26 || MENYANYI

MENYANYI

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

“Aku hendak menyanyi bagi TUHAN selama aku hidup, aku hendak bermazmur bagi Allahku selagi aku ada.”

  Mazmur 104:33

“Dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati.”

Efesus 5:19

 

 Pembacaan Alkitab:

Mazmur 104:33: “Aku hendak menyanyi bagi TUHAN selama aku hidup, aku hendak bermazmur bagi Allahku selagi aku ada.”

Efesus 5:19: “Dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati.

 Matius 26:30: “Sesudah menyanyikan nyanyian pujian, pergilah Yesus dan murid-murid-Nya ke Bukit Zaitun.”

Kisah Para Rasul 16:25: “Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka.”

Setelah seseorang percaya Tuhan, ia perlu belajar menyanyi. Jika orang Kristen bersidang namun tidak tahu bagaimana menyanyi, itu adalah suatu kesulitan yang sangat besar. Dalam bersidang, hal berdoa sering kali diabaikan, mungkin hal menyanyi lebih-lebih diabaikan. Itulah sebabnya kita wajib belajar menyanyi. Kita bukan ingin menjadi penyanyi ahli melainkan ingin mengenal nyanyian dan justru inilah yang penting.

I. PERASAAN NYANYIAN

Dalam Alkitab ada nubuat, sejarah, doktrin, ajaran, dan perintah. Dalam Alkitab juga ada nyanyian (kidung). Nyanyian merupakan pengutaraan yang paling lembut dan halus dari perasaan manusia. Bahkan perasaan manusia berdoa di hadirat Allah pun tidak sehalus dan selembut menyanyi di hadirat Allah. Allah menghendaki kita semua memiliki perasaan yang halus dan lembut, karena itulah di dalam Alkitab Allah memberi kita bermacam-macam nyanyian, bahkan banyak nyanyian. Bukan hanya Mazmur, Kidung Agung, Ratapan, malahan kadang-kadang di tengah-tengah sejarah dan perintah, diselingi beberapa nyanyian (Kel. 15:1-18; Ul. 32:1-43). Di dalam Surat-surat Kiriman Paulus yang mengandung begitu banyak doktrin; juga disisipi nyanyian-nyanyian (Rm. 11:33-36; 1 Tim. 3:16 dan lain-lain). Kesemuanya itu memperlihatkan kepada kita bahwa Allah menghendaki umat-Nya mempunyai perasaan yang halus dan lembut.

Perasaan Tuhan kita itu lembut dan halus. Lain dengan perasaan kita, ada yang lembut ada juga yang kasar. Marah-marah, gusar, itu kasar. Ada orang yang tidak marah-marah, namun belum tentu lembut. Allah menghendaki kita berbelaskasihan, penyayang, murah hati, bersimpati, sebab yang sedemikian inilah yang halus. Allah menghendaki kita menyanyi di saat mengalami kesusahan, memuji di tengah-tengah penderitaan, memuja nama Allah, karena semua itu adalah pertanda adanya perasaan yang halus. Ketika seseorang mencintai orang lain, niscaya perasaannya itu halus; seseorang mengampuni orang lain, niscaya perasaannya lembut; seseorang yang membelaskasihani orang lain, niscaya perasaannya lembut.

Allah ingin membimbing anak-anak-Nya menempuh jalan yang semakin lama semakin lunak, halus, dan lembut, semakin seperti nyanyian. Semakin banyak seseorang belajar di hadapan Allah, maka perasaannya akan semakin halus, lembut seperti nyanyian; sebaliknya, semakin sedikit seseorang belajar di hadapan Allah, maka perasaannya akan semakin kasar, sehingga jauh berbeda dengan nyanyian. Orang Kristen yang menghadiri sidang dan berjalan dengan derap langkah kaki yang keras, tanpa menghiraukan perasaan orang lain, itu menunjukkan bahwa dia tidak mirip dengan orang Kristen yang pernah belajar. Kalaupun ia bernyanyi, tidaklah mirip dengan nyanyian. Orang yang memasuki ruang sidang sambil menyenggol/ menabrak kanan kiri, sampai-sampai kursi pun terguling, ia tidaklah mirip dengan penyanyi. Kita harus tahu bahwa sejak kita diselamatkan, Allah ingin melatih perasaan kita agar dari hari ke hari lebih lembut dan halus. Jika mau menjadi orang Kristen yang baik, wajiblah memiliki perasaan yang halus. Di hadapan Allah, perasaan manusia yang mengalir keluar dari lubuk hatinya, itulah perasaan kidungnya. Allah menuntut dari anak-anak-Nya perasaan yang lembut dan halus. Jangan membiarkan perasaan kita, menjadi kasar. Perasaan yang kasar bukanlah nyanyian, perasaan yang kasar bukan barang milik orang Kristen.

II. SYARAT NYANYIAN

Setiap nyanyian yang memenuhi syarat tentu memiliki tiga unsur. Jika kekurangan salah satu dari ketiga unsur tersebut itu bukanlah nyanyian yang baik.

Pertama, harus memiliki dasar kebenaran. Nyanyian yang sesuai dengan unsur lainnya, keliru dalam kebenarannya. Jika menyuruh anak-anak Allah menyanyikan nyanyian yang demikian, itu berarti menaruh mereka ke dalam kekeliruan, dan menyuruh mereka datang ke hadirat Allah dengan kekeliruan, itu tidaklah layak. Ketika anak-anak Allah menyanyi, mereka perlu mengarahkan perasaan mereka kepada Allah. Jika di dalam nyanyian terdapat kekeliruan kebenaran, hal itu membuat mereka tidak lebih dari menipu dirinya sendiri, sehingga mustahil menjamah realitas. Allah tidak dapat membiarkan kita menghadap-Nya dengan syair, melainkan dengan kebenaran. Kita hanya bisa menghadap Allah di dalam kebenaran; menghadap tanpa kebenaran itu salah dan tidak akan menjamah realitas.

Misalnya, ada sebuah nyanyian Injil yang menyinggung tentang darah Tuhan Yesus membasuh hati kita. Dalam Perjanjian Baru, kita tidak pernah menemukan kalimat yang mengatakan, “darah Tuhan Yesus membasuh hati kita.” Darah Tuhan Yesus bukanlah membasuh hati kita. Alkitab tidak pernah mencantumkan demikian. Ibrani 9:14 mengatakan bahwa darah Tuhan Yesus mencuci bersih hati nurani, bukan hati. Darah Tuhan mencuci bersih dosa-dosa kita. Karena dosa terbasuh, maka hati nurani kita tidak lagi menggugat kita di hadirat Allah. Jadi, darah itu untuk membasuh hati nurani, bukan hati. Hati kita tidak mungkin dicuci bersih oleh darah. Hati manusia lebih licik daripada segala sesuatu (Yer. 17: 9); bagaimanapun mencucinya, tidak akan menjadi bersih. Tentang hati, Alkitab hanya mencantumkan membuang hati batu manusia dan menggantinya dengan hati daging (Yeh. 36:26). Kita diberi hati baru, bukan hati lama kita dicuci. Ketika seseorang percaya kepada Tuhan, ia dikaruniai Allah sebuah hati yang baru, bukan hati lamanya dicuci; rasa berhutang pada hati nuraninya yang dibasuh, bukan hatinya. Kalau di hadapan Tuhan Anda memuji, “Darah Yesus membasuh hati kami”, pujian semacam ini tidak sesuai dengan kebenaran. Hal ini sangat serius. Jika doktrin sebuah nyanyian itu salah, itu akan menjerumuskan orang ke dalam perasaan yang salah juga.

Banyak nyanyian yang tidak jelas batas-batas zamannya. Entah itu dinyanyikan Abraham atau Musa, entah itu dinyanyikan orang-orang Yahudi atau orang-orang Kristen, entah itu dinyanyikan dalam Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru. Kalau Anda menyanyikan lagu tersebut, itu bisa membuat Anda seolah merasa bahwa Anda adalah malaikat yang tidak ada sangkut pautnya dengan penebusan, atau bisa membuat Anda merasa bahwa diri Anda tidak memerlukan darah karena tidak berdosa. Jadi, sebuah nyanyian yang tanpa ada ajaran zaman yang tegas, tanpa nampak zaman karunia, niscaya akan menempatkan anak-anak Allah pada kedudukan yang salah.

Banyak pula nyanyian yang tanpa jaminan/ pegangan, hanya menaruh harapan saja: mengharap beroleh selamat, mendambakan beroleh selamat, mencari-cari keselamatan. Sedikit pun tidak ada kemantapan; jaminan/ pegangan sebagai orang Kristen sama sekali tidak dimilikinya. Kita harus ingat bahwa setiap orang Kristen yang datang ke hadirat Allah harus membawa kemantapan. Kita datang ke hadirat Allah dengan penuh iman dan penuh pegangan. Bila seseorang menyanyi seolah ia berada di luar pelataran, itu akan membuat orang lain merasa bahwa ia bukanlah umat Allah, ia hanya rindu menjadi umat Allah saja. Ada lagi nyanyian yang seolah tidak mendapat karunia Allah, karena selalu minta-minta saja. Nyanyian macam itu juga akan menempatkan orang Kristen pada kedudukan yang salah. Itu bukan kedudukan orang Kristen. Kedudukan orang Kristen pasti mempunyai pegangan dan kemantapan, tahu bahwa dirinya telah diselamatkan. Setiap nyanyian yang tanpa pegangan, tidak patut dinyanyikan orang Kristen.

Satu kesalahan yang umum dan sering kita temukan di dalam nyanyian-nyanyian, yaitu yang mengungkapkan bahwa setelah manusia mati segera masuk ke, dalam kemuliaan. Banyak nyanyian yang mengungkapkan, setelah mati masuk ke dalam kemuliaan. Seolah-olah manusia bisa masuk ke dalam kemuliaan melalui Kematian. Tetapi, Alkitab tidak pernah menyebutkan manusia mati berarti masuk ke dalam kemuliaan. Masuk ke dalam kemuliaan itu adalah hal yang lain. Kita mati bukanlah masuk ke dalam kemuliaan; melainkan menunggu kebangkitan. Tuhan masuk ke dalam kemuliaan setelah Ia bangkit dari Kematian. Ini jelas dikatakan di dalam Alkitab (1 Kor. 15:43; 2 Kor. 5:2-3). Nyanyian yang membuat anak-anak Allah timbul perasaan yang keliru, yang mengira “setelah mati segera masuk ke dalam kemuliaan”, tidak patut kita nyanyikan, karena pada faktanya tidak ada perkara itu.

Nyanyian yang baik harus memiliki kebenaran yang tepat. Tanpa kebenaran yang tepat, akan menggiring orang-orang Kristen menyimpang ke dalam kekeliruan.

Kedua, memiliki kebenaran yang tepat, masih belum bisa dikatakan sebagai nyanyian; harus pula memiliki bentuk dan konstruksi nyanyian. Bukan karena kebenarannya tidak salah, kebenaran memang harus tepat, tapi harus ditambah pula bentuk dan konstruksi, barulah berupa nyanyian. Menyanyi bukanlah berkhotbah; kita tidak bisa menyanyi dengan catatan-catatan pembahasan Alkitab. Nyanyian yang dimuat di dalam Mazmur, semuanya mempunyai rasa nyanyian. Susunan dan pengutaraan dalam setiap nyanyian adalah sangat lembut, sambil mencurahkan maksud Allah ke dalam kalimat-kalimat pemazmur. Maka, bukan hanya ditentukan oleh panjang pendeknya kalimat, juga oleh susunan dan bentuk nyanyian.

Ketiga, di samping mempunyai kebenaran, bentuk, dan konstruksi, sebuah nyanyian juga harus memiliki kontak rohani, yaitu harus dapat menjamah realitas rohani.

Misalnya, Mazmur 51, merupakan syair Daud bertobat. Ketika kita membacanya, kita dapat menemukan bahwa ketika Daud bertobat, tidak terdapat kekeliruan doktrin. Kata-katanya bukan sembarangan, susunannya tidak sederhana. Selain itu, kita dapat merasakan ada suatu benda terkandung di dalamnya; ada realitas rohani, ada perasaan rohani. Ini bisa kita sebut sebagai beban yang terkandung di dalam syair. Dia bertobat, perasaan bertobat memenuhi syairnya. Setiap kali kita membaca Mazmur, terasa suatu keistimewaan, yaitu semua perasaan yang terkandung di dalamnya itu dapat diandalkan. Ketika penyairnya bergembira, ia melonjak-lonjak serta bersorak-sorai; ketika sedih, ia menangis tersedu-sedu. Bukan hanya kata-kata tanpa realitas, melainkan di dalam kata-kata termuat realitas rohani.

Jadi, nyanyian tidak saja harus memiliki doktrin yang tepat, memiliki bentuk dan susunan, juga harus memiliki perasaan realitas rohani. Dengan kata lain, kalau sebuah nyanyian itu menangis, haruslah menangis; kalau senang, haruslah senang. Ketika ia mencurahkan sesuatu, haruslah membuat kita merasakan sesuatu itu. Kita tidak bisa menyanyikan sebuah nyanyian pertobatan dengan perasaan di dalam kita tak beresonan, apalagi makin menyanyi makin tertawa bergelak. Kita tidak bisa berkata bahwa kita menyanyikan puji-pujian kepada Allah, sedangkan kita tidak gembira atau merasa girang. Tidaklah sesuai, jika kita menyanyikan kidung pernyataan konsikrasi, tetapi perasaan kita bukan konsikrasi. Tidaklah cocok, jika kita menyanyikan bahwa kita rebah di depan Allah, diremukkan Allah, tetapi tetap merasakan diri kita ini baik, dan masih boleh dibanggakan. Sebuah nyanyian yang tidak mampu memberi kita perasaan yang tepat, tidaklah tergolong nyanyian yang bagus. Perasaan nyanyian seharusnya riil dan menjamah realitas rohani.

Sebuah nyanyian harus tepat dalam kebenaran, mempunyai konstruksi nyanyian, dan bisa membuat penyanyinya menjamah realitas rohani, menjamah apa yang terkandung di dalam syair-syairnya. Kalau tidak, itu tidak patut disebut sebagai nyanyian yang memenuhi syarat. Ketiga syarat itu harus lengkap terpenuhi, barulah dapat disebut nyanyian yang bagus.

III. CONTOH-CONTOH NYANYIAN

Mari sekarang meninjau beberapa nyanyian:

Contoh pertama – Kidung no. 110

  1. Dengar, suara menggelegar,
    Junjung tinggi Sang Domba;
    Laksaan saleh beresonan,
    Harmonis pun tak hingga.
  2. Tiap penjuru puji Domba,
    Genap surga bergita;
    Tiap mulut nyanyi riang,
    Penuh luap pujian.
  3. Wangi syukur pri ukupan,
    Membubung pada Bapa;
    Semua lutut sembah Putra,
    Memujilah serempak.
  4. Terang Putra menyatakan,
    Mulia Bapa sepenuh;
    Hikmat Bapa `nyatakan jua,
    Sang Putra sama agung.
  5. Roh Kudus `nembus segala,
    Kaum surga selaras;
    Kelilingi Domba Suci,
    Memuji Dia Sang Kekal.
  6. Ciptaan baru puas kini,
    Lega, riang, dan pasti,
    Berkat s’lamat yang diberi,
    Bebas tak t’rikat lagi.
  7. Dengar! Surga riuh kembali,
    Kidung puji menggema;
    Cakrawala penuh amin!
    Amin atas kurnia-Nya.

Di antara nyanyian-nyanyian yang pernah kita nyanyikan, hampir tidak ada nyanyian yang lebih megah daripada nyanyian ini. Nyanyian ini adalah karangan Darby. Semula terdiri dari tiga belas bait. Pada tahun 1881, saat ia menyanyikan kembali bersama dengan Saudara Wigram, ada beberapa bait yang dikurangi sehingga tinggal tujuh bait.

Gaya nyanyian ini seolah ditujukan kepada manusia, tetapi sebenarnya ditujukan kepada Allah. Ketika kita menyanyikannya, dengan sendirinya terasa seolah menjumpai suasana dalam Wahyu 4 dan 5, nampak keadaan alam semesta setelah Tuhan terangkat ke surga. Di sini terdapat Golgota, kebangkitan, dan kenaikan (terangkat ke surga). Di surga penuh kemuliaan; terhadap nama Yesus, semua mulut mulai memuji, semua lutut mulai bertelut dan menyembah. Di surga, di bumi, di bawah bumi, semua penjuru menggemakan puji syukur, alam semesta melagukan puji-pujian. Sungguh sangat riuh rendah! Sungguh sangat megah! Bila kekuatan berkurang sedikit saja, mustahil sanggup menuliskan nyanyian serupa ini.

“Dengar, suara menggelegar”, tiba-tiba muncul suara menggelegar! Penyanyinya seolah seorang Kristen yang kecil, manusia kecil, yang sedang menyerukan: “Dengarlah hai kalian, suara menggemuruh, serempak menjunjung tinggi Anak Domba Allah” Dengarlah, ada lagi “laksaan kaum saleh serta merta memberikan respons.” Begitu Anak Domba Allah dijunjung tinggi, sekaliannya segera memberikan respons! Di sini suara pujian, di sana suara resonan. Suara menggelegar: “Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!” (Why. 5:11-12). Belum saja suara ini lenyap, sudah disusul oleh suara laksaan, `Aku mendengar semua makhluk yang di surga dan di bumi dan di bawah bumi dan di laut dan semua yang ada di dalamnya” (ayat 13), semuanya berespons. Bagaimanakah suasananya? “Harmonis pun tak hingga. Suara menggelegar mengandung kekuatan yang tak terbatas. Di sini penyanyinya merasa dirinya betapa kecil dan rendah. Bait pertama membawanya kepada pemandangan yang megah dan luas. Suara menggelegar, sahutan laksaan kaum saleh menerjang tak terbatas, serentak menggetar, menjunjung tinggi Anak Domba Allah. Baru mulai sudah merupakan perasaan yang semegah itu. Inilah puji-pujian besar di antara alam semesta.

Selanjutnya, bait demi bait menyusul dengan baiknya. “Tiap penjuru puji Domba!” Terdengar pula suara berserasi dari empat penjuru “Puji Anak Domba!” Semua senada “Puji Anak Domba!” Di mana-mana senada dan seirama “Puji Anak Domba!” “Genap surga bergita”. Untuk apa surga berhimpun? Untuk bergita bersama “Tiap mulut mengaku lantang”. Sampai saat itu, berapa banyaknya mulut, sebanyak itu pula yang mengakui Dia. Maka terbuktilah Filipi 2, “tidak ada satu pun yang tidak mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan.” Itulah yang lantang dan serasi. Alam semesta “penuh luap pujian. Tak kunjung henti pujian membanjiri alam semesta.

Di samping suara ada juga wangi syukur pri ukupan”. Syukur dari lubuk hati, laksaan asap semerbak membubung terus, menuju ke takhta Bapa. Bukan sekadar mulut bersuara, bahkan angan-angan dan niat hati pun terus-menerus tertuju kepada Allah. Bukan hanya mulut menyeru Anak Domba, hati pun turut mengarah ke hadirat Allah. Rencana Allah tidak mungkin terpisah dengan penebusan Tuhan. Kita memuji Anak Domba, kita pun berterima kasih kepada Allah Bapa. Rasa puji dan rasa syukur tidak henti membubung bagaikan asap wangi ke hadirat Allah.

Pujian yang demikian masih tidak cukup. Mulut bersuara masihlah kurang. Mengapa? Karena semua lutut wajib bertelut dan menyembah. Semua lutut tidak bisa tidak bertelut dan sambil menyembah Tuhan. Dari “tiap mulut” ke “tiap lutut”. Disamping berterima kasih kepada Bapa, juga bertiarap di depan Tuhan. Kalimat berikutnya benar-benar merupakan syair: “maksud surga selaras”. Ini bukan membicarakan doktrin. Orang yang kasar perasaannya, tidak akan merasakan apa-apa di sini. Namun, jika seseorang sudah terbawa ke suatu tingkat, sehingga melihat sasaran dari tiap mulut dan tiap lutut, niscaya akan dengan girang bersorak: “maksud di surga alangkah selaras!”

Sewaktu penyairnya menjamah pada Bapa dan Putra, terbawalah masuk doktrin Putra dan Bapa; tertampil seluruhnya. “Terang Putra menyatakan, mulia Allah sepenuh”; kemuliaan di dalam, sedang terang di luar. Bapa memiliki kemuliaan, di atas Putra menjadilah terang/cahaya. Atas diri Bapa itulah kemuliaan, atas diri Putra itulah cahaya kemuliaan. Penyorotan terang bukanlah pada Bapa, melainkan pada Putra. “Hikmat Bapa nyatakan jua”. Hikmat yang ada di dalam, menyatakan “Sang Putra sama agung”. Bukan perbuatan Bapa tetapi hikmat Bapa; bukan pekerjaan Bapa, tetapi rencana Bapa; yang diperlihatkan kepada manusia, bahwa Putra itu sama agung dan terhormat. Bait ketiga, adalah dari Bapa ke Putra. Bait keempat, adalah dari Putra ke Bapa. Setelah ke Bapa, kembali ke Putra lagi. Bait keempat bermula dari Putra dan berakhir pada Putra. Bait ketiga sudah menjamah pada Putra, dan bait keempat menjamah pula pada Putra. Di sini tertampaklah doktrin Bapa dan Putra.

Setiap orang yang telah menjamah Bapa dan Putra, tidak akan cukup jika berhenti sampai di sini. Karena itu selanjutnya dikatakan lagi: “Roh Kudus menembus s’gala”. Lihatlah, Roh pun muncul. Ketika Roh Kudus tertampil, keadaannya berlainan dengan keadaan Putra dan Bapa. Roh Kudus menembus ke mana saja, meresapi segala dan meliputi segala. Alam semesta penuh Roh Kudus.

“Kaum surga selaras”. Kaum surga, ini pun merupakan ungkapan syair. Para malaikat di surga, makhluk-makhluk di surga, kaum surgawi yang tak terhitung jumlahnya, tidak mempunyai permintaan apa-apa lagi. Bila ada permintaan, tentu tidak akan ada puji-pujian, tetapi berdoa. Hari itu, segenap kaum surga, kaum yang tak terhitung jumlahnya, tidak ada seorang pun yang bermohon. Semuanya “mengelilingi Domba dengan riang”, memuji Dia Sang Kekal. Sang Kekal yaitu “Akulah TUHAN” (lihat Kel. 3:14, 6:2). Ini benar-benar kidung puji-pujian, kidung puji-pujian yang megah agung!

Kita harus pula melihat ke sekitar. “Ciptaan baru puas kini, lega, riang, dan pasti.” Di sekeliling, semuanya puas, lega, mantap, dan riang gembira. Masing-masing puas marem, damai sentosa, mantap, dan riang. Kesemuanya ini dikarenakan “berkat kurnia yang diberi.” Sehingga kini “bebas ikatan dan siksaan”. Segala permasalahan sudah berlalu.

Mungkin tanpa disadari kita seolah telah melihat terlalu jauh. “Dengar, surga riuh kembali”. Sudahkah mendengar? “Kidung puji menggema”. Suara pujian kembali membanjir dari segala penjuru. Dengarkan pula, “Cakrawala penuh amin”. Tiap pelosok di alam semesta, terdengar gema “Amin”. Tidak ada satu tempat pun yang tidak meng”Amin”. Apa sebabnya? “Amin atas kurnia-Nya”. Bukan setelah selesai menyanyi baru berkata “Amin”, tetapi “Amin atas kurnia-Nya”.

Nyanyian ini memperlihatkan kepada kita alam semesta yang telah tertebus. Yakni, situasi yang digambarkan dalam Wahyu 4, 5, dan Filipi 2. Inilah puji-pujian di dalam kekekalan.

Contoh kedua – Kidung no. 423

  1. Tekad rapuh, tnaga lemah,
    Harapanku punah sudah;

    Hanya sandar garapan-Nya,

    Lembut, mesra ku dipapah.
  2. Aku sudah berusaha,
    Tapi gagal, s’lalu gagal;

    Oleh sabar-Mu `tiasa,

    Hingga suara-Mu terdengar.
  3. Waktu hati agak bangga,
    Nyaris aku terjerembab;

    Ku tak b’rani apa-apa,

    Ku perlu Kau dalam s gala.
  4. Ya, P’nolongku yang perkasa;
    Kini ku pandang wajah-Mu;
    Aku orang yang terlemah,

    T’nagaku itu kurnia-Mu.

Nyanyian ini adalah salah satu nyanyian yang sangat baik di antara nyanyian-nyanyian dari manusia yang ditujukan kepada Allah.

“Tekad rapuh, t’naga lemah”; tekad rapuh itu adalah yang batiniah, tenaga lemah itu adalah yang lahiriah. Batin ingin menetapkan, namun tak berdaya. Lahir ingin mengamalkan, tetapi tidak mampu. Bertekad rapuh, berlari pun lumpuh. “Harapanku punah sudah”. Lalu bagaimana aku ini? “Hanya sandar garapan-Nya”. Tadinya, penulis nyanyian ini berbicara kepada diri sendiri, sekarang ia berpaling kepada Allah. Dan setelah berhadapan dengan Allah, ia mengharapkan Allah memapahnya dengan “lembut mesra”. Artinya, “Kini selain papahan dan bimbingan-Mu setapak demi setapak, harapanku telah punah seluruhnya.” Dia berdiri di atas kedudukan yang demikian.

Selanjutnya: “Aku sudah berusaha”. Pengungkapan demikian menimbulkan perasaan syair. Ini bukan khotbah, tetapi nyanyian. “Tetapi gagal, s’lalu gagal”. Akhirnya bagaimana? Kecewa total, berhubung tidak ada yang bisa diandalkan. Lalu bagaimana? “Oleh sabar-Mu `tiasa”. Bagaimanakah “sabar-Mu”? Membuat “suara-Mu terdengar”. Dengan kata lain, aku tidak ada harapan lain di sini, kecuali satu saja, apakah itu? Kekuatan-Mu! Kekuatan-Mu mendesak serta memaksa aku agar patuh. Diriku ini tidak ada gunanya. Aku sudah sangat mengenal diriku.

Bait ketiga, memperlihatkan seseorang yang mengenal Allah sedang merangkak perlahan-lahan. “Waktu hati agak bangga”. Sombong sedikit saja, memikirkan bahwa dirinya ada sedikit kebaikan, cukup lumayan, (hanya sedikit, tidak banyak), segera “nyaris aku terjerembab”. Pengalaman seperti ini sering kali kualami. Sekarang bagaimana? Terus terang saja, “ku tak b’rani apa-apa”. Ku tak berani berbuat apa-apa, bahkan memikirkan pun tidak. “Ku perlu Kau dalam s’gala”. Artinya dalam setiap perkara, kapan saja dan di mana saja, aku selalu memerlukan Dikau. Di sini ada seseorang yang perasaannya sudah menempuh garapan yang beraneka ragam, sehingga di depan Allah, sedikit pun tidak terlihat kasar. Setiap kalimatnya mencerminkan nyanyian, setiap kata mengandung perasaan yang sangat menjamah Allah.

Akan tetapi, seseorang yang mengenal dirinya sendiri, tidak akan bisa berhenti di sini saja. Akhirnya, pasti datang juga ke hadirat Tuhan sambil berdoa, “Kau, Penolong yang perkasa, aku tak berpengharapan. Aku tidak memiliki apa-apa, aku hanya mencari Dikau. Aku orang yang terlemah”; kembali lagi pada bait pertama. Bukan setelah menyanyi segera usai. Tekadku rapuh, tenagaku pun lemah. Bertekad tidak mampu, berlari pun tidak mampu. Aku adalah yang terlemah dari antara yang lemah; aku harus hidup bagaimana? “Hidupku sandar kurnia-Mu”. Hanya kurnia-Mu yang kuperlukan. Yang sanggup membuat aku hidup.

Setiap kali Anda menghampiri Allah, jika perasaan Anda pernah menerima ujian dan tempaan, maka begitu terjamah oleh nyanyian yang telah menempuh ujian dan tempaan Allah, tentu perasaan Anda dapat memasuki nyanyian tersebut.

Contoh ketiga – Kidung no. 282

  1. Pabila jalanku `nuju sengsara
    Bila `ni takdir-Mu mau ku mend’rita.

    Ku mohon pada-Mu hubungan akrab,

    Tiap saat bers’kutu lebihlah mesra.
  2. Susut senang dunia, tambahkan “surga”,
    Biar hatiku luka — roh tetap muja.

    Mesra, manis dunia, oleh-Mu lepas,
    Agar Kau denganku erat kian mesra.
  3. Meski jalan sunyi, Kau serta s’lalu;
    Senyum-Mu tarikku, depan trus maju.
    Lepas dari diri, oleh kurnia-Mu;
    Jadi wadah suci, salur hayat-Mu.

Nyanyian ini juga tergolong sangat bagus. Kalimat-kalimat yang digunakan penuh ciri-ciri syair. Perasaan yang terkandung di dalamnya sangat dalam. Segala sesuatunya telah mencapai suasana luar biasa, amat tinggi dan dewasa. Jarang sekali nyanyian yang bersekutu dengan Tuhan bisa mencapai suasana demikian, tanpa ada paksaan dan keterlaluan. Ini boleh dikata pernyataan yang riil, patuh yang mutlak dari konsikrasi yang sepenuhnya. Suara ini keluar dari hati yang patuh mutlak tanpa tentangan kepada Tuhan.

“`Pabila jalanku `nuju sengsara, bila `ni takdir-Mu, mau ku mend’rita, ku mohon pada-Mu hubungan akrab, tiap saat bers’kutu lebihlah mesra.” Di sini kita menjumpai perasaan yang berkonsikrasi dan taat sepenuhnya.

Bait kedua merupakan bait terbaik. Perasaan dari bait ini lebih meningkat lagi. Dia menimbang-nimbang serta berdoa di depan Allah, kalau milik kesenangan dunia makin dikurangi, maka mohonlah kiranya surga ditambahi. Bukan minta terlepas atau diubah, melainkan makin lama makin banyak bersekutu. “Biar hatiku luka, roh tetap muja”. Di sini kita menemukan seseorang yang mempunyai kemampuan membedakan antara hati dan roh; hati boleh terluka, roh tetap memuja; hati boleh merana, roh tetap segar di hadapan Allah. Ia mengenal perbedaan antara hati dan roh. Ia tidak menuntut kenikmatan hati, melainkan kompensasi roh. Dia mulai menanjak ke atas, bahkan lebih menanjak pula. Kalimat pertamanya, “Susut senang dunia”, dan kalimat kelimanya, “mesra manis dunia”, kedua-duanya dirangkaikan dengan “dunia”, sehingga semakin terasa syairnya. “Mesra, manis dunia, oleh-Mu lepas, agar Kau denganku erat kian mesra.” Ia tidak menerima begitu saja, ia bukan sekadar menghindari, malahan menuntut persekutuan yang lebih sedap dan mesra. Perasaannya tepat, pengungkapannya tepat, corak susunannya pun tepat, alangkah indah dan manis!

Berhubung bait kedua telah mencapai titik puncaknya, maka bait berikutnya mulailah berdoa: “Meski jalan sunyi, Kau serta s’lalu; senyum-Mu tarikku, depan trus maju . . .” Penguatan atau dorongan dari senyuman” sungguh rohani dan penuh makna syair. “Lepas dari diri, oleh kurnia-Mu; jadi wadah suci, salur hayat-Mu.” Artinya: “Tuhan! Aku tidak memiliki yang lain, kecuali satu harapan: Aku mohon kepada-Mu, agar lepaskan aku dari diri, sehingga menjadi bejana suci, untuk menempuh hidup bagi kehendak-Mu saja.” Inilah epilog dari doa seorang yang telah mengkonsikrasikan dirinya, dan yang sedang menderita. Jika nyanyian ini kita kaji dengan saksama, niscaya kita dapat merasakan bahwa nyanyian ini benar-benar bagus. Kita perlu belajar di hadirat Allah untuk menghayati nyanyian-nyanyian berikut roh dalam nyanyian-nyanyian.

IV. JENIS/ KATEGORI NYANYIAN

Nyanyian dapat kita bagi menjadi empat:

  1. Nafiri Injil,
  2. Puji-pujian,
  3. Kristus sebagai Hayat,
  4. Hidup Gereja.

Jenis pertama, nafiri Injil, dikhususkan bagi penginjilan, meliputi perasaan dosa, kedudukan orang dosa, kasih sayang Allah, kebenaran dan keadilan Allah, penebusan salib, bertobat, percaya . . . dan sebagainya.

Nyanyian Injil perlu dinyanyikan bersama para undangan Injil. Namun di sini terbentur suatu kesulitan, yaitu penggubah lagu dan syairnya adalah kita yang sudah beroleh selamat. Kita mempunyai perasaan yang tidak dimiliki oleh para undangan Injil. Menyuruh mereka menyanyikan lagu dan nyanyian di luar perasaan mereka tidaklah mudah. Namun, jika Allah memberkati nyanyian-nyanyian tersebut, niscaya akan terbongkar juga kebutuhan-kebutuhan yang terpendam di dalam diri kaum berdosa. Mereka akan nampak keadaan diri mereka, juga nampak karunia keselamatan Allah. Kadang-kadang orang dosa tidak tahu bagaimana berdoa, bagaimana menghampiri Allah. Melalui nyanyian-nyanyian, mereka lalu bisa berdoa di hadapan Allah, dan kalimat-kalimat pada nyanyian-nyanyian menjadi kata-kata yang mereka utarakan. Sering kali, nyanyian malah lebih efektif daripada doktrin. Yang penting, harus ada berkat Allah.

Nyanyian-nyanyian Injil kita jilidkan ke dalam buku kidung, agar anak-anak Allah dapat menggunakannya. Di saat penginjilan, sebaiknya ditulis dengan huruf yang besar pada lembaran yang besar, atau dicetak ke dalam lembaran-lembaran untuk mereka nyanyikan. Kalau mereka disuruh mencarinya di dalam buku kidung, itu kurang sesuai.

Jenis kedua, puji-pujian. Sejak kita beroleh selamat, di dalam kita sudah ada sukacita yang berasal dari surga. Maka, di dalam kita pun meluap syukur dan puji yang membubung ke surga. Makin maju kita di perjalanan rohani, makin tambah pula kita mengenal kasih sayang Allah, kebenaran Allah, karunia Allah, kemuliaan Allah, sehingga dengan sendirinya pujian kita tidak putus-putusnya mengalir keluar dari hati dan mulut kita. Nyanyian golongan ini meliputi segala pujian kita terhadap Tuhan dan Allah.

Jenis ketiga, Kristus sebagai hayat. Tujuan Allah menebus kita tidak lain menghendaki kita memperhidupkan hayat Kristus di dalam hidup kita sehari-hari. Allah tidak menyuruh kita meneladani Kristus, melainkan menghendaki Kristus yang telah bangkit, hidup melalui kita. Ketika Kristus berada di bumi, melalui tubuh yang diperoleh-Nya dari Maria, Ia telah memperhidupkan diri-Nya di dalam hidup-Nya; sejak Ia bangkit dan terangkat ke surga, Tubuh-Nya adalah gereja. Melalui gereja, Ia akan memperhidupkan diri-Nya.

Jadi, sewaktu kita masih sebagai orang dosa, yang kita tuntut adalah beroleh selamat dan dibenarkan; namun setelah kita menjadi kaum beriman, yang kita tuntut adalah mengenal hayat Kristus, mengalami hayat Kristus, dan memperhidupkan hayat Kristus di dalam hidup kita. “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal. 2:20). Dia hidup di bumi menggantikan kita, bagi kita Dia menanggulangi dosa dan pencobaan yang kita temui, Dia juga membereskan daging nafsani kita. Dia menjadi hayat kita, Dia menjadi kekudusan kita, Dia menjadi kasih kita, Dia menjadi riang gembira kita. Dia, bukan kita. Pekerjaan Roh Kudus pada zaman kini justru untuk ini. Mulai dari kita menuntut pengenalan terhadap hayat yang di dalam kita, sampai hayat tersebut terwujud pada kepercayaan, persekutuan, kepuasan, peperangan, dan pelayanan; semua nyanyian yang berkaitan dengan masalah penuntutan dan pengalaman hayat itu tergolong ke dalam jenis nyanyian ini.

Keempat, hidup gereja. Ini mencakup kehidupan orang Kristen sehari-hari, termasuk keadaan, pekerjaan, dan urusan sehari-hari. Jenis nyanyian ini meliputi bersidang, pernikahan, perjamuan kasih, rumah tangga, anak-anak, penyakit, dan lain-lain.

V. PENGGUNAAN NYANYIAN

Ketika kita menggunakan nyanyian, ada beberapa butir yang perlu diperhatikan:

1. Arah Nyanyian

Arah nyanyian ada tiga; nyanyian dapat kita nyanyikan ke tiga arah yang berbeda.

(a) Diarahkan kepada Allah

Ini merupakan bagian nyanyian yang paling utama. Dalam Kitab Mazmur, banyak mazmur yang diarahkan kepada Allah. Yang terkenal di antaranya adalah Mazmur 51, yang merupakan doa yang ditujukan kepada Allah. Semua nyanyian puji-pujian, nyanyian ucapan syukur, nyanyian doa ditujukan kepada Allah.

(b) Diarahkan kepada Manusia

Dalam Kitab Mazmur juga ada nyanyian yang diarahkan kepada manusia. Contohnya Mazmur 37 dan 133. Nyanyian jenis ini adakalanya memberikan doktrin, adakalanya mendorong orang datang kepada Allah. Semua nyanyian Injil, nyanyian anjuran, mengarah kepada manusia.

Kolose 3:16 – “. . . sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu” membuktikan bahwa nyanyian boleh dipakai untuk mengajar dan menasihati. Itu ditujukan kepada manusia. Namun, sering kali bersamaan dengan itu tak luput dari hati yang terharu sambil. memuji Allah; dan ini tentunya mengarah kepada Allah. Maka, nyanyian yang diarahkan kepada manusia, pada saat yang bersamaan sering juga diarahkan kepada Allah.

Dalam gereja, nyanyian yang diarahkan kepada manusia jangan terlampau banyak. Di antara kumpulan mazmur dalam Kitab Mazmur, bagian itu hanya sedikit. Nyanyian yang ditujukan kepada manusia bukan tidak boleh ada, hanya jangan terlampau banyak. Kalau banyak akan kehilangan makna utama dari nyanyian. Bagaimanapun, tujuan nyanyian ialah mengarah kepada Allah.

(c) Diarahkan kepada Diri Sendiri

Dalam Alkitab, ada lagi sejenis nyanyian yang ditujukan kepada diri sendiri. Dalam Kitab Mazmur, sering kita jumpai ungkapan, “Hai hatiku!” (atau diterjemahkan “Hai jiwaku!”). Itu semua diarahkan kepada diri sendiri. Mazmur 103 dan 121 adalah contoh yang baik sekali. Nyanyian macam ini merupakan persekutuan antara aku dengan jiwa(sukma)ku, perundingan antara aku dengan hatiku, pembicaraan antara aku dengan diriku. Setiap orang yang mengenal Allah, sudah tentu belajar bersekutu dengan hatinya sendiri. Aku menyanyi kepada diriku, aku berseru pada diriku, aku memanggil diriku, aku menggugah diriku. Nyanyian seperti ini, pada akhirnya selalu menggiring orang ke hadapan Allah. Orang bersekutu dengan hatinya sendiri, akhirnya selalu berubah menjadi persekutuan dengan Allah.

Nyanyian yang terarah kepada tiga sasaran tersebut, masing-masing memiliki fungsinya sendiri. Yang berkenaan dengan karunia keselamatan, bersekutu dengan Allah, ucapan syukur, dan puji-pujian, adalah ditujukan kepada Allah. Begitu gereja bersidang, sepatutnya memilih nyanyian yang diutarakan kepada Allah. Sewaktu bekerja, terhadap kaum beriman ataupun terhadap orang berdosa, nyanyian saat itu seolah digunakan sebagai khotbah, ditujukan kepada orang. Saat kita sendirian, kita boleh menyanyikan nyanyian yang bersekutu dengan diri sendiri. Kita perlu belajar di dalam sidang-sidang gereja (sidang pemecahan roti, sidang doa, sidang persekutuan), dengan wajar menyanyikan nyanyian yang mengarah kepada Allah. Kadang-kadang boleh juga bernyanyi kepada diri sendiri; dalam sidang pekerjaan (sidang penginjilan, sidang berkhotbah), boleh memakai nyanyian yang diarahkan kepada manusia, atau boleh juga memakai nyanyian yang diarahkan kepada Allah. Di rumah, waktu terbentur pada kebutuhan pribadi,, boleh memakai nyanyian yang ditujukan kepada diri sendiri.

2. Cara Menyanyi

Sepanjang yang kita ketahui, cara menyanyi di dalam Alkitab ada tiga. Yakni, bersama-sama, kanon (bersahut-sahutan), dan solo (satu orang).

Dalam zaman Perjanjian Lama, ada beberapa kali nyanyian dinyanyikan oleh orang Lewi, sedang yang lainnya kebanyakan dinyanyikan oleh khalayak. Mazmur dinyanyikan oleh khalayak besar. Sampai zaman Perjanjian Baru, hal nyanyian pun dinyanyikan oleh khalayak besar. Tuhan Yesus bersama murid-murid-Nya pada malam terakhir, “sesudah menyanyikan nyanyian pujian, pergilah Yesus dan murid-murid-Nya ke Bukit Zaitun” (Mat- 26:30), itu pun juga merupakan Mazmur yang dinyanyikan. Jadi, menyanyi bersama itu terjadi di zaman Perjanjian Lama maupun di zaman Perjanjian Baru.

Sejak adanya gereja, di samping menyanyi bersama, ada pula menyanyi kanon, dan menyanyi solo. Kolose 3:16 dan Efesus 5:19 menyinggung perihal kanon. Kanon ialah, salah seorang saudara bernyanyi, saudara yang lain menyahut. Yang satu menyanyi dan yang lain menyahut; atau beberapa saudara bernyanyi, beberapa saudara lainnya menyahut. Beberapa saudara lagi menyanyi, lalu beberapa lainnya lagi menyahut. Dalam gereja yang sebermula, menyanyi secara kanon ini hampir sebanyak menyanyi bersama. Dilakukan antara saudara dengan saudara. Setelah dalam gereja timbul golongan media atau perantara, barulah berubah menjadi bersahut-sahutan antara “paderi” dan “awam”. Sehingga berubah menjadi bernyanyi secara “pemimpin dan pengikut”. Kemudian berubah lagi menjadi pembacaan secara “pemula dan penerus”.

Kita yakin, di tengah-tengah kita, dalam hal menyanyi perlu sekali adanya pekerjaan pemulihan oleh Tuhan. Alkitab telah mencantumkan bersahut-sahutan, maka wajiblah kita bersahut-sahutan. Kita bagi bait demi bait, atau saudari menyahut saudara, orang satu menyahut khalayak, beberapa orang menyahut beberapa orang, yang duduk di sebelah kiri menyahut yang duduk di sebelah kanan. Baik sekali bukan?

Alkitab masih mencantumkan pula menyanyi secara solo. Satu Korintus 14:26, “Yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau penyataan Allah, atau karunia bahasa lidah, atau karunia untuk menafsirkan bahasa lidah, tetapi semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun. Yang seorang mazmur ini ialah nyanyian yang dinyanyikan secara tunggal. Di tengah-tengah sidang, seorang saudara beroleh wahyu, yang lain punya sedikit pengajaran; ‘dan yang lainnya menyanyi. Nyanyian ini dinyanyikan oleh satu orang. Saudara yang di dalam dirinya merasa ada nyanyian, ada puji-pujian memenuhi dirinya, maka ia menyanyi. Ia bukan pelaku tunggal yang melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh orang lain, melainkan ia menyanyi mewakili gereja. Nyanyian yang dinyanyikan solo tadi, boleh sudah tertulis, boleh juga belum tertulis. Boleh jadi sudah dilengkapi lagu yang dikenal, atau bahkan belum ada. Kadang kala, boleh menyanyikan nyanyian rohani yang disebut di dalam Alkitab (Kol. 3:16; 1 Kor. 14:15). Waktu menyanyi, Roh Kudus langsung memberinya lagu dan kalimatnya. Dia itu digerakkan oleh Roh kudus sehingga menyanyi. Menyanyi solo, penyanyinya harus mencurahkan seluruh dirinya ke dalam nyanyian tersebut. Pendengarnya pun wajib pula belajar menerima suplai dari rohnya. Pendengar jangan terlalu memperhatikan suara dan iramanya, tetapi harus menerima suplai roh. Nyanyi solo ini, entah tadinya sudah ada, entah itu baru ada saat itu, harus ada gerakan istimewa dari Roh Kudus, baru boleh dilakukan nyanyi solo. Bukan seperti orang-orang yang senang menonjolkan diri. Sebab itu, bagi mereka yang tidak memiliki suplai roh, jangan sekali-kali menyanyi solo.

C. Belajar secara Riil

Terlebih dulu kita menghafalkan indeks atau daftar isi buku nyanyian, mengetahui pembagian golongan nyanyiannya. Setelah paham prinsip pembagian jenis, sifat, dan kegunaan masing-masing golongan, perlu mengingat letak nyanyian-nyanyian, sehingga begitu ingin menyanyikannya, bisa langsung kita temukan.

Kemudian, pelajarilah nyanyian-nyanyian yang paling berkaitan dengan diri Anda. Terlebih dulu memahami kalimat-kalimatnya, tanda-tanda bacanya, kemudian telusuri perkembangan pemikiran pengarangnya, bagaimana ia membawakan lagu tersebut. Hati Anda perlu terbuka, perasaan harus peka, tekad harus lunak, angan-angan harus bening.

Setelah itu, belajar menyanyikan. Mungkin seminggu sudah bisa menguasai dua atau tiga buah lagu. Kalau tidak bisa, pada mulanya senandungkan saja sebuah atau dua buah lagu setiap pagi. Anda boleh membuat sendiri cara melagukan yang sederhana, agar mudah Anda senandungkan. Dengan demikian, dengan sendirinya Anda bisa meraba roh nyanyian itu, dan dengan sendirinya pula, Anda bisa menambah perasaan rohani Anda. Tetapi, tetap harus belajar sesuai dengan notnya. Setelah bisa menyanyi, maka baik menyanyi bersama, menyanyi kanon maupun menyanyi solo, niscaya bisa mengikuti pimpinan Roh Kudus.

Nyanyian orang Kristen membuat kita memiliki perasaan rohani yang halus. Semoga kita memiliki sedikit pelajaran di hadirat Allah. Bila kita bisa dengan perasaan yang lembut menghampiri Allah, niscaya kita dapat lebih akrab bersekutu dengan Allah. Syukur kepada Allah, karena kelak di alam kekekalan, semua perasaan akan halus lembut. Kita tahu bahwa pujian di surga lebih banyak daripada doa di bumi. Berdoa itu akan berlalu, namun di alam abadi akan penuh puji-pujian. Pada hari itu, semua perasaan akan berubah menjadi halus dan lembut; hari itu adalah hari yang paling manis dan paling menggirangkan.

4 || BERDOA

BERDOA

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

“ Apa saja yang kamu doakan dan minta percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu”

                                       Markus 11 :24

“ Kamu tidak memperoleh  apa-apa, karena kamu tidak berdoa “

Yakobus 4 :2

Pembacaan Alkitab:

Yohanes 16:24: “Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatu pun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.”

Yakobus 4:2-3: “Kamu mengingini sesuatu, tetapi tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.”

Lukas 11:9-10: “Karena itu, Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetuk, baginya pintu dibukakan.”

Mazmur 66:18: “Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar.”

Markus 11:24: “Karena itu Aku berkata kepadamu: Apa saja yang kamu doakan dan minta, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.”

Lukas 18:1-8: “Yesus menyampaikan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan bahwa mereka harus berdoa tanpa jemu-jemu. Katanya, “Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun. Di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku. Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun, namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku.” Kata Tuhan, “Perhatikanlah apa yang dikatakan hakim yang tidak adil itu! Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Apakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, apakah Ia akan mendapati iman di bumi?”

I. BERDOA ADALAH HAK UTAMA
ORANG KRISTEN

Selama hidupnya di dunia orang Kristen mempunyai satu hak utama, yaitu hak memperoleh pengabulan doa. Begitu Anda dilahirkan kembali, Anda dapat berdoa kepada Allah dan Allah mau mendengarkan doa Anda; itulah satu hak utama yang Allah karuniakan kepada Anda. Injil Yohanes 16 menerangkan kepada kita, bila kita berdoa demi nama Tuhan, Allah akan mengabulkan doa kita, agar sukacita kita menjadi penuh. Maka jika kita senantiasa berdoa, kita akan menjadi orang Kristen yang bersukacita di dunia ini.

Bila kita sering berdoa, namun doa kita jarang dikabulkan; atau setelah menjadi orang Kristen beberapa tahun, doa kita tidak pernah Allah kabulkan satu kali pun, itu berarti kita telah mengidap suatu penyakit yang parah. Kalau setelah kita menjadi orang Kristen tiga atau lima tahun, namun doa kita satu pun belum pernah Allah kabulkan, itu membuktikan hidup kekristenan kita tidak beres; bukan agak tidak beres, melainkan sangat tidak beres. Doa kita tidak seyogianya kalau tidak Allah kabulkan. Sebagai orang Kristen, kita harus berbuat sedemikian rupa, sehingga doa-doa kita dapat Allah kabulkan. Doa-doa kita harus sering mendapatkan pengabulan. Itu sebenarnya merupakan pengalaman yang utama. Sebab itu, jika setelah lewat sekian lama doa-doa kita tetap tidak Allah kabulkan, itu berarti ada suatu ketidakberesan di hadapan Allah. Dalam hal pengabulan doa, kalau ada ya ada, kalau tidak ada ya tidak ada, kalau beres ya beres, kalau tidak beres ya tidak beres. Tak dapat kita menipu diri sendiri.

Saya ingin bertanya kepada setiap orang yang percaya kepada Tuhan, sudahkah Anda belajar berdoa? Pernahkah Allah mengabulkan doa Anda? Jika tidak pernah, itu tidak wajar. Berdoa bukan berbicara kepada udara. Tujuan berdoa ialah agar doa itu dikabulkan. Doa-doa yang tidak dikabulkan adalah doa-doa yang sia-sia. Setiap orang Kristen wajib belajar agar doa-doanya dikabulkan. Kalau Anda sudah percaya kepada Tuhan, doa Anda seharusnya diterima oleh Allah. Jika tidak, doa itu percuma saja. Anda harus berdoa terus sampai doa Anda dikabulkan. Berdoa tidak saja untuk pembinaan rohani, bahkan untuk beroleh pengabulan Allah.

Berdoa adalah satu pelajaran yang tidak mudah dipelajari. Pada satu pihak, sekali pun seseorang telah menjadi orang Kristen tiga puluh atau lima puluh tahun, ia tetap belum bisa berdoa dengan baik; sebab berdoa memang bukan satu perkara yang sederhana. Namun di lain pihak, berdoa juga paling mudah; begitu mudahnya sehingga pada saat seseorang percaya kepada Tuhan, ia sudah bisa berdoa. Karenanya masalah berdoa dapat dikatakan paling dalam, namun juga paling dangkal. Dalamnya sedemikian rupa sehingga tidak habis kita pelajari seumur hidup. Banyak anak Allah ketika sampai pada akhir hidupnya masih merasa belum menyelesaikan pelajaran berdoa itu. Namun demikian, hal ini juga begitu dangkalnya, sehingga orang yang baru percaya saja sudah dapat melakukannya, dan doanya sudah dapat Allah kabulkan. Bila seseorang mempunyai permulaan yang baik pada waktu ia baru percaya, niscayalah doa-doanya sering Allah kabulkan. Sebaliknya, jika Anda tidak mempunyai permulaan yang baik, walaupun selang tiga atau lima tahun, doa Anda tetap tak pernah Allah kabulkan. Kalau dasarnya tidak baik, dan kelak ingin memperbaikinya, harus menghabiskan tenaga yang sangat besar. Itulah sebabnya mengapa begitu seseorang percaya Tuhan, ia harus belajar berdoa, dan beroleh pengabulan Allah. Semoga setiap orang yang percaya Tuhan menaruh perhatian atas masalah.

II. SYARAT-SYARAT UNTUK MEMPEROLEH PENGABULAN DOA

Banyak syarat untuk beroleh pengabulan doa yang dapat kita jumpai dalam Alkitab. Tetapi di antaranya hanya beberapa saja yang merupakan syarat utama. Saya yakin, bila kita menuruti cara-cara ini, doa-doa kita akan beroleh pengabulan. Saya pun percaya, syarat-syarat ini cocok bagi mereka yang pernah berdoa bertahun-tahun, dan ini adalah syarat utama yang mutlak harus kita perhatikan.

1. Harus Meminta

Setiap doa harus merupakan permintaan atau permohonan yang sesungguhnya di hadapan Allah. Ada seorang saudara, setelah beroleh selamat, ia berdoa setiap hari. Pada suatu hari, seorang saudari bertanya kepadanya, “Apakah doa-doamu pernah Allah kabulkan?” Mendengar ini, ia merasa heran, sebab ia hanya tahu berdoa saja, tak tahu bahwa doa itu dapat dikabulkan. Sejak saat itu ia mulai menuntut agar doanya Allah kabulkan. Kemudian ia menyadari bahwa dulu doa-doanya tak bermakna, sebab doa-doanya itu sangat hampa, tanpa perasaan dan seolah-olah tidak dikabulkan pun tidak mengapa. Ini tak ubahnya dengan memohon matahari terbit; didoakan ia terbit, tidak didoakan ia tetap terbit. Saudara ini telah menjadi orang Kristen satu tahun lamanya, tidak ada satu pun doanya yang Allah kabulkan. Jadi ia hanya bersujud sambil mengucapkan perkataan melulu, tidak mengucapkan suatu permintaan. Itu sesungguhnya sama dengan tidak meminta.

Tuhan berkata, “Ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” Jika Anda mengetuk dinding, Tuhan mustahil membukakan dinding bagi Anda. Namun, jika Anda mengetuk pintu dengan sungguh-sungguh, Tuhan pasti akan membukakan pintu bagi Anda. Jika Anda berkata Anda mau masuk, Tuhan pasti mengizinkan Anda masuk. Tuhan juga berkata, “Carilah, maka kamu akan mendapat.” Misalkan di sini ada suatu benda, di sana juga ada suatu benda, yang manakah yang Anda inginkan? Anda harus mencari benda yang tertentu, jangan yang ini boleh, yang itu pun boleh. Allah ingin tahu, sebenarnya mana yang Anda inginkan, dan mana yang Anda minta, barulah Allah memberikannya kepada Anda. Meminta berarti menghendaki dengan tekun dan sungguh-sungguh. Anda harus memohon atau meminta, inilah arti mencari atau mengetuk pintu. Misalkan sekarang Anda meminta sesuatu kepada ayah Anda, Anda harus menyebutkan barang itu. Kalau Anda pergi ke toko obat, Anda harus mengatakan obat apa yang Anda inginkan. Anda pergi ke pasar, Anda pun harus mengatakan sayur apa yang hendak Anda beli. Anehnya, ada orang berdoa kepada Allah tanpa mengatakan apa yang dimintanya. Di sini Tuhan mengatakan bahwa Anda harus meminta sesuatu, bahkan harus dengan tekun dan sungguh hati. Ketika Anda berdoa, Anda harus mengutarakan apa kekurangan Anda dan apa yang Anda inginkan. Janganlah seenaknya mengucapkan doa yang “borongan”, lalu dikabulkan atau tidak, Anda tidak peduli.

Setiap orang yang baru percaya harus belajar satu pelajaran, “berdoa”, dan harus berdoa dengan satu sasaran tertentu. “Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa” (Yak. 4:2). Banyak orang berdoa, namun tidak ada yang diminta. Meskipun telah menghabiskan waktu satu jam atau dua jam, bahkan delapan atau sepuluh hari di hadapan Allah, tapi tanpa meminta apa-apa, itu percuma saja. Anda harus belajar meminta sesuatu di hadapan Allah, harus mengetuk pintu dengan sungguh-sungguh. Setelah Anda melihat dengan tepat rumah mana yang hendak Anda masuki, ketuklah pintu itu dengan mantap. Anda harus khusus mencari barang tertentu, bukan menghendaki barang yang mana saja. Janganlah seperti beberapa saudara saudari yang berdiri dan berdoa dalam sidang sampai dua puluh menit, bahkan setengah jam, namun tanpa mengetahui apa yang dimohon dalam doanya itu. Banyak orang belajar berdoa yang panjang-panjang, namun tanpa meminta sesuatu, sungguh suatu hal yang ganjil.

Anda harus belajar berdoa dengan tekun dan khusus. Anda tahu apakah doa Anda dikabulkan atau tidak. Jika tidak demikian, Anda akan acuh tak acuh terhadap pengabulan Allah, dan tak dapat berdoa lagi bila menjumpai kesulitan di kemudian hari. Doa model borongan tidak akan berkhasiat pada saat ada kebutuhan yang sesungguhnya. Kalau doanya borongan, sedangkan kesulitannya khusus, mustahil dapat mengatasi kesulitan itu. Harus berdoa dengan tekun dan khusus, barulah dapat mengatasi kesulitan yang khusus pula.

2. Jangan Salah Berdoa

Kita harus berdoa atau meminta di hadapan Allah, tetapi harus disertai syarat kedua, yakni jangan salah berdoa. “Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa” (Yak. 4:3). Doa kita kepada Allah seharusnya hanya dikarenakan kita mempunyai keperluan yang sesungguhnya, jangan berdoa sembarangan, yakni tanpa alasan atau di luar batas keperluan. Janganlah menuruti hawa nafsu daging dan seenaknya meminta sesuatu di luar keperluan. Jika demikian, doa kita akan sia-sia belaka. Memang kadangkala Allah mengaruniakan sesuatu kepada kita “jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan” (Ef. 3:20). Ini adalah masalah lain.

Salah berdoa berarti meminta sesuatu di luar kapasitas Anda, di luar kebutuhan Anda, atau di luar kekurangan Anda yang sesungguhnya. Jika ada keperluan, Anda boleh berdoa kepada Allah, tetapi kalau keperluan Anda hanya sebanyak itu, Anda harus meminta sebanyak itu pula. Bila Anda meminta lebih daripada yang Anda perlukan, itu berarti salah berdoa. Kalau Anda mempunyai kebutuhan yang besar, Anda patut meminta kepada Allah sesuai dengan kebutuhan tersebut. Tetapi jika keperluan Anda tidak begitu banyak, namun Anda meminta begitu banyak, itu pun salah berdoa. Anda hanya patut berdoa menurut kapasitas keperluan atau kekurangan Anda. Jika Anda seenaknya meminta ini dan itu, Anda tidak akan beroleh pengabulan Allah. Salah berdoa sama halnya dengan seorang anak umur empat tahun berkata kepada ayahnya, “Ayah, berilah aku bulan yang di langit itu.” Allah tidak senang mendengar permintaan atau doa yang salah. Setiap orang Kristen harus belajar berdoa dalam ruang lingkup yang wajar, jangan membuka mulut dengan sia-sia, yaitu berdoa di luar kebutuhan yang sesungguhnya.

3. Harus Menanggulangi Dosa

Adakalanya walaupun kita telah berdoa, dan tidak salah berdoa, namun Allah tetap tidak mengabulkan doa kita, apa sebabnya? Ini disebabkan ada suatu penghalang yang mendasar, yaitu ada dosa yang menyekat kita dengan Allah. Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar” (Mzm. 66:18). Bila seseorang dalam hatinya (perhatikan istilah “hati” ini) memperhatikan, menyayangi, atau menyimpan dosa yang jelas dan yang disadarinya, niscaya doanya mustahil Tuhan kabulkan. Dosa itulah rintangan besar yang menyebabkan Tuhan tidak mendengar doa kita.

Apa artinya “ada niat jahat dalam hatiku?” Ini berarti ada suatu dosa, yang oleh hati Anda tak rela Anda tinggalkan. Anda tahu Anda memiliki dosa itu, tetapi hati Anda tetap ingin menyimpannya. Jadi tidak saja Anda mempunyai kelemahan itu dalam kelakuan lahiriah Anda, bahkan memperhatikannya dalam niat hati. Ini berbeda dengan orang dalam Roma 7, walaupun ia mempunyai banyak kegagalan, tetapi hatinya membenci perbuatan-perbuatannya itu. Namun orang dalam ayat ini dalam hatinya justru memperhatikan dosa, enggan meninggalkan dosa. Jadi tidak saja ia tidak membuang dosa itu dari tingkah lakunya, hatinya pun enggan membuangnya. Akibatnya, doa-doa orang sedemikian tidak mungkin Tuhan kabulkan. Satu dosa saja cukup menghalangi pengabulan doa. Maka janganlah kita menyimpan suatu dosa di dalam hati, semua dosa harus kita akui sebagai dosa, dan harus kita letakkan di bawah darah Tuhan. Tuhan mau membelaskasihani kelemahan kita, namun Ia tidak dapat membiarkan hati kita mementingkan dosa. Sekalipun pada lahirnva Anda telah meninggalkan semua dosa, kalau hati Anda mementingkan dosa, enggan menanggalkan dosa, doa Anda tetap akan sia-sia. Maka sejak awal menjadi orang Kristen, Anda harus mohon rahmat Allah melindungi Anda agar Anda senantiasa suci dalam tingkah laku, tidak sampai terjerumus ke dalam dosa, dan agar hati Anda mutlak membenci segala dosa, sehingga tidak ada satu dosa pun yang tersimpan dalam hati Anda. Seandainya ada dosa dalam hati Anda, doa Anda akan sia-sia belaka, sebab Tuhan pasti tidak akan mendengarkan doa Anda.

Dalam kitab Amsal 28:13 dikatakan, Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi.” Setiap dosa harus diakui. Anda wajib berkata kepada Tuhan, “Tuhan, dalam hatiku ada satu dosa yang tetap kuperhatikan dan tak berdaya kutanggalkan, sekarang aku mohon Engkau mengampuni aku. Aku mau meninggalkannya, mohon Engkau menolong aku untuk meninggalkan dosa itu. Jangan biarkan dosa melekat pada diriku. Aku tidak menyukainya, dan aku menolaknya. Bila Anda mengaku dosa di hadapan Allah, niscaya Anda akan beroleh pengampunan, dan Tuhan akan melepaskan Anda. Dengan demikian barulah doa Anda Allah kabulkan. Jangan sekali-kali kita mengabaikan masalah ini. Tanpa berdoa tidak mungkin kita mendapatkan; salah berdoa, kita pun tidak akan mendapatkan. Sekalipun telah berdoa dan tak salah berdoa, bila hati kita masih menyenangi suatu dosa atau memperhatikan dosa, doa kita tetap tidak dapat Allah kabulkan.

4. Harus Percaya

Masih ada satu syarat lagi, yaitu harus percaya secara positif. Bila kita kurang percaya, doa kita akan tidak ada gunanya. Hal ini jelas sekali tercantum dalam Injil Markus 11, yaitu tiap doa harus beriman. Tuhan Yesus mengatakan, “Apa saja yang kamu doakan dan minta, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu” (Mrk. 11:24). Ketika Anda berdoa, Anda harus percaya. Bila Anda percaya bahwa apa yang Anda doakan itu “telah” Anda terima, maka Anda akan memperolehnya. Semoga setiap orang setelah percaya Tuhan satu minggu saja, sudah memahami makna kata “percaya”. Firman Tuhan di sini mengatakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu. Bukan percayalah bahwa kamu “pasti akan” menerima, tetapi percayalah bahwa kamu “telah” menerima. Di sini Tuhan mengatakan dua kali menerima, yang pertama telah menerima, yang kedua akan menerima. Jadi kata “percaya” yang diucapkan oleh Tuhan terkait pada kata “telah menerima”. Apakah percaya itu? Yaitu percaya bahwa kamu “telah menerima.”

Ada satu kesalahan yang sering dilakukan orang Kristen, yaitu memindahkan kata “percaya” dari “telah menerima” ke “akan menerima”. Ketika berdoa kepada Tuhan, mereka mengira kalau “percaya pasti akan menerima” itulah iman yang sangat besar. Mereka mengira iman yang luar biasa besarnya ialah bila mereka berdoa kepada Tuhan agar gunung ini dipindahkan ke laut, dan percaya bahwa hal itu pasti akan terjadi. Akan tetapi justru itu berarti memindahkan percaya dari “telah menerima” kepada “akan menerima”. Di sini Alkitab menerangkan, bahwa iman kita ialah percaya “telah menerima”, bukan percaya “akan menerima”. Kedua hal tersebut mutlak berlainan. Pelajaran ini tidak saja perlu dipelajari oleh orang yang baru percaya, bahkan oleh orang yang sudah lama percaya.

Jadi, percaya berarti Anda mempunyai suatu perasaan yang merasa bahwa Allah telah mengabulkan doa Anda; bukan Allah akan mengabulkan doa Anda. Ketika Anda berlutut sambil berdoa, saat itulah Anda berkata, “Terima kasih Allah, Engkau telah mengabulkan doaku. Syukur kepada Allah, masalah ini telah beres.” Itulah yang dimaksud “percaya telah menerima”, dan itulah arti percaya. Tetapi kalau setelah berdoa Anda berkata, “Aku percaya bahwa Allah pasti akan mengabulkan doaku,” itu tidak berarti percaya. “Percaya” yang demikian sekalipun Anda ulangi beberapa kali, tetap tak berkhasiat. Misalkan Anda mendoakan orang yang sedang menderita sakit, ia berkata “Puji syukur kepada Allah, aku telah disembuhkan!” Boleh jadi suhu badannya tetap tinggi, belum ada perubahan sedikit pun. Tetapi karena batinnya telah jelas, tentu tidak ada persoalan lagi. Namun bila ia berkata, “Aku percaya Tuhan pasti akan menyembuhkan sakitku.” Jika demikian, ia kemudian tetap harus memiliki banyak “percaya” lagi. Firman Tuhan tegas, yaitu “Percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.” Bukan “Percayalah bahwa kamu pasti akan menerima, maka hal itu telah diberikan kepadamu.” Perkataan ini jangan kita putar-balikkan. Saudara saudari, sudahkah Anda memahami kunci percaya ini? Percaya yang sejati selalu “sudah genap” dan selalu bersyukur kepada Allah, karena doa Anda telah dikabulkan.

Apakah percaya itu? Hal ini perlu kita bahas lebih lanjut. Misalnya tentang kesembuhan, dapat kita temukan contoh-contoh kongkrit dalam Injil Markus yang dapat menjelaskan apakah percaya itu. Dalam Injil Markus ada tiga kalimat yang sangat bermanfaat bagi doa kita. Pertama ialah masalah kekuatan Tuhan, kedua kehendak Tuhan, dan ketiga perbuatan Tuhan.

a) Masalah Kekuatan Tuhan — Allah Dapat

Marilah kita baca dulu Injil Markus 9:22, “Jika Engkau dapat berbuat sesuatu.” Di bawah kata-kata “jika Engkau dapat” boleh kita garis-bawahi, kemudian boleh kita tambah dengan tanda kutip dan tanda seru. Sekarang kita mulai dari ayat 21 — “Lalu Yesus bertanya kepada ayah anak itu: Sudah berapa lama ia mengalami ini? Jawabnya: Sejak ‘rasa kecilnya. Dan sering kali roh itu menyeretnya ke dalam api ataupun ke dalam air untuk membinasakannya. Tetapi itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami. Jawab Yesus: Katamu: jika Engkau dapat? Segala sesuatu mungkin bagi orang yang percaya!” Sang ayah itu berkata kepada Tuhan Yesus, “Jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami.” Lalu seturut kata-katanya Tuhan Yesus berkata, “Jika Engkau dapat?” Kata-kata “Jika Engkau dapat” yang diucapkan Tuhan adalah kata-kata sang ayah itu. Jadi Tuhan Yesus mengulangi perkataan sang ayah itu. Sang ayah berkata, “Jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami.” Sedang jawab Tuhan, “Jika Engkau dapat? Segala sesuatu mungkin bagi orang yang percaya!” Di sini bukan soal “Jika Engkau dapat,” melainkan percaya atau tidak percaya.

Masalah pertama yang harus diselesaikan ialah ketidak-percayaan kita terhadap kekuatan Allah. Hati kita penuh dengan kecurigaan atau prasangka ketika menghadapi kesulitan. Seolah-olah kekuatan kesulitan itu lebih besar daripada kekuatan Allah. Tetapi pada waktu sang ayah tadi meragukan kekuatan Allah, Tuhan menegurnya. Dalam Alkitab jarang sekali kita melihat Tuhan memutus perkataan orang seperti yang tercantum di sini. Jawab Tuhan, “Jika Engkau dapat?” Di sini seolah-olah Tuhan menjadi marah. Ketika sang ayah itu berkata, “Jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami.” Tuhan segera menegurnya, maksud-Nya, “Mengapa berkata, jika Engkau dapat? Apa itu, jika Engkau dapat?! Segala sesuatu mungkin bagi orang yang percaya! Ini bukan soal jika Engkau dapat, melainkan engkau percaya atau tidak. Mengapa engkau bertanya kepada-Ku dapat atau tidak?” Karena itu, ketika kita berdoa,kita harus menengadah kepada-Nya sambil berkata, “Tuhan, Engkau dapat!”

Dalam Markus 2 tercantum kisah Tuhan menyembuhkan orang yang lumpuh. Tuhan berkata kepadanya, “Hai anakKu, dosa-dosamu sudah diampuni!” Tetapi ada beberapa ahli Taurat berpikir dalam hatinya, “Mengapa orang ini berkata begitu? la menghujat Allah, siapa yang dapat mengampuni dosa selain Allah sendiri?” Dalam pandangan orang-orang itu hanya Allah sendiri yang dapat mengampuni dosa, tetapi Dia — Yesus, tidak dapat. Dan dalam pandangan mereka, pengampunan dosa itu suatu perkara yang sukar. Namun Tuhan berkata kepada mereka, “Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah yang lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosa-dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tikarmu dan berjalanlah?” Tuhan ingin memperlihatkan kepada mereka, bahwa perkara ini bagi manusia adalah soal dapat atau tidak, tetapi bagi Dia bukan soal dapat atau tidak, melainkan soal mana yang lebih mudah. Dalam pandangan manusia, baik pengampunan dosa maupun menyuruh orang lumpuh berjalan, kedua-duanya mustahil. Tetapi Tuhan memperlihatkan kepada mereka, tidak saja Ia dapat mengampuni dosa, bahkan Ia pun dapat menyuruh orang lumpuh itu berjalan. Semua sama mudahnya bagi Tuhan. Perbuatan Tuhan di sini menunjukkan bahwa “Allah dapat.

Karena itu, dalam doa kita ada satu butir yang harus kita kenal, yakni “Allah dapat”. Bagi Tuhan tiada perkara yang “mustahil”.

b) Masalah Kehendak Tuhan — Allah Mau

Memang benar Allah dapat, tetapi bagaimanakah kita mengetahui bahwa Allah mau menyembuhkan kita? Kita tidak mengetahui kehendakNya. Jika Tuhan enggan menyembuhkan kita, bagaimana jadinya? Mari kita melihat sebuah kisah lain. Dalam Markus 1:41 tercanturn perkataan demikian, “Lalu tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan. Ia mengulurkan tangan-Nya, menyentuh orang itu dan berkata kepadanya: Aku mau, jadilah engkau tahir.” Di sini kita melihat bukan masalah Allah dapat atau tidak, melainkan Allah mau atau tidak. Sekalipun kekuatan Allah itu sangat besar, jika Allah enggan menyembuhkan, apakah gunanya bagi kita? Jika Allah tidak berniat menyembuhkan sakit kita, tak peduli betapa besar kekuatan-Nya, itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan kita. Jadi, masalah pertama yang harus dibereskan ialah “Allah dapat”, sedang yang kedua ialah “Allah mau”. Tuhan Yesus berkata kepada orang yang sakit kusta itu, “Aku mau”. Kitab Perjanjian Lama menunjukkan kepada kita bahwa penyakit kusta adalah sejenis penyakit yang najis (Im. 13,14). Siapa saja menyentuh orang yang sakit kusta, ia akan najis. Kasih Tuhan sangatlah besar, karena itu Ia berkata, “Aku mau”. Tuhan lalu mengulurkan tangan-Nya, menyentuh orang itu, dan orang itu segera menjadi tahir. Orang yang sakit kusta berdoa kepada Tuhan, Tuhan mau mentahirkannya, masakan Tuhan tidak mau menyembuhkan sakit kita, masakan Tuhan tidak sudi mengabulkan doa kita? Maka kita dapat mengatakan, “Allah dapat”, “Allah mau”.

c) Masalah Perbuatan Tuhan — Allah Telah

Kita telah mengetahui “Allah dapat” dan “Allah mau”, tetapi masih kurang satu hal lagi yang harus kita ketahui, yaitu “Allah telah”. Untuk ini kita perlu kembali ke firman Tuhan yang pernah kita bahas di muka, yaitu firman dalam injil Markus 11:24 — “Apa saja yang kamu doakan dan minta, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.” Di sini dibicarakan masalah “Allah telah”.

Apakah iman? Iman tidak hanya percaya bahwa Allah dapat dan Allah mau, tetapi juga percaya bahwa Allah telah melakukan, Allah telah menggenapkan. Jika Anda percaya bahwa Anda telah menerima, maka hal itu akan diberikan kepada Anda. Jika Allah memberi firman kepada Anda, dan Anda dapat percaya, yakin dan tahu bahwa Allah dapat, Allah mau, maka niscayalah Anda dapat bersyukur kepada Allah dan berkata, “Allah telah melakukan!” Justru dalam hal ini banyak orang yang bingung, sehingga doanya tidak dikabulkan, sebab ia terus mengharap-harapkan memperoleh pengabulan. Pengharapan ialah perkara yang akan datang, sedang percaya itu perkara yang telah berlalu. Setiap iman yang sejati selalu berkata, “Puji syukur kepada Allah, Ia telah menyembuhkan sakitku! Syukur kepada Allah, aku telah mendapat! Syukur kepada Allah, aku telah tahir! Syukur kepada Allah, aku telah sembuh!” Maka ketika iman kita mencapai kesempurnaan, tidak saja kita dapat berkata, “Allah dapat”, “Allah mau”, bahkan “Allah telah melakukan”.

Allah telah mengabulkan doa! Allah telah melaksanakannya! Apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu. Seringkali iman kita adalah iman yang “akan menerima”, karena itu kita selalu tidak menerima. Kita seharusnya memiliki iman yang “telah menerima”. Iman selalu membicarakan “telah”,tidak membicarakan “akan”.

Baiklah kita mengambil satu perumpamaan yang sederhana: Misalkan ada seseorang telah mendengar Injil, Anda bertanya kepadanya, “Sudahkah Anda percaya kepada Tuhan Yesus?” Jawabnya, “Sudah”. Anda bertanya lagi, “Sudahkah Anda beroleh selamat?” Jawabnya, “Aku bisa beroleh selamat.” Kita tahu jawaban ini tidak cukup. Tanya lagi, “Sudahkah Anda diselamatkan.” Jawabnya, “Aku tentu bisa diselamatkan.” Jawaban ini juga tidak cukup. Sekali lagi Anda bertanya, “Benarkah Anda pasti beroleh selamat?” Jawabnya, “Aku kira aku pasti bisa beroleh selamat.” Setelah mendengar jawabannya, kita tetap merasa bahwa perasaan imannya itu tidak benar. la berkata “bisa” diselamatkan, “tentu bisa” beroleh selamat, atau “pasti bisa beroleh selamat”, semua itu menyatakan bahwa perasaannya tidak benar. Jika ia berkata “Ya, aku sudah beroleh selamat” perasaannya baru benar. Jika seseorang sudah percaya, ia pasti sudah beroleh selamat. Demikian pula, setiap iman adalah percaya kepada yang “telah”, sama dengan iman seseorang ketika ia beroleh selamat. Begitu percaya harus segera berkata, “Puji syukur kepada Allah, aku sudah menerima!” Ketiga butir ini harus kita pegang teguh: Allah dapat, Allah mau dan Allah telah.

Iman bukan sugesti, melainkan karena kita telah memperoleh firman Allah, sehingga percaya dengan pasti, bahwa Allah dapat, Allah mau, dan Allah telah. Sebelum beroleh firman Allah, jangan sekali-kali kita mencobai Allah dengan menyerempet bahaya rohani atau melakukan petualangan rohani. Sugesti bukan iman. Setiap sakit yang beroleh kesembuhan ilahi karena iman sejati, tidak takut diperiksa dokter (Mrk 1:44). Jika seseorang benar-benar telah mendapat kesembuhan ilahi dan diperiksa oleh dokter, pasti terbukti bahwa itu bukan sugesti, melainkan benar-benar telah mendapat kesembuhan.

Ada dua langkah yang perlu diperhatikan oleh saudara saudari yang baru percaya dalam permulaan berlatih berdoa. Pertama, berdoa dari belum ada janji sampai beroleh janji, atau berdoa dari belum ada firman Allah hingga beroleh firman Allah. Setiap doa, pada awalnya selalu memohon kepada Allah, dan berdoa terus-menerus, sekalipun memakan waktu tiga atau lima tahun lamanya, harus berdoa terus. Adakalanya doa kita baru lewat semenit saja, sudah dikabulkan Allah, tetapi ada juga yang belum dikabulkan walau sudah bertahun-tahun. Ini adalah periode berdoa atau memohon. Sedang langkah kedua ialah berdoa dari setelah beroleh janji sampai terwujudnya janji itu, atau dari setelah beroleh firman hingga terlaksananya firman itu. Inilah periode memuji. Dalam periode ini tidak seharusnya memohon lagi, melainkan harus memuji. Jadi tahap pertama ialah berdoa, tahap kedua ialah memuji Tuhan. Kalau pada tahap pertama kita berdoa dari tiada firman sampai menerima firman, maka pada tahap kedua kita berdoa dari memiliki firman hingga memuji-muji Tuhan, dan terus memuji sampai menerima apa yang kita doakan itu. Itulah rahasia berdoa.

Ada orang yang hanya mengenal doa dalam dua tahap saja: pertama, ia tidak memiliki sesuatu, karena itu ia berlutut berdoa; kedua, ia menerima sesuatu, yaitu Allah memberikan apa yang didoakannya itu. Misalnya aku datang ke hadapan Tuhan, memohon agar Ia memberiku sebuah arloji, beberapa hari kemudian Tuhan benar-benar mengaruniakan arloji itu kepadaku. Itulah artinya berdoa dari hampa tangan sampai menerima sesuatu, itu hanya dua tahap. Mereka tidak mengenal di antaranya ada satu tahap lagi, yaitu tahap iman. Aku berdoa untuk sebuah arloji, pada suatu hari aku berkata, “Syukur kepada Allah, la telah mengabulkan doaku. Batinku jelas aku sudah menerimanya; walau kedua tanganku masih kosong, tetapi beberapa hari lagi arloji itu pasti sudah kumiliki.” Kita jangan hanya nampak dua tahap saja: ada arloji dan tidak ada arloji, tetapi wajib pula nampak tiga tahap: di antara ada dan tidak ada arloji, masih ada tahap Allah memberiku firman dan janji, dan aku percaya, aku pun gembira. Boleh jadi tiga hari kemudian aku baru menerima arloji itu. Tetapi dalam rohku, aku sudah menerimanya tiga hari sebelumnya. Orang Kristen harus memiliki penerimaan di dalam roh yang sedemikian. Tanpa perasaan penerimaan di dalam roh yang demikian, itu berarti tidak memiliki iman.

Kiranya setiap orang yang baru percaya dapat memahami apakah iman itu, dan mau belajar berdoa. Mungkin Anda telah berdoa tiga hari, lima hari, sebulan, bahkan setahun, terus berdoa, masih tetap hampa tangan, namun di dalam hati telah ada sedikit kepastian, dan merasa perkaranya telah sukses; pada saat ini Anda harus memuji Allah, sampai Anda menerima perkara yang Anda doakan itu. Singkatnya, tahap pertama ialah berdoa dari hampa tangan sampai beriman, kedua, memuji dari beriman hingga mendapatkan apa yang Anda doakan.

Mengapa harus terbagi dalam dua tahap? Sebab telah kita berdoa dari hampa tangan sampai beroleh iman, kalau kita mengulangi doa itu, iman kita malah akan pudar. Maka bila telah beroleh iman, segeralah memuji Allah. Seandainya kita berdoa lagi, itu akan berarti berdoa dari beriman sampai tak beriman, akhirnya tidak mendapatkan sesuatu. “Akan menerima” itulah penerimaan dalam tangan, sedang “telah menerima” itulah penerimaan dalam roh. Setelah beroleh iman, walau barangnya belum ada, kita harus mendesak-Nya melalui memuji, jangan mendesak-Nya dengan doa lagi. Karena Allah telah berfirman akan mengabulkan doa kita, apa lagi yang perlu kita doakan? Kalau batin Anda telah yakin dengan pasti bahwa Anda “telah menerima”, untuk apa Anda memohon lagi? Hal ini banyak dialami orang Kristen, yaitu berdoa hingga beriman, kemudian tidak berdoa lagi, melainkan hanya dapat berkata, “Oh Tuhan, terpujilah Engkau!” Berpegang pada iman itulah kita berkata, “Terpujilah Engkau, ya Tuhan, karena Engkau telah mengabulkan doaku”; atau “Puji Tuhan sebulan yang lalu Engkau telah mengabulkan doaku.” Jika demikian, niscayalah Anda telah menerima. Sayang sekali, banyak orang kekurangan pengenalan ini. Allah telah memberi janji, namun ia tetap mendoakan, dan berdoa hingga imannya lenyap. Itulah suatu kerugian yang sangat besar.

Sungguh alangkah mustika kata-kata dalam Markus 11:24 ini. Dalam seluruh kitab Perjanjian Baru tidak ada ayat lain yang menjelaskan makna iman setuntas ayat tersebut. “Apa: saja yang kamu doakan dan minta, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.” Bila kita nampak masalah ini, dan juga mengetahui apa arti berdoa, maka hal doa atas diri kita akan menjadi hal yang hebat.

5. Harus Terus Berdoa

Ada lagi satu butir dalam berdoa yang wajib diperhatikan, yaitu harus dilakukan secara terus-menerus, jangan berhenti. Dalam Injil Lukas 18:1 dikatakan, “Harus selalu berdoa tanpa jemu-jemu.” Adakalanya doa harus dilakukan terus-menerus, sampai seolah-olah membuat Tuhan repot dan tidak dapat tidak mengabulkan doa kita. Ini juga merupakan satu iman lagi. Kata Tuhan, “Jika Anak Manusia itu datang, apakah la akan mendapati iman di bumi?” (Luk. 18:8). Iman di sini walaupun tidak sama dengan yang disebut di depan, tetapi tidak bertentangan. Kalau Markus mengatakan harus berdoa sampai beroleh iman, maka di sini harus selalu berdoa tanpa jemu-jemu, yaitu percaya bahwa doa kita di hadapan Allah yang tak henti-hentinya ini pada suatu hari tak dapat tidak Allah kabulkan. Beroleh janji atau tidak, tidak kuhiraukan, pokoknya aku ingin berdoa sampai Allah tidak dapat tidak mengabulkannya.

Banyak orang yang doanya tidak dapat diandalkan. Mereka hanya berdoa sehari atau dua hari, setelah lewat tiga bulan sudah dilupakan. Bahkan ada juga yang doanya tidak pernah diulangi, seolah-olah tidak pernah berdoa sama sekali. Coba Anda hitung, berapakah dari doa Anda yang Anda ulangi sampai dua kali, tiga kali, lima kali, atau sepuluh kali? Tidakkah banyak doa yang Anda sendiri lupa, kalau demikian mungkinkah Allah mau mengabulkan? Kalau Anda berdoa tanpa minat, mungkinkah Allah berminat mengabulkan doa Anda? Anda sendiri telah melupakan doa Anda itu, bagaimanakah Allah mau mengingatnya? Sebenarnya Anda sama sekali tidak berminat. Anda harus berkemauan dengan tulus murni, baru bisa mendoakannya terus. Berdoa terus-menerus itu hanya dapat kita lakukan jika kita berada dalam kondisi terdesak, atau dalam keadaan yang sangat memerlukan, dan dalam perasaan yang amat tergerak. Setelah lewat sepuluh tahun pun mungkin tak terlupakan: “Ya Tuhan, bila Engkau tidak melakukannya, aku akan mendoakannya terus.”

Jika Anda ingin memohon sesuatu, Anda boleh merepotkan Allah. Dan jika Anda benar-benar mengingin- kannya, Anda wajib minta terus sampai beroleh pengabulan dari Allah. Terus berdoa sampai Allah tak berdaya, dan tak dapat tidak mengabulkan doa Anda.

III. CARA MEMPRAKTEKKAN DOA

Setiap orang Kristen paling baik menyediakan sejilid buku doa untuk setahun. Buku itu harus dicatat seperti kita mencatat buku kas, atau pembukuan. ‘Tiap halaman dibagi dalam empat kolom, kolom pertama untuk mencatat tanggal mulai berdoa, kolom kedua untuk mencatat perkara yang didoakan, kolom ketiga mencatat tanggal pengabulan, dan kolom keempat mencatat proses pengabulan Allah. Dengan ini Anda akan mengetahui berapa banyak doa Anda dalam setahun, dan berapa pula yang telah dikabulkan. Orang Kristen yang baru percaya perlu menyediakan buku doa semacam ini. Kalau saudara saudari yang telah lama percaya kepada Tuhan mau menyediakan buku doa, ini juga suatu hal yang baik.

Buku catatan doa ini sangat besar manfaatnya, yaitu dapat mengetahui apakah doa-doa kita dikabulkan atau tidak. Bila Allah menghentikan pengabulanNva, itu menunjukkan ada suatu penyakit pada diri kita. Bila orang Kristen ingin bergairah melayani Tuhan, itu memang suatu hal yang sangat baik. Tetapi bila doanya tidak dikabulkan Allah, ia akan tidak berguna. Karena jika jalan kita yang menuju kepada Allah tidak lancar, yang menuju kepada manusia pun takkan lancar; bila kita di hadapan Allah tak berkekuatan, demikian pula di hadapan manusia. Maka kita harus menuntut menjadi orang yang perkasa di hadapan Allah, barulah kita berguna di hadapan manusia.

Ada seorang saudara pernah mencatat sebanyak 140 nama orang untuk didoakan keselamatannya. Ada yang baru dicatatnya pagi hari, sorenya sudah beroleh selamat. Setelah lewat delapan belas bulan, hanya dua orang yang belum diselamatkan. Ini satu teladan yang sangat baik. Kiranya Allah mendapatkan lebih banyak orang Kristen yang demikian. Dan, kiranya kita mau mempraktikkan cara ini. Berapa doa kita, berapa pengabulan Allah, harus kita catat dalam buku doa tersebut satu per satu. Dan sebelum doa-doa yang tercatat dalam buku itu beroleh pengabulan, kita harus mendoakannya terus. Kecuali Allah menunjukkan bahwa doa kita tidak sesuai dengan kehendak-Nya, barulah kita menghentikannya. Selain itu, harus didoakan sampai beroleh pengabulan, sedikit pun jangan lengah. Sejak semula kita harus berlatih dengan ketat. Kita harus belajar menjadi orang yang teliti di hadapan Allah. Doa kita harus dilakukan terus sampai beroleh pengabulan.

Sewaktu Anda menggunakan buku doa, Anda harus memperhatikan satu hal, yakni ada sebagian urusan yang harus didoakan setiap hari, ada pula yang didoakan sekali sepekan secara bergilir, itu tergantung pada jumlah perkara yang Anda doakan. Jika yang Anda doakan sedikit, setiap perkara boleh Anda doakan menurut catatan dalam buku itu. Tetapi jika perkaranya agak banyak, Anda harus mengaturnya; misalnya pada hari Senin mendoakan dari nomor sekian sampai nomor sekian; hari Selasa dari nomor sekian sampai nomor sekian. Hari demi hari harus melakukan doa dalam waktu-waktu yang tetap, sama halnya dengan Anda membagi waktu untuk mengerjakan urusan lain. Buku doa adalah untuk doa-doa yang tetap atau khusus. Buku itu boleh Anda taruh bersama Alkitab dan buku kidung, agar mudah dipakai setiap hari. Selang beberapa saat, boleh Anda hitung, berapa banyak doa yang telah terkabul, dan berapa yang masih belum terkabul. Jika Anda melakukan hal ini dengan tekun, tentu akan mendatangkan banyak berkat.

Mengenai doa yang diajarkan Tuhan dalam Matius6, doa yang disinggung dalam 1 Timotius 2, dan doa memohon terang, hayat, kasih karunia dan talenta untuk gereja, itu merupakan perkara besar, jangan disejajarkan dengan doa biasa, melainkan didoakan di hadapan Allah setiap hari.

Doa mempunyai dua pihak: yakni yang mendoakan dan yang didoakan. Seringkali jika kita ingin melihat perubahan pada pihak yang didoakan, maka pihak yang mendoakan harus terlebih dulu mengalami perubahan. Kalau keadaan pihak sana selalu tak berubah, maka pihak sini harus berdoa di hadapan Allah, “Tuhan, perubahan apakah yang kuperlukan? Dosa apakah yang belum kutanggulangi? Hobi apakah yang wajib kutanggalkan? Mungkinkah aku belum belajar beriman dengan sesungguhnya? Ataukah ada sesuatu lainnya yang perlu kupelajari?” Jika pihak kita perlu perubahan, wujudkanlah lebih dulu. Jangan selalu mengharapkan pihak yang didoakan itu yang berubah, sedangkan kita, pihak yang mendoakan, tidak mau berubah.

Begitu seseorang percaya Tuhan, wajiblah ia mempelajari pelajaran doa dengan seksama. Pelajaran doa ini harus dipelajari lebih dulu sebaik-baiknya, barulah ia dapat mengenal Allah lebih dalam, dan barulah ia bisa memiliki masa depan rohani yang kaya limpah.

15 || KESATUAN

 KESATUAN

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

I. KEPALA, TUBUH DAN ANGGOTA TUBUH, SEMUA ADALAH KRISTUS

Dalam pembahasan kali ini, kita akan melihat satu perkara yaitu masalah “kesatuan”. Seperti telah kita ketahui, bahwa Tubuh Kristus terekspresi di bumi. Paulus memberitahu orang Korintus, “Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus” (I Korintus 12:12). Paulus tidak mengatakan, “. . . demikian pula Kristus dan gerejaNya”, atau “. . . demikian pula Kristus dan umatNya”, melainkan “. . . demikian pula KristusDengan kata lain, kepala adalah Kristus, Tubuh juga Kristus, anggota tubuh pun Kristus. Karena itu ia mengatakan, “Tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus”. Perkataan ini dengan jelas memperlihatkan kepada kita, bahwa Kepala, Tubuh dan anggota, semua adalah Kristus.

Tatkala Paulus berjumpa- dengan terang dalam perjalanan mendekati kota Damsyik, Tuhan bersabda kepadanya, “Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?” Saulus menjawab, “Siapakah Engkau, Tuhan?” JawabNya, ‘Akulah Yesus yang kauaniaya itu.” ‘Aku” ini berada di sorga. Bagaimana Paulus yang membawa surat kuasa dari imam besar di bumi dapat menganiaya Yesus, orang Nazaret yang duduk di sebelah kanan Bapa di sorga? Di sinilah kita nampak kesatuan Tubuh Kristus. Kepala, Tubuh dan anggota Tubuh, semua adalah Kristus. Itulah sebabnya, ketika Saulus menganiaya gereja di bumi, Tuhan tidak bertanya kepadanya, “Mengapa engkau menganiaya gerejaKu?” atau “Mengapa engkau menganiaya umatKu?” melainkan “mengapa engkau menganiaya Aku?” Sebab dengan berbuat begitu berarti Paulus menganiaya Tuhan. Ini membuktikan, Kristus dengan gereja, adalah satu.

II. KESATUAN ADALAH PERKARA
HARI INI DI BUMI

1. Tubuh Kristus Berada di Bumi

Kristus ini jelas berada di bumi, sebab Ia dapat dianiaya orang. Jadi, Tubuh Kristus ini berada di bumi. Tubuh yang dikatakan “. . . demikian pula Kristus” dalam I Korintus 12 berada di bumi. Tubuh yang dikatakan di sini, walaupun satu, tapi beranggota banyak, dan walaupun beranggota banyak, tetap merupakan satu Tubuh. Tubuh ini berada di bumi, sebab ia dapat dianiaya orang. Saulus menganiaya Tubuh yang di bumi ini, tetapi Tuhan mengatakan ia menganiaya DiriNya. Ini membuktikan, Tubuh tersebut berada di bumi.

Perkara ini mengandung suatu hubungan yang sangat besar. Tubuh Kristus itu satu; Kristus hanya memiliki satu Tubuh. Karena itu, perkara kesatuan bukanlah perkara yang baru ternyata kelak di sorga, melainkan sudah dapat dinyatakan di bumi pada hari ini juga. Di bumi ini, Tubuh itu satu. Satu Korintus 12 memperlihatkan Tubuh Kristus, di dalamnya tercantum sebuah kalimat yang mengatakan, “Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita” (I Korintus 12:26). Ini pun jelas menunjukkan, Tubuh Kristus adalah satu “benda” yang berada di bumi. Kalau ia berada di sorga, ia hanya mungkin bersukacita, tidak mungkin menderita. Anda tak dapat mengatakan, “Jika satu anggota menderita di sorga.” Satu anggota menderita, seluruh Tubuh turut menderita, ini jelas menunjukkan, Tubuh berada di bumi. Hanya di bumilah baru ada kemungkinan satu anggota menderita, seluruh Tubuh turut menderita. Jadi, kesatuan Tubuh Kristus bukan satu perkara di sorga kelak, melainkan perkara di bumi hari ini.

 2. Kesatuan Adalah Perkara
Di Dunia Pada Hari Ini

Doa Tuhan Yesus dalam Yohanes 17 ditujukan kepada kesatuan gereja di bumi, kataNya, “Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku” (ayat 21). Jika kita memberi tanda kurung mulai dari kata “sama seperti . . .” hingga “agar mereka juga di dalam Kita”, kita akan nampak dengan jelas, bahwa Tuhan mengharapkan gereja menjadi satu, supaya dunia percaya. Jika yang percaya itu dunia, jelaslah bahwa kesatuan ini berada di hadapan orang dunia. Tuhan mengharap agar orang dunia dapat percaya. Ini membuktikan, bahwa kesatuan merupakan perkara di dunia pada hari ini.

Jadi, problema pertama yang harus kita pecahkan ialah kesatuan orang Kristen bukan masalah di sorga kelak, melainkan masalah di bumi, di dunia, pada hari ini. Kelak di sorga, semua orang Kristen pasti menjadi satu. Namun, kesatuan orang Kristen bukan diekspresikan dan dilaksanakan kelak di sorga, melainkan hari ini di bumi. Perkara ini harus saudara saudari ketahui dengan jelas. Sebab, ada orang yang akan berkata kepada Anda, “Anda tidak perlu mengkhawatirkan masalah kesatuan gereja, jangan pula mencemaskan masalah kesatuan orang Kristen, pasti pada suatu hari kelak, yaitu di sorga, semuanya akan menjadi satu!” Ketahuilah, itu adalah perkara di hadapan Tuhan, namun hari ini yang Tuhan inginkan ialah kesatuan kita di bumi, dan hal ini menjadi tanggung jawab kita. Jangan mengira kita baru menjadi satu kelak di sorga. Kesatuan orang Kristen seharusnya diekspresikan hari ini juga di bumi. Inilah perkara utama yang wajib kita perhatikan pada hari ini.

III RUANG LINGKUP KESATUAN TAK DAPAT LEBIH BESAR DARIPADA TUBUH

 1. Ruang Lingkup Kesatuan Gereja
Hanya Seluas Tubuh

Berbicara mengenai kesatuan, banyak yang berkonsepsi demikian: “Kita boleh bersatu dengan setiap orang yang mengaku dirinya sebagai orang Kristen, tak peduli ia umat Allah atau bukan, tak peduli ia memiliki hayat atau tidak, dan tak peduli ia adalah anggota Tubuh Kristus atau bukan.” Namun, kesatuan yang Alkitab perlihatkan kepada kita adalah kesatuan Tubuh. Hari ini, kesatuan yang dicanangkan banyak orang ialah kesatuan yang melampaui ruang lingkup Tubuh; di dalamnya merangkum benda-benda mati dan benda-benda di luar Tubuh. Kesatuan semacam itu tidaklah dibenarkan oleh firman Allah.

Karena itu, di sini saya ingin menegaskan: Kesatuan Tubuh barulah terhitung sebagai kesatuan gereja. Kesatuan gereja hanya beruang-lingkupkan Tubuh, tak dapat diperluas hingga keluar dari Tubuh. Ini berarti kita tidak dapat menjadi satu dengan sembarang orang yang memakai sebutan agama Kristen atau orang Kristen. Firman Allah tidak menetapkan dan mengatakan demikian.

2. Gandum Tak Dapat
Menjadi Satu Dengan Lalang

Tidak sedikit orang yang senang mengutip Matius 13. Mereka berkata, “Dalam perumpamaan kedua dalam Matius 13 itu, Tuhan berfirman kepada kita, ketika Dia meninggalkan dunia ini ibarat waktu tidur, lalu datanglah musuh menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbutir, nampak jugalah lalang itu. Lalu hamba-hamba tuan ladang berkata kepada tuannya, maukah tuan supaya kami mencabut lalang itu? Tuan itu berkata, biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu, para penuai akan mengikat lalang itu untuk dibakar, sedang gandum akan disimpan dalam lumbung. Banyak orang yang salah mengerti, mengira kesatuan itu adalah kesatuan antara gandum dengan lalang, bukan hanya kesatuan gandum semata. Ketahuilah, dalam ayat itu Tuhan bukan membicarakan masalah kesatuan, bukan mengatakan, bahwa orang yang beriman harus dicampur-baurkan dengan orang yang tidak beriman, melainkan orang yang beriman tidak seharusnya “membunuhi” orang yang tak beriman. Seperti halnya Roma Katolik, mereka pernah berusaha mencabut lalang, yaitu mencabut apa yang mereka sebut “orang bidat”. Kita tahu, bahwa mereka tidak saja keliru dalam prinsipnya, mereka pun keliru dalam perkaranya. Mereka tidak saja mencabut lalang, gandum pun mereka cabut. Mereka keliru baik pada prinsipnya maupun pada faktanya. Sebab mereka pernah menganggap ajaran Kristen (Protestan) itu bidat.

Di sini perintah Tuhan bukan berarti lalang-lalang itu harus dicabut dari dalam dunia ini, melainkan harus dipisahkan dari dalam gereja. Kata “biarlah keduanya bertumbuh bersama sampai waktu menuai,” bukan berarti membiarkan keduanya bertumbuh bersama di dalam gereja, melainkan di ladang — dunia (Dalam perumpamaan pertama, ladang melambangkan dunia). Dengan kata lain, kita tidak perlu menyingkirkan orang Kristen gadungan dari dalam dunia, atau membunuhi mereka seperti yang pernah diperbuat oleh Roma Katolik, melainkan membiarkan mereka hidup dalam dunia ini. Tapi ini tidak berarti kesatuan orang Kristen merangkum lalang-lalang itu.

a. Gereja Tak Seharusnya Menerima
Orang Yang Tak Beriman

Dalam apa yang disebut kelompok, agama dan denominasi Kristen dewasa ini, terdapat banyak orang yang tak beriman. Mereka menerima dan menampung orang-orang yang tak beriman, itu berarti menerima lalang di dalam gereja. Tuhan tidak mengatakan menerima lalang di dalam gereja, melainkan membiarkannya di dalam ladang, yakni dunia. Kesatuan orang Kristen yang Tuhan kehendaki ialah kesatuan yang wajib kita pertahankan di dalam gereja, bukan di dalam dunia.

Hari ini ada banyak orang, seperti penganut-penganut Roma Katolik dulu, yang tidak membiarkan lalang hidup di dalam dunia, mereka ingin mencabut lalang dari bumi; itu adalah perbuatan yang ekstrim. Namun, ada juga ekstrim lainnya, yaitu seperti yang dilakukan oleh kelompok atau organisasi kekristenan tertentu, yang menerima orang-orang yang tak beriman ke dalam gereja. Jika Anda meneliti semua gereja negara, Anda akan nampak, asalkan seseorang adalah warganegara atau dilahirkan oleh orang warganegara itu, ia sudah boleh dibaptis dan masuk gereja mereka. Orang yang dilahirkan di negara itu, otomatis boleh menjadi orang Kristen negara itu. Lihatlah, betapa mereka telah membuka pintu gereja sedemikian lebarnya, sehingga mencakup orang yang tak beriman. Perbuatan ini tidak benar.

b. Gereja Tidak Dapat Mencakup Terlalu Besar

Bahkan John Wesley sendiri, dalam naskah anggaran dasar gereja Methodisnya, mencantumkan kalimat sebagai berikut: “Orang yang ingin terhindar dari angkara murka yang akan datang, boleh menjadi anggota gereja Methodis.” Ketahuilah, kalimat tersebut di atas terlalu luas. Memang, dalam banyak aspek kita tidak bisa menyamai John Wesley, ia adalah orang yang dipakai Allah secara besar-besaran. Banyak perkara yang belum kita pelajari; dibanding dengan Wesley, kita ketinggalan. Tetapi, kita boleh memberitahu dia, “Saudara, apakah kalimat saudara itu lingkupannya tidak terlalu besar?” Sebenarnya dalam gereja tidaklah tercakup setiap orang yang ingin terhindar dari angkara murka yang akan datang. Sebab pemeluk-pemeluk agama lainnya pun mengatakan bahwa mereka ingin terhindar dari angkara murka yang akan datang.

c. Kesatuan Orang Kristen Hanya Mencakup
Anak-Anak Allah

Apakah gereja itu? Gereja adalah orang-orang yang memiliki hayat Kristus; gereja adalah Tubuh Kristus. Karena itu, kesatuan orang Kristen hanya mencakup anak-anak Allah. Kesatuan orang Kristen tak mencakup orang Kristen gadungan; orang Kristen gadungan adalah orang milik dunia, belum beroleh kelahiran ulang, masih sebagai orang dosa di hadapan Allah; mereka tidak tercakup dalam gereja, jadi mereka tidak tercakup dalam kesatuan orang Kristen.

3. Masalah Prosedur dan Prinsip

Ada seorang hamba Tuhan, yang melayani Tuhan dalam kalangan denominasi, berkata kepada saya, “Kami tidak menolak orang yang beroleh selamat!” Saya berkata, “Tentu saja, kita tidak mengharapkan gereja mana pun menolak orang yang beroleh selamat. Tetapi yang ingin saya tanyakan ialah, “Apakah Anda menolak orang yang tidak beroleh selamat?” Jawabnya, “Kalian sungguh hebat, kalian dapat mengetahui siapa beroleh selamat, siapa tidak beroleh selamat; kami tak mampu.” Saya akui, jawabannya benar, tetapi saya berkata, “Saya tidak menanyakan, apakah Anda tahu siapa yang beroleh selamat dan siapa yang tidak beroleh selamat, melainkan jika Anda tahu seseorang itu tidak beroleh selamat, apakah Anda tetap menerimanya? Kami tidak memperselisihkan masalah fakta, melainkan masalah prinsip. Jadi yang kami persoalkan ialah, jika Anda mengetahui ada orang belum beroleh selamat, apakah Anda tetap menerimanya?” Akhirnya ia menjawab, “Sekalipun kami mengetahui, mungkin kami tetap menerimanya.” Ingatlah, pada prinsipnya jika suatu “gereja” menerima orang yang tidak beroleh selamat, itu bukanlah gereja. Kita tidak membicarakan soal fakta. Pada faktanya, apakah Simeon dalam Kisah Para Rasul beroleh selamat atau tidak, kita tidak tahu. Banyak orang yang kalau ditanya seolah-olah beroleh selamat, tetapi pada kenyataan mungkin keliru. Namun itu bukan masalah yang mendasar. Ada kelompok kekristenan yang sama sekali tidak mempedulikan apakah orang telah percaya dan beroleh selamat, atau tidak percaya dan beroleh selamat, semua mereka terima. Ini adalah problema yang mendasar.

Hari ini, persoalannya bukan bagaimana prosedurnya, melainkan bagaimana kita menetapkan prinsipnya. Misalnya, Anda menetapkan bahwa semua keturunan “X”, boleh menjadi orang “X”, ini adalah satu prinsip. Jika Anda keliru, sehingga bangsa lain pun Anda terima, itu adalah kekeliruan prosedur. Tetapi jika Anda menetapkan bangsa keturunan lain pun boleh menjadi orang “X”, itu berarti Anda telah mendongkel prinsipnya. Dari abad ke abad, memang banyak terjadi kekeliruan, kita pun sering keliru. (Semoga Allah membelaskasihani kita! Pada kita tidak ada sesuatu yang patut dibanggakan). Tetapi kita telah nampak, bahwa Tuhan sudah menetapkan satu prinsip, yaitu pintu gereja tidak dapat terbuka untuk menerima orang yang tidak beriman.

Karena itu, saudara saudari, tidak peduli kelompok kekristenan yang manapun, bila prinsip mereka terbuka lebar-lebar, sehingga orang yang percaya dan tidak percaya boleh masuk, itu bukanlah gereja, melainkan dunia. Bila suatu kelompok, di dalamnya ada gandum pun ada lalang, itu bukan gereja Allah. Dalam gereja, seluruhnya adalah orang-orang yang terpanggil keluar. Jika di situ ada orang yang sudah keluar, ada pula orang yang belum keluar, itu bukan gereja.

4. Harus Meninggalkan Kelompok Yang Kacau

Jika ada satu kelompok yang membuka pintu terlalu lebar, sehingga orang yang percaya maupun yang tidak percaya boleh masuk, kelompok itu bukanlah kelompok orang Kristen, dan kesatuannya bukan kesatuan orang Kristen. Karenanya, bila pada suatu hari Tuhan mencelikkan mata kita, kita harus meninggalkan kelompok itu. Ketahuilah, perbuatan kita yang sedemikian itu tidak berarti meninggalkan kesatuan orang Kristen; sebab kelompok tersebut sama sekali bukan kesatuan orang Kristen, melainkan kekacauan dan campur-aduk. Maka, kalau kita meninggalkannya, tidaklah berarti meninggalkan kesatuan orang Kristen. Terhadap kelompok atau organisasi yang mencakup orang yang beriman ditambah orang yang tak beriman, mencakup orang yang beroleh selamat dan orang yang tak beroleh selamat, keduanya bercampur-aduk menjadi satu, Allah memerintahkan agar kita “keluar dari antara mereka!”

a. Kita Adalah Bait Allah Yang Hidup

Dua Korintus 6:14-16 mengatakan, “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah yang terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait Allah yang hidup.” Kalian sendiri harus tahu, kalian tergolong manusia apa? Kalian adalah bait Allah yang hidup. Karena itu, kalian tidak bersangkut-paut dengan berhala apapun.

Menurut firman Allah ini: ‘Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umatKu”, kalian adalah bait Allah yang hidup, Allah akan diam di antara kalian dan hidup di tengah-tengah kalian. Allah akan menjadi Allah kalian, kalian akan menjadi umatNya.

 b. Harus Keluar Dari Antara Orang Tak Beriman

Sebagai akibatnya, Allah memerintahkan, Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka . . . janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anakKu laki-laki dan anak-anakKu perempuan, demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa.” Terhadap kelompok orang Kristen yang manapun, walau mereka memakai sebutan agama Kristen, jika di dalamnya mencakup atau mencampurkan orang yang percaya dan orang yang tidak percaya, haruslah kita keluar dari antara mereka.

5. Tak Dapat Keliru Pada Prinsipnya

Pada prinsipnya kita tak dapat membiarkan orang yang tak beriman masuk, itulah yang benar. Pernah seorang saudara bertanya kepada saya, “Apakah kalian tidak salah menerima orang?” Ketika itu dalam perasaan saya, kami tidak salah menerima orang. Maka saya menjawab, “Mungkin ada, tapi sangat sedikit.” Katanya, “Jika begitu, apakah perbedaan kalian dengan kami?” Jawab saya, “Berbeda. kalau di antara kami kemasukan orang yang tak beriman, ia masuk di malam hari dan melalui tembok, tetapi di antara kalian, orang yang tak beriman itu masuk pada siang bolong, dan kalian membiarkannya masuk melalui pintu yang terbuka lebar.” Jangan sekali-kali kita tinggi hati, kita pun mungkin keliru. Entah itu dalam pembaptisan, atau dalam penerimaan; tetapi orang itu masuk secara diam-diam, bukan masuk karena ketetapan pada prinsip kita. Hari ini, dalam apa yang disebut kelompok kekristenan, asalkan seorang “mengenakan” satu nama saja, ia sudah diperbolehkan masuk, itulah yang saya katakan masuk pada siang bolong. Jadi, bukan berarti kita mutlak tidak keliru pada prosedurnya. Sudah tentu, kita harus sangat berhati-hati di hadapan Allah, agar kita tidak melakukan perkara yang keliru. Jika kita sengaja membiarkannya keliru, keliru pada prinsipnya, kita bukanlah gereja.

6 Tak Ada Keperluan Untuk Memelihara
Kesatuan Non-Kristen

Jika ada kelompok kekristenan yang jelas tahu, bahwa seseorang tidak beriman, tetapi mereka dengan sembrono membiarkannya masuk, kelompok itu pasti bukan gereja. Anak-anak Allah tidak ada keperluan untuk memelihara kesatuan dengan kelompok semacam itu. Sebab kesatuan itu bukan kesatuan orang Kristen, tak perlu kita pelihara. Kita hanya perlu memelihara kesatuan gandum, tak perlu memelihara kesatuan gandum bercampur lalang. Hari ini, banyak kelompok yang menamakan dirinya gereja, namun di dalamnya selain ada yang beriman, ada pula yang tak beriman. Mereka ingin mempertahankan satu permukaan, yaitu ingin memelihara apa yang mereka anggap sebagai suatu kesatuan. Tetapi ingatlah, kesatuan mereka itu tidak perlu dipelihara, sebab kesatuan merekalah yang malahan akan menggulingkan kesatuan yang sejati. Sebaliknya, kita harus keluar dari kesatuan yang mereka pelihara itu, sebab kalau kita memelihara kesatuan mereka, kita malah merusak kesatuan yang sejati.

IV RUANG LINGKUP KESATUAN TAK DAPAT LEBIH KECIL DARIPADA TUBUH

Masih ada lagi satu masalah yang sangat penting, yaitu kesatuan orang Kristen memiliki ruang lingkup tertentu. Kesatuan orang Kristen mencakup seluruh anak-anak Allah. Berapa besarnya Tubuh Kristus, sebesar itu pula kesatuan orang Kristen; berapa besarnya Tubuh Kristus, sebesar itu pula persekutuan orang Kristen; dan berapa besarnya Tubuh Kristus, sebesar itu pula gereja Kristus. Hal ini sangat jelas tercantum dalam firman Allah. Pada butir kedua di atas, orang memperluas ruang lingkup Tubuh Kristus, sehingga semua orang Kristen gadungan (palsu) tercakup di dalamnya; maka di sini ada problema lain, yaitu ada banyak kesatuan yang dipelihara anak-anak Allah yang sebenarnya juga bukan kesatuan orang Kristen.

1. Kesatuan Orang Kristen
Berada Dalam Roh Kudus

Kita harus khusus memperhatikan, bahwa Allah tidak saja menghendaki anak-anakNya menjadi satu, Allah pun menghendaki mereka menjadi satu di dalam Roh Kudus, atau kita sebut sebagai “kesatuan orang Kristen”. Allah tidak membenarkan kesatuan yang asal disebut “kesatuan” — baik dalam ragam maupun bentuk apapun; Allah hanya membenarkan kesatuan dalam Roh Kudus. Hari ini, baiklah kesatuan ini kita beri nama “kesatuan orang Kristen”. Jika kita ingin memelihara kesatuan orang Kristen, kita harus memelihara kesatuan kita di dalam Kristus, di dalam Tubuh dan di dalam Roh Kudus. Kesatuan ini mempunyai ruang lingkup yang sebesar Tubuh. Ingatlah, kesatuan orang Kristen beruang-lingkupkan Tubuh Kristus.

2. Tak Seharusnya Memelihara Kesatuan
Yang Lebih Kecil Daripada Tubuh

Hari ini banyak orang yang keliru, mereka mengira Allah hanya menghendaki kita menjadi satu. Padahal, jika ruang lingkup kesatuan mereka bukan Tubuh Kristus, maka kesatuan itu tidak seharusnya dipelihara. Ruang lingkup yang manapun, bila lebih kecil daripada Tubuh Kristus, dan Anda memeliharanya, itu berarti Anda memecah-belah atau bergolong-golongan seperti yang dikatakan dalam Alkitab. Allah menghendaki kita memelihara kesatuan di dalam Roh Kudus, yang ruang lingkupnya sebesar Tubuh Kristus. Tubuh Kristus itulah ruang lingkup kesatuan kita

Misalnya, ada sekelompok orang imani mengatakan, bahwa setiap orang harus menerima baptisan selam. Itu tidak salah, sebab itu sesuai dengan ajaran Alkitab. Tetapi mereka telah menetapkan satu prinsip: Barangsiapa tidak dibaptis masuk ke dalam air, ia tidak akan diterima, sekalipun ia mengaku dirinya anak Allah dan milik Allah. Ini berarti mereka mendasarkan kesatuan mereka di atas ajaran tertentu, kesatuan yang demikian bukanlah kesatuan di dalam Roh Kudus, dan mereka adalah kelompok yang lebih kecil daripada Tubuh.

Misalnya pula ada seorang saudara hidup bersama mereka, memiliki persekutuan rohani yang indah, serta beroleh banyak bantuan rohani. Tetapi pada suatu hari, Allah mencelikkan matanya, ia menyadari, walaupun mereka adalah anak-anak Allah, tetapi kelompok mereka tidak dapat disebut gereja, sebab mereka hanya menerima orang yang menerima baptisan selam, dan menolak orang yang tidak dibaptis selam. Ini berarti mereka telah menolak sebagian anak-anak Allah. Akhirnya, ia meninggalkan kelompok mereka. Orang itu meninggalkan kelompok mereka karena Tuhan telah meneranginya.

Lalu, ada seorang saudara di antara mereka datang dan menasihatinya, “Kita semua orang Kristen, sama-sama menjadi anak-anak Allah, kita adalah saudara. Menurut Alkitab, Allah menghendaki saudara saling mengasihi, Anda tidak seharusnya pergi, jika Anda pergi, Anda akan berdosa terhadap kesatuan orang Kristen; dan jika Anda berpisah, berarti Anda memecah-belah, bergolong-golongan, dan akhirnya Anda akan menjadi sekta.” Setelah mendengar perkataan di atas, saudara tadi lalu memeriksa Alkitab Perjanjian Baru, ia nampak, memang benar anak-anak Allah harus menjadi satu, dan ia mengira tidak seharusnya ia berpisah dengan mereka. Saudara saudari, sudahkah kita nampak kekeliruan ini? Kekeliruannya di sini jelas sekali.

3 Meninggalkan Kelompok
Yang Lebih Kecil Daripada Tubuh
Tak Berarti Merusak Kesatuan

Jika orang mengira kita tak seharusnya bergolong-golongan atau memecah-belah, ia harus memahami dulu apa sebenarnya arti perpecahan? Perpecahan berarti keluar dari Tubuh. Perpecahan yang tercantum dalam I Korintus 12 ditujukan kepada perpecahan dalam Tubuh, bukan perpecahan kelompok-kelompok yang di luar Tubuh. Kesatuan orang Kristen yang Allah inginkan ialah kesatuan orang Kristen yang sebesar Tubuh Kristus. Inilah yang tidak boleh kita langgar. Jika ada satu kelompok yang kesatuannya lebih kecil, lebih sempit daripada Tubuh Kristus, dan orang-orang yang di dalamnya berkata, bahwa mereka harus memelihara kesatuan ini, ketahuilah, itu memang kesatuan, tapi itu bukan kesatuan orang Kristen, bukan kesatuan dalam Roh Kudus. Mengapa itu bukan kesatuan orang Kristen? Sebab kesatuan itu tidak sebesar Tubuh. Ketahuilah, baik lingkungan, kelompok atau organisasi yang manapun, yang tidak sebesar Tubuh, boleh Anda tinggalkan, hal itu tidak berarti Anda, berdosa atau merusak kesatuan orang Kristen.

Sebab itu, lingkungan atau kelompok yang manapun, yang tidak menjangkau ruang lingkup atau kelompok Tubuh Kristus, tidak seharusnyalah Anda pelihara, sebaliknya, Anda harus keluar dari kesatuan semacam itu. Jika seorang anak Allah memelihara kesatuan yang lebih kecil daripada kesatuan Tubuh Kristus, ia malah akan menjadi seorang yang berdosa, karena ia melanggar kesatuan orang Kristen.

4. Mengenai Perpecahan

Dalam gereja di Korintus terdapat perselisihan; ada yang mengatakan, “Aku dari golongan Paulus, aku dari golongan Apolos, aku dari golongan Kefas, dan aku dari golongan Kristus. Paulus paling menentang orang yang berkata demikian. Kata Paulus, “Adakah Paulus disalibkan karena kamu? Atau adakah kamu dibaptis dalam nama Paulus?” Paulus berkata, dengan bergolong-golong demikian, mereka telah berbuat menuruti daging, dan hal itu berarti perpecahan (I Korintus 1:11-13; 3:3-4).

a. Siapakah Yang Melakukan Perpecahan

Andaikata di antara mereka ada seorang yang bernama Matius, seorang bernama Stefanus, ada lagi yang bernama Filemon, dan seterusnya. Mereka berkata, bahwa mereka adalah dari golongan Paulus. Jika pada suatu hari, di antara mereka ada seorang saudara bangkit dan berkata, “Memang kita bersidang bersama, kita mempunyai persekutuan yang sangat indah. Kita memiliki hamba Allah — Paulus, yang dipakai Allah luar biasa, kita seharusnya memperhatikan ajarannya; kita pun harus mendengar khotbahnya, membaca suratnya, memperoleh persekutuan yang baik dan beroleh bantuan besar. Kita semua di dalam Tuhan mempunyai persekutuan yang sangat mesra. Tetapi, akhir-akhir ini aku merasa, bahwa tindakan kita yang demikian tidak benar. Karena hari ini di Korintus masih ada ratusan orang imani, sedangkan kita hanya puluhan orang saja, karena itu kita seharusnya juga bersekutu sebaik-baiknya dengan mereka.”

Namun, saudara lainnya menentangnya dan mengatakan, “Kamu telah berdosa! Ketika Tuhan berada di bumi, Ia berdoa kepada Bapa, agar murid-muridNya menjadi satu. Lihatlah, Tuhan Yesus menghendaki kita menjadi satu, tetapi hari ini kamu malah ingin keluar dan menempuh jalan lain, kamu tidak mau menjadi satu dengan kami, kamu tidak memuliakan Tuhan! Kamu tidak bersatu dengan kami, maka kamu tak dapat membuat orang dunia percaya Tuhan melalui kesatuan kita. Kamu berdosa, kamu ingin keluar dari antara kami, kamu akan menjadi pelaku perpecahan.”

b. Mereka Sendiri Terlebih Dulu Berpecah-belah,
Namun Menghakimi Orang Yang Keluar Sebagai Pelaku Perpecahan

Saudara saudari, sudahkah Anda nampak, itulah perkataan yang sering diucapkan banyak orang terhadap saudara saudari. Padahal mereka sendiri yang terlebih dulu membuat perpecahan dengan berkata, “Aku dari golongan Kefas, aku dari golongan Apolos, aku dari golongan Paulus, aku dari golongan Kristus.” Mereka sendiri telah melakukan perpecahan-perpecahan. Tapi bila ada orang ingin keluar dari antara mereka, mereka lalu berkata, “Kamu harus memelihara kesatuan orang Kristen”. Kesatuan mereka tidak sebesar Tubuh Kristus,

kesatuan mereka hanya sebesar milik Paulus. Jika kita berusaha memelihara kesatuan yang lebih kecil daripada Tubuh Kristus, justru itulah yang berarti perpecahan atau bergolong-golongan. Ingatlah, mereka telah terpecah keluar dari Tubuh Kristus, namun tidak menyadari, bahwa mereka sendiri yang memecah-belah. Sebaliknya, jika ada orang keluar dari antara mereka, mereka lantas menghakiminya merusak kesatuan.

Saudara saudari, inilah kesulitan dalam banyak kelompok kekristenan dewasa ini. Banyak orang yang disebut umat Allah, kelompok kekristenan, yang telah terpecah-belah dan keluar dari Tubuh Kristus. Namun, ketika ada saudara saudari ingin kembali ke dalam Tubuh Kristus, malah dikecam sebagai pemecah-belah. Mereka tidak menyadari, justru orang-orang yang berada dalam kelompok-kelompok perpecahan itu, jika tidak mau keluar dari dalamnya, merekalah pemecah-belah. (Saya harap, perkataan saya ini tidak menyinggung had mereka. Roh kita harus benar. Di hadapan Allah kita harus mengetahui, bahwa ini bukan perkara yang menggembirakan, melainkan menyedihkan. Namun kita harus jelas akan jalan yang kita tempuh di hadapan Allah),

c. Merusak Kesatuan Sekta, Itu Benar

Semoga Allah mencelikkan mata mereka, agar mereka nampak, bahwa Tubuh Kristus itu satu, dan sekta adalah pemecah-belah. Hingga tahun 1934, di seluruh dunia telah ada 1500 sekta-sekta besar. Sekta-sekta itu, masing-masing menyebut dirinya sebagai gereja, padahal itu berarti memperkecil ruang lingkup Tubuh Kristus. Anda ibarat sebuah kaki, aku ibarat sebuah tangan; TubuhKristus telah dipenggal-penggal. Hari ini ada saudara saudari ingin kembali ke dalam lingkungan Tubuh, dan menikmati persekutuan Tubuh, tetapi. saudara saudari itu malah dipersalahkan sebagai pemecah-belah kesatuan. Ketahuilah, jika ada orang menuduh Anda merusak kesatuan, Anda boleh menjawabnya demikian, “Ya, aku memang telah merusak kesatuan sekta, tetapi aku tidak merusak kesatuan Tubuh. Kalian menuduh aku merusak kesatuan sekta, itu betul; jika aku tidak merusak kesatuan sekta yang kecil, aku tak dapat masuk ke dalam kesatuan Tubuh yang besar!”

d. Harus Keluar Dari Kesatuan Yang Kecil,
Dan Masuk Ke Dalam Kesatuan Yang Besar

Kesatuan orang Kristen hanya sebesar Tubuh. Jangan Anda memasukkan sesuatu yang di luar Tubuh. Kesatuan orang Kristen pun harus sebesar Tubuh. Kesatuan macam apa pun, jika lebih kecil daripada Tubuh, tak dapat terhitung sebagai kesatuan orang Kristen. Semakin Anda memelihara apa yang disebut kesatuan itu, Anda akan semakin menjadi sekta; semakin Anda merasa akrab dengan saudara-saudara yang demikian, Anda akan semakin menjadi milik sekta, bahkan akan mengambil bagian dalam melakukan perpecahan. Karena itu, Anda harus keluar dari kesatuan-kesatuan yang kecil itu, barulah Anda dapat masuk ke dalam kesatuan yang besar. Jika Anda ingin masuk ke dalam kesatuan yang besar, Anda harus meninggalkan kesatuan yang kecil. Jangan sekali-kali Anda merasa sudah cukup baik asal ada kesatuan. Anda harus mengkaji dulu sifat kesatuan itu. Bukan sembarang kesatuan sudah pasti benar, hanya kesatuan Tubuhlah yang benar! Bila suatu kesatuan lebih kecil daripada Tubuh, itu tidak seharusnya Anda terima. Setiap kesatuan tidak boleh lebih kecil daripada Tubuh, jika lebih kecil, itulah sekta, dan itu tidak diperkenan Allah.

5. Apakah Perpecahan Itu

Istilah ‘perpecahan” dalam bahasa Yunani adalah “Hairesis”. Dalam Alkitab, istilah ini dipakai sebanyak 9 kali, di antaranya 6 kali dalam Kisah Para Rasul, 3 kali dalam surat-surat rasuli. Baiklah sekarang kita tinjau sejenak istilah tersebut yang terdapat dalam surat-surat rasuli.

a. Perpecahan Hanya Terdapat Dalam Gereja

Satu Korintus 11:18 mengatakan, Sebab pertama-tama aku mendengar, bahwa apabila kamu berkumpul sebagai jemaat, ada perpecahan di antara kamu, dan hal itu sedikit banyak aku percaya.” Di sini dikatakan bahwa ketika orang-orang Korintus berkumpul, mereka terpecah-belah. Jadi, perpecahan itu hanya terdapat dalam gereja. Di Korintus ada gereja, mereka semua berada dalam gereja di Korintus. Pada suatu hari, ada orang mengatakan, aku dari golongan Paulus; ada orang mengatakan, aku dari golongan Kefas; ada lagi yang mengatakan, aku dari golongan Apolos atau dari golongan Kristus. Nada dan kata-kata mereka sudah tidak benar, sikap rohani mereka pun tidak baik. Di antara mereka ada perselisihan, kecurigaan dan tanpa kasih Kristus. Ketika bersidang, orang-orang yang mengatakan dirinya golongan Paulus berhimpun bersama, dan orang-orang yang mengatakan dirinya golongan Apolos pun berhimpun bersama; mereka saling berpisah, itulah arti perpecahan.

Jika ada orang ingin menuduh orang lain melakukan perpecahan, ia hanya dapat menuduh di dalam gereja; di luar gereja tidak mungkin ada tuduhan demikian. Sebab hanya dalam gerejalah baru orang dapat melakukan dosa perpecahan; di luar gereja tidak mungkin. Sama dengan orang hanya dapat melakukan pemberontakan terhadap pemerintah yang sah, tidak dapat melakukan pemberontakan terhadap pemerintah yang tidak sah. Orang yang menentang pemerintah yang sah itulah yang memberontak; orang yang menentang pemerintah yang tidak sah, bukanlah memberontak. Maka perpecahan adalah perkara dalam gereja, dan hal itu tidak diperkenan Allah.

b. Perpecahan Adalah Perbuatan Daging

Galatia 5:19-20 mengatakan, “Perbuatan daging telah nyata, yaitu . . . perselisihan, iri hati, amarah . . . roh pemecah . . .” Roh pemecah di sini dalam bahasa aslinya adalah “Hairesis”. Perpecahan jelas adalah perbuatan daging. Paulus tidak saja berkata demikian kepada orang Galatia, juga kepada orang Korintus, bahwa perpecahan bukanlah perbuatan yang rohani, melainkan perbuatan daging. Di sini Paulus membuat sebuah daftar perbuatan daging. Di samping menyebut percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan dan seterusnya, ia pun menyebut perpecahan.

1) Perpecahan Dihakimi Sama Seperti
Penyembahan Berhala Dan Percabulan

Jika Anda bertanya kepada seseorang, apakah orang Kristen boleh berzinah, ia pasti berkata, “Tidak boleh”. Jika Anda bertanya lagi, apakah orang Kristen boleh menyembah berhala, ia pun pasti berkata, “Tidak boleh”. Tetapi jika Anda bertanya, apakah orang Kristen boleh berpecah-belah, ia akan berkata, “Walaupun di luarnya berpecah-belah, tetapi dalam hati tidak berpecah-belah.” Ini tak berbeda dengan banyak penyembah berhala yang berkata, “Walau di luarnya menyembah, tapi dalam hati tidak menyembah.” Ketahuilah, orang tak dapat berdalih dalam perkara ini, sebab perpecahan juga akan dihukum di hadapan Allah.

2) Tidak Dapat Memilih Dalam Hal Perbuatan Daging

Saya merasa heran, ada orang-orang yang menganggap dirinya hamba Allah, tetapi mereka malah menulis buku-buku yang mengatakan, bahwa orang boleh tetap tinggal dalam sekta. Jika hari ini ada seorang hamba Tuhan yang mengarang sebuah buku, mengatakan bahwa orang Kristen boleh menyembah berhala, berzinah atau iri hati, bagaimanakah tanggapan Anda? Anda tentu akan berkata, “Ia bukan hamba Allah.” Tetapi aneh, ada hamba Allah mengatakan, bahwa orang Kristen boleh bersekta; bahkan lebih aneh lagi, banyak orang memperbanyak buku mereka. Mereka di hadapan Allah tidak nampak apa yang dihakimi oleh Tuhan. Ingatlah, Anda tidak dapat memilih dalam hal perbuatan daging. Perpecahan adalah sejenis dengan penyembahan berhala, percabulan dan perseteruan, yakni perbuatan daging yang tercantum dalam daftar yang dihakimi itu. Sebab itu kita harus bertanggung-jawab di hadapan Allah, jangan tertipu hingga kembali lagi ke dalam sekta.

3) Mustahil Memelihara Kesatuan Dalam Sekta

Dalam pandangan Allah, perpecahan atau sekta adalah perbuatan daging; karena itu, kita tak boleh memelihara kesatuan sekta. Kita harus memelihara kesatuan orang Kristen, jangan memelihara kesatuan sekta. Bila Anda memelihara kesatuan sekta, berarti Anda merusak kesatuan orang Kristen.

c. Sekta Mencelakakan Orang

Dua Petrus 2:1 mengatakan, “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sekta yang mencelakakan . . .” (Terjemahan langsung). Ketahuilah, sekta itu mencelakakan orang, ia dimasukkan oleh guru-guru palsu. Sebagai umat Allah, kita harus belajar mempertahankan kesatuan orang Kristen. Kita tidak seharusnya mempertahankan kesatuan yang lebih kecil daripada kesatuan orang Kristen.

V. KESATUAN BUKAN
USAHA PERSATUAN

1. Anak-Anak Allah Umumnya
Menyadari Perlunya Kesatuan

Setelah seseorang nampak, bahwa sekta mencelakakan dan dihukum Allah, barulah ia mulai menyadari perlunya kesatuan. Tidak sedikit orang merasa dirinya bersalah karena bersekta dan melakukan perpecahan. Kita wajib bersekutu dengan semua anak-anak Allah, dan persekutuan ini harus sebesar Tubuh.

Akhir-akhir ini, kesadaran yang demikian sangatlah umum di kalangan anak-anak Allah. Ada seorang menulis surat mengatakan, “Meskipun kami tidak setuju dengan ajaran yang menentang sekta, tetapi kami merasa kesatuan orang Kristen itu sudahlah seharusnya.” Penulis surat ini adalah seorang tokoh agama Kristen. Banyak tokoh agama Kristen hari ini merasa perlu memperhatikan kesatuan orang Kristen, bukan memperhatikan kesatuan sekta.

2. Kesatuan “Persatuan” Ibarat Tempat
Istirahat Di Tengah Jalan

Saya akui, belasan tahun ini banyak orang yang mementingkan kesatuan. Tetapi yang muncul adalah “persatuan”, tidak kembali kepada kesatuan Tubuh. Kesatuan semacam itu adalah basil karya manusia, antara lain seperti yang disebut usaha atau gerakan oikumene, atau yang disebut pekerjaan inter-denominasi. Gabungan semacam itu dimulai dari tidak membeda-bedakan sekta. Menurut pendapat saya pribadi, itu jelas ibarat tempat istirahat di tengah jalan, tidak mencapai sasaran/rumah.

a. Orang Kristen Harus Tuntas
Dalam Melakukan Sesuatu

Saya katakan terus terang, jika sekta benar, Anda harus mempertahankannya, tetapi jika sekta salah, Anda harus mencampakkannya. Bagaimanakah yang dilakukan orang hari ini? Jika orang mengatakan sekta itu benar, ia menentangnya, tetapi jika orang mengatakan sekta salah, ia tetap menerimanya. Pada satu pihak, ia merasa tak sampai hati meninggalkan sekta, pada pihak lain, ia menentang sekta. Jadi ia menerima keduanya, dan bersekutu dengan keduanya. Ini tidak sesuai dengan sikap orang Kristen. Jika Tuhan menghendaki anak-anakNya memiliki persekutuan Tubuh, persekutuan lainnya harus kita singkirkan; hanya persekutuan Tubuh Kristuslah yang wajib kita miliki. Saya ingin berkata, “Jika Anda menyangka sekta perlu dipertahankan, pertahankanlah sekuat tenaga Anda. Sebab sekalipun perbuatan itu keliru, tapi motivasinya benar. Sebagai orang Kristen, kita tidak bisa bekerja dengan mendua hati, orang Kristen harus bekerja dengan tuntas. Jika sekta itu benar, pertahankanlah dengan tuntas; jika sekta itu salah, tentanglah dengan tuntas pula.

Saya paling kuatir kalau ada orang berhenti di tengah jalan. Pada satu pihak, ia mengakui sekta salah, tetapi di pihak lain, ia tidak rela menuntut perbaikan. Pada satu pihak, ia mengakui bahwa sekta itu keliru, di pihak lain ia mengorganisir suatu persatuan (oikumene). Lihatlah, mereka sendiri tidak tahu mereka berada di atas kedudukan apa. Perbuatan mereka tidak sesuai dengan prinsip orang Kristen. Orang Kristen tidak melakukan suatu perkara dengan bercabang hati. Kalau benar, hadapilah dengan cara yang benar; kalau salah, hadapilah dengan cara menanggulangi yang salah. Berkompromi atau toleransi tidaklah pada tempatnya. Menjadi orang Kristen harus tuntas. Kalau sekta benar, benarkanlah; kalau sekta salah, salahkanlah. Tidak boleh mengambil jalan netral dan plin-plan.

3. Ruang Lingkup ‘Persatuan Gereja’ Adalah Tubuh, Tetapi Di Dalamnya Adalah Sekta

Kesatuan jenis kedua yang disebut di depan, ruang lingkupnya lebih besar daripada Tubuh, sehingga lalang-lalang pun tercakup di dalamnya. Sedangkan kesatuan jenis ketiga lebih kecil daripada Tubuh, ialah sebuah kelompok, sebuah sekta. Bagaimanakah yang keempat? Memang ruang lingkupnya sebesar Tubuh, namun di dalamnya ibarat papan catur, berkotak-kotak. Memang ia sebesar Tubuh, tapi di dalamnya ada sekta-sekta, yang masing-masing menguasai dan memperhatikan miliknya sendiri. Itulah yang disebut persatuan gereja; itu adalah persatuan, bukan kesatuan. Sekalipun ruang lingkup persekutuannya sebesar Tubuh, tetapi dalam Tubuh Kristus itu masih terdapat banyak sekta. Menurut statistik tahun 1934, minimal sudah ada 1500 buah sekta.

Jika gereja memang terdiri dari sekta-sekta, Allah pasti menyatakan hal ini dalam Alkitab. Tetapi Allah melalui Alkitab rnemberitahu kita, gereja adalah Tubuh. Tubuh hanya satu, dan masing-masing anggota berhubungan/bersatu dengan Tubuh. Hari ini kita nampak, banyak sekta yang berusaha mendirikan suatu persatuan, namun, bagaimanakah kedudukan persatuan itu?

4. Satuan/Unit Tubuh Tidak Boleh
Berdasarkan Kelompok

Alkitab menerangkan bahwa Tubuh terbagi atas banyak anggota, dan anggota itulah satuan atau unit Tubuh. Tubuh memiliki satuan, dan satuan itu adalah anggota. Hari ini, orang-orang yang mengorganisir persatuan gereja nampak Tubuh Kristus, namun mereka tidak mau membayar harga untuk menerima persekutuan Tubuh. Mereka mungkin memperhatikan Tubuh Kristus, tetapi Tubuh yang mereka katakan bukanlah yang berunitkan anggota, melainkan kelompok. Satuan persekutuan orang Kristen adalah orang Kristen itu sendiri; Tubuh adalah hasil kesatuan orang Kristen. Tetapi persatuan gereja hari ini berunitkan sekta anu atau denominasi anu. Dengan kata lain, andaikata hari ini di seluruh dunia ada 5000 buah denominasi, maka mereka mengakui bahwa Tubuh mempunyai 5000 buah unit. Keadaan demikian pada hari ini telah menjadi persekutuan kelompok.

Dalam Alkitab. unit persekutuan adalah perorangan orang Kristen. Saya orang imani, Anda orang imani, ia juga orang imani, maka kita semua mempunyai persekutuan. Persekutuan terjadi secara satu per satu. Hari ini mereka menggabungkan orang imani menjadi “gereja anu”, lalu menggabungkan lagi banyak “gereja” menjadi satu Tubuh. Ini berarti dalam persekutuan Tubuh terdapat suatu benda lain.

5. Persatuan Gereja Memberi
Kesempatan Bagi Daging

Alkitab menyatukan semua anak Allah menjadi satu Tubuh Kristus, agar mereka mengekspresikan TubuhNya di bumi. Tetapi hari ini mereka menggabungkan orang-orang yang seopini, sekepercayaan, sependapat, atau oknum-oknum yang dipuji, menjadi satu gereja anu, dan kemudian menggabungkan gereja-gereja tersebut. Pertama-tama dibeda-bedakan atau dipisahkan menurut opini manusia, kemudian disatukan lagi menurut kehendak Allah. Seolah serba baik — Sekta perbuatan daging tetap berlangsung, kesatuan orang Kristen pun tercapai. Itulah yang disebut persatuan gereja. Saya tegaskan sekali lagi, bahwa berbuat demikian hanya berarti memberi kesempatan bagi daging. Tuhan memperlihatkan kepada kita, bahwa perpecahan mutlak merupakan perbuatan daging.

Saudara saudari, Anda tak perlu mencari di dalam sekta, apakah sekta itu perbuatan daging, sebab hal itu dapat kita temukan di atas diri kita sendiri; sekta sesungguhnyalah perbuatan daging. Jika dari diri orang lain baru dapat Anda ketahui, bahwa sekta itu perbuatan daging, saya tak tahu bagaimana sebenarnya Anda di hadapan Allah? Manusia senang berpecahan dengan orang lain, senang hidup berdasarkan kehendak pribadi, dan tidak dapat bersatu dengan saudara saudari lain. Hari ini, di satu pihak orang menyetujui sekta, di pihak lain ingin pula bersatu; bukankah ini suatu kontradiksi? Mereka mengira sekta boleh dipertahankan, tetapi ketika mempertahankannya dalam hati nurani tidak ada rasa damai, karena itu, mereka kemudian mengadakan persatuan gereja. Hal ini berarti terlebih dulu memecah-belah Tubuh, kemudian menggabungkannya kembali.

6. Persatuan Gereja Adalah Produk
Hati Nurani Yang Tidak Damai

Anda membagi-bagi Tubuh menjadi sekta-sekta, kemudian Anda menggabungkannya kembali, itu bukan Tubuh lagi! Ia telah pecah dan terpisah, kalau digabungkan kembali, ia bukan lagi Tubuh, melainkan persatuan gereja. Jangan mengira, kalau Anda memotong-motong seseorang menjadi beberapa bagian, kemudian Anda menggabungkannya kembali, ia tetap menjadi satu orang utuh. Itu mustahil! Sebab hayatnya telah lenyap! Tubuh Kristus dipotong-potong menjadi ratusan sekta, lalu ratusan sekta itu digabungkan kembali, itu adalah perbuatan yang bodoh! Itu bukan Tubuh, melainkan persatuan dari gereja gabungan. Sebab itu, saya sangat mengharap, semoga kalian nampak di hadapan Allah, kita, tidak seharusnya memecah-mecah Tubuh Kristus menjadi banyak sekta. Kita hanya tahu satu perkara, yaitu bersatu itulah Tubuh, berpisah itulah anggota; selain anggota dan Tubuh tiadalah susunan penengah yang kedua. Bila Anda memecah-mecah anggota yang sebanyak itu menjadi banyak kelompok, Anda tidak mungkin bisa menggabungkan kembali kelompok-kelompok itu menjadi satu Tubuh. Itu mustahil! Hari ini, persatuan gereja bukanlah Tubuh Kristus, itu hanya organisasi buatan manusia, dan itu adalah produk hati nurani yang tidak damai.

VI. CARA MEMELIHARA KESATUAN

Bagaimanakah sebenarnya cara memelihara kesatuan ini? Andaikata hari ini di dalam gereja di tempat Anda berada terdapat orang yang tak beriman, itu bukanlah gereja. Kita menyebutnya sekta, Anda harus keluar dari situ. Ada juga yang orang-orangnya semua beriman, tetapi kelompok mereka adalah sekta, Anda juga harus keluar dari sana. Ada lagi yang menggabungkan sekta-sekta menjadi persatuan gereja, itu perbuatan daging, Anda. pun harus meninggalkannya.

1. Harus Berdiri Pada Kedudukan Tubuh Kristus

Jika hari ini orang hendak membangun gereja di satu tempat, maka ruang lingkupnya haruslah sebesar Tubuh Kristus. Tak peduli orang menyukainya atau tidak,itu urusan orang tersebut, dan tak peduli orang mau menempuh jalan ini atau tidak, itupun urusan orang tersebut. Tetapi jika ada orang mau menempuh jalan ini, ia harus setia dan harus berada pada satu kedudukan, yaitu tanpa sekta. Di dalamnya tidak ada orang yang tak beriman, pun tidak mengganti Tubuh dengan persatuan gereja, itulah prinsip yang mendasar. Kita harus berdiri pada kedudukan Tubuh Kristus; Tubuh Kristus adalah ruang lingkup gereja kita. Inilah jalan kita hari ini. Inipun satu-satunya jalan bagi anak-anak Allah di setiap tempat.

Kalian harus nampak, kalian harus berdiri pada kedudukan apa. Kalian tidak dapat bersekta, tidak dapat melakukan perpecahan; tidak dapat berbaur menjadi satu dengan orang yang tak beriman, dan tidak dapat mengganti Tubuh Kristus dengan persatuan gereja. Kedudukan persatuan gereja menunjukkan, bahwa mereka ada terang, namun tidak ada kekuatan untuk menaatinya; walaupun mereka tabu kehendak Allah, tetapi tidak dapat memeliharanya; walaupun mereka nampak wahyu Allah, tetapi mereka tidak berminat melakukannya. Persatuan gereja ibarat tempat istirahat di tengah jalan.

Allah telah meletakkan kita pada kedudukan lain; kedudukan lain ini seharusnya menjadi tempat berhimpunnya semua anak-anak Allah. Namun sangat disayangkan, mereka tidak mau datang. Kita tidak mengatakan, bahwa kita sendiri dapat menyebut kita ini siapa, tetapi kita dapat mengatakan, kita adalah orang-orang yang berdiri pada kedudukan Tubuh Kristus.

2. Kita Mengakui lnilah Keluarga Allah

Kita mengakui, bahwa di dalam sekta, di dalam gereja negara dan di dalam persatuan gereja ada saudara saudari kita. Jika mereka setia, mereka seharusnya pulang ke rumah, yakni berdiri pada kedudukan Tubuh Kristus bersama kita. Hari ini, pintu kita selalu terbuka bagi mereka, namun kita sendiri tak dapat tidak tetap berdiri pada kedudukan kita. Bagaimanakah situasi dewasa ini? Sepertinya dalam sebuah keluarga, ada dua orang adik kecil yang keluar dari rumah dan diculik. Anda tak dapat menganggap keluarga itu bubar, sebab dua adik kecil telah diculik. Tidak! Di dalam rumah masih ada ayah, ibu dan kakak serta adik lainnya; keluarga ini tidak mungkin bubar. Tetapi, berhubung adik-adik kecil itu diculik, segenap keluarga menjadi sedih dan prihatin.

Adik-adik yang diculik memang untuk sementara waktu berada di luar, tetapi yang menjadi kakak-kakak dan saudara lainnya di rumah harus lapang hati, jangan karena mereka diculik lalu meninggalkan mereka. Kita wajib belajar selalu membuka pintu bagi mereka, hati kita harus terbuka bagi mereka. Kapan saja mereka pulang ke rumah, kita harus menerima mereka. Syukur kepada Allah, hari ini adalah pulang yang sementara, tetapi kelak akan pulang untuk selama-lamanya. Kendatipun mereka sudah lama mengembara di luar, kita harus mengakui bahwa ini adalah satu keluarga. Janganlah kita menutup pintu oleh karena mereka telah keluar.

Ada orang mengatakan, karena hari ini terlalu banyak orang yang mengembara dalam denominasi, maka pintu gereja telah tertutup, gereja telah bubar. Ketahuilah, anak-anak Allah di bumi ini tidak dapat dibubarkan, dan pintu ini tidak dapat ditutup. Hari ini kita harus sekuatnya memelihara kesaksian ini. Asalkan di sini ada Bapa kita, ada Tuhan kita dan ada Roh Kudus, sudah cukuplah! Asalkan ada tiga atau lima saudara, sudah cukup, ada dua atau tiga pun sudah cukup. Namun, di berbagai tempat kita sudah melebihi angka itu!

3. Belajar Merendahkan Hati, Jangan Sombong

Jangan sekali-kali kita berhati sombong, berkata bahwa kita telah berada di dalam rumah, masa bodoh dengan saudara lain yang terlantar di luar. Jika kita tidak merasa bahwa kita telah kehilangan saudara dalam keluarga kita, itu berarti rumah kita ada penyakitnya. Asalkan ada seorang saudara atau saudari terlantar dalam denominasi, itu merupakan suatu hal yang menyedihkan. Kita harus mempunyai dua sikap: Memelihara, mempertahankan kedudukan itu, dan tidak sombong. Bagaimanapun, Anda harus berdiri pada kedudukan ini, dan harus mempertahankannya. Tetapi dalam kita mempertahankan kedudukan ini, hati kita sekali-kali jangan sombong dan berkata, “Kami adalah rumah, kami sudah puas.” Kita harus ingat, masih banyak anggota dalam rumah ini yang mengembara di luar. Kita harus merendahkan hati, belajar mendoakan mereka, dan mengharapkan mereka semua dapat pulang. Tidak peduli mereka pulang untuk selamanya atau untuk sementara waktu saja, pokoknya kita harus mempertahankan kedudukan keluarga ini. Janganlah kita keliru, mengira hari ini tidak ada gereja. Gereja tetap ada!

VII. DASAR KESATUAN TERGANTUNG PADA PENGHAKIMAN

Terakhir, saya mengharap saudara saudari dapat mengingat satu perkataan ini: kesatuan Tubuh bukan hanya merupakan kesatuan orang Kristen, bahkan adalah kesatuan dengan Allah, beserta dengan Allah.

1 Penyertaan Allah Mendatangkan
Penghakiman Allah

Dalam Perjanjian Lama, setiap kali ada penyertaan Allah, pastilah ada penghakimanNya. Penyertaan Allah adalah penyertaan penghakimanNya. Allah itu kudus, jika la tidak hadir, masalah penghakiman takkan timbul, tetapi begitu la hadir, masalah penghakiman segera timbul. Jika kita ingin memelihara kesatuan orang Kristen, kita harus memelihara penyertaanNya. Penyertaan Allah itulah penghakiman, itulah hukum Taurat. Begitu ada ketidakberesan, Allah segera menghakimi. Jika Allah tidak hadir, segalanya boleh berlalu dengan sembrono, tetapi jika Allah hadir, sedikit dosa pun tidak dapat ditolerir. Jika dalam suatu gereja terdapat dosa, dan jika gereja itu mentolerir dosa, maka gereja itu mungkin dapat memelihara kesatuan.

2. Meninggalkan Dosa Adalah Dasar Kesatuan

Saudara saudari, semoga Anda nampak, apakah dasar kesatuan itu. Perkara ini sebenarnya sangat dangkal, dasar kesatuan adalah meninggalkan dosa. Ingatlah, perpecahan anak-anak Allah hari ini semua disebabkan banyaknya masalah dosa. Di mana ada dosa, di situ ada perpecahan. Banyak anak Allah memiliki satu kesalahpahaman yang mendasar, yaitu mengira dasar kesatuan adalah kesabaran dan toleransi. Itu sama sekali tidak masuk akal. Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa kesabaran dan toleransi adalah dasar kesatuan. Dasar kesatuan yang sesuai dengan Alkitab adalah meninggalkan dosa.

Hari ini; jika ada orang ingin bersekutu dengan Allah, ia harus berada di dalam terang. Jika kita berada di dalam terang, kita pasti dapat saling bersekutu. Ini berarti, dasar kesatuan ialah persekutuan. Sedang dasar persekutuan tergantung pada penanggulangan dosa, yaitu menyingkirkan dosa. Kita semua berada di dalam terang Allah, sebab itu kita dapat saling bersekutu. Jika tidak, tak mungkinlah kita bersekutu.

Dua Korintus 6 menerangkan pada kita, setelah kita keluar dari antara mereka, barulah Allah menjadi Bapa kita, kita menjadi umatNya. Jadi, persekutuan Allah dengan kita adalah berdasarkan keluarnya kita dari antara mereka. Jangan sekali-kali Anda kehilangan persekutuan dengan Allah, karena ingin memperoleh simpati/sambutan manusia. Inilah kegagalan kebanyakan orang!

Siapa yang dapat menjadi perabot yang mulia di hadapan Allah? Orang yang menyucikan dirinya dari ha).-hal yang jahat. “Jika seseorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia.” Orang yang berseru kepada nama Tuhan, harus meninggalkan kejahatan, dan orang yang meninggalkan kejahatan baru dapat menyeru nama Tuhan. Jika seseorang mau menyucikan diri, niscaya ia dapat menjadi perabot yang mulia; jika ia sudah menjadi perabot yang mulia, baru ia dapat mengejar keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama orang yang menyeru nama Tuhan dengan had yang murni (II Timotius 2:19-22). Hanya orang yang menghunus pedang, bertekad bulat, berdiri di pihak Allah dan membunuh saudaranya sendiri, barulah dapat menjadi orang Lewi (Keluaran 32:25-29).

3. Mempertahankan Kesatuan
Perlu Membayar Harga

Karena itu, mempertahankan ruang lingkup kesatuan perlu membayar harga. Jangan mengira, asalkan kita mempunyai kasih yang lebih besar atau bertoleransi lebih banyak, kita sudah dapat memelihara kesatuan. Tidak! Dasar kesatuan adalah menyingkirkan dosa. Segala perkara yang mendurhakai kesatuan orang Kristen harus disingkirkan. Hari ini, orang Kristen tidak dapat bersatu, bukan karena kasih mereka tidak cukup, melainkan karena mereka kurang menghakimi dosa. Hari ini, sangat banyak kesabaran dan perasaan manusia, namun itu tidak berfaedah.

Puji Tuhan, hari ini ada sekelompok orang yang matanya dicelikkan Allah, mereka nampak Tubuh, nampak ruang lingkup gereja dan kesatuan orang Kristen, mereka sama sekali tidak dipengaruhi oleh perasaan atau kesabaran manusia, mereka maju ke depan mengikuti Tuhan dengan mantap. Kalau Anda tidak dapat maju ke depan, Anda harus menyalahkan mata Anda sendiri yang tidak nampak, menyalahkan hati Anda yang kurang murni, janganlah menyalahkan orang-orang yang keluar. Ketahuilah, ada sekelompok orang yang mau meninggalkan dosa, meninggalkan perkara yang tidak benar; ada sekelompok orang yang mau menyucikan diri dari hal-hal yang hina serta mengorbankan perasaan saudara, mereka dengan suka rela berdiri pada kedudukan Tubuh, mereka adalah orang-orang yang dapat nampak. Hari ini, bukan mereka yang mengikat Anda dengan perasaan manusia, bukan mereka yang menganjuri Anda dengan ajaran kesatuan. Hari ini, Anda sendiri harus membayar harga, meninggalkan perkara yang tidak benar, Anda pun harus nampak Tubuh Kristus, dan harus mengorbankan perasaan dan iba manusia. Setelah demikian, dengan sendirinya Anda akan menjadi satu dengan mereka. Jadi, dasar kesatuan tergantung pada meninggalkan perkara yang tidak benar, bukan tergantung pada menutupi atau mentolerir dosa.

Hari ini, banyak orang yang melakukan perkara-perkara yang tidak benar, dosa-dosa dan pelanggaran-pelanggaran terhadap Tubuh Kristus. Ketahuilah, jika ada sekelompok orang yang setia dan mau taat, Anda bisa berhimpun bersama mereka. Tetapi jika Anda ingin mempertahankan kesatuan yang lain, Anda akan tercemar oleh dosa-dosa dan perkara yang tidak benar itu, dengan sendirinya Anda akan bersatu dengan mereka.

4. Jika Semua Bangkit Menghakimi Dosa,
Anak-Anak Allah Pasti Menjadi Satu

Banyak orang mengira bahwa orang-orang yang keluar itu kekurangan toleransi, kasih dan kesabaran. Padahal tidak, justru orang yang di dalam yang kurang taat. Bukan orang yang keluar yang kekurangan kasih, melainkan orang yang di dalam yang kekurangan terang dan visi di hadapan Allah. Bukan orang yang keluar yang terlalu keras hati, melainkan orang yang di dalam yang kurang tegas di hadapan Allah.

Jika semua saudara saudari mau menghakimi dosa, niscaya persekutuan orang Kristen akan menjadi satu. Jika semua anak Allah menghakimi dosa, kesatuan orang Kristen pasti terwujud. Jika seluruh umat Allah mematuhi Allah, Anda akan nampak realitas kesatuan Tubuh, dan dengan sendirinya segala perbuatan daging, sekta dan perpecahan akan terhapus, sehingga seluruh anak-anak Allah menjadi satu.

Dasar kesatuan bukan tergantung pada mentolerir dosa, melainkan menghakimi dosa. Di antara orang yang menghakimi dosa dengan orang yang mentolerir dosa tidak mungkin menjadi satu. Jika Anda menuntut kesatuan dengan semua anak Allah, Anda wajib bersama-sama mereka menghakimi dosa. Bila mereka menghakimi, tetapi Anda tidak menghakimi, tak mungkinlah menjadi satu. Yang salah bukan mereka yang keluar, melainkan yang di dalam. Orang yang menghakimi dosa itulah yang benar, dan dia akan menjadi satu dengan semua orang yang menghakimi dosa di seluruh dunia ini. Bagi orang yang tak menghakimi dosa, kita hanya mohon Allah membelaskasihani mereka, agar mereka dapat bangkit untuk menghakimi dosa. Semoga mereka nampak, bahwa kesatuan hanya dapat terwujud bila mereka berada di luar organisasi, di luar cara, di luar golongan dan sekta. Hanya Tubuh Kristuslah satu-satunya ruang lingkup kesatuan anak-anak Allah.

43 || REAKSI KAUM IMANI

REAKSI KAUM IMANI

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

“Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari yang jahat.”

Matius 6 : 13

 

Pembacaan Alkitab:
Matius 5:38-48

Separuh atau lebih dari penghidupan manusia berada dalam reaksi. Mendengar perkataan orang lain, kita akan merasa senang atau gusar; bila ada orang melakukan sesuatu kita akan merasa baik atau tidak baik; bila kita terangsang, kita akan jengkel atau kesal hati; bila orang bersalah terhadap kita, kita akan marah-marah; bila orang memfitnah kita, kita akan membela diri; bila kita teraniaya kita bersabar; semua itu tak lain ialah suatu reaksi. Maka kalau Anda menganalisis penghidupan manusia, Anda dapat menemukan bahwa penghidupan manusia lebih dari separuh berada dalam reaksi.

I. REAKSI ORANG KRISTEN
BERBEDA DENGAN REAKSI ORANG
YANG TAK BERIMAN

Sebagai orang Kristen kita juga hidup dalam reaksi, hanya saja reaksi kita berbeda dengan reaksi orang yang tak beriman. Dari reaksi seseorang dapatlah kita ketahui keadaan orang itu. Tidaklah patut kalau reaksi orang yang tak beriman dimiliki oleh orang Kristen; dan tidaklah mungkin reaksi orang Kristen bisa dimiliki oleh orang yang tak percaya. Maka jika Anda ingin mengenal seseorang, Anda dapat mengetahuinya dari macam reaksi yang ia tampilkan.

Setiap orang yang percaya Tuhan memiliki reaksi yang khusus. Tuhan telah mengajar kita bagaimana bereaksi; Tuhan tidak menghendaki kita sembarangan bereaksi. Penghidupan orang Kristen justru merupakan serangkaian reaksi. Jika Anda dapat bereaksi dengan baik, Anda adalah seorang Kristen yang baik; jika reaksi Anda tidak baik, Anda adalah seorang Kristen yang tidak baik.

Hari ini kita telah percaya Tuhan dan menjadi orang Kristen, ketika kita menghadapi urusan, mengalami ujian, aniaya dan peristiwa apa saja, haruslah kita tahu bagaimana perintah Tuhan dan bagaimana seharusnya reaksi kita terhadap perkara-perkara itu. Sebagai orang Kristen, tidak saja penghidupan kita harus terkendali oleh Allah, bahkan reaksi kita pun harus terkendali oleh Allah. Setiap reaksi kita haruslah teratur dan terkendali sebaik-baiknya di hadapan Allah. Jika Allah memerintahkan kita harus demikian bereaksi, bereaksilah demikian, karena hayat yang dikaruniakan Tuhan kepada kita memang demikian.

II. AJARAN TUHAN DI BUKIT

Matius 5:38-48 adalah ayat-ayat yang membicarakan masalah reaksi. Mari kita melihatnya sekali lagi

“Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi” (ayat 38). Perkataan ini berarti kalau orang melukai mataku, aku akan membalas melukai matanya, kalau orang memukul aku hingga gigiku tanggal, aku pun membalasnya demikian. Anda berbuat bagaimana, aku pun berbuat begitu. Itulah yang disebut reaksi. Reaksi macam inilah yang dinyatakan orang di masa lampau, yakni di zaman hukum Taurat Perjanjian Lama.

Tetapi Tuhan berkata, “Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu” (ayat 39). Maksud Tuhan, kamu harus mempunyai reaksi yang berkebalikan, kamu tidak sepatutnya melawan orang yang jahat. Selanjutnya Tuhan mengatakan tiga perkara, yang merupakan ayat Alkitab yang diketahui banyak orang, yaitu “Siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil” (ayat 39-41). Pipi kiri, jubah maupun berjalan sejauh dua mil semuanya merupakan reaksi orang Kristen. Kalau permintaan orang adalah pipi kanan, baju dan berjalan sejauh satu mil, maka reaksi kita sebagai orang Kristen ialah memberikan pipi kiri, jubah dan berjalan sejauh dua mil. Ayat-ayat dalam Matius 5 ini, dari awal hingga akhir, menunjukkan ajaran-ajaran yang serupa, yaitu reaksi penghidupan orang Kristen haruslah lain.

Kalian tidak seharusnya setelah menjadi orang Kristen delapan atau sepuluh tahun lamanya, baru mengetahui bagaimana reaksi orang Kristen. Begitu seseorang menjadi orang Kristen, dalam beberapa hari pertama, ia seharusnya sudah mengetahui hal ini. Jika reaksi kita tidak baik, hidup kristiani kita takkan baik, sebab kita tidak dapat bertindak sesuai dengan sifat hayat yang dikaruniakan Allah kepada kita, kita tidak mencapai standar Allah. Karena itu, dalam penghidupan kita haruslah memiliki reaksi orang Kristen. Jika kita tetap memiliki reaksi orang dunia, kita tidak layak menyebut diri kita orang Kristen.

“Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam darimu” (ayat 42). Kalau ada orang meminta kepada Anda, berilah kepadanya; kalau ada orang ingin meminjam dari Anda, janganlah Anda tolak, kecuali Anda tidak punya. Semua itu adalah reaksi.

“Kamu telah mendengar Firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu” (ayat 43). Inilah reaksi orang-orang yang berada di bawah hukum Taurat. Kalau Anda sesamaku, reaksiku ialah kasih, tetapi kalau Anda musuhku, reaksiku ialah benci.

“Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (ayat 44). Reaksi orang Kristen berbeda. Anda harus mengasihi musuh Anda dan berdoa baginya, walau ia menganiaya Anda.

“Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar” (ayat 45). Inilah reaksi Allah. Allah tak pernah memberi reaksi yang tidak baik terhadap manusia. Entah orang itu benar atau tidak benar, Allah tetap menerbitkan matahari baginya; entah orang itu baik atau jahat, Allah pun tetap menurunkan hujan baginya.

Dikatakan selanjutnya, “Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu?” Kalau orang mengasihi Anda, otomatis reaksi Anda juga mengasihinya. Kalau demikian apakah upah Anda? “Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?” (ayat 46). Jika orang Kristen hanya berbuat demikian, itu sama dengan pemungut cukai. Reaksi demikian terlalu mudah dan terlalu murah.

“Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja; apakah lebihnya daripada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah juga berbuat demikian?” (ayat 47). Jika kita hanya memberi salam kepada saudara saja, tidak memberi salam kepada yang bukan saudara; atau memberi salam hanya pada waktu tiada urusan, dan tidak memberi salam pada waktu ada urusan, apakah bedanya kita dengan orang yang tidak mengenal Allah? Perbuatan demikian sungguh sangat rendah.

“Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna” (ayat 48). Ini berarti dalam masalah reaksi, kita seharusnya sama seperti Allah kita.

III. MASALAH REAKSI HARUS
DITANGGULANGI

Ayat-ayat yang kita Baca di atas adalah reaksi orang Kristen. Bila Anda dapat membereskan masalah reaksi ini, maka masalah penghidupan kristiani Anda minimal telah terbereskan separuh. Sebab terhadap perbuatan, perkataan maupun sikap orang lain, kita selalu mempunyai reaksi; hidup kita sebagai orang Kristen penuh dengan reaksi. Bila sebagian besar hidup kita merupakan reaksi, dan reaksi-reaksi itu adalah reaksi orang Kristen, kita akan diperkenan di hadapan Allah. Jika reaksi kita tidak baik, hidup kristiani kita pun tidak baik.

Mengapa kita harus memperhatikan masalah ini? Terus terang kukatakan kepada kalian, jangan kalian menganggap sepele masalah yang kita bicarakan ini. Selama 20 tahun lebih ini, di dalamku ada perasaan yang sangat berat, yaitu banyak orang telah menjadi Kristen belasan tahun, bahkan puluhan tahun lamanya, juga telah puluhan kali membaca ajaran Tuhan di atas bukit ini, namun mereka masih tidak mengetahui bagaimana sebenarnya tuntutan Tuhan terhadap reaksi mereka. Karena itu, meskipun telah bertahun-tahun menjadi orang Kristen, reaksi mereka masih tetap salah. Urusan apa saja selalu dihadapi dengan alasan, hukum Taurat, keadilan, layak atau tidak layak. Mereka tidak nampak apa sebenarnya yang disebut reaksi orang Kristen.

Ia hanya memiliki reaksi keadilan, reaksi hukum Taurat, reaksi orang kafir, ia hanya memiliki reaksi pemungut cukai; ia tidak memiliki reaksi orang Kristen. Ia dapat berkata, “Bukankah aku beralasan?” Ia merasa dirinya sangat beralasan, namun ia lupa bahwa orang Kristen tidak berbicara dengan alasan. Ia sama sekali tidak mengetahui bagaimana seharusnya reaksi orang Kristen. Inilah kesulitan yang paling besar. Karena ia sendiri tidak mengetahui bagaimana seharusnya reaksi orang Kristen, maka ia pun tidak mengetahui orang lain harus bagaimana. Mungkin ketika ia melihat seorang saudara berdiam diri tatkala tertimpa perkara yang tidak beralasan, ia malah menyalahkan reaksi saudara itu. Akhir-akhir ini aku mendengar orang mengatakan, “Si anu dicaci maki, tetapi ia diam seribu bahasa.” Ia mengira diam seribu bahasa itu salah, berbicara membantah baru benar. Ini membuktikan bahwa ia sama sekali tidak mengetahui apa artinya salib, apa artinya hayat orang Kristen, dan apa artinya menjadi orang Kristen.

Saudara-saudari yang baru beriman sejak semula harus mengetahui bagaimana reaksi orang Kisten. Setelah itu barulah mereka dapat mengetahui bagaimana seharusnya mereka hidup di hadapan Allah. Anda harus tahu bahwa orang Kristen memiliki reaksi tertentu. Jika perbuatan Anda tak sesuai dengan reaksi itu, Anda adalah pemungut cukai atau orang kafir. Penghidupan seorang manusia ada separuh yang bersifat pasif. Orang berbuat begini, maka aku juga berbuat begini; orang merasa begini, maka aku juga merasa begini. Dari hari ke hari, kita selalu bereaksi, kalau reaksi kita salah, itu berarti kita tidak hidup di hadapan Allah. Semoga masalah reaksi ini dapat kita bereskan dengan baik.

IV. TIGA MACAM REAKSI YANG BERBEDA TERHADAP SUATU PERKARA

Melalui ayat-ayat dalam Injil Matius, marilah kita melihat prinsip utama dari reaksi. Reaksi manusia terhadap suatu perkara dapat dikategorikan dalam tiga tingkat. Pertama ialah alasan. Kedua ialah tingkah laku yang baik. Ketiga ialah reaksi hayat kudus Allah. Kalau Anda berada dalam tingkat pertama, tingkat alasan, reaksi Anda ialah kesal atau marah-marah. Kalau Anda berada dalam tingkat kedua, tingkat tingkah laku yang baik, reaksi Anda ialah bersabar. Kalau Anda berada dalam tingkat ketiga, tingkat hayat kudus Allah, reaksi Anda ialah mengungguli dan melampauinya. Itulah tiga macam reaksi yang berbeda yang mungkin kita miliki.

Misalnya, hari ini ada orang menampar pipi kanan Anda, jika hati Anda penuh dengan alasan, Anda pasti akan berkata, “Kurang ajar, mengapa kamu menampar aku?” Karena pipi Anda ditampar, Anda akan menjadi sangat gusar dan akan beralasan dengannya. Ini membuktikan bahwa Anda berada dalam tingkat alasan. Kalau Anda tahu sebagai orang Kristen harus berkelakuan baik, kesal atau marah-marah itu tidak pada tempatnya, maka ketika orang ingin mengambil baju Anda, Anda bersabar dan membiarkannya mengambil baju Anda. Reaksi ini memang jauh lebih baik daripada marah-marah. Namun Tuhan berkata kepada kita, masih ada satu reaksi lain yaitu reaksi yang dikehendakiNya.

Reaksi yang Tuhan tetapkan bagi kita, bukan setelah orang menampar pipi kita, kita lalu marah; juga bukan setelah orang mengambil baju kita, kita lalu bersabar hati. Melainkan orang menampar pipi kanan kita, berikan juga pipi kiri kita; orang mengingini baju kita, berikan juga jubah kita; dan orang memaksa kita berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersamanya sejauh dua mil. Reaksi semacam ini, bukan yang disebut bersabar melainkan melampaui. Reaksi ini jauh melampaui permintaan orang. Orang hanya menuntut sebanyak ini, di hadapan Allah kita memiliki lebih banyak, bisa menjawab permintaannya. Bukan sekedar memenuhi permintaannya, bahkan melampaui permintaannya.

Saudara-saudari, Tuhan menunjukkan kepada kita bahwa orang Kristen hanya memiliki satu reaksi. Reaksi ini bukan membuat alasan, bukan pula menyabarkan hati, melainkan melampaui. Kalau kita tidak melampaui, itu bukan orang Kristen. Tuhan tidak menyuruh kita mata ganti mata, juga tidak menyuruh kita bersabar hati, melainkan mata tambah mata. Orang memukul pipi kanan kita, kita berikan kepadanya pipi kiri kita.

Maka hendaklah kalian ingat, dari mata ganti mata hingga mata tambah mata; dari baju ganti baju hingga baju tambah jubah; dari pipi ganti pipi hingga pipi tambah pipi dan dari mil ganti mil hingga mil tambah mil, di antaranya setidak-tidaknya terpaut dua langkah. Mata ganti mata itu satu reaksi, marah-marah itu satu reaksi, bersabar itu satu reaksi, mata tambah mata itupun satu reaksi lagi. Dari keempat macam reaksi ini, tiga reaksi yang di depan harus kita kesampingkan.

V. ORANG KRISTEN DISELAMATKAN
DARI KEHINAAN, HARTA DAN TEKAD

Aku ingin membahas lebih lanjut ketiga perkara di atas. Menampar pipi berarti menghina. Hal ini mengandung arti yang sama, baik bagi orang Tionghoa, orang Yahudi, maupun bagi orang Roma pada masa itu. Menurut catatan-catatan Roma di waktu dulu, banyak budak orang Roma lebih suka dibunuh oleh majikan mereka daripada ditampar pipinya; mereka lebih rela dibunuh daripada ditampar. Jadi pada masa itu menampar pipi seseorang berarti melakukan penghinaan yang paling besar terhadapnya.

Baju adalah benda yang paling sah bagi setiap orang. Meskipun seseorang sangat miskin, ia tetap harus mengenakan baju. Sekalipun seseorang sangat menolak kenikmatan material, ia tetap harus mengenakan baju, sebab ini adalah permintaan yang sangat sah. Sekarang, di sini ada orang, ia tak ingin mengambil harta atau ladang Anda, tetapi ia ingin mengambil baju Anda, sebelum mengambil baju Anda ia harus terlebih dahulu menanggalkan jubah Anda. Ini berarti ia akan menjamah harta Anda yang terdalam. Kalau menampar pipi berarti penghinaan, maka mengambil baju berarti menjamah harta Anda yang terdalam.

Memaksa orang berjalan sejauh satu mil, itu khusus bertalian dengan masalah tekad. Aku tak mau menempuh jalan itu, dan tak mau pergi ke tempat itu, tetapi Anda memaksa aku. Jadi aku menekan diriku untuk menempuh jalan itu. Ini berarti tekadku terluka.

Saudara-saudari ketahuilah, reaksi orang Kristen ialah pipi kiri, jubah dan dua mil. Jika orang mengingini bajuku, jubahku juga kuberikan kepadanya. Jika orang memaksaku berjalan sejauh satu mil, aku akan berjalan bersamanya sejauh dua mil. Jika orang menampar pipi kananku, kuberikan juga pipi kiriku kepadanya. Jelas ini berarti pipi kanan tidak menjamah aku, baju tak menjamah aku, satu milpun tidak menjamah aku. Inilah reaksi yang melampaui. Kalau ketika pipi kananku ditampar aku sudah merasakannya, tidak mungkin kuberikan pula pipi kiriku. Kalau aku tidak tahan dipaksa berjalan sejauh satu mil, tidak mungkin aku dapat berjalan bersamanya sejauh dua mil. Maka segala persoalannya terletak pada bagaimana reaksi kita.

Sebagai orang Kristen, kita telah diselamatkan dari perasaan kehinaan dan kemuliaan, terlepas dari perasaan hak milik harta dan terlepas dari tekad. Tatkala kita di hadapan Allah diselamatkan hingga ke taraf demikian, kita akan melampaui baik masalah pipi, harta maupun tekad. Segala perkara atau benda tidak dapat menjamah kita lagi.

VI. PELAJARAN SALIB YANG PERTAMA MENGAJAR KITA TIDAK BERALASAN

Di hadapan Allah kita harus belajar menjadi seorang yang tidak beralasan. Itulah pelajaran salib yang pertama. Aku percaya di antara kita tidak ada saudara atau saudari yang jatuh dan merosot demikian rendahnya sehingga melakukan balas dendam. Karena itu, di sini kita tidak akan membahas bereaksi mata ganti mata, gigi ganti gigi. Tetapi aku kuatir masih banyak yang berbicara menurut alasan, aturan dan keadilan, “Anda tak seharusnya menampar aku.” Ingatlah, kapan seseorang berbicara menurut alasan atau aturan, berarti ia sudah terjamah oleh perkara itu. Reaksi yang Tuhan tunjukkan kepada kita ialah ketika orang berbuat jahat kepada kita tanpa alasan, kitapun harus dapat menyatakan kebaikan tanpa alasan. Ia dapat berbuat jahat tanpa alasan, kita pun dapat berbuat baik tanpa alasan. Kalau berjalan sejauh satu mil itu sama sekali tanpa aturan, berjalan bersamanya sejauh dua mil pun mutlak tanpa aturan. Kedua-duanya sama tanpa aturan. Demikian pula dengan ditamparnya pipi kanan dan kiri serta diambilnya baju dan jubah. Ya, orang Kristen tidak berbicara menurut alasan atau aturan. Kalau kejahatan orang kafir tanpa aturan, kebaikan orang Kristen pun tanpa aturan.

Jangan sekali-kali Anda terjerat dalam alasan atau aturan, sehingga Anda mengatakan ini beralasan, itu tak beralasan. Anda mengatakan satu mil itu tidak beralasan, tetapi aku mengatakan dua mil itulah yang tidak beralasan. Kalau mil pertama tidak beralasan,maka mil kedua lebih-lebih tidak beralasan. Kalau Anda tidak dapat berjalan bersamanya satu mil, mana mungkin berjalan bersamanya dua mil? Tetapi syukur kepada Allah! Reaksi anak-anak Allah bukan berdasarkan alasan. Tak seorangpun di antara anak-anak Allah yang boleh marah-marah, sebab kita sama sekali tidak beralasan dengan orang menurut benar atau salahnya suatu perkara. Semua alasan tidak berada di dalam lingkungan kaum imani. Bila Anda terjatuh hingga beralasan dengan orang lain, itu berarti Anda sudah meninggalkan status atau kedudukan Anda sebagai orang Kristen.

VII. ORANG KRISTEN TAK MELAKUKAN
PERKARA YANG BENAR, YANG BAIK,
MELAINKAN YANG MELAMPAUI

Jika orang mengingini bajuku, tetapi tidak kuberikan kepadanya, itu berarti aku benar; kalau aku memberikan kepadanya, itu berarti aku baik. Tetapi kalau aku memberikan pula jubahku kepadanya, itu berarti aku orang Kristen. Kalau orang ingin merampas bajuku, mengapa aku harus memberikan kepadanya? Kalau aku tidak mau memberikan, itu benar. Kalau aku memberikan, itu baik; karena aku orang baik, maka kuberikan itu kepadanya. Tetapi menjadi orang yang benar bukan berarti menjadi orang Kristen; menjadi orang baik, juga bukan berarti menjadi orang Kristen. Orang Kristen tidak saja menyerahkan baju, bahkan menyerahkan jubah. Orang yang dapat memberikan pakaian yang kedua, itulah orang Kristen.

Bagaimanakah reaksi orang ,Kristen? Reaksi orang Kristen bukan melakukan perkara yang benar, juga bukan melakukan perkara yang baik, melainkan melakukan perkara yang melampaui. Ketika seorang anak Allah dianiaya, dihimpit, dipojokkan dan menempuh jalan buntu, seharusnyalah ia memanjat makin tinggi. Kalau begitu terdesak segera jatuh, sungguh kasihan. Marah-marah, beralasan, bersabar, itu semua adalah keadaan yang patut disayangkan. Kalau saat orang makin menindas Anda, membuat Anda terjepit, tetapi Anda bisa membubung tinggi, Anda baru benar-benar orang Kristen.

Aku ingat seorang saudara yang telah lama meninggal. Kepadanya orang—orang memberi pujian demikian, “Kalau Anda tidak pernah menjadi musuhnya, Anda takkan mengetahui betapa hebat kasih yang dimilikinya.” Betapa indahnya perkataan ini. Semakin hebat Anda menganiayanya, semakin besar kekuatannya. Semakin jahat Anda memperlakukannya, ia terbang semakin tinggi. Semakin kejam Anda memperlakukannya, semakin nyata kebesarannya. Maka ketika ia wafat, banyak saudara memberi komentar, “Bila seseorang ingin mengetahui kekuatan kasihnya, ia harus menjadi musuhnya yang paling brutal. Kita kurang jahat terhadapnya. Semakin jahat kita terhadapnya, semakin besarlah kasihnya”. Inilah reaksi orang Kristen. Semakin Anda menganiayanya hingga ia terjepit, semakin besarlah jalan yang dibukanya.

Kalian harus ingat, pelajaran ini tidaklah terlalu dalam. Khotbah Tuhan Yesus dalam Matius 5, 6 dan 7 adalah khotbahNya yang pertama. Pengajaran di atas bukit adalah yang pertama kali didengar para murid. Sebab itu, hal ini kita beritakan kepada saudara-saudari yang baru beriman. Kalian perlu mempraktekkannya sejak semula. Kalau kalian benar-benar orang Kristen, kalian harus melaksanakannya. Jika tidak, batin kalian akan merasa tidak enak. Kalau seorang Kristen beralasan dengan orang lain, begitu pulang ke rumah ia akan merasa tidak enak. Kalau barang Anda diambil orang lain, Anda menggerutu, begitu pulang ke rumah, pasti Anda merasa tidak enak. Namun, bila orang lain mengingini baju Anda, Anda malah menambahnya dengan jubah, pulang ke rumah, Anda pasti dapat berseru, Haleluya! dan hati Anda merasa sangat nyaman. Kalau orang ingin meminjam uang Anda, Anda ada uang tetapi menolaknya, memang uang Anda tersimpan, namun sukacita Anda juga tersimpan. Bila orang ingin meminjam, pinjamilah. Menjadi orang Kristen yang demikian pasti membuat Anda sangat bersukacita. Banyak orang Kristen justru tak sudi berjalan sejauh dua mil, sebab itu sehari suntuk mereka bermuram durja. Kalau Anda rela berjalan sejauh dua mil, batin Anda akan bernyanyi riang.

VIII. KESULITAN KAUM IMANI
DALAM HAL REAKSI

Banyak saudara-saudari merasa sulit dalam hal reaksi dikarenakan mereka tidak mengenal Tuhan. Hati mereka tidak sudi bila orang menghendaki mereka berjalan sejauh dua mil, memberikan pipi kiri atau memberikan jubah mereka. Mereka selalu berkata, “Betapa kurang ajarnya orang itu!” Tetapi kalian harus menyadari, bahwa itu semua adalah permintaan Tuhan. Orang itu menampar pipi kanan Anda, asal ia menampar pipi kanan Anda, ia sudah merasa puas. Tetapi Tuhanlah yang menyuruh Anda memberikan pipi kiri Anda untuk ditampar lagi. Orang ingin mengambil baju Anda, asal Anda berikan baju itu, ia sudah merasa puas. Tetapi Tuhanlah yang menyuruh Anda memberikan juga jubah Anda kepadanya. Ada lagi orang yang memaksa Anda berjalan sejauh satu mil, tetapi Tuhan yang memaksa Anda berjalan bersamanya sejauh dua mil. Kita harus tahu, pipi kiri, jubah dan dua mil, semua adalah permintaan Tuhan, bukan permintaan manusia. Kalau kita menolak masalah pipi kiri, jubah dan dua mil, berarti kita menolak Tuhan, sebab itu adalah permintaan Tuhan, bukan permintaan manusia.

Ingatlah, kalau Anda mengatakan orang itu kurang ajar, Tuhan lebih—lebih kurang ajar. Jika mengambil baju Anda itu kurang ajar terlebih pula mengambil jubah Anda. Jika pipi kanan tidak seharusnya ditampar terlebih pula pipi kiri. Jika berjalan sejauh satu mil tidak beralasan, terlebih pula berjalan sejauh dua mil. Namun itu adalah permintaan Tuhan. Jadi, permintaan Tuhan lebih hebat daripada orang yang kurang ajar itu. Tiada seorang yang “kekurang-ajarannya” lebih hebat daripada permintaan Tuhan.

Mengapa bisa demikian? Karena Tuhan tahu,bahwa hayat yang Ia karuniakan kepada kita adalah hayat yang melampaui. Hayat ini akan merasa tidak enak dan tidak gembira jika ia tidak melampaui. Hayat ini akan semakin menyatakan kekuatannya bila semakin dipersulit, dihina atau dirugikan.

Demikianlah orang Kristen. Ia tidak saja tidak marah atau kesal, tidak saja tidak memaksa diri untuk bersabar hati, bahkan ia dapat melampaui/mengungguli segala-galanya. Anda memaksa aku berjalan sejauh satu mil, aku dapat berjalan bersama Anda sejauh dua mil. Anda ingin mengambil bajuku, aku dapat memberikan jubahku kepada Anda. Anda ingin menampar pipi kananku, aku dapat memberikan pipi kiriku pula. Hayat itu unggul dan dapat membubung tinggi. Itulah reaksi kaum imani. Jika tidak demikian, perbuatan kita akan tidak sepadan dengan perbuatan seorang Kristen.

IX. INILAH KASIH KARUNIA
ANAK-ANAK ALLAH

Orang yang tidak mengerti Alkitab akan menganggap ajaran-ajaran dalam Matins 5, 6 dan 7 sebagai hukum Taurat. Padahal itu bukan hukum Taurat, melainkan kasih karunia. Mata, ganti mata, gigi ganti gigi itulah hukum Taurat. Apa artinya kasih karunia? Kasih karunia berarti memberikan sesuatu kepada orang yang tak layak menerima. Pipi kanan, baju dan satu mil sudah merupakan kasih karunia, sebab tak seharusnya diperoleh orang itu. Tetapi berhubung hayat yang di dalam kita mengungguli segala-galanya, dan perkara-perkara itu tak berdaya menjamah kita, maka tidak saja kita dapat berjalan sejauh satu mil, bahkan bisa berjalan bersamanya sejauh dua mil; tidak saja memberikan baju, jubah pun bisa kita berikan; tidak saja pipi kanan, bahkan bisa memberikan pipi kiri. Itu berarti kasih karunia ditambah kasih karunia. Namun ini bukan kasih karunia Allah, melainkan kasih karunia anak-anak Allah. Dan inilah perbuatan yang dilakukan anak-anak Allah dalam meneladani Allah Sang kasih karunia. Allah memberikan kepada manusia apa yang tak layak diterimanya. Kita pun memberikan apa yang tak layak diterima orang, bahkan lebih banyak daripada apa yang tak layak diterimanya itu.

X. ALLAH MEMPERBESAR KAPASITAS
KITA MELALUI REAKSI-REAKSI INI

Mengapa kita harus melaksanakan ajaran-ajaran di atas bukit? Itu tak lain untuk memperbesar kapasitas kita. Melalui reaksi-reaksi itu Allah memperbesar kapasitas kita. Banyak perkara yang kita anggap mustika di atas diri kita, tetapi bila kita hidup dalam ajaran-ajaran di atas bukit, semua itu akan dikupas oleh Allah. Baju diambil, jubah juga diambil; sekali lagi baju diambil, jubah pun diambil. Dengan demikian Anda akan menjadi semakin besar; Anda akan lebih besar beberapa kali lipat daripada baju atau jubah Anda.

Banyak orang justru hanya sekecil pakaiannya. Sehelai baju saja sudah menjamahnya, sehingga ia marah-marah; sehelai baju saja sudah cukup membuatnya kehilangan martabat orang Kristen. Ah, di mana-mana kita selalu menjumpai orang yang kerdil.

Sebenarnya orang Kristen bisa terus bertambah besar, sebab Allah telah mengaruniakan satu hayat yang besar kepadanya. Sehelai baju dapat diberikan, seratus helai baju pun dapat diberikan. Orang memaksa Anda berjalan sejauh satu mil, Anda sanggup. Orang memaksa Anda berjalan dua mil Anda dapat melakukan. Dengan demikianlah Anda diperbesar oleh Allah.

Memang pipi manusia sangat penting, dipermalukan atau dihina memang sukar diterima. Banyak orang mau memberikan semua bajunya kepada orang lain, tetapi tidak mau ditampar dan dihina. Dikatai dengan perkataan yang sangat menghina adalah sesuatu yang sukar diterima. Tetapi di sini ada seorang yang ditampar, tidak saja ia sabar, bahkan menerimanya dengan senang hati. Kalau Anda memberikan lagi pipi kiri Anda, Anda akan diperbesar. Kita akan diperbesar melalui perkara-perkara yang tidak beralasan itu.

Tekad Anda sebenarnya sangat keras dan kuat. Tetapi hari ini jika Anda rela tunduk dan menerima aniaya, mau dipaksa berjalan sejauh dua mil, niscaya Anda akan menjadi semakin besar.

Selama tahun-tahun ini, aku selalu berjumpa dengan orang-orang yang kerdil. Dalam gereja aku juga tidak banyak menjumpai orang yang besar. Kuharap saudara-saudari yang baru beriman sudah menempuh jalan ini sejak awal. Memiliki reaksi yang sesuai dengan hayat Allah, yaitu melampaui. Inilah syarat utama untuk mencapai pertumbuhan. Jika kalian dapat senantiasa bereaksi sesuai dengan hayat Allah yang melampaui itu, kalian pasti semakin diperbesar. Benda-benda material tidak dapat membatasi Anda, penghinaan tidak dapat membatasi Anda, bahkan tekad Anda yang keras itu pun tidak dapat membatasi Anda. Anda akan bertumbuh terus. Jika tidak demikian, gereja akan dipenuhi oleh manusia yang kerdil.

XI. KEMENANGAN ORANG KRISTEN
BERSIFAT MELAMPAUI

Aku tidak mengatakan berjalan sejauh dua mil sudah cukup. Berjalan sejauh dua mil adalah satu prinsip, memberikan pipi kiri juga satu prinsip, yakni prinsip melampaui.

Apakah arti melampaui? Melampaui berarti berada di atas segala urusan atau perkara. Kalau ada orang menampar pipi kanan Anda, dan Anda teringat akan ajaran Matius 5, lalu Anda berkata kepada diri sendiri, “Aku mau memaksa diriku untuk ditampar; kalau ia ingin mengambil bajuku, aku mau memaksa diriku memberikan jubahku kepadanya; kalau ia memaksaku berjalan sejauh satu mil, akupun mau memaksa diriku berjalan bersamanya sejauh dua mil.” Kalau Anda berbuat demikian, itu tidak berguna. Itu berarti Anda tidak melampaui, tidak membubung tinggi. Siapakah yang dapat membiarkan pipi kirinya ditampar orang? Saat aku dihina orang, Tuhan mengaruniakan satu hayat yang kaya kepadaku, karena itu aku dapat bereaksi melampaui. Orang Kristen selamanya tidak terpaksa, reaksi orang Kristen selamanya tidak sekedar cukup saja.

Aku pernah mendengar seorang saudari berkata, “Aku hampir marah!” Ketika ia berkata demikian, ia seolah-olah merasa dirinya telah menang. Ketahuilah, itu sebenarnya bukan reaksi orang Kristen. Reaksi orang Kristen seharusnya dapat mengatakan, aku masih mempunyai banyak, sekali lagi pun masih tak mengapa. Itulah artinya dua mil. Ada orang berbuat jahat terhadap Anda, itulah pipi kanan. Tetapi kalau Anda dapat memberikan lebih banyak, sehingga Anda menang di hadapan Allah, itulah pipi kiri, dan itu berarti sempurna. Jadi pipi kiri berarti berkelebihan. Keadaan kemenangan orang Kristen tidak sekedar menang saja, tetapi menang dengan berkelebihan. Orang Kristen harus selalu mempunyai banyak, hingga melampaui apa yang dideritanya. Jadi, kemenangan orang Kristen sama sekali tidaklah terpaksa, kemenangan orang Kristen bukan dengan mengertakan gigi, atau melaIui beralasan. Kemenangan orang Kristen diperoleh secara wajar. Semoga Tuhan sekali demi sekali makin memperbesar kita, sehingga, kita dapat menyatakan kasih karunia anak-anak Allah.

XII. REAKSI KITA BERTUJUAN MENAMBAH PEKERJAAN TUHAN

Mengapa ketika orang menampar pipi kanan kita, kita harus memberikan pipi kiri kita? Itu karena ketika Tuhan melalui tangan orang. lain mendera kita, kita tak mau mengurangi pekerjaan itu, malahan mau menambahkannya. Tuhan memperluas kapasitas kita melalui tangan orang lain, agar kita bertumbuh. Tangan itu bekerja hingga ke pipi kananku, maka aku menambahkannya dengan pipi kiriku. Reaksiku tidak saja tidak melawan pekerjaan Tuhan yang dilakukan lewat tangan orang lain, bahkan aku ingin menambah pekerjaan Tuhan itu. Dengan kata lain, Tuhan menampar aku, aku pun menampar diriku sendiri; Tuhan menanggulangi aku, aku pun menanggulangi diriku sendiri. Orang menampar pipi kananku, aku pun seolah-olah bersatu dengan dia menampar diriku sendiri. Aku tidak memihak kepada diri sendiri untuk melawan orang yang menampar aku, melainkan berdiri di pihak orang yang menampar aku itu. Aku merasa tak cukup ditampar sekali, aku ingin menambahkan sekali lagi. Tuhan menanggulangi aku, aku pun menanggulangi diriku sendiri.

Tatkala tangan Tuhan menimpa diriku, aku pun berdoa, mohon agar tangan Tuhan menimpa diriku. Kalau kerugianku sudah mencapai titik terakhir, aku tak dapat menderita kerugian itu lagi; kalau aku telah mati total, aku tak mungkin mati lagi. Sebaliknya kalau aku masih bisa mati, berarti aku masih tak cukup mati; kalau aku masih bisa dirugikan berarti aku masih tak cukup dirugikan. Aku mau tangan Tuhan menimpa diriku, aku tak mau mengurangi pekerjaan tangan Tuhan di atas diriku.

Jika Anda dapat memihak Tuhan sedemikian rupa dalam hal menanggulangi diri sendiri, Anda pasti tidak memiliki rasa dendam sedikit pun terhadap orang lain. Permintaan manusia tidak mungkin lebih hebat daripada permintaan Tuhan. Permintaan manusia yang hebat pun tidak akan lebih dari satu mil, tetapi permintaan Tuhan adalah dua mil. Orang memaksa aku paling banyak hanya sejauh satu mil, tetapi aku harus memberinya lebih banyak, aku harus menambahkannya. Dengan sekuat tenagaku, aku harus menambahkan apa yang telah dikerjakan Tuhan.

XIII. HARUS BERDIRI TEGUH DI ATAS KEDUDUKAN ORANG KRISTEN

Aku ingin bertanya kepada kalian, siapakah yang beruntung, orang yang menampar atau orang yang ditampar? Apakah Anda mendambakan jalan orang lain? Apakah kalau orang lain menjadi penampar, Anda juga ingin menjadi penampar? Ketahuilah, orang yang menampar bukan orang Kristen, orang yang ditampar juga bukan orang Kristen, hanya orang yang rela ditampar bahkan memberi pipi kirinya, ialah orang Kristen.

Jika hari ini ada seorang saudara memukul Anda, tahukah Anda apakah yang ia berikan kepada Anda? Ia memberi Anda satu kesempatan yang besar, agar Anda dapat menjadi orang Kristen sebaik-baiknya. Ia menampar aku, berarti ia menghargai aku, den memberi satu kesempatan kepadaku agar aku dapat menjadi orang Kristen.

Ingatlah, di dunia ini, semua orang Kristen yang menampar orang lain, telah kehilangan martabat mereka sebagai orang Kristen. Janganlah kita mau menjadi orang-orang yang membuang kedudukan sebagai orang Kristen. Tiap kali orang menyusahkan Anda atau menuntut Anda,semua itu merupakan satu kesempatan agar Anda bisa menjadi orang Kristen. Seolah-olah ia berkata kepada Anda, “Saudara, aku tak mau menjadi orang Kristen, Anda saja yang menjadi orang Kristen!” Memang demikianlah rasanya.

Andaikata ada seorang saudara mengingini uang atau baju Anda, hal itu tak beda dengan ia mengatakan kepada Anda, “Hari ini aku tak mau menjadi orang Kristen, biarlah Anda yang menjadi orang Kristen!” Ia telah mengundurkan diri dari kedudukan orang Kristen dan meletakkan Anda di atas kedudukan orang Kristen. Tidakkah Anda seharusnya bersyukur kepada Allah? Anda harus berkata, “Ya Allah, puji syukur kepadaMu, Kau telah meletakkan aku di atas kedudukan orang Kristen, sungguh ini kasih karuniaMu.” Saudara-saudari, kita harus belajar merebut untuk berdiri di atas kedudukan orang Kristen.

Pernah suatu kali aku mengadakan transaksi dalam suatu hal dengan seorang saudara, sebenarnya aku tidak berhutang kepadanya. Aku tak begitu ingat jumlah yang ia inginkan, kira-kira 68.000 Yuan. Reaksiku yang pertama, dalam hati merasa gusar. Aku merasa ia tak punya aturan sama sekali, bagaimana orang demikian bisa menjadi orang Kristen? Perbuatannya itu sangat tidak benar. Seorang yang adil tak mungkin mau uang itu. Tetapi reaksiku yang kedua, hatiku merasa gembira. Meskipun ia tidak benar, aku tetap dengan senang memberikan uang itu kepadanya. Aku bertanya kepadanya, “Saudara, benarkah Anda mengingini uang itu?” Jawabnya, “Aku mau.” Pada saat itu juga Tuhan memberi aku satu perkataan, “Ia memberi kamu satu kesempatan untuk menjadi orang Kristen”. Itulah kali pertama Tuhan mengatakan perkataan ini kepadaku. Aku segera berkata, “Baiklah!” Kemudian aku menyiapkan uang itu dan memberikan kepadanya.

Sejak hari itu aku memperoleh satu pelajaran. Ketika orang berbuat begitu, berarti ia mengundurkan diri dari kedudukannya sebagai orang Kristen. Tetapi ketika orang berbuat begitu dan aku juga berbuat begitu sehingga mengundurkan diri dari kedudukanku sebagai orang Kristen, itu adalah perkara yang paling memalukan dan patut disayangkan. Kita harus menyadari bahwa melalui perbuatan itu Tuhan meletakkan kita di atas satu kedudukan, agar kita berkesempatan menjadi orang Kristen. Kita harus berkata, “Tuhan, aku senang sekali bisa menjadi orang Kristen”. Kerugian apapun yang kita derita tidak mungkin lebih besar daripada tidak menjadi orang Kristen. Ditampar, dirugikan, dihina atau kehilangan kebebasan, semua itu merupakan kerugian yang besar. Tetapi ketahuilah, Tuhan telah mempercayai Anda dan menyuruh Anda menyatakan kasih karunia dan kelapanganNya, jika Anda tidak melakukannya, itu barulah suatu kerugian yang paling besar.

Mungkin orang berkata, seorang yang menampar orang lain adalah orang yang perkasa. Tetapi aku berkata, orang yang ditampar tetapi tidak membalas barulah orang yang perkasa. Orang yang tak dapat mengekang amarahnya sendiri adalah orang yang lemah; orang yang dapat mengekang amarahnya sendiri barulah orang yang perkasa. Kita harus belajar mengenal nilai rohani di hadapan Allah, jangan hanya mengenal nilai dunia saja. Jangan hanya memiliki pandangan dunia, tetapi harus memiliki pandangan rohani.

Aku harap saudara-saudari yang baru beriman, sejak awal sudah nampak bagaimana reaksi orang Kristen. Sejak awal jalan ini harus lurus, jangan setelah lewat tiga, lima, atau sepuluh tahun baru Anda menempuh jalan ini. Dan jangan sekali-kali menganggap ajaran di atas bukit ini dalam. Tidak seharusnya seorang Kristen setelah lama percaya Tuhan, baru mempelajari ajaran ini. Ajaran ini adalah ajaran yang pertama. Ajaran ini berada di pintu gerbang, bukan setelah kita maju beberapa tahun baru kelihatan. Ajaran di atas bukit merupakan reaksi yang minimal, dan merupakan reaksi dari sifat orang Kristen. Begitu seseorang percaya Tuhan Yesus, sudah seharusnya ia memiliki reaksi yang demikian, dengan sendirinya ia mempunyai keadaan semacam itu. Ketika Anda berjalan sejauh dua mil, hati Anda merasa gembira. Ya, hanya dengan berbuat demikian barulah batin Anda merasa nyaman dan senang. Hayat ini perlu mengalami penganiayaan, penghinaan dan penyiksaan. Semakin hebat aniaya itu, semakin hebat pula pernyataan kekuatan hayat Allah.

XIV. DUA HAL MENGENAI REAKSI HAYAT

Terakhir, ada dua perkara tentang reaksi hayat yang harus secara khusus kita perhatikan.

Pertama, setiap hari kita harus berdoa, agar Tuhan menyelamatkan kita dari pencobaan dan si jahat, karena menurut pandangan manusia, kita tak mungkin hidup di bumi menurut prinsip ini. Reaksi yang dikehendaki Tuhan ini, tak mampu kita miliki di dalam dunia ini. Jika Anda berbuat menurut prinsip ini, beberapa kali saja segala milik Anda akan habis. Maka dalam ajaran di atas bukit itu, Tuhan mengajar kita berdoa, mohon Tuhan tidak membawa kita ke dalam pencobaan dan melepaskan kita dari si jahat. Hanya dengan lindungan Tuhan, kita dapat hidup di dunia ini; tanpa lindungan Tuhan, kita tak dapat hidup walau sehari pun. Maka kita tak dapat tidak mempunyai doa yang demikian. Kalau Anda tidak mau menempuh penghidupan ini, kalau Anda tidak mau mempunyai reaksi ini, semua itu tak perlu dikata. Tetapi bila Anda ingin hidup bersandar hayat Allah, Anda tak dapat tidak berdoa demikian, bahkan doa itu harus Anda lakukan setiap hari.

Jangan memberitahu prinsip penghidupan orang Kristen kepada orang yang tak percaya atau kepada orang Kristen gadungan. Itulah yang Tuhan katakan dalam Matius 7:1, “Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi.” Anjing dan babi adalah hewan yang haram. Anjing mewakili segala yang jahat, ganas dan kotor. Babi mewakili orang Kristen gadungan yang tanpa hayat, sebab di luarnya berkuku belah, tetapi di dalamnya tidak memamah biak; hanya lahirnya saja orang Kristen, tetapi dalam batinnya bukan orang Kristen. Jadi, perkataan ini tidak boleh diberitahukan kepada mereka. Kalau Anda mengatakannya, Anda akan menyusahkan diri Anda sendiri. Ia akan berkata kepada Anda, “Kalau begitu berikanlah pipi kirimu, rasakan tamparanku sekali lagi.” Jadi kalau Anda memberitahukan ajaran ini kepada mereka, Anda hanya akan merepotkan diri sendiri. Sebab itu kita harus berdoa agar kita terhindar dari kesukaran dan pencobaan.

Kedua, kita wajib memelihara kedudukan orang Kristen. Kita sendiri jangan sengaja mencari kesukaran, tetapi di bawah izin atau pengaturan Allah, dan di bawah pengawasan Roh Kudus, bila kita menjumpai perkara-perkara serupa itu, entah itu dari tangan orang yang percaya, atau dari tangan orang kafir, kita harus memiliki reaksi yang wajar dan tak boleh mundur ke belakang.

Hayat orang Kristen memang demikian ajaib. Semakin Anda teraniaya, susah dan tidak beralasan, Anda akan semakin bersukacita di hadapan Allah. Inilah jalan sukacita kita. Andaikata hari ini aku menampar pipi kanan seorang saudara, dan ia segera memberikan pipi kirinya, mungkin aku akan merasa tidak enak selama satu bulan. Itulah hal yang paling tidak menggembirakan.

Setiap orang Kristen di bumi ini tak dapat melakukan perkara yang hanya menguntungkan diri sendiri. Kalau Anda sekali melakukan perkara yang hanya menguntungkan diri sendiri, Anda minimal akan menderita kerugian waktu satu bulan di hadapan Allah, tidak dapat bangun. Keuntungan di bumi sebenarnya paling tidak menguntungkan. Lebih baik Anda ditampar orang, tetapi begitu pulang ke rumah, Anda bisa enak tidur, enak makan dan bisa menyanyi dengan girang; Anda mendaki gunung dan akan melihat bulan bersinar sangat terang. Jangan sekali-kali mengira kalau kita melakukan sesuatu yang hanya menguntungkan diri sendiri barulah berarti menguntungkan. Aku percaya, jika reaksi kita benar, jalan kita pun akan benar; jika reaksi kita benar, prinsip penghidupan kita pun akan benar.

42 || PUJI-PUJIAN

PUJI-PUJIAN 

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

“Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel”

Mazmur 22:4

“Aku hendak memuliakan Tuhan selama aku hidup, dan bermazmur bagi Allahku selagi aku ada”

 Mazmur 146:2

Pembacaan Alkitab :
Mazmur 22:4; 146:2
lbrani 13:15
Mazmur 106:47,12; 50:23

Memuji adalah pekerjaan anak-anak Allah yang tertinggi, atau pernyataan hidup rohani kaum saleh yang tertinggi. Takhta Allah adalah titik tertinggi bagi Allah dalam alam semesta, namun Allah “bertakhta di atas puji-pujian Israel.” Nama Allah, diri Allah, dijunjung tinggi dan diagungkan karena puji-pujian.

Dalam Mazmur, Daud mengatakan bahwa ia sendiri berdoa tiga kali sehari kepada Allah (Mzm.55:18), ia pun mengatakan ia sendiri memuji-muji Allah tujuh kali sehari (Mzm.119:164). Daud digerakkan Roh Kudus, ia mengakui bahwa puji-pujian adalah perkara yang amat penting. Kalau berdoa ia lakukan tiga kali sehari, tapi memuji tujuh kali sehari. Tidak saja demikian, ia bahkan memerintahkan orang-orang Lewi menyanyikan syukur dan puji-pujian di hadapan tabut Allah dengan memainkan gambus dan kecapi (I Taw.16:4-6). Tatkala Salomo selesai membangun bait Allah, ada orang-orang Lewi berdiri di sebelah mezbah dengan ceracap, gambus dan kecapi serta nafiri, serentak memperdengarkan paduan suara untuk menyanyikan puji-pujian dan syukur kepada Tuhan. Saat itu kemuliaan Tuhan memenuhi rumah Allah (II Taw.5:12-14). Daud dan Salomo telah menjamah hasrat hati Allah, yakni mempersembahkan puji-pujian yang diperkenan Allah. Allah bertakhta di atas puji-pujian Israel. Kita pun wajib memuji-muji Tuhan seumur hidup kita; kita wajib menyanyikan puji syukur kita kepada Allah kita.

I. KORBAN PUJI-PUJIAN

Dalam Alkitab, puji-pujian sangat diperhatikan, pun sangat banyak. Teristimewa dalam kitab Mazmur, kata-kata puji-pujian memenuhi seluruh kitab tersebut. Maka kitab Mazmur merupakan sejilid kitab puji-pujian dalam Perjanjian Lama. Banyak sekali puji-pujian kaum saleh yang mengutip kitab Mazmur.

Namun harus kita perhatikan, kitab Mazmur tidak saja memuat puji-pujian, juga memuat keluhan-keluhan penderitaan. Allah sengaja menunjukkan kepada kita, bahwa orang yang memuji itu telah dipimpin Allah melewati kesesakan dan kesulitan yang membuat perasaan mereka terluka. Kita nampak banyak kaum saleh dipimpin Allah memasuki jurang yang gelap, terbuang, terfitnah dan teraniaya — “Segala gelora dan gelombang-Mu bergulung melingkupi aku” (Mzm.42:8), dan di atas diri mereka Allah beroleh puji-pujian. Jadi, kata-kata puji-pujian bukan hanya keluar dari mulut mereka yang hidupnya enak den lancar, lebih-lebih dari mereka yang menderita ganjaran dan ujian. Dalam Mazmur kita dapat menjamah perasaan-perasaan yang terluka, dan dalam Mazmur pula terdapat gema puji-pujian yang terbesar dan tertinggi. Ketika umat Allah mengalami banyak kesesakan, kesukaran dan fitnahan, saat itulah Allah menciptakan puji-pujian di atas diri mereka, agar dalam situasi seperti itu mereka di hadapan Allah dapat belajar menjadi pemuji-pemuji Allah.

Maka bukan orang yang merasa paling gembira yang suara puji-pujiannya paling nyaring; orang yang suara puji-pujiannya paling nyaring sering kali justru adalah mereka yang mengalami kesukaran. Dan justru puji-pujian semacam ini yang paling, diperkenan Allah dan paling diberkati Allah. Allah tidak hanya menginginkan kita memuji-mujiNya dari atas gunung yang tinggi sambil memandang negeri Kanaan, tempat yang dijanjikan Allah, tetapi Ia lebih-lebih menginginkan kita juga dapat mengarang mazmur dan memuji-mujiNya tatkala kita melalui “lembah bayang-bayang maut.” Yang terakhir inilah baru puji-pujian yang sejati.

Ini menunjukkan kepada kita bagaimana sifat puji-pujian di hadapan Allah. Sifatnya ialah sebagai suatu korban. Dengan kata lain, puji-pujian berasal dari kesesakan dan kesukaran. Ibrani 13:15 mengatakan, “Sebab itu marilah kita; oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban puji syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan namaNya.” Apa artinya korban? Korban berarti ada kematian dan kerugian. Orang yang mempersembahkan korban harus menderita kerugian baru ia dapat mempersembahkan korban.

Seekor lembu atau kambing asalnya kepunyaan anda, jika hari ini anda persembahkan, berarti anda mengorbankan seekor lembu atau kambing. Mempersembahkan korban bukan berarti beroleh apa-apa, melainkan kehilangan sesuatu. Maka tatkala kaum saleh mempersembahkan puji-pujian, berarti kehilangan sesuatu demi mempersembahkan suatu korban kepada Allah. Dengan kata lain, Allah akan melukai anda, Allah akan menggiling atau mengiris anda lebih dalam, sehingga anda dapat datang memuji-mujiNya. Nah, perbuatan yang demikian — diri anda sendiri terluka, Allah beroleh puji-pujian — itulah satu korban. Allah berkenan kepada orang yang memujiNya sedemikian; Allah suka bertakhta di atas puji-pujian yang sedemikian. Bagaimanakah puji-pujian yang ingin diperoleh Allah? Ia ingin beroleh puji-pujian melalui penderitaan kerugian anak-anakNya, bukan karena mereka telah mendapatkan sesuatu. Walaupun puji-pujian yang dipanjatkan karena telah mendapatkan sesuatu juga disebut puji-pujian, tetapi itu bukan suatu korban. Prinsip korban ialah berdasarkan kerugian. Korban tak dapat tidak mengandung anti kerugian. Allah menghendaki meskipun kita menderita kerugian, namun tetap dapat memuji. Itulah artinya korban.

Kita tidak saja harus berdoa di hadapan Allah, juga harus belajar menjadi pemuji. Pada mula pertama anda menjadi orang kristen, anda sudah harus menyadari pentingnya hal memuji Allah. Anda harus senantiasa memuji Allah. Daud dikaruniai Allah, ia dapat memuji Allah tujuh kali sehari. Jika kita dapat memuji Allah dari hari ke hari, itu suatu pelajaran dan latihan rohani yang baik sekali. Anda wajib belajar bangun pagi-pagi untuk memuji Tuhan. Dalam menghadapi urusan, dalam bersidang atau ketika seorang diri, haruslah memuji Allah tujuh kali sehari, jangan sampai lebih sedikit daripada Daud. Bila anda tidak belajar memuji Allah setiap hari, anda akan sukar memiliki korban puji-pujian seperti yang tercantum dalam Ibrani 13 tadi.

Ketika anda di hadapan Allah belajar memuji, pada suatu hari anda akan menemukan bahwa anda merasa sukar untuk memuji. Mungkin hari ini anda dapat memuji tujuh kali sehari, kemarin, kemarin dulu minggu lalu, atau bulan lalu, anda masih dapat memuji Allah, tapi pada suatu hari anda tak dapat. Sebab hari itu anda merasa sakit, anda merasa gelap-gulita, dirundung malang, disalahkan tanpa alasan, atau difitnah orang. Anda merasa untuk menangis Saja tidak ada waktu, apalagi memuji Tuhan! Pada hari itu, puji-pujian anda tidak bisa terucapkan karena kesakitan, kesesakan dan luka-luka; anda merasa tanggapan anda yang lebih wajar bukan memuji tapi menggerutu, bukan bersyukur tapi mengeluh. Anda tidak merasa ingin memuji, anda pun tidak berniat untuk memuji. Anda merasa situasi sekeliling dan kondisi batin yang semacam itu sama sekali tidak sesuai dengan puji-pujian. Nah, justru pada saat itulah anda harus ingat, bahwa takhta Allah tidak pernah berubah, nama dan kemuliaanNya pun tidak pernah berubah, maka anda harus memujiNya, sebab Ia patut mendapat puji-pujian. Anda patut bersyukur kepadaNya, sebab Ia patut mendapat ucapan syukur.

Meskipun anda tertimpa kesukaran, Ia tetap patut dipuji; meskipun anda kekurangan, anda tetap harus memujiNya. Pada saat itulah puji-pujian anda akan menjadi korban puji-pujian. Puji-pujian anda laksana menyembelih seekor lembu anda yang tambun, dan laksana mengikat Ishak anda yang tercinta di atas mezbah. Anda memuji sambil mengucurkan air mata, itulah artinya korban puji—pujian. Apa artinya korban? Korban berarti terluka, dimatikan dan dirugikan. Bila anda di hadapan Allah terluka, mati dan menderita kerugian, pada saat itulah anda nampak takhta Allah teguh di sorga, tanpa tergoncangkan, dan anda harus memuji Allah. Itulah korban puji-pujian. Allah berkenan bila anak-anakNya dalam berbagai urusan dan situasi memuji-mujiNya dengan sebaik-baiknya.

II. PUJI-PUJIAN DAN KEMENANGAN

Kita tidak saja harus menyadari, bahwa puji-pujian itu suatu korban, kita pun harus menyadari bahwa puji-pujian merupakan Cara untuk beroleh kemenangan dalam peperangan rohani. Kita sering mendengar orang mengatakan, bahwa Iblis paling takut kepada doa anak-anak Allah, kapankala anak-anak Allah berlutut berdoa, pada saat itu juga Iblis melarikan diri. Karenanya Iblis senantiasa mengganggu anak-anak Allah, sehingga mereka tak dapat berdoa. Namun gangguan itu adalah gangguan yang biasa dan umum. Di sini kita akan mengatakan, bahwa yang paling diganggu Iblis bukanlah doa, melainkan puji-pujian. Bukan Iblis tidak menganggu doa, begitu orang Kristen berdoa, Iblis segera datang mengganggu. Karena itu, berbicara dengan orang sangat mudah, tapi berdoa sangat sukar.

Iblis sering mempersulit anda, sehingga anda merasa tidak mudah untuk berdoa, ini memang satu fakta. Akan tetapi, Iblis tidak saja mengganggu doa, ia lebih-lebih mengganggu puji-pujian dari anak-anak Allah. Yang paling diharap-harap Iblis ialah puji—pujian kita tersumbat. Kalau berdoa seringkali merupakan peperangan, maka memuji adalah kemenangan. Berdoa adalah peperangan rohani, sedangkan memuji adalah memegahkan kemenangan rohani. Kapankala kita bisa memuji, pada waktu itu pula Iblis pasti lari. Sebab itu puji-pujian paling dibenci Iblis. Jika mungkin, ia akan berusaha sekuat tenaga untuk membuat kita tak dapat memuji. Bila anak-anak Allah sedang bodoh, ia akan melihat kondisi, situasi dan perasaan dirinya sendiri, sehingga ia berhenti memuji. Tetapi bila anak-anak Allah semakin mengenal Allah, ia akan semakin nampak, bahwa penjara Filipi pun bisa menjadi tempat untuk memuji (Kis.16:25). Paulus dan Silas memuji—muji Allah dalam penjara itu, akhirnya pintu-pintu penjara terbuka semuanya.

Dalam Kisah Para Rasul pernah terjadi dua kali peristiwa terbukanya pintu penjara. Pertama terjadi pada diri Petrus, kedua pada diri Paulus. Yang pertama ialah gereja berdoa dengan tekun bagi Petrus, lalu malaikat datang membukakan pintu penjara dan membawanya keluar (Kis.12:3-12). Kedua ialah ketika Paulus dan Silas menyanyi memuji Tuhan di dalam penjara, sehingga pintu penjara terbuka, rantai-rantai pun terlucut, dan si kepala penjara beserta keluarganya pada hari itu juga percaya Tuhan dan diselamatkan dengan sukacita (Kis.16:19-34). Ada orang mempersembahkan korban puji-pujian dalam penjara.

Bilur-bilur di tubuh mereka masih belum sembuh, rasa nyeri pun belum berlalu, bahkan. kedua kaki mereka masih terpasung; mungkinkah ada kegembiraan di dalam penjara Roma? Mana mungkin orang bisa berkidung di situ? Akan tetapi, di situ ada dua orang yang rohnya membubung tinggi melampaui segalanya, dan nampak bahwa Allah yang bertakhta di sorga tidak berubah. Walau mereka bisa berubah; situasi dan kondisi mereka bisa berubah, perasaan mereka bisa berubah, tubuh jasmani mereka pun sedang menderita sengsara, namun Allah tetap duduk di atas takhta, Ia tetap patut menerima puji-pujian mereka. Di sanalah Paulus dan Silas, kedua saudara kita mengangkat suara berdoa dan menyanyikan kidung puji-pujian kepada Allah. Puji-pujian yang sedemikian berasal dari kesukaran dan kerugian mereka; itulah artinya korban puji-pujian. Puji-pujian yang sedemikian berarti kemenangan.

Ketika anda berdoa, anda terlibat dalam peristiwa itu, tetapi ketika anda memuji, anda telah melampaui peristiwa atau kesulitan anda. Sewaktu kita berdoa dan bermohon dengan susah-payah, kita masih terkurung dalam problema itu. Semakin kita bermohon dengan susah-payah di hadapan Allah, kita nampak kita akan semakin terkekang oleh problema. Namun, jika kita dapat dibawa Allah melampaui penjara, rantai, bilur-bilur pada tubuh serta kepahitan atau keaiban itu, pada saat itu kita akan mendengungkan suara untuk memuji-muji Allah. Paulus dan Silas berkidung berarti menyanyikan puji-pujian di hadapan Allah; mereka dipimpin Allah demikian rupa, sehingga penjara, keaiban, kesukaran, semua tak menjadi soal, dan mereka dapat memuji-muji di hadapan Allah. Ketika mereka memuji sedemikian, maka pintu-pintu penjara terbuka, rantai-rantai lucut, bahkan si kepala penjara beroleh selamat.

Seringkali berdoa tidak berhasil, tetapi memuji berhasil. Ini merupakan satu prinsip yang mendasar. Jika anda tidak bisa berdoa, mengapa tidak memuji saja? Tuhan menaruh satu benda yang lain ke dalam tangan kita, agar kita dapat menang, dapat bermegah karena menang. Apabila anda tak kuat berdoa, sebab tekanan dalam roh terlalu berat, merasa terluka parah, dan tak sanggup bernapas, cobalah memuji Dia. Kalau dapat berdoa, berdoalah; kalau tak dapat berdoa, memujilah saja. Kita selalu mengira bila pikulan kita berat, kita harus berdoa, tapi bila pikulan berat telah berlalu, barulah kita memuji. Namun ingatlah, adakalanya ketika pikulan kita terlalu berat sehingga kita tak dapat berdoa, kita harus memuji. Jangan menunggu pikulan kita lenyap dulu baru memuji, melainkan memujilah pada waktu merasa pikulan kita paling berat. Bila anda menjumpai masalah yang luar biasa, kesulitan sangat banyak, seolah-olah anda lumpuh sama sekali, dan anda kehilangan akal, pada saat itulah anda harus ingat satu perkataan, “Mengapa tidak belajar memuji?” Itulah kesempatan yang sangat baik. Jika anda pada saat itu memuji, Roh Allah pasti akan bekerja dan membawa anda sedemikian rupa, sehingga semua pintu akan terbuka, semua rantai akan terorak.

Kita wajib belajar mempertahankan roh yang super ini untuk mengungguli roh penyerang. Berdoa tidak selalu membuat kita menjamah takhta, tetapi memuji, kapan saja, pasti membuat kita menjamah takhta. Berdoa tidak tentu setiap kali membuat kita menang, tapi memuji, dari awal hingga akhir tidak pernah sekali pun gagal. Anak-anak Allah wajib membuka mulut memuji, bukan saja pada waktu tiada urusan, tiada perasaan dan tiada kesulitan, melainkan khususnya pada waktu ada kesulitan dan ada duka lara, saat itulah lebih-lebih harus memuji. Pada saat itu anda harus menengadahkan kepala, berkata, “Tuhan, aku memuji Dikau!” Anda mungkin mengucurkan air mata, namun mulut tetap boleh memuji; hati anda mungkin sedih dan luka, tapi roh tetap dapat memuji. Roh anda boleh memanjat setinggi apa yang anda puji; anda boleh membubung setinggi pujian anda.

Orang yang paling bodoh adalah orang yang menggerutu. Semakin ia menggerutu, semakin ia terkubur; semakin ia meronta-ronta, semakin ia terperosok; semakin ia membiarkan dirinya tertindih oleh kesulitan, semakin ia tak dapat bernafas. Banyak orang yang agak maju, mereka segera berdoa bila menjumpai kesulitan; mereka berjuang dan meronta-ronta agar dapat keluar dari kesulitan. Keadaan sekitar dan perasaan akan mengubur mereka, tetapi mereka tak sudi dikubur, mereka ingin dibebaskan melalui berdoa. Memang sering kali setelah berdoa dapat keluar, tapi sering juga seolah-olah doa tak dapat mengeluarkan mereka; mereka baru dapat dikeluarkan setelah mereka memuji. Maka hendaklah anda mempersembahkan korban puji-pujian. Letakkanlah diri anda pada posisi kemenangan, niscaya anda akan segera mengungguli segala sesuatu, kesulitan yang mana pun tak berdaya mengubur anda. Adakalanya seolah-olah ada sesuatu yang menekan anda, tapi begitu anda memuji, anda segera dibebaskan darinya.

Mari kita beta II Tawarikh 20:20-22 — “Keesokan harinya pagi- pagi mereka maju menuju padang gurun. Tekoa. Ketika mereka hendak berangkat, berdirilah Yosafat, dan berkata: Dengar, hai Yehuda den penduduk Yerusalem! Percayalah kepada Tuhan, Allahmu dan kamu akan tetap teguh! Percayalah kepada nabi-nabiNya, dan kamu akan berhasil!” Setelah ia berunding dengan rakyat, ia mengangkat orang-orang yang akan menyanyi nyanyian untuk Tuhan dan memuji Tuhan dalam pakaian kudus yang semarak pada waktu mereka keluar di muka orang-orang bersenjata, sambil berkata: “Nyanyikanlah nyanyian syukur bagi Tuhan, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya!” Ketika mereka mulai. bersorak-sorai dan menyanyikan nyanyian pujian, dibuat Tuhanlah penghadangan terhadap bani Amon dan Moab, dan orang-orang dari pegunungan Seir, yang hendak menyerang Yehuda, sehingga mereka terpukul kalah. “

Di sini terdapat suatu peperangan. Pada masa Yosafat menjadi raja Yehuda, masa itu menjelang akhir sejarah negara Yehuda, sebab mereka sangat lemah. Ketika orang Moab, orang Amon dan orang pegunungan Seir bangkit menyerang Yehuda, orang-orang Yahudi sangat putus asa, sebab mereka pasti akan dikalahkan. Yosafat adalah seorang raja kebangunan yang taat kepada Allah. Raja-raja Yehuda yang terakhir memang tidak sempurna, tetapi Yosafat masih tergolong orang yang mau Allah. Maka ia berkata kepada orang-orang Yehuda, bahwa mereka harus percaya kepada Allah. Apakah yang mereka perbuat? mereka mengangkat penyanyi-penyanyi untuk memuji Allah. Mereka diberi pakaian kudus dan berjalan di depan sambil memuji Allah, “Nyanyikanlah nyanyian syukur bagi Tuhan, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya.” Perhatikanlah kata berikutnya, “Ketika mereka mulai (kata “mulai” ini sangat mustika) bersorak-sorai dan menyanyikan nyanyian pujian, dibuat Tuhanlah penghadangan terhadap bani Amon dan Moab, dan orang-orang dari pegunungan Seir yang hendak menyerang Yehuda; sehingga mereka terpukul kalah.”

Kita nampak di sini tiada satu perkara yang dapat menggerakkan tangan Tuhan seperti puji-pujian. Bila anda ingin menyuruh Tuhan menggerakkan tanganNya, cara yang tercepat ialah memuji. Jangan salah mengerti, itu bukan berarti tidak perlu berdoa; kita sungguh perlu berdoa, bahkan perlu berdoa sebaik-baiknya setiap hari. Namun untuk mengatasi banyak masalah memerlukan puji-pujian.

Di sini kita nampak, bahwa kemenangan rohani bukan bersandar pada berperang, melainkan memuji. Maka kita wajib belajar memuji agar dapat menanklukkan Iblis. Mengalahkan Iblis tidak Saja melalui doa, tetapi juga melalui puji-pujian. Banyak orang mengira Iblis sangat ganas, sedangkan dirinya begitu lemah, karenanya mereka merasa perlu berjuang dan berdoa. Tapi di sini kita nampak satu prinsip yang khusus, kemenangan rohani bukan bersandar pada peperangan, melainkan memuji. Anak-anak Allah seringkali menghadapi satu pencobaan, yakni selalu merasa kesulitannya terlampau besar, dan selalu ingin berusaha menanggulanginya. Mereka memperhatikan cara atau akal, namun semakin mencari akal, semakin sulit mengatasinya. Dengan berbuat demikian, mereka seakan-akan berdiri pada posisi yang sejajar dengan Iblis; kedua pihak sama-sama berada di medan perang, mereka di sebelah sini, Iblis di sebelah sana, kalau demikian mereka pasti sulit mengalahkan musuh. Ini berbeda dengan II Tawarikh 20 tadi. Di sebelah sana ada bala tentara musuh, di sebelah sini ada orang—orang yang menyanyi nyanyian memuji Allah. Jika mereka bukan orang-orang yang percaya kepada Allah, mereka pasti adalah orang gila. Syukur kepada Allah, kita bukan orang gila, kita adalah orang-orang yang percaya kepada Allah.

Di antara anak-anak Allah banyak yang mengalami ujian hebat, bahkan sering mengalaminya. Tatkala ujian itu menghebat dan pergumulan mengganas, keadaannya mirip sekali dengan yang dihadapi Yosafat; seolah mereka menempuh jalan buntu. Di pihak sana kuat, di pihak sini lemah; kedua pihak tidak dapat dibandingkan. Mereka seolah-olah dilanda angin topan, kesulitannya teramat besar, sama sekali tak mampu mereka atasi. Pada saat demikian pikiran mereka mudah sekali memperhatikan kesulitan mereka, mata mereka pun khusus memandang kesulitan diri sendiri. Semakin mengalami ujian, semakin merasa dirinya betapa sulit. Saat ini adalah saat ujian yang terbesar; saat kita memandang diri sendiri dan memandang keadaan sekitar itulah saat ujian yang terbesar. Namun, tidaklah demikian bagi orang yang mengenal Allah. Semakin mengalami ujian, mereka akan semakin menengadah kepada Tuhan, dan semakin belajar memuji. Karenanya mata kita harus belajar tidak memandang diri sendiri, melainkan memandang Tuhan. Di sini juga anda harus menengadah dan berkata kepadaNya, “Tuhan, Dikau mengungguli segala-galanya, terpujilah Dikau!” Memuji dengan suara yang keras, yang mengalir dari perasaan yang terluka itulah korban puji-pujian yang disukai dan diperkenan Allah. Tatkala korban pujian ditujukan ke hadirat Allah, Iblis, musuh anda akan dikalahkan. Korban puji-pujian sangat bermanfaat di hadapan Allah. Bila anda mengeluarkan perasaan yang terbaik dari batin anda untuk memuji Allah, niscayalah anda akan berdiri teguh dan akan memperoleh kemenangan. Bila anda dapat memuji, anda akan nampak betapa besar jalan kemenangan yang anda tempuh.

Saudara saudari yang baru beriman, jangan mengira pelajaran memuji ini baru dapat kalian pelajari bila kalian sudah melalui beberapa tahun. Tidak. Ketahuilah, bahwa pelajaran memuji ini sudah dapat anda pelajari sejak mulanya. Setiap kali anda menjumpai kesulitan, anda harus mohon belas kasih Allah, jangan menggunakan akal atau kepintaran anda, melainkan harus belajar memuji. Banyak pergumulan yang dapat dimenangkan melalui puji-pujian. Sebaliknya, karena kekurangan memuji, anda akan tidak dapat beroleh kemenangan. Jika anda percaya kepada Allah, sekalipun anda dalam kesesakan, anda pun dapat berkata, “Tuhan, terpujilah namaMu, Dikau lebih tinggi, lebih perkasa, kasih setiaMu kekal adanya.” Barangsiapa yang memuji Allah, ia akan selalu melampaui segala sesuatu, ia pun dapat meraih kemenangan terus menerus melalui puji-pujian. Inilah satu prinsip, inilah suatu fakta.

III. IMAN MELAHIRKAN PUJI-PUJIAN

Perkataan dalam Mazmur 106:12 sangat mustika, “Ketika itu percayalah mereka kepada segala firmanNya, mereka menyanyikan puji-pujian kepadaNya.” Itulah keadaan bani Israel di padang gurun. Mereka percaya, mereka lalu menyanyikan puji-pujian. Puji-pujian mengandung satu elemen, yakni percaya. Anda tak dapat memuji tanpa alasan, anda tak dapat sembarangan mengatakan, “Aku bersyukur dan memuji kepada Tuhan.” Anda harus percaya dulu, barulah anda dapat memuji. Bila ada kesulitan, anda berdoa; bila ada dukacita, anda berdoa. Berdoa sampai sedemikian rupa, hati anda bisa percaya, setelah itu anda harus segera membuka mulut memuji. Ini suatu jalan yang hidup, bukan mengatakan dengan sembarangan.

Ketika seorang menghadapi satu urusan, ia senantiasa berdoa kepada Tuhan, tapi setelah batinnya memiliki sedikit iman, ia percaya kepada Allah, percaya kepada keagungan, kekuatan, kasih setia, kemuliaanNya, dan percaya bahwa Allah mau menyatakan kemuliaan-Nya, pada saat itulah ia harus mulai memuji. Jika seorang dalam batinnya telah percaya tapi tidak memuji, lambat atau cepat imannya akan lenyap. Hal ini terbukti dalam pengalaman kita. Kita berani mengatakan bahwa anda sudah beriman, maka anda harus memuji. Jika anda tidak memuji, sebentar lagi iman anda akan lenyap. Anda baru saja beroleh iman, tapi lewat sebentar saja iman anda akan lenyap. Karenanya kita wajib belajar memuji, mengeluarkan kata-kata pujian, yaitu harus memuji dengan membuka mulut. Jangan hanya berangan-angan untuk memuji, melainkan harus mengucapkan puji-pujian anda. Anda harus berdiri tegap dan memuji Allah di hadapan kesulitan dan Iblis, “Oh Tuhan, aku memuji Dikau!” Dari tanpa perasaan menuju sampai berperasaan, dari sedikit perasaan menuju sampai banyak perasaan, dan sedikit iman menuju sampai dipenuhi iman.

Bila kemuliaan Allah memenuhi mata anda, anda pasti bisa percaya; bila kemuliaan Allah memenuhi roh anda, anda pasti bisa memuji. Anda wajib menyadari, bahwa Allah itu unggul dari segala sesuatu, Ia patut menerima puji-pujian anda. Sewaktu anda memuji, Iblis akan lari tunggang langgang. Karena itu, adakalanya perlu berdoa, setelah berdoa sampai batin anda beriman dan merasa sudah- mantap, serta tahu bahwa Tuhan sudah mendengar doa anda, saat inilah anda harus memuji, “Tuhan, puji syukur kepadaMu, masalah ini sudah berlalu.” Jangan menunggu sampai urusan beres baru memuji, melainkan harus memuji ketika hati sudah beriman. Bukan setelah melihat musuh lari baru menyanyi, tetapi harus mengusirnya dengan nyanyian. Kita sungguh wajib belajar memuji karena percaya. Jika anda memuji Dia karena percaya, niscaya anda nampak musuh akan lari dengan kekalahan. Percaya dulu, baru dapat memuji. Dan harus percaya dan memuji dulu, kemudian baru ada kemenangan.

IV. PATUH MELAHIRKAN PUJI-PUJiAN

Kesulitan kita mungkin ada dua macam: Pertama ialah kesulitan dalam keadaan sekitar dan dalam urusan-urusan; seperti yang dialami Yosafat. Ini harus diatasi melalui puji-pujian. Kedua, yaitu kesulitan di dalam diri kita sendiri, misalkan ada orang mengucapkan perkataan yang melukai kita, atau menghina kita, atau memperlakukan kita tanpa alasan, yaitu menentang, membenci atau memfitnah kita sehingga batin kita tidak menerima. Inilah masalah kemenangan perorangan. Ada seorang saudara mengatai anda dengan kalimat yang tidak pada tempatnya, atau ada seorang saudari memberi anda perlakuan yang tidak sopan; sukar sekali anda atasi semua itu. Sekujur anda seolah meronta-ronta dan bergejolak; seluruh insan anda menggerutu. Anda merasa sulit sekali untuk mengampuni atau memaafkannya, dan sulit pula untuk mengatasi problema tersebut. Ketika anda tertuduh tanpa alasan, terfitnah, teraniaya dan merasa sukar untuk mengatasinya, saat itu anda berdoa tak banyak gunanya, menentang pun tak bisa, meronta-ronta pun tak dapat. Semakin anda menolak tekanan itu, semakin anda merasa tidak enak. Anda merasa alangkah sulitnya mengatasi problema itu. Anda harus ingat, ketika kesulitan-kesulitan pribadi itu semakin besar menimpa diri anda, itu bukan saatnya anda berdoa, melainkan memuji. Anda wajib menundukkan kepala, berkata kepada Tuhan, “Oh Tuhan, syukur kepadaMu. Apa yang Kau lakukan tidak salah. Semua itu aku terima dari tanganMu. Terima kasih Tuhan, semua itu kuterima, terpujilah Dikau!” Jika anda berbuat demikian, segala kesulitan anda akan berlalu.

Kemenangan bukan karena bergumul dengan daging sendiri, atau terus mencoba untuk mengampuni orang, melainkan menundukkan kepala memuji Tuhan, “Tuhan, kupuji jalanMu. Segala yang Kau atur tidak ada yang salah. Segala yang Kau perbuat, semua baik.” Ketika anda memuji Tuhan demikian, roh anda akan melampaui kesulitan dan perasaan luka di batin anda. Orang yang perasaannya terluka itulah orang yang kurang memuji,. ,Jika .anda di hadapan Tuhan dapat memuji, setiap perasaan luka akan berubah menjadi perasaan puji-pujian. Roh anda bisa memanjat sampai sangat tinggi, dan anda bisa berkata di hadapan Allah, “Puji syukur kepadaMu, ya Allah. Apa yang Kau perbuat tidak keliru.” Jalan yang sedemikianlah yang patut anda tempuh di hadapan Tuhan. Lemparlah segalanya di belakang anda. Alangkah mulianya hal ini, dan ini baru berarti korban yang sejati.

Penghidupan orang Kristen meningkat ke atas dari puji-pujian. Puji-pujian berarti melampaui segala sesuatu untuk menjamah Tuhan. Jalan inilah yang ditempuh Tuhan di bumi, anda pun dapat berjalan di atas jalan ini. Anda bukan mengeluh sambil memandang ke langit, dan menderita ujian, melainkan mendaki ke atas ujian. Begitu anda memuji, anda segera berada di atas ujian. Semakin orang menekan anda, anda akan semakin berdiri tegap di hadapan Tuhan, dan berkata, “Tuhan, puji syukur kepadaMu!” Belajarlah menerima, belajarlah mengenal Dialah Allah, dan belajarlah mengenal Dialah yang bekerja. Tiada satu perkara yang bisa membuat orang menjadi manis dan matang seperti halnya korban puji-pujian. Hendaklah kita belajar tidak saja menerima penguasaan Roh Kudus, bahkan memuji penguasaan Roh Kudus; tidak saja menerima tangan Tuhan, bahkan menyanyikan dan memuji tangan Tuhan; tidak saja menerima pukulan-pukulan Tuhan, bahkan menerimanya dengan rela dan suka hati. Kalau demikian, terbukalah di sana satu pintu yang lurus dan mulia bagi anda.

V. MEMUJI SEBELUM MENGERTI

Terakhir, mari kita membaca Mazmur 50:23, sabda Allah, “Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku …” Kata “syukur” dalam ayat ini boleh juga diterjemahkan “puji-pujian”. Tuhan menunggu puji-pujian kita. Tidak ada satu perkara yang bisa memuliakan Allah seperti halnya memuji. Pada suatu hari, semua dos akan berlalu, semua pekerjaan akan berlalu, semua khotbah-khotbah nabi akan berlalu, semua kesibukan pun akan berlalu. Namun, pada suatu hari, puji-pujian akan bertambah lebih banyak daripada hari ini. Puji-pujian bersifat kekal dan puji-pujian takkan berhenti sampai selama-lamanya. Tatkala kita sampai di sorga, di rumah yang kekal, kita akan lebih banyak memuji. Karenanya, kita mempunyai satu pelajaran yang paling baik, yaitu belajar memuji Allah pada hari dan saat ini juga.

Hari ini kita masih seperti memandang cermin, segalanya kurang jelas (I Kor.13:12). Walau ada banyak perkara sudah tertampak sedikit, namun tak dapat kita mengerti apakah anti sebenarnya. Apa yang menimpa diri kita dan yang kita alami, entah itu perasaan batin yang terluka, atau kesulitan keadaan sekitar, kita hanya merasa susah saja, tidak mengerti makna dibaliknya, karenanya kita tak bisa memuji. Kita percaya, di sorga ada banyak puji-pujian, sebab di sorga ada pengetahuan yang sempurna. Semakin sempurna pengetahuan kita, semakin sempurna pula puji-pujian kita.

Pada suatu hari, kita semua akan tiba di hadirat Tuhan, segala-galanya akan menjadi jelas. Masalah-masalah yang ganjil yang tak terpikir oleh kita pada hari ini, kelak akan jelas semuanya. Pada hari itu, kita akan nampak setiap langkah penguasaan Roh Kudus ada kehendakNya yang indah. Tanpa penguasaan Roh Kudus, kita takkan tahu bagaimana jadinya kita kelak. Jika langkah ini bukan Roh Kudus yang mencegahkan untuk kita, kita pun tak tahu akan bagaimana nasib kita. Banyak perkara, ribuan perkara, yang tak nampak di hari ini, tapi pada hari itu semua akan tertampak jelas. Ketika kita nampak, kita akan menundukkan kepala sambil memuji, “Tuhan, Kau tak pernah salah.”

Setiap langkah pengaturan Roh Kudus yang dilakukan Allah di atas diri kita telah mengorbankan banyak waktu. Jika kali itu kita tidak jatuh sakit, kita tak tahu apa jadinya kita sekarang; jika kali itu kita tidak gagal, kita pun tak tahu bagaimana akibat kita. Mungkin yang kita derita itu hanya satu kesulitan, tapi justru karena itu kita terhindar dari kesulitan yang lebih dahsyat. Mungkin yang menimpa kita itu hanya suatu bencana, tapi karenanya kita terhindar dari bencana yang lebih besar. Pada hari itu kita akan mengerti mengapa Tuhan memberi kita kejadian-kejadian tersebut. Setiap langkah dari perjalanan yang kita lalui hari ini adalah pimpinan-Nya.

Pada hari itu kita akan menundukkan kepala dan berkata, “Tuhan, hamba sungguh bodoh, hamba tidak memujiMu pada saat itu. Hamba bodoh, tidak pada saat itu juga bersyukur kepadaMu.” Pada hari itu, setelah kita nampak dan mengerti, kita teringat betapa kita pernah menggerutu, dan kita akan merasa malu sekali. Karena itulah hari ini kita harus belajar berkata, “Tuhan, walau apa yang Kaulakukan hamba tak mengerti, tapi hamba tahu semua perbuatanMu tidak mungkin keliru.” Hendaklah kita belajar percaya, dan belajar memuji. Pada hari itu Baru anda bisa berkata, “Tuhan, syukur atas kasih karuniaMu yang telah menyelamatkan daku dari gerutu dan gundah yang tak wajar. Tuhan, syukur atas kasih karuniaMu, banyak kata gerutu yang tak sampai kuucapkan pada hari itu.” Jika anda dapat mengetahui banyak perkara, anda akan bisa memuji lebih banyak. Kita wajib memujiNya, karena Tuhan itu baik adanya (Mzm.25:8, 100:5). Hendaklah anda terus menerus berkata, “Tuhan itu baik.”

Hari ini kita harus -terlebih dulu belajar percaya bahwa Tuhan itu baik, Tuhan pasti tidak salah, sekali pun kita tak mengerti. Jika kita dapat percaya, pujilah Dia segera. Puji-pujian kita adalah kemuliaanNya. Memuji berarti memuliakan Allah. Allah patut menerima kemuliaan. Semoga Allah lebih banyak lagi menerima puji-pujian dari anak-anakNya.

41 || PROFESI KAUM IMANI

PROFESI  KAUM IMANI

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011


“Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan …Orang –orang yang demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus, supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sendiri

 II Tesalonika 3:10b-12

Profesi bagi seorang Kristen merupakan satu perkara yang sangat penting. Kekeliruan dalam memilih profesi akan mengakibatkan perjalanan Kristianinya tidak dapat ditempuh dengan baik. Sebab itu, setiap orang Kristen wajib menaruh perhatian atas hal pemilihan profesi.

I. PENGATURAN ALLAH ATAS MASALAH
PROFESI DALAM ALKITAB

1. Pada Masa Perjanjian Lama

Ketika Allah menciptakan manusia, Dia telah mengatur profesi bagi manusia. Profesi Adam dan Hawa pada mulanya adalah seperti penjaga kebun, mengawasi dan mengelola taman Eden yang diciptakan oleh Allah. Jadi, profesi merupakan suatu hal yang sudah ada sebelum manusia berdosa.

Setelah Adam dan Hawa berbuat dosa, bumi tidak lagi memberikan hasil kepada mereka, mereka harus mencari makan dengan mengucurkan keringat,yaitu menggarap tanah dan bercocok tanam, barulah dapat memperoleh makanan. Hal ini jelas menunjukkan kepada kita, bahwa setelah manusia jatuh, profesi yang Allah tetapkan bagi mereka adalah bertani. Manusia harus bercocok tanam dengan mengucurkan peluh, barulah bumi memberikan hasil kepada mereka, dan mereka memperoleh makanan. Sampai hari ini kita harus mengakui bahwa umumnya para petanilah yang jauh lebih polos dan jujur daripada orang-orang yang berprofesi lain. Pada mulanya Allah menetapkan bahwa manusia harus bertani.

Ketika kita tiba pada kitab Kejadian pasal 4, kita nampak Kain bercocok tanam, Habel beternak kambing-domba. Kini jenis profesi bertambah dengan beternak. Jadi, beternak juga merupakan sejenis profesi yang Allah perkenankan.

Selanjutnya, tatkala populasi manusia di bumi semakin bertambah, muncullah berbagai jenis pertukangan, antara lain, pandai besi, pembuat alat musik dan lain sebagainya. Sampai pada masa pembangunan menara Babel, ada tukang-tukang batu, tukang kayu; tukang bangunan. Walaupun pembangunan menara Babel itu sendiri tidak bisa dibenarkan, tetapi melalui hal itu manusia mulai belajar membangun, sehingga profesi pandai besi, pandai tembaga, pembuat alat-alat musik dan tukang-tukang bangunan semuanya masih tergolong profesi yang wajar dan halal.

Sampai kitab Kejadian pasal 12, kita nampak Allah memanggil dan memilih Abraham. Profesi Abraham juga peternak, ia memiliki banyak lembu dan kambing. Demikian pula Yakub. Ini menunjukkan bahwa beternak merupakan profesi utama mereka.

Selama orang-orang Israel berada di Mesir, mereka bekerja pada Firaun sebagai tukang membuat bata. Tetapi setelah mereka keluar dari Mesir, Allah menjanjikan mereka sebuah negeri yang kaya akan susu dan madu. Di sana jelas terdapat dua jenis profesi: beternak dan bertani. Buah anggur di sana dilukiskan demikian besarnya, sehingga harus dipikul oleh dua orang, ini jelas merupakan usaha pertanian. Allah berkata, jika mereka mengingkari Allah dan menyembah berhala, maka Allah akan menyuruh langit seperti tembaga, bumi seperti besi, yakni tidak memberikan hasil kepada mereka. Ini pun jelas sekali menunjukkan, bahwa profesi mereka di negeri Kanaan yang dijanjikan itu ialah bertani dan beternak. Inilah beberapa jenis profesi yang terdapat dalam Perjanjian Lama.

2. Pada Masa Perjanjian Baru

Pada masa Perjanjian Baru, dalam perumpamaan yang dikatakan oleh Tuhan Yesus dalam kitab Injil Matius, kita tahu bahwa bertani merupakan satu profesi yang azasi. Misalkan dalam pasal 13 tercantum perumpamaan penabur benih. Pada pasal 20 terdapat perumpamaan seorang hamba yang kembali setelah membajak tanah atau menggembalakan kambing. Dalam Injil Yohanes pasal 10 Tuhan mengiaskan diriNya sebagai gembala yang baik, yang menyerahkan nyawa-Nya bagi domba-dombaNya. Jadi, bertani dan beternak merupakan profesi azasi yang Allah tetapkan bagi umatNya.

Di antara keduabelas murid yang dipanggil Tuhan, sebagian besar adalah nelayan.. Terhadap murid yang asalnya sebagai pemungut cukai, Tuhan menyuruhnya meninggalkan profesi tersebut, tapi kepada murid-murid yang asalnya sebagai kaum nelayan, Tuhan berpesan pada mereka, mulai sekarang dan seterusnya mereka harus menjadi penjala manusia. Jadi menjadi nelayan juga adalah profesi yang diperkenan Allah.

Lukas menjadi tabib, Paulus menjadi pembuat tenda. Kedua profesi ini agak berlainan, yang terakhir merupakan usaha manufaktur/industri atau pengrajin. Kalau usaha pertanian berproduksi secara langsung, maka usaha perajutan, pertenunan, penjahitan atau membuat tenda, itu tergolong sebagai usaha manufaktur/industri.

Saya hanya bisa mengatakan, bahwa demikianlah pengaturan Allah dalam hal profesi dari masa Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru. Di antara murid-murid Tuhan ada yang menjadi petani, ada yang menjadi peternak, ada yang menjadi tukang, ada yang menjadi nelayan. Kalau mau ditambah lagi satu profesi, itu adalah pekerja (bukan pekerja rohani); sebab dalam Perjanjian Baru dikatakan “Sepatutnyalah pekerja memperoleh upah.” Pekerja adalah orang yang memperoleh upah dengan mengeluarkan tenaga atau kepandaian; ini pun satu profesi yang sesuai dengan Alkitab.

II. PRINSIP PROFESI

Dalam Alkitab Allah telah mengatur sedemikian banyaknya profesi bagi manusia, yang di dalamnya kita menemukan satu prinsip azasi, yaitu semua yang diperoleh atau diterima manusia berasal dari alam, atau upah yang manusia peroleh dari pengorbanan waktu dan tenaga. Inilah prinsip profesi yang tercantum dalam Alkitab.

1. Memperoleh Sesuatu dari Alam
-Menambah Kelimpahan

Penabur menabur sebutir benih gandum ke dalam tanah. Pada saatnya, benih itu akan bertumbuh dan menghasilkan butir-butir gandum sebanyak tiga puluh, enam puluh, dan seratus kali lipat. Benih yang sebutir itu bertambah menjadi seratus, enam puluh, atau tiga puluh butir. Anda menanam benih ke dalam tanah, memeliharanya hingga bertumbuh, berbunga dan akhirnya berbuah, ini berarti Anda memperoleh suplai dari alam. Suplai alam itu sangat berlimpah, siapa pun boleh memperolehnya. Karena Allah menerbitkan matahari bagi orang yang baik dan orang yang jahat, dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Hal ini jelas untuk kepentingan usaha pertanian. Karena itu, tujuan Allah ialah agar manusia mencari dan memperoleh suplai dari alam. Prinsip peternakan juga sama. Anda memelihara kambing, lalu hewan itu memberikan susunya atau melahirkan banyak anak kambing bagi Anda. Ini berarti peningkatan produksi. Ini adalah pemberian alam, bukan yang diperoleh dengan cara lainnya.

Pada masa Perjanjian Baru, Anda melihat adanya usaha menangkap ikan dari sungai atau laut, semuanya itu adalah alami. Baik Anda menangkap ikan dari sungai maupun laut, Anda tak akan menyebabkan siapa pun menjadi lebih miskin. Demikian pula, mungkin kambing saya melahirkan enam ekor anak kambing, atau lembu saya melahirkan dua ekor anak lembu, jelas hal itu pun tidak akan menyebabkan orang lain menjadi miskin. Misalkan saya di sini bercocok tanam, tidak mungkin ada orang yang menjadi kelaparan atau menderita rugi karena panen saya. Jadi prinsip azasi profesi yang Allah tetapkan bagi manusia ialah, “Kita memperoleh sesuatu, tanpa merugikan siapa pun.” Itulah profesi yang luhur yang Allah sediakan bagi manusia.

2. Usaha Manufaktur/Industri
Meningkatkan Nilai

Prinsip usaha Paulus dalam pembuatan tenda pun sama. Hanya saja, ia tidak mengambilnya langsung dari alam, seperti halnya nelayan, peternak atau petani. Paulus membuat tenda dengan kerajinan atau ketekunannya. Ini berarti ia meningkatkan nilai suatu barang. Misalkan sepotong kain, asalnya bernilai satu dollar, namun setelah digunting, dijahit dan dijadikan sebuah tenda, nilainya meningkat menjadi dua dollar; ia memperoleh tambahan nilai itu sebagai upah. Hal inipun tidak mengakibatkan orang lain menjadi miskin. Tidak seorang pun yang menjadi miskin atau rugi karena usaha pembuatan kemah Paulus itu. Saya meningkatkan nilai sepotong kain ini karena saya telah memberikan waktu dan tenaga ke atasnya. Jadi, wajarlah jika saya menerima upah itu. Karenanya prinsip azasi lainnya dari profesi yang Allah berikan kepada manusia ialah menambah atau meningkatkan nilai.

3. Orang yang Bekerja Memperoleh Upah

Sebuah prinsip lainnya ialah seperti pada orang-orang yang menjadi buruh, pegawai, tukang, atau menjadi dokter. Mereka menerima upah dengan memberikan jasa, waktu, tenaga dan kecakapan. Walaupun itu bukan diperoleh dari alam, bukan Pula dengan cara manufaktur, tetapi mereka telah mengeluarkan banyak usaha, waktu atau tenaga, sehingga wajarlah jika mereka memperoleh upah. Karena itu profesi jenis inipun Allah perbolehkan.

4. Profesi yang Khusus Dipandang Tidak Baik
dalam Alkitab — Jual-Beli

Ada sejenis profesi yang khusus dianggap tidak baik dalam Alkitab yakni jual beli (berdagang). Saya minta kalian perhatikan perkara ini baik-baik. Saya harap saudara-saudari yang baru beriman, jika mampu memilih profesi, paling baik mereka tidak menjadi pedagang. Mengapa? Saya kira masalah ini perlu ditinjau dari segi yang lebih luas dahulu, agar kita bisa memahaminya dengan lebih jelas.

Misalkan di sini ada seratus orang, dan masing-masing memiliki satu juta rupiah. Kalau uang keseratus orang ini disatukan, jumlah uang itu adalah seratus juta rupiah. Lalu perhatikanlah, jika saya adalah pedagang dengan sendirinya saya ingin memperoleh keuntungan. Saya akan berharap bahwa uang saya yang satu juta itu bisa bertambah bahkan menjadi dua juta. Kalian jangan mempedulikan bagaimana cara saya, benar atau curang, pokoknya setelah saya berdagang sebulan lamanya, uang saya akan menjadi dua juta rupiah. Kalau demikian, satu hal yang pasti, di antara kalian akan ada orang yang uangnya berkurang. Sebab kita masing-masing mempunyai satu juta rupiah, dalam saku saya pun tadinya hanya ada satu juta rupiah. Meskipun saya melakukan usaha saya dengan cara yang paling jujur, jika uang dalam saku saya menjadi dua juta rupiah, pasti ada orang di antara kalian yang uangnya berkurang.

Saya dan kalian adalah orang Kristen, kalian adalah saudara-saudara saya. Saya ingin bertanya, apakah saya tidak sungkan memperoleh uang kalian sehingga saya menjadi kaya, dan kalian menjadi miskin? Tentu saya merasa sungkan! Kalaupun kalian adalah orang kafir, orang beragama lain, tetapi saya adalah orang Kristen. Sebagai orang Kristen, saya adalah anak Allah, saya mempunyai martabat anak Allah. Anak-anak Allah tidak seyogyanya membuat orang dunia menjadi miskin, dan membuat diri sendiri menjadi kaya. Sekalipun saya memperoleh uang kalian dengan cara yang benar, saya pasti merasa tidak nyaman; demikian pula kalau saya memperoleh uang dari orang kafir. Begitulah keadaan orang yang menjadi pedagang. Saya tidak seharusnya memindahkan uang dari saku orang lain ke dalam saku saya sendiri. Tidak peduli dengan cara apapun, hal yang demikian pasti akan merugikan orang lain. Itu adalah satu fakta.

Tetapi, profesi azasi yang Allah berikan kepada manusia dalam Alkitab tidaklah mengandung problema demikian. Misalkan saya menjadi petani, tahun ini saya panen, hasilnya sebanyak seratus kwintal, keberhasilan saya itu tidak akan mengakibatkan sepuluh kwintal beras di rumah saudara anu berkurang menjadi sembilan kwintal. Itu tidak mungkin. Kalau saya panen seratus kwintal, tidak mungkin itu membuat seorang di antara kalian kekurangan beras seliter atau sekilo pun. Kalau saya beroleh hasil seratus kwintal, tidak mungkin saya mengakibatkan siapa pun menjadi lebih miskin. Ini tidak berarti memperoleh keuntungan uang, melainkan menambah kelimpahan. Kalian harus paham, bahwa memperoleh keuntungan uang dan menambah kelimpahan merupakan dua perkara yang sama sekali berlainan. Allah tidak menghendaki anak-anakNya hanya memperoleh uang semata. Allah menghendaki profesi kita dapat menambah kelimpahan. Prinsip azasi ini sangat jelas. Saudara- saudari yang baru beriman, janganlah dari pagi hingga petang hanya memikirkan uang melulu. Janganlah selalu berpikir bagaimana baru bisa dapat memperoleh banyak uang. Ingatlah, bila uang Anda, bertambah, uang orang lain pasti berkurang. Itulah prinsip berjual beli atau berdagang.

III. MEMILIH PROFESI DARI ANTARA
KETIGA JENIS PROFESI YANG BERBEDA

Di sini kita mengenal tiga jenis profesi yang berbeda: berjual beli/pedagang, bekerja/pekerja, dan berproduksi. Dalam Alkitab Allah telah menetapkan profesi yang tertinggi yakni menjadi produsen. Mulai dari Adam, profesi yang khusus diperhatikan Allah ialah produsen, karena tujuan produsen ialah meningkatkan kelimpahan, tidak membuat orang lain menjadi miskin. Misalkan saya memelihara seratus ekor kambing. Setelah lewat beberapa tahun, kambing saya bertambah menjadi empat ratus ekor. Bertambahnya kambing saya tidaklah mengakibatkan saudara atau saudari manapun kehilangan uang serupiah dalam sakunya. Berapa banyaknya uang Anda semula di rumah Anda, tetap sebanyak itu, sekali-kali tidak akan berkurang akibat kambing saya melahirkan beberapa anak kambing. Itulah prinsip azasi dalam Alkitab tentang profesi. Saya ingin menambah atau memperbanyak barang-barang kepunyaan saya, dan saya ingin memperbanyak kelimpahan saya. Kalaupun saya menjual kambing-kambing itu dan saya memperoleh uang, saya tetap tidak membuat siapa pun menjadi lebih miskin.

Saya harap saudara-saudari yang baru beriman, kalau ada kesempatan memilih profesi, hendaklah memilih profesi yang menambah barang, jangan memilih profesi yang menambah uang, sebab usaha yang terakhir itu adalah usaha yang sangat egoistis. Kita harus belajar menambah benda-benda di dunia, tetapi bukan menambah harta kekayaan pribadi. Perbedaan antara kedua perkara ini amatlah besar.

Usaha Paulus dalam membuat tenda, mengandung prinsip lain lagi. Memang ia tidak memperbanyak kapas, benang atau kain, tetapi karena ia menggunting dan menjahit dengan menggunakan banyak waktu dan tenaga, maka nilai kain, benang dan kapas bertambah. Menurut para sarjana Alkitab, tenda-tenda pada masa itu semua diberi warna. Dean Alford mengatakan, bahwa kedua belah tangan Paulus pasti penuh dengan bercak-bercak pewarna, dan tangannya pasti tidak bersih; terbukti Bari perkataannya, “Lihatlah kedua tanganku ini . . .” Jadi usaha pembuatan tenda yang Paulus lakukan adalah meningkatkan nilai benda tersebut.

Baik menambah kelimpahan maupun menambah nilai, itu semua merupakan perkara yang baik. Misalkan sepotong kayu saya olah hingga menjadi sebuah kursi. ini adalah satu usaha yang baik, sebab melalui pengolahan saya, nilai kayu itu bertambah. Walaupun saya tidak menambah kelimpahan dari alam, tetapi di dunia telah bertambah satu kursi. Karena usaha Paulus membuat tenda itu, maka bertambahlah sebuah tenda. Ini tidak berarti semata-mata menguntungkan diri sendiri, dan merugikan orang lain. Paulus pandai membuat tenda, ia dapat membuat kain yang murah menjadi sebuah tenda yang mahal. Membuat kain menjadi tenda berarti menambah atau memperbanyak benda itu dalam dunia. Itupun suatu profesi yang diizinkan oleh Allah.

Saudara-saudari yang baru beriman, sejak kini harus nampak dua standar dalam profesi kaum imani. Kita harus memperbanyak kelimpahan di dunia ini, dan kita pun harus meningkatkan nilai benda. Sebenarnya, membuat tenda juga berarti memperbanyak kelimpahan dunia. Melalui kerajinan tangan saya., maka tenda-tenda di dunia menjadi bertambah banyak. Karena itu, memperbanyak kelimpahan adalah usaha yang halal juga. Itulah prinsip azasi dari profesi yang diatur Allah bagi manusia.

IV. JANGAN MENJADI
PEDAGANG MURNI

Saya pernah mempelajari sedikit ilmu ekonomi, saya tahu berdagang itu diperlukan juga. Namun, saya adalah orang Kristen, bukan ahli ekonomi. Memang, Tuhan pernah mengatakan bahwa kita harus berjual beli hingga Dia kembali. Tetapi arti ayat itu ialah, kita wajib bekerja bagi Dia dengan tekun, setekun orang yang melakukan usaha dagang. Kalian tahu betapa tekunnya pare pedagang dalam melakukan usaha mereka. Asalkan ada untung, kemana pun mereka mau pergi. Jadi maksud Tuhan asalkan Anda mempunyai kesempatan, Anda harus memanfaatkannya, Anda harus bekerja setekun itu.

Seperti kita semua tahu, usaha jual beli dimulai dari Tirus, dan berkesudahan pada Babilon. Dari Yehezkiel 28 hingga Wahyu 18, kita nampak bahwa pemrakarsa usaha jual beli adalah raja Tirus. Dan dalam Yehezkiel 28 kita mengetahui bahwa raja Tirus itu mewakili Iblis. “Dengan dagangmu yang besar engkau p­nuh dengan kekerasan dan engkau berbuat dosa . .” (Yehezkiel 28:16). Karena itu, kalian harus ingat, mental pedagang ialah memperkaya diri sendiri, merugikan orang lain, dan mengurangi harta dunia. Itu bukanlah profesi yang ditetapkan Allah, melainkan yang dimiliki Iblis. Prinsipnya itu tidak benar. .

Prinsip jual beli ialah, bila uang dalam saku saya bertambah, tentu uang dalam saku orang lain berkurang. Kapan seseorang berpikir ingin mendapat keuntungan uang, akibatnya sangat sederhana, yakni uangnya bertambah banyak dan uang orang lain berkurang. Bila ada orang uangnya bertambah, pasti ada orang yang uangnya berkurang. Misalkan, uang yang ada di seluruh dunia berjumlah 21 milyar, baik Anda kaya maupun miskin uang itu tetap 21 milyar; jumlah uang di dunia ini terbatas. Namun, kalau saya mengambil uang orang lain, sehingga uang saya bertambah, itulah yang disebut pedagang murni. Maksud saya bukan Anda tidak menjual ikan hasil tangkapan Anda, tidak menjual gandum hasil panen Anda, tidak menjual anak kambing basil peternakan Anda, atau tidak menjual tenda hasil kerajinan, tangan Anda. Maksud saya, baik Anda menjual tenda, kambing, gandum, atau ikan, itu semua bukan merupakan perdagangan murni, melainkan Anda menguangkan produksi Anda. Keuntungan yang Anda peroleh adalah pemberian alam; kelimpahan yang Anda miliki adalah karunia dari alam raya, bukannya Anda memperkaya diri sendiri dengan cara membuat orang lain miskin.

Orang Kristen harus memiliki satu pikiran atau mental, yakni tidak memperoleh uang orang lain. Jangan sekali-kali kita menaruh pikiran ingin merugikan siapa pun. Sebagai anak-anak Allah, kedudukan kita begitu tinggi. Jika kita ingin memperoleh uang dengan cara yang begitu rendah di dunia ini, hal itu sungguh tidak sedap dipandang. Misalkan, seorang kepala negara mengunjungi tempat ini dan melihat seorang penduduk terserang penyakit malaria. Ia lalu menawarkan pil kina kepada orang itu, katanya ini saya beli dengan 5 Yen sebutir, sekarang saya jual kepada Anda 6 Yen.” Anda bayangkan mungkinkah terjadi hal yang sedemikian? Alangkah tidak pantas jika seorang kepala negara memperoleh keuntungan satu Yen dari seorang rakyat biasa. Saya ingin berkata kepada Anda, jika seorang Kristen ingin mengambil untung uang dari siapa pun, itu lebih memalukan daripada seorang kepala negara ingin memperoleh untung satu Yen dari seorang rakyat biasa. Kedudukan kita berbeda dengan mereka, karena itu tidaklah pantas kita mengambil untung uang dari siapa pun.

Sebagai seorang Kristen, status kita sangat tinggi. Orang Kristen mempunyai kehormatan, kedudukan dan martabat orang Kristen. Jika saya mengambil untung uang siapa pun, itu adalah perkara yang memalukan. Saya tidak seyogyanya menambah harta kekayaan saya dengan cara itu. Lebih baik saya menjadi petani, bercocok tanam, dan menggarap tanah, ini jauh lebih mulia daripada saya mengambil untung uang. sebab .Allah. mengatur alam raya untuk memberikan hasil kepada saya, hal ini jauh lebih mulia daripada saya mengambil untung uang. Itulah sikap mental yang harus dimiliki oleh setiap orang Kristen.

Profesi yang diperkenankan Allah adalah profesi yang bisa meningkatkan jumlah dan nilai suatu benda. Perdagangan murni tidaklah diperkenankan Allah. Kalian harus khusus memperhatikan Yehezkiel 28. Prinsip perdagangan yang bertujuan mengeruk keuntungan itu berasal dari raja Tirus. Allah mencelanya, “Dengan dagangmu yang besar, engkau berbuat dosa.” Sampai Wahyu 18, yakni menjelang akhir zaman, menjelang dimulainya kerajaan seribu tahun, kita nampak Babilon menerima hukuman. Jadi, perkara jual beli akan terus berlangsung sampai berakhirnya Babilon. Waktu itu semua pedagang meratapi Babilon. Anda pun bisa melihat adanya barang-barang dagangan di bumi saat itu. Dari yang pertama, emas, hingga yang terakhir, jiwa manusia. Jiwa manusia adalah sukma manusia. Dari emas sampai sukma manusia, tiada yang tidak dapat diperjual belikan, semuanya dapat diperdagangkan. Bagaimanapun manusia selalu ingin memperoleh uang, selalu ingin kaya. Tetapi saudara-saudari, hendaklah kita menghindari profesi yang rendah itu.

V. PERDAGANGAN MURNI BERBEDA DENGAN PERDAGANGAN PRODUSEN

Saya harap kalian dapat membedakan perdagangan murni dengan perdagangan produsen. Gandum boleh dijual, lembu dan kambing boleh dijual, tenda boleh dijual, ikan pun boleh dijual, itu tidak disebut berjual beli. Yang dinamakan berjual beli atau berdagang di dunia ini adalah: misalnya, hari ini saya membeli seratus karung gandum, lalu saya simpan di gudang. Bila harga gandum naik, saya menjual barang tersebut. Misalnya lagi, saya membeli 50 drum minyak, lalu saya simpan dalam gudang. Bila harganya naik, saya menjualnya dengan harga tinggi. Gandum tidak karena saya bertambah sekilo, minyak pun tidak karena saya menjadi bertambah seliter. Yang bertambah tidak lain uang saya. Saya tidak memperbanyak barang di dunia, namun saya terus-menerus memperbanyak harta saya sendiri. Ini adalah perbuatan yang memalukan, dan ini adalah profesi yang harus sedapat mungkin dihindari oleh orang Kristen.

Kita boleh mengadakan jual beli demi produksi, tetapi jika hanya membeli dan menjual, tidak boleh. Kalau ada seorang saudara menjual produksi pertaniannya itu baik, tetapi jika ia membeli beras dan kemudian menjualnya lagi, itu tidak baik. Walaupun kedua hal itu sama (menjual), namun prinsipnya sama sekali berbeda. Kalau ada orang membeli sepuluh buah tenda, kemudian menjualnya lagi, itu berbeda dengan usaha yang dilakukan Paulus. Inilah yang dinamakan perdagangan murni, bukan perdagangan produsen. Menjual hasil usaha untuk memperoleh uang adalah berkat Allah. Jika Anda membeli barang, lalu Anda menjualnya dengan harapan memperoleh untung, itu adalah profesi yang dianggap terendah baik oleh orang Kristen maupun orang kafir.

Karena itu, saudara-saudari yang menjadi pedagang murni tidak pantas menjadi pewajib gereja. Sebab terhadap uang mereka tidak bias beroleh kebebasan. Mulai sekarang dan seterusnya, jalan ini telah semakin terang dan jelas, anak-anak Allah harus sama sekali terlepas dari kuasa uang, baru dapat beribadah kepada Allah, dan gereja baru ada jalan untuk maju.

VI. PROFESI YANG ALLAH
PERKENANKAN

Peternak atau petani adalah kaum produsen; pedagang adalah profesi jenis lain. Ada sejenis profesi lagi yang berada di tengah-tengah kedua jenis itu, yakni pekerja (buruh, tukang, karyawan, dokter dan lain sebagainya). Misalkan dokter atau guru, dalam Alkitab juga merupakan profesi yang baik, sebab mereka beroleh imbalan atau honorarium dari kepintaran mereka. Walau mereka tidak berproduksi, mereka pun tidak memperoleh sesuatu dari orang lain. Mereka tidak beroleh apa-apa baik dari alam maupun dari orang lain, melainkan menerima rejeki dengan menggunakan waktu, tenaga dan pikiran mereka sendiri. Wajarlah seorang pekerja menerima upah. Itu pun merupakan profesi yang Allah perkenankan dalam Alkitab. Profesi yang tertinggi adalah profesi produsen, yang kedua ialah pekerja, yang beroleh imbalan atau upah dengan memeras otak atau tenaga.

Produsen menerima hasil dari alam, mereka tidak mengambil sesuatu dari orang lain. Pekerja atau karyawan tidak menerima hasil dari alam maupun dari manusia. Pedagang tidak menerima hasil dari alam, tetapi mereka mengambil keuntungan uang dari orang lain. Ketiga jenis profesi tersebut sama sekali berbeda. Jenis pertama, produsen, profesi yang tertinggi dalam Alkitab. Jenis kedua, pekerja, adalah orang-orang yang menjual jasa, tenaga, baik tenaga otak maupun tenaga badan. Anda menggunakan waktu, tenaga, kepintaran Anda untuk memperoleh imbalan yang wajar. Anda tidak membuat orang lain menjadi lebih miskin. Banyaknya uang yang Anda terima sepadan dengan upaya atau jasa yang Anda berikan. Itu pun profesi yang Allah perkenankan. Tetapi, jenis yang ketiga, pedagang, tidak bermotivasi lain kecuali memperoleh uang. Karena itu, berdagang merupakan profesi yang paling rendah dalam Alkitab.

Hari ini, jalan ini dan prinsip ini sangatlah jelas. Mudah-mudahan saudara saudara sedapat mungkin bisa beralih kepada profesi yang Allah perkenankan.

VII. JALAN YANG KITA TEMPUH
SELANJUTNYA

Namun, saya tidak ingin melihat kalian bertindak dengan ekstrim. Jangan begitu kalian bertemu dengan saudara yang berprofesi pedagang, lalu segera menuduh kesalahan mereka; sebab mereka tidak ada kesempatan untuk memilih profesi yang tepat. Saya mengenal seorang saudara, ketika ia Baru lulus sekolah, keadaannya sangat baik. Tetapi kemudian ia terjun -ke dalam dunia perdagangan, dan tak lama berselang, hatinya menjadi rusak. Dari pagi hingga petang, tidak ada yang dipikirkan selain ingin memperoleh uang orang lain. Jika Anda menghendakinya membelikan sesuatu untuk Anda, ia pasti ingin mengambil untung uang Anda; ia selalu ingin memperoleh uang Anda dengan cara diam-diam. Ini sungguh suatu mental yang buruk dan rusak. Karena itu saya mengharap, saudara saudari yang bisa memilih profesi dengan leluasa, jangan sekali-kali menerjunkan diri dalam profesi perdagangan yang murni itu. Bagi saudara saudari yang sudah terlanjur berkecimpung di dalamnya, kita harus membantu mereka supaya mereka, nampak dan beralih kepada yang wajar. Janganlah mempersulit mereka, tetapi setidak-tidaknya kita wajib menjelaskan jalan ini kepada mereka.

Bagaimanapun, usaha berjual beli yang murni bukanlah profesi yang baik. Mudah-mudahan lewat sepuluh atau dua puluh tahun kemudian, tidak menjadi pedagang murni ini menjadi “suasana” kita. Saya harap di kemudian hari, saudara saudari kita, di mana pun mereka tinggal, mereka bisa mewarisi “suasana” ini, yaitu tidak menjadi pedagang murni. Anak-anak Allah lebih baik menjadi guru di sekolah, bahkan lebih baik menjadi buruh kasar daripada menjadi pedagang murni. Lebih baik saya menggarap ladang, setelah saya menghasilkan beras atau gandum, saya boleh menjual produksi saya. Lebih baik saya beternak kambing, setelah kambing saya beranak, saya boleh menjual anak: kambing itu. Atau menjual telur ayam dari hasil peternakan saya, atau menjual susu dari sapi perahan saya, atau menjual kain dari usaha penenunan saya. Jika demikian, kerajinan dan kegiatan manusia akan semakin bertambah, pekerjaan yang dilakukan manusia pun akan semakin banyak, dan berkat karunia Allah pun Akan semakin banyak. Perkara yang paling kita kuatirkan ialah saudara saudari di antara kita hanya memperoleh keuntungan uang dengan berlimpah-limpah semata. Ini adalah perkara yang paling tidak baik.

Jika dibandingkan dengan denominasi hari ini, saudara saudari di tengah-tengah kitalah yang paling miskin. Tetapi kalau kita kurang waspada, kita akan menjadi orang orang yang paling banyak uang. Karena kita lebih jujur daripada orang lain, kita tidak berdusta, kita rajin, selain itu pengeluaran kita pun lebih sedikit. Kita pun tidak merokok, tidak minum minuman keras, juga tidak menempati rumah yang bagus/mewah. Karena itu, tidak lama lagi saudara saudari kita akan menjadi orang kaya. Sama seperti yang dikatakan John Wesley, “Saya sangat kuatir terhadap anggota gereja Methodis. Mereka adalah orang-orang yang jujur, rajin dan hemat, sehingga kelak mereka mungkin menjadi orang yang paling kaya di dunia ini.” Hari ini perkataan ini telah menjadi kenyataan. Anggota-anggota gereja Methodis di manapun benar-benar adalah orang-orang yang paling banyak uangnya. Tetapi sebagai akibatnya, kesaksian mereka ludes sama sekali.

Saya harap saudara saudari yang baru percaya bisa dengan giat mencari uang dengan jerih payah, bukan memperoleh banyak uang dengan cara membeli dengan sebelah tangan, lalu menjual dengan tangan yang lain. Kita harus selalu berpegang pada prinsip memperbanyak kelimpahan atau meningkatkan produksi, bukan memperbanyak uang. Kalau demikian, uang yang masuk itu bersih, dan uang yang dipersembahkan kepada Allah pun diperkenankanNya. Tiap mata uang tentu dapat mendatangkan akibat yang baik. Misalkan seorang saudara menjual keranjang dari hasil kerajinan tangannya, kemudian uangnya dipersembahkannya kepada Tuhan. Ini jauh lebih baik daripada seorang saudara yang mempersembahkan uang dari hasil keuntungan ia membeli dan menjual lagi sepuluh buah keranjang. Walaupun jumlah uang itu sama, tetapi uang itu sendiri tidak sama. Kiranya setiap saudara nampak prinsip ini. Kedua prinsip itu, memeras tenaga maupun berproduksi, adalah benar. Tentang berjual beli atau berdagang, saya tidak dapat melarang, juga tidak berani melarang. Tetapi saya ingin berkata, hendaklah kita sedapat mungkin tidak menjadi pedagang murni. Sebab bagaimanapun, profesi ini dapat merusak martabat orang Kristen. Semoga saudara saudari yang baru percaya semuanya diperkenankan Allah dalam hal profesi.

40 || PISAHKAN DIRI DARI DUNIA

PISAHKAN DIRI DARI DUNIA

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

“Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menyentuh apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu “

2 Korintus 6:17

Pembacaan Alkitab:
Kel. 10:8-11, 21-26
Kel. 12:6-11, 37-42
2 Kor. 6:17

Dalam Alkitab ada cukup banyak perintah mengenai memisahkan diri dari dunia. Contoh-contoh dan pengajaran-pengajaran dalam Perjanjian Lama juga cukup banyak. Misalkan Mesir, Ur-Kasdim, Babel, Sodom, semuanya melambangkan dunia, yang memperlihatkan kepada kita bagaimana keadaan dunia. Mesir mewakili kesenangan dunia; Ur-Kasdim mewakili keagamaan dunia; menara Babel mewakili kekacaubalauan dunia; dan Sodom mewakili kedosaan dunia. Manusia bukan hanya harus melepaskan diri dari Mesir, bahkan harus seperti Abraham keluar dari Ur-Kasdim. Setelah Lot pergi ke Sodom, umat Israe! tertawan di Babel, mereka harus keluar dari tempat-tempat itu. Alkitab menggunakan empat tempat yang berbeda untuk mewakili dunia, bersamaan dengan itu juga memperlihatkan kepada anak-anak Allah jalan melepaskan diri dari dunia.

I. LAMBANG ORANG ISRAEL
KELUAR DARI MESIR

1. Hasil Penebusan Adalah “Keluar”

Dengan anak domba Paskah, Allah menyelamatkan orang Israel. Ketika malaikat Allah membunuh setiap anak sulung di tanah Mesir, jika nampak darah teroles pada ambang pintu, malaikat pemusnah itu akan melewatinya. Tetapi jika pada pintu tidak ada darah, maka anak sulung dalam rumah itu akan dibunuh. Persoalannya tidak tergantung pada baik atau buruknya pintu, tidak tergantung pada ciri-ciri khas pada tiang pintu dan ambang pintu, tidak tergantung pada ada tidaknya tempat baik dalam rumah itu, juga tidak tergantung pada ada tidaknya rasa hormat anak sulung di rumah itu kepada orang tuanya. Persoalannya tergantung pada ada tidaknya darah. Perbedaan binasa dan beroleh selamat tidak tergantung pada bagaimana budi pekerti dalam keluarga Anda, tidak tergantung pada bagaimana tingkah laku Anda, melainkan tergantung pada ada tidaknya Anda menerima darah. Dasar beroleh selamat adalah darah, hal ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan diri Anda sendiri.

Orang yang telah menerima kasih karunia adalah orang yang telah ditebus oleh darah. Tetapi ingatlah, begitu Anda ditebus oleh darah, Anda harus segera berangkat, Anda harus segera pergi. Bukan setelah Anda ditebus oleh darah adi, lalu membeli sebuah rumah dan tinggal menetap di tempat lama Anda, melainkan semua orang yang telah diselamatkan oleh darah, harus pada malam itu juga berangkat. Sebelum tengah malam, mereka telah menyembelih anak domba, dengan hisop mengoleskan darah ke ambang pintu, dan segera makan. Ketika makan mereka harus berikat pinggang dan membawa tongkat, siap untuk berangkat.

Hasil pertama dari penebusan ialah memisahkan diri, keluar, meninggalkan tempat itu. Tidaklah mungkin setelah Allah menebus seseorang, lalu tetap menaruh orang itu pada kedudukan yang lama, dan membiarkannya tetap tinggal di dalam dunianya yang lama. tidak mungkin demikian! Begitu dilahirkan kembali, begitu beroleh selamat, setiap orang harus membawa tongkat dan berangkat. Begitu malaikat pemusnah mengadakan pemisahan antara orang yang beroleh selamat dengan orang yang binasa, Anda harus segera keluar. Begitu malaikat pemusnah memisahkan Anda, Anda harus segera berangkat keluar dari Mesir.

Tongkat dipakai untuk menempuh perjalanan. Tidak ada seorang pun yang membawa tongkat, lalu berbaring di tempat tidur. Tongkat bukan bantal, tongkat dipakai untuk berjalan. Siapa yang beroleh selamat, baik orang dewasa maupun anak-anak, harus membawa tongkat, dan pada malam hari itu juga keluar. Begitu seseorang ditebus oleh darah, saat itu juga ia harus keluar dari Mesir, segera memisahkan diri dari dunia, tidak tetap tinggal di sana.

Ada seorang saudari mengajar di sebuah kelas dalam sidang anak-anak. Pada suatu kali ia mengisahkan cerita hartawan dan Lazarus. Ia bertanya kepada anak-anak, “Kalian pilih menjadi Lazarus atau menjadi hartawan? Hartawan, hari ini hidup mewah, kemudian sengsara; Lazarus, hari ini sengsara, kemudian bahagia. Kalian memilih yang mana?” Seorang anak perempuan kecil, kira-kira umur 8 tahun, berdiri dan berkata, “Ketika aku hidup, aku mau menjadi hartawan. Setelah mati, aku mau menjadi Lazarus.” Ketahuilah, banyak orang yang demikian. Ketika perlu karunia keselamatan, mereka bersandar pada darah Anak Domba; tetapi setelah darah Anak Domba menolong mereka, mereka malah lebih mantap untuk tinggal di Mesir; mereka ingin memiliki kedua-duanya.

Ingatlah! Penebusan darah adalah menyelamatkan Anda dari dunia. Begitu Anda ditebus oleh darah, di bumi ini Anda segera menjadi orang asing, menjadi pelancong. Bukannya Anda tidak tinggal lagi dalam dunia ini, melainkan Anda harus segera memisahkan diri dari dunia. Di mana ada penebusan, di situ pasti timbul keadaan ini. Begitu Anda tertebus, saat itu juga jalan hidup Anda telah berubah, Anda pasti segera meninggalkan dunia. Sebab itu, pemisahan darah adalah memisahkan orang mati dengan orang hidup; pemisahan darah juga memisahkan orang dunia dengan anak-anak Allah. Anda tidak dapat tetap di dunia lagi.

2. Firaun Selalu Mempersulit

Melalui kisah keluarnya orang Israel dari Mesir, kita nampak betapa sulitnya mereka keluar dari Mesir! Karena Firaun selalu menarik mereka. Ketika bani Israel akan keluar dari Mesir, Firaun hanya memperbolehkan orang-orang yang kuat dan muda, tetapi anak-anak dan orang-orang tua harus ditinggalkan. Firaun tahu, jika anak-anak dan orang-orang tua ditinggalkan, orang-orang yang kuat dan muda itu pasti tidak akan berjalan jauh, dan tidak lama lagi pasti akan kembali. Tipu muslihat Iblis selalu tidak merelakan kita mempunyai pemisahan yang mutlak dengan Mesir. Sebab itu, dari permulaan Musa sudah menolak rintangan yang berasal dari Firaun. Karena jika Anda menyisakan sedikit barang untuk tidak dibawa-keluar, atau menyisakan satu orang untuk tidak dibawa keluar, Anda pasti tidak dapat pergi jauh, Anda pasti akan kembali lagi.

Ingatlah perkataan Firaun yang pertama kali kepada Musa, “Sembahlahi Allah di negeri Mesir, layanilah Allah di negeri Mesir, janganlah pergi ke padang gurun.” Kemudian Firaun menganjuri mereka jangan pergi terlalu jauh. Pada ketiga kalinya ia hanya memperbolehkan yang muda-muda pergi. Keempat kalinya ia berkata kepada mereka, pergilah, tetapi lembu dan domba harus ditinggalkan. Siasat Firaun yaitu: Kalian harus meIayani Allah di Mesir. Kalian boleh menjadi umat Allah, tetapi harus menjadi umat Allah di Mesir. Dia tahu, bila seseorang melayani Allah di Mesir, orang ini pasti tidak ada kesaksiannya. Dia tahu, jika seseorang melayani Allah di Mesir, orang ini pasti akan melayani Firaun juga; orang ini akan menjadi hamba Allah, juga menjadi hamba Iblis.

Jika Anda ingin melayani Allah di dalam dunia, Anda pasti akan menjadi hamba Iblis juga, Anda harus membuat batas baginya. Sebab itu dia tidak membiarkan Anda pergi, kalaupun membiarkan Anda pergi, juga tidak memperbolehkan Anda pergi terlalu jauh. Kalaupun ia membiarkan Anda pergi, juga hanya mengizinkan yang muda dan kuat saja, yang lainnya masih tetap tinggal di Mesir. Firaun sangat hafal dengan perkataan dalam Matius 6:21: “Di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” Harta selalu bersatu dengan manusia. Dia mengetahui, kalau lembu dan domba ditinggalkan di sini, maka orang Israel tidak dapat berjalan jauh, tidak lama kemudian mereka pasti balik dan berjalan mengikuti lembu dan domba. Tetapi Allah menghendaki lembu dan domba yang mengikuti orang. Allah menghendaki kita beroleh selamat dalam hal harta benda.

Sebab itu, begitu Anda beroleh selamat, Anda harus keluar, harus pergi ke padang gurun, dan membawa semua orang dan semua harta benda. Kalau tidak demikian, Anda pasti akan tetap tinggal di Mesir dan tidak terpisah dari Mesir. Perintah Allah, “Orang yang melayani-Nya harus memisahkan diri dari dunia.”

3. Jalan Kita Berada di Padang Gurun

Jika hanya dengan mulut Anda mengaku Yesus itu Tuhan, hanya dengan mulut Anda mengatakan, hari ini aku telah percaya Tuhan, ini masih kurang. Anda masih harus keluar dari antara mereka, menjadi orang yang memisahkan diri. Ini lebih maju setahap lagi daripada dengan mulut mengaku Yesus. Jangan menjadi orang Kristen yang bisu, karena hanya dalam perkataan saja tidak cukup, Anda harus memisahkan diri terhadap orang dunia. Anda tidak dapat mempertahankan teman yang lama, Anda tidak dapat mempertahankan hubungan yang lama, Anda tidak dapat mempertahankan pertalian yang lama. Anda harus nampak: hari ini aku menghargai kedudukanku di hadapan Tuhan, aku harus menjauhi kedudukanku yang lama. Manusianya harus keluar, hartanya juga harus keluar. Mungkin orang lain akan berkata, “Engkau bodoh.” Tetapi janganlah Anda mendengarkan perkataan itu. Hari ini juga aku harus keluar dari tempat itu. Sejak Anda dan saya menjadi orang Kristen, jalan kita selalu berada di padang gurun, bukan di Mesir.

Dengan perkataan Perjanjian Baru, Mesir mewakili dunia, padang gurun juga mewakili dunia. Mesir mengacu kepada dunia moral, dunia yang bermakna moral; padang gurun mengacu kepada dunia material. Orang Kristen berada dalam dunia material, bukan berada dalam dunia moral. Kita harus nampak, dunia ada dua macam. Yang pertama mengacu kepada tempat, yang lainnya mengacu kepada sistem. Banyak perkara yang berhubungan dengan Benda-Benda material. Barang-barang yang indah, yang menyebabkan orang mempunyai keinginan mata, menyebabkan orang mempunyai keinginan daging, menyebabkan orang mempunyai keinginan bermewah-mewah, itu adalah Mesir. Dunia masih mempunyai makna yang lain, yaitu tempat kediaman, atau dunia material.

4. Harus Meninggalkan Dunia Moral

Hari ini orang Kristen adalah orang yang keluar dari sistem dunia ini, keluar dari susunan dunia Hari ini kita terlepas dari dunia, berarti terlepas dari dunia moral, bukan terlepas dari dunia material. Kita harus meninggalkan dunia moral, bukan meninggalkan lokasi dunia. Dengan kata lain, kita masih tetap di dalam dunia, tetapi dunia ini merupakan satu padang gurun bagi kita.

Terhadap kita, dunia itu apa? D. M. Panton pernah mengucapkan perkataan yang indah sekali, “Ketika aku hidup, dunia adalah satu jalan; ketika aku mati, dunia adalah satu kuburan.” Bagi seorang beriman yang hidup di bumi, dunia hanya merupakan satu jalan; ketika ia mati, dunia hanya merupakan satu kuburan, untuk mengubur dirinya. Setiap orang yang percaya Tuhan harus memisahkan diri dari dunia. Dalam pandangan orang dunia, Anda adalah orang yang berada di padang gurun, Anda adalah pelancong. Merekalah baru orang-orang yang benar-benar di dalam dunia.

5. Di dalam Dunia Kita Adalah Pendatang,
Adalah Pelancong

Kita harus nampak bahwa di dalam dunia ini, kita adalah pendatang, adalah orang asing. Dipandang dari sudut dunia moral kita adalah orang yang telah keluar. Mereka hendak menahan Anda tetap tinggal di sana; tetapi jika Anda tetap tinggal di sana, Anda tidak mungkin bisa melayani Allah. Mereka menghendaki kita lebih berdekatan dengan mereka; tetapi kalau sudah lebih dekat sedikit, Anda tidak mungkin bisa melayani Allah. Mereka menghendaki kita meninggalkan orang dan barang-barang kita di dunia; tetapi begitu barang-barang itu kita tinggalkan, kita tidak mungkin bisa melayani Allah.

Sebab itu, sejak hari ini pandangan kita harus tertuju ke tanah yang dijanjikan. Kita telah terpisah dari Mesir. Dasar pemisahan ini adalah darah. Darahlah yang membeli Anda. Yang tidak dibeli oleh darah adalah orang Mesir; yang tidak mendapat penebusan adalah orang dunia. Yang tertebus telah menjadi orang dalam dunia yang lain. Sebab itu, saya harus terlepas dari dunia ini.

Misalkan Anda pergi ke toko membeli sebuah arloji. Apa yang terjadi setelah Anda membeli arloji itu? Pada saat terjadi jual beli, tentu pada saat itu juga terjadi pemindahan tangan. Tidak mungkin setelah saya membeli arloji, lalu saya berkata kepada pemilik toko, pakailah arloji ini! Tidak mungkin demikian! Membeli berarti pindah tangan. Di mana terjadi jual beli, di situ juga terjadi pemindahan tangan. Hari ini saya membeli beras satu karung, beras itu pasti meninggalkan toko itu. Setelah dibeli lalu dibawa pergi. Ingatlah, darah telah membeli kita, maka kita harus meninggalkan dunia. Begitu seseorang dibeli oleh darah Tuhan, haruslah ia menuju ke tanah yang dijanjikan. Membeli satu, keluar satu. Tidak ada seorang pun yang telah dibeli tidak keluar; begitu dibeli langsung keluar. Setelah seseorang dibeli, tidak dapat tidak berjalan mengikuti Tuhan. jika saya telah dibeli oleh Tuhan, saya harus meninggalkan dunia dan berjalan mengikuti Tuhan.

II. DI DALAM HAL APA MEMISAHKAN DIRI
DARI DUNIA

Mungkin kalian ingin bertanya, “Kita harus keluar dari hal apa saja?-Hal apa saja yang terhitung sebagai dunia? Atas hal apa saja kita harus memisahkan diri dari orang dunia?” Sebelum membicarakan hal ini, terlebih dulu kita harus nampak bahwa hati dan roh kita harus keluar dari dunia. Jika Anda ingin tetap hidup di dalam dunia, tidak perlu dibicarakan lagi kelanjutannya. Karena walaupun Anda telah melepaskan seratus hal, tetapi Anda tetap di dunia, itu sedikit pun tidak ada gunanya. Sebab itu, manusia kita, roh dan hati kita harus terlebih dulu terlepas dari dunia, barulah hal-hal yang terhitung sebagai dunia menyusul terlepas.

Kita harus dengan mutlak keluar dari Mesir, terpisah dari dunia. Jangan takut orang lain mengatakan kita adalah orang yang “istimewa”. Setelah itu, kita menarik satu prinsip untuk membereskan perkara-perkara itu. Dalam beberapa hal aku harus mempunyai perbedaan dengan orang dunia. Dalam beberapa hal aku harus mempertahankan kerukunan dengan orang dunia, bukan sengaja berselisih dengan orang lain. Baik di rumah, di kantor, maupun di mana saja, aku harus menjadi orang yang tidak ada sengketa dengan orang lain. Sekarang kita akan menyinggung lima hal:

1. Hal-hal yang Dianggap Orang Dunia
Tidak Patut Dilakukan Orang Kristen

Anda harus meninggalkan hal-hal yang dianggap orang dunia tidak patut dilakukan orang Kristen. Menjadi orang Kristen, tarafnya harus dimulai dari penilaian orang dunia. Setiap orang dunia telah menentukan satu hukum, satu peraturan, satu standar bagi orang Kristen. Jika standar ini saja Anda belum bisa mencapainya, Anda terlalu kurang. Apa saja yang kita lakukan, janganlah sampai ditegur oleh orang kafir, “Apakah orang Kristen juga melakukan hal ini?” Kalau demikian, habislah harga diri Anda. Kalau Anda ditegur demikian, Anda tidak dapat berkutik lagi. Misalkan Anda berada di suatu tempat, dan orang kafir bertemu dengan Anda, lalu ia berkata, “Apakah Anda orang Kristen juga datang ke sini?” Banyak sekali tempat yang orang kafir kunjungi, jika Anda mengatakan tempat itu salah, mereka pasti berdebat bahwa tempat itu benar. Tetapi jika Anda juga pergi ke sana, mereka akan berkata, “Bolehkah Anda datang ke sini?” Ada beberapa perkara dosa, jika mereka yang melakukan, mereka tidak mengatakan apa-apa, tetapi jika Anda yang melakukan, mereka akan angkat suara. Sebab itu, hal yang dianggap orang kafir tidak patut dilakukan, janganlah kita lakukan. Ini adalah permintaan yang minimum. Jika orang kafir menganggap hal itu tidak patut dilakukan oleh orang Kristen, kita harus meninggalkannya.

Ada beberapa orang muda telah beroleh selamat, tetapi orang tua mereka belum beroleh selamat. Adakalanya di rumah, anak-anak ini meminta sesuatu, lalu orang tua mereka menjawab, “Apakah kalian yang percaya Tuhan Yesus juga mau meminta barang-barang ini?” Kalau perbuatan orang Kristen dikoreksi oleh orang dunia, ini adalah hal yang memalukan. Abraham berdusta, lalu dicela oleh Abimelekh, dalam Alkitab ini adalah hal yang paling memalukan. Sebab itu, hal-hal yang dianggap orang kafir tidak patut kita lakukan, yang dianggap orang dunia tidak patut kita lakukan, tidak boleh kita lakukan. Kita harus mempunyai perbedaan atau pemisahan diri.

2. Segala Hal yang Tidak Selaras
dalam Hubungan Kita dengan Tuhan

Segala hal yang membuat hubungan antara Anda dengan Tuhan tidak selaras, itu pun harus dikesampingkan. Ketika Tuhan di bumi, la dihina, dipermalukan, maka kita di sini tidak bisa mencari kemuliaan. Tuhan di bumi adalah seorang yang tersalib seperti perampok, kita tidak dapat menjadi seorang yang dielu-elukan. Tuhan kita di bumi difitnah kerasukan setan, kita tidak dapat dinilai oleh orang bahwa kita paling pandai, paling terbuka, pikiran kita paling baik. jalan yang Tuhan tempuh adalah jalan yang perlu kita tempuh juga. Sebab itu, segala hal yang tidak selaras dengan Tuhan harus kita kesampingkan.

Tuhan berkata, “Seorang murid tidak lebih daripada gurunya, atau seorang hamba daripada tuannya.” Jika mereka secara demikian memperlakukan Tuan kita, janganlah mengharap mereka dengan Cara lain memperlakukan kita. Kalau tidak demikian, pada kita pasti ada salahnya, hubungan kita dengan Tuhan pasti ada persoalannya. Jadi, bagaimana keadaan Tuhan di bumi, kita pun harus mengikuti-Nya.

Kita harus sadar bahwa mengikuti Yesus orang Nazaret haruslah bersedia dipermalukan, bukan mendapat kemuliaan. Orang yang mengikuti Yesus orang Nazaret harus siap memikul salib. Ketika seseorang pertama kali bertemu dengan Tuhan, Tuhan berkata, “Siapa saja yang mau mengikut Aku, ia harus memikul salibnya dan mengikut Aku.” Tuhan sudah berkata demikian ketika seseorang masih berada di depan pintu gerbang, bukan setelah orang itu sampai di dalam ruangan. Sebelum Anda datang, Tuhan sudah berkata, “Kamu harus memikul salib mengikuti Aku.” Tuhan memanggil Anda datang supaya Anda memikul salib. Ketahuilah, inilah jalan yang kita tempuh; hanya dengan jalan inilah kita mengikuti Tuhan. Hubungan Tuhan terhadap dunia, itulah hubungan kita terhadap dunia. Jadi, terhadap dunia, kita harus selaras dengan Tuhan, tidak boleh berbeda.

Galatia 6:14 memperlihatkan kepada kita bahwa salib berdiri di antara dunia dan Tuhan. Di pihak sini ada Tuhan, di pihak sana ada dunia; di tengah-tengah ada salib. Sikap kita terhadap dunia adalah menggunakan salib. Dunia memberikan salib kepada Tuhanku, sebab itu dunia berada di sebelah sana salib. Hari ini aku sudah berada di pihak Tuhan, aku harus melewati salib baru sampai kepada dunia. Tetapi salib ini tidak dapat dilampaui karena salib adalah satu fakta, salib juga satu sejarah. Aku tidak dapat menghapus fakta, aku juga tidak dapat menghapus sejarah. Dunia dengan salib memaku Tuhanku, aku tidak dapat menghindari jalan itu. Sebagaimana salib itu sebuah fakta, maka bagiku dunia telah mati tersalib juga sebuah fakta. Kalau salib tidak dapat dihapus, demikian juga tersalibnya dunia tidak dapat dihapus. Hari ini selain menghapus salib, tidak ada jalan bagiku untuk mencapai dunia. Tetapi salib sekarang menghadang di depanku, aku tidak dapat melampauinya; ini adalah sebuah fakta karena Tuhanku sudah dipaku di sana. Hari ini aku adalah orang yang sudah berada di sebelah sini salib.

Misalnya ada seseorang, yang orang tua atau saudaranya telah dibunuh oleh orang lain. Kemudian ada orang lain datang mendamaikan dan berkata, “Orangnya sudah mati, mau bicara apa lagi? Kalau orangnya belum mati, banyak hal yang masih bisa dibicarakan. Sekarang orangnya sudah mati, maka tidak ada yang harus dibicarakan lagi tentang dia.” Demikian juga prinsipnya, salib sudah di sini, apa yang akan dibicarakan lagi? Dunia telah menyalibkan Tuhanku, hari ini aku berdiri di pihak Tuhan, aku hanya dapat berkata, “Hai dunia, dari kedudukanmu engkau melihat aku, aku telah terpaku di atas salib; dari kedudukanku aku melihat engkau, engkau juga telah terpaku di atas salib. Hari ini kedua belah pihak tidak dapat bersekutu. Engkau tidak dapat ke sini, aku pun tidak dapat ke sana. Salib itu adalah fakta. Jika aku tidak dapat menghapus salib, aku pun tidak dapat membawa dunia kemari. Tuhanku sudah mati, sudah tidak ada jalan lagi.”

Ketika Anda nampak salib, Anda dapat berkata bahwa aku memegahkan salib, “Sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia.” Bagaimanapun, salib adalah sejarah; bagaimanapun, salib adalah fakta. Anda adalah orang Kristen, Anda berada di sebelah sini dan dunia berada di sebelah sana, di tengah-tengahnya ada sebuah salib. Bila Anda membuka mata, yang Anda lihat adalah salib. Bila Anda akan melihat dunia, pasti lebih dulu nampak salib.

Seorang beriman yang baru beroleh selamat perlu dibawa oleh Tuhan sampai ke taraf ini, yaitu nampak bahwa keadaan Tuhan adalah keadaannya. Banyak orang menanyakan berbagai macam persoalan, “Dengan melakukan ini apakah aku menjamah dunia? Bolehkah mengerjakan hal itu?” Kita tidak dapat menjawab satu per satu, kita hanya memberikan mereka satu prinsip: Dunia berkebalikan dengan salib, dunia juga berkebalikan dengan Tuhan kita. Sebab itu, jika hati Anda terbuka, di hadapan Allah tidak degil, begitu Anda datang ke hadapan Tuhan, perbedaan dunia dengan salib dengan sendirinya menjadi jelas.

Apakah yang dunia? Apakah yang bukan dunia? Asalkan. Anda datang ke hadapan Tuhan, Anda pasti mengerti. Asalkan Anda mengajukan satu pertanyaan, “Dalam hal ini, bagaimana hubunganku dengan Tuhan di bumi?” Asalkan hubungan Anda dengan orang dunia sama dengan hubungan Tuhan dengan orang dunia, semuanya pasti beres. Jika kedudukan Anda dengan kedudukan Tuhan tidak sama, itu pasti salah. Anak Domba telah tersembelih. Kita adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba; ke mana saja la pergi, kita mengikuti-Nya (Why. 14:4). Kita dengan Tuhan berdiri bersama-sama di atas kedudukan ini. Apa pun yang tidak berdiri di pihak Tuhan, apa pun yang berkebalikan dengan kedudukan Tuhan adalah dunia yang harus kita tinggalkan.

3. Segala Hal yang Membuat
Hayat Rohani Kita Padam

Apakah dunia? Kita sulit menyebutnya satu per satu karena tidak akan habis kita sebutkan. Tetapi kita dapat memegang satu prinsip dasar, “Segala hal yang membuat hayat rohani Anda padam di hadapan Tuhan, itulah dunia.” Jika ada satu hal bisa membuat Anda tidak bergairah berdoa di hadapan Allah, itulah dunia. Jika ada satu hal bisa membuat Anda tidak senang membaca firman Allah, itulah dunia. Jika ada satu hal yang membuat Anda di hadapan orang tidak dapat membuka mulut untuk bersaksi, itulah dunia. Jika ada satu hal bisa membuat Anda merasa ada sekatan dengan Tuhan, sehingga Anda perlu mengaku dosa, itulah dunia. Dunia adalah suatu suasana; suasana itu menyebabkan kita dingin, menyebabkan kita mundur, menyebabkan hati kita yang mengasihi dan memikirkan Tuhan menjadi dingin. Jadi, kita dapat memperoleh satu prinsip umum, yaitu segala sesuatu yang dapat membuat keadaan rohani kita padam di hadapan Allah, itulah dunia. Itu harus dibuang.

Misalnya terhadap suatu hal yang dalam anggapan orang lain bukan dosa, apakah itu terhitung dunia? Banyak urusan yang menurut pandangan manusia sangat baik, tetapi setelah Anda melakukannya beberapa kali, api di dalam Anda tidak lagi berkobar, hati nurani Anda di hadapan Allah menjadi lemah. Setelah Anda melakukan hal tertentu, pembacaan Alkitab Anda menjadi tawar. Bukan tidak ada waktu, melainkan tidak ada selera untuk membaca. Setelah Anda melakukan hal tertentu, Anda tidak dapat bersaksi di depan orang, di dalam Anda merasa kosong. jadi, masalahnya bukan dosa atau tidaknya, melainkan apakah hal itu menyebabkan hayat rohani padam atau tidak. Segala sesuatu yang dapat menyebabkan hayat rohani Anda padam adalah dunia. Di hadapan Allah kita harus menolaknya.

4. Segala Hal yang Membuat Kita Tidak Dapat Menyatakan Bahwa Kita Adalah Orang Kristen

Masih ada satu hal yang harus disinggung, yaitu hubungan masyarakat. Segala pergaulan dalam masyarakat, berteman atau berpesta-pora yang bisa membuat kita menaruh pelita kita di bawah gantang, itulah dunia. Banyak pergaulan, pesta-pora, dan hubungan masyarakat yang dapat menyebabkan Anda harus menaruh pelita di bawah gantang dan tidak dapat menyatakan bahwa Anda adalah orang Kristen. Ketika mereka berbicara, Anda harus berpura-pura mempunyai sopan santun, mendengarkan, dan tersenyum. Perasaan batin Anda tertekan, tetapi wajah tetap tersenyum; batin merasakan ini adalah dunia, lahir tetap menyatakan setuju; batin merasakan ini adalah dosa, lahir tetap harus mengatakan ini benar. Anda tidak seharusnya berhubungan dengan orang-orang dalam keadaan demikian. Banyak anak Allah, karena dalam pergaulan masyarakat, dalam hubungan antar manusia tidak dapat membedakan dengan jelas, akhirnya sedikit demi sedikit terseret ke dalam dunia.

Sebab itu, saudara saudari yang Baru percaya, begitu Anda menjadi orang Kristen,. Anda harus jelas terhadap kedudukan diri Anda, Anda harus memilih. Kita bukannya dengan sengaja tidak berhubungan dengan orang lain. Kita bukan Yohanes Pembaptis, tidak makan dan tidak minum; kita adalah orang-orang yang mengikuti Tuhan, makan dan minum. Tetapi ketika kita berhubungan dengan orang lain, kita harus mempertahankan kedudukan kita. Orang lain tidak dapat melanggar kedudukan kita sebagai orang Kristen, orang lain hanya dapat menghormati kedudukan kita sebagai orang Kristen. Ketika aku berdiri pada kedudukan sebagai orang Kristen, mungkin juga harus dicela oleh orang lain, tetapi aku harus tetap berdiri pada kedudukan itu.

Sebab itu, jika kita sungguh-sungguh mau menempuh jalan yang berlainan dengan dunia, kita harus berhati-hati setiap kali berhubungan dengan orang lain. Dalam hubungan itu kita harus dapat menyatakan kedudukan kita sebagai orang Kristen. Jika kita tidak dapat menyatakan kedudukan kita sebagai orang Kristen, lebih baik kita tinggalkan hubungan itu. Sebab itulah dalam Mazmur 1 dikatakan, “Tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan tidak duduk dalam kumpulan pencemooh.” Kalau Anda berdiri di jalan orang berdosa, cepat atau lambat, Anda akan sampai pada tempat dosa itu. Jika Anda duduk dengan orang pencemooh, cepat atau lambat Anda pasti tertular olehnya. Dosa dan cemooh itu dapat menular, karena itu kita harus belajar menjauhkan diri dari hal-hal tersebut, seperti menjauhkan diri dari penyakit menular.

5. Hal-hal yang Dianggap Tidak Dapat Dilakukan
oleh Kaum Beriman yang Lemah

Masih ada satu perkara, yaitu apa saja yang Anda lakukan, jika itu menyebabkan jatuhnya orang yang lemah hati nuraninya, itu pun dunia; anak-anak Allah harus belajar meninggalkannya. Di depan telah kita singgung hal-hal yang dianggap oleh orang dunia tidak patut dilakukan oleh orang Kristen. Sekarang kita singgung hal-hal, yang dalam anggapan orang-orang Kristen yang paling dangkal, tidak patut kita lakukan. Jika orang kafir menganggap hal ini tidak patut kita lakukan, tetapi Anda melakukannya, itu berarti Anda telah kehilangan kesaksian. Jika orang Kristen yang paling dangkal, paling lemah, menganggap hal ini tidak patut kita lakukan, Anda tidak seharusnya melakukannya. Ini adalah perintah dalam Alkitab. Hal-hal yang tidak patut dilakukan itu bukan dikatakan oleh orang Kristen yang kuat, melainkan oleh orang Kristen yang lemah. Belum tentu komentar mereka terhadap hal itu benar; yang mereka katakan itu tidak-patut dilakukan mungkin sebenarnya patut. Tetapi karena hati nurani mereka lemah, Anda tidak boleh menjadi batu sandungan bagi mereka. Mereka menganggap Anda berada pada jalan yang salah. Kalau Anda tetap melakukannya, Anda akan menjatuhkan mereka. Paulus mengatakan, “Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna” (1 Kor. 6:12). Segala sesuatu halal, tetapi hal yang mereka anggap dunia, jangan Anda lakukan demi faedah mereka.

Sebagai contoh, Paulus berkata, “Kalau makan daging itu menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku selamanya tidak akan makan daging lagi.” Ini tidak mudah. Siapa yang dapat selamanya tidak makan daging? Dengan perkataan ini Paulus bukan setuju tidak makan daging. Dalam suratnya kepada Timotius dengan tegas ia mengatakan bahwa pantang terhadap berbagai-bagai jenis makanan yang diciptakan oleh Allah itu salah. Tetapi dalam hal ini, dia memperlihatkan kepada kita bahwa dia tidak mau bertindak ekstrim. Bagi dia, makan daging atau tidak bukanlah masalah. Anda sendiri mengerti, tetapi orang yang mengikuti Anda belum tentu mengerti; Anda sendiri tahu sampai di mana Anda harus berhenti, tetapi mereka yang mengikuti Anda tidak mengetahuinya. Jika mereka melebihi beberapa langkah, bagaimana? Anda makan daging tidak menjadi masalah, tetapi orang-orang yang mengikuti Anda telah pergi ke rumah berhala dan makan daging di sana, bahkan mungkin telah menyembah berhala. Sebab itu, kita harus mengetahui, banyak hal yang meskipun tidak benar-benar berhubungan dengan dunia, tetapi karma orang lain menganggap itu dunia, kita harus berhati-hati.

III. KELUAR DARI DUNIA,
KITA AKAN DITERIMA
OLEH TUHAN YANG MAHAADA

Dalam 2 Korintus 6:17-18 Tuhan berfirman kepada kita, “‘Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menyentuh apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan, demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa.”

Seluruh Perjanjian Baru, sampai 2 Korintus 6 barulah pertama kali dikatakan “Tuhan Yang Mahakuasa”. Tuhan Yang Mahakuasa ini seharusnya adalah “Elshadai”. “El” berarti “Allah”, “sha” berarti “dada” atau “buah dada ibu”, “shadai” berarti “mempunyai susu”. Di dalam bahasa Ibrani, arti shadai adalah “Mahaada”. Istilah “Allah Yang Mahakuasa” dalam Perjanjian Lama, semuanya adalah “Elshadai”, seharusnya diterjemahkan “Allah Yang Mahaada”. Susu ibu adalah keperluan bagi anak bayi. Dada ibu mempunyai susu, berarti segala kebutuhan Anda dapat disuplai dari sini. Akar kata “shadai” adalah “dada ibu”, artinya “apa saja ada”.

Dalam 2 Korintus 6:17 dikatakan bahwa jika kita keluar dari antara mereka, tidak menyentuh barang-barang mereka yang najis. Allah akan menerima kita dan menjadi Bapa kita. Kita akan menjadi anak-anak-Nya laki-laki dan anak-anak-Nya perempuan. Inilah firman Tuhan yang Mahaada. Apakah Anda nampak bahwa ini bukanlah kata-kata di bibir saja. Tuhan seolah berkata, “Kamu meninggalkan demikian banyak hal bagi-Ku, memisahkan diri dari mereka, keluar dari antara mereka, memutuskan hubungan dengan mereka, tidak menyentuh apa yang najis, kedua tanganmu sudah kosong, apa saja tidak ada. Ketika kamu berbuat demikian, Aku akan menerima kamu.”

Ingatlah, orang yang merasa dirinya diterima oleh Tuhan adalah orang yang telah memisahkan diri dari dunia. Banyak orang di hadapan Tuhan tidak merasakan Tuhan itu mustika, karena tidak melepaskan segala sesuatu dan menganggapnya sampah. Jika tidak mengganggap segala sesuatu itu sampah, tentu memustikakannya. Orang yang demikian tidak tahu bahwa Allah adalah Bapa kita, kita adalah anak-anak-Nya. Kita juga tidak mengetahui bahwa yang berkata demikian adalah Tuhan yang Mahaada. Apakah Anda melihat keistimewaan “shadai di sini? Sampai di sinilah kata “shadai baru berguna. Karena segalanya telah kubuang, sekarang aku memerlukan “shadai”, aku memerlukan satu Bapa, Dialah Yang Mahaada.

Sebab itu ada Mazmur yang memberi tahu kita bahwa ketika orang tua meninggalkan aku, maka Yehova menerima aku. Dia menjadi Bapaku. Dalam Mazmur ada sepatah kata lagi, “Ketika hati dan tenagaku lemah, Tuhanlah menjadi tenaga di dalam hatiku” (Mzm. 73:25 Tl.). Ketahuilah, justru di sinilah mustikanya: Anda di pihak sana harus membuang, barulah di pihak sini mendapatkan. Setelah orang buta itu diusir keluar dari rumah ibadah barulah ia bisa bertemu dengan Tuhan. Jika Anda tetap di dalam rumah ibadah, Anda tidak akan bertemu dengan Tuhan. Ketahuilah, jika kita diusir, kita pasti melihat berkat Tuhan di atas diri kita.

Sebab itu, orang-orang yang baru beroleh selamat seharusnya keluar dari dunia, barulah dapat merasakan kemesraan dan kemanisan Tuhan. Di sebelah sana membuang, di sebelah sini mengecap rasa Tuhan.

25 || MENGASIHI SAUDARA

MENGASIHI SAUDARA

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011


Saudara-saudara yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi.

 I Yoh 4:11

 

Pembacaan Alkitab :
Yohanes 5:24
I Yohanes 1: 3-14

Penulisan Injil Yohanes adalah yang terakhir di antara keempat Kitab Injil, penulisan surat Yohanespun adalah yang terakhir -di antara surat-surat rasuli lainnya. Sebelum ada Injil Yohanes sudah ada -injil Matius, Markus dan Lukas, yang mengisahkan berbagai peristiwa dan ajaran .Tuhan Yesus. Ketika Yohanes mengarang kitab Injilnya ia menunjukkan kepada kita, pokok atau makna yang tertinggi dan yang paling rohani dari kedatangan putra Allah ini. Dengan jelas sekali ia memberitahu pada kita, orang macam apakah yang dapat berolehhidup yang kekal, katanya bahwa orang yang percayalah yang akan beroleh hidup yang kekal. Dalam. Injil Yohanes penuh dengan istilah percaya. Manakala seorang percaya pada Tuhan, ia akan segera beroleh hidup yang kekal, itulah judul Injil Yohanes, dan itulah fokus yang khusus ditekankan Yohanes, namun hal ini tidak ditekankan oleh., kitab-kitab Injil lainnya. Yohanes 5:24 mencatat demikian: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barang siapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak. turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.” ;(Yoh. 5:24) Dengan kata lain, orang yang mendengar dan percaya ialah orang yang pindah dari dalam maut ke dalam hidup. Pintu Injil ini sungguh terbuka sangat lebar. –

Dalam surat-surat rasuli makna “Percaya” ini ditafsirkan sangat jelas, baik oleh Paulus, Petrus maupun oleh rasul-rasul lainnya, karenanya kita semua mengerti bahwa setiap orang yang percaya Tuhan akan menerima kasih karunia. Namun, pada saat-saat terakhir aspek yang ditekankan dalam surat kiriman Yohanes adalah berlainan. Kalau surat-surat rasuli lainnya menekankan masalah percaya, maka yang ditekankan Yohanes ialah masalah perilaku yang praktis di hadapan Allah, yaitu kasih. Kalau surat-surat lainnya menerangkan betapa orang yang percaya akan beroleh pembenaran, pengampunan, dan pembasuhan, maka surat Yohanes mengatakan betapa orang yang telah percaya harus ada buktinya, yaitu kasih.

Jika kita bertanya, kepada seorang, “Bagaimanakah anda mengetahui diri anda telah beroleh hidup yang kekal?” Mungkin ia akan menjawab, “Demi Firman Allah.” Tetapi jawaban seperti ini tak dapat diandalkan. Sebab ia dapat berkata demikian menurut otaknya, hatinya belum tentu sesungguhnya percaya pada firman Allah. Oleh sebab itu dalam suratnya Yohanes menerangkan kepada kita kalau seorang mengaku dirinya telah menerima hidup yang kekal ia pasti memiliki suatu bukti. Dan kalau ia mengaku dirinya telah menjadi milik Allah, pada dirinya pasti ada suatu manifestasi atau kesaksian.

Seorang boleh saja menurut pengetahuannya berkata; “Saya sudah percaya, saya, sudah beroleh hidup yang kekal.” Seorangpun boleh saja mempertunjukkan “Asal percaya sudah beroleh hidup yang kekal” sebagai suatu rumusan. Pertama, saya mendengarkan Injil, kedua, saya telah mengerti, ketiga, saya sudah percaya dan keempat, saya tahu bahwa saya telah beroleh hidup yang kekal. Akan tetapi, “Beroleh selamat” menurut rumusan semacam ini tak dapat diandalkan. Alkitab memberitahu pada kita sejak zaman Paulus sudah ada saudara palsu (2 Kor. 11:26, Gal. 2:4).. Apakah itu saudara palsu? Itulah oknum-oknum mengaku dirinya saudara, padahal bukan saudara, dan mereka mengaku sebagai umat Allah, tetapi belum beroleh hayat. Mereka masuk kedalam gereja tidak berdasarkan hayat, melainkan ‘berdasarkan ajaran, pengetahuan atau rumusan Lalu, bagaimanakah cara kita mengenal benar atau palsunya oknum-oknum tersebut? Bagaimanakah kita dapat mengetahui iman seseorang, di hadapan Allah itu hidup atau hanya suatu rumusan? Dengan cara apakah kita dapat membuktikan siapa umat Tuhan dan siapakah bukan? Nah, surat-surat, Yohaneslah yang membantu kita untuk memecahkan problema ini. Beliau memberi kita satu. cara pentamyizan, agar kita dapat mengenal mana saudara yang benar dan mana saudara yang palsu, mana yang berasal (dilahirkan) dari Allah, mana yang bukan berasal dari Allah. Baiklah sekarang kita melihat cara pentamyizan yang diberikan Yohanes kepada kita itu.

I HAYAT KASIH

Dalam seluruh Alkitab perkataan “Pindah dari dalam maut ke dalam hidup” hanya terdapat dua kali. Pertama tercantum dalam Yohanes 5:24, kedua tercantum dalam I Yohanes 3:14. Baiklah kita perbandingkan sebentar kedua ayat tersebut.

Yohanes 5:24 — “Sesungguhnya barang siapa yang mendengar perkataan-Ku, ia mempunyai hidup, yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.” Disini dikatakan bahwa orang yang percaya sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup

I Yohanes 3:14 — “Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita.” Berpindah dari dalam maut ke dalam hidup mempunyai satu bukti, yaitu mengasihi saudara kita.

Misalkan anda bergaul dengan sejumlah orang, anda mungkin sangat menyukai, memuji, dan menghormati mereka. Tetapi perasaan atau sikap anda terhadap mereka sudah tentu berbeda jika dibanding dengan perasaan anda terhadap saudara saudari sekandung. Seseorang yang dilahirkan oleh ibu anda ialah saudara atau saudari anda, maka terhadapnya otomatis anda mempunyai perasaan yang istimewa. Perasaan mana merupakan perasaan kasih yang spontan. Adanya perasaan yang demikian membuktikan bahwa anda dengan dia adalah sekeluarga.

Demikian pula, misalkan di sini ada seorang yang berbeda sama sekali dengan anda, baik dalam corak, keluarga, pendidikan, watak, maupun hobby, tetapi oleh sebab ia juga percaya Tuhan Yesus, maka terhadapnya anda akan mempunyai: perasaan yang tak terkatakan, bahkan merasa ia lebih akrab daripada saudara sekandung. Jika anda memiliki perasaan demikian, itu membuktikan bahwa anda telah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup.

I Yohanes 5:1 mengatakan, “Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus. Lahir dari Allah, _dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga dia yang lahir dari pada-Nya.” Betapa mustikanya perkataan-perkataan dalam ayat itu! Jika anda mengasihi Allah yang melahirkan anda, pasti anda akan mengasihi orang yang dilahirkan oleh Allah, hal ini sangat spontan. Jika anda mengaku mengasihi Allah, tak mungkinlah anda tak mempunyai perasaan terhadap saudara anda. Itu mustahil.

Dalam batin anda terdapat` satu “Kasih” yang membuktikan bahwa “iman” yang dahulu anda miliki itu benar, dan oleh karena “iman” yang dahulu anda miliki itu benar, maka anda memiliki suatu “kasih” yang tak terkatakan. Hati yang mengasihi saudara ini memang sangat istimewa, tetapi ia dapat mengasihi ‘saudara bukan karena saudara  itu setekad dengan anda, atau karena alasan lain; melainkan karena ia adalah saudara semata. Mungkin pendidikannya, wataknya, keluarganya, pendapatnya, dan opininya’ berbeda dengan anda, namun anda mengasihi dia. Jadi karena dia percaya Tuhan, andapun percaya Tuhan, anda dengan dia sama-sama menjadi saudara, maka dengan sendirinya anda dapat- bersekutu dengan dia. Anda mempunyai satu perasaan yang tak terkatakan terhadapnya. Nah perasaan inilah yang :membuktikan anda telah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup. Jika anda mengasihi saudara, anda tahu bahwa anda telah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup.

Iman memang memungkinkan anda berjumpa dengan Allah, berpindah dari dalam maut ke dalam hidup serta menjadi anggota keluarga Allah,- dan beroleh kelahiran ulang; tetapi _iman tidak saja mempertemukan anda dengan Setelah anda beroleh hayat, dengan sendirinya -anda akan menyadari betapa banyak pula orang yang memiliki hayat di dalam dunia ini, dan dengan spontan pula hayat ini menghendaki anda menghampiri orang-orang yang beroleh hayat seperti anda. Hayat itu memungkinkan anda senang hati menghampiri mereka, bergaul dengan mereka; dan dengan sendirinya anda bisa mengasihi mereka.

Dalam Injil Yohanea dan surat Yohanes kita dapat melihat pengaturan Allah demikian: “Percaya” dapat memindahkan kita dari dalam maut ke dalam hidup, dan orang yang berpindah dari dalam maut ke dalam hidup dapat “mengasihi”. Jadi berdasarkan kasih persaudaraan itu kita dapat mengetahui bahwa kita telah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup. Inilah satu cara yang paling dapat diandalkan. Dengan cara ini kita dapat menguji berapakah. anak-anak Allah sebetulnya di bumi ini. Orang yang dapat saling mengasihi itu barulah saudara; orang yang tidak dapat saling mengasihi ia bukanlah saudara.

Saudara dan saudari, kita wajib menyadari hal ini di hadapan Allah: mengasihi saudara adalah bukti percaya yang sejati. Kecuali ini tiada cara lain yang lebih baik untuk mengetahui/membedakan iman yang sejati dan iman yang palsu. Jika kita tak memiliki kemampuan tamyiz ini, makin sempurna pemberitaan Injil kita, makin besar pula kemudian terjadinya bahaya kepalsuan. Dan makin jelas pemberitaan Injil kita, oknum-oknum palsupun akan semakin mudah menyelinap ke dalam gereja dan Injil itu makin kita beritakan dengan penuh kasih karunia, semakin banyaklah orang yang sembrono. Oleh sebab itu kita harus memiliki cara pentamyizan agar:`dapat mengenal siapa yang beriman benar, siapa yang beriman pura-pura. Surat Yohanes menegaskan bahwa cara untuk membedakan iman yang benar maupun yang palsu tidak terletak pada iman itu sendiri, melainkan terletak pada kasih. Jadi yang ditanya bukan bagaimana imannya, melainkan bagaimana kasihnya. Jika imannya benar, pastilah ia memiliki kasih. Tanpa kasih berarti tanpa iman, ada kasih berarti ada iman. Iman dapat kita buktikan dengan jelas melalui kasih.

Jadi, jika kita ingin mengetahui seorang apakah ia seorang Kristen tulen atau Kristen palsu, cukup dengan melihat apakah ia terhadap anak-anak Allah ` lainnya memiliki suatu perasaan atau daya tarik yang istimewa atau tidak .Allah tidak mengaruniakan kepada kita hayat yang menyendiri, melainkan dengan sendirinya menuntut kita untuk mendekati orang-orang yang beroleh hayat itu juga, dan yang menuntut kita untuk saling mengasihi dan saling mesra dengan orang-orang itu. Nah, orang yang memiliki perasaan yang demikianlah yang disebut “telah berpindah dari maut ke dalam hidup.”

II. PERINTAH KASIH

I Yohanes 3:11 — “Sebab inilah berita yang telah kamu dengar dari mulanya, yaitu bahwa kita harus saling mengasihi.”

I ‘Yohanes 3:23 — “Dan inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita.”

Saling mengasihi itulah perintah Allah. Allah memerintahkan kita melakukan dua perkara: 1. percaya akan nama Yesus Kristus, Anak Nya; 2. Saling mengasihi. Jika kita telah melakukan perkara yang pertama — percaya, kita pun harus melakukan perkara kedua — mengasihi.: Allah mengaruniakan kasih itu kepada kita, Iapun mengaruniakan satu perintah kasih. Allah terlebih dahulu memberi kita kasih itu, kemudian baru memberi kita perintah agar kita saling mengasihi. Hari ini kita harus saling mengasihi menurut kasih dan perintah kasih yang telah Allah karuniakan. Oleh sebab itu kita -harus mempergunakan sifat kasih yang Allah berikan di dalam kita ini, janganlah merusak dan melukainya.

Dikatakan selanjutnya dalam 4:7-8 “Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang Yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barang siapa tidak mengasihi, ia ‘tidak mengenal Allah, sebab Allah. adalah kasih.”

Mengapa kita harus saling mengasihi? Sebab kasih berasal dari Allah. Orang yang mempunyai kasih semuanya lahir dari Allah, dan yang tidak mempunyai kasih tidak mengenal Allah, sebab Allah itu sendiri adalah kasih. Tatkala Allah melahirkan kita Iapun melahirkan kasih ke dalam kita. Dahulu dalam kita tanpa kasih, tetapi hari ini dalam kita ada kasih yang berasal dari Allah. Setiap orang yang lahir dari Allah. Allahpun melahirkan kasih kedalamnya. Allah mengaruniakan kasih kepada ia, juga kepada anda, karenanya kalian dapat` saling mengasihi.

Orang yang lahir dari Allah beroleh hayat, dan hayat ini adalah Allah itu sendiri; Allah juga kasih, maka orang. yang lahir dari Allah didalamnya ada hayat kasih ini. Hayat yang kita terima dari Allah ialah hayat kasih. Setiap orang yang lahir dari Allah didalamnya pasti ada kasih, maka setiap orang yang ada kasih dengan sendirinya dapat saling mengasihi. Karenanya, jika kita tak dapat saling mengasihi, itu suatu perkara yang sangat ganjil. Allah telah mengaruniakan hayat kasih kepada setiap orang Kristen, berdasarkan hayat inilah Ia memberi kita satu perintah: “Haruslah saling mengasihi.” Allah terlebih dahulu mengaruniakan kasih, kemudian baru memerintahkan kita untuk mengasihi; Ia terlebih dahulu memberikan hayat kasih kemudian baru memberikan perintah kasih. Oleh sebab itu kita harus menundukkan. kepala dan berkata, “Syukur pada Allah, sebagai anak-anak Allah, kita dapat saling mengasihi.

III. JIKA TIDAK MENGASIHI SAUDARA

Sekarang kita akan khusus meninjau ayat-ayat yang bersangkutan dalam surat Yohanes.2:9-11: — “Barang siapa berkata bahwa ia berada didalam terang, tetapi ia membenci saudaranya, ia berada didalam kegelapan sampai sekarang. Barang siapa mengasihi saudaranya ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia tidak ada penyesalan. Tetapi barang siapa membenci saudaranya, ia berada didalam kegelapan dan hidup didalam kegelapan. Ia tidak tahu kemana ia pergi, karena kegelapan itu telah membutakan matanya. Ayat-ayat ini cukup jelas: dengan melihat apakah seorang membenci saudaranya atau tidak kita sudah mengetahui apakah ia itu saudara atau bukan, dan apakah ia berada dalam terang atau dalam kegelapan.

Jika ada seorang membenci anda, padahal ia tahu bahwa anda adalah saudara. itu cukup membuktikan bahwa ia bukan seorang Kristen. Andai kata ia melihat ada lima orang saudara, tetapi ia berkata, “Saya hanya mengasihi empat orang diantaranya, sedang yang satu saya benci.” Hal inipun membuktikan bahwa ia sendiri bukan seorang saudara. Kita harus tahu, mengasihi saudara bukan karena ia patut dikasihi, melainkan karena ia adalah saudara Satu-satunya alasan kita untuk mengasihinya yakni karena ia adalah saudara. Oleh sebab itu, kalau di sini ada seorang mengetahui anda adalah saudara, yaitu milik Tuhan, namun ia membenci anda, itu berarti didalamnya tanpa hayat. Sebab firman di sini mengatakan, Barang siapa membenci saudaranya, ia berada didalam kegelapan dan hidup didalam kegelapan.” Orang itu tinggal dalam kegelapan, pun hidup dalam kegelapan. Dengan kata lain, Alkitab sama. sekal i tidak mengakui/membenarkan perihal membenci saudara, dan sama sekali tidak percaya akan kemungkinan tersebut. Kalau anda tahu orang itu saudara, namun anda membencinya, maka anda harus berkata sendiri: “0 Tuhan, aku bukan seorang yang berada didalam terang, aku berada didalam kegelapan dan hidup didalam kegelapan!”

3:10: — “inilah tandanya anak-anak Allah: Setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barang siapa yang tidak mengasihi saudaranya.” Orang yang pada lahirnya tidak melakukan kebenaran bukan berasal dari Allah, orang yang dalam batinnya tidak mengasihi` saudara, iapun bukan berasal dari Allah. Jadi orang yang tidak mengasihi saudaranya, ia bukan berasal dari Allah, sebab dalam batinnya tiada kasih atau perasaan kasih itu. Dari sinilah ternyata siapakah anak-anak Allah.

3:14b — “Barang siapa tidak mengasihi, ia tetap didalam maut.” Kasih ini bukan kasih biasa, melainkan kasih persaudaraan. Jika seorang tiada kasih persaudaraan ini di dalam hatinya, Alkitab menyatakan, ia “tetap didalam maut.” Sebelum seorang percaya Tuhan, jika hatinya sedikit pun tanpa perasaan dan tarikan terhadap orang yang percaya, hal itu tidaklah mengherankan. Akan tetapi, bila setelah ia percaya Tuhan, hatinya tetap demikian, itu sangat mengherankan. Hal mana boleh jadi disebabkan kepercayaan/imannya belum mantap. “Barang siapa tidak mengasihi, ia tetap didalam  maut. ‘ Dahulunya ia memang didalam maut, hari ini ia mungkin tetap didalam maut. Kasihlah yang menjadi bukti iman. Iman seseorang dapat diandalkan atau tidak tergantung pada dapat tidaknya tidak,itu berarti ia tetap didalam maut.

3:15 — “Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh. yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya. Anda tak’ dapat mengatakan seorang yang telah percaya Tuhan masih dapat menjadi pembunuh, tetapi Alkitab mengatakan pada kita, setiap orang yang membenci saudara, adalah seorang pembunuh. Barang siapa memiliki hidup yang kekal, ia seharusnya tidak dapat membenci saudara. Kalau ia masih bisa membenci saudara, itu membuktikan bahwa didalamnya ` tanpa kasih, dan tanpa hidup yang kekal.

Diantara anak-anak Allah kemungkinan ada pelbagai keadaan/kesulitan, tetapi tidak seharusnya ada kebencian. Andaikata ada seorang saudara sangat tidak baik ke-~aannya, hati kita boleh tidak menyukainya, atau jika ada seorang saudara harus dipecat karena ia melakukan dosa, kita pun boleh menanggulangi perkara itu dengan rasa gusar, atau pun jika ada seorang saudara telah melakukan perkara yang sangat tidak baik, kitapun boleh memanggil dan menegornya dengan keras di hadapan Tuhan. Akan tetapi, kita tidak boleh membencinya. Kalau kita membencinya, itu membuktikan bahwa kita tidak memiliki hidup yang kekal.

Hayat yang terkandung dalam setiap anak-anak Allah sangat melimpah, sehingga ia dapat mengasihi setiap saudara saudari, Asalkan ia seorang milik Tuhan, kasih yang terkandung , didalamnya pasti akan mengalir keluar. Mengasihi seorang saudara sama dengan mengasihi semua saudara Hati yang mengasihi – ini diletakkan keatas saudara ini demikian, diletakkan keatas saudara itu pun demikian. Hati yang mengasihi saudara ini tanpa pilih bulu terhadap  saudara mana saja tak ada bedanya. Asalkan saudara, pasti dikasihinya. Kalau ada searang membenci saudara, ti adalah hidup kekal didalamnya. Tak usah ia membenci semua saudara, asalkan membenci satu saudara saja, sudahlah cukup membuktikan bahwa_ ia kekurangan kasih persaudaraan itu. Kasih persaudaraan ini pastilah dapat mengasihi semua saudara.

Inilah suatu perkara yang sangat : serius. Kalau ada seorang kaum imani tidak mengasihi seorang saudara, membenci seorang saudara, bahkan menipu dan menyerang saudara lain, kita harus berkata: “Ya Allah belas`kasihanilah! Di sini ada seorang mengira dirinya kaum imani, padahal ia sama sekali belum beroleh selamat!” Asalkan ia: membenci seorang saudara cukuplah membuktikan bahwa ia bukan berasal dari Tuhan. Betapa seriusnya perkara ini! `

Keadaan yang normal adalah demikian misalkan ada seorang saudara melakukan banyak perkara yang tak dapat dibenarkan, anda boleh menasehati _ dan menegornya, tetapi hati anda tidak membencinya. Kalau perbuatannya sampai membuat anda marah, anda pun boleh memurkainya serta mencelanya dengan kata-kata yang sangat keras, tetapi hati anda tetap tidak membencinya. Kendatipun anda harus menyampaikan soalnya kepada Gereja, seperti yang tercantum dalam Injil Matius 18, tujuan anda tetaplah ingin mendapatinya dan memulihkannya. Kalau anda terhadapnya hanya ingin mengecam dan meruntuhkan saja, tanpa bermaksud memulihkannya, itu membuktikan anda bukan seorang saudara. Maksud menyampaikan soalnya kepada gereja ialah agar bisa mendapat kembali saudara. Jadi soalnya ialah apakah tujuan anda ingin meruntuhkannya atau ingin mendapatinya? Inilah masalah yang sangat serius. Janganlah kita menganggap perkara ini sederhana.

Seperti terhadap orang yang melakukan percabulan dalam I Korintus 5. Paulus berkata, “Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu.” (I Kor. 5:13). Oleh karena pada mulanya mereka tidak mau mengusir orang itu, maka Paulus dengan kuasa Yesus dan dalam nama Tuhan Yesus menyerahkannya kepada Iblis supaya tubuhnya binasa. Ganjaran yang demikian boleh dikata beratnya tiada taranya. Mengapa Paulus harus bertindak demikian? Tak lain agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan.” Jadi tujuan membinasakan/merusak tubuhnya pada masa ini, . ialah agar ia tidak menderita kerugian yang kekal. Motif dari sampaikan soalnya kepada gereja dalam Matius 18, sama sekali adalah untuk memulihkan/mendapati kembali. Pemecatan dalam I Korintus 5 juga bermaksud untuk mendapati kembali/memulihkan.

Ketika ‘Yosua menghakimi Akhan, . Yosua , berkata kepadanya, “Anakku, muliakanlah Tuhan Allah Israel.” (Yos. 7:19) Sungguhpun dosa Akhan sangat besar, tetapi Yosua berkata kepadanya dengan roh yang demikian lembut, dan dengan hati yang penuh kasih persaudaraan.

Tatkala berita kematian Saul tiba pada Daud, ia segera mengoyak pakaiannya dan meratapi, menangisinya serta berpuasa – sampai matahari terbenam : karenanya. (2 Sam. 1:11-12) Demikian pula ketika Daud mendengar kabar kematian Absalom, ia berkata dengan sedih, “Anakku Absalom, anakku, anakku Absalom. Ah,. kalau bisa aku mati menggantikan engkau, Absalom, anakku, anakku!” (2 Sam. 18:33) Saul adalah raja yang memusuhinya, Absalom adalah anak yang mendurhakainya, tetapi ketika mereka mati Daud meratapi mereka juga. Ia tak dapat tidak berperang, dan tak dapat tidak menghukum mereka, namun iapun tak dapat tidak menangisi mereka.

Saudara dan saudari, kalau seorang hanya dapat menghakimi tak dapat meratapi, hanya menyalahi tanpa merasa pilu, itu membuktikan ia tak mengetahui makna kasih persaudaraan. Kalau ada seorang saudara menegor saudara lain hanya bermaksud menggugurkannya, itu nyata bahwa di dalamnya tanpa kasih, melainkan hanya ada kebencian. Membenci saudara berarti membunuh saudara! Alangkah seriusnya hal ini!

Dahulu ada seorang saudara menulis surat kepada J.N. Darby membicarakan masalah pemecatan. Darby menjawab, “Saya kira jika seorang dosa yang telah menerima pengampunan memecat seorang dosa lainnya, itulah perkara yang paling mengerikan diseluruh dunia ini.” Ya, di seluruh dunia sungguh tiada perkara lain yang lebih mengerikan daripada perkara seorang dosa yang beroleh pengampunan memecat seorang dosa lainnya. Sikap Darby ini berasal dari sikap hayat kasih. Memang benar banyak perkara harus ditanggulangi, dan bila perlu gereja boleh memecat saudara yang berbuat dosa. Akan tetapi dalam menanggulangi perkara itu tidaklah seharusnya menaruh rasa benci

4:20-21: – “Jikalau seorang berkata: Aku mengasihi Allah, dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barang siapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barang siapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.” Di sini Yohanes memperlihatkan pada kita betapa mengasihi saudara berarti mengasihi Allah. Jika orang tidak mengasihi saudara yang dilihatnya, ia tak dapat mengasihi Allah yang tidak dilihatnya, maka jika anda ingin mengasihi Allah, andapun harus mengasihi saudara. Inilah perintah yang kita terima dari Allah:kita mengetahui kasih itu. Karenanya Yohanes selanjutnya

Oleh karenanya kita harus berhati-hati, janganlah kita melakukan perkara yang menyalahi kasih, yaitu jangan .sembarangan berbuat dosa terhadap saudara. Hendaklah saling mengasihi, dan menghormati kasih persaudaraan yang ada di batin anda, jangan melukainya. Allah telah menaruh kasih/hati itu ke dalam kita, maka kita harus menggunakannya untuk melayani dan membantu saudara kita dan kita harus mempertumbuhkannya agar ia semakin perkasa.

3:17: — “Barang siapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?” Yohanes tidak berkata, Bagaimanakah kasih saudara dapat tetap di dalam dirinya?” melainkan “Bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?” Sebab hati yang mengasihi Allah itulah hati yang mengasihi saudara, dan sebaliknya. Jika seorang menutup pintu hatinya terhadap saudaranya, hatinya yang mengasihi Allahpun tiadalah. Ia tak dapat menipu dirinya sendiri dengan berkata, “Walaupun saya tidak mengasihi saudara, tetapi saya mengasihi Allah. Hubungan kita dengan saudara kita berasal dari Allah, jika kita tidak ada hubungan dengan saudara berarti kita tidak ada hubungan dengan Allah; jika kita menolak saudara, otomatis hati yang mengasihi Allahpun tidak ada didalamnya.

IV. CARA MENGASIHI SAUDARA

I Yohanes 3:16: — “Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita.” Apakah hati yang mengasihi saudara itu? Yohanes telah menjelaskannya bagi kita. Asalnya kita tak mudah mengerti apakah kasih itu. Tatkala kita nampak betapa Tuhan menyerahkan nyawanya bagi kita, barulah kita mengetahui kasih itu. Karenanya Yohanes selanjutnya berkata, “Jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.” Hati yang mengasihi saudara berarti satu hati yang rela mengesampingkan diri sendiri demi melayani saudara-saudara, atau satu hati yang rela mengorbankan diri sendiri demi kesempurnaan saudara-saudara, bahkan rela menyerahkan nyawa bagi saudara-saudara.

3:18: — “Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.” Mengasihi saudara bukan hanya ucapan dalam mulut saja, melainkan harus diekspresikan dalam perbuatan dan dalam kebenaran/kejujuran.

4:10-12: — “Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna didalam kita.” Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa mengasihi Allah tak dapat dipisah‑pisahkan dengan saling mengasihi di antara kita. Jika kita saling mengasihi, kasih-Nya akan sempurna di dalam kita. Dengan kata lain, hari ini Allah membentangkan banyak saudara dihadapan kita, mereka adalah sasaran kita agar kita dapat mempraktekkan kasih kita terhadap Allah. Kalau kita saling mengasihi, kasih Allah akan sempurna didalam kita. Kita tidak boleh mengatakan dengan mulut yang hampa bahwa kita mengasihi Allah, tetapi haruslah belajar mengasihi saudara secara nyata. Mengatakan dengan lidah saja tidak berguna dan sia-sia. Jika kita mengasihi Allah, haruslah kita menyatakannya melalui mengasihi saudara kita. 5:2-3: — “Inilah tandanya bahwa kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintah-Nya. Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. “Jika kita mengasihi Allah, wajiblah kita menuruti perintah-perintah-Nya, jika kita ingin mengasihi anak-anak Allah, kitapun wajib menuruti perintah-perintah-Nya. Misalkan Allah memerintahkan kita untuk menerima baptisan, tetapi ternyata banyak anak-anak Allah yang mempunyai pendapat yang berbeda-beda terhadap baptisan ini, ada yang mengatakan kepada kita, “Kami tidak setuju dengan baptisan, jika kalian mengasihi kami, kalian jangan menerima baptisan, dan jika kalian menerima baptisan, kalian akan melukai hati kami. Bagaimanakah kalau terjadi perihal demikian? Perintah Allahpun menghendaki kita meninggalkan perpecahan (denominasi), tetapi banyak anak-anak Allah malahan mendukung denominasi,, mereka berkata kepada kita, Kalian tidak seharusnya meninggalkan denominasi, jika kalian berbuat demikian, kalian akan menyinggung perasaan kami.” Jika kita ingin mengasihi Allah, kita harus meninggalkan denominasi; jika kita disamping ingin mengasihi saudara, tetapi kita tak dapat meninggalkan denominasi, bukankah serba sukar? Akan tetapi Yohanes memberitahu pada kita, “Inilah tandanya bahwa kita _mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintah-Nya.” Dengan kata lain, jika kita tidak menuruti perintah Allah, tak dapatlah dikata bahwa kita mengasihi anak-anak Allah. Misalkan ada seorang saudara beroleh pimpinan Allah untuk menerima baptisan, jika ia mengasihi anak-anak Allah, justru ia harus menerima baptisan itu. Sebab kalau ia tidak menerima baptisan, ia akan mempengaruhi banyak anak-anak Allah, sehingga merekapun tidak berani memilih baptisan itu. Berbuat ‘demikian berarti menghalang-halangi mereka dalam hal menuruti perintah Allah, dan itu tidak berarti mengasihi anak-anak Allah. Jika anda menuruti segala perintah Allah, itu barulah menunjukkan bahwa anda mengasihi anak-anak Allah. Sebab anda telah menempuh jalan taat atau patuh, dan karenanya anak-anak Allah lainnyapun akan dapat menempuh jalan patuh ini. Kalau anda karena takut melukai hati mereka sehingga anda tidak melalukan perintah Allah Oleh sebab itu anda wajib belajar mengasini Allah dan menuruti segala perintah-Nya,, dengan demikian barulah terbukti bahwa anda benar-benar mengasihi anak-anak Allah. Hanya dengan menuruti segala perintah Allah, barulah kita dapat memimpin semua anak-anak Allah untuk menempuh jalan patuh. Satu contoh lagi: misalkan orang tua anda tidak mengizinkan anda percaya Tuhan, bagaimanakah sikap anda seharusnya? Apakah anda karena mengasihi orang tua anda lalu tidak jadi percaya Tuhan Jika demikian, itu sama sekali bukan perbuatan kasih! Anda jangan menuruti perkataan mereka, melainkan harus tetap percaya Tuhan. Walaupun mereka marah, tetapi anda telah membukakan satu jalan bagi mereka, agar mereka kelak dapat percaya Tuhan pula. Demikian barulah berarti kasih!

Hanya saja jangan sekali-kali: kita membuat mereka tersinggung, karena sikap atau tutur kata ‘ kita. Memang kita harus menuruti perintah-perintah Allah, tetapi sikap dan tutur kata kita jangan sampai melukai perasaan mereka. Disamping kita berpegang teguh pada kebenaran Allah, kitapun harus memelihara kasih. Sejak semula kita harus belajar menjadi orang yang benar/adil, tetapi janganlah” kehilangan kasih. Kita tidak boleh  mementingkan hayat Allah pada aspek kekudusannya saja, harus pula mementingkan aspek kasihnya. Kedua aspek ini harus seimbang, itulah yang benar. Kita harus belajar menurut/patuh, tetapi sikap kita harus luwes/lembut. Dalam situasi bagaimana pun janganlah kita mendurhakai kasih. Kalau ada suatu hal ikhwal harus dilakukan, lakukanlah, tapi janganlah melakukan perkara yang melukai kasih. Sikap kita harus lembut sekalipun pendapat kita berlainan dengan pendapat mereka. Kita harus menjelaskan dengan penuh kasih kepada mereka demikian: “Saudara,, kami harap semoga kamipun bisa melihat apa yang kalian lihat, tetapi Allah memperlihatkan ini kepada kami, maka kami tak dapat tidak menuruti-Nya.” Jangan mengekang firman Allah; tetapi jangan .pula melukai kasih. Pada satu pihak kita harus menurut/patuh, pada pihak lain kitapun harus mengasihi. Bagaimanapun juga kita harus menunjukkan pada mereka, bahwa perbuatan kita yang demikian bukan menurut kesenangan diri sendiri, melainkan karena perintah Allah. Jadi sikap kita harus benar dan harus penuh dengan kelembutan. Jika demikian, niscaya kita akan memperoleh banyak saudara-saudari.

V. HASIL KASIH

I Yohanes 4:16b: — “Allah adalah kasih, dan barang siapa tetap berada didalam kasih, ia tetap berada didalam Allah dan Allah didalam dia.” Ini adalah untuk kedua kalinya surat Yohanes mengatakan “Allah adalah kasih.” Sebab Allah adalah kasih, maka Allah menghendaki kita mengasihi saudara, bahkan tetap berada didalam kasih. Asalkan kita tetap berada didalam kasih, berarti kita tinggal didalam Allah.

4:17-18: — ‘Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yaitu kalau kita mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman, didalam ‘kasih tidak ada ketakutan, kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan.” Dalam seluruh Alkitab hanya I Yohanes 4 yang memberitahu kita bagaimana kita bisa merasa tidak takut ketika berada di hadapan takhta penghakiman kelak. R.ahasianya ialah: tetap berada didalam kasih. Tetap berada didalam kasih , berarti tetap berada didalam Allah. Kasih Allah sempurna didalam kita, maka kita boleh bebas dari rasa takut pada hari penghakiman nanti.

Karenanya kita harus memiliki satu pikiran saja terhadap saudara saudari, yaitu mengasihi mereka, mendapati mereka agar mereka beroleh manfaat/kebaikan yang paling tinggi. Hanya ada kasih, tanpa kebencian. Perbuatan atau sikap ini harus merupakan satu latihan pada diri kita, hingga pada, satu hari segenap insan kita tetap berada didalam kasih, kasihpun tinggal didalam kita, dan segala ketakutan terhapus ; semua dalam hidup kita diatas bumi ini. Jika kita mempunyai kasih, tentu tiada ketakutan. Sampai di hadapan takhta penghakiman kelak kitapun takkan gentar. Inilah hayat kasih, yang dapat bekerja sedemikian rupa diantara saudara, sehingga menghapus segala ketakutan. Buah daripada Roh kudus — kasih ini dapat memberikan keberanian kepada kita, hingga kita dapat berdiri dengan tabah di hadapan takhta penghakiman.

Kita telah melihat: mengasihi saudara berarti mengasihi Allah, mengasihi saudara dapat menyempurnakan kasih kita terhadap Allah, kita dapat mengasihi saudara hingga ke taraf kesempurnaannya, yaitu tidak merasa takut terhadap saudara. Mengasihi Allah dengan mengasihi saudara merupakan perihal yang pararel. Jika kita ingin mengasihi Allah, haruslah kita. mengasihi saudara didunia ini. Dengan demikian barulah kasih itu menjadi sempurna di dalam kita, dan barulah kita tidak gentar pada hari penghakiman. Inilah suatu perkara yang ajaib.

Semoga kita sejak.semula sudah belajar mengasihi saudara sebaik-baiknya, agar hayat kasih ini beroleh jalan keluarnya di atas diri kita.

W.N.


50 Judul Buku Pembinaan Dasar

  1. Bangun Pagi-pagi
  2. Baptisan
  3. Berbagai Jenis Sidang
  4. Berdoa
  5. Bersaksi
  6. Bersidang
  7. Cara Mengatur Keuangan
  8. Hajaran Allah
  9. Hari Tuhan
  10. Hayat Kita
  11. Jabatan Imam
  12. Jalan Gereja
  13. Jika Seseorang Berbuat Dosa
  14. Kelepasan
  15. Kesatuan
  16. Keselamatan Seisi Keluarga
  17. Konsekrasi (Persembahan)
  18. Masalah Penudungan Kepala
  19. Masuk Gereja
  20. Melawan Iblis
  21. Membaca Alkitab
  22. Memilih Jodoh
  23. Memimpin Orang Kepada Tuhan
  24. Mencari Kehendak Allah
  25. Mengasihi Saudara
  1. Menyanyi
  2. Minta Maaf dan Ganti Rugi
  3. Mulut Mengaku
  4. Orang Tua
  5. Pakaian dan Makanan
  6. Pemecahan Roti
  7. Pengampunan dan Pemulihan
  8. Pengampunan Siasat
  9. Pengawasan Roh Kudus
  10. Penumpangan Tangan
  11. Penyakit
  12. Penyelesaian Perkara Lampau
  13. Pernikahan
  14. Pertapaan
  15. Pisahkan Diri dengan Dunia
  16. Profesi Kaum Imani
  17. Puji-pujian
  18. Reaksi Kaum Imani
  19. Rekreasi
  20. Suami Istri
  21. Teman
  22. Terhapusnya Segala Perbedaan
  23. Tubuh Kristus
  24. Tutur Kata
  25. Wewenang Gereja

24 || MENCARI KEHENDAK ALLAH

MENCARI KEHENDAK ALLAH

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

“Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari Dia. Karena itu, kamu tidak perlu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu dan pengajaran-Nya itu benar, bukan dusta dan sebagaimana ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia.”

1 Yohanes 2:27

Pembacaan Alkitab :

Yoh. 7:17: “Siapa saja yang mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini
berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri.”

Mat. 10:29-31: “Bukankah burung pipit dijual dua ekor seharga satu receh terkecil?
Namun, seekor pun tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu.
Dan kamu, rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Karena itu, janganlah kamu takut,
karena kamu lebih berharga daripada banyak burung pipit.”

Rm. 8:14: “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.

“Mzm. 119:105: “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.”

Mat. 18:15-20: “Apabila saudaramu berbuat dosa, dusta – tegurlah dia di bawah empat mata.
Jika ia mendengarkan  nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di surga pula Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari antara kamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di surga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka
 

1 Yoh. 2:27: “Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari Dia. Karena itu, kamu tidak perlu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu – dan pengajaran-Nya itu benar,bukan dusta- dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia”

I.    KEHARUSAN MELAKUKAN
KEHENDAK ALLAH

Sebelum kita diselmatkan, segala tingkah laku kita menuruti kemuan hati kita sendiri. Ketika itu, kita mengabdi kepada diri sendiri dan menyenangkan diri sendiri. Segala sesuatu kita lakukan asal sesuai dengan kegemaran dan kesenangan sendiri. Akan tetapi, sekarang kita telah percaya Tuhan, telah menerima Kristus sebagai juruselamat, kita pun mengakui-Nya sebagai Tuhan yang kita layani. Kita mengakui bahwa kita adalah umat tebusan-Nya, milik-Nya, dan hamba-Nya. Jadi setelah kita beroleh selamat, terjadilah suatu perubahan yang mendasar, yaitu semua tingkah laku dan cara hidup kita tidak lagi menuruti kesenangan diri sendiri, melainkan harus menuruti kehendak Allah. Itu berarti setelah kita percaya Tuhan, inti kehidupan kita telah berubah; intinya bukan bagi diri kita, melainkan Tuhan. Maka, setelah kita diselamatkan, perkataan kita yang pertama ialah. “Tuhan apakah, yang harus kuperbuat ?” Perkataan ini pernah diucapkan Paulus (Kis 22:10), dan kita juga perlu mengucapkannya. Sewaktu kita menjumpai suatu urusan, kita harus berkata kepada Tuhan, “Tuhan, jangan menurut kemauanku, melainkan menurut kemauan-Mu saja.” Perkataan ini harus selalu kita ucapkan kepada Tuhan ketika kita hendak menentukan masa depan kita atau memilih jalan yang harus kita tempuh.

 Hayat yang kita peroleh di dalam batin kita mempunyai satu tuntutan yang mendasar, yaitu menghendaki kita bertindak menurut kehendak Allah. Semakin kita melakukan kehendak Allah, batin kita akan semakin bersukacita. Semakin kita tidak bertindak menurut kehendak diri sendiri, semakin lurus pula jalan kita dihadapan Allah. Bila kita bertindak menurut keinginan sendiri lagi seperti dahulu, hati kita bukan hanya tidak merasa senang, sebaliknya akan merasa susah. Jadi, bagi orang yang telah beroleh selamat, bila ia semakin bertindak menurut kemauan diri sendiri, ia akan semakin resah, tanpa sukacita; namun bila ia semakin bertindak menurut hayat baru, yaitu menurut kehendak Allah, ia akan semakin merasa damai sejahtera dan bersukacita. Itulah satu perubahan besar dan ajaib. Jangan sekali-kali mengira bahwa Anda dapat bersukacita kalau Anda bertindak menurut keinginan diri sendiri. Itu mustahil. Bila Anda setelah percaya Tuhan tidak lagi bertindak menurut kemauan sendiri, melainkan belajar mematuhi kehendak Allah, niscaya Anda akan berjalan di jalan damai sejahtera dan sukacita. Sukacita orang Kristen tergantung pada melakukan kehendak Allah tidak tergantung pada menuruti kemauan sendiri

Setelah kita menjadi orang Kristen, kita harus belajar menerima kehendak Allah, membiarkan kehendak Allah mengatur segalanya. Jika seseorang dapat melunakkan diri dan tunduk di bawah kehendak Allah, niscaya ia tidak akan banyak menempuh jalan yang sia‑sia. Banyak orang yang mengalami kegagalan, banyak pula orang yang hayat rohaninya tidak bertumbuh justru karena mereka selalu bertindak menurut kemauan diri sendiri. Akibat dari orang bertindak menurut kemauan sendiri ialah kesusahan, kepahitan, dan kemiskinan; dan pada akhirnya ia pun tetap harus menurut kehendak Allah. Allah pasti dapat memakai urusan berlalu jika Anda bukan seorang yang terpilih; tetapi tidak mau harus menempuh jalan patuh. Sebab itu, segala ketidaktaatan hanya akan membuat Anda lebih banyak menempuh jalan yang sia-sia, tetapi pada akhirnya Anda pun tetap harus patuh.

II.  CARA MENGETAHUI
KEHENDAK ALLAH

Sekarang, yang menjadi masalah ialah bagaimana kita dapat mengetahui kehendak Allah? Sering kali kita mengira kita adalah manusia yang hidup di bumi, bagaimana mungkin dapat mengetahui kehendak Allah? Namun di sini kita boleh terhibur, sebab kita bukan hanya harus melakukan kehendak A1Iah, Allah juga menghendaki kita melakukan kehendak-Nya. Jadi, bukan hanya kita harus menuntut untuk mengetahui kehendak-Nya, Ia juga menuntut agar kita mengetahui kehendak-Nya. Jika Allah yang menuntut kita untuk melakukan kehendak-Nya, dengan sendirinya Ia harus memungkinkan kita mengetahui kehendak-Nya. Karena itu, masalah mewahyukan kehendak-Nya kepada kita adalah urusan Allah sendiri. Tidak seorang pun di antara anak-anak Allah yang perlu merasa khawatir sehingga berkata, “Aku tak mungkin mengetahui kehendak Allah, mana mungkin aku melakukannya?” Kekhawatiran semacam ini tidak perlu ada, sebab Allah pasti bisa memakai cara yang tepat untuk menyatakan kehendak-Nya kepada kita (Ibr. 13:21); hal itu adalah tanggung jawab-Nya sendiri. Asalkan kita bersikap dan bermotivasi patuh, pasti kita dapat mengenal kehendak Allah. Saudara saudari, kalian harus belajar percaya bahwa Allah pasti menyatakan kehendak-Nya kepada kita.

Dengan cara apakah kita dapat mengetahui kehendak Allah? Bila seorang Kristen ingin mengetahui kehendak Allah, ia harus memperhatikan tiga hal. Jika ketiga hal tersebut bisa dicocokkan, maka pengetahuan kita atas kehendak Allah cukup dapat diandalkan. Ketiga hal tersebut ialah:

  1. Pengaturan keadaan sekitar,
  2. Perasaan dalam batin atau pimpinan Roh Kudus
  3. Pengajaran Alkitab.

Urutan 1, 2, 3 ini bukan menurut nilai kepentingannya, juga bukan menurut langkah atau tahapnya, itu hanya sekadar menunjukkan adanya ketiga perkara tersebut. Ketika ketiga perkara tersebut memberikan kesaksian yang sama, atau dapat sejalan di atas satu garis, itu dapat dipastikan sebagai kehendak Allah. Tetapi jika di antaranya ada satu perkara yang tidak serasi dengan lainnya, itu perlu ditunggu. Kita baru boleh melakukannya apabila ketiga perkara tersebut sudah serasi.

A. Pengaturan Keadaan Sekitar

Lukas 12:6 mengatakan, “Bukankah lima ekor burung pipit dijual seharga dua receh terkecil?” Matius 10:29 mengatakan, “Bukankah burung pipit dijual dua ekor seharga satu receh terkecil?” Kalau membeli dua ekor satu receh terkecil, dua receh terkecil seharusnya hanya bisa membeli empat ekor. Tetapi Tuhan berkata bahwa dua receh terkecil dapat membeli lima ekor. Satu receh terkecil dapat dua ekor, dua receh terkecil dapat empat ekor, dan ditambah seekor, jadi lima ekor. Itu membuktikan bahwa burung pipit sangat murah sekali. Namun, seekor burung pipit pun tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Allah kita. Walaupun burung pipit yang kelima itu merupakan tambahan yang gratis, tetapi di hadapan Allah tidak satu pun yang dilupakan. Karena itu jika bukan kehendak Allah, satu pun tidak akan jatuh ke bumi. Ini dengan jelas memperlihatkan kepada kita bahwa setiap peristiwa yang terjadi pasti telah melalui persetujuan Allah. Bila Bapa yang di surga tidak mengizinkan, seekor burung pipit pun tidak mungkin jatuh ke bumi.

Berapa banyak rambut kepala seseorang itu sulit dihitung, tetapi Tuhan berkata, “Rambut kepalamu pun terhitung semuanya” (Mat. 10:30). Kata “terhitung” dalam bahasa aslinya boleh diterjemahkan “diberi tanda”. Tidak seorang pun mengetahui berapa banyak rambut kepalanya, dan siapa pun tidak dapat menghitungnya. Akan tetapi Allah telah menghitungnya, bahkan memberi tanda padanya. Alangkah cermat dan telitinya Allah kita!

Benda yang semurah seekor burung pipit saja Allah mau perhatikan, apalagi kita, anak-anak-Nya! Jika Allah mau memperhatikan perkara yang sekecil rambut, lebih-lebih perkara-perkara yang lain! Karena itu, begitu kita percaya Tuhan, kita wajib belajar mengetahui kehendak Allah melalui keadaan sekitar. Tidak ada satu pun perkara yang kita jumpai secara kebetulan, dan tidak ada satu pun peristiwa yang di luar takaran Tuhan. Usaha Anda, keadaan sekitar Anda, suami atau istri Anda, orang tua atau anak-anak Anda, famili atau teman Anda, segala-galanya sudah diatur oleh Allah. Peristiwa-peristiwa yang Anda jumpai dari hari ke hari semuanya di bawah pengaturan Allah. Sebab itu, kita wajib belajar mengenal kehendak Allah melalui keadaan sekitar kita. Mungkin orang yang baru percaya Tuhan belum belajar menerima pimpinan Roh Kudus, dan tidak begitu mengetahui ajaran Alkitab, tetapi setidaknya ia dapat nampak pengaturan tangan Allah di dalam keadaan sekitar. Hal ini merupakan pelajaran pertama bagi kaum beriman.

Mazmur 32:9 mengatakan, “Janganlah seperti kuda atau bagal yang tidak berakal, yang kegarangannya harus dikendalikan dengan tali les dan kekang, kalau tidak, ia tidak akan mendekati engkau. ” Sering kali kita seperti kuda atau bagal yang tidak berakal, yang harus dikendalikan dengan tali les dan kekang, baru kita tidak bertindak keliru. Pernahkah Anda melihat seorang gembala itik? Ia selalu memegang sebatang buluh panjang, jika itik-itik itu ingin menuju ke sebelah kanan atau kiri, ia lalu mengusir dengan batang buluh itu, sehingga itik-itik itu tidak dapat tidak harus berjalan pada jalan yang semestinya. Demikian pula, Anda boleh menyerahkan diri Anda kepada Tuhan dan berkata, “O Tuhan, di hadapan-Mu aku mirip seekor kuda yang tak berakal, tetapi aku tak mau keliru, aku mau mengetahui kehendak-Mu. Mohon Kaukendalikan aku dengan tali les dan kekang. Jika Engkau melepaskan aku, aku pasti akan salah jalan. Mohon Tuhan mengurung aku dalam kehendak-Mu. Bila aku ingin meninggalkannya, semoga Kau menindak aku. Aku tak tahu lainnya, tetapi aku hanya tahu sakit. Bila aku tak sudi melakukan kehendak-Mu, mohon Kau lekas datang menindak aku!”

Saudara saudari, jangan sekali-kali meremehkan pengaturan keadaan sekitar. Sering kali walaupun kita seolah-olah telah menjadi kuda yang tidak berakal, yang kurang indah, tetapi kita sudah terkendalikan. Itu berarti Allah masih mau membelaskasihani kita. Allah ingin memakai keadaan sekitar untuk mencegah kita, sehingga kita terpaksa, tidak dapat tidak mengikuti Dia.

B. Pimpinan Roh Kudus

Memang tangan Allah dinyatakan melalui keadaan sekitar, namun Allah tidak menyukai kita menjadi kuda atau bagal yang tidak berakal, Allah tetap ingin memberi pimpinan-Nya di dalam batin kita. Roma 8:14 menerangkan, “Semua orang yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.” Kita adalah anak-anak Allah yang memiliki hayat Allah, maka Allah tidak saja memimpin melalui keadaan sekitar, Ia pun berbicara kepada kita melalui Roh-Nya di dalam batin kita, untuk memimpin kita. Kita adalah orang-orang yang dihuni oleh Roh Kudus, maka kehendak Allah dapat kita ketahui dari lubuk batin kita yang terdalam.

Dalam kitab Yehezkiel tercantum kalimat yang berbunyi, Aku akan memberikan roh yang baru di dalam batin mereka ..” (Yeh. 11:19), dan “Kamu akan Kuberikan … roh yang baru di dalam batinmu . . . Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu …” (Yeh. 36:26-27). Kita harus membedakan antara “roh baru” dan “Roh-Ku”. “Roh-Ku ialah Roh Allah, “roh baru” ialah roh yang kita peroleh ketika kita dilahirkan kembali. Roh baru ini mirip sebuah bait atau rumah, yang dapat didiami oleh Roh Allah. Jika di dalam batin kita tiada roh baru ini, Roh Allah mustahil diberikan kepada kita, sebab Roh Kudus tidak mempunyai tempat tinggal di dalam batin kita. Dari abad ke abad Allah rela mengaruniakan Roh-Nya kepada kita. Namun roh manusia itu najis, ciptaan usang, penuh dengan dosa, bahkan telah mati, karena itu sekalipun Roh Allah ingin tinggal di dalam batin manusia, tidaklah mungkin. Manusia harus terlebih dahulu beroleh kelahiran ulang, yakni beroleh roh baru, kemudian baru ia berkedudukan menerima Roh Allah, dan baru Roh Allah dapat diam di dalam batin manusia.

Saudara saudari yang baru percaya, begitu Anda memiliki satu roh yang baru, Roh Allah pun tinggal di dalam batin Anda. Maka dengan sendirinya, Roh Allah dapat memberi tahu Anda apa kehendak Allah, dan dengan sendirinya dalam batin Anda ada perasaan. Anda bukan hanya nampak pengaturan Allah dalam keadaan sekitar, Anda juga dapat mengetahui dengan jelas dari dalam batin Anda. Karena itu, Anda tidak saja wajib belajar percaya akan pengaturan Allah dalam keadaan sekitar, Anda pun wajib belajar percaya pimpinan Roh Kudus di dalam batin Anda. Pada saat-saat yang tepat atau pada saat-saat diperlukan, Roh Allah pasti akan memberikan terang dan perasaan dalam batin Anda, sehingga Anda dapat mengerti urusan mana berasal dari Allah, dan urusan mana bukan berasal dari Allah.

Ada seorang saudara, sebelum percaya Tuhan ia sangat gemar minum arak. Ia selalu minum banyak arak pada setiap musim dingin, dan araknya adalah arak buatan sendiri. Suatu hari, ia beserta istrinya beroleh selamat. Saudara itu tidak banyak mengenal tulisan, maka ia tidak begitu bisa membaca Alkitab. Pada suatu hari, seperti kebiasaan tahun-tahun yang lalu, istrinya telah menyiapkan sedikit lauk-pauk dan juga araknya. Setelah bersyukur dan hendak memulai makan, ia bertanya kepada istrinya, “Bolehkah orang Kristen minum arak?” “Aku tidak tahu,” jawab istrinya. Ia berkata, “Sayang, di sini tidak ada orang yang boleh ditanyai.” Istrinya berkata, “Arak dan lauk sudah tersedia, kali ini minum saja, lain kali boleh kautanyakan. Lalu, ia mengulangi syukurnya, tetapi setelah itu tetap merasa tak enak. Ia berpikir, sekarang sudah menjadi orang Kristen, maka sebaiknya mengetahui bolehkah seorang Kristen minum arak. Ia kemudian menyuruh istrinya mengambilkan Alkitab, tetapi ia tidak tahu harus membaca dari halaman mana, sehingga masalahnya tidak mendapat penyelesaian. Setelah lewat beberapa waktu, seseorang bertemu dengannya dan menyinggung hal tersebut, serta bertanya kepadanya apakah hari itu ia jadi minum arak itu, jawabannya baik sekali, “Tidak, hari itu aku tidak jadi minum arak, sebab majikan dalam batinku tidak menyetujuinya, maka akhirnya arak itu tidak jadi kuminum.

Jika seseorang benar-benar bertekad melakukan kehendak Allah, niscaya ia dapat mengetahuinya. Hanya orang yang batinnya ceroboh yang tidak dapat mengerti kehendak Allah. Jika seorang benar-benar bertekad melakukan kehendak Allah, majikan dalam batinnya itu pasti akan memberitahukan padanya. “Majikan dalam batin” yang dikatakan saudara tadi tidak lain ialah Roh Kudus. Begitu seseorang percaya Tuhan Yesus, di dalam batinnya pasti ada Roh Kudus yang tinggal, memimpin dan menjadi “majikan”-nya. Allah bukan hanya memberi tahu kehendak-Nya melalui pengaturan keadaan sekitar, Ia juga memberi tahu kehendak-Nya kepada kita melalui “majikan dalam batin” itu.

Pimpinan Roh Kudus dapat dibagi dalam dua kategori: kategori pertama ialah mendesak dari dalam, ini seperti yang tercantum dalam Kisah Para Rasul 8:29 — “Lalu kata Roh kepada Filipus: Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!” dan 10:19-20, kata Roh kepada Petrus — “Bangunlah, turunlah ke bawah dan berangkatlah bersama­sama dengan mereka, jangan bimbang.” Kategori kedua ialah mencegah atau merintangi dari dalam, ini seperti yang tercantum dalam Kisah Para Rasul 16:6-7 —”Roh Kudus mencegah dan “Roh Yesus tidak mengizinkan.” Kisah “Majikan dalam batin tidak mengizinkan” yang kami tuturkan tadi tergolong dalam kategori kedua, yaitu mencegah dari dalam.

Saudara saudari yang baru percaya Tuhan wajib mengetahui kehendak Allah, dan wajib mengerti sedikit tentang perasaan di dalam batin ini. Roh Allah berdiam di bagian terdalam dari batin manusia, maka perasaan Roh Kudus bukan yang dangkal dan bukan yang berada di luar, melainkan berasal dari tempat yang terdalam. Ia agak mirip suara, tetapi bukan suara; agak mirip, perasaan, tetapi bukan perasaan. Roh Allah di dalam batin menunjukkan kepada Anda, manakah yang menjadi kehendak-Nya, manakah yang bukan kehendak-Nya. Jika Anda seorang yang mempunyai hayat, asalkan Anda bertindak menurut hayat ini, Anda akan merasa benar. Sebaliknya, jika Anda melanggarnya atau sedikit melawannya, Anda akan merasa tidak enak, dan kehilangan damai sejahtera. Maka, menaati hayat adalah kehidupan yang wajib dimiliki oleh setiap orang beriman. Janganlah Anda melakukan perkara-perkara yang membuat hati Anda tidak ada damai sejahtera. Apabila perasaan hati Anda tidak ada damai sejahtera, Anda harus mengetahui bahwa Roh Kudus tidak bersukacita, Ia berdukacita di dalam batin Anda. Bila Anda melakukan perkara-perkara yang bukan berasal dari Tuhan, batin Anda pasti tidak ada damai sejahtera; semakin Anda lakukan, semakin kehilangan damai sejahtera dan semakin kehilangan sukacita. Namun, jika itu berasal dari pimpinan Tuhan, dengan sendirinya Anda akan merasa damai sejahtera dan sukacita.

Namun demikian, janganlah Anda terlampau menganalisis perasaan dalam batin itu. Jika Anda terus menganalisis, yang ini betul dan yang itu salah, akibatnya Anda malah akan bingung dan resah sepanjang hari. Ada orang yang terus-menerus menganalisis, yang ini perasaan roh dan yang itu perasaan jiwa, itu adalah keadaan yang tidak sehat, itu suatu penyakit rohani. Orang yang selalu menganalisis perasaannya, sangat sukar dipimpin ke jalan yang normal. Maka, hendaklah kalian dapat menghindarkan diri dari kesukaran tersebut. Seorang yang terangnya kurang jelas, baru perlu menganalisis; jika terangnya cukup, ia sudah melihat dengan jelas, tak perlu membuang waktu untuk menganalisis lagi. Jika Anda benar-benar bertekad mematuhi Allah, pimpinan dalam batin Anda itu pasti cukup jelas.

C. Pengajaran Alkitab

Kehendak Allah bukan hanya dinyatakan dalam keadaan sekitar, juga bukan hanya diberitahukan kepada kita melalui Roh Kudus yang berhuni di dalam batin kita, tetapi juga diwahyukan kepada kita melalui Alkitab.

Kehendak Allah selama-lamanya tidak berubah. Orang-orang pada zaman lampau mengalami banyak perkara, di sana Allah selalu menyatakan kehendak-Nya, dan semua perkara itu tercatat dalam Alkitab. Banyak prinsip atau teladan mengenai kehendak Allah telah tercantum dalam Alkitab. Maka, bila seseorang ingin mengetahui kehendak Allah, ia harus membaca Alkitab dengan saksama. Alkitab bukan sejilid buku yang isinya serba sederhana, melainkan sangat kaya. Kehendak Allah telah diwahyukan satu per satu di dalam Alkitab. Asalkan Anda melihat bagaimana ketentuan dalam sabda Allah di masa lalu, Anda akan mengetahui bagaimana kehendak-Nya pada hari ini. Allah tidak mungkin sebentar begini, sebentar begitu. Didalam-Nya — Kristus, hanya ada “ya” (2 Kor. 1:9).Kehendak Allah yang ditujukan kepada kita pasti tidak akan bertentangan dengan ajaran-ajaran Alkitab. Tidak mungkin apa yang Allah anggap salah dalam Alkitab, Roh Kudus hari ini memimpin atau menyuruh Anda melakukannya

Firman Allah itu pelita bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita (Mzm. 119:105). Karena itu, bila kita maumengetahui kehendak Allah, mau mengetahui bagaimana Allah memimpin kita maju ke depan, kita harus banyak membaca Alkitab, juga membacanya dengan secermat-cermatnya.

Sabda Allah yang ditujukan kepada kita melalui   Alkitab terbagi dalam dua jenis: ajaran-ajaran Alkitab yang prinsipal, dan perkataan-perkataan Alkitab yang bersifat janji. Untuk memahami ajaran Alkitab yang prinsipal, harus bersandar pada penerangan Roh Kudus; sedangkan untuk .beroleh perkataan Alkitab yang bersifat janji, harus bersandar pada pimpinan Roh Kudus.

Sebagai contoh: Dalam perintah-perintah Tuhan yang tercantum dalam Matius 28:19-20, Roh Kudus memberi tahu kita bahwa orang Kristen wajib memberitakan Injil kepada orang lain, inilah ajaran Alkitab yang prinsipal. Namun, ketika Anda ingin memberitakan Injil di suatu tempat tertentu, apakah itu kehendak Allah atau bukan, masalah itu perlu pimpinan Roh Kudus. Anda harus banyak berdoa di hadapan Allah mohon Allah bersabda kepada Anda. Sampai pada suatu hari, Roh Kudus dengan satu kalimat dalam ayat-ayat alkitab memberikan sabda-Nya yang kuat, segar dan lincah ke dalam batin Anda; itu berarti Roh Kudus telah mengaruniakan perkataan yang bersifat janji. Dengan demikian, barulah anda mulai mengetahui apakah memberitakan Injil di tempat itu kehendak Allah atau bukan.

Ada orang kristen mencari kehendak Allah dengan cara seperti orang memasang lotre. Mereka menaruh Alkitab di hadapan muka, lalu berdoa,”Ya, Allah, mohon kaunyatakan kehendakmu dengan ayat-ayat yang kutunjuk dengan jari tanganku ini. “Sesudah berdoa, mata tetap dipejamkan, lalu membuka Alkitab dan jari tangannya menunjuk pada suatu tempat, kemudian membuka mata dan melihatnya, ayat yang ditunjuk itulah yang dianggap sebagai kehendak Allah. Ada orang Kristen yang masih hijau rohaninya mencari kehendak Allah dengan cara demikian. Karena hati mereka begitu tulus dan bersungguh-sungguh, kadang kala Allah terpaksa mau juga menyatakan kehendak-Nya kepada mereka dengan cara begitu; Allah memaklumi kebodohan mereka. Namun, cara tersebut mutlak bukan cara yang wajar. Cara itu bukan hanya tidak berhasil dipraktekkan oleh kebanyakan orang dan sering meleset, bahkan besar kemungkinannya menjadi keliru dan berbahaya.

Saudara saudari harus ingat bahwa kita adalah orang-orang yang telah memiliki hayat. Batin kita telah dihuni oleh Roh Kudus, maka hendaklah kita mohon Allah menunjukkan firman-Nya kepada kita melalui Roh Kudus. Kita juga perlu setiap hari membaca Alkitab dengan sebaik-baiknya, bahkan menghafalkan ayat-ayat Alkitab, agar Roh Kudus dapat memakainya untuk berfirman dan memberi pimpinan kepada kita pada waktu yang diperlukan.

Sekarang baiklah kita gabungkan ketiga perkara di atas. Urutan ketiga perkara tersebut tidak tentu. Adakalanya pengaturan keadaan sekitar datang dahulu, kemudian baru datang pimpinan Roh Kudus dan ajaran Alkitab; adakalanya pimpinan Roh Kudus dan ajaran Alkitab mendahului pengaturan keadaan sekitar. Pengaturan keadaan sekitar khusus bertalian dengan waktu Allah.

Saudara Muller, ketika mencari kehendak Allah, selalu mengajukan tiga pertanyaan: Pertama, apakah ini pekerjaan Allah? Kedua, apakah Allah menghendaki aku mengerjakannya? Dan ketiga, apakah sekarang ini waktu Allah? Pertanyaan pertama dan kedua boleh diselesaikan melalui ajaran Alkitab dan pimpinan Roh Kudus, sedangkan pertanyaan ketiga baru dapat diselesaikan melalui pengaturan keadaan sekitar.

Bila kita ingin tahu apakah perasaan dalam batin kita itu pimpinan Roh Kudus atau bukan, kita wajib mengajukan dua pertanyaan: (1) Apakah itu sesuai dengan ajaran Alkitab? (2) Apakah ada pengaturan keadaan sekitar? Jika tidak sesuai dengan ajaran Alkitab, sudah pasti bukan kehendak Allah; dan jika tanpa pengaturan keadaan sekitar, itu pun masih perlu ditunggu, boleh jadi perasaan kita yang keliru, atau boleh jadi waktunya yang belum tiba.

Dalam belajar mencari kehendak Allah, kita wajib mempelajari satu pelajaran, yakni takut keliru dan tidak subyektif. Kita boleh mohon Allah membendung setiap jalan yang bukan menjadi kehendak-Nya.

Mungkin ada seseorang ingin menawari Anda pekerjaan, atau Anda sendiri berniat mengerjakan sesuatu; mungkin pula ada seseorang ingin menganjuri Anda untuk mengubah haluan masa depan Anda, dan sebagainya. Dengan cara apakah Anda mengetahui mana kehendak Allah, dan mana bukan kehendak Allah? Anda harus terlebih dahulu memeriksa Alkitab agar mengetahui bagaimana ajaran Allah dalam firman-Nya mengenai masalah-masalah tersebut. Kemudian bertanyalah, bagaimana perasaan dalam batin Anda. Alkitab memberi ajaran begini, sesuaikah dalam perasaan batin Anda? Jika perasaan dalam batin Anda tidak sesuai dengan apa yang tercantum dalam Alkitab, itu membuktikan bahwa perasaan batin Anda tidak dapat diandalkan, dan Anda wajib menunggu dan mencari lagi. Jika perasaan batin Anda sesuai dengan Alkitab, Anda boleh menengadah dan berkata, “O Tuhan, kehendak-Mu senantiasa Kaunyatakan dalam keadaan sekitar, dan tak mungkin berlainan dengan perasaan batinku maupun dengan ajaran Alkitab. Tuhan, mohon Kau mengatur keadaan sekitar, agar keadaan sekitar pun segaris dengan perasaan batin dan ajaran Alkitab.” Kalau demikian, Anda nampak Allah akan benar-benar menyatakan kehendak-Nya dalam keadaan sekitar Anda. jika bukan kehendak-Nya, seekor burung pipit pun tidak mungkin jatuh ke bumi. Tetapi jika kehendak Allah, maka yang Allah perlihatkan kepada kita baik di luar, di dalam batin, maupun di dalam Alkitab, niscaya semuanya berada pada satu garis lurus. Asalkan batin Anda jelas, ajaran Alkitab jelas, dan keadaan sekitar jelas, Anda pasti jelas akan kehendak Allah itu.

III.  PERSEKUTUAN GEREJA
DAN LAIN-LAIN

Kehendak Allah selain dinyatakan dalam firman Allah, dalam roh manusia, keadaan sekitar, juga dinyatakan di dalam gereja. Apabila Anda mencari kehendak Allah atas suatu perkara tertentu, di satu pihak Anda wajib dengan jelas memperoleh pimpinan Roh Kudus dalam batin Anda, perkara itu sesuai dengan ajaran Alkitab, dan ada pengaturan keadaan sekitar; di pihak lain, untuk beroleh jaminan yang lebih banyak terhadap kehendak Allah itu, kalau ada kesempatan paling baik Anda mempersekutukannya dengan beberapa orang yang mengenal Allah dalam gereja, supaya Anda mengetahui apakah mereka berkata “Amin” terhadap apa yang Anda anggap sebagai kehendak Allah itu. Mereka tentu lebih mengenal Alkitab, mereka pun lebih berpengalaman dalam menanggulangi daging, mereka juga lebih banyak hidup di bawah kuasa Roh Kudus, sehingga kondisi rohani mereka memungkinkan Allah menyatakan kehendak-Nya melalui mulut mereka. Berdasarkan keadaan yang Anda nyatakan dalam gereja, mereka bisa memutuskan untuk dapat tidaknya mengatakan “Amin” atas apa yang Anda nampak. Bila mereka dapat mengatakan “Amin”, Anda terjamin berada dalam kehendak Allah, tetapi jika mereka tidak dapat mengaminkan, Anda harus menunggu dan menuntut lagi. Sebab bagaimanapun juga pribadi kita terbatas. Perasaan pribadi atau pengertian pribadi kita terhadap Alkitab, juga pengenalan pribadi kita terhadap pengaturan keadaan sekitar mungkin bisa keliru atau kurang tepat, tetapi gereja lebih dapat diandalkan. Jika anggota-anggota lain dalam gereja menganggap “pimpinan” yang Anda peroleh tidak dapat diandalkan, janganlah sekali-kali Anda membandel mempertahankan pandangan Anda, yakni ngotot menganggap “pimpinan” yang Anda peroleh dapat diandalkan. Ketika kita menjumpai keadaan semacam ini, kita harus belajar merendahkan diri.

Matius 18 mengetengahkan prinsip gereja ini: Jika ada seorang saudara berdosa terhadap seorang saudara lain, orang itu harus menegurnya di bawah empat mata. Jika ia tidak mendengarkan, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah kasus itu kepada gereja. Pada akhirnya ia tetap harus mendengarkan gereja. Kita semua harus belajar menerima perasaan gereja. Tuhan berkata, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di surga” (Mat. 18:18). Gereja adalah tempat kediaman Allah, dan di dalamnya terdapat terang Allah. Maka, kita wajib percaya bahwa kehendak Allah dapat dinyatakan di dalam dan melalui gereja. Kita harus mempunyai sikap merendahkan diri, dan dapat menyaksikan bahwa pandangan kita mungkin keliru, karena itu perlu kita persekutukan kepada gereja, yakni perlu suplaian Tubuh.

Karena itu, tanggung jawab gereja di hadapan Allah sangatlah berat. Gereja harus belajar menjadi terang di hadapan Allah. Seandainya gereja bertindak ceroboh atau berbuat sesuatu menurut daging, kita sama sekali tidak perlu minta persetujuan atau amin gereja. Kalau gereja dapat memberikan persetujuan yang tepat dan berasal dari Allah, itu karena gereja telah menjadi jurubicara Roh Kudus. Gereja haruslah rohani, harus membiarkan Roh Kudus berkuasa di dalamnya, barulah ia dapat dan layak menjadi jurubicara Allah. Persetujuan yang kita bicarakan ini bukan berarti segenap saudara saudari dalam gereja mengadakan rapat dan bersama-sama mendiskusikan masalah Anda, lalu memutuskan setuju atau tidak, melainkan ada sekelompok orang yang mengenal Allah dalam gereja, yang dipimpin oleh Roh Kudus untuk berbicara bagi Allah. Karena itu, para penatua yang berwajib dalam gereja serta mereka yang khusus menjadi pekerja Tuhan harus cukup berpengalaman terhadap perkara-perkara rohani, harus cukup berpengalaman dalam menanggulangi daging sendiri, bahkan harus senantiasa berjaga-jaga dan bersekutu dengan Tuhan, penuh penyertaan Allah serta hidup di bawah penguasaan Roh Kudus. Jika demikian baru ada pandangan dan keputusan yang tepat, sehingga dapat dilalui oleh Roh Kudus untuk memberikan persetujuan atau mengaminkan dengan setepat-tepatnya.

Mungkin ada orang yang mengutip Galatia 1:16-17 mengatakan, “Bukankah setelah Paulus memperoleh wahyu, ia tidak meminta pertimbangan kepada manusia dan tidak pergi ke Yerusalem mendapatkan mereka yang telah menjadi rasul sebelumnya? jika demikian, bukankah aku pun cukup dengan perasaan pribadiku, buat apa mempersekutukannya kepada gereja?” Memang, bagi orang seperti Paulus, yang sangat jelas akan wahyu yang diperolehnya, itu benar-benar dapat diandalkan. Akan tetapi, sekarang pertanyaannya ialah apakah Anda juga memperoleh wahyu seperti yang diperoleh Paulus? Lagi pula, Paulus sendiri pernah beberapa kali menerima bantuan dan suplaian Tuhan melalui saudara-saudara lain. Ia pernah melihat cahaya besar ketika dalam perjalanannya ke Damsyik, sehingga ia rebah ke tanah. Lalu kedengaran olehnya suatu suara yang berkata, “Bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan (melalui seorang) kepadamu, apa yang harus kauperbuat.” Dia pernah menerima penumpangan tangan dari Ananias yang tidak terkenal. Ia pun pernah menerima penumpangan dan pengutusan oleh teman-teman sekerja lainnya di gereja di Antiokhia (Kis. 9:3-6, 12; 13:1-3). Perkataannya dalam Galatia 1 tadi hanya untuk membuktikan betapa “Injil yang kuberitakan itu bukanlah Injil yang berasal dari manusia”, melainkan “aku menerimanya melalui penyataan Yesus Kristus° (ay. 11-12). Di sini sedikit pun tidak mengandung perasaan atau sikap membenarkan diri sendiri. Karena itu, kita wajib merendahkan diri. Jangan keras kepala dan jangan menganggap diri sendiri unggul. Terus terang, kita terlalu jauh bila dibandingkan dengan Paulus. Lagi pula, ketika kita mencari kehendak Allah, karena kita sendiri sebagai orang yang bersangkutan, kita mudah sekali menyisipkan hobi atau kecenderungan kita ke dalamnya, sehingga menjadi kabur dan tak mudah tertampak dengan jelas. Dalam situasi yang demikian, suplaian gereja akan memberi bantuan yang sangat besar bagi kita. Karena itu, bila perlu hendaklah kita mencari persetujuan gereja.

Akan tetapi, kita pun harus mencegah diri agar tidak terjerumus ke jalan ekstrim lainnya. Beberapa orang Kristen bertindak terlalu pasif, urusan apa saja dibawa ke dalam gereja dan selalu minta diselesaikan oleh orang lain. Itu sama sekali sudah menyimpang dari prinsip Perjanjian Baru. Kita tidak boleh memperlakukan segolongan orang rohani dalam gereja seperti nabi dalam zaman Perjanjian Lama, yakni segala urusan harus menurut nasihat atau petunjuk mereka. Satu Yohanes 2:27 menunjukkan, “Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari Dia. Karena itu, kamu tidak perlu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu …” Pengurapan itu tidak lain ialah Roh Kudus yang berhuni di dalam kita. Jangan sekali-kali kita mengganti ajaran pengurapan itu dengan persetujuan gereja. Persetujuan gereja bukanlah nabi. Itu hanya memberi kita kesempatan untuk mencocokkan pandangan kita dengan pandangan gereja, agar keyakinan kita akan kehendak Allah lebih mantap. Jadi, hal tersebut berfungsi sebagai suatu perlindungan bagi seseorang yang mencari kehendak Allah, namun itu bukan pengganti.

Ada satu hal lagi yang perlu kita ketahui, yakni cara-cara untuk mencari kehendak Allah yang kita sebut di atas adalah yang harus kita terapkan atas perkara-perkara yang agak besar dan penting, tetapi tidak perlu diterapkan atas urusan-urusan kecil dalam kehidupan sehari-hari. Untuk yang terakhir ini sedapatnya kita tentukan menurut pengetahuan umum manusia. Setiap urusan yang dapat kita tangani lewat pengetahuan umum, Allah pun menghendaki kita memutuskannya melalui pengetahuan umum. Jadi, mencari kehendak Allah dengan cara-cara yang kita sebut di atas hanya diperlukan untuk menanggulangi perkara-perkara yang besar.

Dalam mencari kehendak Allah, janganlah kita terjerumus ke dalam kondisi abnormal, yakni pikiran menjadi kosong atau tekad menjadi pasif. Ibrani 5:14 menerangkan, “yang memiliki indra yang terlatih untuk membedakan yang baik dari yang jahat.” Karena itu, kita wajib melatih pikiran dan tekad kita, yaitu menaruh tekad kita di pihak Allah dan bekerja sama dengan Allah. Memang, kita seharusnya meletakkan pendapat kita, tetapi kita tidak boleh membuang fungsi organ pikiran ataupun tekad kita, dan membiarkannya dalam kondisi kosong dan pasif. Banyak orang yang hanya bersandar pada otak, tanpa bersandar pada Allah. Itu salah besar. Banyak pula orang mengira cukup bersandar kepada Allah saja, lalu sama sekali tidak perlu memakai otak. Itu pun salah besar.

Ketika Lukas menulis Injil Lukas, ia berkata, “Setelah aku menyelidiki dengan saksama . . . aku mengambil keputusan” (Luk. 1:3). Paulus dalam Roma 12:2 memberi tahu kita, “Berubahlah oleh pembaruan budimu,” barulah kita dapat “membedakan manakah kehendak Allah. Jadi, ketika kita mencari kehendak Allah, pikiran dan tekad kita masih perlu digunakan; hanya saja pikiran dan tekad kita harus terlebih dulu “diubah oleh pembaruan” pekerjaan Roh Kudus, barulah benar.

Kita perlu juga menyinggung sedikit tentang penglihatan-penglihatan (visi) atau mimpi. Pada zaman Perjanjian Lama, Allah pernah menyatakan kehendak-Nya melalui berbagai macam visi dan mimpi. Pada zaman Perjanjian Baru juga ada visi dan mimpi, namun Allah tidak memakai hal tersebut sebagai pimpinan utama. Keistimewaan Perjanjian Baru terletak pada berhuninya Roh Allah di dalam kita, sehingga Allah dapat langsung bersabda di dalam kita. Maka, pimpinan yang utama dan lazim ialah pimpinan di dalam batin kita. Kecuali Allah ingin menunjukkan suatu perkara penting yang luar biasa, dan pimpinan itu tidak mudah kita terima dalam kondisi yang lazim, barulah Allah memberikan pimpinan melalui visi atau mimpi. Karenanya dalam Perjanjian Baru, visi atau mimpi itu bukan merupakan ketetapan pimpinan Allah yang lazim. Jadi supaya lebih aman, mantap, dan terjamin, sekalipun kita telah beroleh visi atau mimpi, kita tetap perlu mencari pembuktian atau persetujuan dalam batin dan keadaan sekitar.

Sebagai contoh, dalam Kisah Para Rasul 10 kita nampak Allah menghendaki Petrus memberitakan Injil kepada orang-orang bukan Yahudi, sedangkan Petrus adalah orang Yahudi. Menurut kebiasaannya, ia tidak pernah bergaul dengan orang bukan Yahudi. Namun, Allah ingin mengubah prasangkanya dan untuk itu Allah lalu memberinya satu visi. Setelah Petrus nampak visi, ditambah dengan pengaturan keadaan sekitar, yakni adanya tiga orang utusan Kornelius yang datang mencarinya, dan ditambah lagi dengan adanya Roh Kudus yang bersabda kepadanya, barulah Petrus berkeyakinan penuh bahwa Allah menghendakinya memberitakan Injil kepada orang-orang bukan Yahudi.

Tentu adakalanya karena waktu sudah mendesak, tidak dapat ditunggu lagi, asalkan visi dan mimpi sudah jelas, perasaan batin juga mantap dan lega, sudah dapat diputuskan sebagai kehendak Allah; tidak selalu harus menunggu adanya bukti di keadaan sekitar.

Satu contoh lagi: Ketika Paulus sedang berdoa di dalam Bait Allah, rohnya diliputi oleh kuasa ilahi. Ia melihat Tuhan bersabda kepadanya, menghendakinya lekas-lekas  meninggal- kan Yerusalem, jangan menunda. Pada mulanya ia beralasan ingin menolak perintah Tuhan, akan tetapi Tuhan berkata, “Pergilah sebab Aku akan mengutus engkau jauh dari sini kepada bangsa-bangsa lain” (Kis. 22:17-21). Ada lagi sekali, yaitu Paulus dalam pelayaran menjumpai angin badai, ketika itu putus segala harapannya untuk menyelamatkan diri, tetapi saat itu malaikat Allah berdiri di sisinya, dan menyuruhnya jangan takut (Kis. 27:23-24). Visi-visi tadi sangat jelas. Namun, visi seperti itu tidak sering kita jumpai dalam zaman Perjanjian Baru; Allah hanya memperlihatkannya kepada anak-anak-Nya pada saat-saat khusus atau mendesak. Tidak seperti dengan beberapa orang Kristen, mereka sering mendapat mimpi dan melihat visi, sehingga menjadi suatu hal yang rutin. Itu sebenarnya dikarenakan kelemahan saraf, mungkin pula karena terserang setan atau terpesona oleh penipuan roh jahat. Pada hakekatnya itu adalah gejala yang abnormal.

Cara pimpinan yang Allah berikan kepada kita mempunyai banyak aspek. Karena kondisi rohani dan kebutuhan masing-masing orang berbeda, cara pimpinan Allah pun berbeda-beda. Tetapi cara yang utama dan yang lazim dipakai ialah melalui pengaturan keadaan sekitar, melalui pimpinan dalam batin, dan melalui ajaran Alkitab. Kita ulangi sekali lagi, bila ketiga perkara tersebut dengan jelas bisa kita cocokkan di atas satu garis lurus, maka sudah cukup terjamin keyakinan kita terhadap kehendak Allah itu.

IV.  ORANG YANG MENGETAHUI
KEHENDAK ALLAH

Terakhir, meskipun segala cara sudah benar, namun belum tentu setiap orang dapat mengetahui kehendak Allah. Anda harus ingat bahwa caranya sudah benar, orangnya pun harus benar, barulah berguna. Sekalipun caranya sudah benar, tetapi orangnya tidak benar tetap tidak akan berguna sedikit pun. Yang paling tidak berguna ialah bila orang itu di hadapan Allah memberontak, tetapi ingin tahu cara-cara mengetahui kehendak Allah. Seorang yang mau mengetahui kehendak Allah haruslah menuntut dari dalam batin dan berkata kepada Tuhan, “Oh Tuhan, hamba ingin melakukan kehendak-Mu!”

Dalam kasus seorang budak yang memberi telinganya untuk ditindik pada pintu (U1. 15:17) diperlihatkan kepada kita bahwa jika kita ingin melayani Allah, telinga kita harus senantiasa mendengarkan firman Allah. Anda wajib datang ke hadapan Tuhan dan berkata, “Tuhan, hamba sudi memberikan telinga hamba ditindik pada pintu untuk menuruti firman-Mu. Hamba mau melayani dan melakukan kehendak-Mu dengan rela hati. Dari dalam hati hamba berkata, hamba mau mengabdi kepada-Mu, Dikaulah majikanku. Dengan keinginan yang tekun dan mendesak, hamba mau menjadi budak-Mu. Semoga hamba dapat mendengar firman-Mu serta mengetahui kehendak-Mu.” Anda perlu datang ke hadapan Tuhan dan mohon sendiri untuk dapat mendengarkan firman, laksana menindik telinga pada pintu, menunggu pengutusan Tuhan dan perintah-Nya.

Sering kali kita merasa sedih karena ada orang meskipun mencari cara untuk mengetahui kehendak Allah, namun hal itu hanya dianggap sebagai pengetahuan belaka, hati mereka sama sekali tidak berniat melakukan kehendak Allah. Mereka memiliki kehendak sendiri dan hanya menginginkan Allah menjadi penasihatnya, kehendak Allah hanya dijadikan bahan pertimbangan belaka. Saudara saudari, kehendak Allah hanya dinyatakan kepada orang-orang yang mau melakukannya! “Siapa saja yang mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu …” (Yoh. 7:17). Jadi, bila Anda ingin mengetahui kehendak Allah, Anda wajib bertekad melakukan kehendak-Nya. Jika dalam batin Anda mempunyai kebulatan tekad, yang bergairah dan bersungguh hati melakukan kehendak Allah, sekalipun Anda tidak mengerti cara apa pun, Allah pasti dapat memberitahukannya kepada Anda. Kitab 2 Tawarikh 16:9 mengatakan, “Karena mata Tuhan menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia.” Ayat ini berarti mata Allah melihat ke sana ke mari untuk mendapatkan orang yang mengarahkan hatinya kepada-Nya, dan Ia akan menyatakan diri kepadanya. Bila Anda bersungguh hati terhadap Tuhan, Anda dapat berkata, “Tuhan, hamba mau; hamba sungguh mau.” Allah pasti memberi tahu kehendak-Nya kepada Anda; tidak mungkin Allah tidak memberi tahu Anda. Kita jangan mengira orang yang dapat mengetahui kehendak Allah adalah mereka yang sudah percaya Tuhan bertahun-tahun. Tidak! Kita berharap semoga setiap orang beriman sejak hari pertama beroleh selamat sudah mau mempersembahkan segala-galanya untuk mencari kehendak Allah.

Jangan sekali-kali kita menganggap perkara mencari kehendak Allah itu sepele. Kita wajib menyadari bahwa dalam pandangan Allah kita bagaikan ulat kecil. Maka, alangkah besar perkaranya kalau orang yang sekecil dan sehina kita ini bisa mengetahui kehendak Allah! Bukankah suatu perkara yang tak kepalang besarnya bila manusia yang sebejat kita ini bisa mengerti kehendak Allah! Semoga saudara saudari memahami dengan jelas bahwa mengetahui kehendak Allah adalah suatu perkara yang teramat mulia. Allah telah merendahkan diri-Nya untuk memberitahukan kehendak-Nya kepada kita. Karena itu, marilah kita belajar mencari kehendak Allah dan berlutut menyembah, memustikakan, serta melakukan kehendak Allah!

W.N.


50 Judul Buku Pembinaan Dasar

  1. Bangun Pagi-pagi
  2. Baptisan
  3. Berbagai Jenis Sidang
  4. Berdoa
  5. Bersaksi
  6. Bersidang
  7. Cara Mengatur Keuangan
  8. Hajaran Allah
  9. Hari Tuhan
  10. Hayat Kita
  11. Jabatan Imam
  12. Jalan Gereja
  13. Jika Seseorang Berbuat Dosa
  14. Kelepasan
  15. Kesatuan
  16. Keselamatan Seisi Keluarga
  17. Konsekrasi (Persembahan)
  18. Masalah Penudungan Kepala
  19. Masuk Gereja
  20. Melawan Iblis
  21. Membaca Alkitab
  22. Memilih Jodoh
  23. Memimpin Orang Kepada Tuhan
  24. Mencari Kehendak Allah
  25. Mengasihi Saudara
  1. Menyanyi
  2. Minta Maaf dan Ganti Rugi
  3. Mulut Mengaku
  4. Orang Tua
  5. Pakaian dan Makanan
  6. Pemecahan Roti
  7. Pengampunan dan Pemulihan
  8. Pengampunan Siasat
  9. Pengawasan Roh Kudus
  10. Penumpangan Tangan
  11. Penyakit
  12. Penyelesaian Perkara Lampau
  13. Pernikahan
  14. Pertapaan
  15. Pisahkan Diri dengan Dunia
  16. Profesi Kaum Imani
  17. Puji-pujian
  18. Reaksi Kaum Imani
  19. Rekreasi
  20. Suami Istri
  21. Teman
  22. Terhapusnya Segala Perbedaan
  23. Tubuh Kristus
  24. Tutur Kata
  25. Wewenang Gereja

37 || PENYELESAIAN PERKARA-PERKARA LAMPAU

PENYELESAIAN PERKARA-PERKARA LAMPAU

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

Berbalik dari berhala-berhala kepada ALLAH

I Tesalonika 7:9

Hari ini kita ingin mengajukan sebuah pertanyaan, yaitu bagaimanakah seseorang yang telah percaya Tuhan menyelesaikan perkara-perkaranya yang lampau? Setelah seorang percaya kepada Tuhan pasti masih ada banyak perkara yang lampau yang belum diselesaikan, nah bagaimanakah seharusnya ia menyelesaikannya serentak?

I. ALKITAB HANYA MENGAJAR KITA BAGAIMANA SEHARUSNYA SEKARANG DAN SETERUSNYA

Dari seluruh Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru – khususnya Perjanjian Baru, kita nampak Allah tidak memperhatikan perkara-perkara yang diperbuat seseorang sebelum ia percaya. Anda boleh coba membaca dari Matius pasal pertama hingga Wahyu 22, dapatkah anda menemukan ayat-ayat yang mengajar orang yang beriman harus bagaimana menyelesaikan atau mengakhiri perkaraperkaranya yang lampau? Sungguh sukar menemukannya. Sekalipun dalam ajaran surat-surat rasuli banyak menyinggung masalah ketidakbenaran perbuatan kita pada masa lampau, namun semua hanya menasehati kita bagaimana seharusnya perbuatan kita sekarang dan seterusnya, tidaklah mengajar kita bagaimana seharusnya kita terhadap perkara-perkara lampau. Dalam surat-surat rasuli seperti Efesus, Kolose, I dan II Tesalonika, banyak menyinggung bagaimana keadaan kita di masa lampau, tetapi tidak dibicarakan bagaimana seharusnya menyelesaikan perkara-perkara lampau tersebut, hanya membicarakan bagaimana seharusnya sekarang dan seterusnya.

Kalian masih ingat, ada seorang bertanya pada Yohanes pembaptis, Apakah yang harus kami perbuat? Sahut Yohanes, “Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian. Lihatlah, ia tidak membicarakan yang lampau, melainkan yang sekarang dan seterusnya. Ada lagi seorang pemungut cukai bertanya kepadanya,apa yang wajib ia perbuat. Jawab Yohanes, “Jangan menagih lebih banyak daripada yang telah ditentukan. Lalu ada lagi seorang prajurit bertanya kepadanya, Apa yang harus kami perbuat? Jawabnya, Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu. Ini memperlihatkan pada kita, bahkan sebagai pemberita pertobatan, Yohanes pun hanya memperhatikan bagaimana sekarang dan seterusnya, tidak memperhatikan bagaimana perkara-perkara yang lampau.

Apabila kita membaca surat kiriman Paulus, beliau pun selalu memperhatikan bagaimana kita seharusnya kemudian, tidak dibicarakan bagaimana kita seharusnya terhadap perkara yang lampau. Apakah sebabnya demikian? Sebab segalanya telah berada di bawah naungan darah mustika-Nya. Bila kita tidak hati-hati sedikit saja, kita akan menyalahkan Injil Tuhan, merusak jalan pertobatan dan merusak jalan ganti rugi. Maka problema ini wajib kita bereskan sebaik-baiknya.

Tertulis dalam I Korintus 6:9-11 — “Tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah? Janganlah sesat: Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, bani, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah. Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu.” Paulus mengatakan bahwa mereka dahulu melakukan perkara-perkara itu, namun tidak dikatakan tentang penyelesaiannya. “Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.” Fokus perkataan ini pun bukan pada penyelesaian perkara-perkara yang lampau. Karena ada seorang Juruselamat yang telah membereskan segala hal yang lampau, maka yang dititik-beratkan hari ini ialah bagaimana selanjutnya? Seorang yang telah diselamatkan telah disucikan, dikuduskan dan dibenarkan.

Efesus 2:1-5 menjelaskan, Kamu :.dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu menaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka .Sebenarnya dahulu (tetap membicarakan yang lampau) kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang dimurkai lama seperti mereka yang lain. Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita. ” Di sini tidak dikatakan bagaimana seharusnya orang menyelesaikan perkara-perkara hawa nafsu dagingnya yang sebanyak itu; hanya terdapat satu penyelesaian, yaitu Tuhan kita telah menyelesaikan semuanya bagi kita berdasarkan kasih Allah yang besar dan berdasarkan rahmat-Nya yang kaya itu.

Dalam Efesus 4:17-24 juga membicarakan tentang keadaan kita di masa lampau “Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah (jauh terpisah dari hayat Allah) karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.”

Efesus 4 :25-31 – “Karena itu buanglah dusta. Kalimat ini ditujukan pada masa sekarang dan seterusnya, berarti jangan berdusta lagi mulai sekarang dan seterusnya, tetapi tidaklah disinggung bagaimana tentang dusta-dusta yang lampau. Dikatakan pula bahwa hari ini harus berkata benar seorang kepada yang lain; . . apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa, janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada iblis. Kata-kata ini semua bukan ditujukan pada masa lampau, melainkan sekarang dan seterusnya. Orang yang dahulu mencuri, janganlah ia mencuri lagi. Rasul tidak mengatakan yang dahulu menjadi pencuri harus mengembalikan barang curiannya, tetapi jangan mencuri lagi sekarang dan seterusnya. Apakah barang yang dicuri itu harus dikembalikan, itu masalah yang lain. “Baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu,supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.”

Efesus 5:3-4 – “Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut saja pun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus .Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono, karena hal-hal ini tidak pantas – tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur.” Perkataan inipun seprinsip dengan yang di muka, yaitu membicarakan perkara sekarang dan seterusnya, atau perkara yang harus dilakukan setelah orang percaya Tuhan, bukan penyelesaian perkara sebelum orang percaya.

Bila anda membaca surat-surat rasuli, anda akan menemukan satu kebenaran yang amat ajaib, yaitu Allah mementingkan perbuatan seseorang setelah ia percaya Tuhan, Allah tidak mementingkan perkara yang dilakukannya sebelum percaya Tuhan, sebab itu tidak disabdakan pada kita bagaimana seharusnya kita membereskannya. Ini adalah masalah yang fundamental.

Disebabkan banyak penginjilan yang keliru, yang mana menekankan pemberesan perkara-perkara lampau secara berlebih-lebihan, sehingga banyak orang yang terjerumus ke dalam belenggu. Bukan kita tak mau membereskan perkara yang lampau, memang ada beberapa hal harus kita bereskan, namun bukan inilah yang menjadi dasarnya. Allah selalu menitik-beratkan tertutupnya dosa-dosa kita yang lampau di bawah darah; kita telah beroleh pengampunan dan beroleh selamat karena Tuhan Yesus telah mati bagi kita. Keselamatan kita bukan berdasarkan pemberesan atas perkara-perkara kita yang lampau. Keselamatan orang bukan bersandar pada kebaikan tingkah – lakunya yang lampau, pun bukan bersandar pada pertobatannya atas keburukan tingkah-lakunya yang lampau, melainkan bersandar pada keselamatan salib Tuhan Yesus. Inilah dasarnya, kita wajib berpegang teguh pada dasar ini.

II. TELADAN/CONTOH PENYELESAIAN PERKARA-PERKARA LAMPAU
DALAM PERJANJIAN BARU

Jika demikian, bagaimanakah seharusnya sikap kita terhadap perkara-perkara yang lampau? Aku telah menghabiskan banyak waktu membaca kitab Perjanjian Baru, dan selalu timbul pertanyaan: bagaimana seorang yang telah percaya Tuhan menyelesaikan perkara-perkaranya yang lampau? Akhirnya hanya kutemukan pada beberapa tempat yang menyinggung sedikit tentang masalah ini, tetapi semua bukan merupakan ajaran, melainkan teladan atau contoh.

A. Perihal Berhala Wajib Dibereskan
Secara Tuntas

Tertulis dalam I Tesalonika l:9, “Berbalik dari berhala-berhala kepada Allah.” Ketika seseorang percaya kepada Tuhan,perihal berhala wajib dibereskan. Kalian harus ingat, kalian adalah bait Roh Kudus. Masakan bait Allah sepadan dengan berhala? Bahkan ketika rasul Yohanes melihat kaum imam itu, beliaupun berpesan pada mereka, “Anak-anakku, waspadalah (jauhkan dirimu)terhadap segala berhala.” Maka masalah ini tidak sesimpel seperti yang kita duga.

Ada satu hal yang perlu kalian perhatikan, yaitu Allah selalu melarang orang mematungkan segala benda. Setiap benda buatan manusia tidak seharusnya dianggap sebagai benda hidup. Kapan anda menganggap demikian, benda itu segera menjadi berhala. Memang berhala atau patung sebenarnya tidak berarti apa-apa, tetapi tidaklah pada tempatnya apabila anda menganggapnya hidup. Karenanya penyembahan atau pemujaan terhadap barang-barang tersebut merupakan hal yang terlarang, bahkan kecenderungan dalam hati saja terhadap patung-patung itu terlarang pula. larangan untuk membuat patung adalah salah satu hukum/firman dari kesepuluh hukum/firman (Ulangan 5:8).

Dikatakan dalam Ulangan 12:30 Jangan engkau menanya-nanya tentang allah mereka dengan berkata: Bagaimana bangsa-bangsa ini beribadah kepada allah mereka.” Ayat ini menerangkan pada kita, sekalipun bertanya saja bagaimana orang kafir menyembah allah mereka itupun tidak seharusnya. Memang ada sementara orang selalu ingin tahu, atau senang menyelidiki bagaimana cara orang kafir beribadah kepada allah mereka. Namun Allah melarang kita menyelidiki hal itu. Sebab kalau anda menanya-nanya/ menyelidiki, akhirnya andapun akan menuruti perbuatan mereka. Maka rasa ingin tahu itupun harus dicegah.

Dalam II Korintus 6:16 dikatakan, Apakah hubungan bait Allah dengan berhala?” Maksud ungkapan ini sangat gamblang. Orang Kristen tidak diperkenan mengunjungi kelenteng atau kuil. Kecuali terpaksa harus mondok di kelenteng/kuil di atas gunung karena tidak terdapat tempat lain untuk berlindung, itu lain perkara. Bagaimanapun juga kaum imani tidak seharusnya mengunjungi kelenteng/kuil. Karena dalam Korintus pasal 6 jelas dikatakan bahwa tubuh kita ini bait Roh Kudus; dan dikatakan pula bahwa berhala tidak ada hubungan dengan bait Roh Kudus. Kecuali dalam keadaan yang luar biasa, apa boleh dikata; tetapi tidak wajarlah kalau kita sengaja mengunjungi, bermain dan menghampiri kelenteng berhala itu. Kata Yohanes, Anak-anakku, jauhkanlah dirimu dari segala berhala. Kata “jauhkan diri di sini berarti jangan’ menghampiri.

Dalam Mazmur 16:4 tercantum, “Aku juga tidak akan menyebut-nyebut nama mereka di bibirku. ” Maka bahkan di atas mimbarpun harus kita hindari penyebutan nama-nama allah lain itu; kecuali terpaksa harus memakainya sebagai perumpamaan. Demikian pula tentang pelbagai jenis ketakhyu1an, kekuatiran nasib, alamat-alamat atau ucapan-ucapan pantangan terhadap ini dan itu, semuanya harus dibuang. Banyak kaum imani yang masih memperhatikan masalah nasib, wajah dan hari depan. Semua perkara yang bersifat nujuman atau ramalan juga adalah yang terlarang. Setiap benda yang termasuk dalam kategori berhala, tanpa ada yang terkecuali harus diakhiri di hadapan Allah, sehingga putuslah sama sekali hubungan kita dengannya.

Pada hari pertama kaum imani baru harus sudah meninggalkan berhala, jangan menyebut-nyebut nama mereka lagi, jangan meramal nasib pribadi, jangan mendekati kelenteng. Bukan saja jangan menyembah benda-benda yang berpatung, bahkan dalam angan–anganpun tidak boleh. Pun jangan menyelidiki agama lain berikut cara ibadah mereka. Itulah perkara lampau yang wajib kita selesaikan. Setiap barang yang termasuk kategori itu harus dicampakkan, dibasmi atau dibakar, jangan di jual. Mengenai perihal ini, aku harap orang yang baru percaya harus mementingkannya, tidak boleh sembarangan. Sebab Allah sangat cemburu terhadap berhala.

Jika anda hari ini tidak bersikap tegas terhadap perihal berhala, kelak anda tak dapat mengatasi berhala yang terbesar di bumi ini. Bukan hanya tidak boleh menyembah pada berhala yang terbuat dari tanah atau yang terukir dari kayu, berhala-berhala yang hidup pun tak boleh disembah. Berhala yang hidup sungguh ada, orang yang berdosa besar itupun berhala. Kalian wajib ingat, berhala patung macam apapun tak boleh disembah, setiap berhala/patung harus kita singkirkan. Sekalipun patung/gambar Tuhan Yesus atau Maria tidaklah sepatutnya disembah.

Hal ini harus kita bereskan secara tuntas. Jika tidak, kita akan tersesat ke jalan lainnya. Ibadah kita bukan berada dalam daging, melainkan dalam roh. Allah mencari penyembah-penyembah yang menyembah dengan roh, bukan dengan daging. Allah itu Roh adanya, la bukan sebuah patung/gambar. Bila saudara-saudari dapat menyingkirkan berhala, kelak pasti takkan terperosok ke dalam kekuasaan Katolik. Pada suatu hari anti Kristus akan datang, kekuasaan agama Katolik akan berkembang secara besar-besaran. Menolak berhala-berhala yang lampau, itulah perkara lampau pertama dalam Alkitab yang harus kita selesaikan. Kita harus menolak semua berhala sambil menantikan kedatangan Putra Allah yang kedua kali. Sekalipun patung atau gambar Tuhan Yesus tidaklah seharusnya kita pasang atau simpan. Sebenarnya itu bukan gambar Tuhan Yesus yang sesungguhnya, maka tak berharga sama sekali. Di museum Roma terdapat lebih dari dua ribu macam patung/gambar Tuhan Yesus, semua hanyalah hasil karya dari khayalan pelukis atau pemahat. Di luar negeri, banyak pelukis yang sering pergi ke mana-mana, jika mereka menemukan seorang yang dianggap mirip dengan Yesus, diberinya uang lalu disuruh duduk dan kemudian dilukis gambarnya. Kukatakan pada kalian, itulah penghujatan/penghinaan terhadap Allah. Allah adalah Allah yang cemburu, Ia tidak dapat membiarkan adanya perkara tersebut. Ketakhyulan macam apapun tidak seharusnya ada pada kita. Misalkan ada orang mengatakan suasana beberapa hari ini kurang baik, nasib sangat buruk sekali, perkataan ini sama sekali berasal dari neraka. Anak-anak Allah pada hari pertama menjadi orang Kristen harus menyapu bersih dan membereskan secara tuntas setiap berhala, jangan sekali-kali membiarkan bau berhala itu masuk ke dalam kita.

B. Benda-benda Yang Tidak Wajar
Harus Dibereskan

Tertulis dalam Kisah Para Rasul 19:19 – “Banyak juga di antara mereka yang pernah melakukan sihir, ,mengumpulkan kitab-kitabnya Lalu membakarnya di depan mata semua orang. Nilai kitab-kitab itu ditaksir Lima puluh ribu uang perak. Hal inipun harus diakhiri dan diselesaikan oleh setiap orang yang baru beriman.

Namun ini bukan perintah atau ajaran, melainkan hasil pekerjaan Roh Kudus. Roh Kudus dapat bekerja demikian rupa, sehingga orang-orang itu dapat mengeluarkan benda-benda mereka yang tak wajar. Harga benda-benda itu ditaksir seharga lima puluh ribu uang perak, dapat dikata sangat berharga. Tetapi benda-benda mana bukan dijual, lalu uangnya diberikan kepada gereja, melainkan dibakar hingga habis. Andaikata pada saat itu ada Yudas, pasti ia tak menyetujui perbuatan itu. Sebab jumlah mana lebih dari tiga puluh dinar, tentu boleh disedekahkan kepada orang miskin. Akan tetapi Tuhan lebih senang melihat benda-benda itu terbakar habis.

Kecuali itu ada banyak benda yang mencurigakan yang juga harus dibereskan. Ada benda yang nyata sekali bertalian dengan dosa, misalnya macam-macam alat perjudian, buku atau lukisan-lukisan yang tidak wajar, haruslah dibakar. Mungkin masih ada banyak barang lukis, yakni yang dinikmati secara keterlaluan, meski tidak dapat dibakar, toh harus dibereskan juga. Pembakaran hanya merupakan satu prinsip.

Setelah seorang percaya Tuhan, ia harus pulang ke rumah dan memeriksa barang -barangnya sendiri. Di rumah seorang yang belum percaya pasti ada benda-benda yang bertalian dengan dosa, ada pula barang yang tidak sesuai dengan martabat orang saleh. Benda-benda yang bertalian dengan dosa tak dapat dijual, melainkan dimusnahkan atau dibakar. Benda-benda lukis /mewah kalau dapat diubah boleh dipakai lagi, jika tak dapat diubah harus dijual.

Dalam kitab Imamat 13 dan 14 membicarakan tentang baju yang dipakai oleh seorang yang berpenyakit kusta, itu satu contoh yang sangat baik. Baju itu kalau tak dapat dicuci harus dibakar, kalau dapat dicuci boleh dipakai lagi. Ada pakaian yang modelnya tidak wajar itu harus diubah. Mungkin ada yang terlalu pendek, harus diubah menjadi agak panjang; adapula yang modelnya terlalu ganjil, harus diubah menjadi normal. Adapula yang sama sekali tak dapat diubah, yang dalamnya mengandung unsur dosa, itu harus dibakar. Dan ada juga yang boleh dijual, dan uangnya boleh disedekahkan kepada orang miskin.

Benda-benda yang tidak wajar harus dibereskan. Apabila setiap orang yang baru beriman bisa memberesi barang-barangnya secara tuntas, ia akan mempunyai satu permulaan yang baik. Benda yang berbau takhyul harus dibakar. Ada sementara benda harus diubah dulu baru boleh dipergunakan lagi, atau setelah diubah lalu dijual. Aku beritahu pada kalian, pelajaran yang pertama anda pelajari ini, seumur hiduppun takkan terlupakan. Kalian harus mengetahui, menjadi orang Kristen adalah suatu perkara yang bukan sekedar ikut kebaktian dan mendengarkan khotbah di gedung gereja saja.

C. Yang Merugikan Orang Harus Mengganti Rugi

Lukas 19:8 mengatakan, “Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat. ” Perbuatan Zakheus ini bukan menuruti ajaran , melainkan karena gerakan Roh Kudus. Kalau itu ajaran, tentu tak dapat banyak, tak dapat pula sedikit, tetapi kalau itu gerakan Roh Kudus, lebih banyak sedikit atau lebih kurang sedikit boleh saja. Kata Zakheus, kalau ada sesuatu yang ia peras dari seseorang akan dikembalikan empat kali lipat; sebenarnya dikembalikan dua kali lipatpun boleh. Prinsip dalam kitab Imamat ialah menambah seperlima; jadi misalnya seribu dollar dikembalikan seribu dua ratus dollar. Hanya saja bila tergerak, itu tergantung bagaimana kehendak Roh Kudus. Kalau Roh Kudus menggerakkan anda mengembalikan empat kali lipat atau sepuluh kali lipat itu boleh saja. Di sini kita hanya membicarakan prinsipnya. Karenanya ketika kalian membaca Alkitab, kalian harus jelas ini bukan membicarakan masalah ajaran, melainkan pimpinan daripada pekerjaan Roh Kudus.

Kalau dahulu sebelum percaya Tuhan, anda pernah memeras, menipu, mencuri atau memperoleh barang dengan Cara yang tidak halal, sekarang Tuhan bekerja di dalam anda, maka anda wajib melakukan pemberesan sebaik – baiknya atas hal tersebut. Hal mana tidak bertalian dengan pengampunan yang anda peroleh di hadapan Tuhan, namun bertalian dengan kesaksian anda.

Misalkan sebelum aku beriman pernah mencuri uang si anu sebanyak seribu dollar, kalau setelah percaya Tuhan aku tidak membereskannya dengan dia, bagaimanakah aku dapat memberitakan injil kepadanya? Ketika aku memberitakan injil, mungkin dalam hati ia selalu ingat akan seribu dollarnya yang kucuri itu. Memang benar, di hadapan Allah anda telah beroleh pengampunan, tetapi di hadapan orang itu anda kehilangan kesaksian. Anda tak dapat berkata, Allah telah mengampuni anda, maka tak perlu mengembalikan uang itu kepadanya. Tidak, hal ini bersangkut-paut dengan kesaksian anda.

Kalian harus ingat, Zakheus mengembalikan empat kali lipat ialah untuk kesaksian. Pada waktu itu semua orang berkata, bagaimana Tuhan bisa mengunjungi rumah seorang yang berdosa ini? Entah berapa banyak orang yang pernah diperas dan ditipu olehnya. Orang-orang itu tidak dapat menerima Tetapi pada saat itulah Zakheus berdiri dan berkata, “Sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” Pengembalian empat kali lipat ini bukan sebagai syarat untuk ia menjadi anak Abraham, pun bukan syarat untuk terjadinya keselamatan di rumahnya, melainkan itulah buah yang dihasilkan dari keselamatan yang terjadi di rumahnya, dan itulah hasil daripada ia menjadi anak Abraham. Oleh sebab adanya pemulihan kelakuan yang sedemikian, Zakheus telah memiliki kesaksian di hadapan orang. Itulah yang menjadi landasan kesaksian.

Aku kenal seorang saudara yang tidak begitu beres dalam hal keuangan sebelum ia percaya Tuhan. Teman sekolahnya kebanyakan berasal dari golongan menengah dan atas. Setelah ia percaya Tuhan, ia bergairah sekali memimpin teman-temannya itu kepada Tuhan, namun tak berdaya. Walaupun antusias sekali ia memberitakan injil kepada mereka, mereka berkata, di mana ada perkara yang demikian: Uangnya belum beres? Kesan mereka yang buruk terhadapnya di masa lampau belum terhapus. Saudara ini belum berbuat seperti Zakheus. Walau di hadapan Allah dosanya telah diampuni, segala persoalannya telah usai, tetapi ia belum beres di hadapan teman sekolahnya. Ia harus mengakui kesalahannya yang lampau, dan harus ganti rugi, dengan demikian barulah ia dapat bersaksi. Pemulihan kesaksian tergantung pada penyelesaiannya atas perkara-perkara yang lampau.

Tadi telah kukatakan, Zakheus bukan menjadi anak Abraham dan beroleh keselamatan karena mengembalikan atau mengganti rugi empat kali lipat. Sebaliknya ia dapat mengganti rugi empat kali lipat karena telah menjadi anak Abraham dan telah beroleh selamat. Tujuan atau manfaat mengganti rugi empat kali lipat dari Zakheus ini ialah untuk menutup mulut orang, agar mereka tidak dapat bersungut-sungut lagi. Jumlah empat kali lipat ini telah melampaui hutangnya kepada mereka, karenanya mereka tak dapat berkata apa-apa, dan sebab itu kesaksiannya dapat terpulihkan.

Saudara-saudari , pernahkah anda bersalah terhadap orang sebelum anda percaya Tuhan? Pernahkah anda bersalah terhadap orang dalam hal kebendaan? Pernahkah anda sembarangan membawa barang orang lain ke rumah anda? Pernahkah anda dengan tipu-daya memperoleh sesuatu? Jika ada, haruslah dibereskan. Pertobatan orang biasa hanya mengubah kelakuan saja, tetapi pertobatan orang Kristen haruslah pula mengakui kesalahan yang lampau. Misalnya aku pemarah, sekarang aku tidak marah-marah lagi, itu sudah cukup. Tetapi kalau aku seorang Kristen, aku masih perlu mengakui kesalahan amarahku pada masa 1ampau. Jadi tidak saja di hadapan Allah tidak marah lagi, bahkan harus mengakui pula kesalahan kemarahan yang lampau itu di hadapan orang. Dengan demikian, barulah perkara tersebut dapat dianggap beres atau selesai.

Jika kasus anda dibicarakan di hadapan Allah, asalkan anda mulai sekarang tidak mencuri lagi, tidak mengambil barang orang lain, itu sudah beres. Namun di hadapan orang tidaklah demikian. Sungguhpun selama tiga tahun anda sudah tidak mencuri, tetapi orang tetap mengatakan anda pencuri, Sebab itu, setelah anda percaya Tuhan, anda harus bersaksi di hadapan orang, yaitu membereskan kesalahan – kesalahan yang lampau. Setelah demikian, kedudukan anda baru menjadi beres.

Di sini terdapat satu persoalan yang sulit. Misalkan aku telah mencuri uang sebanyak sepuluh ribu dollar, tetapi saat ini aku tidak mempunyai barang seribu dollarpun, bagaimanakah seharusnya? Pada prinsipnya anda tetap harus mengaku dengan terus terang kepada pemiliknya, bahwa anda dahulu mencuri uang itu, sekarang tidak dapat menggantinya. Dapat mengganti atau tidak itu perkara lain, tetapi tak dapat tidak mengaku dan bersaksi. Jika tidak demikian, seumur hidup pun anda tak dapat bersaksi. Anda harus ingat, walau ketika anda bersaksi ada kesulitan pribadi, namun hal itu tidak boleh menjadi alasan untuk membatalkan pemberesan anda. Anda tetap harus membereskannya, setelah itu baru anda mempunyai kesaksian di hadapan orang.

Bagaimana dengan orang yang pernah melakukan pembunuhan? Hal itupun ” merupakan perkara yang lampau. Bagaimanakah pemberesannya? Dalam Alkitab terdapat dua pembunuh yang beroleh selamat, yang satu melakukan pembunuhan secara langsung, yang satu lagi secara tidak langsung. Pembunuh yang langsung itu ialah penjahat yang disalib. Dalam bahasa Yunani istilah penjahat jelas sekali, yaitu bukan penjahat biasa, melainkan pembunuh dan pembakar rumah. Ia bukan pencopet,melainkan penyamun yang sekaligus pembunuh. Karena ia percaya Tuhan, dosanya telah diampuni. Alkitab tidak mengisahkan bagaimana ia membereskan perkaranya yang lampau. Satu lagi ialah Paulus. Paulus tidak mernbunuh secara langsung, tetapi pada saat Stefanus terbunuh, ia membantu mereka, dan menjaga pakaian pembunuh-pembunuh Stefanus .itu. Setelah Paulus beroleh selamat, kitapun tidak nampak bagaimana ia membereskan kelakuannya itu.

Maka pada prinsipnya aku percaya, kalau ada pembunuh yang telah percaya Tuhan, dosanya tetap sebagai perkara yang lampau. Tiada satu dosa yang tak dapat disucikan oleh darah. Penjahat itu tidak menyelesaikan perkaranya yang lampau, tentu pula karena ia tak berkesempatan membereskan perkaranya. Kata Tuhan kepadanya, Hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus. Sebab itu, bila kita menjumpai keadaan seperti ini, janganlah kita membebani hati nurani orang terlalu berat ,kecuali Allah bekerja di dalamnya. Sebab dalam perjanjian baru terdapat dua orang yang masing-masing menjadi pembunuh langsung dan tidak langsung, kepada mereka Allah tidak memperhatikan pemulihan perkara-perkara mereka yang lampau. Namun , aku yakin, ada sementara orang merasa tidak damai dalam hati nurani, itu dikarenakan pekerjaan Allah, bukan tuduhan biasa; kalau mereka ingin memberi sesuatu pernyataan kepada keluarga orang yang terbunuh, kitapun tidak menghalanginya.

D. Penyelesaian Perkara-perkara
Yang Belum Dapat Diselesaikan

Ketika seorang beroleh selamat, padanya pasti masih ada banyak perkara duniawi yang belum diselesaikan, hal ini seolah-olah mudah sekali menghalanginya untuk mengikuti Tuhan. Bagaimanakah penyelesaian hal tersebut? Matius 8:22 mengatakan, “Yesus berkata kepadanya: Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka. ” Inipun merupakan satu cara penyelesaian perkara-perkara lampau dalam Alkitab. Di sini ada seorang berkata pada Tuhan Yesus, “Tuhan, ijinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku. Jawab Tuhan, Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka. Kata “mereka” ini ditujukan kepada “orang-orang mati yang pertama, sedang “orang mati kedua ditujukan kepada ayahnya. Orang-orang mati pertama bermakna rohani; orang-orang dunia di hadapan Allah semuanya dianggap sebagai orang mati. Perkataan Tuhan ini berarti, biarlah orang-orang mati itu menguburkannya, tetapi engkau ikutlah Aku.

Aku bukan menganjurkan orang-orang yang baru beriman jangan mengurusi urusan perkabungan ayahnya, melainkan biarlah orang-orang mati yang menguburkan orang mati. Prinsip ini harus kita pegang. Maka biarlah mereka yang menyelesaikan perkara yang belum dapat diselesaikan itu. Kalau kita ingin menyelesaikan/merampungkan perkara- perkara itu dulu, seumur hidup pun tiada kesempatan untuk menjadi orang Kristen. Urusan-urusan keluarga belum selesai, urusan ayah belum selesai, urusan penghidupanpun belum selesai, ya, kita ada ratusan bahkan ribuan urusan yang belum selesai, kalau ingin semua diselesaikan dulu, siapakah gerangan yang dapat menjadi orang Kristen. Maka prinsipnya hanya satu kalimat, yaitu semuanya itu adalah orang mati; biarkanlah orang mati yang menguburkan orang mati: Biarkanlah orang-orang mati itu (mati secara rohani atau jasmani) yang menyelesaikan urusan orang mati. Inilah satu prinsip. Di sini bukan menganjuri orang yang baru beriman mulai sekarang dan seterusnya tidak mengurusi urusan keluarga; me1ainkan jangan menunggu sampai urusan duniawi selesai, barulah datang kepada Tuhan. Jika demikian anda selamanya tak mungkin mengikuti Tuhan.

Banyak orang ingin membereskan urusan-urusannya dulu baru percaya pada Tuhan, kalau demikian mereka tak mungkin berkesempatan untuk percaya kepada Tuhan. Itu semua menjadi urusan orang mati, janganlah anda tertambat olehnya. Dari pihak kita, kita harus memandang urusanurusan yang belum diselesaikan itu telah selesai/berakhir. Bila anda ingin menyelesaikannya dulu baru datang mengikuti Tuhan, niscayalah anda tak mungkin menyelesaikannya. Anda wajib menyelesaikan perkara berhala secara tuntas, -demikian pula Benda-Benda yang tidak wajar dan kesalahan terhadap orang. Tetapi mengenai urusan-urusan yang tak dapat diselesaikan, anggaplah sudah selesai:

Menurut apa yang dapat kujumpai dalam firman Allah, mungkin hanya keempat jenis hal tersebutlah yang menjadi sikap yang seharusnya dipegang oleh setiap orang yang baru percaya untuk menyelesaikan perkara-perkara yang lampau. Banyak perkara lain yang terkecuali, yang tidak dapat diselesaikan, anggaplah sudah selesai. Misalkan tentang kewajiban rumah tangga/kekeluargaan, biarlah orang mati yang mengurusinya, kita tidak ada waktu untuk itu, kita harus mengikuti Tuhan. Perkara-perkara itu bukan anda yang menyelesaikan, biarlah diselesaikan oleh orang mati; biarlah orang yang mati secara rohani itu yang melakukannya.

SEBUAH PERTANYAAN

Tanya seorang saudara: Jika berbuat dosa terhadap seseorang dan orang itu tidak tahu, apakah harus mengaku dosa juga kepadanya?

Jawab : Soal ini tergantung apakah ada kerugian material atau tidak. Adakalanya diketahui oleh mereka, itu harus diselesaikan menurut prinsip Zakheus; adakalanya tidak diketahui, tetapi kalau ada kerugian material, haruslah mengaku dosa kepadanya. Hanya saja sebaiknya dilakukan bersama dengan gereja, dengan bantuan saudara-saudara yang berpengalaman; mereka tahu bagaimana caranya untuk menyelesaikannya, supaya hal itu lebih berfaedah terhadap orang.

W.N.


50 Judul Buku Pembinaan Dasar

  1. Bangun Pagi-pagi
  2. Baptisan
  3. Berbagai Jenis Sidang
  4. Berdoa
  5. Bersaksi
  6. Bersidang
  7. Cara Mengatur Keuangan
  8. Hajaran Allah
  9. Hari Tuhan
  10. Hayat Kita
  11. Jabatan Imam
  12. Jalan Gereja
  13. Jika Seseorang Berbuat Dosa
  14. Kelepasan
  15. Kesatuan
  16. Keselamatan Seisi Keluarga
  17. Konsekrasi (Persembahan)
  18. Masalah Penudungan Kepala
  19. Masuk Gereja
  20. Melawan Iblis
  21. Membaca Alkitab
  22. Memilih Jodoh
  23. Memimpin Orang Kepada Tuhan
  24. Mencari Kehendak Allah
  25. Mengasihi Saudara
  1. Menyanyi
  2. Minta Maaf dan Ganti Rugi
  3. Mulut Mengaku
  4. Orang Tua
  5. Pakaian dan Makanan
  6. Pemecahan Roti
  7. Pengampunan dan Pemulihan
  8. Pengampunan Siasat
  9. Pengawasan Roh Kudus
  10. Penumpangan Tangan
  11. Penyakit
  12. Penyelesaian Perkara Lampau
  13. Pernikahan
  14. Pertapaan
  15. Pisahkan Diri dengan Dunia
  16. Profesi Kaum Imani
  17. Puji-pujian
  18. Reaksi Kaum Imani
  19. Rekreasi
  20. Suami Istri
  21. Teman
  22. Terhapusnya Segala Perbedaan
  23. Tubuh Kristus
  24. Tutur Kata
  25. Wewenang Gereja