34 || PENGATURAN ROH KUDUS

PENGATURAN ROH KUDUS

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

 

“Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”

Roma 8:28


“Bukankah burung pipit dijual dua ekor seharga satu receh terkecil? Namun, seekor pun tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Karena itu, janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga daripada banyak burung pipit.”

Matius 10:29-31

“Moab hidup aman dari sejak masa mudanya, dia hidup tenang seperti anggur di atas endapannya, tidak dituangkan dari tempayan yang satu ke tempayan yang lain, tidak pernah masuk ke dalam pembuangan; sebab itu rasanya tetap padanya, dan baunya tidak berubah.”

Yeremia 48:11

“Yusuf membawa juga Yakub, ayahnya, menghadap Firaun. lalu Yakub memohonkan berkat bagi Firaun. Kemudian bertanyalah Firaun kepada Yakub: ‘Sudah berapa tahun umurmu?’ Jawab Yakub kepada -Firaun: ‘Tahun-tahun pengembaraanku sebagai orang asing berjumlah seratus tiga puluh  tahun. Tahun-tahun hidupku itu sedikit saja dan buruk adanya, tidak mencapai umur nenek moyangku, yakni jumlah tahun mereka mengembara sebaagai orang asing.’ Lalu Yakub memohonkan berkat bagi, Firaun, sesudah itu keluarlah ia dari depan Firaun.”                                                                  Kejadian 47:7-10

Kita telah percaya kepada Tuhan, kita pun telah beroleh hayat (kehidupan) baru. Tetapi, kita masih mempunyai banyak kebiasaan, karakter atau pun sifat yang berasal dari hayat lama. Kebiasaan-kebiasaan, karakter-karakter, atau sifat-sifat kita yang semula itu selalu menghalangi hayat baru, sehingga hayat baru ini tidak dapat terekspresi. Itulah sebabnya, ketika orang berhubungan dengan kita, orang sulit menjamah hayat baru yang ada di dalam kita, orang tidak mudah menjamah Tuhan pada diri kita. Seringkali yang terjamah hanyalah manusia semula kita. Mungkin Anda adalah seorang yang sangat pandai, tetapi itu masih merupakan kepandaian bawaan Anda. Anda mungkin sangat ramah, itu pun keramahan bawaan Anda. Atau Anda menjumpai seorang yang penampilannya sangat lemah lembut atau sangat gesit, namun semua itu hanyalah sifat bawaannya. Keadaan-keadaan manusia bawaan kita itulah yang menyebabkan orang lain tidak mudah menjamah Tuhan di atas diri kita.

Sebab itu, sejak kita diselamatkan, Tuhan akan menggarap kita dari dua aspek. Pertama, Tuhan akan merombak kebiasaan, karakter, dan sifat kita yang dahulu. Dengan demikian hayat Kristus baru dapat terekspresi dengan bebas dari diri kita. Jika tidak, hayat-Nya akan terhambat oleh hayat alamiah kita: Kedua, Roh Kudus akan secara cermat menciptakan satu sifat atau satu karakter baru, yang menghasilkan satu kehidupan dan kebiasaan yang baru di atas diri kita. Tuhan tidak hanya ingin merombak yang lama, Ia pun ingin menyusun yang baru; tidak saja ada perombakan secara negatif, tetapi juga ada penyusunan secara positif. Inilah kedua aspek pekerjaan yang akan dilakukan Allah pada diri kita setelah kita diselamatkan.

I. ALLAH YANG MELAKUKAN

Ada orang tahu bahwa setelah seseorang percaya Tuhan, maka manusianya harus dirombak. Tetapi mereka terlampau pintar, sehingga mereka berusaha merombak sifat, karakter dan kebiasaan-kebiasaan lama dengan cara manusia. Tetapi, yang pertama ingin Allah rombak justru adalah “cara manusia” kita ini. Saudara saudari, sifat, karakter, dan kebiasaan kita dulu, yang kita bina dengan cara manusia, sekarang akan Anda rombak dengan “cara manusia” lagi, itu tidak saja tidak berguna, malah akan menambah kerepotan. Karena itu, sejak semula kita harus nampak bahwa segala kita yang dahulu itu memang perlu dirombak, tetapi bukan kita sendiri yang merombaknya. Sebab perombakan dengan cara manusia bisa menjadi semacam dekorasi luaran, itu malah akan menghambat pertumbuhan hayat rohani kita. Kita tidak perlu merombaknya, biarkanlah Allah yang merombak kita.

Kita wajib mengetahui dengan jelas bahwa perkara ini ingin Allah lakukan sendiri, bukan kita yang ber­usaha menanggulangi diri sendiri. Allah menghendaki kita menyerahkan seluruh pekerjaan ini ke tangan-Nya. Konsepsi dasar ini perlu kita miliki dan ketahui dengan jelas. Jika Allah membelaskasihani kita, Ia pasti melakukan pekerjaan-Nya di atas kita. Allah akan mengatur lingkungan yang berfaedah bagi kita guna merombak manusia lahiriah kita. Allah tahu berapa banyak manusia lahiriah kita yang perlu dirombak; Allah tahu bagian mana dari diri kita yang perlu dirombak, karena bagian-bagian itu luar biasa keras dan hebat. Boleh jadi ada bagian kita yang terlalu cepat, atau terlalu lamban; ada yang terlalu kendur, atau terlalu ketat. Semua itu hanya Allah yang tahu, manusia tidak tahu, bahkan kita sendiri pun tidak tahu. Karena hanya Allah yang mengenal kita secara tuntas, maka kita harus membiarkan Allah saja yang merombak kita.

Untuk memudahkan penjelasan tentang pekerjaan perombakan dan penyusunan Allah atas diri kita, di sini boleh kita gunakan sebuah istilah, yaitu “Pengaturan Roh Kudus”. Sebab meskipun kejadian-kejadian yang kita alami adalah pengaturan Allah, tetapi yang menjelas­kannya kepada kita adalah Roh Kudus. Pengaturan Allah adalah perkara-perkara yang di luar, tetapi untuk me­nerjemahkannya ke dalam kita dan menerapkannya ke atas diri kita, harus melalui Roh Kudus. Kejadian-keja­dian yang di luar itu diterapkan menjadi sesuatu yang di dalam kita, itulah yang kita namakan pengaturan Roh Kudus. Tidak saja demikian, pada hakekatnya Allah pun mengatur lingkungan melalui Roh Kudus. Allah tidak mengatur kejadian-kejadian secara langsung bagi kita, melainkan melalui Roh Kudus. Kurun waktu mulai dari kenaikan Tuhan sampai kedatangan-Nya kali kedua disebut “zaman Roh Kudus”; sebab dalam kurun waktu ini semua pekerjaan Allah dilakukan-Nya melalui RohKudus. Roh Kudus yang mengatur segala sesuatu dalam lingkungan, Roh Kudus pula yang memberi pimpinan di dalam batin anak-anak Allah. Dalam Kisah Para Rasul terdapat beberapa kali catatan Roh Kudus mendesak, Roh Kudus tidak mengizinkan, dan Roh Kudus melarang. Nah, pengaturan-pengaturan dalam lingkungan, desakan-desakan, atau larangan-larangan dalam batin yang dilakukan Roh Kudus, semuanya kita sebut dengan istilah “pengaturan Roh Kudus”. Ini berarti Roh Kudus mengatur atau mengontrol kita.

Pengaturan ini tidak hanya dalam pimpinan, juga dalam sifat; tidak hanya berkaitan dengan jalan, juga berkaitan dengan karakter. Dalam batin kita telah ada satu hayat yang baru, telah dihuni Roh Allah. Dia tahu apa yang sebenarnya kita butuhkan; Dia tahu kejadian atau peristiwa apa yang paling cocok untuk kita alami. Pengaturan Roh Kudus tak lain ialah Allah mengatur suatu lingkungan yang cocok bagi kita melalui Roh Kudus demi memenuhi kebutuhan kita. Melalui pengaturan lingkungan itu, Allah melakukan pekerjaan perombakan dan penyusunan di atas diri kita. Sebab itu, pengaturan Roh Kudus bertujuan merombak sifat, kebiasaan alamiah kita, dan menyusun kita sehingga kita menjadi matang dan manis.

Lingkungan kita diatur oleh Allah, sampai-sampai rambut kita pun telah diberi nomor oleh-Nya. Jika Allah kita tidak mengizinkan, tak seekor pun burung pipit bisa jatuh ke bumi, apalagi kejadian-kejadian yang menimpa kita. Sepatah kata yang tajam, seraut wajah yang masam, satu perkara yang tidak sesuai dengan keinginan, satu pengharapan yang tak tercapai, kehilangan orang yang dikasihi secara mendadak, tiba-tiba kesehatan jasmani terancam; semua itu adalah kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang diizinkan oleh Bapa. Baik lancar atau tersendat, sehat atau sakit, senang atau susah, semua itu telah melalui izin Allah. Justru Allah mengatur lingkungan-lingkungan tersebut untuk merombak karakter dan sifat kita yang usang, dan menyusun karakter dan sifat yang baru ke atas diri kita. Allah mengatur lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan kita, agar kita dirombak dan disusun Roh Kudus; de­mikianlah kita bisa memiliki karakter dan sifat yang mirip dengan sifat Allah. Karakter atau sifat yang mirip Allah ini akan terekspresi atas diri kita dari hari ke hari.

Karena itu, setelah kita percaya Tuhan, perkara-perkara ini harus kita ketahui dengan jelas. Pertama, kita perlu perombakan dan penyusunan. Kedua, bukan kita sendiri yang merombak dan menyusun, melainkan Allah melalui pengaturan dalam lingkungan kita.

II. BAGAIMANA ALLAH MENGATUR

Kita masing-masing memiliki sifat, karakter, kehidupan, dan kebiasaan yang berbeda, sebab itu perombakan yang kita perlukan juga berbeda. Ketika Allah melakukan pengaturan pada diri kita, lingkungan yang diatur-Nya tidak sama; kejadian yang menimpa tiap orang berbeda. Suami dengan istri memang paling intim, tetapi pengaturan Allah terhadap mereka tidak sama. Orang tua dengan anak-anak memang intim, tetapi pengaturan Allah terhadap mereka juga berlainan. Jadi, ketika Allah mengatur lingkungan untuk kita, Ia menyesuaikannya dengan keperluan kita masing-masing.

Setiap pengaturan Allah selalu mengandung tujuan yang mendidik. Roma 8:28 mengatakan, “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia. ” Kata “segala sesuatu” di sini berarti “semua”. Jadi, segala sesuatu itu berada di bawah pengaturan Allah, dan bertujuan mendatangkan kebaikan bagi kita.

Sebab itu, tiada satu pun peristiwa yang menimpa kita secara mendadak, atau secara kebetulan, sebab segala sesuatu telah diatur oleh Allah. Menurut pandangan kita, peristiwa-peristiwa yang kita alami seolah-olah rumit dan kacau, sehingga kita tak dapat memahami maknanya. Tetapi sabda Allah mengatakan bahwa segala sesuatu bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Kita tidak tahu, perkara apa yang mendatangkan kebaikan bagi kita; kita tidak tahu, kita akan mengalami berapa peristiwa dan beroleh berapa kebaikan. Namun ada satu yang kita ketahui, yaitu segala sesuatu akan mendatangkan kebaikan bagi kita; satu pun tidak ada yang terkecuali. Kita harus nampak bahwa pengaturan Allah atas diri kita terutama bertujuan menciptakan karakter yang kudus. Bukan kita sendiri yang membuat kelakuan-kelakuan atau karakter-karakter yang kudus, melainkan Allah, melalui pengaturan-pengaturan-Nya itu.

Ungkapan “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita” dapat kita jelaskan artinya dengan sebuah perumpamaan. Di Hangchow (China) ada sebuah pabrik tenun sutera. Mereka menenun sutera dengan benang sutera yang beraneka warna. Jika dilihat dari belakang, tenunan itu sangatlah kacau dan tidak jelas apa yang ditenun itu; lebih-lebih bagi orang awam. Tetapi jika kita melihat bagian depannya yang telah selesai ditenun, ternyata sangat indah sekali; di atasnya ada gambar manusia, bunga-bunga, gunung atau sungai. Sewaktu mereka menenun, segalanya tidak jelas, hanya terlihat benang-benang yang warna-warni itu berjalan keluar masuk. Demikian pula, banyak peristiwa yang kita alami, tanpa kita ketahui maknanya. Gambar apa yang hendak Allah bentuk, tidak kita ketahui. Tetapi setiap helai benang yang Allah pakai untuk mengatur kita itu bermanfaat bagi kita, dan setiap bentuk gambar sesuai dengan pengaturan-Nya. Setiap lingkungan yang diatur Allah bertujuan menciptakan satu karakter yang kudus bagi kita. Setiap peristiwa yang kita alami mengandung nilai-nilai tertentu. Mungkin hari ini sama sekali tidak kita ketahui, tetapi pada suatu hari kelak kita akan jelas. Walau ada perkara tidak terasa indah pada saat ini, tapi setelah lewat sejangka waktu, kita akan mengetahui dengan jelas mengapa Tuhan mengatur demikian, dan apa sebenarnya tujuan Tuhan.

III. SIKAP YANG SEHARUSNYA KITA MILIKI

Roma 8:28, mengatakan “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia.” Dengan kata lain, ketika Allah bekerja, mungkin kita memperoleh kebaikannya, mungkin kita menghambat kebaikan. Hal itu sangat erat kaitannya dengan sikap kita. Lambat atau cepatnya kita beroleh kebaikan tergantung pada bagaimana sikap kita. Bila sikap kita benar, kita akan segera memperoleh kebaikan itu. Jika kita mengasihi Allah, segala sesuatu yang berasal dari Allah pasti mendatangkan kebaikan bagi kita. Jika seseorang mengambil sikap tidak memilih bagi dirinya sendiri, tidak menuntut sesuatu untuk diri sendiri, melainkan sama sekali menghendaki apa yang diberikan oleh Allah, ia pasti hanya memiliki satu kehendak, yakni mengasihi Allah. Jika hatinya mengasihi Allah, tak peduli bagaimana rumit dan kacaunya perkara-perkara yang di luar, pasti akan tertenun dalam kasih, sehingga mendatangkan kebaikan baginya.

Ketika kita mengalami suatu peristiwa, jika hati kita tidak mengasihi Allah, sebaliknya menuntut atau mendambakan sesuatu demi diri sendiri, mempunyai kegemaran lain di luar Allah, niscaya kebaikan yang akan Allah berikan kepada kita tertunda. Lagi pula, kita akan menghadapi peristiwa-peristiwa itu dengan perasaan yang bergejolak, tidak terima, bersungut-sungut, dan mengeluh. Saudara saudari, ingatlah, meskipun Allah turut bekerja dalam segala sesuatu, tetapi karena hati kita tidak mengasihi Allah, maka kita tidak dapat segera beroleh kebaikan. Sebab itu, meskipun banyak anak Allah telah benar-benar mengalami berbagai peristiwa, namun tidak ada kebaikan apa pun yang mereka peroleh. Banyak pengaturan yang diaturkan ke atas diri mereka, namun tidak ada hash berlimpah yang mereka dapatkan. Itu tak lain karena mereka memiliki tujuan lain di luar Allah. Hati mereka tidak lunak di hadapan Allah, tak merasakan kasih Allah dan tidak mengasihi Allah. Karena sikap mereka tidak benar, sekalipun sering menerima penanggulangan, namun tidak ada yang tertinggal dalam roh mereka.

Semoga Allah membelaskasihani kita, agar sejak kita percaya kepada Tuhan, hati kita sudah belajar mengasihi Allah. Kekurangan pengetahuan tidak besar pengaruhnya, sebab jalan untuk mengenal Allah ada di dalam kasih, bukan di dalam pengetahuan. Jika seseorang mengasihi Allah, meskipun ia tidak memiliki banyak pengetahuan, ia masih dapat mengenal Allah. Sebaliknya, walau pengetahuan seseorang banyak, tetapi jika hatinya tidak mengasihi Allah, semua pengetahuannya itu tidak dapat membantunya untuk mengenal Allah. Dalam kidung kita ada kata syair yang sangat indah: “Bila Anda ingin mengenal Allah, kasihlah jalan yang terpintas.” Jika seseorang benar-benar mengasihi Allah, tak peduli peristiwa apa yang dijumpainya, pasti mendatangkan kebaikan baginya.

Hati kita harus mengasihi Allah, dan harus pula belajar mengenal tangan Allah, tunduk di bawah tangan Allah. Jika kita tidak nampak tangan Allah, setiap perkara akan membuat kita hanya berhubungan dengan manusia. Kita akan merasa orang-orang itu tidak baik, mereka memperlakukan kita dengan kejam. Kita merasa kakak-kakak, adik-adik, orang tua, dan teman-teman kita, semua tidak benar. Ketika kita merasa semua orang tidak benar, selain putus asa, juga tidak ada kebaikan apa pun yang bisa kita peroleh. Ketika kita merasa semua saudara saudari dalam gereja tidak benar, semua tidak benar, selain kita jengkel dan gusar, juga tidak ada kebaikan apa pun yang bisa kita dapatkan. Tetapi bila kita ingat perkataan Tuhan Yesus, “Seekor pun tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu” (Mat. 10:29), dan mengenal bahwa semua ini berasal dari Allah, niscaya kita akan tunduk di bawah tangan Allah, dan beroleh kebaikan.

Dalam Mazmur 39:10 dikatakan, “Aku kelu, tidak kubuka mulutku, sebab Engkau sendirilah yang bertindak.” Inilah sikap yang tunduk kepada Allah. Karena perkara ini adalah tindakan Allah, yang seizin Allah demi kebaikanku, maka dengan sendirinya aku tunduk dan menerima, aku diam seribu bahasa. Aku tidak akan berkata, “Mengapa orang lain begitu, tetapi aku begini?” Karena hatiku mengasihi Allah, dan aku tahu bahwa kejadian ini berasal dari tangan Allah, maka aku hanya dapat berdiam diri. Kalau demikian, kita pasti akan nampak perombakan dan penyusunan Allah atas diri kita.

Mungkin ada orang bertanya, “Apakah perkara-perkara yang berasal dari Iblis harus kita terima juga?” Terhadap ini, pada prinsipnya demikian: kita harus taat kepada apa yang seizin Allah, tetapi terhadap serangan-serangan yang berasal dari Iblis, kita harus menentangnya.

IV. PEROMBAKAN DAN PENYUSUNAN

Tuhan membuat kita mengalami banyak peristiwa setiap hari, dan di antaranya sedikit sekali yang menyenangkan kita. Karena itu dalam Alkitab ada satu perintah, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan” (Flp. 4:4). Hanya bersukacita dalam Tuhan, baru kita dapat bersukacita senantiasa. Di luar Tuhan, tiada satu pun yang dapat membuat kita bersukacita senantiasa. Kalau demikian, mengapa Allah harus memberi kita banyak pengalaman yang tidak menyenangkan hati kita? Apakah tujuan-Nya? Tujuan-Nya tak lain, Ia akan merombak hayat alamiah kita. Hal ini dapat kita ketahui dengan jelas melalui Yeremia 48:11, “Moab hidup aman dari sejak masa mudanya, dia hidup tenang seperti anggur di atas endapannya, tidak dituangkan dari tempayan yang satu ke tempayan yang lain, tidak pernah masuk ke dalam pembuangan; sebab itu rasanya tetap padanya, dan baunya tidak berubah.” Bangsa Moab adalah keturunan Lot (Kej. 19:36, 37) yang ada hubungannya juga dengan Abraham, tetapi mereka adalah bangsa yang bersifat daging. Sejak masa mudanya, Moab hidup tenang dan aman, tidak pernah mengalami kesukaran, ujian, atau pukulan; tidak ada sesuatu yang membuatnya susah, sedih, atau sakit, sehingga ia mengucurkan air mata, dan merasa sakit hati; tidak ada sesuatu yang membuatnya kecewa. Menurut pandangan manusia, Moab sangatlah bahagia. Tetapi bagaimanakah menurut sabda Allah? Ia “seperti anggur di atas endapannya, tidak dituangkan dari tempayan satu ke tempayan yang lain.” Anggur di atas endapannya berarti belum dijernihkan secara tuntas. Ketika ia terletak dengan tenang, di bagian atasnya memang jernih, tetapi di bagian bawahnya endapan atau ampas melulu, bila digoyang sedikit saja, ia segera menjadi keruh. Untuk menjadi jernih secara tuntas, perlu “dituangkan dari tempayan satu ke tempayan yang lain”.

Pada zaman kuno, orang membuat anggur tidak dengan alat penyuling, tetapi dengan menuangnya dari tempayan satu ke tempayan yang lain, agar ampas atau endapannya terpisah. Asalnya anggur dan endapannya berbaur, sekarang melalui dituang dari tempayan satu ke tempayan yang lain, ampasnya akan terpisah. Tetapi ada kemungkinan ampasnya pun ikut terbawa sedikit, karena itu, harus dituang lagi ke tempayan yang lain. Sekali demi sekali dituang, dan proses ini Baru selesai bila seluruh endapannya sudah terpisah. Namun Moab tidak dituang dari tempayan satu ke tempayan yang lain, melainkan tinggal di atas endapannya; endapannya tidak terbuang sedikit pun, karena itu “rasanya (yang asal) tetap padanya, dan baunya tidak berubah”. Cita rasa Moab tetap cita rasa Moab; bau Moab pun tetap bau Moab; bagaimana keadaannya semula, sampai hari ini tetap demikian. Tetapi Allah tidak menghendaki cita rasa yang semula, Allah menghendaki cita rasanya berubah.

Kita lihat ada orang telah percaya Tuhan sepuluh tahun lamanya, tetapi setelah lewat sepuluh tahun, cita rasanya tidak berubah, tetap seperti cita rasa yang dulu. Orang demikian seperti Moab, rasanya tetap padanya, baunya tidak berubah. Ada orang, pada hari pertama percaya Tuhan berwatak sembrono, setelah lewat dua puluh tahun, tetap sembrono; pada hari pertama percaya Tuhan, ia menempuh hidup dengan sembarangan, sampai hari ini, ia tetap sembarangan. Itu berarti rasanya tetap padanya dan baunya tidak berubah. Allah tidak menghendaki kita demikian. Allah ingin menyingkirkan kebiasaan, sifat, dan karakter kita yang semula. Setiap hal yang dipandang tidak benar pada diri kita akan disingkirkan oleh Allah. Ia akan berulang-ulang menuang kita dari tempayan satu ke tempayan yang lain, sampai endapan atau ampas kita lenyap, dan cita rasa atau bau kita yang semula juga lenyap.

Karena Moab menempuh jalan yang lancar, maka “rasanya tetap ada padanya, dan baunya tidak berubah”. Boleh jadi jalan yang kita tempuh hari ini tidak selancar jalan yang ditempuh Moab, kita tidak “aman dari sejak masa muda”, melainkan seperti yang dikatakan Paulus, kita “harus banyak mengalami sengsara” (Kis. 14:22). Ketahuilah, justru dengan demikian Tuhan akan menyingkirkan endapan-endapan kita, agar bau dan cita rasa kita yang semula lenyap. Tuhan menghendaki kita tidak lagi memiliki cita rasa semula dan bau alamiah; yang usang harus dienyahkan. Tuhan ingin mencabut kita sampai ke akar-akar kita. Tuhan akan menuang Anda dari tempayan satu ke tempayan yang lain, dan seterusnya. Hari ini Tuhan mengatur peristiwa ini dan besok peristiwa itu, dari situasi lingkungan ini beralih ke situasi lingkungan itu, dari pengalaman ini ke pengalaman itu. Tiap kali Tuhan mengatur lingkungan dan merombak Anda, dengan sendirinya Anda akan kehilangan cita rasa dan bau Anda yang semula. Sekali demi sekali, cita rasa Anda yang semula akan tersingkir; keadaan Anda hari ini akan berbeda sedikit dengan kemarin, besok berbeda sedikit lagi dengan hari ini. Demikianlah Tuhan dari hari ke hari merombak Anda sedikit demi sedikit, hingga pada akhirnya semua endapan Anda tersingkirkan, cita rasa Anda yang semula lenyap dan bau Anda berubah.

Allah tidak saja melakukan perombakan secara negatif, Ia juga melakukan penyusunan secara positif. Yang dimaksud dengan penyusunan secara positif dapat kita ketahui melalui riwayat hidup Yakub yang tercantum dalam kitab Kejadian.

Semula Yakub sangatlah rendah. Ketika masih berada dalam kandungan, ia sudah bergumul dengan kakaknya, dan ketika dilahirkan, ia berusaha mendahului kakaknya dengan memegang tumit kakaknya. Ia licik lagi perampas, selalu merugikan orang lain dan menguntungkan diri sendiri dengan akal politiknya. Ia menipu ayahnya, kakaknya, dan pamannya. Tetapi ia sendiri juga ditipu oleh pamannya dan oleh anak-anaknya sendiri. Ia selalu berusaha mengembangkan diri dengan sekuat tenaga, tetapi akhirnya ia tetap jatuh ke dalam kelaparan. Boleh dikata, jalan yang ditempuh Yakub selama hidupnya sangatlah menderita.

Pada waktu ia mengalami semua peristiwa itu, kita hanya melihat tangan Allah sekali demi sekali merombak dirinya. Ia mengalami peristiwa ini, tertimpa peristiwa itu, dan tiap peristiwa yang dialaminya selalu membuatnya menderita. Tetapi syukur kepada Allah, setelah Allah memberinya sekian banyak pengalaman yang sulit dan pahit, akhirnya, ketika ia pergi ke Mesir, ia tampil sebagai orang yang menjamah kekudusan Allah. Di sana kita melihat seorang yang lemah lembut, rendah hati, terang, dan agung. Ia demikian lemah lembut dan rendah hati, sehingga ia sudi memohon kasih karunia dan rahmat dari anaknya. Ia demikian terangnya, sehingga dapat mengucapkan nubuat-nubuat yang tidak dapat diucapkan oleh Abraham; ia dapat memberi berkat yang tidak dapat diberikan oleh Ishak. Selain itu, ia pun demikian agungnya, sehingga raja Firaun menundukkan kepala untuk menerima pemberkatannya. Hal itu memperlihatkan kepada kita bagaimana Yakub yang semula begitu rendah, tetapi demi perombakan Allah, telah menjadi seorang yang berguna bagi Allah, bahkan menjadi seorang manusia milik Allah!

Setelah bertahun-tahun mengalami perombakan, akhirnya di atas diri Yakub terdapat banyak penyusunan Allah. Itulah sebabnya, menjelang ajalnya, ia dapat menyembah Allah sedemikian indahnya, yaitu menyembah Allah sambil bersandar pada tongkatnya. Walaupun ia sedang berbaring di atas pembaringan, ia masih dapat bersandar pada tongkatnya dan menyembah Allah. Ini menunjukkan betapa ia masih ingat akan kehidupannya sebagai musafir, dan ia tidak membuang sifatnya sebagai musafir. Sebenarnya ia telah memaksakan diri untuk duduk dengan meletakkan kakinya di bawah pembaringan, lalu ia bernubuat. Selesai bernubuat, ia menarik kembali kakinya ke atas pembaringan, dan menghembuskan nafasnya yang terakhir. Alangkah indahnya kematiannya ini! Ini sungguh satu lukisan yang sangat indah!

Kita boleh dengan seksama merenungkan riwayat hidup Yakub. Ketika ia dilahirkan, mungkin tidak ada seorang pun yang lebih buruk cita rasanya daripadanya. Tetapi ketika ia meninggal dunia, cita rasanya yang semula sama sekali tidak ada lagi, yang tampak adalah satu orang yang telah mengalami penyusunan sepenuhnya dalam tangan Allah.

Di sini kita harus nampak, segala kejadian yang kita alami akan membina kita di luar pengetahuan dan kesadaran kita. Allah merombak kita, bahkan merombak kita dengan hebat melalui berbagai kesulitan. Tetapi tatkala kita mengatasi kesulitan-kesulitan itu, terjadilah penyusunan di dalam kita. Dengan kata lain, tatkala kesulitan-kesulitan menimpa diri kita, bahkan nyaris menjatuhkan kita, kasih karunia-Nya selalu membantu kita untuk mengatasinya, dan pada saat kita berhasil mengatasinya, batin kita segera mengalami penyusunanNya. Sekali demi sekali kita mengatasinya, penyusunan dalam batin kita pun sekali demi sekali bertambah. Di satu pihak, Allah memberikan pengalaman-pengalaman yang sangat sulit kepada kita, melalui hal itu Ia merombak kita; di lain pihak, ketika kita bangun, maka bertambahlah penyusunan dalam batin kita.

Syukur kepada Allah, kita adalah orang-orang yang memiliki pengaturan Roh Kudus. Semoga Allah membelaskasihani kita, agar melalui pengaturan Roh Kudus, kita dirombak dan disusun sehingga dapat mencapai kematangan.

Published by

filadelfia

orang yang tidak sempurna dikasihi oleh Dia yang sempurna