti terbukti bahwa itu bukan sugesti, melainkan benar-benar telah mendapat kesembuhan.

Ada dua langkah yang perlu diperhatikan oleh saudara saudari yang baru percaya dalam permulaan berlatih berdoa. Pertama, berdoa dari belum ada janji sampai beroleh janji, atau berdoa dari belum ada firman Allah hingga beroleh firman Allah. Setiap doa, pada awalnya selalu memohon kepada Allah, dan berdoa terus-menerus, sekalipun memakan waktu tiga atau lima tahun lamanya, harus berdoa terus. Adakalanya doa kita baru lewat semenit saja, sudah dikabulkan Allah, tetapi ada juga yang belum dikabulkan walau sudah bertahun-tahun. Ini adalah periode berdoa atau memohon. Sedang langkah kedua ialah berdoa dari setelah beroleh janji sampai terwujudnya janji itu, atau dari setelah beroleh firman hingga terlaksananya firman itu. Inilah periode memuji. Dalam periode ini tidak seharusnya memohon lagi, melainkan harus memuji. Jadi tahap pertama ialah berdoa, tahap kedua ialah memuji Tuhan. Kalau pada tahap pertama kita berdoa dari tiada firman sampai menerima firman, maka pada tahap kedua kita berdoa dari memiliki firman hingga memuji-muji Tuhan, dan terus memuji sampai menerima apa yang kita doakan itu. Itulah rahasia berdoa.

Ada orang yang hanya mengenal doa dalam dua tahap saja: pertama, ia tidak memiliki sesuatu, karena itu ia berlutut berdoa; kedua, ia menerima sesuatu, yaitu Allah memberikan apa yang didoakannya itu. Misalnya aku datang ke hadapan Tuhan, memohon agar Ia memberiku sebuah arloji, beberapa hari kemudian Tuhan benar-benar mengaruniakan arloji itu kepadaku. Itulah artinya berdoa dari hampa tangan sampai menerima sesuatu, itu hanya dua tahap. Mereka tidak mengenal di antaranya ada satu tahap lagi, yaitu tahap iman. Aku berdoa untuk sebuah arloji, pada suatu hari aku berkata, “Syukur kepada Allah, la telah mengabulkan doaku. Batinku jelas aku sudah menerimanya; walau kedua tanganku masih kosong, tetapi beberapa hari lagi arloji itu pasti sudah kumiliki.” Kita jangan hanya nampak dua tahap saja: ada arloji dan tidak ada arloji, tetapi wajib pula nampak tiga tahap: di antara ada dan tidak ada arloji, masih ada tahap Allah memberiku firman dan janji, dan aku percaya, aku pun gembira. Boleh jadi tiga hari kemudian aku baru menerima arloji itu. Tetapi dalam rohku, aku sudah menerimanya tiga hari sebelumnya. Orang Kristen harus memiliki penerimaan di dalam roh yang sedemikian. Tanpa perasaan penerimaan di dalam roh yang demikian, itu berarti tidak memiliki iman.

Kiranya setiap orang yang baru percaya dapat memahami apakah iman itu, dan mau belajar berdoa. Mungkin Anda telah berdoa tiga hari, lima hari, sebulan, bahkan setahun, terus berdoa, masih tetap hampa tangan, namun di dalam hati telah ada sedikit kepastian, dan merasa perkaranya telah sukses; pada saat ini Anda harus memuji Allah, sampai Anda menerima perkara yang Anda doakan itu. Singkatnya, tahap pertama ialah berdoa dari hampa tangan sampai beriman, kedua, memuji dari beriman hingga mendapatkan apa yang Anda doakan.

Mengapa harus terbagi dalam dua tahap? Sebab telah kita berdoa dari hampa tangan sampai beroleh iman, kalau kita mengulangi doa itu, iman kita malah akan pudar. Maka bila telah beroleh iman, segeralah memuji Allah. Seandainya kita berdoa lagi, itu akan berarti berdoa dari beriman sampai tak beriman, akhirnya tidak mendapatkan sesuatu. “Akan menerima” itulah penerimaan dalam tangan, sedang “telah menerima” itulah penerimaan dalam roh. Setelah beroleh iman, walau barangnya belum ada, kita harus mendesak-Nya melalui memuji, jangan mendesak-Nya dengan doa lagi. Karena Allah telah berfirman akan mengabulkan doa kita, apa lagi yang perlu kita doakan? Kalau batin Anda telah yakin dengan pasti bahwa Anda “telah menerima”, untuk apa Anda memohon lagi? Hal ini banyak dialami orang Kristen, yaitu berdoa hingga beriman, kemudian tidak berdoa lagi, melainkan hanya dapat berkata, “Oh Tuhan, terpujilah Engkau!” Berpegang pada iman itulah kita berkata, “Terpujilah Engkau, ya Tuhan, karena Engkau telah mengabulkan doaku”; atau “Puji Tuhan sebulan yang lalu Engkau telah mengabulkan doaku.” Jika demikian, niscayalah Anda telah menerima. Sayang sekali, banyak orang kekurangan pengenalan ini. Allah telah memberi janji, namun ia tetap mendoakan, dan berdoa hingga imannya lenyap. Itulah suatu kerugian yang sangat besar.

Sungguh alangkah mustika kata-kata dalam Markus 11:24 ini. Dalam seluruh kitab Perjanjian Baru tidak ada ayat lain yang menjelaskan makna iman setuntas ayat tersebut. “Apa: saja yang kamu doakan dan minta, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.” Bila kita nampak masalah ini, dan juga mengetahui apa arti berdoa, maka hal doa atas diri kita akan menjadi hal yang hebat.

5. Harus Terus Berdoa

Ada lagi satu butir dalam berdoa yang wajib diperhatikan, yaitu harus dilakukan secara terus-menerus, jangan berhenti. Dalam Injil Lukas 18:1 dikatakan, “Harus selalu berdoa tanpa jemu-jemu.” Adakalanya doa harus dilakukan terus-menerus, sampai seolah-olah membuat Tuhan repot dan tidak dapat tidak mengabulkan doa kita. Ini juga merupakan satu iman lagi. Kata Tuhan, “Jika Anak Manusia itu datang, apakah la akan mendapati iman di bumi?” (Luk. 18:8). Iman di sini walaupun tidak sama dengan yang disebut di depan, tetapi tidak bertentangan. Kalau Markus mengatakan harus berdoa sampai beroleh iman, maka di sini harus selalu berdoa tanpa jemu-jemu, yaitu percaya bahwa doa kita di hadapan Allah yang tak henti-hentinya ini pada suatu hari tak dapat tidak Allah kabulkan. Beroleh janji atau tidak, tidak kuhiraukan, pokoknya aku ingin berdoa sampai Allah tidak dapat tidak mengabulkannya.

Banyak orang yang doanya tidak dapat diandalkan. Mereka hanya berdoa sehari atau dua hari, setelah lewat tiga bulan sudah dilupakan. Bahkan ada juga yang doanya tidak pernah diulangi, seolah-olah tidak pernah berdoa sama sekali. Coba Anda hitung, berapakah dari doa Anda yang Anda ulangi sampai dua kali, tiga kali, lima kali, atau sepuluh kali? Tidakkah banyak doa yang Anda sendiri lupa, kalau demikian mungkinkah Allah mau mengabulkan? Kalau Anda berdoa tanpa minat, mungkinkah Allah berminat mengabulkan doa Anda? Anda sendiri telah melupakan doa Anda itu, bagaimanakah Allah mau mengingatnya? Sebenarnya Anda sama sekali tidak berminat. Anda harus berkemauan dengan tulus murni, baru bisa mendoakannya terus. Berdoa terus-menerus itu hanya dapat kita lakukan jika kita berada dalam kondisi terdesak, atau dalam keadaan yang sangat memerlukan, dan dalam perasaan yang amat tergerak. Setelah lewat sepuluh tahun pun mungkin tak terlupakan: “Ya Tuhan, bila Engkau tidak melakukannya, aku akan mendoakannya terus.”

Jika Anda ingin memohon sesuatu, Anda boleh merepotkan Allah. Dan jika Anda benar-benar mengingin- kannya, Anda wajib minta terus sampai beroleh pengabulan dari Allah. Terus berdoa sampai Allah tak berdaya, dan tak dapat tidak mengabulkan doa Anda.

III. CARA MEMPRAKTEKKAN DOA

Setiap orang Kristen paling baik menyediakan sejilid buku doa untuk setahun. Buku itu harus dicatat seperti kita mencatat buku kas, atau pembukuan. ‘Tiap halaman dibagi dalam empat kolom, kolom pertama untuk mencatat tanggal mulai berdoa, kolom kedua untuk mencatat perkara yang didoakan, kolom ketiga mencatat tanggal pengabulan, dan kolom keempat mencatat proses pengabulan Allah. Dengan ini Anda akan mengetahui berapa banyak doa Anda dalam setahun, dan berapa pula yang telah dikabulkan. Orang Kristen yang baru percaya perlu menyediakan buku doa semacam ini. Kalau saudara saudari yang telah lama percaya kepada Tuhan mau menyediakan buku doa, ini juga suatu hal yang baik.

Buku catatan doa ini sangat besar manfaatnya, yaitu dapat mengetahui apakah doa-doa kita dikabulkan atau tidak. Bila Allah menghentikan pengabulanNva, itu menunjukkan ada suatu penyakit pada diri kita. Bila orang Kristen ingin bergairah melayani Tuhan, itu memang suatu hal yang sangat baik. Tetapi bila doanya tidak dikabulkan Allah, ia akan tidak berguna. Karena jika jalan kita yang menuju kepada Allah tidak lancar, yang menuju kepada manusia pun takkan lancar; bila kita di hadapan Allah tak berkekuatan, demikian pula di hadapan manusia. Maka kita harus menuntut menjadi orang yang perkasa di hadapan Allah, barulah kita berguna di hadapan manusia.

Ada seorang saudara pernah mencatat sebanyak 140 nama orang untuk didoakan keselamatannya. Ada yang baru dicatatnya pagi hari, sorenya sudah beroleh selamat. Setelah lewat delapan belas bulan, hanya dua orang yang belum diselamatkan. Ini satu teladan yang sangat baik. Kiranya Allah mendapatkan lebih banyak orang Kristen yang demikian. Dan, kiranya kita mau mempraktikkan cara ini. Berapa doa kita, berapa pengabulan Allah, harus kita catat dalam buku doa tersebut satu per satu. Dan sebelum doa-doa yang tercatat dalam buku itu beroleh pengabulan, kita harus mendoakannya terus. Kecuali Allah menunjukkan bahwa doa kita tidak sesuai dengan kehendak-Nya, barulah kita menghentikannya. Selain itu, harus didoakan sampai beroleh pengabulan, sedikit pun jangan lengah. Sejak semula kita harus berlatih dengan ketat. Kita harus belajar menjadi orang yang teliti di hadapan Allah. Doa kita harus dilakukan terus sampai beroleh pengabulan.

Sewaktu Anda menggunakan buku doa, Anda harus memperhatikan satu hal, yakni ada sebagian urusan yang harus didoakan setiap hari, ada pula yang didoakan sekali sepekan secara bergilir, itu tergantung pada jumlah perkara yang Anda doakan. Jika yang Anda doakan sedikit, setiap perkara boleh Anda doakan menurut catatan dalam buku itu. Tetapi jika perkaranya agak banyak, Anda harus mengaturnya; misalnya pada hari Senin mendoakan dari nomor sekian sampai nomor sekian; hari Selasa dari nomor sekian sampai nomor sekian. Hari demi hari harus melakukan doa dalam waktu-waktu yang tetap, sama halnya dengan Anda membagi waktu untuk mengerjakan urusan lain. Buku doa adalah untuk doa-doa yang tetap atau khusus. Buku itu boleh Anda taruh bersama Alkitab dan buku kidung, agar mudah dipakai setiap hari. Selang beberapa saat, boleh Anda hitung, berapa banyak doa yang telah terkabul, dan berapa yang masih belum terkabul. Jika Anda melakukan hal ini dengan tekun, tentu akan mendatangkan banyak berkat.

Mengenai doa yang diajarkan Tuhan dalam Matius6, doa yang disinggung dalam 1 Timotius 2, dan doa memohon terang, hayat, kasih karunia dan talenta untuk gereja, itu merupakan perkara besar, jangan disejajarkan dengan doa biasa, melainkan didoakan di hadapan Allah setiap hari.

Doa mempunyai dua pihak: yakni yang mendoakan dan yang didoakan. Seringkali jika kita ingin melihat perubahan pada pihak yang didoakan, maka pihak yang mendoakan harus terlebih dulu mengalami perubahan. Kalau keadaan pihak sana selalu tak berubah, maka pihak sini harus berdoa di hadapan Allah, “Tuhan, perubahan apakah yang kuperlukan? Dosa apakah yang belum kutanggulangi? Hobi apakah yang wajib kutanggalkan? Mungkinkah aku belum belajar beriman dengan sesungguhnya? Ataukah ada sesuatu lainnya yang perlu kupelajari?” Jika pihak kita perlu perubahan, wujudkanlah lebih dulu. Jangan selalu mengharapkan pihak yang didoakan itu yang berubah, sedangkan kita, pihak yang mendoakan, tidak mau berubah.

Begitu seseorang percaya Tuhan, wajiblah ia mempelajari pelajaran doa dengan seksama. Pelajaran doa ini harus dipelajari lebih dulu sebaik-baiknya, barulah ia dapat mengenal Allah lebih dalam, dan barulah ia bisa memiliki masa depan rohani yang kaya limpah.

15 || KESATUAN

 KESATUAN

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

I. KEPALA, TUBUH DAN ANGGOTA TUBUH, SEMUA ADALAH KRISTUS

Dalam pembahasan kali ini, kita akan melihat satu perkara yaitu masalah “kesatuan”. Seperti telah kita ketahui, bahwa Tubuh Kristus terekspresi di bumi. Paulus memberitahu orang Korintus, “Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus” (I Korintus 12:12). Paulus tidak mengatakan, “. . . demikian pula Kristus dan gerejaNya”, atau “. . . demikian pula Kristus dan umatNya”, melainkan “. . . demikian pula KristusDengan kata lain, kepala adalah Kristus, Tubuh juga Kristus, anggota tubuh pun Kristus. Karena itu ia mengatakan, “Tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus”. Perkataan ini dengan jelas memperlihatkan kepada kita, bahwa Kepala, Tubuh dan anggota, semua adalah Kristus.

Tatkala Paulus berjumpa- dengan terang dalam perjalanan mendekati kota Damsyik, Tuhan bersabda kepadanya, “Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?” Saulus menjawab, “Siapakah Engkau, Tuhan?” JawabNya, ‘Akulah Yesus yang kauaniaya itu.” ‘Aku” ini berada di sorga. Bagaimana Paulus yang membawa surat kuasa dari imam besar di bumi dapat menganiaya Yesus, orang Nazaret yang duduk di sebelah kanan Bapa di sorga? Di sinilah kita nampak kesatuan Tubuh Kristus. Kepala, Tubuh dan anggota Tubuh, semua adalah Kristus. Itulah sebabnya, ketika Saulus menganiaya gereja di bumi, Tuhan tidak bertanya kepadanya, “Mengapa engkau menganiaya gerejaKu?” atau “Mengapa engkau menganiaya umatKu?” melainkan “mengapa engkau menganiaya Aku?” Sebab dengan berbuat begitu berarti Paulus menganiaya Tuhan. Ini membuktikan, Kristus dengan gereja, adalah satu.

II. KESATUAN ADALAH PERKARA
HARI INI DI BUMI

1. Tubuh Kristus Berada di Bumi

Kristus ini jelas berada di bumi, sebab Ia dapat dianiaya orang. Jadi, Tubuh Kristus ini berada di bumi. Tubuh yang dikatakan “. . . demikian pula Kristus” dalam I Korintus 12 berada di bumi. Tubuh yang dikatakan di sini, walaupun satu, tapi beranggota banyak, dan walaupun beranggota banyak, tetap merupakan satu Tubuh. Tubuh ini berada di bumi, sebab ia dapat dianiaya orang. Saulus menganiaya Tubuh yang di bumi ini, tetapi Tuhan mengatakan ia menganiaya DiriNya. Ini membuktikan, Tubuh tersebut berada di bumi.

Perkara ini mengandung suatu hubungan yang sangat besar. Tubuh Kristus itu satu; Kristus hanya memiliki satu Tubuh. Karena itu, perkara kesatuan bukanlah perkara yang baru ternyata kelak di sorga, melainkan sudah dapat dinyatakan di bumi pada hari ini juga. Di bumi ini, Tubuh itu satu. Satu Korintus 12 memperlihatkan Tubuh Kristus, di dalamnya tercantum sebuah kalimat yang mengatakan, “Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita” (I Korintus 12:26). Ini pun jelas menunjukkan, Tubuh Kristus adalah satu “benda” yang berada di bumi. Kalau ia berada di sorga, ia hanya mungkin bersukacita, tidak mungkin menderita. Anda tak dapat mengatakan, “Jika satu anggota menderita di sorga.” Satu anggota menderita, seluruh Tubuh turut menderita, ini jelas menunjukkan, Tubuh berada di bumi. Hanya di bumilah baru ada kemungkinan satu anggota menderita, seluruh Tubuh turut menderita. Jadi, kesatuan Tubuh Kristus bukan satu perkara di sorga kelak, melainkan perkara di bumi hari ini.

 2. Kesatuan Adalah Perkara
Di Dunia Pada Hari Ini

Doa Tuhan Yesus dalam Yohanes 17 ditujukan kepada kesatuan gereja di bumi, kataNya, “Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku” (ayat 21). Jika kita memberi tanda kurung mulai dari kata “sama seperti . . .” hingga “agar mereka juga di dalam Kita”, kita akan nampak dengan jelas, bahwa Tuhan mengharapkan gereja menjadi satu, supaya dunia percaya. Jika yang percaya itu dunia, jelaslah bahwa kesatuan ini berada di hadapan orang dunia. Tuhan mengharap agar orang dunia dapat percaya. Ini membuktikan, bahwa kesatuan merupakan perkara di dunia pada hari ini.

Jadi, problema pertama yang harus kita pecahkan ialah kesatuan orang Kristen bukan masalah di sorga kelak, melainkan masalah di bumi, di dunia, pada hari ini. Kelak di sorga, semua orang Kristen pasti menjadi satu. Namun, kesatuan orang Kristen bukan diekspresikan dan dilaksanakan kelak di sorga, melainkan hari ini di bumi. Perkara ini harus saudara saudari ketahui dengan jelas. Sebab, ada orang yang akan berkata kepada Anda, “Anda tidak perlu mengkhawatirkan masalah kesatuan gereja, jangan pula mencemaskan masalah kesatuan orang Kristen, pasti pada suatu hari kelak, yaitu di sorga, semuanya akan menjadi satu!” Ketahuilah, itu adalah perkara di hadapan Tuhan, namun hari ini yang Tuhan inginkan ialah kesatuan kita di bumi, dan hal ini menjadi tanggung jawab kita. Jangan mengira kita baru menjadi satu kelak di sorga. Kesatuan orang Kristen seharusnya diekspresikan hari ini juga di bumi. Inilah perkara utama yang wajib kita perhatikan pada hari ini.

III RUANG LINGKUP KESATUAN TAK DAPAT LEBIH BESAR DARIPADA TUBUH

 1. Ruang Lingkup Kesatuan Gereja
Hanya Seluas Tubuh

Berbicara mengenai kesatuan, banyak yang berkonsepsi demikian: “Kita boleh bersatu dengan setiap orang yang mengaku dirinya sebagai orang Kristen, tak peduli ia umat Allah atau bukan, tak peduli ia memiliki hayat atau tidak, dan tak peduli ia adalah anggota Tubuh Kristus atau bukan.” Namun, kesatuan yang Alkitab perlihatkan kepada kita adalah kesatuan Tubuh. Hari ini, kesatuan yang dicanangkan banyak orang ialah kesatuan yang melampaui ruang lingkup Tubuh; di dalamnya merangkum benda-benda mati dan benda-benda di luar Tubuh. Kesatuan semacam itu tidaklah dibenarkan oleh firman Allah.

Karena itu, di sini saya ingin menegaskan: Kesatuan Tubuh barulah terhitung sebagai kesatuan gereja. Kesatuan gereja hanya beruang-lingkupkan Tubuh, tak dapat diperluas hingga keluar dari Tubuh. Ini berarti kita tidak dapat menjadi satu dengan sembarang orang yang memakai sebutan agama Kristen atau orang Kristen. Firman Allah tidak menetapkan dan mengatakan demikian.

2. Gandum Tak Dapat
Menjadi Satu Dengan Lalang

Tidak sedikit orang yang senang mengutip Matius 13. Mereka berkata, “Dalam perumpamaan kedua dalam Matius 13 itu, Tuhan berfirman kepada kita, ketika Dia meninggalkan dunia ini ibarat waktu tidur, lalu datanglah musuh menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbutir, nampak jugalah lalang itu. Lalu hamba-hamba tuan ladang berkata kepada tuannya, maukah tuan supaya kami mencabut lalang itu? Tuan itu berkata, biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu, para penuai akan mengikat lalang itu untuk dibakar, sedang gandum akan disimpan dalam lumbung. Banyak orang yang salah mengerti, mengira kesatuan itu adalah kesatuan antara gandum dengan lalang, bukan hanya kesatuan gandum semata. Ketahuilah, dalam ayat itu Tuhan bukan membicarakan masalah kesatuan, bukan mengatakan, bahwa orang yang beriman harus dicampur-baurkan dengan orang yang tidak beriman, melainkan orang yang beriman tidak seharusnya “membunuhi” orang yang tak beriman. Seperti halnya Roma Katolik, mereka pernah berusaha mencabut lalang, yaitu mencabut apa yang mereka sebut “orang bidat”. Kita tahu, bahwa mereka tidak saja keliru dalam prinsipnya, mereka pun keliru dalam perkaranya. Mereka tidak saja mencabut lalang, gandum pun mereka cabut. Mereka keliru baik pada prinsipnya maupun pada faktanya. Sebab mereka pernah menganggap ajaran Kristen (Protestan) itu bidat.

Di sini perintah Tuhan bukan berarti lalang-lalang itu harus dicabut dari dalam dunia ini, melainkan harus dipisahkan dari dalam gereja. Kata “biarlah keduanya bertumbuh bersama sampai waktu menuai,” bukan berarti membiarkan keduanya bertumbuh bersama di dalam gereja, melainkan di ladang — dunia (Dalam perumpamaan pertama, ladang melambangkan dunia). Dengan kata lain, kita tidak perlu menyingkirkan orang Kristen gadungan dari dalam dunia, atau membunuhi mereka seperti yang pernah diperbuat oleh Roma Katolik, melainkan membiarkan mereka hidup dalam dunia ini. Tapi ini tidak berarti kesatuan orang Kristen merangkum lalang-lalang itu.

a. Gereja Tak Seharusnya Menerima
Orang Yang Tak Beriman

Dalam apa yang disebut kelompok, agama dan denominasi Kristen dewasa ini, terdapat banyak orang yang tak beriman. Mereka menerima dan menampung orang-orang yang tak beriman, itu berarti menerima lalang di dalam gereja. Tuhan tidak mengatakan menerima lalang di dalam gereja, melainkan membiarkannya di dalam ladang, yakni dunia. Kesatuan orang Kristen yang Tuhan kehendaki ialah kesatuan yang wajib kita pertahankan di dalam gereja, bukan di dalam dunia.

Hari ini ada banyak orang, seperti penganut-penganut Roma Katolik dulu, yang tidak membiarkan lalang hidup di dalam dunia, mereka ingin mencabut lalang dari bumi; itu adalah perbuatan yang ekstrim. Namun, ada juga ekstrim lainnya, yaitu seperti yang dilakukan oleh kelompok atau organisasi kekristenan tertentu, yang menerima orang-orang yang tak beriman ke dalam gereja. Jika Anda meneliti semua gereja negara, Anda akan nampak, asalkan seseorang adalah warganegara atau dilahirkan oleh orang warganegara itu, ia sudah boleh dibaptis dan masuk gereja mereka. Orang yang dilahirkan di negara itu, otomatis boleh menjadi orang Kristen negara itu. Lihatlah, betapa mereka telah membuka pintu gereja sedemikian lebarnya, sehingga mencakup orang yang tak beriman. Perbuatan ini tidak benar.

b. Gereja Tidak Dapat Mencakup Terlalu Besar

Bahkan John Wesley sendiri, dalam naskah anggaran dasar gereja Methodisnya, mencantumkan kalimat sebagai berikut: “Orang yang ingin terhindar dari angkara murka yang akan datang, boleh menjadi anggota gereja Methodis.” Ketahuilah, kalimat tersebut di atas terlalu luas. Memang, dalam banyak aspek kita tidak bisa menyamai John Wesley, ia adalah orang yang dipakai Allah secara besar-besaran. Banyak perkara yang belum kita pelajari; dibanding dengan Wesley, kita ketinggalan. Tetapi, kita boleh memberitahu dia, “Saudara, apakah kalimat saudara itu lingkupannya tidak terlalu besar?” Sebenarnya dalam gereja tidaklah tercakup setiap orang yang ingin terhindar dari angkara murka yang akan datang. Sebab pemeluk-pemeluk agama lainnya pun mengatakan bahwa mereka ingin terhindar dari angkara murka yang akan datang.

c. Kesatuan Orang Kristen Hanya Mencakup
Anak-Anak Allah

Apakah gereja itu? Gereja adalah orang-orang yang memiliki hayat Kristus; gereja adalah Tubuh Kristus. Karena itu, kesatuan orang Kristen hanya mencakup anak-anak Allah. Kesatuan orang Kristen tak mencakup orang Kristen gadungan; orang Kristen gadungan adalah orang milik dunia, belum beroleh kelahiran ulang, masih sebagai orang dosa di hadapan Allah; mereka tidak tercakup dalam gereja, jadi mereka tidak tercakup dalam kesatuan orang Kristen.

3. Masalah Prosedur dan Prinsip

Ada seorang hamba Tuhan, yang melayani Tuhan dalam kalangan denominasi, berkata kepada saya, “Kami tidak menolak orang yang beroleh selamat!” Saya berkata, “Tentu saja, kita tidak mengharapkan gereja mana pun menolak orang yang beroleh selamat. Tetapi yang ingin saya tanyakan ialah, “Apakah Anda menolak orang yang tidak beroleh selamat?” Jawabnya, “Kalian sungguh hebat, kalian dapat mengetahui siapa beroleh selamat, siapa tidak beroleh selamat; kami tak mampu.” Saya akui, jawabannya benar, tetapi saya berkata, “Saya tidak menanyakan, apakah Anda tahu siapa yang beroleh selamat dan siapa yang tidak beroleh selamat, melainkan jika Anda tahu seseorang itu tidak beroleh selamat, apakah Anda tetap menerimanya? Kami tidak memperselisihkan masalah fakta, melainkan masalah prinsip. Jadi yang kami persoalkan ialah, jika Anda mengetahui ada orang belum beroleh selamat, apakah Anda tetap menerimanya?” Akhirnya ia menjawab, “Sekalipun kami mengetahui, mungkin kami tetap menerimanya.” Ingatlah, pada prinsipnya jika suatu “gereja” menerima orang yang tidak beroleh selamat, itu bukanlah gereja. Kita tidak membicarakan soal fakta. Pada faktanya, apakah Simeon dalam Kisah Para Rasul beroleh selamat atau tidak, kita tidak tahu. Banyak orang yang kalau ditanya seolah-olah beroleh selamat, tetapi pada kenyataan mungkin keliru. Namun itu bukan masalah yang mendasar. Ada kelompok kekristenan yang sama sekali tidak mempedulikan apakah orang telah percaya dan beroleh selamat, atau tidak percaya dan beroleh selamat, semua mereka terima. Ini adalah problema yang mendasar.

Hari ini, persoalannya bukan bagaimana prosedurnya, melainkan bagaimana kita menetapkan prinsipnya. Misalnya, Anda menetapkan bahwa semua keturunan “X”, boleh menjadi orang “X”, ini adalah satu prinsip. Jika Anda keliru, sehingga bangsa lain pun Anda terima, itu adalah kekeliruan prosedur. Tetapi jika Anda menetapkan bangsa keturunan lain pun boleh menjadi orang “X”, itu berarti Anda telah mendongkel prinsipnya. Dari abad ke abad, memang banyak terjadi kekeliruan, kita pun sering keliru. (Semoga Allah membelaskasihani kita! Pada kita tidak ada sesuatu yang patut dibanggakan). Tetapi kita telah nampak, bahwa Tuhan sudah menetapkan satu prinsip, yaitu pintu gereja tidak dapat terbuka untuk menerima orang yang tidak beriman.

Karena itu, saudara saudari, tidak peduli kelompok kekristenan yang manapun, bila prinsip mereka terbuka lebar-lebar, sehingga orang yang percaya dan tidak percaya boleh masuk, itu bukanlah gereja, melainkan dunia. Bila suatu kelompok, di dalamnya ada gandum pun ada lalang, itu bukan gereja Allah. Dalam gereja, seluruhnya adalah orang-orang yang terpanggil keluar. Jika di situ ada orang yang sudah keluar, ada pula orang yang belum keluar, itu bukan gereja.

4. Harus Meninggalkan Kelompok Yang Kacau

Jika ada satu kelompok yang membuka pintu terlalu lebar, sehingga orang yang percaya maupun yang tidak percaya boleh masuk, kelompok itu bukanlah kelompok orang Kristen, dan kesatuannya bukan kesatuan orang Kristen. Karenanya, bila pada suatu hari Tuhan mencelikkan mata kita, kita harus meninggalkan kelompok itu. Ketahuilah, perbuatan kita yang sedemikian itu tidak berarti meninggalkan kesatuan orang Kristen; sebab kelompok tersebut sama sekali bukan kesatuan orang Kristen, melainkan kekacauan dan campur-aduk. Maka, kalau kita meninggalkannya, tidaklah berarti meninggalkan kesatuan orang Kristen. Terhadap kelompok atau organisasi yang mencakup orang yang beriman ditambah orang yang tak beriman, mencakup orang yang beroleh selamat dan orang yang tak beroleh selamat, keduanya bercampur-aduk menjadi satu, Allah memerintahkan agar kita “keluar dari antara mereka!”

a. Kita Adalah Bait Allah Yang Hidup

Dua Korintus 6:14-16 mengatakan, “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah yang terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait Allah yang hidup.” Kalian sendiri harus tahu, kalian tergolong manusia apa? Kalian adalah bait Allah yang hidup. Karena itu, kalian tidak bersangkut-paut dengan berhala apapun.

Menurut firman Allah ini: ‘Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umatKu”, kalian adalah bait Allah yang hidup, Allah akan diam di antara kalian dan hidup di tengah-tengah kalian. Allah akan menjadi Allah kalian, kalian akan menjadi umatNya.

 b. Harus Keluar Dari Antara Orang Tak Beriman

Sebagai akibatnya, Allah memerintahkan, Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka . . . janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anakKu laki-laki dan anak-anakKu perempuan, demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa.” Terhadap kelompok orang Kristen yang manapun, walau mereka memakai sebutan agama Kristen, jika di dalamnya mencakup atau mencampurkan orang yang percaya dan orang yang tidak percaya, haruslah kita keluar dari antara mereka.

5. Tak Dapat Keliru Pada Prinsipnya

Pada prinsipnya kita tak dapat membiarkan orang yang tak beriman masuk, itulah yang benar. Pernah seorang saudara bertanya kepada saya, “Apakah kalian tidak salah menerima orang?” Ketika itu dalam perasaan saya, kami tidak salah menerima orang. Maka saya menjawab, “Mungkin ada, tapi sangat sedikit.” Katanya, “Jika begitu, apakah perbedaan kalian dengan kami?” Jawab saya, “Berbeda. kalau di antara kami kemasukan orang yang tak beriman, ia masuk di malam hari dan melalui tembok, tetapi di antara kalian, orang yang tak beriman itu masuk pada siang bolong, dan kalian membiarkannya masuk melalui pintu yang terbuka lebar.” Jangan sekali-kali kita tinggi hati, kita pun mungkin keliru. Entah itu dalam pembaptisan, atau dalam penerimaan; tetapi orang itu masuk secara diam-diam, bukan masuk karena ketetapan pada prinsip kita. Hari ini, dalam apa yang disebut kelompok kekristenan, asalkan seorang “mengenakan” satu nama saja, ia sudah diperbolehkan masuk, itulah yang saya katakan masuk pada siang bolong. Jadi, bukan berarti kita mutlak tidak keliru pada prosedurnya. Sudah tentu, kita harus sangat berhati-hati di hadapan Allah, agar kita tidak melakukan perkara yang keliru. Jika kita sengaja membiarkannya keliru, keliru pada prinsipnya, kita bukanlah gereja.

6 Tak Ada Keperluan Untuk Memelihara
Kesatuan Non-Kristen

Jika ada kelompok kekristenan yang jelas tahu, bahwa seseorang tidak beriman, tetapi mereka dengan sembrono membiarkannya masuk, kelompok itu pasti bukan gereja. Anak-anak Allah tidak ada keperluan untuk memelihara kesatuan dengan kelompok semacam itu. Sebab kesatuan itu bukan kesatuan orang Kristen, tak perlu kita pelihara. Kita hanya perlu memelihara kesatuan gandum, tak perlu memelihara kesatuan gandum bercampur lalang. Hari ini, banyak kelompok yang menamakan dirinya gereja, namun di dalamnya selain ada yang beriman, ada pula yang tak beriman. Mereka ingin mempertahankan satu permukaan, yaitu ingin memelihara apa yang mereka anggap sebagai suatu kesatuan. Tetapi ingatlah, kesatuan mereka itu tidak perlu dipelihara, sebab kesatuan merekalah yang malahan akan menggulingkan kesatuan yang sejati. Sebaliknya, kita harus keluar dari kesatuan yang mereka pelihara itu, sebab kalau kita memelihara kesatuan mereka, kita malah merusak kesatuan yang sejati.

IV RUANG LINGKUP KESATUAN TAK DAPAT LEBIH KECIL DARIPADA TUBUH

Masih ada lagi satu masalah yang sangat penting, yaitu kesatuan orang Kristen memiliki ruang lingkup tertentu. Kesatuan orang Kristen mencakup seluruh anak-anak Allah. Berapa besarnya Tubuh Kristus, sebesar itu pula kesatuan orang Kristen; berapa besarnya Tubuh Kristus, sebesar itu pula persekutuan orang Kristen; dan berapa besarnya Tubuh Kristus, sebesar itu pula gereja Kristus. Hal ini sangat jelas tercantum dalam firman Allah. Pada butir kedua di atas, orang memperluas ruang lingkup Tubuh Kristus, sehingga semua orang Kristen gadungan (palsu) tercakup di dalamnya; maka di sini ada problema lain, yaitu ada banyak kesatuan yang dipelihara anak-anak Allah yang sebenarnya juga bukan kesatuan orang Kristen.

1. Kesatuan Orang Kristen
Berada Dalam Roh Kudus

Kita harus khusus memperhatikan, bahwa Allah tidak saja menghendaki anak-anakNya menjadi satu, Allah pun menghendaki mereka menjadi satu di dalam Roh Kudus, atau kita sebut sebagai “kesatuan orang Kristen”. Allah tidak membenarkan kesatuan yang asal disebut “kesatuan” — baik dalam ragam maupun bentuk apapun; Allah hanya membenarkan kesatuan dalam Roh Kudus. Hari ini, baiklah kesatuan ini kita beri nama “kesatuan orang Kristen”. Jika kita ingin memelihara kesatuan orang Kristen, kita harus memelihara kesatuan kita di dalam Kristus, di dalam Tubuh dan di dalam Roh Kudus. Kesatuan ini mempunyai ruang lingkup yang sebesar Tubuh. Ingatlah, kesatuan orang Kristen beruang-lingkupkan Tubuh Kristus.

2. Tak Seharusnya Memelihara Kesatuan
Yang Lebih Kecil Daripada Tubuh

Hari ini banyak orang yang keliru, mereka mengira Allah hanya menghendaki kita menjadi satu. Padahal, jika ruang lingkup kesatuan mereka bukan Tubuh Kristus, maka kesatuan itu tidak seharusnya dipelihara. Ruang lingkup yang manapun, bila lebih kecil daripada Tubuh Kristus, dan Anda memeliharanya, itu berarti Anda memecah-belah atau bergolong-golongan seperti yang dikatakan dalam Alkitab. Allah menghendaki kita memelihara kesatuan di dalam Roh Kudus, yang ruang lingkupnya sebesar Tubuh Kristus. Tubuh Kristus itulah ruang lingkup kesatuan kita

Misalnya, ada sekelompok orang imani mengatakan, bahwa setiap orang harus menerima baptisan selam. Itu tidak salah, sebab itu sesuai dengan ajaran Alkitab. Tetapi mereka telah menetapkan satu prinsip: Barangsiapa tidak dibaptis masuk ke dalam air, ia tidak akan diterima, sekalipun ia mengaku dirinya anak Allah dan milik Allah. Ini berarti mereka mendasarkan kesatuan mereka di atas ajaran tertentu, kesatuan yang demikian bukanlah kesatuan di dalam Roh Kudus, dan mereka adalah kelompok yang lebih kecil daripada Tubuh.

Misalnya pula ada seorang saudara hidup bersama mereka, memiliki persekutuan rohani yang indah, serta beroleh banyak bantuan rohani. Tetapi pada suatu hari, Allah mencelikkan matanya, ia menyadari, walaupun mereka adalah anak-anak Allah, tetapi kelompok mereka tidak dapat disebut gereja, sebab mereka hanya menerima orang yang menerima baptisan selam, dan menolak orang yang tidak dibaptis selam. Ini berarti mereka telah menolak sebagian anak-anak Allah. Akhirnya, ia meninggalkan kelompok mereka. Orang itu meninggalkan kelompok mereka karena Tuhan telah meneranginya.

Lalu, ada seorang saudara di antara mereka datang dan menasihatinya, “Kita semua orang Kristen, sama-sama menjadi anak-anak Allah, kita adalah saudara. Menurut Alkitab, Allah menghendaki saudara saling mengasihi, Anda tidak seharusnya pergi, jika Anda pergi, Anda akan berdosa terhadap kesatuan orang Kristen; dan jika Anda berpisah, berarti Anda memecah-belah, bergolong-golongan, dan akhirnya Anda akan menjadi sekta.” Setelah mendengar perkataan di atas, saudara tadi lalu memeriksa Alkitab Perjanjian Baru, ia nampak, memang benar anak-anak Allah harus menjadi satu, dan ia mengira tidak seharusnya ia berpisah dengan mereka. Saudara saudari, sudahkah kita nampak kekeliruan ini? Kekeliruannya di sini jelas sekali.

3 Meninggalkan Kelompok
Yang Lebih Kecil Daripada Tubuh
Tak Berarti Merusak Kesatuan

Jika orang mengira kita tak seharusnya bergolong-golongan atau memecah-belah, ia harus memahami dulu apa sebenarnya arti perpecahan? Perpecahan berarti keluar dari Tubuh. Perpecahan yang tercantum dalam I Korintus 12 ditujukan kepada perpecahan dalam Tubuh, bukan perpecahan kelompok-kelompok yang di luar Tubuh. Kesatuan orang Kristen yang Allah inginkan ialah kesatuan orang Kristen yang sebesar Tubuh Kristus. Inilah yang tidak boleh kita langgar. Jika ada satu kelompok yang kesatuannya lebih kecil, lebih sempit daripada Tubuh Kristus, dan orang-orang yang di dalamnya berkata, bahwa mereka harus memelihara kesatuan ini, ketahuilah, itu memang kesatuan, tapi itu bukan kesatuan orang Kristen, bukan kesatuan dalam Roh Kudus. Mengapa itu bukan kesatuan orang Kristen? Sebab kesatuan itu tidak sebesar Tubuh. Ketahuilah, baik lingkungan, kelompok atau organisasi yang manapun, yang tidak sebesar Tubuh, boleh Anda tinggalkan, hal itu tidak berarti Anda, berdosa atau merusak kesatuan orang Kristen.

Sebab itu, lingkungan atau kelompok yang manapun, yang tidak menjangkau ruang lingkup atau kelompok Tubuh Kristus, tidak seharusnyalah Anda pelihara, sebaliknya, Anda harus keluar dari kesatuan semacam itu. Jika seorang anak Allah memelihara kesatuan yang lebih kecil daripada kesatuan Tubuh Kristus, ia malah akan menjadi seorang yang berdosa, karena ia melanggar kesatuan orang Kristen.

4. Mengenai Perpecahan

Dalam gereja di Korintus terdapat perselisihan; ada yang mengatakan, “Aku dari golongan Paulus, aku dari golongan Apolos, aku dari golongan Kefas, dan aku dari golongan Kristus. Paulus paling menentang orang yang berkata demikian. Kata Paulus, “Adakah Paulus disalibkan karena kamu? Atau adakah kamu dibaptis dalam nama Paulus?” Paulus berkata, dengan bergolong-golong demikian, mereka telah berbuat menuruti daging, dan hal itu berarti perpecahan (I Korintus 1:11-13; 3:3-4).

a. Siapakah Yang Melakukan Perpecahan

Andaikata di antara mereka ada seorang yang bernama Matius, seorang bernama Stefanus, ada lagi yang bernama Filemon, dan seterusnya. Mereka berkata, bahwa mereka adalah dari golongan Paulus. Jika pada suatu hari, di antara mereka ada seorang saudara bangkit dan berkata, “Memang kita bersidang bersama, kita mempunyai persekutuan yang sangat indah. Kita memiliki hamba Allah — Paulus, yang dipakai Allah luar biasa, kita seharusnya memperhatikan ajarannya; kita pun harus mendengar khotbahnya, membaca suratnya, memperoleh persekutuan yang baik dan beroleh bantuan besar. Kita semua di dalam Tuhan mempunyai persekutuan yang sangat mesra. Tetapi, akhir-akhir ini aku merasa, bahwa tindakan kita yang demikian tidak benar. Karena hari ini di Korintus masih ada ratusan orang imani, sedangkan kita hanya puluhan orang saja, karena itu kita seharusnya juga bersekutu sebaik-baiknya dengan mereka.”

Namun, saudara lainnya menentangnya dan mengatakan, “Kamu telah berdosa! Ketika Tuhan berada di bumi, Ia berdoa kepada Bapa, agar murid-muridNya menjadi satu. Lihatlah, Tuhan Yesus menghendaki kita menjadi satu, tetapi hari ini kamu malah ingin keluar dan menempuh jalan lain, kamu tidak mau menjadi satu dengan kami, kamu tidak memuliakan Tuhan! Kamu tidak bersatu dengan kami, maka kamu tak dapat membuat orang dunia percaya Tuhan melalui kesatuan kita. Kamu berdosa, kamu ingin keluar dari antara kami, kamu akan menjadi pelaku perpecahan.”

b. Mereka Sendiri Terlebih Dulu Berpecah-belah,
Namun Menghakimi Orang Yang Keluar Sebagai Pelaku Perpecahan

Saudara saudari, sudahkah Anda nampak, itulah perkataan yang sering diucapkan banyak orang terhadap saudara saudari. Padahal mereka sendiri yang terlebih dulu membuat perpecahan dengan berkata, “Aku dari golongan Kefas, aku dari golongan Apolos, aku dari golongan Paulus, aku dari golongan Kristus.” Mereka sendiri telah melakukan perpecahan-perpecahan. Tapi bila ada orang ingin keluar dari antara mereka, mereka lalu berkata, “Kamu harus memelihara kesatuan orang Kristen”. Kesatuan mereka tidak sebesar Tubuh Kristus,

kesatuan mereka hanya sebesar milik Paulus. Jika kita berusaha memelihara kesatuan yang lebih kecil daripada Tubuh Kristus, justru itulah yang berarti perpecahan atau bergolong-golongan. Ingatlah, mereka telah terpecah keluar dari Tubuh Kristus, namun tidak menyadari, bahwa mereka sendiri yang memecah-belah. Sebaliknya, jika ada orang keluar dari antara mereka, mereka lantas menghakiminya merusak kesatuan.

Saudara saudari, inilah kesulitan dalam banyak kelompok kekristenan dewasa ini. Banyak orang yang disebut umat Allah, kelompok kekristenan, yang telah terpecah-belah dan keluar dari Tubuh Kristus. Namun, ketika ada saudara saudari ingin kembali ke dalam Tubuh Kristus, malah dikecam sebagai pemecah-belah. Mereka tidak menyadari, justru orang-orang yang berada dalam kelompok-kelompok perpecahan itu, jika tidak mau keluar dari dalamnya, merekalah pemecah-belah. (Saya harap, perkataan saya ini tidak menyinggung had mereka. Roh kita harus benar. Di hadapan Allah kita harus mengetahui, bahwa ini bukan perkara yang menggembirakan, melainkan menyedihkan. Namun kita harus jelas akan jalan yang kita tempuh di hadapan Allah),

c. Merusak Kesatuan Sekta, Itu Benar

Semoga Allah mencelikkan mata mereka, agar mereka nampak, bahwa Tubuh Kristus itu satu, dan sekta adalah pemecah-belah. Hingga tahun 1934, di seluruh dunia telah ada 1500 sekta-sekta besar. Sekta-sekta itu, masing-masing menyebut dirinya sebagai gereja, padahal itu berarti memperkecil ruang lingkup Tubuh Kristus. Anda ibarat sebuah kaki, aku ibarat sebuah tangan; TubuhKristus telah dipenggal-penggal. Hari ini ada saudara saudari ingin kembali ke dalam lingkungan Tubuh, dan menikmati persekutuan Tubuh, tetapi. saudara saudari itu malah dipersalahkan sebagai pemecah-belah kesatuan. Ketahuilah, jika ada orang menuduh Anda merusak kesatuan, Anda boleh menjawabnya demikian, “Ya, aku memang telah merusak kesatuan sekta, tetapi aku tidak merusak kesatuan Tubuh. Kalian menuduh aku merusak kesatuan sekta, itu betul; jika aku tidak merusak kesatuan sekta yang kecil, aku tak dapat masuk ke dalam kesatuan Tubuh yang besar!”

d. Harus Keluar Dari Kesatuan Yang Kecil,
Dan Masuk Ke Dalam Kesatuan Yang Besar

Kesatuan orang Kristen hanya sebesar Tubuh. Jangan Anda memasukkan sesuatu yang di luar Tubuh. Kesatuan orang Kristen pun harus sebesar Tubuh. Kesatuan macam apa pun, jika lebih kecil daripada Tubuh, tak dapat terhitung sebagai kesatuan orang Kristen. Semakin Anda memelihara apa yang disebut kesatuan itu, Anda akan semakin menjadi sekta; semakin Anda merasa akrab dengan saudara-saudara yang demikian, Anda akan semakin menjadi milik sekta, bahkan akan mengambil bagian dalam melakukan perpecahan. Karena itu, Anda harus keluar dari kesatuan-kesatuan yang kecil itu, barulah Anda dapat masuk ke dalam kesatuan yang besar. Jika Anda ingin masuk ke dalam kesatuan yang besar, Anda harus meninggalkan kesatuan yang kecil. Jangan sekali-kali Anda merasa sudah cukup baik asal ada kesatuan. Anda harus mengkaji dulu sifat kesatuan itu. Bukan sembarang kesatuan sudah pasti benar, hanya kesatuan Tubuhlah yang benar! Bila suatu kesatuan lebih kecil daripada Tubuh, itu tidak seharusnya Anda terima. Setiap kesatuan tidak boleh lebih kecil daripada Tubuh, jika lebih kecil, itulah sekta, dan itu tidak diperkenan Allah.

5. Apakah Perpecahan Itu

Istilah ‘perpecahan” dalam bahasa Yunani adalah “Hairesis”. Dalam Alkitab, istilah ini dipakai sebanyak 9 kali, di antaranya 6 kali dalam Kisah Para Rasul, 3 kali dalam surat-surat rasuli. Baiklah sekarang kita tinjau sejenak istilah tersebut yang terdapat dalam surat-surat rasuli.

a. Perpecahan Hanya Terdapat Dalam Gereja

Satu Korintus 11:18 mengatakan, Sebab pertama-tama aku mendengar, bahwa apabila kamu berkumpul sebagai jemaat, ada perpecahan di antara kamu, dan hal itu sedikit banyak aku percaya.” Di sini dikatakan bahwa ketika orang-orang Korintus berkumpul, mereka terpecah-belah. Jadi, perpecahan itu hanya terdapat dalam gereja. Di Korintus ada gereja, mereka semua berada dalam gereja di Korintus. Pada suatu hari, ada orang mengatakan, aku dari golongan Paulus; ada orang mengatakan, aku dari golongan Kefas; ada lagi yang mengatakan, aku dari golongan Apolos atau dari golongan Kristus. Nada dan kata-kata mereka sudah tidak benar, sikap rohani mereka pun tidak baik. Di antara mereka ada perselisihan, kecurigaan dan tanpa kasih Kristus. Ketika bersidang, orang-orang yang mengatakan dirinya golongan Paulus berhimpun bersama, dan orang-orang yang mengatakan dirinya golongan Apolos pun berhimpun bersama; mereka saling berpisah, itulah arti perpecahan.

Jika ada orang ingin menuduh orang lain melakukan perpecahan, ia hanya dapat menuduh di dalam gereja; di luar gereja tidak mungkin ada tuduhan demikian. Sebab hanya dalam gerejalah baru orang dapat melakukan dosa perpecahan; di luar gereja tidak mungkin. Sama dengan orang hanya dapat melakukan pemberontakan terhadap pemerintah yang sah, tidak dapat melakukan pemberontakan terhadap pemerintah yang tidak sah. Orang yang menentang pemerintah yang sah itulah yang memberontak; orang yang menentang pemerintah yang tidak sah, bukanlah memberontak. Maka perpecahan adalah perkara dalam gereja, dan hal itu tidak diperkenan Allah.

b. Perpecahan Adalah Perbuatan Daging

Galatia 5:19-20 mengatakan, “Perbuatan daging telah nyata, yaitu . . . perselisihan, iri hati, amarah . . . roh pemecah . . .” Roh pemecah di sini dalam bahasa aslinya adalah “Hairesis”. Perpecahan jelas adalah perbuatan daging. Paulus tidak saja berkata demikian kepada orang Galatia, juga kepada orang Korintus, bahwa perpecahan bukanlah perbuatan yang rohani, melainkan perbuatan daging. Di sini Paulus membuat sebuah daftar perbuatan daging. Di samping menyebut percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan dan seterusnya, ia pun menyebut perpecahan.

1) Perpecahan Dihakimi Sama Seperti
Penyembahan Berhala Dan Percabulan

Jika Anda bertanya kepada seseorang, apakah orang Kristen boleh berzinah, ia pasti berkata, “Tidak boleh”. Jika Anda bertanya lagi, apakah orang Kristen boleh menyembah berhala, ia pun pasti berkata, “Tidak boleh”. Tetapi jika Anda bertanya, apakah orang Kristen boleh berpecah-belah, ia akan berkata, “Walaupun di luarnya berpecah-belah, tetapi dalam hati tidak berpecah-belah.” Ini tak berbeda dengan banyak penyembah berhala yang berkata, “Walau di luarnya menyembah, tapi dalam hati tidak menyembah.” Ketahuilah, orang tak dapat berdalih dalam perkara ini, sebab perpecahan juga akan dihukum di hadapan Allah.

2) Tidak Dapat Memilih Dalam Hal Perbuatan Daging

Saya merasa heran, ada orang-orang yang menganggap dirinya hamba Allah, tetapi mereka malah menulis buku-buku yang mengatakan, bahwa orang boleh tetap tinggal dalam sekta. Jika hari ini ada seorang hamba Tuhan yang mengarang sebuah buku, mengatakan bahwa orang Kristen boleh menyembah berhala, berzinah atau iri hati, bagaimanakah tanggapan Anda? Anda tentu akan berkata, “Ia bukan hamba Allah.” Tetapi aneh, ada hamba Allah mengatakan, bahwa orang Kristen boleh bersekta; bahkan lebih aneh lagi, banyak orang memperbanyak buku mereka. Mereka di hadapan Allah tidak nampak apa yang dihakimi oleh Tuhan. Ingatlah, Anda tidak dapat memilih dalam hal perbuatan daging. Perpecahan adalah sejenis dengan penyembahan berhala, percabulan dan perseteruan, yakni perbuatan daging yang tercantum dalam daftar yang dihakimi itu. Sebab itu kita harus bertanggung-jawab di hadapan Allah, jangan tertipu hingga kembali lagi ke dalam sekta.

3) Mustahil Memelihara Kesatuan Dalam Sekta

Dalam pandangan Allah, perpecahan atau sekta adalah perbuatan daging; karena itu, kita tak boleh memelihara kesatuan sekta. Kita harus memelihara kesatuan orang Kristen, jangan memelihara kesatuan sekta. Bila Anda memelihara kesatuan sekta, berarti Anda merusak kesatuan orang Kristen.

c. Sekta Mencelakakan Orang

Dua Petrus 2:1 mengatakan, “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sekta yang mencelakakan . . .” (Terjemahan langsung). Ketahuilah, sekta itu mencelakakan orang, ia dimasukkan oleh guru-guru palsu. Sebagai umat Allah, kita harus belajar mempertahankan kesatuan orang Kristen. Kita tidak seharusnya mempertahankan kesatuan yang lebih kecil daripada kesatuan orang Kristen.

V. KESATUAN BUKAN
USAHA PERSATUAN

1. Anak-Anak Allah Umumnya
Menyadari Perlunya Kesatuan

Setelah seseorang nampak, bahwa sekta mencelakakan dan dihukum Allah, barulah ia mulai menyadari perlunya kesatuan. Tidak sedikit orang merasa dirinya bersalah karena bersekta dan melakukan perpecahan. Kita wajib bersekutu dengan semua anak-anak Allah, dan persekutuan ini harus sebesar Tubuh.

Akhir-akhir ini, kesadaran yang demikian sangatlah umum di kalangan anak-anak Allah. Ada seorang menulis surat mengatakan, “Meskipun kami tidak setuju dengan ajaran yang menentang sekta, tetapi kami merasa kesatuan orang Kristen itu sudahlah seharusnya.” Penulis surat ini adalah seorang tokoh agama Kristen. Banyak tokoh agama Kristen hari ini merasa perlu memperhatikan kesatuan orang Kristen, bukan memperhatikan kesatuan sekta.

2. Kesatuan “Persatuan” Ibarat Tempat
Istirahat Di Tengah Jalan

Saya akui, belasan tahun ini banyak orang yang mementingkan kesatuan. Tetapi yang muncul adalah “persatuan”, tidak kembali kepada kesatuan Tubuh. Kesatuan semacam itu adalah basil karya manusia, antara lain seperti yang disebut usaha atau gerakan oikumene, atau yang disebut pekerjaan inter-denominasi. Gabungan semacam itu dimulai dari tidak membeda-bedakan sekta. Menurut pendapat saya pribadi, itu jelas ibarat tempat istirahat di tengah jalan, tidak mencapai sasaran/rumah.

a. Orang Kristen Harus Tuntas
Dalam Melakukan Sesuatu

Saya katakan terus terang, jika sekta benar, Anda harus mempertahankannya, tetapi jika sekta salah, Anda harus mencampakkannya. Bagaimanakah yang dilakukan orang hari ini? Jika orang mengatakan sekta itu benar, ia menentangnya, tetapi jika orang mengatakan sekta salah, ia tetap menerimanya. Pada satu pihak, ia merasa tak sampai hati meninggalkan sekta, pada pihak lain, ia menentang sekta. Jadi ia menerima keduanya, dan bersekutu dengan keduanya. Ini tidak sesuai dengan sikap orang Kristen. Jika Tuhan menghendaki anak-anakNya memiliki persekutuan Tubuh, persekutuan lainnya harus kita singkirkan; hanya persekutuan Tubuh Kristuslah yang wajib kita miliki. Saya ingin berkata, “Jika Anda menyangka sekta perlu dipertahankan, pertahankanlah sekuat tenaga Anda. Sebab sekalipun perbuatan itu keliru, tapi motivasinya benar. Sebagai orang Kristen, kita tidak bisa bekerja dengan mendua hati, orang Kristen harus bekerja dengan tuntas. Jika sekta itu benar, pertahankanlah dengan tuntas; jika sekta itu salah, tentanglah dengan tuntas pula.

Saya paling kuatir kalau ada orang berhenti di tengah jalan. Pada satu pihak, ia mengakui sekta salah, tetapi di pihak lain, ia tidak rela menuntut perbaikan. Pada satu pihak, ia mengakui bahwa sekta itu keliru, di pihak lain ia mengorganisir suatu persatuan (oikumene). Lihatlah, mereka sendiri tidak tahu mereka berada di atas kedudukan apa. Perbuatan mereka tidak sesuai dengan prinsip orang Kristen. Orang Kristen tidak melakukan suatu perkara dengan bercabang hati. Kalau benar, hadapilah dengan cara yang benar; kalau salah, hadapilah dengan cara menanggulangi yang salah. Berkompromi atau toleransi tidaklah pada tempatnya. Menjadi orang Kristen harus tuntas. Kalau sekta benar, benarkanlah; kalau sekta salah, salahkanlah. Tidak boleh mengambil jalan netral dan plin-plan.

3. Ruang Lingkup ‘Persatuan Gereja’ Adalah Tubuh, Tetapi Di Dalamnya Adalah Sekta

Kesatuan jenis kedua yang disebut di depan, ruang lingkupnya lebih besar daripada Tubuh, sehingga lalang-lalang pun tercakup di dalamnya. Sedangkan kesatuan jenis ketiga lebih kecil daripada Tubuh, ialah sebuah kelompok, sebuah sekta. Bagaimanakah yang keempat? Memang ruang lingkupnya sebesar Tubuh, namun di dalamnya ibarat papan catur, berkotak-kotak. Memang ia sebesar Tubuh, tapi di dalamnya ada sekta-sekta, yang masing-masing menguasai dan memperhatikan miliknya sendiri. Itulah yang disebut persatuan gereja; itu adalah persatuan, bukan kesatuan. Sekalipun ruang lingkup persekutuannya sebesar Tubuh, tetapi dalam Tubuh Kristus itu masih terdapat banyak sekta. Menurut statistik tahun 1934, minimal sudah ada 1500 buah sekta.

Jika gereja memang terdiri dari sekta-sekta, Allah pasti menyatakan hal ini dalam Alkitab. Tetapi Allah melalui Alkitab rnemberitahu kita, gereja adalah Tubuh. Tubuh hanya satu, dan masing-masing anggota berhubungan/bersatu dengan Tubuh. Hari ini kita nampak, banyak sekta yang berusaha mendirikan suatu persatuan, namun, bagaimanakah kedudukan persatuan itu?

4. Satuan/Unit Tubuh Tidak Boleh
Berdasarkan Kelompok

Alkitab menerangkan bahwa Tubuh terbagi atas banyak anggota, dan anggota itulah satuan atau unit Tubuh. Tubuh memiliki satuan, dan satuan itu adalah anggota. Hari ini, orang-orang yang mengorganisir persatuan gereja nampak Tubuh Kristus, namun mereka tidak mau membayar harga untuk menerima persekutuan Tubuh. Mereka mungkin memperhatikan Tubuh Kristus, tetapi Tubuh yang mereka katakan bukanlah yang berunitkan anggota, melainkan kelompok. Satuan persekutuan orang Kristen adalah orang Kristen itu sendiri; Tubuh adalah hasil kesatuan orang Kristen. Tetapi persatuan gereja hari ini berunitkan sekta anu atau denominasi anu. Dengan kata lain, andaikata hari ini di seluruh dunia ada 5000 buah denominasi, maka mereka mengakui bahwa Tubuh mempunyai 5000 buah unit. Keadaan demikian pada hari ini telah menjadi persekutuan kelompok.

Dalam Alkitab. unit persekutuan adalah perorangan orang Kristen. Saya orang imani, Anda orang imani, ia juga orang imani, maka kita semua mempunyai persekutuan. Persekutuan terjadi secara satu per satu. Hari ini mereka menggabungkan orang imani menjadi “gereja anu”, lalu menggabungkan lagi banyak “gereja” menjadi satu Tubuh. Ini berarti dalam persekutuan Tubuh terdapat suatu benda lain.

5. Persatuan Gereja Memberi
Kesempatan Bagi Daging

Alkitab menyatukan semua anak Allah menjadi satu Tubuh Kristus, agar mereka mengekspresikan TubuhNya di bumi. Tetapi hari ini mereka menggabungkan orang-orang yang seopini, sekepercayaan, sependapat, atau oknum-oknum yang dipuji, menjadi satu gereja anu, dan kemudian menggabungkan gereja-gereja tersebut. Pertama-tama dibeda-bedakan atau dipisahkan menurut opini manusia, kemudian disatukan lagi menurut kehendak Allah. Seolah serba baik — Sekta perbuatan daging tetap berlangsung, kesatuan orang Kristen pun tercapai. Itulah yang disebut persatuan gereja. Saya tegaskan sekali lagi, bahwa berbuat demikian hanya berarti memberi kesempatan bagi daging. Tuhan memperlihatkan kepada kita, bahwa perpecahan mutlak merupakan perbuatan daging.

Saudara saudari, Anda tak perlu mencari di dalam sekta, apakah sekta itu perbuatan daging, sebab hal itu dapat kita temukan di atas diri kita sendiri; sekta sesungguhnyalah perbuatan daging. Jika dari diri orang lain baru dapat Anda ketahui, bahwa sekta itu perbuatan daging, saya tak tahu bagaimana sebenarnya Anda di hadapan Allah? Manusia senang berpecahan dengan orang lain, senang hidup berdasarkan kehendak pribadi, dan tidak dapat bersatu dengan saudara saudari lain. Hari ini, di satu pihak orang menyetujui sekta, di pihak lain ingin pula bersatu; bukankah ini suatu kontradiksi? Mereka mengira sekta boleh dipertahankan, tetapi ketika mempertahankannya dalam hati nurani tidak ada rasa damai, karena itu, mereka kemudian mengadakan persatuan gereja. Hal ini berarti terlebih dulu memecah-belah Tubuh, kemudian menggabungkannya kembali.

6. Persatuan Gereja Adalah Produk
Hati Nurani Yang Tidak Damai

Anda membagi-bagi Tubuh menjadi sekta-sekta, kemudian Anda menggabungkannya kembali, itu bukan Tubuh lagi! Ia telah pecah dan terpisah, kalau digabungkan kembali, ia bukan lagi Tubuh, melainkan persatuan gereja. Jangan mengira, kalau Anda memotong-motong seseorang menjadi beberapa bagian, kemudian Anda menggabungkannya kembali, ia tetap menjadi satu orang utuh. Itu mustahil! Sebab hayatnya telah lenyap! Tubuh Kristus dipotong-potong menjadi ratusan sekta, lalu ratusan sekta itu digabungkan kembali, itu adalah perbuatan yang bodoh! Itu bukan Tubuh, melainkan persatuan dari gereja gabungan. Sebab itu, saya sangat mengharap, semoga kalian nampak di hadapan Allah, kita, tidak seharusnya memecah-mecah Tubuh Kristus menjadi banyak sekta. Kita hanya tahu satu perkara, yaitu bersatu itulah Tubuh, berpisah itulah anggota; selain anggota dan Tubuh tiadalah susunan penengah yang kedua. Bila Anda memecah-mecah anggota yang sebanyak itu menjadi banyak kelompok, Anda tidak mungkin bisa menggabungkan kembali kelompok-kelompok itu menjadi satu Tubuh. Itu mustahil! Hari ini, persatuan gereja bukanlah Tubuh Kristus, itu hanya organisasi buatan manusia, dan itu adalah produk hati nurani yang tidak damai.

VI. CARA MEMELIHARA KESATUAN

Bagaimanakah sebenarnya cara memelihara kesatuan ini? Andaikata hari ini di dalam gereja di tempat Anda berada terdapat orang yang tak beriman, itu bukanlah gereja. Kita menyebutnya sekta, Anda harus keluar dari situ. Ada juga yang orang-orangnya semua beriman, tetapi kelompok mereka adalah sekta, Anda juga harus keluar dari sana. Ada lagi yang menggabungkan sekta-sekta menjadi persatuan gereja, itu perbuatan daging, Anda. pun harus meninggalkannya.

1. Harus Berdiri Pada Kedudukan Tubuh Kristus

Jika hari ini orang hendak membangun gereja di satu tempat, maka ruang lingkupnya haruslah sebesar Tubuh Kristus. Tak peduli orang menyukainya atau tidak,itu urusan orang tersebut, dan tak peduli orang mau menempuh jalan ini atau tidak, itupun urusan orang tersebut. Tetapi jika ada orang mau menempuh jalan ini, ia harus setia dan harus berada pada satu kedudukan, yaitu tanpa sekta. Di dalamnya tidak ada orang yang tak beriman, pun tidak mengganti Tubuh dengan persatuan gereja, itulah prinsip yang mendasar. Kita harus berdiri pada kedudukan Tubuh Kristus; Tubuh Kristus adalah ruang lingkup gereja kita. Inilah jalan kita hari ini. Inipun satu-satunya jalan bagi anak-anak Allah di setiap tempat.

Kalian harus nampak, kalian harus berdiri pada kedudukan apa. Kalian tidak dapat bersekta, tidak dapat melakukan perpecahan; tidak dapat berbaur menjadi satu dengan orang yang tak beriman, dan tidak dapat mengganti Tubuh Kristus dengan persatuan gereja. Kedudukan persatuan gereja menunjukkan, bahwa mereka ada terang, namun tidak ada kekuatan untuk menaatinya; walaupun mereka tabu kehendak Allah, tetapi tidak dapat memeliharanya; walaupun mereka nampak wahyu Allah, tetapi mereka tidak berminat melakukannya. Persatuan gereja ibarat tempat istirahat di tengah jalan.

Allah telah meletakkan kita pada kedudukan lain; kedudukan lain ini seharusnya menjadi tempat berhimpunnya semua anak-anak Allah. Namun sangat disayangkan, mereka tidak mau datang. Kita tidak mengatakan, bahwa kita sendiri dapat menyebut kita ini siapa, tetapi kita dapat mengatakan, kita adalah orang-orang yang berdiri pada kedudukan Tubuh Kristus.

2. Kita Mengakui lnilah Keluarga Allah

Kita mengakui, bahwa di dalam sekta, di dalam gereja negara dan di dalam persatuan gereja ada saudara saudari kita. Jika mereka setia, mereka seharusnya pulang ke rumah, yakni berdiri pada kedudukan Tubuh Kristus bersama kita. Hari ini, pintu kita selalu terbuka bagi mereka, namun kita sendiri tak dapat tidak tetap berdiri pada kedudukan kita. Bagaimanakah situasi dewasa ini? Sepertinya dalam sebuah keluarga, ada dua orang adik kecil yang keluar dari rumah dan diculik. Anda tak dapat menganggap keluarga itu bubar, sebab dua adik kecil telah diculik. Tidak! Di dalam rumah masih ada ayah, ibu dan kakak serta adik lainnya; keluarga ini tidak mungkin bubar. Tetapi, berhubung adik-adik kecil itu diculik, segenap keluarga menjadi sedih dan prihatin.

Adik-adik yang diculik memang untuk sementara waktu berada di luar, tetapi yang menjadi kakak-kakak dan saudara lainnya di rumah harus lapang hati, jangan karena mereka diculik lalu meninggalkan mereka. Kita wajib belajar selalu membuka pintu bagi mereka, hati kita harus terbuka bagi mereka. Kapan saja mereka pulang ke rumah, kita harus menerima mereka. Syukur kepada Allah, hari ini adalah pulang yang sementara, tetapi kelak akan pulang untuk selama-lamanya. Kendatipun mereka sudah lama mengembara di luar, kita harus mengakui bahwa ini adalah satu keluarga. Janganlah kita menutup pintu oleh karena mereka telah keluar.

Ada orang mengatakan, karena hari ini terlalu banyak orang yang mengembara dalam denominasi, maka pintu gereja telah tertutup, gereja telah bubar. Ketahuilah, anak-anak Allah di bumi ini tidak dapat dibubarkan, dan pintu ini tidak dapat ditutup. Hari ini kita harus sekuatnya memelihara kesaksian ini. Asalkan di sini ada Bapa kita, ada Tuhan kita dan ada Roh Kudus, sudah cukuplah! Asalkan ada tiga atau lima saudara, sudah cukup, ada dua atau tiga pun sudah cukup. Namun, di berbagai tempat kita sudah melebihi angka itu!

3. Belajar Merendahkan Hati, Jangan Sombong

Jangan sekali-kali kita berhati sombong, berkata bahwa kita telah berada di dalam rumah, masa bodoh dengan saudara lain yang terlantar di luar. Jika kita tidak merasa bahwa kita telah kehilangan saudara dalam keluarga kita, itu berarti rumah kita ada penyakitnya. Asalkan ada seorang saudara atau saudari terlantar dalam denominasi, itu merupakan suatu hal yang menyedihkan. Kita harus mempunyai dua sikap: Memelihara, mempertahankan kedudukan itu, dan tidak sombong. Bagaimanapun, Anda harus berdiri pada kedudukan ini, dan harus mempertahankannya. Tetapi dalam kita mempertahankan kedudukan ini, hati kita sekali-kali jangan sombong dan berkata, “Kami adalah rumah, kami sudah puas.” Kita harus ingat, masih banyak anggota dalam rumah ini yang mengembara di luar. Kita harus merendahkan hati, belajar mendoakan mereka, dan mengharapkan mereka semua dapat pulang. Tidak peduli mereka pulang untuk selamanya atau untuk sementara waktu saja, pokoknya kita harus mempertahankan kedudukan keluarga ini. Janganlah kita keliru, mengira hari ini tidak ada gereja. Gereja tetap ada!

VII. DASAR KESATUAN TERGANTUNG PADA PENGHAKIMAN

Terakhir, saya mengharap saudara saudari dapat mengingat satu perkataan ini: kesatuan Tubuh bukan hanya merupakan kesatuan orang Kristen, bahkan adalah kesatuan dengan Allah, beserta dengan Allah.

1 Penyertaan Allah Mendatangkan
Penghakiman Allah

Dalam Perjanjian Lama, setiap kali ada penyertaan Allah, pastilah ada penghakimanNya. Penyertaan Allah adalah penyertaan penghakimanNya. Allah itu kudus, jika la tidak hadir, masalah penghakiman takkan timbul, tetapi begitu la hadir, masalah penghakiman segera timbul. Jika kita ingin memelihara kesatuan orang Kristen, kita harus memelihara penyertaanNya. Penyertaan Allah itulah penghakiman, itulah hukum Taurat. Begitu ada ketidakberesan, Allah segera menghakimi. Jika Allah tidak hadir, segalanya boleh berlalu dengan sembrono, tetapi jika Allah hadir, sedikit dosa pun tidak dapat ditolerir. Jika dalam suatu gereja terdapat dosa, dan jika gereja itu mentolerir dosa, maka gereja itu mungkin dapat memelihara kesatuan.

2. Meninggalkan Dosa Adalah Dasar Kesatuan

Saudara saudari, semoga Anda nampak, apakah dasar kesatuan itu. Perkara ini sebenarnya sangat dangkal, dasar kesatuan adalah meninggalkan dosa. Ingatlah, perpecahan anak-anak Allah hari ini semua disebabkan banyaknya masalah dosa. Di mana ada dosa, di situ ada perpecahan. Banyak anak Allah memiliki satu kesalahpahaman yang mendasar, yaitu mengira dasar kesatuan adalah kesabaran dan toleransi. Itu sama sekali tidak masuk akal. Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa kesabaran dan toleransi adalah dasar kesatuan. Dasar kesatuan yang sesuai dengan Alkitab adalah meninggalkan dosa.

Hari ini; jika ada orang ingin bersekutu dengan Allah, ia harus berada di dalam terang. Jika kita berada di dalam terang, kita pasti dapat saling bersekutu. Ini berarti, dasar kesatuan ialah persekutuan. Sedang dasar persekutuan tergantung pada penanggulangan dosa, yaitu menyingkirkan dosa. Kita semua berada di dalam terang Allah, sebab itu kita dapat saling bersekutu. Jika tidak, tak mungkinlah kita bersekutu.

Dua Korintus 6 menerangkan pada kita, setelah kita keluar dari antara mereka, barulah Allah menjadi Bapa kita, kita menjadi umatNya. Jadi, persekutuan Allah dengan kita adalah berdasarkan keluarnya kita dari antara mereka. Jangan sekali-kali Anda kehilangan persekutuan dengan Allah, karena ingin memperoleh simpati/sambutan manusia. Inilah kegagalan kebanyakan orang!

Siapa yang dapat menjadi perabot yang mulia di hadapan Allah? Orang yang menyucikan dirinya dari ha).-hal yang jahat. “Jika seseorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia.” Orang yang berseru kepada nama Tuhan, harus meninggalkan kejahatan, dan orang yang meninggalkan kejahatan baru dapat menyeru nama Tuhan. Jika seseorang mau menyucikan diri, niscaya ia dapat menjadi perabot yang mulia; jika ia sudah menjadi perabot yang mulia, baru ia dapat mengejar keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama orang yang menyeru nama Tuhan dengan had yang murni (II Timotius 2:19-22). Hanya orang yang menghunus pedang, bertekad bulat, berdiri di pihak Allah dan membunuh saudaranya sendiri, barulah dapat menjadi orang Lewi (Keluaran 32:25-29).

3. Mempertahankan Kesatuan
Perlu Membayar Harga

Karena itu, mempertahankan ruang lingkup kesatuan perlu membayar harga. Jangan mengira, asalkan kita mempunyai kasih yang lebih besar atau bertoleransi lebih banyak, kita sudah dapat memelihara kesatuan. Tidak! Dasar kesatuan adalah menyingkirkan dosa. Segala perkara yang mendurhakai kesatuan orang Kristen harus disingkirkan. Hari ini, orang Kristen tidak dapat bersatu, bukan karena kasih mereka tidak cukup, melainkan karena mereka kurang menghakimi dosa. Hari ini, sangat banyak kesabaran dan perasaan manusia, namun itu tidak berfaedah.

Puji Tuhan, hari ini ada sekelompok orang yang matanya dicelikkan Allah, mereka nampak Tubuh, nampak ruang lingkup gereja dan kesatuan orang Kristen, mereka sama sekali tidak dipengaruhi oleh perasaan atau kesabaran manusia, mereka maju ke depan mengikuti Tuhan dengan mantap. Kalau Anda tidak dapat maju ke depan, Anda harus menyalahkan mata Anda sendiri yang tidak nampak, menyalahkan hati Anda yang kurang murni, janganlah menyalahkan orang-orang yang keluar. Ketahuilah, ada sekelompok orang yang mau meninggalkan dosa, meninggalkan perkara yang tidak benar; ada sekelompok orang yang mau menyucikan diri dari hal-hal yang hina serta mengorbankan perasaan saudara, mereka dengan suka rela berdiri pada kedudukan Tubuh, mereka adalah orang-orang yang dapat nampak. Hari ini, bukan mereka yang mengikat Anda dengan perasaan manusia, bukan mereka yang menganjuri Anda dengan ajaran kesatuan. Hari ini, Anda sendiri harus membayar harga, meninggalkan perkara yang tidak benar, Anda pun harus nampak Tubuh Kristus, dan harus mengorbankan perasaan dan iba manusia. Setelah demikian, dengan sendirinya Anda akan menjadi satu dengan mereka. Jadi, dasar kesatuan tergantung pada meninggalkan perkara yang tidak benar, bukan tergantung pada menutupi atau mentolerir dosa.

Hari ini, banyak orang yang melakukan perkara-perkara yang tidak benar, dosa-dosa dan pelanggaran-pelanggaran terhadap Tubuh Kristus. Ketahuilah, jika ada sekelompok orang yang setia dan mau taat, Anda bisa berhimpun bersama mereka. Tetapi jika Anda ingin mempertahankan kesatuan yang lain, Anda akan tercemar oleh dosa-dosa dan perkara yang tidak benar itu, dengan sendirinya Anda akan bersatu dengan mereka.

4. Jika Semua Bangkit Menghakimi Dosa,
Anak-Anak Allah Pasti Menjadi Satu

Banyak orang mengira bahwa orang-orang yang keluar itu kekurangan toleransi, kasih dan kesabaran. Padahal tidak, justru orang yang di dalam yang kurang taat. Bukan orang yang keluar yang kekurangan kasih, melainkan orang yang di dalam yang kekurangan terang dan visi di hadapan Allah. Bukan orang yang keluar yang terlalu keras hati, melainkan orang yang di dalam yang kurang tegas di hadapan Allah.

Jika semua saudara saudari mau menghakimi dosa, niscaya persekutuan orang Kristen akan menjadi satu. Jika semua anak Allah menghakimi dosa, kesatuan orang Kristen pasti terwujud. Jika seluruh umat Allah mematuhi Allah, Anda akan nampak realitas kesatuan Tubuh, dan dengan sendirinya segala perbuatan daging, sekta dan perpecahan akan terhapus, sehingga seluruh anak-anak Allah menjadi satu.

Dasar kesatuan bukan tergantung pada mentolerir dosa, melainkan menghakimi dosa. Di antara orang yang menghakimi dosa dengan orang yang mentolerir dosa tidak mungkin menjadi satu. Jika Anda menuntut kesatuan dengan semua anak Allah, Anda wajib bersama-sama mereka menghakimi dosa. Bila mereka menghakimi, tetapi Anda tidak menghakimi, tak mungkinlah menjadi satu. Yang salah bukan mereka yang keluar, melainkan yang di dalam. Orang yang menghakimi dosa itulah yang benar, dan dia akan menjadi satu dengan semua orang yang menghakimi dosa di seluruh dunia ini. Bagi orang yang tak menghakimi dosa, kita hanya mohon Allah membelaskasihani mereka, agar mereka dapat bangkit untuk menghakimi dosa. Semoga mereka nampak, bahwa kesatuan hanya dapat terwujud bila mereka berada di luar organisasi, di luar cara, di luar golongan dan sekta. Hanya Tubuh Kristuslah satu-satunya ruang lingkup kesatuan anak-anak Allah.