Ini Punyaku!

serakah

Peraturan Balita
Mengenai Kepemilikan

Penulis: ANONIM

1.       Kalau aku suka, ini punyaku.
2.       Kalau ada di genggamanku, ini punyaku.
3.       Kalau aku bisa mengambilnya dari kamu, ini punyaku.
4.       Kalau dulu punyaku, ini punyaku.
5.       Kalau ini punyaku, tidak akan pernah boleh terlihat seperti punyamu.
6.       Kalau aku sedang membangun atau bermain, semuanya punyaku.
7.       Kalau benda itu terlihat seperti punyaku, ini punyaku.
8.       Kalau aku pikir ini punyaku, ini punyaku.
9.       Kalau benda milikmu sudah aku ambil, ini punyaku.

Kita tersenyum dan memaklumi keegoisan balita yang bertumbuh menjadi dewasa dan mengerti konsep berbagi. Namun ketika sikap yang sama terwujud dalam kehidupan orang dewasa, masih bisakah kita tersenyum?

Saya rasa kita semua sering berpikir mengenai konsep: apakah yang punya saya. Kalau saya yang menghasilkannya, ini punyaku. Kalau saya yang membelinya dengan uangku, ini punyaku. Kalau saya yang mengemudi atau tinggal di sana, ini punyaku. Tapi benarkah?

Selama kita masih percaya semua yang berada di tanganku adalah kepunyaanku, kita semua akan berjuang dengan perasaan egois. Ketika kita mengerti kebenaran, bahwa semua ini hanyalah titipan saja, semua yang ada adalah kepunyaan Tuhan, namun untuk sekarang, Dia sedang membiarkan saya menggunakannya untuk sementara waktu, maka kita akan dimerdekakan.

Kol 1:16. segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.

Rom 11:36  Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!

1Timotius 6:17-19 Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati.
Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya.

Puji syukur bagi Tuhan yang “memiliki segala binatang hutan, dan beribu-ribu hewan di gunung” (Mazmur 50:10) yang sangat baik mau berbagi segala milikNya dengan kita!

Tiga Mencintai dan Dua Tidak Mencintai

cinta

2 Tim. 3: 1-5 (terjemahan langsung): demikian ketahuilah pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri, mencintai uang. Mereka akan membual, menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan memberontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterimakasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau damai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak mencintai yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, mencintai pelesiran, tidak mencintai Allah.

Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya, mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu.

Dalam lima ayat Alkitab ini ada lima tempat yang menyinggung masalah mencintai. Tiga tempat mengatakan mencintai dan dua tempat mengatakan tidak mencintai. Potongan Alkitab ini menyinggung pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Dalam kesukaran ini ada 20 macam atau 21 gejala. Kalau kita membaca dengan teliti kita akan menemukan bahwa kedua puluh gejala kesukaran itu bersumber dari ke lima mencintai ini.

Hari depan dan seumur hidup Saudara tidak tergantung pada keluarga yang membesarkan Saudara, tidak tergantung pada pendidikan yang Saudara terima atau lingkungan yang Saudara hadapi.
Hari depan dan seumur hidup Saudara boleh dikatakan sepenuhnya tergantung pada Saudara mencintai apa dan tidak mencintai apa.


Apakah cinta manusia yang pertama di luar Allah? Di luar Allah manusia pertama mencintai dirinya sendiri. Lihatlah sekarang tidak peduli orang berpendidikan atau tidak, tidak peduli orang dari mana atau macam apa semuanya mencintai dirinya sendiri, percaya diri sendiri, pencapaian diri, aktualisasi diri, kemuliaan diri, semua adalah wujud mengasihi diri sendiri.

Setelah mencintai dirinya sendiri selanjutnya, manusia mencintai uang. Bahkan anak yang paling kecil pun mencintai uang. Kita harus mengakui hari ini semua orang mencintai uang. Dalam perasaan orang, uang benar-benar lebih menyenangkan daripada apa saja. Manusia mengejar bagaimana menjadi kaya dalam tempo yang singkat, cepat, dan kalau perlu tanpa keluar banyak keringat. Inilah keserakahan.

Cinta manusia yang ketiga di luar Allah adalah mencintai kesenangan. Kesenangan bukan hanya mengacu pada perjamuan-perjamuan atau pesta pora, atau sejenisnya, juga mengacu kepada bermacam-macam hiburan atau pelesiran, kegembiraan, misalnya menonton bioskop, berdansa, fashion… Manusia hari ini lebih mengivestkan waktunya lebih banyak di dalam internet, games, social media. Barang-barang yang dijual pada hari ini 70-80% adalah untuk hiburan manusia, bukan untuk keperluan sehari-hari manusia. Hampir semua aktivitas manusia pada jaman ini adalah untuk penghiburan. Peralatan komunikasi manusia yang hari ini disebut smartphone hari ini tidak hanya untuk menelepon tetapi juga untuk memanjakan manusia dengan hiburan music-musik, games, dan lain sebagainya. Manusia menikmati dan terbius olehnya.


Ketahuilah Saudara,  barang siapa mempunyai tiga cinta yang di depan pasti mempunyai dua tidak mencintai yang dibelakang. Yaitu pasti tidak mencintai Allah, tidak mencintai kebaikan. Kalau sasaran cinta manusia salah, hari depan manusia pasti salah. Cinta Saudara dalam perkara manusia atau apa saja harus di dalam Allah. Kalau tidak di dalam Allah, perkara dan barang apa saja bagi Saudara adalah suatu bahaya.

Hanya Allah sebagai sasaran cinta kasih kita, barulah paling mantap. Langkah manusia baru bisa berjalan pada jalan damai sejahtera. Kalau tidak, hari depan Anda sangatlah bahaya. Ada jebakan, ada jurang. Semoga Saudara mendapat belas kasihan Allah, kita bisa tertolong dari hal-hal ini.


Mari berdoa:

Tuhan Yesus kami mohon Engkau menyelamatkan kami dari arus jaman ini. Dari arus yang mencintai diri sendiri, mencintai uang, dan mencintai pelesiran hiburan kesenangan.
Selamatkan kami dari arus yang tidak mengasihi Engkau, dari arus yang tidak mengasihi kebaikan.
Tuhan Engkau ingin supaya kami menikmati diriMu sendiri, berbaur dengan diriMu sendiri.
Tuhan kiranya sasaran kasih kami, cinta kami, hanya kepada diriMu sendiri.

Satu kali lagi, dapatkanlah hati kami Tuhan.
Satu kali lagi, dudukilah hati kami Tuhan.

Di dalam nama Tuhan Yesus kami telah berdoa, Amin.

Takdir Kita yang Kekal

www.freepix4all.com

Bacaan : “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.” Yes 55:8-9

Ada dua rancangan dan jalan yang berbeda:
1) Rancangan dan jalan kita.
2) Rancangan dan jalan Allah.

Adanya dua rancangan dan jalan yang berbeda ini disebabkan oleh adanya dua asal-usul kita yang berbeda juga :
1) Asal-usul jasmani.
Asal-usul kita menurut daging. Secara umum, kita semua berasal dari Adam dan kita mewarisi apa yang ada dalam diri Adam. Secara khusus, kita berasal dari orang-tua kita dan mewarisi apa yang ada di dalam mereka.
2) Asal-usul rohani.
Asal-usul kita menurut roh. Kita berasal dari Allah dan mewarisi apa yang ada di dalam diri Allah, termasuk kodrat dan sifat-sifat Allah.


Jika kita hidup menurut daging, maka kita hidup tidak akan lepas dari rancangan kita sendiri yang dipengaruhi oleh latar-belakang jasmani kita. Kita pun pada akhirnya akan berjalan di dalam jalan kita sendiri. Tetapi, jika kita hidup menurut roh, maka kita akan hidup menurut rancangan Allah yang didasari oleh asal-usul rohani kita. Kita pun pada akhirnya akan berjalan di jalannya Allah.

Dalam memenuhi rancangan Allah dan berjalan di dalam jalan-Nya, selain asal-usul kita, kita juga perlu mengetahui takdir kita.


Apa yang disebut dengan takdir? Takdir adalah sesuatu yang sudah ditetapkan yang pasti akan terjadi dan kita tidak dapat mengubahnya maupun menghindarinya. Mengetahui takdir akan menolong kita untuk merancang dan merencanakan hidup kita dalam menghadapinya.

Sebagaimana dengan asal-usul kita, ada dua jenis takdir kita :
1) Takdir jasmani.
Kita semua secara jasmani akan bertumbuh dan berkembang sampai pada titik tertentu dan kemudian semakin lama semakin merosot sampai suatu saat kita akan mati (2 Kor 4:16, Ibr 9:27) .
2) Takdir rohani.
Kita akan memasuki alam kekekalan setelah kita mati. Kekekalan adalah sesuatu yang tidak ada awalnya dan tidak ada akhirnya. Keadaan kita di dalam kekekalan merupakan keadaan kita untuk selama-lamanya. Ada dua jenis keadaan di dalam kekekalan : Hidup bersama dengan Allah di sorga atau hidup terpisah dari Allah di neraka.

Di mana kita akan berada di dalam kekekalan ditentukan oleh keputusan kita terhadap Tuhan Yesus. Jika kita percaya kepada-Nya, maka kita akan memperoleh hidup di dalam kekekalan  bersama dengan Allah di dalam sorga. Sebaliknya, jika kita menolak untuk percaya kepada-Nya, maka kita akan mengalami kematian yang kekal, terpisah dari Allah untuk selama-lamanya di dalam neraka.


Kita yang sudah percaya kepada Tuhan Yesus memiliki takdir rohani kehidupan yang kekal bersama dengan Allah di dalam sorga. Manusia rohani kita diperbaharui hari demi hari, kita semakin diserupakan dengan gambaran Anak Allah, yaitu Yesus. (2 Kor 4:16, 3:18)

Dalam takdir rohani ini, ada upah dan pahala yang akan Tuhan berikan kepada kita. Dua upah dan pahala yang terutama adalah kain lenan halus dan mahkota yang akan diberikan pada waktu kita menghadap tahta pengadilan Kristus untuk dihakimi sesuai dengan hidup kita selama di dunia ini, apakah kita hidup berdasarkan takdir jasmani saja atau berdasarkan takdir rohani juga. 

Jika kita hidup berdasarkan takdir jasmani saja,kita hanya akan memikirkan perkara-perkara jasmani saja yang ada di dunia ini. Kekuatiran, kekayaan dan kesenangan dunia akan menjadi tujuan hidup kita. Hidup kita hanya terfokus pada hal-hal yang kelihatan yang bersifat sementara. Hidup mungkin berguna bagi orang lain, tetapi kegunaannya hanya sebatas untuk hal duniawi saja. Kita akan kehilangan upah dan pahala yang sebenarnya sudah dipersiapkan oleh Allah bagi kita. Tetapi, sebaliknya, jika kita hidup berdasarkan takdir rohani kita, kita akan memikirkan perkara-perkara rohani yang ada di sorga. Harta dan upah sorgawi akan menjadi tujuan kita. Hidup kita akan berguna bagi Allah dan sesama, bukan di dunia ini saja tetapi juga di dalam kekekalan. Kita akan menerima upah dan pahala yang sudah disiapkan oleh Allah bagi kita. Bukan itu saja, jika kita hidup berdasarkan takdir rohani, hal-hal yang kita butuhkan di dunia ini akan ditambahkan kepada kita.


Bagaimana kita bisa hidup berdasarkan takdir rohani kita?

(2 Kor 4:18). Kita harus lebih memperhatikan hal-hal yang rohani yang tidak kelihatan, bukan hal-hal yang jasmani yang kelihatan. (Kol 3:1-2). Kita harus memikirkan perkara-perkara yang di atas, dan bukan yang di bumi. Apakah maksudnya?
1. Apa pun yang kita lakukan di dunia ini, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. (1 Kor 10:31)
2. Temukanlah maksud dan tujuan Allah untuk apa pun yang kita lakukan di dunia ini dan lakukanlah untuk maksud dan tujuan itu.
3. Dapatkan visi sorgawi yang dari Allah untuk hidup kita dan hiduplah di dalam visi itu.

Mengenai Hubungan dengan Sesama

hubungan


Dalam hubungan dengan sesama, prinsip yang terutama adalah untuk mengasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tuhan Yesus berkata dalam Markus 12:33: “Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan.” 

Rasul Paulus juga menuliskan, bahwa kasih adalah yang terbesar (1 Kor 13:13) dan pada pasal ini dia telah menjelaskan mengenai apakah kasih itu sendiri.

Dalam berhubungan dengan sesama, kita memerlukan hikmat. Sebab, prinsip hubungan adalah jika kita tidak mempengaruhi, kita akan dipengaruhi.

Tuhan Yesus berkata bahwa kita adalah garam dan terang dunia. PerkataanNya adalah kebenaran dan itulah identitas kita yang sebenarnya. Kita adalah garam dan terang dunia, hendaknya terang kita bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapa kita yang di sorga.

Di perjalanan sampai Firman itu menjadi kehidupan, ada proses yang harus dijalani. Saat rupa Kristus di dalam diri kita semakin nyata, terang itu pun akan semakin bersinar. Dan kebenaran inilah yang harus selalu kita sadari: terang itu adalah Kristus, dan Dia sudah ada di dalam diri kita, sehingga bukan kita lagi yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam kita (Gal 2:20).

Beberapa mungkin berkata, bahwa hal ini tidak mungkin. Tidak mungkin kita bisa hidup sama seperti Tuhan Yesus hidup. Well, bagaimana dengan Firman pada 1 Yoh 2:6 yang berkata: “Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.”

Kuncinya memang kita tidak bisa melakukan Firman Allah, namun, Kristus yang di dalam kita SANGGUP. Dan telah tinggal RohNya di dalam kita saat kita percaya kepada Dia, Tuhan Yesus Kristus, sebagai Sang Penebus.


Ketika Kristus semakin besar di dalam kita, FirmanNya akan semakin nyata. Kita menjadi garam dan terang dunia sebagaimana yang dikatakan. Kenyataannya dalam hubungan dengan sesama, dalam hubungan ‘dipengaruhi’, kita harus waspada.

Puji syukur kalau kita berkontak dengan orang benar, sehingga kita dipengaruhi hal-hal yang benar. Namun, jika kita berkontak dengan orang yang belum dibenarkan, orang dosa, orang Kristen yang masih daging: dan kita sendiri belum tertanam kuat di dalam kebenaran, ingatlah bahwa salah satu ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia. (Yakobus 1:27).

Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh (Mazmur 1:1).

Firman Tuhan telah mengatakan berbahagialah kita yang tidak berjalan menurut nasihat, tidak berdiri di jalan, dan tidak duduk dalam: mari kita lihat satu per satu.

Mengapa tidak duduk (bergaul) dalam kumpulan pencemooh? Sebab pencemoohlah yang terburuk! Jika Saudara punya teman tipe yang satu ini, mungkin maksud Saudara baik, berpikir dengan jika Saudara berteman dengan dia, dia bisa berubah. Kenyataannya tidak bisa. Seorang pencemooh tidak akan bisa berubah dengan cara ini. Siapa mendidik seorang pencemooh, mendatangkan cemooh kepada dirinya sendiri (Amsal 9:7). Jika Saudara benar-benar mempunyai hati untuk teman yang seperti ini: ada cara yang lebih berhikmat, yaitu dengan berdoa. Terus berdoa untuk teman Saudara, namun bukan dengan cara bergaul dengan dia.

Berdiri di jalan orang berdosa berarti ikut serta dalam jalannya yang berdosa. Berjalan menurut nasihat orang fasik berarti mengambil keputusan di luar kebenaran.

Alkitab berkata bahwa Tuhan Yesus adalah sahabat pemungut cukai dan orang berdosa (Luk 7:34). Kita tahu bahwa Tuhan Yesus tidak berdiri di jalan orang berdosa dan berjalan menurut nasihat orang fasik. Jadi yang jadi masalah bukan manusianya, tetapi dosanya. Jika kita belum bisa ‘mempengaruhi’, kita pasti yang ‘dipengaruhi’. 


Ada dua orang dengan berat yang sama. Orang yang pertama naik ke atas meja, mengulurkan tangannya pada orang yang ke dua, dan berusaha menariknya. Susah payah dan gagal. Lalu setelah itu, orang yang ke dua, yang berdiri di lantai, menarik tangan orang yang ke dua, dan tak lama orang yang ke dua itu pun jatuh. Pesannya: Jika hubungan dalam dua orang ini sama-sama kuatnya, saling mempengaruhi dan dipengaruhi, tetap saja porsi dipengaruhinya akan lebih besar. 


Kekuatan kita dapat melalui doa.
Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kita beroleh kekuatan.
Berdoa supaya Kristus semakin besar, sehingga kita benar-benar menjadi terang dan garam dunia seperti yang telah dikatakanNya.
Berdoa untuk orang-orang yang kita kasihi yang kita ‘lepaskan hubungan’ untuk sekarang ini: supaya Tuhan mengubahkan sifatnya yang pencemooh menjadi pencari hikmat, meninggalkan jalannya yang berdosa, dan menjadi orang benar dengan menerima keselamatan yang sudah diberikan oleh Tuhan kita, Yesus Kristus.
Amin.