42 || PUJI-PUJIAN

PUJI-PUJIAN 

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

“Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel”

Mazmur 22:4

“Aku hendak memuliakan Tuhan selama aku hidup, dan bermazmur bagi Allahku selagi aku ada”

 Mazmur 146:2

Pembacaan Alkitab :
Mazmur 22:4; 146:2
lbrani 13:15
Mazmur 106:47,12; 50:23

Memuji adalah pekerjaan anak-anak Allah yang tertinggi, atau pernyataan hidup rohani kaum saleh yang tertinggi. Takhta Allah adalah titik tertinggi bagi Allah dalam alam semesta, namun Allah “bertakhta di atas puji-pujian Israel.” Nama Allah, diri Allah, dijunjung tinggi dan diagungkan karena puji-pujian.

Dalam Mazmur, Daud mengatakan bahwa ia sendiri berdoa tiga kali sehari kepada Allah (Mzm.55:18), ia pun mengatakan ia sendiri memuji-muji Allah tujuh kali sehari (Mzm.119:164). Daud digerakkan Roh Kudus, ia mengakui bahwa puji-pujian adalah perkara yang amat penting. Kalau berdoa ia lakukan tiga kali sehari, tapi memuji tujuh kali sehari. Tidak saja demikian, ia bahkan memerintahkan orang-orang Lewi menyanyikan syukur dan puji-pujian di hadapan tabut Allah dengan memainkan gambus dan kecapi (I Taw.16:4-6). Tatkala Salomo selesai membangun bait Allah, ada orang-orang Lewi berdiri di sebelah mezbah dengan ceracap, gambus dan kecapi serta nafiri, serentak memperdengarkan paduan suara untuk menyanyikan puji-pujian dan syukur kepada Tuhan. Saat itu kemuliaan Tuhan memenuhi rumah Allah (II Taw.5:12-14). Daud dan Salomo telah menjamah hasrat hati Allah, yakni mempersembahkan puji-pujian yang diperkenan Allah. Allah bertakhta di atas puji-pujian Israel. Kita pun wajib memuji-muji Tuhan seumur hidup kita; kita wajib menyanyikan puji syukur kita kepada Allah kita.

I. KORBAN PUJI-PUJIAN

Dalam Alkitab, puji-pujian sangat diperhatikan, pun sangat banyak. Teristimewa dalam kitab Mazmur, kata-kata puji-pujian memenuhi seluruh kitab tersebut. Maka kitab Mazmur merupakan sejilid kitab puji-pujian dalam Perjanjian Lama. Banyak sekali puji-pujian kaum saleh yang mengutip kitab Mazmur.

Namun harus kita perhatikan, kitab Mazmur tidak saja memuat puji-pujian, juga memuat keluhan-keluhan penderitaan. Allah sengaja menunjukkan kepada kita, bahwa orang yang memuji itu telah dipimpin Allah melewati kesesakan dan kesulitan yang membuat perasaan mereka terluka. Kita nampak banyak kaum saleh dipimpin Allah memasuki jurang yang gelap, terbuang, terfitnah dan teraniaya — “Segala gelora dan gelombang-Mu bergulung melingkupi aku” (Mzm.42:8), dan di atas diri mereka Allah beroleh puji-pujian. Jadi, kata-kata puji-pujian bukan hanya keluar dari mulut mereka yang hidupnya enak den lancar, lebih-lebih dari mereka yang menderita ganjaran dan ujian. Dalam Mazmur kita dapat menjamah perasaan-perasaan yang terluka, dan dalam Mazmur pula terdapat gema puji-pujian yang terbesar dan tertinggi. Ketika umat Allah mengalami banyak kesesakan, kesukaran dan fitnahan, saat itulah Allah menciptakan puji-pujian di atas diri mereka, agar dalam situasi seperti itu mereka di hadapan Allah dapat belajar menjadi pemuji-pemuji Allah.

Maka bukan orang yang merasa paling gembira yang suara puji-pujiannya paling nyaring; orang yang suara puji-pujiannya paling nyaring sering kali justru adalah mereka yang mengalami kesukaran. Dan justru puji-pujian semacam ini yang paling, diperkenan Allah dan paling diberkati Allah. Allah tidak hanya menginginkan kita memuji-mujiNya dari atas gunung yang tinggi sambil memandang negeri Kanaan, tempat yang dijanjikan Allah, tetapi Ia lebih-lebih menginginkan kita juga dapat mengarang mazmur dan memuji-mujiNya tatkala kita melalui “lembah bayang-bayang maut.” Yang terakhir inilah baru puji-pujian yang sejati.

Ini menunjukkan kepada kita bagaimana sifat puji-pujian di hadapan Allah. Sifatnya ialah sebagai suatu korban. Dengan kata lain, puji-pujian berasal dari kesesakan dan kesukaran. Ibrani 13:15 mengatakan, “Sebab itu marilah kita; oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban puji syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan namaNya.” Apa artinya korban? Korban berarti ada kematian dan kerugian. Orang yang mempersembahkan korban harus menderita kerugian baru ia dapat mempersembahkan korban.

Seekor lembu atau kambing asalnya kepunyaan anda, jika hari ini anda persembahkan, berarti anda mengorbankan seekor lembu atau kambing. Mempersembahkan korban bukan berarti beroleh apa-apa, melainkan kehilangan sesuatu. Maka tatkala kaum saleh mempersembahkan puji-pujian, berarti kehilangan sesuatu demi mempersembahkan suatu korban kepada Allah. Dengan kata lain, Allah akan melukai anda, Allah akan menggiling atau mengiris anda lebih dalam, sehingga anda dapat datang memuji-mujiNya. Nah, perbuatan yang demikian — diri anda sendiri terluka, Allah beroleh puji-pujian — itulah satu korban. Allah berkenan kepada orang yang memujiNya sedemikian; Allah suka bertakhta di atas puji-pujian yang sedemikian. Bagaimanakah puji-pujian yang ingin diperoleh Allah? Ia ingin beroleh puji-pujian melalui penderitaan kerugian anak-anakNya, bukan karena mereka telah mendapatkan sesuatu. Walaupun puji-pujian yang dipanjatkan karena telah mendapatkan sesuatu juga disebut puji-pujian, tetapi itu bukan suatu korban. Prinsip korban ialah berdasarkan kerugian. Korban tak dapat tidak mengandung anti kerugian. Allah menghendaki meskipun kita menderita kerugian, namun tetap dapat memuji. Itulah artinya korban.

Kita tidak saja harus berdoa di hadapan Allah, juga harus belajar menjadi pemuji. Pada mula pertama anda menjadi orang kristen, anda sudah harus menyadari pentingnya hal memuji Allah. Anda harus senantiasa memuji Allah. Daud dikaruniai Allah, ia dapat memuji Allah tujuh kali sehari. Jika kita dapat memuji Allah dari hari ke hari, itu suatu pelajaran dan latihan rohani yang baik sekali. Anda wajib belajar bangun pagi-pagi untuk memuji Tuhan. Dalam menghadapi urusan, dalam bersidang atau ketika seorang diri, haruslah memuji Allah tujuh kali sehari, jangan sampai lebih sedikit daripada Daud. Bila anda tidak belajar memuji Allah setiap hari, anda akan sukar memiliki korban puji-pujian seperti yang tercantum dalam Ibrani 13 tadi.

Ketika anda di hadapan Allah belajar memuji, pada suatu hari anda akan menemukan bahwa anda merasa sukar untuk memuji. Mungkin hari ini anda dapat memuji tujuh kali sehari, kemarin, kemarin dulu minggu lalu, atau bulan lalu, anda masih dapat memuji Allah, tapi pada suatu hari anda tak dapat. Sebab hari itu anda merasa sakit, anda merasa gelap-gulita, dirundung malang, disalahkan tanpa alasan, atau difitnah orang. Anda merasa untuk menangis Saja tidak ada waktu, apalagi memuji Tuhan! Pada hari itu, puji-pujian anda tidak bisa terucapkan karena kesakitan, kesesakan dan luka-luka; anda merasa tanggapan anda yang lebih wajar bukan memuji tapi menggerutu, bukan bersyukur tapi mengeluh. Anda tidak merasa ingin memuji, anda pun tidak berniat untuk memuji. Anda merasa situasi sekeliling dan kondisi batin yang semacam itu sama sekali tidak sesuai dengan puji-pujian. Nah, justru pada saat itulah anda harus ingat, bahwa takhta Allah tidak pernah berubah, nama dan kemuliaanNya pun tidak pernah berubah, maka anda harus memujiNya, sebab Ia patut mendapat puji-pujian. Anda patut bersyukur kepadaNya, sebab Ia patut mendapat ucapan syukur.

Meskipun anda tertimpa kesukaran, Ia tetap patut dipuji; meskipun anda kekurangan, anda tetap harus memujiNya. Pada saat itulah puji-pujian anda akan menjadi korban puji-pujian. Puji-pujian anda laksana menyembelih seekor lembu anda yang tambun, dan laksana mengikat Ishak anda yang tercinta di atas mezbah. Anda memuji sambil mengucurkan air mata, itulah artinya korban puji—pujian. Apa artinya korban? Korban berarti terluka, dimatikan dan dirugikan. Bila anda di hadapan Allah terluka, mati dan menderita kerugian, pada saat itulah anda nampak takhta Allah teguh di sorga, tanpa tergoncangkan, dan anda harus memuji Allah. Itulah korban puji-pujian. Allah berkenan bila anak-anakNya dalam berbagai urusan dan situasi memuji-mujiNya dengan sebaik-baiknya.

II. PUJI-PUJIAN DAN KEMENANGAN

Kita tidak saja harus menyadari, bahwa puji-pujian itu suatu korban, kita pun harus menyadari bahwa puji-pujian merupakan Cara untuk beroleh kemenangan dalam peperangan rohani. Kita sering mendengar orang mengatakan, bahwa Iblis paling takut kepada doa anak-anak Allah, kapankala anak-anak Allah berlutut berdoa, pada saat itu juga Iblis melarikan diri. Karenanya Iblis senantiasa mengganggu anak-anak Allah, sehingga mereka tak dapat berdoa. Namun gangguan itu adalah gangguan yang biasa dan umum. Di sini kita akan mengatakan, bahwa yang paling diganggu Iblis bukanlah doa, melainkan puji-pujian. Bukan Iblis tidak menganggu doa, begitu orang Kristen berdoa, Iblis segera datang mengganggu. Karena itu, berbicara dengan orang sangat mudah, tapi berdoa sangat sukar.

Iblis sering mempersulit anda, sehingga anda merasa tidak mudah untuk berdoa, ini memang satu fakta. Akan tetapi, Iblis tidak saja mengganggu doa, ia lebih-lebih mengganggu puji-pujian dari anak-anak Allah. Yang paling diharap-harap Iblis ialah puji—pujian kita tersumbat. Kalau berdoa seringkali merupakan peperangan, maka memuji adalah kemenangan. Berdoa adalah peperangan rohani, sedangkan memuji adalah memegahkan kemenangan rohani. Kapankala kita bisa memuji, pada waktu itu pula Iblis pasti lari. Sebab itu puji-pujian paling dibenci Iblis. Jika mungkin, ia akan berusaha sekuat tenaga untuk membuat kita tak dapat memuji. Bila anak-anak Allah sedang bodoh, ia akan melihat kondisi, situasi dan perasaan dirinya sendiri, sehingga ia berhenti memuji. Tetapi bila anak-anak Allah semakin mengenal Allah, ia akan semakin nampak, bahwa penjara Filipi pun bisa menjadi tempat untuk memuji (Kis.16:25). Paulus dan Silas memuji—muji Allah dalam penjara itu, akhirnya pintu-pintu penjara terbuka semuanya.

Dalam Kisah Para Rasul pernah terjadi dua kali peristiwa terbukanya pintu penjara. Pertama terjadi pada diri Petrus, kedua pada diri Paulus. Yang pertama ialah gereja berdoa dengan tekun bagi Petrus, lalu malaikat datang membukakan pintu penjara dan membawanya keluar (Kis.12:3-12). Kedua ialah ketika Paulus dan Silas menyanyi memuji Tuhan di dalam penjara, sehingga pintu penjara terbuka, rantai-rantai pun terlucut, dan si kepala penjara beserta keluarganya pada hari itu juga percaya Tuhan dan diselamatkan dengan sukacita (Kis.16:19-34). Ada orang mempersembahkan korban puji-pujian dalam penjara.

Bilur-bilur di tubuh mereka masih belum sembuh, rasa nyeri pun belum berlalu, bahkan. kedua kaki mereka masih terpasung; mungkinkah ada kegembiraan di dalam penjara Roma? Mana mungkin orang bisa berkidung di situ? Akan tetapi, di situ ada dua orang yang rohnya membubung tinggi melampaui segalanya, dan nampak bahwa Allah yang bertakhta di sorga tidak berubah. Walau mereka bisa berubah; situasi dan kondisi mereka bisa berubah, perasaan mereka bisa berubah, tubuh jasmani mereka pun sedang menderita sengsara, namun Allah tetap duduk di atas takhta, Ia tetap patut menerima puji-pujian mereka. Di sanalah Paulus dan Silas, kedua saudara kita mengangkat suara berdoa dan menyanyikan kidung puji-pujian kepada Allah. Puji-pujian yang sedemikian berasal dari kesukaran dan kerugian mereka; itulah artinya korban puji-pujian. Puji-pujian yang sedemikian berarti kemenangan.

Ketika anda berdoa, anda terlibat dalam peristiwa itu, tetapi ketika anda memuji, anda telah melampaui peristiwa atau kesulitan anda. Sewaktu kita berdoa dan bermohon dengan susah-payah, kita masih terkurung dalam problema itu. Semakin kita bermohon dengan susah-payah di hadapan Allah, kita nampak kita akan semakin terkekang oleh problema. Namun, jika kita dapat dibawa Allah melampaui penjara, rantai, bilur-bilur pada tubuh serta kepahitan atau keaiban itu, pada saat itu kita akan mendengungkan suara untuk memuji-muji Allah. Paulus dan Silas berkidung berarti menyanyikan puji-pujian di hadapan Allah; mereka dipimpin Allah demikian rupa, sehingga penjara, keaiban, kesukaran, semua tak menjadi soal, dan mereka dapat memuji-muji di hadapan Allah. Ketika mereka memuji sedemikian, maka pintu-pintu penjara terbuka, rantai-rantai lucut, bahkan si kepala penjara beroleh selamat.

Seringkali berdoa tidak berhasil, tetapi memuji berhasil. Ini merupakan satu prinsip yang mendasar. Jika anda tidak bisa berdoa, mengapa tidak memuji saja? Tuhan menaruh satu benda yang lain ke dalam tangan kita, agar kita dapat menang, dapat bermegah karena menang. Apabila anda tak kuat berdoa, sebab tekanan dalam roh terlalu berat, merasa terluka parah, dan tak sanggup bernapas, cobalah memuji Dia. Kalau dapat berdoa, berdoalah; kalau tak dapat berdoa, memujilah saja. Kita selalu mengira bila pikulan kita berat, kita harus berdoa, tapi bila pikulan berat telah berlalu, barulah kita memuji. Namun ingatlah, adakalanya ketika pikulan kita terlalu berat sehingga kita tak dapat berdoa, kita harus memuji. Jangan menunggu pikulan kita lenyap dulu baru memuji, melainkan memujilah pada waktu merasa pikulan kita paling berat. Bila anda menjumpai masalah yang luar biasa, kesulitan sangat banyak, seolah-olah anda lumpuh sama sekali, dan anda kehilangan akal, pada saat itulah anda harus ingat satu perkataan, “Mengapa tidak belajar memuji?” Itulah kesempatan yang sangat baik. Jika anda pada saat itu memuji, Roh Allah pasti akan bekerja dan membawa anda sedemikian rupa, sehingga semua pintu akan terbuka, semua rantai akan terorak.

Kita wajib belajar mempertahankan roh yang super ini untuk mengungguli roh penyerang. Berdoa tidak selalu membuat kita menjamah takhta, tetapi memuji, kapan saja, pasti membuat kita menjamah takhta. Berdoa tidak tentu setiap kali membuat kita menang, tapi memuji, dari awal hingga akhir tidak pernah sekali pun gagal. Anak-anak Allah wajib membuka mulut memuji, bukan saja pada waktu tiada urusan, tiada perasaan dan tiada kesulitan, melainkan khususnya pada waktu ada kesulitan dan ada duka lara, saat itulah lebih-lebih harus memuji. Pada saat itu anda harus menengadahkan kepala, berkata, “Tuhan, aku memuji Dikau!” Anda mungkin mengucurkan air mata, namun mulut tetap boleh memuji; hati anda mungkin sedih dan luka, tapi roh tetap dapat memuji. Roh anda boleh memanjat setinggi apa yang anda puji; anda boleh membubung setinggi pujian anda.

Orang yang paling bodoh adalah orang yang menggerutu. Semakin ia menggerutu, semakin ia terkubur; semakin ia meronta-ronta, semakin ia terperosok; semakin ia membiarkan dirinya tertindih oleh kesulitan, semakin ia tak dapat bernafas. Banyak orang yang agak maju, mereka segera berdoa bila menjumpai kesulitan; mereka berjuang dan meronta-ronta agar dapat keluar dari kesulitan. Keadaan sekitar dan perasaan akan mengubur mereka, tetapi mereka tak sudi dikubur, mereka ingin dibebaskan melalui berdoa. Memang sering kali setelah berdoa dapat keluar, tapi sering juga seolah-olah doa tak dapat mengeluarkan mereka; mereka baru dapat dikeluarkan setelah mereka memuji. Maka hendaklah anda mempersembahkan korban puji-pujian. Letakkanlah diri anda pada posisi kemenangan, niscaya anda akan segera mengungguli segala sesuatu, kesulitan yang mana pun tak berdaya mengubur anda. Adakalanya seolah-olah ada sesuatu yang menekan anda, tapi begitu anda memuji, anda segera dibebaskan darinya.

Mari kita beta II Tawarikh 20:20-22 — “Keesokan harinya pagi- pagi mereka maju menuju padang gurun. Tekoa. Ketika mereka hendak berangkat, berdirilah Yosafat, dan berkata: Dengar, hai Yehuda den penduduk Yerusalem! Percayalah kepada Tuhan, Allahmu dan kamu akan tetap teguh! Percayalah kepada nabi-nabiNya, dan kamu akan berhasil!” Setelah ia berunding dengan rakyat, ia mengangkat orang-orang yang akan menyanyi nyanyian untuk Tuhan dan memuji Tuhan dalam pakaian kudus yang semarak pada waktu mereka keluar di muka orang-orang bersenjata, sambil berkata: “Nyanyikanlah nyanyian syukur bagi Tuhan, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya!” Ketika mereka mulai. bersorak-sorai dan menyanyikan nyanyian pujian, dibuat Tuhanlah penghadangan terhadap bani Amon dan Moab, dan orang-orang dari pegunungan Seir, yang hendak menyerang Yehuda, sehingga mereka terpukul kalah. “

Di sini terdapat suatu peperangan. Pada masa Yosafat menjadi raja Yehuda, masa itu menjelang akhir sejarah negara Yehuda, sebab mereka sangat lemah. Ketika orang Moab, orang Amon dan orang pegunungan Seir bangkit menyerang Yehuda, orang-orang Yahudi sangat putus asa, sebab mereka pasti akan dikalahkan. Yosafat adalah seorang raja kebangunan yang taat kepada Allah. Raja-raja Yehuda yang terakhir memang tidak sempurna, tetapi Yosafat masih tergolong orang yang mau Allah. Maka ia berkata kepada orang-orang Yehuda, bahwa mereka harus percaya kepada Allah. Apakah yang mereka perbuat? mereka mengangkat penyanyi-penyanyi untuk memuji Allah. Mereka diberi pakaian kudus dan berjalan di depan sambil memuji Allah, “Nyanyikanlah nyanyian syukur bagi Tuhan, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya.” Perhatikanlah kata berikutnya, “Ketika mereka mulai (kata “mulai” ini sangat mustika) bersorak-sorai dan menyanyikan nyanyian pujian, dibuat Tuhanlah penghadangan terhadap bani Amon dan Moab, dan orang-orang dari pegunungan Seir yang hendak menyerang Yehuda; sehingga mereka terpukul kalah.”

Kita nampak di sini tiada satu perkara yang dapat menggerakkan tangan Tuhan seperti puji-pujian. Bila anda ingin menyuruh Tuhan menggerakkan tanganNya, cara yang tercepat ialah memuji. Jangan salah mengerti, itu bukan berarti tidak perlu berdoa; kita sungguh perlu berdoa, bahkan perlu berdoa sebaik-baiknya setiap hari. Namun untuk mengatasi banyak masalah memerlukan puji-pujian.

Di sini kita nampak, bahwa kemenangan rohani bukan bersandar pada berperang, melainkan memuji. Maka kita wajib belajar memuji agar dapat menanklukkan Iblis. Mengalahkan Iblis tidak Saja melalui doa, tetapi juga melalui puji-pujian. Banyak orang mengira Iblis sangat ganas, sedangkan dirinya begitu lemah, karenanya mereka merasa perlu berjuang dan berdoa. Tapi di sini kita nampak satu prinsip yang khusus, kemenangan rohani bukan bersandar pada peperangan, melainkan memuji. Anak-anak Allah seringkali menghadapi satu pencobaan, yakni selalu merasa kesulitannya terlampau besar, dan selalu ingin berusaha menanggulanginya. Mereka memperhatikan cara atau akal, namun semakin mencari akal, semakin sulit mengatasinya. Dengan berbuat demikian, mereka seakan-akan berdiri pada posisi yang sejajar dengan Iblis; kedua pihak sama-sama berada di medan perang, mereka di sebelah sini, Iblis di sebelah sana, kalau demikian mereka pasti sulit mengalahkan musuh. Ini berbeda dengan II Tawarikh 20 tadi. Di sebelah sana ada bala tentara musuh, di sebelah sini ada orang—orang yang menyanyi nyanyian memuji Allah. Jika mereka bukan orang-orang yang percaya kepada Allah, mereka pasti adalah orang gila. Syukur kepada Allah, kita bukan orang gila, kita adalah orang-orang yang percaya kepada Allah.

Di antara anak-anak Allah banyak yang mengalami ujian hebat, bahkan sering mengalaminya. Tatkala ujian itu menghebat dan pergumulan mengganas, keadaannya mirip sekali dengan yang dihadapi Yosafat; seolah mereka menempuh jalan buntu. Di pihak sana kuat, di pihak sini lemah; kedua pihak tidak dapat dibandingkan. Mereka seolah-olah dilanda angin topan, kesulitannya teramat besar, sama sekali tak mampu mereka atasi. Pada saat demikian pikiran mereka mudah sekali memperhatikan kesulitan mereka, mata mereka pun khusus memandang kesulitan diri sendiri. Semakin mengalami ujian, semakin merasa dirinya betapa sulit. Saat ini adalah saat ujian yang terbesar; saat kita memandang diri sendiri dan memandang keadaan sekitar itulah saat ujian yang terbesar. Namun, tidaklah demikian bagi orang yang mengenal Allah. Semakin mengalami ujian, mereka akan semakin menengadah kepada Tuhan, dan semakin belajar memuji. Karenanya mata kita harus belajar tidak memandang diri sendiri, melainkan memandang Tuhan. Di sini juga anda harus menengadah dan berkata kepadaNya, “Tuhan, Dikau mengungguli segala-galanya, terpujilah Dikau!” Memuji dengan suara yang keras, yang mengalir dari perasaan yang terluka itulah korban puji-pujian yang disukai dan diperkenan Allah. Tatkala korban pujian ditujukan ke hadirat Allah, Iblis, musuh anda akan dikalahkan. Korban puji-pujian sangat bermanfaat di hadapan Allah. Bila anda mengeluarkan perasaan yang terbaik dari batin anda untuk memuji Allah, niscayalah anda akan berdiri teguh dan akan memperoleh kemenangan. Bila anda dapat memuji, anda akan nampak betapa besar jalan kemenangan yang anda tempuh.

Saudara saudari yang baru beriman, jangan mengira pelajaran memuji ini baru dapat kalian pelajari bila kalian sudah melalui beberapa tahun. Tidak. Ketahuilah, bahwa pelajaran memuji ini sudah dapat anda pelajari sejak mulanya. Setiap kali anda menjumpai kesulitan, anda harus mohon belas kasih Allah, jangan menggunakan akal atau kepintaran anda, melainkan harus belajar memuji. Banyak pergumulan yang dapat dimenangkan melalui puji-pujian. Sebaliknya, karena kekurangan memuji, anda akan tidak dapat beroleh kemenangan. Jika anda percaya kepada Allah, sekalipun anda dalam kesesakan, anda pun dapat berkata, “Tuhan, terpujilah namaMu, Dikau lebih tinggi, lebih perkasa, kasih setiaMu kekal adanya.” Barangsiapa yang memuji Allah, ia akan selalu melampaui segala sesuatu, ia pun dapat meraih kemenangan terus menerus melalui puji-pujian. Inilah satu prinsip, inilah suatu fakta.

III. IMAN MELAHIRKAN PUJI-PUJIAN

Perkataan dalam Mazmur 106:12 sangat mustika, “Ketika itu percayalah mereka kepada segala firmanNya, mereka menyanyikan puji-pujian kepadaNya.” Itulah keadaan bani Israel di padang gurun. Mereka percaya, mereka lalu menyanyikan puji-pujian. Puji-pujian mengandung satu elemen, yakni percaya. Anda tak dapat memuji tanpa alasan, anda tak dapat sembarangan mengatakan, “Aku bersyukur dan memuji kepada Tuhan.” Anda harus percaya dulu, barulah anda dapat memuji. Bila ada kesulitan, anda berdoa; bila ada dukacita, anda berdoa. Berdoa sampai sedemikian rupa, hati anda bisa percaya, setelah itu anda harus segera membuka mulut memuji. Ini suatu jalan yang hidup, bukan mengatakan dengan sembarangan.

Ketika seorang menghadapi satu urusan, ia senantiasa berdoa kepada Tuhan, tapi setelah batinnya memiliki sedikit iman, ia percaya kepada Allah, percaya kepada keagungan, kekuatan, kasih setia, kemuliaanNya, dan percaya bahwa Allah mau menyatakan kemuliaan-Nya, pada saat itulah ia harus mulai memuji. Jika seorang dalam batinnya telah percaya tapi tidak memuji, lambat atau cepat imannya akan lenyap. Hal ini terbukti dalam pengalaman kita. Kita berani mengatakan bahwa anda sudah beriman, maka anda harus memuji. Jika anda tidak memuji, sebentar lagi iman anda akan lenyap. Anda baru saja beroleh iman, tapi lewat sebentar saja iman anda akan lenyap. Karenanya kita wajib belajar memuji, mengeluarkan kata-kata pujian, yaitu harus memuji dengan membuka mulut. Jangan hanya berangan-angan untuk memuji, melainkan harus mengucapkan puji-pujian anda. Anda harus berdiri tegap dan memuji Allah di hadapan kesulitan dan Iblis, “Oh Tuhan, aku memuji Dikau!” Dari tanpa perasaan menuju sampai berperasaan, dari sedikit perasaan menuju sampai banyak perasaan, dan sedikit iman menuju sampai dipenuhi iman.

Bila kemuliaan Allah memenuhi mata anda, anda pasti bisa percaya; bila kemuliaan Allah memenuhi roh anda, anda pasti bisa memuji. Anda wajib menyadari, bahwa Allah itu unggul dari segala sesuatu, Ia patut menerima puji-pujian anda. Sewaktu anda memuji, Iblis akan lari tunggang langgang. Karena itu, adakalanya perlu berdoa, setelah berdoa sampai batin anda beriman dan merasa sudah- mantap, serta tahu bahwa Tuhan sudah mendengar doa anda, saat inilah anda harus memuji, “Tuhan, puji syukur kepadaMu, masalah ini sudah berlalu.” Jangan menunggu sampai urusan beres baru memuji, melainkan harus memuji ketika hati sudah beriman. Bukan setelah melihat musuh lari baru menyanyi, tetapi harus mengusirnya dengan nyanyian. Kita sungguh wajib belajar memuji karena percaya. Jika anda memuji Dia karena percaya, niscaya anda nampak musuh akan lari dengan kekalahan. Percaya dulu, baru dapat memuji. Dan harus percaya dan memuji dulu, kemudian baru ada kemenangan.

IV. PATUH MELAHIRKAN PUJI-PUJiAN

Kesulitan kita mungkin ada dua macam: Pertama ialah kesulitan dalam keadaan sekitar dan dalam urusan-urusan; seperti yang dialami Yosafat. Ini harus diatasi melalui puji-pujian. Kedua, yaitu kesulitan di dalam diri kita sendiri, misalkan ada orang mengucapkan perkataan yang melukai kita, atau menghina kita, atau memperlakukan kita tanpa alasan, yaitu menentang, membenci atau memfitnah kita sehingga batin kita tidak menerima. Inilah masalah kemenangan perorangan. Ada seorang saudara mengatai anda dengan kalimat yang tidak pada tempatnya, atau ada seorang saudari memberi anda perlakuan yang tidak sopan; sukar sekali anda atasi semua itu. Sekujur anda seolah meronta-ronta dan bergejolak; seluruh insan anda menggerutu. Anda merasa sulit sekali untuk mengampuni atau memaafkannya, dan sulit pula untuk mengatasi problema tersebut. Ketika anda tertuduh tanpa alasan, terfitnah, teraniaya dan merasa sukar untuk mengatasinya, saat itu anda berdoa tak banyak gunanya, menentang pun tak bisa, meronta-ronta pun tak dapat. Semakin anda menolak tekanan itu, semakin anda merasa tidak enak. Anda merasa alangkah sulitnya mengatasi problema itu. Anda harus ingat, ketika kesulitan-kesulitan pribadi itu semakin besar menimpa diri anda, itu bukan saatnya anda berdoa, melainkan memuji. Anda wajib menundukkan kepala, berkata kepada Tuhan, “Oh Tuhan, syukur kepadaMu. Apa yang Kau lakukan tidak salah. Semua itu aku terima dari tanganMu. Terima kasih Tuhan, semua itu kuterima, terpujilah Dikau!” Jika anda berbuat demikian, segala kesulitan anda akan berlalu.

Kemenangan bukan karena bergumul dengan daging sendiri, atau terus mencoba untuk mengampuni orang, melainkan menundukkan kepala memuji Tuhan, “Tuhan, kupuji jalanMu. Segala yang Kau atur tidak ada yang salah. Segala yang Kau perbuat, semua baik.” Ketika anda memuji Tuhan demikian, roh anda akan melampaui kesulitan dan perasaan luka di batin anda. Orang yang perasaannya terluka itulah orang yang kurang memuji,. ,Jika .anda di hadapan Tuhan dapat memuji, setiap perasaan luka akan berubah menjadi perasaan puji-pujian. Roh anda bisa memanjat sampai sangat tinggi, dan anda bisa berkata di hadapan Allah, “Puji syukur kepadaMu, ya Allah. Apa yang Kau perbuat tidak keliru.” Jalan yang sedemikianlah yang patut anda tempuh di hadapan Tuhan. Lemparlah segalanya di belakang anda. Alangkah mulianya hal ini, dan ini baru berarti korban yang sejati.

Penghidupan orang Kristen meningkat ke atas dari puji-pujian. Puji-pujian berarti melampaui segala sesuatu untuk menjamah Tuhan. Jalan inilah yang ditempuh Tuhan di bumi, anda pun dapat berjalan di atas jalan ini. Anda bukan mengeluh sambil memandang ke langit, dan menderita ujian, melainkan mendaki ke atas ujian. Begitu anda memuji, anda segera berada di atas ujian. Semakin orang menekan anda, anda akan semakin berdiri tegap di hadapan Tuhan, dan berkata, “Tuhan, puji syukur kepadaMu!” Belajarlah menerima, belajarlah mengenal Dialah Allah, dan belajarlah mengenal Dialah yang bekerja. Tiada satu perkara yang bisa membuat orang menjadi manis dan matang seperti halnya korban puji-pujian. Hendaklah kita belajar tidak saja menerima penguasaan Roh Kudus, bahkan memuji penguasaan Roh Kudus; tidak saja menerima tangan Tuhan, bahkan menyanyikan dan memuji tangan Tuhan; tidak saja menerima pukulan-pukulan Tuhan, bahkan menerimanya dengan rela dan suka hati. Kalau demikian, terbukalah di sana satu pintu yang lurus dan mulia bagi anda.

V. MEMUJI SEBELUM MENGERTI

Terakhir, mari kita membaca Mazmur 50:23, sabda Allah, “Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku …” Kata “syukur” dalam ayat ini boleh juga diterjemahkan “puji-pujian”. Tuhan menunggu puji-pujian kita. Tidak ada satu perkara yang bisa memuliakan Allah seperti halnya memuji. Pada suatu hari, semua dos akan berlalu, semua pekerjaan akan berlalu, semua khotbah-khotbah nabi akan berlalu, semua kesibukan pun akan berlalu. Namun, pada suatu hari, puji-pujian akan bertambah lebih banyak daripada hari ini. Puji-pujian bersifat kekal dan puji-pujian takkan berhenti sampai selama-lamanya. Tatkala kita sampai di sorga, di rumah yang kekal, kita akan lebih banyak memuji. Karenanya, kita mempunyai satu pelajaran yang paling baik, yaitu belajar memuji Allah pada hari dan saat ini juga.

Hari ini kita masih seperti memandang cermin, segalanya kurang jelas (I Kor.13:12). Walau ada banyak perkara sudah tertampak sedikit, namun tak dapat kita mengerti apakah anti sebenarnya. Apa yang menimpa diri kita dan yang kita alami, entah itu perasaan batin yang terluka, atau kesulitan keadaan sekitar, kita hanya merasa susah saja, tidak mengerti makna dibaliknya, karenanya kita tak bisa memuji. Kita percaya, di sorga ada banyak puji-pujian, sebab di sorga ada pengetahuan yang sempurna. Semakin sempurna pengetahuan kita, semakin sempurna pula puji-pujian kita.

Pada suatu hari, kita semua akan tiba di hadirat Tuhan, segala-galanya akan menjadi jelas. Masalah-masalah yang ganjil yang tak terpikir oleh kita pada hari ini, kelak akan jelas semuanya. Pada hari itu, kita akan nampak setiap langkah penguasaan Roh Kudus ada kehendakNya yang indah. Tanpa penguasaan Roh Kudus, kita takkan tahu bagaimana jadinya kita kelak. Jika langkah ini bukan Roh Kudus yang mencegahkan untuk kita, kita pun tak tahu akan bagaimana nasib kita. Banyak perkara, ribuan perkara, yang tak nampak di hari ini, tapi pada hari itu semua akan tertampak jelas. Ketika kita nampak, kita akan menundukkan kepala sambil memuji, “Tuhan, Kau tak pernah salah.”

Setiap langkah pengaturan Roh Kudus yang dilakukan Allah di atas diri kita telah mengorbankan banyak waktu. Jika kali itu kita tidak jatuh sakit, kita tak tahu apa jadinya kita sekarang; jika kali itu kita tidak gagal, kita pun tak tahu bagaimana akibat kita. Mungkin yang kita derita itu hanya satu kesulitan, tapi justru karena itu kita terhindar dari kesulitan yang lebih dahsyat. Mungkin yang menimpa kita itu hanya suatu bencana, tapi karenanya kita terhindar dari bencana yang lebih besar. Pada hari itu kita akan mengerti mengapa Tuhan memberi kita kejadian-kejadian tersebut. Setiap langkah dari perjalanan yang kita lalui hari ini adalah pimpinan-Nya.

Pada hari itu kita akan menundukkan kepala dan berkata, “Tuhan, hamba sungguh bodoh, hamba tidak memujiMu pada saat itu. Hamba bodoh, tidak pada saat itu juga bersyukur kepadaMu.” Pada hari itu, setelah kita nampak dan mengerti, kita teringat betapa kita pernah menggerutu, dan kita akan merasa malu sekali. Karena itulah hari ini kita harus belajar berkata, “Tuhan, walau apa yang Kaulakukan hamba tak mengerti, tapi hamba tahu semua perbuatanMu tidak mungkin keliru.” Hendaklah kita belajar percaya, dan belajar memuji. Pada hari itu Baru anda bisa berkata, “Tuhan, syukur atas kasih karuniaMu yang telah menyelamatkan daku dari gerutu dan gundah yang tak wajar. Tuhan, syukur atas kasih karuniaMu, banyak kata gerutu yang tak sampai kuucapkan pada hari itu.” Jika anda dapat mengetahui banyak perkara, anda akan bisa memuji lebih banyak. Kita wajib memujiNya, karena Tuhan itu baik adanya (Mzm.25:8, 100:5). Hendaklah anda terus menerus berkata, “Tuhan itu baik.”

Hari ini kita harus -terlebih dulu belajar percaya bahwa Tuhan itu baik, Tuhan pasti tidak salah, sekali pun kita tak mengerti. Jika kita dapat percaya, pujilah Dia segera. Puji-pujian kita adalah kemuliaanNya. Memuji berarti memuliakan Allah. Allah patut menerima kemuliaan. Semoga Allah lebih banyak lagi menerima puji-pujian dari anak-anakNya.

Published by

filadelfia

orang yang tidak sempurna dikasihi oleh Dia yang sempurna