31 || PEMECAHAN ROTI

PEMECAHAN ROTI

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

 

 

“Ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata, ‘Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku.’ Sesudah itu la mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata, ‘Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa-dosa.'”

          Matius 26:26-28

 

 

Pembacaan Alkitab:
Matius 26:26-28; 1 Korintus 10:16‑22; 11:23-32

I. PENETAPAN PERJAMUAN MALAM TUHAN

Ada satu perjamuan malam yang patut dihadiri oleh setiap anak-anak Allah dalam gereja, yaitu perjamuan malam yang ditetapkan oleh Tuhan Yesus pada malam terakhir dalam hidup-Nya di bumi; karena esok harinya Ia disalibkan. Perjamuan itu merupakan perjamuan-Nya yang terakhir di malam, terakhir dalam hidup-Nya di bumi ini. Walau setelah kebangkitan-Nya Ia makan juga, tetapi berbeda dengan orang biasa; saat itu Ia makan, boleh, tidak makan pun, boleh.

Perjamuan terakhir ini mengandung kisah sebagai berikut: Orang-orang Yahudi mempunyai satu perayaan, yaitu Paskah, sebagai peringatan bagaimana Allah menyelamatkan mereka dari perhambaan di Mesir. Ketika itu Allah menyuruh mereka menyediakan seekor anak domba menurut keluarga masing-masing, lalu menyembelihnya di waktu senja bulan pertama, hari yang keempat belas, kemudian darahnya dibubuhkan pada kedua tiang pintu dan di ambang atas, dan daging anak domba itu dimakan bersama dengan sayur pahit malam itu juga. Setelah orang-orang Yahudi keluar dari Mesir, Allah memerintahkan mereka untuk merayakan hari tersebut sebagai suatu peringatan (Kel. 12:1-28). Dalam pandangan orang-orang Yahudi, Paskah adalah suatu peringatan penyelamatan mereka.

Malam menjelang Tuhan meninggal dunia, bertepatan dengan waktu mereka makan anak domba Paskah. Setelah Tuhan makan anak domba Paskah bersama murid-murid-Nya, Tuhan segera menetapkan perjamuan malam-Nya. Di sini Tuhan sengaja memperlihatkan betapa perlunya kita mengambil bagian dalam perjamuan malam-Nya, seperti halnya orang Yahudi memakan anak domba Paskah mereka.

Bila kita membandingkan kedua peristiwa tersebut, kita nampak bahwa orang Israel merayakan Paskah karena mereka telah diselamatkan dari Mesir; sedang kita, anak-anak Allah, makan perjamuan malam Tuhan karena kita telah diselamatkan dari dosa dunia ini. Orang Israel memiliki anak domba, kita pun memiliki Anak Domba — Tuhan Yesus adalah Anak Domba Allah (Yoh. 1:29). Hari ini kita telah terlepas dari dosa dunia, kuasa Iblis, dan telah sepenuhnya menjadi milik Allah. Sebab itu, kita wajib makan perjamuan malam Tuhan, sama seperti orang-orang Yahudi harus makan anak domba Paskah mereka.

Setelah Tuhan Yesus makan Paskah, Ia “mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata, ‘Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku.’ Sesudah itu fa mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata, ‘Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa-dosa.”‘ (Mat. 26:26-28). Itulah perjamuan malam yang Tuhan tetapkan.

Apa artinya perjamuan malam? Perjamuan malam berarti perjamuan yang dinikmati dengan nyaman bersama keluarga setelah kesibukan sepanjang hari selesai. Perjamuan ini tidak seperti makan pagi atau makan siang yang dilakukan dengan terburu-buru, melainkan dinikmati dengan tenang dan penuh rasa perhentian. Ketika anak-anak Allah menghadiri perjamuan malam Tuhan, seyogianya juga dengan perasaan hati sedemikian, tanpa terburu-buru, juga tidak memikirkan ingin berbuat ini atau melakukan itu, melainkan menikmati perhentian yang nyaman di rumah Allah.

Tuhan Yesus menetapkan perjamuan malam pada malam perayaan Paskah, roti yang dimakan ialah roti tak beragi (Kel. 12:15): Yang diminum adalah “hasil pokok anggur” (lihat Mat. 26, Mrk. 14 dan Luk. 22). Jadi, ketika kita memecahkan roti, kita boleh memakai arak buah anggur atau sari buah anggur, yakni hasil pokok anggur.

II. MAKNA PERJAMUAN MALAM

1. Memperingati Tuhan

Mengapa Tuhan menghendaki kita berbuat demikian? Tuhan berkata, “Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (1 Kor. 11:24). Jadi, makna pertama dari perjamuan malam ialah memperingati Tuhan. Tuhan tahu kita bisa melupakan-Nya. Meskipun kasih karunia yang kita terima demikian besar, dan penebusan yang kita peroleh demikian ajaib, namun pengalaman membuktikan bahwa kita bisa melupakan-Nya. Saudara saudari yang baru percaya, walau baru beroleh selamat, bila mereka sedikit tidak waspada, mereka pun bisa melupakan penyelamatan Tuhan. Itulah sebabnya dengan khusus Tuhan berkata kepada kita, “Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.”

Tuhan menghendaki kita memperingati-Nya, bukan saja karena kita bisa melupakan-Nya, juga karena Tuhan sendiri memerlukan peringatan kita. Dengan kata lain, Tuhan tidak mau kalau kita melupakan-Nya. Sebenarnya, Dia jauh tak terkata lebih unggul dan lebih besar daripada kita, ada tidaknya peringatan kita tidaklah berarti bagi-Nya. Tetapi Ia berkata, “Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” Hal ini menyatakan betapa Tuhan merendahkan diri-Nya, Ia senang mendapat peringatan dari kita. Ia telah merendahkan diri-Nya menjadi Juruselamat kita, Ia pun merendahkan diri-Nya untuk mendapatkan peringatan kita. Dia mau, sewaktu kita hidup di bumi ini, kita tidak melupakan Dia. Dari minggu ke minggu, Dia menghendaki kita hidup di hadapan-Nya dan senantiasa memperingati-Nya. Dia menghendaki kita mendapatkan faedah rohani. Tuhan menghendaki kita memperingati Dia, ini adalah permintaan kasih-Nya. Karena kalau kita tidak sering memperingati Tuhan, membentangkan penebusan-Nya di hadapan kita, kita akan mudah sekali berbaur dengan dosa dunia ini, dan mudah pula muncul perselisihan di antara sesama anak-anak Allah, yang olehnya kita akan menderita kerugian yang sangat besar. Itulah sebabnya Tuhan menghendaki kita memperingati-Nya. Jika kita memperingati Dia, kita akan mendapatkan faedah. Jadi, ini pun adalah salah satu jalan untuk mendapatkan rahmat Allah; kita dapat menerima kasih karunia Tuhan melaluinya.

Sewaktu Anda memperingati Tuhan, ada satu faedah yang sangat besar, yaitu kekuatan dosa dan dunia tidak bisa berlangsung terus pada diri Anda. Berselang beberapa hari, Anda teringat bagaimana Anda menerima Tuhan; berselang beberapa hari, Anda teringat lagi bagaimana Tuhan mati bagi Anda. Dengan demikian, Anda pasti tidak akan terbaur lagi oleh dosa dunia. Inilah salah satu faedah pemecahan roti memperingati Tuhan.

Ada satu lagi faedah pemecahan roti memperingati Tuhan, yaitu dapat membuat anak-anak Allah tidak berselisih, tidak bergolong-golongan atau terpecah-belah. Ketika Anda memperingati bagaimana Anda menerima karunia keselamatan, dan seorang saudara lain juga memperingati bagaimana dirinya menerima karunia Tuhan, mungkinkah Anda tidak mengasihi dia? Ketika Anda teringat betapa Tuhan telah mengampuni dosa Anda yang begitu banyak itu, lalu Anda melihat seorang saudari datang, ia juga telah tertebus darah Tuhan, mungkinkah Anda tidak memaafkannya, sebaliknya malah menyalahkannya terus, sehingga terjadi perpecahan di antara Anda dengan dia? Selama dua ribu tahun ini, banyak pertikaian di antara anak-anak Allah telah lenyap di hadapan meja perjamuan malam Tuhan; banyak permusuhan telah terhapus saat orang datang ke hadapan meja Tuhan; sebab memperingati Tuhan berarti memperingati peristiwa penyelamatan dan pengampunan. Tidaklah patut kalau Anda mencekik teman Anda yang berhutang seratus dinar kepada Anda, sedangkan Tuhan telah mengampuni/membebaskan hutang Anda sebanyak laksaan dinar (Mat. 18:21-35). Ketika saudara saudari memperingati Tuhan, dengan sendirinya hati masing-masing menjadi lapang dan dapat merangkum seluruh anak-anak Allah, juga dengan spontan menyadari bahwa semua orang yang telah ditebus Tuhan adalah kekasih Tuhan, yang wajib ia kasihi pula. Di dalam Tuhan tidak semestinya ada perselisihan, dengki, dan dendam. Sewaktu Anda teringat bahwa dosa Anda yang begitu banyak itu telah diampuni Tuhan, tidak sepatutnyalah Anda tetap berselisih dengan saudara saudari. Bila Anda ingin terus berselisih, membenci, dan menaruh dendam, Anda tidak dapat memecahkan roti memperingati Tuhan. Karena itu, setiap kali kita bersidang memperingati Tuhan, Tuhan pasti menyuruh kita mengulangi kasih-Nya, mengulangi pekerjaan salib-Nya, mengingat kembali bahwa semua orang yang beroleh rahmat adalah orang-orang yang dikasihi Tuhan. Tuhan mengasihi kita, menyerahkan diri-Nya bagi kita; Tuhan bagi Anda, Tuhan juga menyerahkan diri-Nya bagi setiap orang yang menjadi milik-Nya. Setiap orang milik Allah adalah yang dikasihi-Nya, maka dengan sendirinya, setiap anak Allah juga adalah orang yang Anda kasihi; Anda tidak dapat membenci orang yang dikasihi-Nya.

“Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” Kita sama sekali tidak mungkin memperingati orang yang tidak kita kenal, kita pun tidak mungkin memperingati peristiwa yang tidak pernah kita alami. Tuhan menyuruh kita memperingati Dia, berarti kita pernah melihat-Nya di Golgota. Kita telah beroleh kasih karunia-Nya, maka kita memperingati perkara-perkara yang telah Dia rampungkan. Sebagaimana orang Yahudi menoleh ke belakang memperingati hari Paskah, kita pun menoleh ke belakang untuk memperingati Tuhan.

Mengapa banyak orang menjadi malas dan tidak dapat menghasilkan buah? Karena mereka telah lupa bahwa dosa-dosanya yang lampau telah dihapuskan (2 Ptr. 1:8-9). Itulah sebabnya Tuhan menghendaki kita memperingati-Nya, mengasihi-Nya, sering ingat kepada-Nya. Kita harus ingat bahwa cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Nya, yang telah teralir bagi kita; roti; ini adalah tubuh-Nya yang diserahkan bagi kita. Inilah butir pertama yang harus kita tekankan dalam pemecahan roti.

2. Memberitakan Kematian Tuhan

Perjamuan Tuhan masih mempunyai makna yang kedua. Tercatat dalam 1 Korintus 11:26, “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.” Anda makan roti Tuhan dan minum cawan Tuhan, itu berarti memberitakan kematian Tuhan. “Memberitakan” boleh diterjemahkan menjadi “mengumumkan”. Jadi kita mengumumkan kematian Tuhan agar semua orang mengetahuinya. Tuhan menyuruh kita makan perjamuan malam-Nya, tidak hanya bertujuan untuk memperingati-Nya, tetapi juga untuk mengumumkan kematian-Nya.

Mengapa roti dan cawan mengumumkan kematian Tuhan? Sebab asalnya darah ada dalam daging, jika darah terpisah dengan daging, itu menandakan kematian. Anda nampak anggur dalam cawan, itulah darah; Anda nampak roti, itulah daging. Darah Tuhan berada di sebelah sini, daging Tuhan berada di sebelah sana, darah terpisah dengan daging, itu menandakan kematian Tuhan. Dalam sidang ini, Anda tidak perlu memberi tahu orang “Tuhan kita telah mati bagi Anda,” asalkan mereka melihat darah tidak berada dalam daging, mereka pasti mengerti bahwa itulah kematian.

Apakah roti itu? Roti terbuat dari biji gandum yang telah dihaluskan. Apakah pula isi cawan itu? Buah anggur yang telah diperas. Ketika Anda melihat roti ini, Anda tahu di sini ada gandum yang telah tergiling hingga halus; Anda melihat cawan, Anda pun tahu di sini ada buah anggur yang telah diperas. Hal ini memperlihatkan dengan jelas kepada kita bahwa di sini ada kematian. Bila biji-biji gandum tidak digiling, melainkan tetap utuh, mustahil menjadi roti; bila buah-buah anggur tidak diperas, mustahil menjadi arak atau sari anggur. Kalau biji gandum mempertahankan dirinya, roti tidak mungkin ada; kalau buah anggur mempertahankan dirinya, sari anggur pun tidak mungkin ada. Di sini Tuhan bersabda melalui Paulus, “Kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan.” Kita makan gandum yang telah tergiling halus, minum buah anggur yang telah diperas, itulah mengumumkan kematian Tuhan.

Jika Anda membawa orang tua, anak-anak, atau famili Anda yang belum mengenal Tuhan ke suatu sidang pemecahan roti, ketika mereka pertama kali melihat pemecahan roti, mereka pasti akan bertanya, “Apakah itu? Apa artinya pemecahan roti? Apa pula artinya cawan itu?” Anda bisa menjawab dengan bertanya kepada mereka, “Kalau cawan itu berisi darah, dan roti itu daging, apakah artinya?” Mereka pasti menjawab, “Itu berarti kematian.” Karena darah ada di sebelah sini, daging di sebelah sana, darah terpisah dengan daging, itu tidak lain berarti kematian. Kita boleh membiarkan orang melihat, dan kita tunjukkan kepada mereka bahwa yang terbentang di sini tidak lain ialah kematian Tuhan. Maka kita tidak hanya memberitakan Injil dengan mulut, tidak hanya memberitakan Injil di balai sidang, tidak hanya menginjil dengan karunia, kita pun memberitakan Injil dengan perjamuan malam Tuhan. Ketika kita mengadakan perjamuan ma-am Tuhan, kalau orang tidak menganggapnya sebagai suatu upacara, tetapi mengetahui bahwa kita sedang mengumumkan kematian Tuhan di hadapan mereka, ini akan menjadi perkara besar dalam alam semesta. Yesus, Orang Nazaret, Putra Allah, telah mati, itulah fakta besar yang terbentang di sini.

Dalam pandangan manusia, Tuhan Yesus telah lenyap dari bumi ini, tetapi tanda salib ,roti dan cawan masih tetap ada di sini. Setiap kali kita melihat roti dan cawan, sama dengan melihat kematian Tuhan di atas salib. Tanda salib ini memberi tahu kita bahwa bagi kita peristiwa kematian Tuhan perlu kita peringati.

“Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.” Tuhan Yesus akan datang lagi, perkataan ini sungguh menghibur kita. Kalimat ini dikaitkan dengan perjamuan malam, sungguh sangat berarti. Apakah Anda merasakan baiknya perjamuan malam ini? Perjamuan malam ialah hidangan terakhir dalam sehari. Satu minggu sekali kita mengadakan perjamuan malam ini. Seminggu demi seminggu gereja mengadakan perjamuan malam yang sama; meskipun telah lewat hampir dua ribu tahun, terus mengadakan perjamuan malam ini, sambil terus menunggu. Sampai Tuhan datang, barulah kita tidak memakannya lagi. Ketika kita berhadapan muka dengan Tuhan, perjamuan malam ini baru berakhir. Karena kita telah berjumpa dengan Tuhan, maka kita tidak perlu lagi memperingati-Nya.

Makna perjamuan malam yang pertama ialah memperingati Tuhan; kedua ialah memberitakan kematian Tuhan, sampai Ia datang lagi. Perjamuan malam Tuhan membuat kita memperingati diri Tuhan sendiri. Semoga sejak semula saudara saudari sudah nampak diri Tuhan. Bila,seseorang memperingati Tuhan, dengan sendirinya ia akan memperingati kematian Tuhan, dengan sendirinya matanya akan memandang kerajaan pada suatu hari Tuhan akan datang, untuk membawa  kita ke tempat Ia berada. Salib selalu mengarah kepada kedatangan kembali, salib selalu mengarah kepada kemuliaan. Ketika kita memperingati Tuhan, kita wajib menengadah dan berkata, “Ya Tuhan, aku ingin melihat wajah-Mu; saat aku nampak wajah Tuhan, semua ini akan berlalu.” Tuhan menghendaki kita memperingati Dia dan senantiasa mengumumkan kematian-Nya, sampai Dia datang lagi.

III. MAKNA PERJAMUAN (MEJA) TUHAN

Pemecahan roti dalam 1 Korintus 10 disebut dengan istilah lain, bukan perjamuan malam, melainkan perjamuan atau meja Tuhan. Dalam perjamuan malam yang diselenggarakan Tuhan pada malam terakhir, Ia menyuruh kita memperingati Dia dan mengumumkan                 kematian-Nya, sampai Ia datang lagi, itu hanya pada satu aspek saja, masih ada aspek lainnya, yaitu meja perjamuan, yang tertulis dalam 1 Korintus 10:21. Dalam 1 Korintus 10:16-17 tercantum jelas sekali tentang arti meja perjamuan Tuhan. Ayat-ayat itu berbunyi, “Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus? Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu.” Di sini terkandung dua makna: persekutuan dan kesatuan.

1. Persekutuan

Meja perjamuan Tuhan, pertama berarti persekutuan. “Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus?” Bukankah kita bersama-sama minum cawan Tuhan? Inilah persekutuan. Kalau 1 Korintus 11 membicarakan tentang hubungan kaum beriman dengan Tuhan, maka pasal 10 membicarakan hubungan antara sesama kaum beriman. Kalau perjamuan malam berarti memperingati Tuhan, maka meja perjamuan berarti kita saling bersekutu. Meja perjamuan berarti, “Cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur adalah persekutuan dengan darah Kristus.” Yang ditekankan di sini bukan menerima darah Kristus, melainkan “bersama-sama menerima” darah Kristus. Ini berarti persekutuan.

Istilah “cawan” dalam kalimat “cawan yang atasnya kita ucapkan syukur” berbentuk tunggal. Cawan yang tercantum dalam Matius 26:27 juga berbentuk tunggal: “Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata, ‘Minumlah, kamu semua, dari (satu) cawan ini.”‘ Itulah sebabnya kita tidak setuju mengubah cawan menjadi jamak, karena bila cawan diubah menjadi jamak, makna aslinya akan berubah. Cawan yang atasnya kita ucapkan syukur adalah persekutuan dengan darah Kristus. Kita bersama-sama menerima dari cawan yang satu, inilah persekutuan. Kalau antara satu sama lain tidak akrab, tidak mungkin Anda meneguk satu cawan bersama saya. Anak-anak Allah bersama-sama meminum dari satu cawan, hal ini mengandung arti saling bersekutu.

2. Kesatuan

Makna kedua ialah kesatuan. “Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus? Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapatkan bagian dalam roti yang satu itu.” Di sini kita melihat bahwa anak-anak Allah bersatu. Roti dalam pasal 11 berbeda maknanya dengan roti dalam pasal 10. Roti dalam pasal 11 ditujukan kepada tubuh jasmani Tuhan Yesus; Tuhan berkata, “Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan karena kamu.” Sedang roti dalam pasal 10 ditujukan kepada gereja, “Kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh.” Kita adalah roti, dan roti ini ialah gereja.

Di hadapan Tuhan, kita wajib belajar memperingati, mengumumkan, dan bersekutu, namun kita pun wajib belajar mengenal kesatuan. Sama halnya dengan satu roti, seluruh anak-anak Allah satu adanya. Kita hanya ada satu roti; Anda memecahkan (memakan) sedikit roti, dia memakan sedikit, tiap-tiap orang memakan sedikit. Andaikan pecahan-pecahan roti yang telah kita makan itu bisa dikumpulkan kembali, bukankah tetap satu roti? Walau roti ini telah tersebar ke dalam tiap-tiap orang, tetapi di dalam Roh Kudus tetaplah satu roti. Kalau roti material telah kita makan, habislah sudah, kita tidak berdaya mengembalikannya; tetapi dalam hal rohani, roti ini tetap satu, sebab kita menjadi satu di dalam Roh Kudus. Kristus seperti roti, asalnya Ia satu. Allah memberikan sedikit Kristus kepada Anda, Allah juga memberikan sedikit Kristus kepada dia, Kristus yang satu kini telah tersebar dan tinggal dalam hati banyak orang. Kristus itu rohani, walau telah terbagi-bagi, tetap utuh satu. Allah mengaruniakan Kristus kepadanya, tetapi dalam Roh Kristus tetap satu adanya. Maka dalam Roh, roti yang terpecah-pecah tetaplah seketul. Ketika anak-anak Allah memecahkan roti, tidak saja berarti memperingati Tuhan, mengumumkan kematian Tuhan, dan tidak saja bersekutu dengan semua anak-anak Allah, bahkan mengakui kesatuan anak-anak Allah. Roti yang satu ini mewakili kesatuan gereja Allah.

Masalah roti adalah masalah pokok dalam meja perjamuan Tuhan. Roti ini amat penting sekali. Pada satu pihak, roti ini mewakili seluruh anak-anak Allah, di lain pihak, ia juga mewakili anak-anak Allah yang berada di satu lokal. Kalau ada anak-anak Allah berhimpun di satu lokal, tetapi mereka hanya melihat beberapa orang saja, berarti roti mereka hanya mencakup beberapa orang itu saja, dan berarti roti mereka terlalu kecil, itu tidak cukup. Roti mereka seharusnya dapat mewakili anak-anak Allah di satu lokal, harus dapat mewakili satu gereja lokal, bahkan harus mencakup seluruh anak Allah di bumi ini. .Kita wajib menyadari bahwa roti ini melambangkan kesatuan seluruh anak Allah. Bila kita mendirikan satu gereja yang menyendiri, itu berarti roti kita terlampau kecil, tidak dapat mewakili gereja. Kalau di suatu lokal diadakan meja perjamuan, namun mereka tidak dapat berkata, “Sekalipun kita banyak, adalah satu tubuh, karena roti adalah satu,” maka kita tidak dapat memecahkan roti itu, sebab itu bukan meja perjamuan Tuhan.

Setiap kali kita mengadakan pemecahan roti, kita harus memperingati Tuhan dan wajib mengarahkan hati kita kepada saudara saudari. Setiap orang yang telah tertebus darah Tuhan, berada di dalam roti ini. Hati kita harus diperluas oleh Tuhan, agar dapat mencakup sebesar yang dicakup roti itu. Sekalipun kita banyak, roti tetap satu. Saudara saudari yang tidak memecahkan roti bersama kita pun tercakup di dalamnya. Jika saat kita memecahkan roti, kita sama sekali melupakan mereka, itu berarti roti kita kurang besar, hati kita kurang besar, dan hal ini tidak seharusnya. Jangan sekali-kali berpikiran, “Semoga saudara anu atau saudari anu tidak ada di dalam roti ini;” atau “Paling baik orang Kristen anu keluar dari sini.” Roti ini membuat kita menjadi orang yang tidak berhati sempit.

Misalkan, ada seorang saudara datang ke hadapan meja Tuhan, ia tidak pernah memecahkan roti bersama kita, ia telah bersatu dengan Tuhan, ia pun berada dalam roti ini, bagaimana sikap kita terhadap kehadirannya, menerimanya atau tidak? Kita harus ingat, kita bukan tuan, kita paling-paling adalah “penyambut sidang”. Perjamuan ini milik Tuhan, bukan milik kita. Meja perjamuan Tuhan diselenggarakan di suatu tempat, itu sama halnya dengan ketika meja perjamuan Tuhan diselenggarakan untuk pertama kali di atas loteng. Loteng itu adalah pinjaman; begitu pula, hari ini tempat ini pun dipinjam Tuhan untuk menyelenggarakan meja perjamuan. Kita tidak dapat mengatakan, “Kita tidak mengizinkan si anu memecahkan roti.” Perjamuan ini milik Tuhan, diterima atau tidak, Tuhan sajalah yang berhak menentukan, kita tidak. Kita tidak dapat menolak orang yang diterima Tuhan, kita tidak dapat menolak orang yang menjadi milik Tuhan. Kita hanya dapat menolak orang yang ditolak Tuhan, kita hanya dapat menolak orang yang bukan milik Tuhan. Kita pun hanya boleh menolak orang yang walaupun milik Tuhan, tetapi tidak mau melepaskan diri dari kejatuhannya dalam dosa; sebab persekutuannya, baik dengan Tuhan maupun dengan kita, telah terputus. Kita tidak dapat menolak orang yang telah diterima Tuhan, kita pun tidak dapat menerima orang yang tidak diterima Tuhan dan orang yang telah terputus persekutuannya dengan Tuhan. Karena itu, sebelum kita menetapkan patut tidaknya seseorang diterima untuk memecahkan roti, kita perlu jelas mengenalinya terlebih dulu. Perkara penerimaan pemecahan roti harus dilakukan dengan hati-hati, teliti, jangan ceroboh dan hendaklah dilakukan sesuai dengan kehendak Tuhan.

IV. HAL-HAL YANG -PERLU DIPERHATIKAN
DALAM SIDANG PEMECAHAN ROTI

Terakhir, kita masih perlu mengetengahkan dua, tiga hal lagi. Dalam sidang pemecahan roti ada satu keadaan khusus yang perlu kita perhatikan, yaitu kita adalah orang-orang yang telah dibasuh bersih oleh darah Tuhan, kita bukan orang-orang yang memohon agar dibasuh bersih darah Tuhan; kita adalah orang-orang yang telah memperoleh hayat Tuhan, bukan orang-orang yang memohon agar memperoleh hayat Tuhan. Sebab itu, dalam sidang ini sangatlah baik bila kita mengucap syukur (memberkati). ” . . . yang atasnya kita ucapkan syukur . . . ” (” yang atasnya kita berkati”; Tl.). Pada hakekatnya, pengucapan syukur (pemberkatan) kita adalah karena sudah diberkati oleh Tuhan. Pada malam ketika Tuhan diserahkan, Ia “mengambil roti, mengucap syukur.. . mengambil cawan, mengucap syukur . . .” (Mat. 26:26-27). Pada waktu itu Tuhan hanya mengucap berkat dan hanya mengucap syukur. Selesai Ia memecahkan roti dengan murid-murid-Nya, Ia pun menyanyikan pujian lalu pergi keluar (Mat. 26:30). Maka nada yang normal dalam sidang ini ialah pengucapan syukur dan menyanyikan pujian, bukan berdoa, pun bukan berkhotbah. Kalau ingin menyampaikan persekutuan yang langsung berhubungan dengan diri Tuhan, mungkin juga boleh, tetapi mungkin juga tidak perlu. Apalagi khotbah lainnya, akan lebih jauh menyimpang dari topiknya. (Pembicaraan Paulus dalam sekali sidang pemecahan roti di Troas yang tercantum dalam Kisah Para Rasul 20, merupakan perkecualian). Jadi, dalam sidang ini hanya mementingkan pengucapan syukur dan puji-pujian.

Pemecahan roti dilakukan seminggu sekali. Ketika Tuhan menetapkan pemecahan roti, Ia berkata, “Setiap kali kamu makan . . . setiap kali kamu minum . . . ” (Kata “setiap kali” dalam bahasa aslinya mengandung arti “sering kali”). Gereja yang semula mengadakan pemecahan roti pada tiap hari pertama dalam seminggu (Kis. 20:7). Tuhan kita tidak saja telah mati, Ia pun telah bangkit, maka kita memperingati Tuhan dalam kebangkitan. Hari pertama dalam seminggu itulah hari kebangkitan Tuhan, dan perkara terpenting bagi kita pada hari pertama dalam seminggu ialah memperingati Tuhan. Semoga setiap saudara saudari tidak melupakan hal ini.

Pula, ketika kita memperingati Tuhan, kita harus “layak”. Tertulis dalam 1 Korintus 11:27-29, “Jadi, siapa saja dengan cara yang tidak layak makan roti dan minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan. Karena itu, hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum cawan dari cawan itu. Karena siapa yang makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya.” Sewaktu kita makan, yang paling penting ialah layak. Yang dimaksud bukan orangnya yang layak atau tidak, melainkan sikapnya. Kalau seseorang telah menjadi milik Tuhan, tidak ada masalah baginya. Kalau seseorang bukan milik Tuhan, ia sama sekali tidak boleh memecahkan roti. Maka masalah layak atau tidak layak, bukan ditujukan kepada orangnya, melainkan ditujukan kepada benar tidaknya sikap orang itu. Ketika kita menerima tubuh ini, tidaklah pada tempatnya jika kita makan dengan sembarangan, tanpa mengakui tubuh. Sebab itu, Tuhan menyuruh kita menguji diri sendiri. Meskipun manusia kita tidak ada masalah, tetapi ketika kita makan, kita harus tahu inilah tubuh Tuhan. Sikap kita tidak boleh ceroboh atau sembarangan, pun tidak boleh meremehkannya atau bersikap santai. Tingkah laku kita dalam hal ini harus sesuai dan layak dengan tubuh Kristus. Tuhan telah memberikan darah dan daging-Nya kepada kita, maka wajiblah kita menerimanya dengan khidmat, memperingati-Nya dengan khidmat.

Published by

filadelfia

orang yang tidak sempurna dikasihi oleh Dia yang sempurna