28 || MULUT MENGAKU

MULUT MENGAKU 

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011


“Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan

Roma 10:10

 

 Takut kepada orang mendatangkan jerat tetapi siapa percaya kepada TUHAN, dilindungi.

Amsal 29:25

Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di surga. Tetapi siapa saja yang menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di surga.

Matius 10:32-33 1.

I. PENTINGNYA DENGAN MULUT MENGAKU

Setelah seseorang percaya kepada Tuhan, ia tidak seharusnya menyembunyikan diri. Setelah seseorang percaya kepada Tuhan, ia harus dengan mulut mengaku. Dengan mulut mengakui Tuhan adalah satu perkara yang sangat penting.

1. Begitu Percaya Harus Membuka Mulut

Begitu seseorang percaya kepada Tuhan, ia harus mengakui Tuhan di hadapan manusia. Jika seseorang mempunyai anak, setelah anak itu berumur satu tahun, dua tahun, belum bisa berbicara, bahkan sampai umur tiga tahun masih belum bisa berbicara, bagaimana pendapat kita? Apakah ia terlambat dalam hal berbicara? Haruskah sampai usia tiga puluh tahun baru bisa berkata, “satu, dua, tiga, empat”, dan pada usia lima puluh tahun baru bisa memanggil, “Papa, mama”? Jika sewaktu kecil sudah bisu, mungkin seumur hidupnya akan bisu. Sewaktu kecil tidak dapat memanggil papa, mama; mungkin seumur hidupnya tidak bisa memanggil. Demikian juga seseorang yang baru beroleh selamat, jika tidak segera mengakui Tuhan, mungkin seumur hidupnya akan menjadi bisu. Jika sewaktu kecil tidak bisa berbicara, maka mungkin sampai besar juga tidak bisa berbicara.

Ada orang yang telah menjadi orang Kristen selama sepuluh atau dua puluh tahun masih tetap bisu, karena pada minggu pertama dan minggu kedua telah membisu, akhirnya terus bisu sampai tua. Hal mengakui Tuhan harus dimulai saat baru beroleh selamat. Begitu beroleh selamat, saat itu juga harus mengakui, dengan demikian jalan mengakui yang selanjutnya sudah terbuka. Jika seseorang pada minggu pertama, bulan pertama, atau tahun pertama membisu, maka mungkin seumur hidupnya akan menjadi bisu. Sebab itu, begitu seseorang percaya Tuhan, ia harus dengan sebisanya membicarakan tentang Tuhan kepada orang lain. Meskipun tidak mudah atau tidak senang mengatakan di hadapan manusia, tetap harus mengatakan. Bagaimanapun harus berkata-kata di hadapan sanak famili dan teman-teman. Jika tidak mau belajar berkata-kata di hadapan umum, mungkin seumur hidup di hadapan Tuhan akan menjadi orang yang bisu. Kita tidak mengharapkan ada orang Kristen yang bisu. Sebab itu, sejak permulaan kita harus belajar membuka mulut. Jika pada permulaan tidak mau melakukan, kelak kemudian hari akan sulit melakukannya; selain Tuhan membelaskasihaninya secara khusus, ada kebangunan rohani, barulah ia dapat membuka mulut, tetapi hal itu sangat membuang tenaga. Sebab itu, setiap orang yang baru percaya harus mencari kesempatan untuk mengakui Tuhan. Pengakuan ini adalah satu perkara yang besar. Pengakuan ini sangat berfaedah bagi dirinya.

2. Dengan Mulut Mengaku dan Diselamatkan

Roma 10:10 mengatakan, “Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.” Dengan hati percaya, orang dibenarkan; ini adalah perkara di hadapan Tuhan. Tetapi, dengan mulut mengaku, diselamatkan; ini adalah perkara beroleh selamat di hadapan manusia. Anda percaya atau tidak, itu adalah perkara di hadapan Allah, tidak seorang pun mengetahuinya. Jika Anda sungguh-sungguh percaya, Anda dibenarkan di hadapan Allah. Tetapi jika Anda hanya dengan hati percaya, namun mulut tidak mengaku, orang lain takkan mengakui Anda sebagai orang yang telah beroleh selamat; mereka masih menganggap Anda belum percaya, karena mereka tidak melihat bahwa Anda berbeda dengan mereka. Sebab itu Alkitab menekankan, dengan hati percaya masih belum cukup, harus ditambah dengan mulut mengaku; harus mengutarakan dengan mulut.

Sebab itu, setiap orang yang baru percaya Tuhan harus mencari kesempatan mengaku Tuhan. Dalam pergaulan sehari-hari, baik terhadap teman sekolah, teman sekerja, famili, atau pun sahabat, Anda harus mencari kesempatan berkata kepada mereka, “Aku sudah percaya Tuhan Yesus.” Lebih cepat mengakui lebih baik. Begitu Anda mengakui, mereka segera mengetahui dengan jelas kalau Anda sudah percaya Yesus. Demikianlah Anda diselamatkan, Anda ditolong keluar dari orang-orang yang tidak percaya.

Kami pernah melihat, ada orang yang sudah percaya Tuhan pada mulanya masih ragu-ragu, tetapi setelah ia berdiri mengatakan, “Aku sudah percaya Yesus”, ia segera menjadi teguh. Menjadi orang Kristen, yang paling ditakutkan ialah kalau tidak mau mengaku; jika ia mau mengaku, maka satu langkah ini telah ia tempuh, ia akan menjadi teguh. Banyak orang yang percaya Tuhan, pada mulanya masih terombang-ambing, tetapi begitu mereka berkata “Aku percaya,” mereka segera menjadi teguh.

3. Mengaku, akan Mengurangi Kesulitan

Anda dengan hati percaya, dan dengan mulut mengaku, Anda akan mendapat faedah yang besar, yaitu akan mengurangi banyak kesulitan yang mungkin mengganggu Anda.

Jika Anda tidak berkata, “Aku sudah mengikuti Tuhan Yesus, aku sudah menjadi milik Tuhan,” bagaimanapun, orang lain akan memandang Anda sama dengan mereka. Akibatnya, jika mereka melakukan hal-hal dosa, atau hal-hal hawa nafsu, mereka akan menganggap Anda adalah salah satu bagian dari mereka. Meskipun hati Anda mengatakan bahwa Anda adalah orang Kristen yang tidak selayaknya bercampur dengan mereka, namun Anda tidak bisa menolak mereka, Anda pun memperkenankan mereka. Anda mencoba mencari alasan untuk menolak mereka, mungkin Anda terhindar. Tetapi lain kali, mereka tetap masih akan menarik Anda, dan Anda harus mencari alasan lagi. Sekali, dua kali Anda bisa berdalih, mencari alasan menolak, tetapi perkaranya tetap tidak dapat lewat. Maka betapa baiknya jika mulai hari pertama sudah membuka kartu, mengakui kalau Anda adalah orang yang telah percaya Tuhan. Asal sekali, dua kali, Anda terus mengaku, orang lain tidak akan memaksa Anda lagi.

Jika Anda tidak dengan mulut mengaku, jika Anda menjadi orang Kristen secara diam-diam, maka kesulitan yang akan Anda hadapi, entah berapa kali lebih banyak daripada secara terus terang mengaku telah menjadi orang Kristen, dan pencobaan yang Anda hadapi juga lebih berlipat dibandingkan dengan terang-terangan menjadi orang Kristen. Anda tidak bisa melepaskan diri dari ikatan emosi manusia dan ikatan hubungan yang sudah-sudah. Anda tidak bisa setiap kali selalu beralasan sakit kepala, banyak pekerjaan; Anda tidak bisa setiap kali menolak dengan bermacam- macam alasan. Sebab itu, pada hari pertama Anda sudah harus menyatakan, “Aku sudah percaya Tuhan Yesus, aku sudah menerima Tuhan Yesus.” Setelah Anda membuka kartu ini, teman sekerja Anda, teman sekolah Anda, famili Anda, semua akan mengetahui bahwa Anda adalah orang yang demikian; Anda akan terhindar dari banyak kesulitan. Jika tidak demikian, entah berapa banyak kesulitan (kerepotan) yang akan Anda hadapi. Sebab itu, jika seorang mau dengan mulutnya mengakui Tuhan, orang ini akan terhindar dari banyak kesulitan (kerepotan).

4. Tidak Mengakui Tuhan, Hati Nurani Tertuduh

Jika seseorang tidak mau membuka mulut mengakui Tuhan, ia masih akan menghadapi satu kesulitan lain yang besar. Kesulitan ini dialami oleh orang-orang yang percaya kepada Tuhan, ketika Tuhan masih di bumi.

Tuhan Yesus ditolak oleh orang-orang Yahudi. Orang Yahudi menolak Tuhan Yesus dengan keras, juga menentang Tuhan Yesus dengan hebat. Dalam Yohanes 9, kita melihat orang-orang Yahudi berketetapan bahwa siapa saja yang mengakui Yesus adalah Mesias, ia akan dikucilkan dari tempat ibadah. Sampai pasal 12, Alkitab mencatat, banyak pemimpin orang Yahudi telah percaya Tuhan Yesus, tetapi karena takut dikucilkan dari tempat ibadah (sinagoga), mereka tidak berani mengakui-Nya dengan terus terang. Renungkanlah, bisakah orang-orang itu merasa sentosa? Mengakui Tuhan memang tidak enak, tetapi tidak mengakui Tuhan, lebih tidak enak. Tempat apakah sinagoga orang-orang Yahudi? Tempat melawan Tuhan Yesus. Di sana mereka merancang rencana jahat, tipu muslihat, membuat perangkap untuk mencelakai Yesus; di sana mereka menyiapkan perkara-perkara yang tidak halal. Jika seseorang sungguh-sungguh percaya Yesus dan berada di tengah-tengah mereka, apakah yang harus ia  perbuat? Berapa besarkah kekuatan yang ia miliki untuk menahan diri dari membuka mulut? Pada saat demikian, sulit bagi dia untuk membuka mulut mengakui Tuhan, tetapi menyuruhnya untuk tidak membuka mulut mengakui Tuhan, tentu akan lebih sulit.

Keadaan tempat ibadah orang-orang Yahudi mewakili keadaan orang-orang dunia yang menentang Tuhan. Terhadap Tuhan Yesus, orang-orang dunia selalu mencoba mempersulit-Nya. Mereka merasa bahwa Yesus, orang Nazaret ini, merupakan kesulitan bagi mereka, dengan bermacam-macam perkataan mereka berusaha menentang Tuhan Yesus. Dalam suasana yang demikian, dapatkah Anda di sana mendengarkan mereka mengucapkan kata-kata yang menentang Tuhan, dan pada lahirnya Anda berpura-pura sama dengan mereka?

Berpura-pura adalah satu keadaan yang menyengsarakan; berpura-pura adalah pekerjaan yang sangat sulit. Anda harus sekuatnya mengekang diri, memaksa diri. Dalam keadaan demikian, tidakkah Anda mempunyai sedikit keinginan untuk berkata, “Dia adalah Anak Allah, aku mau percaya kepada-Nya?” Tidakkah di dalam Anda ada sedikit keinginan untuk berkata, “Dia adalah Juruselamatku, aku sudah percaya kepada-Nya?” Tidakkah Anda mempunyai sedikit keinginan berkata, “Dia dapat menolongku lepas dari dosa, meskipun kalian tidak mau percaya, tetapi aku mau percaya?” Apakah sedikit pun Anda tidak berkeinginan berkata demikian?

Apakah karena ingin mendapatkan kehormatan dan kedudukan dari manusia, lalu Anda memaksa diri menutup mulut? Saya rasa, keadaan pemimpin-pemimpin dalam Yohanes 12 akan lebih baik jika mereka dikucilkan dari sinagoga, lebih baik mengakui Tuhan. Jika Anda pura-pura percaya, tentu tidak ada persoalan. Namun jika Anda sungguh-sungguh percaya Tuhan, tetapi Anda munafik, bersimpati kepada orang yang menentang Tuhan, hati nurani Anda pasti akan menuduh Anda. Ketika mereka menentang Tuhan, hati Anda merasa tidak sentosa; tetapi mulut Anda berkata, “Ini sungguh lucu,” bukankah keadaan demikian sangat menyengsarakan orang?

Tidak mengakui Tuhan adalah satu perkara yang paling menyedihkan. Tidak mengakui Tuhan di hadapan orang, adalah paling sengsara. Jika kita ditawari untuk menggantikan kedudukan pemimpin-pemimpin itu, tentu kita tidak mau. Mereka terlalu sengsara! Jika Anda tidak percaya, kita tak dapat berkata apa pun; tetapi jika Anda sungguh-sungguh telah percaya, Anda keluar dari sinagoga, Anda akan merasa nyaman dan riang gembira. Mungkin Anda mengalami kesulitan, tetapi berdasarkan pengalaman, kita dapat memberitahu Anda, jika Anda tidak berbuat demikian, kesulitan Anda          akan lebih besar, hati Anda akan merasa sengsara.

Satu perumpamaan: Jika Anda mendengar seseorang berkata-kata jahat mengumpat orang tua Anda, mengatakan orang tua Anda demikian-demikian, dan Anda tetap duduk mendengarkannya; bahkan Anda masih pura-pura bersimpati kepadanya, maka izinkanlah saya bertanya, “Sebenarnya orang macam apakah Anda?” Apalagi Tuhan kita. Dia telah mengorbankan jiwa, menolong Anda, bisakah Anda tidak berkata sepatah kata pun untuk Tuhan yang Anda sembah dan yang Anda layani? Jika ya, Anda adalah orang yang tidak berguna. Kita harus mempunyai keberanian berdiri untuk Tuhan, mengakui: “Aku milik Tuhan!”

II. KESALAHAN YANG PERLU DIKOREKSI

1. Dengan Perbuatan Baik
Menggantikan Mengaku dengan Mulut

Ada sebagian orang yang baru beroleh selamat, mereka dipengaruhi oleh ajaran tradisional yang salah, yang mengira, “Jika seseorang mempunyai perbuatan yang baik, inilah yang penting; mengakui dengan mulut atau tidak, itu tak begitu penting. Berubah di atas bibir saja, tidak ada gunanya; yang penting perbuatannya yang berubah.” Ini adalah pemikiran yang salah, yang harus kita betulkan. Ingat, kita tidak mengatakan bahwa perubahan perbuatan (tingkah laku) itu tidak perlu. Jika perbuatan Anda tidak berubah, hanya berkata di atas bibir saja, itu memang tidak berguna. Jika perbuatan Anda sudah berubah, namun mulut tidak mengaku, itu juga tidak berguna. Perubahan tingkah laku, sekali-kali tidak bisa menggantikan pengakuan dengan mulut. Perbuatan sudah berubah, tetap masih perlu mengaku dengan mulut.

Setiap orang yang baru percaya, pada kesempatan yang pertama harus menyatakan kepada orang lain, “Aku sudah percaya Tuhan Yesus.” jika Anda diam seribu bahasa, terhadap diri Anda orang lain akan timbul banyak dugaan, mereka akan menggunakan cara-cara filsafat untuk membicarakan perbuatan Anda. Segala macam teori akan mereka kemukakan, tetapi tidak menjamah Tuhan Yesus. Sebab itu, Anda harus memberitahu mereka, mengapa tingkah laku Anda berubah? Perbuatan yang baik tidak bisa menggantikan pengakuan dengan mulut; perbuatan yang baik sudah seharusnya ada, tetapi pengakuan dengan mulut juga perlu. Anda harus berkata kepada orang lain, “Yesus adalah Tuhanku, aku mau melayani Dia.” Meskipun tingkah laku Anda sudah sangat baik, Anda masih perlu mengatakan kata-kata ini.

Ada orang berkata, “Jika perbuatan seseorang baik, ia boleh tidak membuka mulut.” Ingatlah, terhadap orang yang berkata demikian, kalau suatu hari dia melakukan perbuatan yang tidak baik, tak akan ada orang yang memberi komentar. Tetapi, jika Anda berdiri dan mengaku “Aku adalah orang Kristen”, begitu perbuatan Anda sedikit jelek, segera ada orang yang angkat suara dan menegur Anda. Mempunyai perbuatan baik tanpa pengakuan dengan mulut, akan memberi kesempatan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang kurang baik, dan memberi kesempatan menghindari teguran orang lain. Jangan percaya perkataan yang mengatakan, “Asal perbuatan baik sudah cukup.” Hal mengaku dengan mulut tidak boleh ditiadakan, bahkan harus dilaksanakan.

2. Takut Kalau Tidak Awet Menjadi Orang Kristen

Ada juga orang yang berpendapat, “Jika aku mengaku dengan mulut, tetapi kemudian aku tidak awet menjadi orang Kristen, bukankah akan ditertawakan orang? Bagaimana jika lewat 3 tahun atau 5 tahun lagi aku gagal dalam hal menjadi orang Kristen? Sebab itu, lebih baik aku tidak mengaku lebih dulu. Bila kemudian hari aku sudah stabil, barulah aku mengaku.” Terhadap orang-orang yang berkata demikian, kita boleh berkata, “Jika Anda takut perbuatan Anda jelek, takut jatuh, lalu tidak mengakui, sudah dapat dipastikan, Anda pasti jatuh. Karena Anda telah membuka pintu belakang, Anda tidak ingin melalui pintu depan. Karena sebelumnya Anda sudah siap tidak mengaku, menunggu Anda stabil baru mengaku. Kita berani memastikan, Anda pasti akan jatuh. Lebih baik Anda berdiri dan berkata, “Aku milik Tuhan.” Tutuplah pintu belakang Anda terlebih dulu, agar di kemudian hari, jika Anda ingin mundur atau jatuh, itu sudah tidak mudah lagi. Demikianlah kesempatan untuk maju akan lebih besar daripada kesempatan untuk mundur, dan Anda mempunyai kemungkinan untuk maju.

Jika Anda ingin menunggu perbuatan Anda baik dulu baru membuka mulut, maka seumur hidup, Anda tidak akan dapat membuka mulut, Anda akan membisu seumur hidup; meskipun akhirnya mungkin perbuatan Anda bisa baik, Anda akan tetap bisu. Jika sejak mula Anda tidak membuka mulut, mulut Anda akan tidak mudah dibuka. Sebaliknya, jika Anda membuka mulut, kesempatan mempunyai perbuatan yang baik lebih besar. Jika ingin menunggu perbuatan Anda baik dulu baru membuka mulut, maka kesempatan membuka mulut tidak akari ada, kesempatan mempunyai perbuatan baik juga tidak akan ada; akhirnya kedua-duanya tidak Anda miliki.

Satu hal yang dapat menghibur kita, yaitu Allah tidak hanya menyelamatkan kita, Ia pun menjaga kita. Apakah menyelamatkan itu? Menyelamatkan boleh diibaratkan seperti membeli suatu barang. Apakah menjaga itu? Menjaga boleh diibaratkan seperti menempatkan barang itu di tangan sendiri. Di dunia ini, adakah orang yang setelah membeli suatu barang, lalu bersedia kehilangan barang itu? Saya membeli sebuah arloji, tentu saya ingin memakainya sampai lima atau sepuluh tahun, bukan setelah membeli lalu segera kehilangan. Di mana-mana Allah menyelamatkan manusia, Ia tidak menghendaki setelah menyelamatkan satu, kemudian kehilangan satu; la pasti menjaga orang-orang yang telah diselamatkan. Allah telah menyelamatkan kita, Allah pasti memelihara kita. Allah telah menyelamatkan kita, Allah pasti menjaga kita sampai hari itu. Allah mencintai Anda sehingga mengorbankan Anak Tunggal-Nya untuk menyelamatkan Anda. Jika Allah tidak mau menjaga kita, Dia tidak perlu mengeluarkan harga yang begitu besar. Menjaga kita adalah kemauan dan juga rencana Allah. Janganlah takut kalau setelah berdiri mengatakan, “Aku percaya Tuhan,” lewat beberapa hari lagi Anda akari gagal. Anda jangan khawatir, Allah bertanggung jawab atas diri Anda. Lebih baik dengan sederhana Anda berdiri dan mengatakan, “Aku milik Allah.” Serahkanlah diri Anda kepada Allah. Allah tahu Anda memerlukan bimbingan, hiburan dan lindungan. Anda harus yakin, Allah pasti memelihara keselamatan Anda, karena dengan pemeliharaan ini barulah penebusan-Nya bisa berarti.

3. Takut kepada Orang

Ada orang tidak berani mengaku, alasannya: ia takut kepada orang. Banyak orang yang benar-benar tidak mempunyai pikiran apa-apa, mereka dengan senang hati mau berdiri dan mengaku, tetapi begitu melihat raut muka orang lain, dia tidak berani mengaku. Begitu melihat wajah ayah dan ibunya, ia merasa sukar untuk mengaku; melihat wajah teman-temannya, juga merasa sukar untuk mengaku. Banyak orang yang terbentur pada kesulitan ini, takut kepada orang, tidak berani buka mulut. Asalnya memang penakut, bukan dalam hal percaya Tuhan saja mereka kecil hati. Jika Anda meminta mereka di hadapan umum mengatakan, “Aku adalah orang yang percaya Tuhan,” itu seolah-olah meminta nyawanya, bagaimana pun ia tidak berani membuka mulut.

Bagi orang yang demikian, dengarkanlah firman Tuhan, “Takut kepada orang mendatangkan jerat” (Amsal 29:25). Siapa yang melihat orang lalu takut, akan “menjerat diri sendiri”. Anda takut, berarti Anda terjerumus ke dalam perangkap. Ketakutan adalah jerat Anda. Anda memiliki hati yang takut kepada orang, hal ini menjadilah jerat. Jika Anda takut, Anda akan terjerat. Jerat ini dihasilkan oleh ketakutan Anda. Mungkin, orang yang Anda takuti itu sebenarnya justru senang mendengar pengakuan Anda; kalaupun ia tidak senang mendengarkan, ia belum tentu seperti yang Anda bayangkan begitu menakutkan.

Ada sebuah cerita, garis besarnya demikian: Ada dua orang, mereka teman sekantor. Yang satu sudah percaya kepada Tuhan, yang lainnya belum. Orang yang percaya Tuhan itu bernyali kecil; yang belum percaya, juga demikian. Orang yang percaya Tuhan karena takut, tidak berani berkata kepada temannya, bahwa ia sudah beroleh selamat. Sedang yang belum percaya Tuhan, melihat temannya mengalami perubahan yang besar, dulu suka marah-marah, sekarang tidak, sebab itu ia merasa heran, tetapi ia pun tidak berani bertanya tentang perubahan temannya itu. Setiap hari mereka duduk berhadapan pada meja yang sama. Tetapi, yang satu takut berkata; yang lainnya takut bertanya. Setiap hari hanya saling memandang, yang satu tidak berani berkata, yang lain tidak berani bertanya. Sampai suatu hari, yang percaya Tuhan merasa tidak tahan lagi, setelah ia dengan baik-baik berdoa, ia datang ke temannya itu, dengan erat menjabat tangannya sambil berkata, “Aku ini sungguh seorang penakut, sedikitnya telah tiga bulan aku tidak berani berterus terang kepadamu, sekarang aku memberitahu kamu, aku sudah percaya Tuhan Yesus.” Setelah berkata demikian, mukanya menjadi pucat. Temannya itu juga berkata, “Aku juga sudah tiga bulan ingin bertanya, mengapa kamu berbeda dengan yang dulu-dulu, tetapi aku juga tak berani bertanya.” Setelah orang yang percaya Tuhan memberanikan diri mengaku, sejak hari itu, ia mempunyai kesempatan untuk membawa teman-temannya mengenal Tuhan.

Takut akan orang, sungguh akan menjadi jerat. Ingatlah, Anda takut kepada orang, mungkin orang itu juga takut kepada Anda. Sebab itu, tidak sepatutnya kita mempunyai hati yang takut kepada orang. Kita yang mengikuti Tuhan, tidak boleh menjadi orang penakut. Orang penakut, takkan bisa menjadi orang Kristen yang baik, tidak bisa melayani Tuhan. Orang Kristen harus mempunyai keberanian untuk memberitahu sanak famili dan handai taulannya, harus mempunyai keberanian di hadapan perorangan atau pun umum, mengakui Tuhan itu siapa. Sejak semula, kita harus berada di jalan ini.

4. Merasa Malu

Ada orang tidak mau mengaku disebabkan karena malu. Ia merasakan menjadi orang Kristen itu memalukan. Di hadapan orang-orang yang tidak percaya, benar-benar ada rasa yang demikian. Hari ini, jika Anda mengatakan bahwa Anda sedang mempelajari suatu teknologi, orang lain akan memuji Anda adalah orang yang mempunyai masa depan cerah. jika Anda mengatakan bahwa Anda sedang mempelajari suatu filsafat, orang lain akan memuji Anda adalah orang yang berpikiran tinggi. Anda mengatakan bahwa Anda sedang mengerjakan sesuatu yang lain, Anda tidak merasa malu. Tetapi jika Anda mengatakan, “Aku adalah orang Kristen,” pasti akan banyak orang berkata bahwa pengetahuan Anda kurang tinggi, pikiran Anda kurang baik, bahkan merasakan Anda adalah orang yang tidak banyak gunanya. Di mana dan kapan saja, bila Anda mengatakan hal-hal yang lain, Anda tidak merasa malu, tetapi begitu Anda mengaku sebagai orang Kristen, segera terkandung perasaan malu di dalam Anda. Maka tak heran, kalau seorang Kristen yang baru beriman merasa malu, saat dia ingin membuka mulut, mengaku bahwa dirinya adalah orang Kristen. Kita harus mengenyahkan perasaan ini. Orang lain memang merasa malu menjadi orang Kristen, tetapi kita harus membuang perasaan ini.

Bagaimana kita baru bisa mengenyahkan perasaan malu ini? Kita akan melihatnya dari dua aspek:

Pertama: Ketika Tuhan Yesus disalib di kayu salib, Dia telah menanggung dosa dan rasa malu kita. Ketika Tuhan menanggung dosa kita, sesungguhnya Dia telah menerima “rasa malu ” yang sangat besar. Sebab itu, bila hari ini kita di hadapan Allah menerima rasa malu dari orang, itu adalah perkara yang layak. Rasa malu yang kita terima hari ini, jauh tak memadai dengan rasa malu yang Tuhan terima di salib. Maka sekali pun ada rasa malu, kita tidak perlu merasa heran. Kita harus tahu bahwa kita adalah milik Tuhan.

Kedua: Ada syair nyanyian yang sangat baik, “Kalau malu karena Tuhan! Fajar yang merah juga boleh tidak mengenal matahari! Engkaulah yang memancarkan cahaya ilahi, menerangi hati nuraniku yang gelap.” Tuhan telah memberi anugerah kepada kita, Tuhan telah menyelamatkan kita, tetapi kita merasa malu mengakui Tuhan, maka fajar juga boleh merasa malu untuk mengakui matahari yang membuatnya terang. Hari ini, Tuhan telah memberi anugerah kepada Anda, Tuhan telah menyelamatkan Anda; Tuhan .menunjang Anda, Tuhan akan membawa Anda naik ke surga, tetapi jika Anda merasa malu mengakui-Nya, itu berarti segala karunia-Nya boleh Anda permalukan dan boleh tidak Anda akui! Di atas diri Anda, Tuhan telah berbuat banyak, bolehkah Anda merasa malu mengakui Tuhan? Tidak mungkin demikian!

Sebenarnya, yang patut kita rasakan malu adalah bermabuk-mabukan, menghamburkan hawa nafsu, melakukan perbuatan gelap, berdosa, berbuat jahat. Tuhan telah menolong kita lepas dari semua itu, seharusnyalah kita merasa mulia; sedikit pun tidak patut merasa malu! Orang yang mengakui Tuhan bukan orang yang patut merasa malu, orang yang mengakui Tuhan, adalah orang yang patut merasa mulia dan gembira! Kita adalah orang-orang yang takkan binasa selama-lamanya, tidak dihukum Allah, tidak diadili oleh Allah, selama-lamanya tidak akan meninggalkan wajah mulia Allah. Kita adalah orang-orang yang mengikuti Domba Allah, beserta-Nya selama-lamanya (Why. 14:4). Sebab itu, tidaklah dapat dibenarkan jika menaruh perasaan malu itu pada diri kita. Kita harus dengan berani berdiri dan berkata, “Kita milik Allah!” Kita patut merasa penuh sukacita dan penuh mulia!

Petrus terkenal sebagai seorang yang menonjol, di antara murid-murid Tuhan dan dalam setiap urusan, ia selalu ingin mengepalai dan mendahului orang lain. Tetapi pada suatu hari, oleh karena Petrus tidak mengakui Tuhan, ia segera menjadi seperti seekor tikus, hanya ditanyai saja sudah ketakutan. Menurut pandangan orang, Petrus biasanya adalah seorang satria, adalah pemimpin murid-murid Tuhan; tetapi, saat orang lain belum mengatakan akan mengambil nyawanya, ia sudah takut; orang lain hanya berkata “Kamu juga selalu bersama-sama dengan Yesus, orang Galilea itu.” Ia sudah gemetar, bersumpah di hadapan orang. Sungguh tidak pantas. Semua penyangkalan adalah hal yang tidak pantas. Saat itu Petrus paling memalukan, penyangkalan Petrus adalah suatu hal yang paling memalukan (Mat. 26:69-75).

Orang yang tidak berani membuka mulut mengakui Tuhan adalah orang yang memalukan. Sebaliknya, orang-orang yang sekalipun akan dibakar dengan api, atau direndam dalam air, tetap mengaku, “Aku milik Yesus orang Nazaret,” adalah orang-orang yang patut dimuliakan. Disesah orang, dilempar ke dalam api, dimasukkan ke dalam gua singa, tetap mengatakan “Aku milik Yesus orang Nazaret.” Ini adalah hal yang paling mulia di dunia. Sebaliknya orang yang malu mengakui Yesus adalah orang yang paling memalukan. Orang yang demikian tidak ada gunanya. Bahkan mereka sendiri akan membenci dirinya dan berkata, “Betapa hinanya diriku!” Orang yang memandang rendah dirinya sendiri, yang menganggap apa yang telah dimilikinya itu memalukan, adalah orang yang paling hina.

Sebab itu, takut itu salah dan tak sepatutnya; malu juga salah, juga tidak sepatutnya. Setiap orang yang belajar mengikuti Tuhan, harus belajar berani mengakui Tuhan di depan umum. Walaupun menurut anggapan orang, terang itu memalukan, gelap itu mulia; kudus itu memalukan, dosa itu mulia; rohani itu memalukan, tubuh nafsani itu mulia; mengikuti Tuhan itu memalukan, mengikuti orang itu mulia; aku tetap memilih yang “memalukan” ini. Lebih baik kita sama seperti Musa, yang rela menerima malu bersama Kristus, daripada mendapat mulia di antara manusia (Ibr. 11:26).

5. Tamak Kemuliaan Manusia

Para pemimpin Yahudi dalam Yohanes 12, tidak mau mengakui Tuhan, disebabkan mereka tamak akan kemuliaan dari manusia, melebihi kemuliaan dari Allah. Demikian pula, banyak orang yang tidak berani mengakui Tuhan, karena mereka mau keduanya: mau Kristus, juga mau sinagoga. Aku mau Kristus, maka aku percaya Tuhan; aku juga mau sinagoga, maka aku tidak mengakui Tuhan. Orang yang mau kedua-duanya pasti tidak mutlak.

Anda harus nampak, jika Anda ingin belajar melayani Tuhan, Anda harus memilih salah satu di antaranya, Kristus atau sinagoga. Jika tidak, selamanya Anda tidak akan bisa menjadi orang Kristen yang baik. Bagaimanapun Anda harus memilih salah satu di antara Tuhan dan manusia. Para pemimpin takut kalau mereka mengakui Tuhan, mereka akan kehilangan pergaulan manusia, mereka takut dikucilkan dari sinagoga. Tetapi orang yang mutlak memilih Tuhan, ia tidak akan takut dikucilkan dari sinagoga.

Jika setelah Anda percaya Tuhan, tidak ada orang yang menganiaya Anda, Anda harus bersyukur kepada Tuhan. Namun, jika setelah Anda mengakui Tuhan, ada yang menganiaya Anda, Anda tetap harus bersyukur kepada Tuhan. Hal ini tidak mengherankan! Jangan sekali-kali seperti para pemimpin tadi, mereka masih menyayangi sinagoga, sehingga tidak membuka mulut, tidak mengakui dirinya adalah orang yang percaya Tuhan Yesus. Hari ini, bila dalam gereja semua orang sama seperti mereka, niscaya tiada gereja. Jika sejak mula Petrus percaya Tuhan, ia pulang ke rumah, diam seribu bahasa; jika Paulus, Luther, Darby, dan lain-lain, orang-orang yang percaya Tuhan, juga membisu; jika semua orang di dalam gereja membisu, tidak berani mengakui Tuhan; memang kesulitan mereka akan kurang, tetapi hari ini pasti tidak ada gereja di muka bumi ini.

Gereja mempunyai satu ciri khas, yaitu berani percaya kepada Tuhan; gereja juga mempunyai satu ciri khas, yaitu berani mengakui telah percaya Tuhan. Beroleh selamat bukan hanya percaya kepada Tuhan Yesus; beroleh selamat, berarti setelah Anda percaya, Anda pun mengakui bahwa Anda adalah orang yang percaya Tuhan. Pengakuan ini sangat penting. Kekristenan bukan melulu masalah perbuatan, kekristenan juga adalah masalah di mulut, harus mengaku dengan mulut. Bagaimanapun Anda harus berkata, “Aku adalah orang Kris-en.” Orang Kristen yang hanya mempunyai perbuatan baik masih belum terhitung, harus mengaku dengan mulut baru terhitung. Jika menghapus mengaku dengan mulut, tiadalah kekristenan. Firman Alkitab cukup jelas: “Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.” Kekristenan adalah masalah hati yang percaya dan mulut yang mengaku.

III. MENGAKUI TUHAN
DAN PENGAKUAN TUHAN

Tuhan berkata, “Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di surga”, (Mat. 10:32). Puji Tuhan, hari ini kita mengakui Tuhan, kelak Tuhan akan mengakui kita. Tuhan berkata pula, “Tetapi siapa saja yang menyangkal Aku di depan manusia, ia akan disangkal di depan malaikat-malaikat Allah” (Luk. 12:9). Oh, betapa besar perbandingan ini! Anda hanya di hadapan manusia mengakui bahwa Tuhan yang Anda percayai ini adalah Yang melampaui segala-galanya, terunggul dari semua orang, Dia adalah Anak Allah yang sejati. Tetapi Tuhan akan mengakui Anda di hadapan Bapa serta malaikat-malaikat di surga. Jika Anda merasa keberatan untuk mengakui Tuhan di hadapan manusia, suatu hari kelak, ketika Tuhan datang di dalam kemuliaan Bapa, Dia juga akan keberatan untuk mengakui orang semacam Anda. Hari ini, jangan karena takut kepada manusia (Yes. 51:12), sehingga kita tidak berani mengakui Tuhan di hadapan manusia. Jadi, jika hari ini di depan manusia kita keberatan mengakui Yesus Kristus, Anak Allah yang hidup, pada suatu hari, tatkala Tuhan kita kembali, Dia juga akan keberatan untuk mengakui kita di hadapan Bapa dan para malaikat yang mulia. Oh! Betapa seriusnya hal ini!

Sebenarnya, sekarang sedikit pun tidak ada kesulitan bagi kita untuk mengakui-Nya. Dibandingkan dengan pengakuan-Nya terhadap kita; pengakuan-Nya terhadap kitalah yang sebenarnya sangat sulit; karena kita adalah anak yang hilang, tiada kebaikan apa pun pada diri kita. Karena Dia kelak mau mengakui kita, bukankah hari ini kita harus mengakui-Nya dengan tegas di hadapan manusia?

Semoga saudara saudari yang baru percaya, sejak awal sudah berani mengakui Tuhan di depan orang banyak. Sekali-kali jangan menjadi orang Kristen secara sembunyi-sembunyi.

Published by

filadelfia

orang yang tidak sempurna dikasihi oleh Dia yang sempurna