18 || MASALAH PENUDUNGAN KEPALA

MASALAH PENUDUNGAN KEPALA

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

 

 

“…………Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari   perempuan ialah laki-laki dan kepala dari Kristus ialah Allah. Tiap-tiap laki-laki yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang bertudung„ menghina kepalanya …….tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur.”

1 kor 11:3-5

 

Pembacaan Alkitab : I Korintus 11:2-16

Sekarang kita akan membahas satu masalah yang sangat penting, yaitu penudungan kepala

Dalam ayat-ayat di atas tidak , membicarakan masalah saudara, tidak pula membicarakan masalah saudari. Ayat-ayat tersebut hanya menampilkan masalah kaum laki-laki dan perempuan. Sebab yang dibahas di sini bukan kedudukan atau posisi di dalam Kristus, melainkan susunan atau pengaturan Allah dalam penciptaan

Dan yang dikatakan di sini bukan “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh. 10:30), melainkan “Allah adalah. kepala Kristus”. Di sini bukan masalah Bapa dan Anak, tetapi Allah dan Kristus, yaitu masalah Allah dan Sang Terurap-Nya. Bukan hubungan antara Allah Bapa dan Allah Putra dalam ketritunggalan ke-Allahan, melainkan hubungan Allah dengan Sang Kristus yang diutus dan diurapi Allah. Masalah penudungan kepala merupakan masalah Allah dengan Sang Terurap-Nya.

Masalah penudungan kepala bukan pula masalah Kristus dengan gereja. Bukan karena Kristus kepala gereja, dan gereja tubuh Kristus, sehingga perlu melakukan penudungan kepala. Ingatlah, sama sekali bukan masalah ini! Di sini Kristus adalah setiap orang; di antara sekian banyak manusia, Kristus adalah kepala. Walau manusia begitu banyak, tetapi kepalanya ialah Kristus. Kristus menjadi kepala bukan berarti Dia menjadi kepala gereja saja, melainkan menjadi kepala setiap manusia. Itulah sebabnya di sini sama sekali bukan ditujukan kepada relasi Kristus dengan gereja, melainkan Kristus dengan setiap manusia. Karenanya dalam hal ini tidak ditujukan kepada. relasi di antara anak-anak Allah, atau relasi di antara saudara saudari. Laki-laki menjadi kepala perempuan, itulah yang dipermasalahkan di sini! Kita harus menjernihkan masalah pokoknya dahulu barulah kita dapat memahami masalah penudungan kepala ini.

I. DUA SISTEM ALLAH
DALAM ALAM SEMESTA

Saya ingin membahas masalah “ini dari perspektif yang jauh. Sebab jika tidak, tak mudahlah kita mengerti I Korintus 11. Pasal tersebut hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang mengenal Allah dan Alkitab. Pasal ini sulit sekali dipahami. Di sini pertama-tama kita harus memahami satu perkara, yaitu Allah mempunyai dua sistem dalam alam semesta: pertama, sistem kasih karunia; kedua, sistem politik.

1. Sistem Kasih Karunia

Semua yang bertalian dengan gereja, keselamatan, saudara saudari, dan anak-anak Allah tercakup dalam sistem kasih karunia. Dan segala yang berkaitan dengan gereja, Roh Kudus, dan penebusan termasuk dalam sistem kasih karunia pula. Anda dapat nampak di hadapan Allah betapa seorang perwira beroleh kasih karunia, seorang wanita Fenisia pun beroleh kasih karunia; betapa Petrus beroleh kasih karunia, Maria pun beroleh kasih karunia; betapa Lazarus boleh bangkit dari kematian, Marta dan Maria pun boleh mengabdi kepada Tuhan. Demikianlah relasi laki-laki dan perempuan dalam sistem kasih karunia.

2. Sistem Politik

Dalam Alkitab terdapat satu sistem lagi, yang dapat kita namakan politik atau siasat Allah. Sistem politik ini sama sekali berbeda dengan sistem kasih karunia. Sistem politik Allah ini bersifat independen, sebab di dalam sistem tersebut Allah bertindak menurut kehendak-Nya sendiri.

(1) Menciptakan Laki-laki dan Perempuan

Pada waktu Allah menciptakan dunia, la menciptakan laki-laki dan perempuan. Ini merupakan tindakan dalam politik atau siasat Allah. Laki-laki diciptakan terlebih dahulu, kemudian baru perempuan; ini adalah politik Allah. Allah ingin berbuat demikian, maka dibuat-Nyalah demikian. Ini kehendak Allah yang independen. Dan kemudian Allah menetapkan semua manusia menjadi keturunan perempuan, sampai-sampai Tuhan Yesus pun menjadi keturunan perempuan. Ini pun politik Allah. Tak seorang pun yang diajak bermufakat dengan Allah dalam hal-hal tersebut

(2) Memberikan Makanan Kepada Manusia

Dalam taman Eden, Allah menyediakan buah-buahan sebagai makanan manusia. Ini juga politik Allah. Setelah bencana air bah, Allah baru mengizinkan manusia memakan daging binatang; hal itu pun merupakan politik Allah.

(3) Mengacaukan Bahasa

Bahasa manusia asalnya hanya satu macam. Tapi manusia mendirikan menara Babel demi memegahkan kekuasaan persatuan mereka. Karenanya Allah mengacaukan bahasa mereka di Babel, agar manusia tidak menggunakan bahasa yang sama. Ini adalah siasat Allah: Kemudian, setelah tiba hari Pentakosta, Allah menurunkan Roh-Nya, dan menyuruh orang berkata-kata dengan bahasa lidah, itu pun sebagai tindakan politik Allah.

(4) Terpecah Menjadi Berbagai Bangsa

Sampai pada masa menara Babel, umat manusia di bumi terpecah-pecah menjadi banyak “bangsa”. Ini pun tindakan politik Allah. Setelah itu, dari sekian banyak bangsa Allah memilih satu bangsa, yaitu bangsa Israel menjadi milik-Nya. Itu adalah kasih karunia. Tetapi adanya perbedaan “bangsa” di antara umat manusia itulah politik Allah.

(5) Mulai Ada Negara

Setelah lewat sekian tahun kemudian, berdirilah ba­nyak negara. Menurut sejarah dalam Alkitab kita nampak bahwa permulaan negara lebih lambat daripada bangsa. Jadi negara terbit setelah adanya bangsa. Setiap negara ada seorang raja yang memerintah dan mengatur. Ini pun merupakan perkara yang diizinkan dan ditetapkan dalam politik Allah.

(6) Pembentukan Negara Israel

Ketika orang-orang Israel berada dalam zaman para hakim, mereka hanya sebagai satu bangsa, belum menjadi satu negara atau kerajaan. Hingga jaman Samuel, mereka masih sebagai satu bangsa, seperti bangsa-bangsa lainnya, sebab mereka belum ada raja yang memerintah mereka. Tetapi pada suatu hari, orang Israel pun ingin punya raja. Mereka ingin beralih dari kasih karunia Allah ke dalam politik Allah. Mereka berkata: “Kami juga ingin memiliki raja seperti bangsa-bangsa lainnya”. Allah memperingatkan mereka: “Jika kalian menginginkan raja, maka kalian kelak akan diperintah oleh raja itu” (I Sam. 8:9).

(7) Saul Menjadi Raja

Setelah itu, Allah memilih Saul menjadi raja mereka Begitu Saul terpilih, maka sistem politik Allah mulailah berlaku atas bani Israel. Ini tidak berarti kasih karunia Allah berakhir atau lenyap, tetapi berarti bahwa bani Israel harus khusus menaklukkan diri mereka di _bawah politik Allah. Dan karenanya orang Israel tak dapat sembarangan menentang sang terurap mereka, sebab. ialah raja mereka. Itulah sebabnya walaupun pada aspek karunia Saul ° telah meninggalkan Allah, tetapi pada aspek ‘politik ia tetap sebagai raja. Di sini kalian harus nampak adanya dua jalur yang berbeda, agar kalian dapat nampak pula kedua kondisi dan situasi yang berbeda. Ditinjau dari segi kasih karunia, Saul memang telah gagal; tetapi ditinjau dari segi politik, ia tetap sebagai raja. Itulah sebabnya Daud tak dapat menentang wewenang yang ditetapkan Allah.

II. SISTEM KASIH KARUNIA
MENGGENAPKAN SISTEM POLITIK

Keadaan semacam ini berlangsung terus hingga kedatangan Tuhan Yesus. Di situ anda nampak kedua aspek dari pekerjaan Allah. Sistem kasih karunia Allah berlangsung terus di atas bumi ini, dan demikian pula sistem politik Allah. Para imam dan nabi berada di pihak kasih karunia Allah demi memelihara sistem kasih karunia, sedangkan para raja bani Israel berikut pemimpin-pemimpin bangsa itu berada di pihak politik Allah demi mempertahankan sistem politik Allah.

Tatkala Tuhan Yesus berada di bumi, pada sepihak Ia menjadi Juruselamat yang menyelamatkan manusia dari dosa, hal, ini merupakan fungsi-Nya dalam sistem kasih karunia; pada pihak lain, Allah menghendaki Tuhan Yesus melalui usaha salib menegakkan wewenang-Nya sendiri, dan membentuk kerajaan sorgawi-Nya, yaitu agar sorga berkuasa di atas bumi. Allah selalu berusaha memusnahkan kekuasaan setan, dan mendatangkan kerajaan sorga, serta mendatangkan langit baru dan bumi baru. Pada hari itu, kasih karunia dan politik akan tergabung menjadi satu sistem. Artinya, pada saat langit dan bumi baru tiba, sistem kasih karunia dan sistem politik akan berintegrasi menjadi satu sistem; keduanya itu akan manunggal pada diri Tuhan Yesus, Tuhan bekerja dalam kedua pihak itu. Pada satu pihak Ia bekerja dalam sistem kasih karunia, pada pihak lain la pun bekerja dalam sistem politik.

Politik Allah bukan baru dimulai dari penciptaan manusia, melainkan sudah dimulai sejak penciptaan malaikat. Ini tercatat sangat jelas dalam Alkitab. Tatkala setan menjadi bintang fajar yang memegang kekuasaan, saat itulah sistem politik sudah mulai berlaku. Hingga penciptaan manusia, masalah perkawinan merupakan satu ikhwal dalam kategori sistem politik Allah. Masalah suami dan istri adalah perkara dalam sistem politik, demikian pula pembentukan keluarga, termasuk relasi antara orang tua dan anak-anak. Struktur utama Bari kesemuanya itu didirikan dalam sistem politik Allah.

Sekarang saya ingin menunjukkan kepada saudara saudari, bahwa setiap orang yang beroleh kasih karunia dalam zaman ini perlu mempelajari satu pelajaran yang mendasar ini, yakni jangan sekali-kali membiarkan kasih karunia merongrong politik Allah. Saya ingin mengulangi kalimat ini dengan serius: Jangan sekali-kali membiarkan kasih karunia pada diri kita merongrong apa yang Allah tetapkan dalam politik-Nya. Allah menghendaki manusia menghormati politik-Nya, Ia tidak mengizinkan manusia menghapus politik-Nya. Jika kita tidak mengenal politik Allah, kita akan menjadi manusia yang ilegal dihadapan-Nya; dan kita sama sekali tidak nampak bahwa kecuali gereja masih ada satu kerajaan. Oleh sebab itu, kalian wajib menyadari sistem politik Allah. Sistem kasih karunia bertujuan untuk menggenapkan sistem politik. Bukan sistem politik untuk menggenapkan sistem kasih karunia, melainkan sebaliknya, sistem kasih karunia menggenapkan sistem politik.

Ada satu kekhilafan sangka yang terdapat pada kebanyakan orang, yaitu mengira bahwa mereka dapat mengesampingkan politik lewat kasih karunia. Pada hal anda tak mungkin menggunakan usaha Allah dalam kasih karunia-Nya untuk mengubah politik-Nya. Pengampunan yang kita nikmati di hadapan Allah tak, mungkir, mengubah pengampunan politik Allah. Tak peduli berapa banyaknya pengampunan yang anda peroleh dalam kasih karunia-Nya tak mungkinlah mengubah pengampunan politik-Nya.

Politik Allah berdiri sebagai satu prinsip yang lain! Dari awal hingga akhir, Allah ingin menerapkan sistem politik-Nya. Kasih karunia selalu berdampingan dengan politik. Karena hari ini manusia tidak tunduk di bawah sistem politik, bahkan memberontak, maka barulah ada sistem kasih karunia. Sistem kasih karunia mendatangkan keselamatan dan damai sejahtera kepada anda, sehingga anda dapat tunduk kepada sistem politik Allah. Jadi kasih karunia malahan menjadi pelengkap atau pembantu sistem politik Allah.

III. WAJIB BELAJAR
MENGENAL POLITIK ALLAH

1. Adam Diusir dari Taman Eden

Kalian tentu ingat kisah perbuatan dosa Adam. Setelah Allah membuat taman Eden, diciptakan-Nyalah Adam dan Hawa dan menyuruh mereka menjadi taman tersebut. Hal ini berarti Allah menyerahkan seluruh taman Eden kepada mereka. Eden berarti gembira. Mereka tinggal dalam taman gembira. Tetapi mereka kemudian berdosa. Setelah mereka berdosa, Allah berjanji kepada mereka bahwa kelak Ia akan mendatangkan seorang penolong yang berasal dari keturunan perempuan. Walaupun mereka menerima satu janji untuk penebusan, tetapi mereka tetap diusir dari taman Eden. Di sini anda nampak pertolongan adalah kasih karunia Tuhan, tetapi hal itu tidak mencegah tindakan politik pengusiran-Nya.

Allah tidak saja mengusir Adam dari taman Eden, bahkan menjaga taman itu dalam kerub, agar mereka berdua tak dapat kembali ke situ, inilah politik Allah. Politik Allah itu satu perkara, kasih karunia Allah itu perkara yang lain. Kasih karunia-Nya memberikan janji seorang penolong, sedang politik atau siasat-Nya mengusir manusia dari taman Eden. Sejak hari itu manusia tak dapat memasuki taman Eden lagi, hal itu sangat gamblang.

2. Bani Israel Tak Dapat Memasuki Kanaan

Umat Israel telah tiba di Kadesy, tapi mereka enggan masuk ke tanah Kanaan; akibatnya Allah tidak memperkenankan mereka masuk. Walau mereka kemudian menyesal dan ingin masuk sendiri, tapi banyak di antara mereka dalam sehari mati terbunuh penduduk Kanaan. Orang-orang Israel meratap dan berseru kepada Allah, tetapi bagaimanapun juga Allah tidak mengizinkan mereka masuk (Bil. 13, 14). Sekali mereka menyatakan tidak mau masuk, akhirnya mereka selamanya tak dapat masuk. Allah tidak membiarkan manusia berbuat sembarangan terhadap politik-Nya. Allah mempunyai politik-Nya sendiri.

3. Musa Tak Dapat Masuk Kanaan

Musa memukul bukit batu dua kali dengan tongkat; ia tidak menghormati kekudusan Tuhan, sehingga ia tak dapat masuk tanah Kanaan (Bil. 20:7-12). Kendatipun Allah membelaskasihinya, membawanya ke atas puncak Pisga untuk memperlihatkannya seluruh negeri itu, tetapi ia sendiri tak dapat masuk bersama-sama dengan umat Allah ke negeri tersebut. Ia dapat bersama-sama dengan Allah memandang negeri Kanaan dari atas puncak Pisga, tapi ia tak dapat memasulinya (Ul. 34). Memandang batas tanah Kanaan dari puncak Pisga itulah kasih karunia, sedang tak dapat memasuki tanah kanaan itulah politik Allah.

4. Pedang Tidak Terhalau Dan Keluarga Daud

Setelah Daud berdosa, Allah merahmatinya, dan mengampuni dosanya, bahkan memberkatinya, yaitu ia dapat bersekutu dengan khusus dengan Allah. Namun pedang selamanya tidak terhalau dari keluarganya (II Sam. 12: 7-14). Itulah politik Allah.

5. Paulus Berpisah dengan Barnabas

Perpisahan antara Paulus dan Barnabas dikarenakan Markus (Kis. 15:37-39). Markus adalah kerabat . Barnabas (Kol. 4:10). Markus membangkang di tengah jalan, tidak patuh, tapi Barnabas tetap ingin mengajaknya, ini jelas karena mereka mempunyai relasi kekeluargaan. Setelah itu Barnabas berpisah dengan Paulus, ia mengajak Markus ke Siprus, kampung halaman mereka. Di sini mereka sama sekali bekerja menurut relasi daging. Saya akui Barnabas kemudian mungkin tetap dipakai Allah, dan melakukan pengabdiannya dengan baik, tetapi mulai saat itu Roh Kudus menghapus namanya dari Alkitab. Namanya memang masih tercantum dalam kitab hayat, tetapi tidak tercatat lagi dalam Kisah para Rasul. Ini adalah politik Allah. Dalam politik Allah, la tidak dapat membiarkan manusia menempuh jalan sendiri!

Sistem kasih karunia itu satu perkara, sistem politik itu perkara lain lagi. Semakin orang berendah hati, ia akan semakin maju dalam sistem politik Allah. Jangan sekali-kali mengira anda telah masuk ke dalam sistem kasih karunia Allah, maka anda dapat membatalkan sistem politik Allah. Tidak!

Kasih karunia tak berdaya membatalkan politik, kasih karunia malah dapat menyuruh orang mentaati politik. Saya mengatakan dengan serius; kasih karunia justru memberi kita- kekuatan, agar kita dapat mentaati politik. Kasih karunia tidak menyuruh kita berontak demi menggulingkan politik. Kedua sistem Allah ini saling melengkapi. Kasih karunia tidak’ dapat membatalkan politik. Hanya orang beballah yang berkata: saya telah menerima kasih karunia, maka saya boleh kendur, dan boleh sembarangan. Itulah perbuatan orang bebal!

Jika seorang hamba lebih banyak mengenal kasih karunia, ia akan menjadi hamba yang lebih baik. Kalau ia menjadi tuan, ia akan menjadi tuan yang lebih baik pula. Demikian pula, ia akan menjadi suami, orang tua, anak-anak, dan warga negara yang lebih baik, dan ia akan semakin tunduk kepada wewenang. Seorang yang menerima kasih karunia Allah lebih banyak, ia akan semakin mengetahui bagaimana memelihara politik Allah. Saya tak pernah melihat seorang yang benar-benar mengenal kasih karunia Allah, malah merusak politik Allah.

IV. PENUDUNGAN KEPALA BERTALIAN
DENGAN POLITIK ALLAH

Masalah penudungan kepala adalah masalah politik Allah, karenanya hal itu bertalian dengan politik Allah. Jika kalian tidak mengetahui politik Allah, saya tak dapat menganjuri kalian melakukan penudungan kepala. Kalau seorang tidak menyadari politik Allah, ia pun tak menyadari betapa besarnya sangkut paut penudungan kepala. Dan kalau ia menyadari politik Allah, mengetahui adanya sistem politik Allah yang diwahyukan dalam firman Allah, ia pun akan menyadari besarnya hubungan antara penudungan kepala dengan politik Allah

Dalam I Korintus 11:2, 3 termaktub: “Aku memuji kamu, sebab dalam segala sesuatu kamu tetap mengingat akan aku dan teguh berpegang pada ajaran yang kuteruskan kepadamu. Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal .ini; yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah”. Hal ini merupakan masalah politik Allah.

Di sini tidak membicarakan hubungan antara Bapa dan Anak, sebab hubungan itu merupakan hubungan dalam ke-Allahan. Tapi di sini adalah hubungan Allah dengan Kristus. Menurut perkataan manusia zaman sekarang, Kristus adalah wakil Allah. Ditinjau dari aspek jabatan, atau aspek pengaturan dan politik Allah, Allah itu Allah, Kristus itu Kristus, Kristus itu utusan Allah. Yohanes 17:3 menerangkan, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus”. Allah itu Allah, dan Tuhan Yesus itu Kristus yang diutus. Di sini Allah dan Kristus merupakan masalah dalam politik, Allah. Kristus sebenarnya setingkat dengan Allah, tapi Ia rela menjadi Kristus, utusan. Allah menjadi Allah di tempat yang maha tinggi, sedang Kristus diutus untuk melakukan pekerjaan Allah. Ini adalah masalah yang pertama dalam politik Allah.

Apakah tujuan Allah? Allah ingin mengangkat Kristus sebagai Kepala, semua manusia harus taat kepada-Nya. Sebab Dia sebagai sebuah sulung dalam ciptaan, Dia sebagai yang pertama dalam ciptaan, maka Dia menjadi Kepala setiap manusia, dan semua manusia harus tunduk di bawah-Nya. Dalam politik Allah hal ini pun merupakan prinsip yang asasi. Kristus adalah Kepala setiap manusia (laki-laki), ini bukan perkara dalam kasih karunia, melainkan dalam politik Allah. Demikian pula, laki-laki adalah kepala perempuan, itu pun politik Allah. Dalam politik-Nya, Allah mengangkat laki-laki menjadi kepala, sama halnya dengan Ia mengangkat Kristus menjadi Kepala, dan mengangkat diri-Nya sendiri menjadi Kepala. Semuanya itu adalah masalah sistem keseluruhannya.

Di sini Allah sendiri menjadi Kepala, Allah lalu mengangkat Kristus menjadi Kepala, dan mengangkat laki-laki menjadi kepala pula. Ini  merupakan tiga prinsip besar dalam politik Allah.

Allah sebagai Kepala Kristus, ini bukan soal Ia lebih besar daripada Kristus, melainkan dalam politik Allah, Ialah Kepala Kristus. Kemudian dalam politik Allah, Kristus adalah Kepala setiap orang laki-laki, dan laki-laki adalah’ kepala perempuan. Itulah yang Allah dirikan dan tetapkan.

Filipi pasal 2 cukup jelas. Pada sifat asasi-Nya, Tuhan Yesus memang setingkat dengan Allah. Tetapi dalam politik Allah, Ia adalah Kristus. Karena Ia sebagai Kristus maka Allah menjadi Kepala-Nya. Karenanya dalam Injil Yohanes Tuhan mengakui bahwa segala yang Ia lakukan menurut apa yang Bapa lakukan (Yoh. 5:19). “Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku” (Yoh. 6:38). Aku hanyalah Kristus yang diutus. Aku tidak berani berkata-kata menurut kemauan sendiri, melainkan menurut apa yang kudengar daripada-Nya. Aku tidak berani berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku baru berbuat setelah melihat Bapa berbuat (Yoh. 8:26, 28). Tuhan Yesus berada dalam pengaturan politik Allah. Ketetapan Allah ialah: Allah itu Allah, Dia adalah Kristus, maka Kristus wajib menurut perkataan Allah. Walau Allah Putra tak perlu menurut perkataan Allah Bapa, sebab ditinjau dari segi personalitas asasinya, Allah Putra sama besar-kecilnya dengan Allah Bapa, baik pada tingkatan maupun kehormatan. Akan tetapi, dalam politik Allah, Ia tidak berada di atas posisi Allah Putra, melainkan di atas posisi Kristus yang menjadi utusan.

Pada suatu hari kelak manusia akan mengenal politik Allah. Umat manusia di seluruh dunia akan mengetahui bahwa Kristus adalah Kepala mereka. Itulah ketetapan_ politik Allah. Hari ini hanya gereja yang mengetahui Kristus menjadi Kepala setiap manusia, sedangkan orang-orang dunia tidak tahu. Tetapi, pada suatu hari kelak, manusia di seluruh dunia akan mengetahui bahwa Kristus itulah Kepala, Dialah yang pertama dalam segala yang diciptakan. Dialah yang sulung dari segala yang diciptakan, seluruh manusia yang tercipta harus tunduk di bawah wewenang Kristus. Demikian pula, Allah menetapkan laki-laki menjadi kepala perempuan, hal ini pun baru diketahui di dalam gereja. Sudahkah kalian nampak hal ini? Hari ini hanya gerejalah yang tahu bahwa Kristus itu Kepala setiap manusia, dan hanya gereja yang tahu bahwa laki-laki adalah kepala perempuan.

Kita telah nampak bahwa kasih karunia tak dapat menggulingkan politik Allah. Saya kira pelajaran yang kita pelajari kian lama kian jelas. Kasih karunia ialah untuk menopang politik Allah, bukan merusak politik Allah. Tak seorang pun boleh menjadi bebal sedemikian rupa sehingga ingin memperalat kasih karunia Allah untuk melanggar politik-Nya. Politik Allah sekali-kali tak dapat dilanggar! Tangan Allah senantiasa mempertahankan politik-Nya. Hari ini tidak seorang pun boleh melawan wewenang ayahnya dengan alasan, ia sudah percaya kepada Tuhan; atau melawan wewenang tuannya, atau melawan wewenang pemerintah. Hari ini tidak seorang pun boleh berkata, “Saya orang Kristen, maka saya tak perlu membayar pajak”. Tidak ada hal yang demikian! Semakin anda menjadi orang Kristen, anda harus semakin mempertahankan politik Allah.

Hari ini kita wajib mempertahankan kesaksian Allah di dalam dunia ini. Karenanya di sini Tuhan memperlihatkan kepada kita adanya tiga jenis kepala yang berbeda-beda: Allah itu Kepala, Kristus itu Kepala, dan laki-laki pun kepala. Di sini sama sekali bukan masalah saudara saudari, bukan masalah dalam kasih karunia, melainkan dalam politik. Kalau dalam kasih karunia membicarakan relasi antara saudara dan saudari, tapi dalam politik Allah ada ketentuan yang lain. Inilah kehendak dan maksud Allah yang bersifat independen. Allah menetapkan diri-Nya sebagai Kepala, dan Kristus sebagai pentaat-Nya; Allah pun menetapkan Kristus sebagai Kepala, dan setiap manusia sebagai pentaat-Nya; dan Allah pun menetapkan laki-laki menjadi – Kepala, dan perempuan harus mengenakan tanda ketaatan — penudungan kepala.

V. MAKNA PENUDUNGAN KEPALA

I Kor. 11:4-5, ‘Maka tiap laki-laki yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang bertudung, menghina kepalanya. ‘Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya”. Dengan ayat in! kita akan mengetahui apa makna penudungan kepala itu.

Makna penudungan kepala ialah: Saya tunduk di bawah politik Allah, saya menerima kedudukan itu. Saya sekali-kali tidak berani berkata sebab saya telah menerima kasih karunia, maka saya boleh menghapus politik Allah. hal itu bahkan saya pikirkan pun tidak berani; malahan saya harus menerima hal tersebut. Bagaimana Kristus menerima Allah sebagai Kepala-Nya, setiap’laki-laki pun menerima Kristus sebagai Kepala. Demikian pula, pada aspek perwakilan, perempuan pun menerima laki-laki sebagai kepalanya. Jadi; penudungan kepala berarti: seolah-olah -saya tidak berkepala, saya menaungi kepala.

Kalian harus ingat, pada pelaksanaannya memang perempuan yang menudungi kepala, tapi pada hakekatnya Kristus di hadapan Allah juga menudungi kepala, dan setiap laki-laki di hadapan Kristus juga menudungi kepala. Hanya saja, dalam pelaksanaannya, Allah hanya menyuruh perempuan di hadapan laki-laki menudungi kepalanya. Ini sungguh suatu hal yang ganjil! Tapi justru ini merupakan prinsip yang sangat dalam, yang sangat besar sangkut pautnya, dan ini sekali-kali bukan perkara yang sepele.

Saya sering merasa ada sementara saudara dan saudari yang sama sekali tidak dapat menerima masalah penudungan kepala, sebab mereka sama sekali tak mengetahui politik Allah. Kecuali anda mengetahui politik Allah barulah anda dapat memahami kebenaran penudungan kepala. Soalnya, karena Kristus di hadapan Allah menudungi Kepala-Nya, maka saya pun wajib menudungi kepala di hadapan Allah. Saya menudungi kepala sehingga kepala saya tidak kelihatan dan tidak tertampil. Allahlah kepala saya. Pada hakekatnya, Allah _menghendaki setiap orang menudungi bagian kepalanya. Kristus itulah Kepala saya, maka kepala saya sendiri tidak boleh ditonjolkan, dan tidak boleh kelihatan.

Dalam kesempatan ini saya ingin berkata kepada setiap wanita Kristen: Allah telah menetapkan laki-laki menjadi kepala kalian. Pada zaman di mana manusia tak mengenal wewenang Allah seperti pada hari ini, maka hanya di. dalam gerejalah Tuhan meminta supaya penudungan kepala itu dipraktekkan. Karenanya masalah ini adalah masalah kita mau menjadi orang Kristen atau tidak. Di dalam gereja, Allah menuntut agar setiap orang Kristen menerima sistem yang ditetapkan Allah dalam politik-Nya.

VI. KEWAJIBAN PARA SAUDARI

Jadi penudungan kepala yang dipraktekkan para saudari berarti mereka berdiri di atas kedudukan Kristus di hadapan Allah, dan di atas kedudukan laki-laki di hadapan Kristus. Allah menyuruh setiap perempuan menudungi kepala dengan maksud supaya politik-Nya terekspresi di atas bumi ini. Hanya perempuanlah yang diharuskan melakukan penudungan kepala. Penudungan kepala bukan hanya untuk perempuan itu sendiri, tetapi juga untuk pengwakilan. ‘Banyak perkara yang dilakukan untuk diri sendiri, tapi banyak pula yang dilakukan untuk pengwakilan. Untuk diri sendiri, sebab saya adalah seorang perempuan, sedang untuk pengwakilan sebab saya mewakili laki-laki dan mewakili Kristus pula.. Kalau ‘ hadapan saya mewakili lakilaki, maka di hadapan Allah saya mewakili Kristus. Karena itu, para saudari’ menudungi kepalanya di hadapan Allah, itu sama dengan Kristus menudungi kepala-Nya di hadapan Allah. Dan para saudari menudungi kepala di hadapan Kristus, itu sama dengan laki-laki menudungi kepalanya di hadapan Kristus.

Di hadapan Kristus semua manusia seharusnya tidak berkepala, menutupi kepala, dan membiarkan Kristus menjadi Kepala. Jika kita di hadapan Kristus tidak menudungi kepala, itu berarti mempunyai dua kepala. Kalau ada dua kepala, bagaimanapun juga yang satu harus ditutupi. Kalau Allah dan Kristus ada di sini, maka satu kepala harus ditudungi. Demikian pula, kalau laki-laki dan perempuan ada di sini, maka satu kepala harus ditudungi. Dan kalau Kristus dan laki-laki ada di sini, satu kepala harus ditudungi pula. Jika yang satu tidak menudungi kepala, berarti ada dua kepala. Dalam politik Allah tidak boleh ada dua kepala. Jika Allah sebagai Kepala, maka Kristus tak dapat menjadi kepala; jika Kristus sebagai Kepala, maka laki-laki tak dapat menjadi kepala; dan jika laki-laki sebagai kepala, maka perempuan tak dapat menjadi kepala.

Allah menetapkan para saudari sebagai wakil, maka para saudari diwajibkan mengenakan tanda ketaatan di atas kepalanya, yaitu memanifestasikan sistem politik Allah. Allah dengan khusus menuntut satu perkara ini; yakni ketika seorang perempuan berdoa atau bernubuat, haruslah ia menudungi kepalanya. Pada waktu mereka datang ke hadapan, Allah, mereka harus menyadari politik Allah. Ketika mereka berkhotbah atau berdoa bagi Allah di hadapan manusia, atau pergi untuk Allah, atau datang ke hadapan Allah, semua yang bertalian dengan Allah, harus menudungi kepalanya. Perbuatan ini tak lain bermaksud memanifestasikan politik Allah.

Kaum pria tak diperbolehkan menudungi kepala. Jika laki-laki menudungi kepala di hadapan perempuan, itu berarti ia menghina kepalanya sendiri. Sebab laki-laki mewakili Kristus. Kalau laki-laki menudungi kepala, itu malah berarti ia mengakui setiap orang (laki-laki) tidak seharusnya menudungi kepala di hadapan Kristus. Kristus malah menudungi kepala di hadapan setiap laki-laki.

VII. HARUS MENGENAKAN TANDA MENTAATI WEWENANG KARENA MALAIKAT

Ayat 6, “Sebab jika perempuan tidak mau menudungi kepalanya, maka haruslah ia juga menggunting rambutnya. Tetapi jika bagi perempuan adalah penghinaan, bahwa rambutnya digunting atau dicukur, maka haruslah ia menudungi kepalanya”. Dengan kata lain, dalam hal ini Allah menghendaki para saudari, bersikap tuntas.

Tak seorang pun yang boleh tidak menudungi kepala, dan meninggalkan rambutnya di kepala; jika perempuan tidak menudungi kepala, haruslah ia menggunting atau mencukur rambutnya. Tetapi, jika anda merasa menggunting atau mencukur rambut adalah suatu kehinaan, maka haruslah anda menudungi kepala anda. Itulah maksud Paulus. Jika perempuan tidak menudungi kepalanya, haruslah ia menggunting atau mencukur rambutnya. Pokoknya kita harus bersikap tegas dan tuntas, jangan kepalang tanggung.

Ayat 7, “Sebab laki-laki tidak perlu menudungi kepalanya; ia menyinarkan gambaran dan kemuliaan Allah”. Karena laki-laki mewakili gambar dan kemuliaan Allah, maka tidak seharusnya laki-laki menudungi kepalanya. “Tetapi perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki”, maka dari itu perempuan harus menudungi kepalanya. Kalau perempuan tidak menudungi kepalanya, tak dapatlah ia menyatakan laki-Laki sebagai kepala.

Ayat 8 dan 9 sangat gamblang, dan semua itu menyangkut politik ‘Allah. Karenanya saya mengatakan, jika kalian tidak tahu masalah politik Allah, anda tak usah membaca I Korintus 11, “Pada mulanya laki-laki tidak berasal dari perempuan”. Itulah perbuatan Allah. Pada saat penciptaan, laki-laki bukan berasal dari perempuan; malahan perempuan berasal dari sebuah tulang iga laki-laki. Di sini anda nampak bahwa Adam itulah kepala, bukan Hawa. “Dan laki-laki tidak diciptakan karena perempuan, tetapi perempuan diciptakan karena laki-laki”. Jadi demi penciptaan pun harus ditaati.

Ayat 10, “Sebab itu, perempuan harus memakai tanda wibawa (wewenang) di kepalanya oleh karena para malaikat”. Alkitab tidak menetapkan harus menudungi kepala dengan apa; hanya mengatakan harus menudungi kepala, yaitu menudungi kepala yang ada rambutnya. Mengapa harus berbuat demikian? “Oleh karena para malaikat”, itulah alasannya.

Saya sering merasa ini sungguh suatu ajaran yang sangat ajaib. Adanya tanda wibawa :(wewenang) di atas kepala para saudari itu adalah karena para malikat. Kita semua hafal sejarah kedosaan yang dilakukan malaikat. Setan adalah pemberontak. Bagaimana setan bisa memberontak? Sebab ia ingin meninggikan dirinya hingga setaraf dengan Allah. Kitab Yesaya 14 mengatakan bahwa ia ingin meninggikan dirinya sendiri, ingin naik ke atas sorga supaya dapat setingkat dengan Allah. Dengan kata lain, malaikat telah menonjolkan kepalanya di hadapan Allah, ia tidak tunduk di bawah wewenang Allah. Dalam Yesaya 14 setan terus mengatakan, aku ingin, aku ingin, aku ingin naik ke atas sorga, aku ingin mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah. Aku ingin duduk di atas bukit pertemuan, aku ingin naik mengatasi ketinggian awan-awan, ingin menyamai Yang Maha Tinggi! (ay. 13-14). Setan justru ingin melakukan hal-hal yang demikian. Itulah asal usul kejatuhan penghulu malaikat. Kitab Wahyu 12 menunjukkan ketika setan jauh ia telah menyeret sepertiga malaikat lainnya bersama-sama dengannya (ay. 4). Ia tidak tunduk di bawah wewenang sang Kepala di hadapan Allah, melainkan ia sendiri ingin menjadi kepala. Itulah kejatuhan malaikat!

Hari ini, tanda wibawa yang dikenakan di atas kepala wanita ditujukan kepada para malaikat. Dan hari ini hanya dalam gereja baru terdapat tanda wibawa itu di atas kepala para saudari. Itu berarti, “Saya menudungi kepala saya, saya tak berkepala, saya tidak menjadi kepala. Kepala saya tidak tampil keluar, saya menerima laki-laki sebagai kepala, yaitu menerima Kristus sebagai kepala, dan saya menerima Allah sebagai Kepala”. Akan tetapi, para malaikat telah memberontak. Itulah artinya “oleh karena para malaikat”.

Saya mengenakan tanda mentaati wewenang di atas kepala saya. Saya adalah seorang yang menudungi kepala. Hal ini merupakan satu kesaksian yang paling baik terhadap para malaikat yang telah jatuh; maka tak heranlah kalau setan selalu menentang masalah penudungan kepala. Sebab hal ini merupakan suatu penghinaan terhadapnya. Kita telah melakukan perkara yang tidak ia lakukan di hadapan Allah. Dan Allah di dalam gereja telah memperoleh apa yang tidak ia peroleh di antara para malaikat. Ada sebagian malaikat yang tidak tunduk di bawah wewenang Allah dan Kristus, sehingga seluruh dunia menjadi kacau balau. 1Vlasalah kejatuhan malaikat, kejatuhan setan, lebih gawat daripada kejatuhan umat manusia. Tetapi apa yang tidak dapat Allah peroleh atas para malaikat, telah diperoleh-Nya di dalam gereja. Puji Tuhan!

Dalam gereja banyak saudari yang berdiri di atas posisi perempuan untuk belajar menudungi kepala. Di sini ada satu kalimat yang tidak dan tidak usah diucapkan, yaitu ia menyatakan satu kesaksian kepada para malaikat di sor­ga bahwa di dalam gereja Allah telah memperoleh apa yang ingin la peroleh. Itulah sebabnya perempuan harus mengenakan tanda mentaati wewenang di atas kepalanya oleh karena Para malaikat

VIII. JANGAN EKSTRIM

Namun dalam hal ini mungkin ada yang bertindak ekstrim, yaitu mengira laki-laki sebagai kepala, maka perempuan harus mentaati wewenang laki-laki. Jika demikian halnya, dalam segala perkara perempuan harus berada pada posisi taat secara membabi buta, dan mereka akan kehilangan kegunaannya. Ini merupakan sikap yang ekstrim. Oleh sebab itu, ‘ Paulus mengatakan bahwa masalahnya tidak sesederhana itu. “Namun demikian” itu hanya merupakan kesaksian pada lahiriahnya. Memang kesaksian luarannya begitu, tapi bagaimanakah aspek dalamnya? Ayat 11 menerangkan, ‘Namun, demikian ‘dalam Tuhan  tidak ada perempuan tanpa laki-laki, dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan. Sebab . . . “. Ada yang bertanya: Apa artinya tidak ada perempuan tanpa laki, dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan? Paulus kemudian menjelaskan: “Sebab sama seperti perempuan berasal dari laki- laki, demikian pula laki-laki dilahirkan oleh perempuan”.

Di taman Eden, perempuan berasal dari laki-laki. Hari ini, setelah taman Eden, laki-laki harus dilahirkan oleh perempuan. Tiada seorang laki-laki yang bukan dilahirkan oleh perempuan. Pada hakekatnya, tidak ada laki-laki tanpa perempuan, dan tidak ada perempuan tanpa laki-laki. Laki-laki tak dapat mengatakan dirinya mempunyai keistimewaan, demikian pula perempuan. “Segala sesuatu berasal dari Allah”. Penudungan kepala hanya menuntut kalian untuk mengenakan satu tanda ketaatan kepada wewenang di atas kepala kalian. Pokoknya segala sesuatu berasal dari Allah. Pada hakekatnya, laki-laki dilahirkan dari perempuan, sedang perempuan berasal dari laki-laki. Tak seorang pun yang dapat menyombongkan diri, dan tak seorang pun yang harus meremehkan diri.

Ayat 13: “Pertimbangkanlah sendiri: Patutkah perempuan berdoa kepada Allah dengan kepala yang tidak bertudung?” Di sini Paulus bertanya kepada kita, khususnya kepada para saudari: Setelah kalian mendengar perkataan-perkataan ini, setelah kalian mengetahui politik Allah, setelah kalian mengetahui bahwa Allah adalah kepala Kristus, Kristus adalah kepala tiap-tiap lelaki, laki-laki adalah kepala perempuan, dan setelah kalian mengetahui bahwa; Allah menetapkan perempuan sebagai wakil tiap lelaki, dan perempuan mewakili Kristus di hadapan Allah, maka kalian harus mempertimbangkan sendiri, patutkah perempuan berdoa kepada Allah dengan kepala yang tidak bertudung?.

Ayat 14: “Bukankah alam sendiri menyatakan kepadamu, bahwa adalah kehinaan bagi laki-laki, jika ia berambut panjang”. Di sini Paulus memutuskan perkara ini dengan perasaan gereja: Perhatikan: Bukankah alam (watak) sendiri menyatakan kepadamu”. Ayat 15: “Tetapi bahwa adalah kehormatan bagi perempuan, jika ia berambut panjang? Sebab rambut diberikan kepada perempuan untuk menjadi penudung”.

Perempuan-perempuan di seluruh dunia semuanya mengindahkan. dan menghargai rambutnya sendiri. ‘Rambut merupakan kemuliaan mereka, dan perempuan justru senang memelihara rambutnya di. atas kepala. Saya tak pernah melihat perempuan membuang-buang rambutnya dengan mudah ke tempat sampah. Rambut adalah kemuliaan perempuan dan yang dihargainya. Dengan perkataan lain, Allah khusus memberikan rambut panjang kepada perempuan untuk menudungi kepalanya.

Di sini saya ingin menunjukkan dua perkara: Allah memberikan rambut panjang kepada perempuan untuk menudungi kepalanya. Paulus mengatakan, karena Allah menghendaki kita tertudung, maka perempuan harus menambahkan penudung kepala di atas tudungannya itu. Kalau Allah memberi anda rambut panjang untuk menudungi kepala anda, maka anda pun harus menutupinya dengan benda penudung buatan manusia. Ayat 15 harus digabungkan dengan ayat 6. Ayat 6 mengatakan, ‘ jika perempuan tidak mau menudungi kepalanya, maka haruslah ia juga menggunting rambutnya. Tetapi jika bagi perempuan adalah penghinaan, bahwa rambutnya digunting atau dicukur, maka haruslah ia menudungi kepalanya”. Ayat 15, “Tetapi bahwa kehormatan bagi perempuan, jika ia berambut panjang. Sebab rambut diberikan kepada perempuan untuk menjadi penudung”; Kalau kedua ayat tersebut kita baca bersama, maka kita akan sangat jelas. Allah telah menudungi kepala perempuan dengan rambut, maka para penerima wewenang Allah haruslah menudungi lagi kepala mereka dengan suatu benda. Jika tidak, lebih baik anda menggunting atau mencukur saja rambut pemberian Allah itu. Dengan kata lain, jika anda menerima milik Allah, anda harus menambahkan dengan milik anda. Jika anda tidak menerima milik Allah, anda harus menghapus apa yang Allah berikan kepada anda. Alkitab tidak mengatakan harus memelihara rambut panjang, tetapi berambut panjang tidak cukup, melainkan harus ditambah lagi dengan penudung kepala.

Hari ini orang tidak mentaati dua perintah Alkitab ini. Andaikata seorang saudari tidak menudungi kepala, melainkan ia menggunduli kepalanya, itu pun berarti ia mentaati perkataan Alkitab. Tapi hari ini kedua-duanya tidak dilakukan orang; tidak mencukur rambut, pun tidak menudungi kepalanya. Ayat 6. mengatakan, jika tidak menudungi kepala haruslah mencukur rambut; jika tidak mencukur rambut, haruslah menudungi kepala. Ayat 15 menunjukkan, kalau Allah telah menudungi saya, maka saya sendiri pun harus mengenakan sebuah penudung lagi.

Bagaimanakah menjadi pentaat-pentaat Allah? Kalau Allah telah menudungi saya, saya sendiri pun harus menudungi lagi kepala saya. Jadi, orang yang mengenal Allah selalu menambahkan miliknya sendiri di atas perkara yang telah Allah lakukan. Kalian harus menuruti jalan itu, bukan berlawanan dengan jalan itu.

IX. TIDAK ADA PERBANTAHAN

~ Ayat 16: “Tetapi jika ada orang yang mau membantah, kami maupun Jemaat-jemaat Allah tidak mempunyai kebiasaan yang demikian”. Saya kira perkataan Paulus ini sangat berat. Paulus sangat mengenal orang-orang Korintus. Orang-orang Korintus tidak saja tinggal di Korintus, juga tinggal di banyak tempat! Orang-orang Korintus pun tinggal di gereja di mana anda berada.

Paulus mengatakan, “Jika ada orang yang mau membantah”. Apakah yang mau dibantah? Dari ayat 1 sampai 15 membicarakan masalah penudungan kepala, maka yang mau dibantah orang ialah masalah penudungan kepala. Tapi di sini Paulus mengatakan, kelirulah jika ada orang mau membantah masalah penudungan kepala. Sebab masalah penudungan kepala tidak dapat diperbantahkan dengan sembarangan.

Banyak orang ingin membantah, mereka mengatakan perempuan tidak perlu – menudungi kepala. . Seolah-olah Allah menjadi Kepala- Kristus tidak berlaku secara universal, melainkan hanya berlaku di Korintus. Demikian pula Kristus menjadi Kepala tiap-tiap lelaki, dan laki-laki menjadi kepala perempuan. Akan tetapi puji Tuhan, menjadi orang Kristen adalah masalah universal, bukan masalah Korintus. Puji Tuhan, Kristus menjadi Kepala tiap laki-laki, Allah menjadi Kepala Kristus, dan laki-laki menjadi kepala perempuan. Ini semuanya merupakan masalah universal, bukan masalah Korintus.

Kalau ada saudari-saudari mengira tidak perlu menudungi kepalanya, dan karenanya mereka menentang perkataan dan ketetapan yang Paulus terima dan yang disampaikan kepada mereka, bagaimanakah kata Paulus? Paulus berkata, “kami . . . tidak mempunyai kebiasaan atau peraturan yang demikian”. “Kita” di sini ditujukan kepada Paulus sendiri dengan para rasul. Di antara para rasul tidak terdapat kebiasaan yang demikian, yaitu tidak ada saudari yang tidak menudungi kepala. “Jika ada orang yang mau membantah, kami tidak mempunyai kebiasaan yang demikian”. Anda tidak beralasan untuk membantah hal ini. Jika ada orang mau membantah lagi, Gereja-gereja Allah” pun tidak ada kebiasaan yang demikian. Ini berarti masalah penudungan kepala tak dapat dibantah.

Di sini Paulus menunjukkan kepada kita bagaimana kebiasaan gereja-gereja Allah pada masa itu. Menurut adat istiadat orang Yahudi waktu itu, jika mereka memasuki Sinagoge haruslah menudungi kepala, baik laki-laki maupun perempuan. Laki dan perempuan sama-sama harus menudungi kepala dengan sehelai kain penudung yang disebut “talis” barulah dapat masuk ke dalam Sinagoge, tanpa penudung tidak diperbolehkan masuk. Tapi menurut adat istiadat orang Yunani waktu itu, (Korintus adalah satu kota di Yunani) ketika laki-laki maupun perempuan masuk ke kuil mereka, semuanya tanpa penudung kepala, yakni menampilkan kepala. Pada zaman Paulus tiada satu bangsa atau negara di dunia ini yang para lelakinya tidak menudungi kepala dan para perempuannya harus menudungi kepala: Jadi pada waktu itu orang Yahudi seluruhnya (laki-laki dan perempuan) harus menudungi kepala, dan orang kafir sama sekali tidak menudungi kepala, tetapi anak-anak Allah, laki-laki tidak menudungi kepala, perempuan harus menudungi kepala.

Oleh sebab itu, ketetapan laki-laki tidak menudungi kepala dan perempuan harus menudungi kepala merupakan sebuah perintah unik yang diberikan para rasul Allah kepada anak-anak-Nya. Kebiasaan ini dimiliki oleh gereja- gereja Allah secara unik. Dan kebiasaan ini tidak sama dengan kebiasaan orang Yahudi maupun kafir; ini adalah kebiasaan unik yang dimiliki gereja. Karena kebiasaan ini sebagai perintah para rasul, maka ialah yang baru dan yang ilahi.

Semua rasul percaya bahwa perempuan harus menudungi kepala. Jika ada seorang rasul tidak percaya bahwa perempuan harus menudungi kepala, ia bukanlah di tengah-tengah kita, ia pasti di luar kita. Tiadalah kebiasaan itu di antara kita. Kalau ada gereja yang tidak percaya, Paulus mengatakan bahwa gereja-gereja Allah pun tidak ada kebiasaan yang demikian. Seluruh gereja tidak ada kebiasaan yang demikian. Setiap gereja lokal yang dilalui para rasul tidak ada kebiasaan yang demikian. Sampai -di sini Paulus tidak lagi membicarakan alasan. Alasan Paulus dibicarakan sampai pada ayat 15 saja. Pada ayat 16 beliau tidak lagi membicarakan alasan. Jika ada orang yang mau membantah, Paulus berkata, tidak ada seorang rasul yang menyetujui opini anda. Anda di luar rasul, dan di luar gereja. Semua  rasul dan semua gereja percaya hal ini, maka anda tak dapat membantahnya.

Oleh sebab itu, kita harus membiarkan para saudari menudungi kepala ketika mereka mengikuti sidang, yaitu ketika berkhotbah dan berdoa. Mengapa harus demikian? Sebab hal ini bermaksud menyatakan bahwa Allah di dalam gereja ingin memperoleh apa yang tidak dapat Ia peroleh di dunia, dan menyatakan bahwa Allah ingin memperoleh apa yang tak dapat Ia peroleh di dalam alam semesta. Apa yang tak dapat Ia peroleh di antara malaikat, dan di dunia, kini telah diperoleh-Nya di dalam gereja. Karenanya, para saudari wajib mengetahui hal ini. Kata-kata dalam ayat 3 merupakan satu ajaran yang gamblang. Allah Kepala Kristus, Kristus Kepala tiap laki-laki, dan laki-laki kepala perempuan. Karenanya perempuan harus menudungi kepala. Itulah ajaran pokok dari seluruh bagian Alkitab ini.

X. PRINSIP PENGWAKILAN

Ada sebuah prinsip yang sangat besar dalam Alkitab, yakni prinsip pengwakilan. Perkataan ini pernah saya singgung, sekarang akan saya ulangi di sini.

Sebagai orang Kristen, kita memiliki dua prinsip yang berbeda: pertama ialah apa yang kita lakukan di hadapan Allah berdasarkan prinsip . pribadi; kedua ialah apa yang kita lakukan di hadapan Allah menurut prinsip pengwakilan. Kita menjadi seorang Kristen di hadapan Allah tidak secara pribadi saja, tapi juga secara pengwakilan. Kalau tidak salah, kelak ketika kita dihakimi, kita tidak saja dihakimi berdasarkan pribadi kita, tetapi juga dihakimi berdasarkan pengwakilan kita itu.

1. Contoh – sebagai Tuan

Misalkan di sini ada seorang tuan yang mempunyai beberapa pembantu rumah tangga. Tuan ini adalah seorang saudara, tapi ia memperlakukan pembantu-pembantunya sangat tidak adil, kejam, dan tanpa aturan. Ketahuilah, bahwa kelak perlakuannya yang tidak benar itu akan dihakimi di hadapan Allah. Tetapi bukan itu : saja, ia masih harus menerima penghakiman yang kedua. Karena saudara tersebut tidak saja berhubungan dengan membantu-bantunya, ia pun mewakili Tuhan untuk menjadi tuan di hadapan Allah. Karenanya, tiap kali anda menjadi tuan, anda harus pula menjadi -tuan mewakili Tuhan. Bagaimana anda memperlakukan pembantu-pembantu anda, maka perlakuan anda itu juga mewakili Tuhan. Jadi, anda sendiri telah berdosa, anda pun telah mewakili Tuhan melakukan dosa. Anda telah mewakili Tuhan dengan keliru. Jika saya tidak salah, saya akan berkata, kelak ketika anda menerima hukuman di hadapan Allah, anda tidak saja akan dihukum karena pribadi anda sendiri, anda pun akan dihukum karena mewakili Tuhan dengan keliru.

2. Contoh sebagai Hamba

Misalkan saya tidak menjadi tuan, tapi hamba. Ketika saya sebagai hamba, saya mencuri, malas, berdusta, hanya melayani di hadapan muka, dan menipu tuan saya. Jelas saya telah melakukan dosa-dosa tersebut, dan perbuatan dosa itu harus menerima hukuman. Namun masalahnya tidak begitu saja. Karena saya hamba, saya pun mewakili semua hamba untuk mentaati Tuan saya yang di sorga. Jika saya melayani di hadapan manusia, saya boleh menipu, mencuri, dan malas. Tetapi setiap kali Alkitab menyinggung soal hamba, selalu disebut bahwa kita masih ada satu Tuan di sorga. Oleh sebab itu, anda tidak saja menjadi hamba di sini, anda pun mewakili semua hamba. Anda tidak saja menjadi hamba secara pribadi, tetapi juga mewakili semua hamba di bumi ini. Ini merupakan hubungan yang lain.

3. Contoh Musa

Ketika bani Israel mencobai Allah di Meriba, Musa menjadi murka di hadapan bani Israel dan memukul bukit karang dua kali dengan tongkatnya, sehingga ia segera, ditegur Allah. Musa murka, itu kesalahan Musa sendiri. Jika Musa berdiri di atas kedudukan pribadinya atau sebagai pemimpin orang Israel, mungkin ia masih dapat diampuni. Musa pernah sekali murka, lebih hebat dari kali ini. Ketika itu orang Israel menyembah pada patung lembu emas, karena itulah Musa menghancurkan kedua loh hukum yang ditulis oleh tangan Allah sendiri (Kel. 32:19). Tetapi pada waktu itu Allah tidak menegornya. Sebab murkanya kali itu malah mewakili murka Allah. Kali itu Musa mewakili Allah untuk memurkai bani Israel, dan pengwakilannya kali itu adalah benar. Tetapi kali ini Musa murka dan memukul bukit karang dua kali. Bagaimana kata Allah? Allah berkata: Kau tidak menghormati kekudusan-Ku di hadapan bani Israel. Dengan perkataan lain, kau tidak memisahkan Aku, kau telah mewakili Aku secara keliru. Bani Israel mengira Allah yang murka, padahal Allah tidak murka.

A. Kedudukan Pribadi dan Kedudukan Wakil

Karena itu, dosa pribadi satu perkara, dan dosa pengwakilan  itu perkara yang lain. Hari ini kita telah membaca ayat 3, setiap saudari, setiap perempuan, (perempuan yang demikian tak dapat ditemukan di dalam dunia), harus nampak bahwa saya mempunyai kedudukan pribadi, saya pun mempunyai kedudukan pengwakilan. Allah Kepala Kristus, Kristus Kepala tiap laki-laki, dan laki-laki kepala perempuan. Karena itulah perempuan harus menudungi kepala. Perempuan harus menyadari bahwa di atasnya masih mewakili orang lain, setidak-tidaknya mewakili pribadinya sendiri.

B. Menudungi Kepala Secara Pribadi dan Menudungi Kepala Secara Pengwakilan

Ketika para saudari berkhotbah atau berdoa sambil menudungi kepala, itu berarti mereka di hadapan Allah memaklumatkan bahwa manusia di seluruh dunia tiada satu pun yang boleh menampilkan kepalanya; barangsiapa pun tidak boleh menonjolkan kepalanya di hadapan Allah. Tak seorang pun yang boleh menjadi kepala di hadapan Kristus. Tak seorang pun yang boleh mengeluarkan pendapat atau opininya di hadapan Kristus. Semua orang di hadapan Kristus haruslah menudungi kepalanya sendiri; semua pendapat dan opini sendiri harus ditudungi, dan harus berkata kepada Tuhan, “Tuhan, Dikaulah Kepalaku!” Anda pribadi menudungi kepala, kedudukan pengwakilan anda pun menudungi kepala. Anda sebagai wakil dalam alam semesta ini. Para saudari di sini mempermaklumkan kepada dunia bagaimana semestinya posisi seluruh manusia di hadapan Allah. Walau penudungan kepala adalah perkara kecil, tetapi ia merupakan kesaksian yang besar!