30 || PAKAIAN DAN MAKANAN

PAKAIAN DAN MAKANAN

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

“Karena itu, Aku berkata kepadamu: janganlah khawatir tentang hidupmu, mengenai apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah khawatir pula tentang tubuhmu, mengenai apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting daripada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?”

Matius 6:25

“Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka   semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”

Matius 6:33

Dalam buku ini, kita akan membahas masalah pakaian dan makanan bagi orang Kristen. Terlebih dulu kita akan melihat tentang pakaian.

I. PAKAIAN

A. MAKNA BERPAKAIAN

Masalah pakaian, pertama-tama kita harus menemukan maknanya. Untuk ini perlu kita kembali ke asal mulanya, barulah kita mengetahui mengapa harus ada pakaian.

1. Sebelum Manusia Berdosa
Tidak Ada Kebutuhan Berpakaian

Sebelum manusia berbuat dosa, mungkin manusia ketika itu serba murni dan polos, tanpa rasa malu. Karena itu, walau manusia tidak berpakaian, mereka tidak merasa malu.

2. Setelah Manusia Berdosa, Perlu Berpakaian untuk Menutupi Rasa Malu

Begitu dosa masuk, akibat pertama ialah manusia menyadari dirinya telanjang, sehingga mereka segera merasa malu. Karena itu, mereka lalu membuat cawat dari daun-daun pohon ara untuk mereka pakai. Jadi, makna asasi pakaian adalah untuk menutupi diri. Fungsi pakaian adalah untuk menutupi diri. Sayang, cawat yang dibuat manusia dari daun-daun pohon ara itu tidak tahan lama, begitu daun-daun itu kering, tentu akan hancur dan berantakan. Kemudian Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia pakai. Ia menyuruh manusia mengenakan pakaian yang kuat dan tahan lama. Namun, maksud berpakaian tetap untuk menutupi tubuh. Jadi, pakaian adalah untuk menutupi, bukan untuk berpamer. Sebab itu, setiap pakaian yang tidak untuk menutupi adalah tidak benar.

3. Bagian yang Tak Berpakaian
Harus Diurapi dengan Darah

Di tanah Yahudi, pada waktu itu orang-orang Israel memakai kasut, tanpa kaus kaki, sehingga kaki mereka terlihat. Semua pakaian adalah untuk menutupi seluruh tubuh, kecuali , tangan, kaki dan kepala. Tatkala para imam datang ke hadapan Allah untuk menerima pengurapan darah, maka yang diurapi adalah ibu jari tangan, ibu jari kaki, dan telinga. Hal ini memperlihatkan kepada kita, ketiga bagian yang tersingkap/ tersembul inilah yang ditutupi oleh darah. Darah tidak diurapkan di atas bagian tubuh lain, kecuali di tangan, kaki dan kepala. Sebab bagian lainnya telah ditutupi seluruhnya dengan pakaian. Jadi tujuan berpakaian ialah untuk menutupi. Setiap orang seharusnya menyadari bahwa manusia harus memiliki penutup yang wajar di hadapan Allah.

Kegagalan hari ini disebabkan manusia semakin menjurus ke keadaan primitif, yakni tutup yang berupa pakaian menjadi semakin minim. Ini adalah hal yang tidak wajar. Pakaian adalah untuk menutupi. Jadi, setiap pakaian yang tidak untuk menutupi berarti melanggar maksud Allah yang semula. Darah merupakan lambang, makna rohaninya ialah menolak penyingkapan. Karena manusia telah berbuat dosa, maka ia harus mempunyai penutup di hadapan Allah. Hari ini, setiap pakaian yang lengannya sangat pendek, atau lehernya dibuat sangat rendah, yang menyembulkan badan, tidak menutupi badan, itulah perbuatan dunia, bukan perbuatan Allah.

Ditinjau dari makna pakaian, pakaian yang semakin menutupi semakin baik. Karena aku adalah orang dosa, aku ingin memiliki penutup yang sepenuhnya di hadapan Allah. Aku tidak ingin ada sebagian yang tidak tertutupi di hadapan Allah. Aku adalah orang Kristen, orang yang telah diselamatkan, dan aku adalah orang yang bersandar kepada Tuhan. Kita harus menyadari, jika Tuhan tidak sepenuhnya menutupi kita, kita tidak mungkin memiliki kedudukan di hadapan-Nya. Kita memerlukan penutup. Kita mendambakan agar Tuhan menutupi kita sepenuhnya, supaya segenap insan kita ditebus dan diselamatkan. Bagian-bagian yang tidak tertutup oleh pakaian, menurut lambang Alkitab, harus ditutup dengan darah. Tangan kita berada di bawah darah, kaki kita berada di bawah darah, dan kepala kita berada di bawah darah.

4. Kejatuhan Manusia Kali Kedua
Disebabkan Telanjang

Adam dan Hawa berdosa, dosa itu terungkap melalui ketelanjangan mereka. Seribu enam ratus lima puluh enam tahun kemudian, setelah Nuh keluar dari bahtera, karena ia mabuk anggur dari hasil tanamannya sendiri, akhirnya ia bertelanjang diri, tidak berpakaian. Manusia yang pertama telanjang karena makan buah pohon pengetahuan baik dan jahat, manusia berikutnya juga telanjang karena makan hasil pohon anggur. Di sini Anda lihat, ada pakaian tetapi tidak dipakai. Itulah kejatuhan manusia yang kali kedua. Kejatuhan Adam dimulai dari tidak perlu mengenakan pakaian sampai perlu mengenakan pakaian. Kejatuhan Nuh karena ada pakaian tetapi tidak dipakainya. Dalam catatan Alkitab, orang yang telanjang merupakan perkara yang memalukan dan tidak pada tempatnya. Itulah kejatuhan umat manusia yang kali kedua.

5. Mezbah Tidak Bertangga

Dalam kitab Keluaran, Allah menurunkan hukum Taurat di gunung Sinai. Ketika Allah menyuruh orang Israel membuat mezbah, mezbah itu tidak boleh bertangga. Mengapa? Sebab khawatir ketika mereka naik ke alas mezbah, tubuh mereka mungkin akan tersingkap/ tersembul. Karena itu, prinsip menyembulkan tubuh sama sekali bukan merupakan prinsip yang diizinkan oleh Allah. Allah tidak menghendaki manusia menyembulkan tubuh. Kecuali tangan, kaki, dan kepala, bagian-bagian badan lainnya harus berpakaian. Namun, tangan, kaki, dan kepala juga tak dapat tidak harus ditutupi dengan darah. Jadi kecenderungan modern dewasa ini yang semakin menyembulkan tubuh, semuanya merupakan pelanggaran atas maksud Allah yang semula. Pada mulanya Allah menyuruh manusia mengenakan pakaian dengan maksud menutupi tubuhnya, bahkan ketika para imam memberi persembahan di atas mezbah pun tidak diperbolehkan ada tubuh mereka yang tersembul. Sebab itu, tidak menutup tubuh, merupakan perkara yang tidak pada tempatnya.

6. Imam Harus Mengenakan
Kemeja dan Celana Dalam

Khususnya bagi para imam, mereka diharuskan mengenakan pakaian yang halus dan dibuat secara teliti, tanpa celah sedikit pun, sebab Allah tidak menghendaki mereka tersembul. Pada diri para imam, di hadapan Allah tidak diperbolehkan terdapat penyembulan sedikit pun. Efod yang mereka kenakan luar biasa panjangnya, dan mereka pun harus mengenakan celana dalam, agar tubuh mereka tidak tersembul (Kel. 28:42). Kita harus mempunyai penutup, tidak boleh tersembul, inilah sikap Allah yang tercantum dalam Alkitab sejak semula, dan inilah ciri-ciri atau keistimewaan kita.

7. Pakaian Melambangkan Penebusan
dan Tuhan Yesus Sendiri

Allah menganggap pakaian sebagai lambang penebusan yang kita peroleh, dan mewakili Tuhan Yesus sendiri. Jadi kita adalah orang-orang yang mengenakan keselamatan Allah, mengenakan Kristus, dan juga mengenakan manusia baru. Anda lihat di sini semuanya mengatakan mengenakan: mengenakan keselamatan (Yes. 61:10), mengenakan Kristus (Gal. 3:27), dan mengenakan manusia baru (Ef. 4:24). Allah menghendaki kita tanpa celah. Aku sepenuhnya mengenakan keselamatan, Kristus, dan manusia baru. Segenap manusiaku ditutupi oleh Allah, aku adalah orang yang telah menerima penyelamatan, aku adalah seorang yang mengenakan keselamatan.

Karena itu, ketika kita mengenakan pakaian pada diri kita, saat itu pula kita harus dari batin nampak Kristus dan keselamatan. Asalnya aku mirip dengan orang yang telanjang, sedikit pun tanpa penutup di hadapan Allah; sedikit pun tak berdaya mengelak dari terang Allah; sedikit pun tak bisa menghindar dari hukuman Allah. Syukur kepada Allah, hari ini aku sudah mengenakan pakaian. Demikian pula, di hadapan Allah aku telah mengenakan keselamatan Allah, kebenaran Allah, mengenakan pakaian resmi yang diberikan oleh Allah, mengenakan Kristus, dan mengenakan manusia baru. Dari atas penutup pakaian yang sempurna ini kita dapat melihat penutup sempurna yang kita peroleh di hadapan Tuhan. Makna ini tidak seharusnya terputus. Ini betapa ajaibnya! Allah merahmati kita, sehingga kita dapat mengenakan pakaian, yakni memiliki penutup yang sempurna di hadapan-Nya.

Prinsip pakaian ialah menutupi. Jika tidak dapat menutupi, itu adalah pakaian yang tidak seharusnya dipakai oleh orang Kristen. Pakaian-pakaian yang menyembulkan tubuh tidak seharusnya kita pakai. Tujuan berpakaian adalah untuk menutupi, bukan untuk menyembulkan. Karena itu, siapa pun tidak seharusnya membuat dan mengenakan pakaian yang menyimpang dari prinsip menutupi. Menyembulkan tubuh sama sekali tidak sesuai dengan prinsip orang Kristen.

B. PAKAIAN YANG TERKENA KUSTA

Dalam kitab Imamat dikatakan bahwa manusia bisa terkena kusta, rumah bisa terkena kusta, pakaian pun bisa terkena kusta. Hari ini banyak sekali pakaian di dunia ini telah terkena kusta, terutama pakaian-pakaian kaum wanita. Karena itu, kita harus mempunyai Cara penanggulangan atas masalah pakaian.

1. Dua Jenis Penanggulangan yang Berbeda

Dalam Imamat 13 terdapat dua jenis penanggulangan yang berbeda atas pakaian yang terkena kusta. Ada pakaian yang harus dibawa ke hadapan imam dan diperiksa oleh imam. Kalau ternyata telah terkena kusta dan kusta itu dapat bertumbuh dan meluas, maka pakaian itu tak dapat tidak harus dibakar, harus seluruhnya dibakar habis dan tidak dapat dipakai lagi. Kalau kusta pada pakaian itu tidak meluas, dan menjadi pudar, maka imam harus mengambil beberapa benang lungsin dan benang pakannya kemudian dicuci. Jika masih terdapat penyakit kusta, pakaian itu tak dapat tidak harus dibakar habis. Jika setelah dicuci oleh imam dan diambil beberapa benang lungsin dan benang pakannya, ternyata kusta itu tidak meluas, maka pakaian itu tidak perlu dibakar.

2. Membawa Pakaian ke Hadapan Tuhan
untuk Ditanggulangi Satu per Satu

Hari ini, masalah berpakaian harus diperhatikan oleh saudara saudari yang baru percaya. Bila ada sebagian pakaian yang meragukan, haruslah dibawa ke hadapan imam untuk diperiksa. Tuhan Yesus adalah Imam Besar kita. Anda harus bertanya kepada-Nya, apakah pakaian-pakaian itu boleh dipakai atau tidak? Jangan mengira ini suatu perkara yang sepele. Bagi saudari-saudari yang baru percaya, pakaian justru merupakan masalah yang besar. Jika kalian tidak mengetahui pakaian mana yang terkena kusta, mana yang tidak terkena kusta, kalian harus membawa pakaian-pakaian itu ke hadapan Imam, biar Tuhan yang memeriksa dan menentukan mana yang terkena kusta dan mana yang tidak.

Kalian harus ingat, orang yang terkena kusta harus dikucilkan, rumah yang terkena kusta harus dibongkar, dan pakaian yang terkena kusta harus dibakar habis. Hari ini, pakaian semacam itu memang tidak dibakar habis, tetapi setidak-tidaknya Anda tidak memakainya lagi. Banyak pakaian yang terkena kusta. Banyak pakaian yang harus diubah sedikit, mungkin setelah lengannya diperpanjang masih boleh dipakai, atau warnanya diubah sedikit masih boleh dipakai, atau modelnya diubah sedikit baru boleh dipakai lagi. Ada sebagian pakaian yang setelah diperiksa oleh imam, diubah sedikit masih boleh dipakai lagi. Tetapi ada beberapa pakaian setelah diperiksa dan diubah masih mengandung sifat-sifat kusta, sehingga tak dapat tidak harus dibakar habis. Saudara saudari yang baru percaya, sejak percaya kepada Tuhan harus membawa pakaian kalian satu per satu ke hadapan Tuhan, diperiksa dengan teliti, dan membiarkan Tuhan yang menentukan mana yang benar mana yang tidak benar. Satu per satu harus melalui penanggulangan.

Saya harap saudara saudari yang baru percaya, ketika berjalan di luar, semuanya dapat menyatakan corak orang Kristen. Saya tidak ingin melihat di antara kita banyak pakaian yang menimbulkan kecurigaan terhadap orang, sehingga kita dikira bukan orang Kristen. Sebab dengan melihat pakaian kita, orang akan memutuskan apakah Anda orang Kristen atau bukan. Orang yang tahir sekali-kali tidak akan mengenakan pakaian yang terkena kusta. Kusta-kusta kalian telah ditahirkan, dosa-dosa kalian telah beroleh pengampunan, maka kalian tidak seharusnya mengenakan pakaian-pakaian yang tercemar oleh kusta.

Karena itu, orang-orang yang baru percaya harus meletakkan pakaiannya sehelai demi sehelai di hadapan Tuhan dan berdoa. Saya tidak ingin melihat orang lain memberi tahu kalian bahwa pakaian ini boleh dipakai, pakaian itu tidak boleh dipakai. Kalian sendiri harus membawa pakaian-pakaian kalian ke hadapan Tuhan, agar Tuhan periksa. Kalian harus bertanya kepada Tuhan, “Tuhan, aku telah menjadi orang Kristen, bolehkah pakaian ini kupakai? Benarkah pakaian itu?” Ada sebagian pakaian harus disingkirkan, ada pula yang harus diubah. Untuk itu kalian harus membiarkan Tuhan yang mengajar kalian, bagaimana semestinya. Ada pula pakaian yang sama sekali tidak dapat diubah. Kalian sendiri menentukan, apakah dalam pakaian ini mengandung dosa atau tidak. Kita harus menyadari bahwa pakaian kita mempunyai dampak yang sangat besar, dan masalah pakaian ini harus ditanggulangi dengan sebaik-baiknya.

C. CARA BERPAKAIAN HARUS ADA BEDANYA ANTARA PRIA DAN WANITA

Dalam Alkitab ada ketetapan bahwa seorang pria dilarang mengenakan pakaian wanita, juga seorang wanita dilarang mengenakan pakaian pria (Ul. 22:5).

Hari ini ada kecenderungan menghapus perbedaan pakaian pria dan pakaian wanita, sehingga perbedaan ini semakin berkurang. jika arus dunia hari ini terus berlangsung, maka pakaian-pakaian pria akan sama sekali tidak berbeda dengan pakaian-pakaian wanita. Karena itu, semua saudara saudari wajib memperhatikan masalah ini: pria bagaimanapun tidak mengenakan pakaian wanita dan wanita bagaimanapun tidak mengenakan pakaian pria. Bagaimanapun kita harus mempertahankan perbedaan yang ditetapkan oleh Allah, pria mengenakan pakaian pria, wanita mengenakan pakaian wanita. Setup usaha yang hendak mengacaukan perbedaan pakaian, pasti tidak dapat memuliakan Allah. Karena itu, sebagai umat Allah, sebagai anak-anak Allah, dalam hal berpakaian, pria dan wanita harus belajar memiliki perbedaan yang sewajarnya. Itulah yang benar.

D. MASALAH PAKAIAN SAUDARI

Sekarang kita membahas masalah pakaian saudari. Memang pada umumnya masalah pakaian saudara agak lebih sederhana daripada saudari, dan masalah pakaian saudari agak lebih rumit daripada saudara. Marilah kita membaca dahulu baik-baik kedua bagian Alkitab di bawah ini.

1. Pakaian Indah dan Lemah Lembut

Dalam 1 Petrus 3:3-5, “Perhiasanmu janganlah secara  lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah. Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya.”

Dalam seluruh Alkitab hanya di sinilah yang terdapat sate sebutan “Perempuan-perempuan kudus”. Dalam Alkitab Anda dapat melihat banyak sebutan “orang yang kudus”, hanya di sini saja disebut “perempuan kudus”. Perempuan- perempuan yang kudus justru menghias diri dengan ini; mereka tunduk kepada suaminya. Dan perempuan kudus berhias dengan roh yang lemah lembut dan tenteram.

Maksud Petrus, bagi para saudari rambut yang berkepang-kepang, perhiasan emas, atau pakaian indah merupakan perhiasan mereka. Tetapi Petrus merasa banyak pakaian yang dikenakan para saudari itu tidak begitu pantas. Mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas, tidak begitu pantas. Mengenakan pakaian indah pun tidak begitu pantas. Di sini kita harus memperhatikan bahwa maksud Petrus bukannya seorang saudari harus berpakaian sembarangan. Kalau seorang saudari berpakaian sembarangan, itu membuktikan bahwa karakternya tidak Beres. Kalau seorang saudari berpakaian sembarangan, tidak rapi, dan tidak bersih, itu pasti karena ia berwatak sembarangan dan malas. Bukan ini yang dimaksud Petrus.

Maksud Petrus ialah, seorang perempuan jika mengepang-ngepang rambutnya sedemikian rupa, itu tidak benar. Kata “mengepang-ngepang rambut” dalam Bahasa aslinya berarti merias rambut dengan bermacam-macam model. Kalian mengetahui, dalam sejarah selama berabad-abad ini, banyak orang yang merancang berbagai model untuk merias rambut seseorang. “Memakai perhiasan emas” berarti mengenakan hiasan-hiasan, hal ini pun tidak seharusnya dilakukan oleh orang Kristen. Dan “mengenakan pakaian yang indah-indah kemungkinan berkaitan dengan warna dan modelnya. Jadi yang ditekankan Petrus ialah, para saudari tidak seharusnya menghias diri dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas, atau mengenakan pakaian yang indah-indah. Sebaliknya, para saudari harus menghias diri dengan roh yang lemah lembut dan tenteram.

Adakalanya seorang perempuan mengenakan busana yang sangat enak dipandang, namun temperamennya seperti seekor singa. Orang akan merasa itu tidak pantas, lebih baik ia tidak mengenakan busana yang seindah itu. Atau Anda melihat seorang perempuan berteriak-teriak sambil mengenakan pakaian yang indah, hal itu pun tidak sepadan. Jika ada seorang perempuan berwatak lembut lagi penurut, baginya ini adalah perhiasan yang indah. Seorang perempuan yang melayani Allah tidak seharusnya mementingkan keindahan dalam berpakaian. Sebagai orang Kristen, tidak pada tempatnya mementingkan soal pakaian,

2. Rasa Malu, Menahan Diri dan
Berpakaian dengan Pantas

Mari kita Baca lagi 1 Timotius 2:9-11, “Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan (berpakaian) dengan pantas, dengan sopan (rasa malu) dan sederhana (menahan diri), rambutnya jangan berkepang-kepang (digulung-gulung), jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal, tetapi hendaklah ia berdandan dengan perbuatan baik, seperti yang layak bagi perempuan yang beribadah. Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh.”

Terhadap para saudari, Allah mempunyai satu permintaan, mereka harus memiliki rasa malu. Tahu malu, merasa malu, itu baik dan itu merupakan perlindungan alamiah bagi para saudari. Banyak saudari memiliki rasa malu, tahu malu, dengan sendirinya mereka akan memiliki perlindungan. Janganlah berpakaian yang bertentangan dengan rasa malu Anda. Harus “menahan diri”, jangan berpakaian yang terumbar. Terumbar bertentangan dengan menahan diri. Harus mengenakan pakaian yang “pantas. Setiap saudari harus mengetahui bahwa di tempat aku berdomisili, pakaian apakah yang disebut pakaian yang pantas. Aku selalu mengenakan pakaian yang dianggap pakaian pantas di tempat aku berdomisili itu. Seorang Kristen sekali-kali tidak seharusnya mengenakan pakaian yang menimbulkan komentar dari orang kafir, “Masakan kalian orang Kristen juga mengenakan pakaian semacam itu?” Standar kita tidak boleh lebih rendah daripada orang kafir. Kita harus belajar memiliki rasa malu, kita harus menahan diri, dan kita harus mengetahui pakaian mana yang disebut pakaian yang pantas.

Selanjutnya dikatakan, “Rambutnya jangan berkepang- kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal.” Di sini khusus ditujukan kepada hal mengeriting rambut, sedang di atas Petrus mengatakan tentang rambut yang dibuat bermodel-model. Kata berkepang-kepang di sini berarti merias rambut seperti sulur pohon anggur yang melingkar-lingkar. Saya kira manusia pada dua ribu tahun yang lalu juga sangat modern. Hari ini banyak orang mengira kalau merias rambut menjadi keriting melingkar-lingkar itu sangat modern, padahal itu gaya purba, model demikian sudah ada dua ribu tahun yang lalu. Di sini disinggung pula pakaian yang mahal-mahal. Ada pakaian-pakaian yang nilainya sama, namun harganya tidak sama, kita tidak seharusnya mengenakan yang mahal-mahal, sehingga memboroskan uang untuk itu.

Dalam masalah berpakaian, para saudari harus mementingkan kepantasan. Kami sama sekali tidak bermaksud, Paulus dan Petrus pun tidak bermaksud, bahwa seorang saudari boleh berpakaian sembarangan, seenaknya tanpa perhatian sedikit pun. Tidak! Memang kita tidak seharusnya mementingkan pakaian yang indah-indah, yang mahal-mahal; tetapi di pihak lain, para saudari seharusnya mengenakan pakaian yang pantas. Seorang saudari hendaknya bisa mengatur pakaiannya, dapat memilih bahan kain yang biasa dengan harga yang biasa, namun dibuatnya dengan rapi. Kalian tidak seharusnya sama sekali mengabaikan masalah ini. Saya melihat ada sebagian saudari terlalu memperhatikan pakaian, mereka mementingkan pakaian yang indah-indah dan yang mahal-mahal. Di lain pihak, saya pun melihat ada sebagian saudari yang tidak memperhatikan kerapian dan kebersihan pakaian mereka, mereka berpakaian sembarangan saja. Itu membuktikan bahwa mereka berwatak ceroboh. Pakaian perempuan khususnya mewakili karakter mereka. Jika mereka sama sekali tidak mementingkan kerapian, kita dapat mengatakan bahwa mereka adalah perempuan-perempuan yang kendur, ceroboh dan malas. Kita harus mengenakan pakaian yang pantas, rapi bersih. Sederhana tetapi rapi.

E. HARUS ADA METERAI ROH KUDUS DI ATAS PAKAIAN

Imamat 8 menerangkan kepada kita bahwa Allah menyuruh Musa memercikkan minyak urapan (lambang Roh Kudus) kepada Harun dan anak-anaknya dan ke atas pakaian mereka, hingga dengan demikian mereka bersama-sama ditahbiskan (Im. 8:30). Karena itu, pakaian-pakaian pun harus menampilkan corak-corak kekudusan. Harus ada meterai atau tanda minyak urapan, yakni Roh Kudus di atas pakaian-:pakaian kita. Bila seorang menerima minyak urapan, maka pakaiannya pun terurap sehingga semuanya dikuduskan.

Di lain pihak, dalam kitab Bilangan kita juga melihat Allah menyuruh bani Israel membuat jumbai-jumbai pada puncak baju mereka, dan dalam jumbai-jumbai puncak itu dibubuhi benang ungu kebiru-biruan (Bil. 15:38). Warna biru melambangkan surga, berarti Allah menghendaki mereka selalu ingat akan perkara-perkara di surga. Sebab itu, atas pakaian-pakaian kita, sebagai orang-orang yang percaya, harus ada citra dan rasa surgawi, jangan menampilkan citra duniawi. Jangan sembrono seperti orang dunia, pun jangan terlalu mewah seperti mereka. Kita seharusnya memiliki corak surgawi yang dapat menyatakan bahwa kita bersama pakaian kita sudah dikuduskan. Itulah yang benar.

F. BEBERAPA PRINSIP BERPAKAIAN

1. Ada Kebebasan Pribadi

Sekarang saya ingin mengutarakan sedikit pendapat saya pribadi tentang berpakaian. Saya tidak mengatakan bahwa setiap anak Allah harus mengenakan pakaian seragam, dan tidak bermaksud menyuruh semua saudari sama sekali mengabaikan segi-segi keindahan, saya pun tidak bermaksud menyuruh semua saudara saudari mengenakan pakaian yang dibuat Bari bahan yang kasar atau buruk. Sebab itu bukan maksud Alkitab. Ketika Yohanes pembaptis menampilkan diri, ia mengenakan pakaian dari bulu unta, tetapi Tuhan Yeses mengenakan pakaian dalam yang tanpa sambungan, yaitu pakaian yang paling baik pada masa itu. Karena itu, ada satu prinsip dalam masalah pakaian orang Kristen, Anda boleh dengan bebas mengenakan pakaian yang Anda sukai, Anda boleh dengan bebas memilih bahan pakaian yang Anda senangi, dan Anda pun boleh dengan bebas mengenakan pakaian dengan model yang sesuai dengan kesukaan Anda sendiri.

2. Tidak Seharusnya Membuat Orang Lain Tertarik pada Pakaian Anda

Namun, ada satu hal yang harus khusus diperhatikan, yakni jangan sampai seorang mengenakan pakaian sedemikian rupa sehingga membuat orang lain memperhatikan pakaiannya, bukan orangnya. Hal ini tidak dapat dilakukan oleh orang Kristen. Jika pakaian yang kupakai ini selalu menarik perhatian orang lain, ini berarti pakaianku tidak Beres. Pakaian yang kupakai seharusnya mencerminkan pribadi atau manusiaku sendiri. Jika aku menaruh beberapa’ bunga dalam pot bunga, dan orang hanya memperhatikan pot itu, bukan bunganya, itu berarti pot bunganya yang tidak beres. Mengenakan pakaian adalah untuk membantu orang lain melihat manusia Anda. Anda tak dapat membiarkan pakaian Anda merebut kedudukan Anda. Saya kira yang paling harus dikhawatirkan ialah jika seseorang berpakaian, pakaiannyalah yang diperhatikan orang, sedang orangnya sendiri dilupakan atau diabaikan. Hal ini merupakan kesalahan besar.

3. Berpakaian Harus Sesuai dengan Status

Satu lagi perkara yang harus khusus diperhatikan, yaitu orang harus berpakaian sesuai dengan status dirinya. Jangan berpakaian terlalu jelek, juga jangan terlalu baik. Ingatlah, baik terlalu jelek maupun terlalu baik itu pasti akan menarik perhatian orang. Kita tidak memperhatikan masalah pakaian, kita pun tidak seharusnya membuat orang lain memperhatikan masalah ini. Kita jangan berpakaian sedemikian rupa sehingga membuat orang merasa bahwa pakaian kita luar biasa baiknya, ini tidak benar. Jika kita berpakaian terlalu jelek, itu akan membuat orang merasa tidak enak, hal ini pun tidak pada tempatnya. Pakaian kita seharusnya sepadan dengan status kita. Orang lain tidak merasa kita keterlaluan, pun tidak merasa kita kurang memadai. Saya kira pakaian yang sedemikianlah yang bisa memuliakan Tuhan.

4. Jangan Membuat Kita Sendiri Merasa
bahwa Kita Mengenakan Pakaian Itu

Terakhir, yaitu jangan membuat kita sendiri merasa bahwa kita mengenakan pakaian itu. Ada orang yang terus merasa bahwa dirinya sedang mengenakan pakaian itu, jika demikian, berarti pakaiannya itu ada penyakitnya. Anda seolah menjadi sebuah gantungan pakaian, berarti pakaian lebih penting daripada diri Anda sendiri. Bukan Anda mengenakan pakaian, melainkan pakaian mengenakan Anda. Anda selalu merasa Anda sedang mengenakan pakaian itu, Anda terlampau baik, atau terlampau buruk. Sering kali, Anda mengenakan sehelai pakaian jelek di hadapan orang, Anda terus merasakan pakaian itu, atau Anda mengenakan sehelai pakaian yang terlalu baik, Anda pun sehari suntuk merasakan pakaian itu. Semua ini merupakan suatu penyakit.

Karena itu, yang paling baik ialah Anda mengenakan pakaian yang Anda sendiri tidak merasakannya, orang lain pun tidak merasakannya. Pakaian itu biasa, namun sepadan dengan status Anda, dan sesuai dengan orang Kristen. Jika melampaui ini, tidak baik. Jika kita hari ini dapat berpakaian seperti orang Kristen, ini adalah suatu perkara yang besar. Sebab dari penampilan lahiriah kita, kita dapat menunjukkan kepada orang bahwa kita adalah orang Kristen.

II. MAKANAN

Sekarang baiklah kita membahas masalah makanan. Dalam Kejadian 2, sebelum manusia berbuat dosa, Allah telah memberi manusia makanan. Jadi, masalah makanan, masalah pangan, sudah ada sejak Kejadian 2. Kalau masalah pakaian baru dimulai pada Kejadian 3, maka masalah makanan sudah dimulai sebelum manusia berbuat dosa. Pada waktu itu, Allah menetapkan manusia boleh makan berbagai jenis buah-buahan. Sebelum manusia berbuat dosa, makanan yang Allah berikan kepada manusia ialah buah-buahan.

A. SETELAH BERBUAT DOSA MANUSIA PERLU MAKAN DAGING

Dalam Kejadian 3, setelah manusia berbuat dosa, Allah lalu memberi manusia sayur-mayur untuk makanan mereka, bahkan manusia harus menggarap ladang dengan mengeluarkan keringat baru bisa beroleh makanan. Inilah makanan yang Allah berikan kepada manusia dalam Kejadian 3. Sampai Kejadian 5, walau di sana Allah belum menetapkan, Allah telah memberi tanda (meterai) di atas diri Habel, tidak di atas diri Kain. Kain adalah seorang petani, sedang Habel seorang peternak. Habel menggembalakan kambing domba, atas dirinya ada meterai Allah, sehingga ketika ia mempersembahkan kurban persembahan, ia diterima oleh Allah. Kain seorang petani, ia pun membawa basil buminya ke hadapan Allah untuk dipersembahkan, namun kurbannya tidak Allah perkenan. Pada Kejadian 4, kita tidak mengerti di manakah kehendak Allah. Namun, hingga 9, kita baru jelas bahwa Allah juga memberi manusia ternak atau binatang-binatang sebagai makanan mereka, seperti halnya Ia dahulu memberikan buah-buahan kepada mereka.

1. Perlu Kehilangan Hayat
Baru Dapat Memelihara Hayat

Mengapa Allah memberi manusia binatang-binatang sebagai makanan mereka? Hal ini jelas sekali menunjukkan bahwa manusia perlu makanan. Lagi pula, makanan manusia sebelum dan sesudah berdosa perlu ada perbedaan. Kita harus memahami apa artinya makanan. Makanan adalah untuk pemeliharaan hayat. Tanpa makan, manusia akan mati; tanpa makan, manusia mustahil hidup; tanpa makan, manusia mustahil dapat bereksistensi. Karena itu, demi hidup dan demi eksistensi terus-menerus, maka Allah menetapkan bahwa manusia harus makan binatang, tidak hanya makan tumbuh-tumbuhan, sayur-mayur, atau buah-buahan. Dengan kata lain, Allah menunjukkan kepada kita, setelah dosa masuk ke dalam dunia, perlu adanya kehilangan hayat baru dapat memelihara atau mempertahankan hayat. Perlu ada hayat binatang yang terhilang, baru dapat mempertahankan hayat kita. Setelah dosa masuk ke dalam dunia, perlu ada pengaliran darah, baru dapat memelihara hayat. Karena itu, makanan manusia sebelum dan sesudah berbuat dosa tidak sama. Demikianlah, orang Kristen tidak boleh pantang daging, orang Kristen perlu makan daging.

Ini tidak berarti karena makan daging berfaedah bagi tubuh kita. Itu masalah lain. Kita tidak seperti orang-orang yang mempelajari ilmu kesehatan, yang mengatakan bahwa protein hewani lebih baik daripada protein nabati. Kita di sini mempunyai satu prinsip yang mendasar, yaitu setelah manusia berdosa, jika tanpa membunuh hayat, kita tidak mungkin beroleh hayat. Setelah manusia berdosa, jika tanpa kematian, manusia tidak memiliki hayat. Hayat hanya dapat beroleh suplai bersandarkan kematian. Tanpa kematian, manusia tidak bisa hidup. Perlu pengaliran darah, baru manusia dapat hidup. Jika kita memiliki kematian, barulah kita memiliki cara untuk memiliki hayat. Inilah prinsip yang mendasar.

Mulai dari Habel sampai setelah air bah, Allah dengan jelas telah membentangkan jalan ini di hadapan umat manusia. Jika hanya makan sayur-mayur, secara tidak sadar, itu berarti aku boleh hidup tanpa kematian, aku boleh hidup tanpa pengaliran darah. Sebaliknya, makan daging berarti mengakui bahwa tanpa kematian, tanpa berdarah, aku tidak mungkin hidup. Sudahkah Anda nampak prinsipnya? Karena itu, setelah air bah, Allah lalu memberi manusia binatang-binatang sebagai makanan mereka. Jika manusia tidak bersandar kepada kehilangan hayat, ia tidak dapat beroleh hayat. Syukur kepada Allah, yang kehilangan hayat adalah pihak lain, tetapi yang beroleh hayat adalah kita.

Sampai Roma 14, ada saja orang yang menganggap dirinya hanya boleh makan sayur-mayur, seperti pada waktu Adam. Paulus lalu berkata kepada mereka, jangan menghakimi, jangan melarang mereka, jangan mengira mereka salah. Orang yang makan jangan menghakimi orang yang tidak makan, dan orang yang tidak makan jangan menghakimi orang yang makan. Tetapi, di situ Paulus menunjukkan satu hal, yakni orang-orang yang hanya makan sayur-mayur adalah orang-orang yang lemah (ayat 2). Karena kita harus memikirkan kelemahan mereka, maka janganlah kita mengkritik atau mengecam mereka. Ini tidak berarti hanya makan sayur-mayur itu benar, melainkan kita tidak ingin mempersulit mereka karena masalah makanan.

Namun demikian, hendaklah kita ketahui bahwa penebusan yang diperoleh orang Kristen adalah yang percaya perlunya ada kematian baru ada hayat. Hanya sayur-mayur saja, tidaklah memadai. Jika ingin beroleh hayat, harus ada kematian. Hayat dipertahankan oleh kematian. Inilah prinsip utama orang Kristen. Ada sebagian orang yang hati nuraninya lemah, sehingga ia hanya makan sayur-mayur, tidak makan daging. Kita tidak seharusnya menyinggung kelemahan mereka. Akan tetapi, dalam pendirian orang Kristen, makan daging binatang adalah untuk memelihara hayat.

2. Pantang Makan Daging
adalah Ajaran Setan-setan

Surat 1 Timotius 4 menerangkan bahwa kelak akan timbul ajaran setan-setan, yaitu melarang orang kawin dan melarang orang makan daging (ayat 1, 3). Saya kira Tuan Phantom dalam hal ini memberi kita terang yang jelas. Dia mengatakan, “Hanya dengan pantang kawin dan pantang makan daging, Baru orang dapat mengembangkan kekuatan jiwanya.” Kita harus waspada, jangan kita pantang makan daging. Kalau di kemudian hari muncul praktek-praktek pantang makan daging, itulah ajaran setan-setan, bukan ajaran Tuhan. Ada sebagian orang yang ingin pantang makan daging, sebab mereka sama sekali tidak memahami prinsip orang Kristen. Prinsip orang Kristen ialah: dari kematian beroleh hayat. Jika Anda dapat makan sayur-mayur saja tanpa makan daging, itu berarti hayat Anda akan Anda pertahankan dengan tumbuh-tumbuhan, tidak perlu ada Juruselamat, tanpa kematian, dan tanpa keselamatan. Kita harus memahami hal ini dengan jelas!

B. TIDAK BOLEH MAKAN DARAH

Kedua, ada suatu Benda yang tidak boleh dimakan oleh orang Kristen, yaitu darah.

1. Larangan Makan Darah
Berlaku dalam Tiga Zaman

Mengenai masalah tidak boleh makan darah sudah diajarkan sejak Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru. Sejak Kejadian 9, Allah sudah berkata kepada Nuh bahwa darah binatang tidak seharusnya dimakan. Makan darah adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh Allah.

Dalam Imamat 17:10-16 jelas sekali dikatakan, bahkan dikatakan berulang-ulang, bahwa darah dari binatang atau unggas jenis apa pun tidak boleh dimakan oleh manusia. Allah tidak mengizinkan umat-Nya makan darah. Siapa yang makan darah, akan dilenyapkan Allah, dan tidak diakui sebagai umat Allah.

Dalam Perjanjian Baru, tatkala di Yerusalem diadakan konferensi gereja yang pertama (Kisah Para Rasul 15), timbul suatu problem besar yang berkenaan dengan masalah hukum Taurat. Yakobus, Petrus, Paulus, Barnabas, dan para rasul Tuhan lainnya bersama-sama membuat sate ketetapan, yakni anak-anak Allah tidak seharusnya memelihara hukum Taurat, tetapi harus menjauhkan diri dari makan sajian berhala, berzina, dan makan darah.

Lihatlah, darah merupakan masalah yang berat. Tidak saja pada zaman Nuh, tidak saja dalam kitab Imamat, bahkan sampai Kisah Para Rasul pun tetap sama. Pada zaman para leluhur, Allah mengatakan kepada Nuh tidak boleh makan darah; pada zaman Taurat, melalui Musa Allah juga mengatakan tidak boleh makan darah. Jadi dalam ketiga zaman, Allah mengatakan bahwa darah tidak boleh dimakan.

2. Hanya Minum Darah Tuhan Yesus

Dalam hal ini pasti ada sebabnya, hanya saja kita tidak tahu apa sebabnya itu. Hingga suatu hari, Putra Allah datang ke bumi, Ia berkata bahwa diri-Nya adalah Roti yang turun dari surga, untuk dimakan manusia. Banyak orang tidak memahami maksud perkataan Tuhan itu. Kata-Nya, daging-Ku boleh dimakan, darah-Ku boleh diminum. Dalam Yohanes 6 Anda dapat nampak Tuhan berulang-ulang mengatakan bahwa darah-Nya boleh diminum. Jika orang tidak minum darah-Nya, ia takkan memiliki hayat. Dan siapa yang minum darah-Nya akan dibangkitkan pada akhir zaman. Orang yang minum darah-Nya akan beroleh hayat. Tuhan berulang-ulang mengatakan hal ini.

Ini sungguh suatu hal yang aneh. Seluruh Alkitab mencakup tiga zaman yang utama, dan ketiga-tiganya mengatakan bahwa darah tidak boleh dimakan, hanya Yesus dari Nazaret, Putra Allah yang mengatakan bahwa darah-Nya boleh dimakan. Ia malah menganjurkan agar orang makan darah-Nya. Sudahkah Anda nampak keanehan ini? Allah melarang kita makan darah apa pun, tetapi siapa yang makan darah Tuhan, ia akan beroleh selamat. Apakah artinya? Artinya setelah kita makan darah Tuhan, kita tak dapat makan darah jenis kedua. Kita hanya makan sejenis darah saja.

Dengan kata lain, melalui tidak makan darah, Allah menunjukkan kepada kita hanya ada satu penebusan, hanya ada satu keselamatan. Selain penebusan ini, Anda tidak dapat beroleh penebusan lain. Selain keselamatan ini, Anda tidak dapat menerima keselamatan lain. Hanya darah Yesus dari Nazaret satu-satunya yang boleh dimakan, darah lainnya tidak boleh dimakan. Darah ini melambangkan penebusan dan keselamatan. Kita menolak darah yang mana pun, berarti kita menolak penyelamatan dari mana pun. Selain penyelamatan Yesus kita tidak mengenal penyelamatan lainnya. Hanya ada satu jenis darah pada tubuhku, tidak ada dua jenis darah. Hanya ada satu jenis darah yang dapat menyelamatkan aku, darah lainnya tidak kuterima.

Kita harus nampak walaupun ini perkara kecil, namun merupakan satu kesaksian. Kita sebagai orang Kristen mempunyai banyak kesaksian, dan ini merupakan salah satu di antaranya. Orang luar bertanya kepada Anda, “Mengapa Anda tidak makan?” Anda harus menjawab, “Aku sudah makan”. Anda dapat memberikan kesaksian yang kuat di hadapan orang melalui tidak makan darah: aku tidak makan darah karena aku sudah makan darah. Aku telah makan darah, maka aku tidak dapat menerima penebusan lainnya lagi. Kita telah menerima penebusan Tuhan Yesus, kita menolak penyelamatan lainnya, karena itu kita tidak makan darah.

3. Tidak Boleh Makan Binatang yang Mati Lemas

Dalam Perjanjian Lama, misalnya Imamat 17, masih terdapat satu larangan lagi, yakni tidak boleh makan binatang-binatang yang mati lemas. Dalam Kisah Para Rasul 15 juga dikatakan tidak boleh makan binatang-binatang yang mati lemas. Ini pun dikarenakan darahnya. Sebab binatang-binatang yang mati lemas darahnya belum terpisah dari daging. Kita tidak memakannya karena kita harus mempertahankan adanya satu keselamatan dan penyelamatan saja dalam dunia ini. Karena itu, anak-anak Allah wajib menolak semua darah lainnya, tidak seharusnya memakannya.

C. HARI INI TIDAK DIBEDAKAN MANA YANG HARAM DAN YANG HALAL

1. Pada Zaman Perjanjian Lama,
Tidak Boleh Makan Binatang yang Haram

Dalam Imamat 11, Allah berkata kepada bani Israel bahwa banyak binatang yang halal boleh dimakan, sedang banyak binatang yang haram seperti binatang yang menjalar tidak boleh dimakan. Ikan-ikan di laut ada yang boleh dimakan ada pula yang tidak boleh dimakan. Unggas-unggas di udara ada yang boleh dimakan, ada pula yang tidak boleh dimakan. Burung-burung yang memakan daging, semuanya tidak boleh dimakan. Ikan-ikan yang bersisik dan bersirip boleh dimakan, tetapi yang tidak bersisik dan tidak bersirip tidak boleh dimakan. Dalam Imamat 11, baik mengenai ikan-ikan di laut, unggas-unggas di udara, maupun binatang-binatang yang menjalar di bumi, semua telah ditetapkan mana yang halal yang boleh dimakan, dan mana yang haram, yang tidak boleh dimakan.

Ada banyak orang bertanya, apakah artinya peraturan-peraturan dalam Imamat 11? Apakah kaum beriman Perjanjian Baru harus menaatinya? Hal ini harus kita tinjau dalam Kisah Para Rasul 10. Ketika Petrus berdoa di sotoh rumah, rohnya diliputi kuasa ilahi, ia nampak langit terbuka dan turunlah suatu benda berbentuk kain lebar yang bergantung pada keempat sudutnya, yang diturunkan ke tanah. Di dalamnya terdapat berbagai jenis binatang berkaki empat, binatang menjalar dan burung, yakni binatang-binatang haram yang oleh Imamat 11 dilarang untuk dimakan. Allah berkata kepada Petrus, “Bangunlah, sembelihlah dan makanlah.” Petrus adalah orang Yahudi yang memelihara hukum Taurat, maka ia berkata, “Akan belum pernah makan apa pun yang haram dan yang najis.” Lalu kedua kalinya ia mendengar suara yang berkata kepadanya, “Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram.” Hal itu terjadi sampai tiga kali dan segera sesudah itu terangkatlah benda itu ke langit.

2. Dalam Zaman Perjanjian Lama
Ada Masalah Pemilihan

Perkataan dalam Imamat 11 ditujukan untuk ajaran Kisah Para Rasul 10. Yang diperhatikan Allah bukan ikan jenis mana boleh dimakan, jenis mana tidak boleh dimakan; binatang jenis mana boleh dimakan, jenis mana tidak boleh dimakan. Tatkala Allah memberi Nuh binatang-binatang itu, masakan Ia melupakan masalah ini? Pada zaman Nuh, tidak ada masalah binatang yang tahir atau yang najis, semuanya boleh dimakan. Mengapa sampai Imamat 11 terjadi masalah yang tahir dan najis? Ini disebabkan pada zaman Nuh, Allah belum memilih umat-Nva di bumi ini. Pada zaman Imamat, barulah Allah memilih bani Israel. Bani Israel keluar dari Mesir, mereka terpilih menjadi umat Allah, maka pada waktu itu terjadilah perbedaan siapa sebagai umat Allah dan siapa bukan umat Allah. Setelah lewat hampir beberapa abad, baru Allah menunjukkan kepada kita adanya masalah pemilihan. Pada zaman Nuh masalah tersebut sama sekali tidak ada. Setelah keluar dari Mesir, barulah timbal masalah tahir dan najis. Sebab pada saat ini baru mulai ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang kafir; umat Allah dan bukan umat Allah. Dan pada waktu inilah baru ada perbedaan binatang yang tahir, yang boleh dimakan, dan yang najis, yang tidak boleh dimakan. Ada segolongan manusia dapat bersekutu, ada segolongan manusia tidak dapat bersekutu; ada sekelompok manusia diperkenan Allah, ada sekelompok manusia tidak diperkenan Allah. Lalu, makanan telah menjadi wakil Bari perkara ini. Sebab itu, makanan kita tidak sekadar makanan saja, di dalamnya terkandung suatu prinsip. Yang boleh dimakan itulah yang dikehendaki Allah, dan yang tidak boleh dimakan itulah yang tidak dikehendaki Allah.

3. Hari Ini Binatang Haram pun Boleh Dimakan

Setelah pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta, Allah berkata kepada Petrus, “Bangunlah, sembelihlah dan makanlah.” Sejak hari itu dan seterusnya, kasih karunia Allah pun dilimpahkan ke atas orang-orang kafir yang najis. Hari ini semuanya boleh terpilih. Yang pada Perjanjian Lama Allah katakan najis, sampai Perjanjian Baru dianggap-Nya tapir. Jadi prinsip Imamat 11 sama sekali telah digulingkan. Hari ini tidak lagi bani Israel saja yang menjadi umat Allah, orang-orang kafir pun dapat bersama-sama dengan orang Israel menjadi umat Allah. Coba Anda baca Efesus 3, orang kafir dengan orang Israel bersama-sama datang ke hadirat Allah, dan kedua pihak itu telah dipersatukan dan bersama-sama menikmati kasih karunia-Nya.

Allah berkata kepada Petrus sekali, dua kali, dan tiga kali, bahwa yang Allah anggap halal janganlah dianggap haram. Perkataan inilah yang menafsirkan visi itu. Ketika visi itu berakhir, orang-orang dari rumah Kornelius datang dan mengetuk pintu. Begitu Petrus turun ke bawah ia segera jelas akan makna visi yang ia lihat di sotoh rumah itu, yakni Allah berkehendak agar orang-orang kafir pun dapat menerima kasih karunia. Karena itu, Petrus dengan tabah sekali membawa saudara-saudara ke rumah orang kafir itu. Ketika Petrus bersaksi, Allah dengan jelas melimpahkan kasih karunia ke atas orang-orang kafir, seperti kepada orang-orang Yahudi.

4. Kesaksian Kita Berbeda dengan Orang Yahudi

Kesaksian kita berbeda dengan kesaksian orang Yahudi. Hari ini kita mengatakan orang Yahudi sebagai umat Allah, orang kafir pun sebagai umat Allah. Jika kita tidak memakan benda-benda tersebut, itu membuktikan bahwa hanya orang Yahudilah umat Allah, kita sendiri bukan umat Allah. Namun perintah hari ini ialah, “Sembelihlah, makanlah.” Bukan yang halal saja yang dimakan, yang haram tidak dimakan, melainkan spa yang Allah anggap halal, jangan kita anggap haram.

Jadi kita makan dua jenis makanan, berarti bahwa kedua jenis manusia itu adalah sama sebagai umat Allah. Pads zaman Perjanjian Lama, orang hanya makan satu jenis makanan, yaitu mengatakan hanya orang Israel sebagai umat Allah. Orang hari itu memakan satu jenis makanan, itu benar; orang hari ini memakan dua jenis makanan, juga benar. Hari ini kita jangan mempertahankan Imamat 11, kita harus mempertahankan masalah beroleh kasih karunianya orang kafir bersama orang Israel, sedikit pun tidak ada bedanya. Jadi makanan kita mempertahankan kesaksian ini.

D. JANGAN MAKAN SAJIAN BERHALA

Keempat ialah mengenai sajian berhala. Hal ini banyak disinggung khususnya dalam Surat Korintus.

Surat 1 Korintus 8 menerangkan kepada kita bahwa berhala tidak terbilang apa-apa. Allah itulah Allah, berhala sama sekali hampa. Karena itu, ditinjau dari pengetahuan yang tertinggi, makan sajian berhala pun tidak menjadi masalah, sebab berhala tidak terhitung apa-apa. Di balik berhala ada roh jahat, tetapi Allah jauh lebih besar daripada roh jahat. Yang tinggal di dalam kita jauh lebih besar daripada yang ada di dunia ini (1 Yoh. 4:4).

Namun, ada banyak orang yang Baru percaya yang dahulunya menyembah berhala dalam kuil berhala dan berhubungan dengan berhala-berhala itu, tanpa mengetahui bahwa hal tersebut berarti bergaul dengan setan. Hari jika mereka melihat Anda yang berpengetahuan makan-makan dalam kuil berhala, mereka lalu mengira mereka pun boleh berbuat demikian. Akan tetapi, walau perbuatan kita sama, motivasi kita tidak sama. Anda makan di situ sebab Anda menganggap berhala itu hampa. Tetapi mereka makan di situ tidak beranggapan demikian, sebab dalam hati mereka mengira berhala itu ada apa-apanya. Jika kita kurang berhati-hati, kita akan menyeret mereka ke dalam dosa.

Dalam 1 Korintus 8 Paulus mengatakan, orang beriman lebih baik tidak makan di situ, sebab makan sajian berhala akan menjadi batu sandungan bagi saudara-saudara yang lemah. Mengenai masalah pantang makan daging, Paulus mengatakan itu adalah suatu kelemahan; mengenai masalah sajian berhala, 1 Korintus 8 mengatakan, lebih baik tidak memakannya. Kita harus memahami kecenderungan orang yang berbicara ini. Anak-anak Allah harus menyadari bahwa berhala-berhala itu hampa, tidak terbilang apa-apa, tetapi untuk menjaga jangan sampai orang lain tersandung jatuh, lebih baik kita tidak makan sesaji-sesaji berhala itu.

Prinsipnya tidak karena setan, melainkan karena saudara-saudara yang lemah. Inilah yang harus kita pegang teguh. Banyak orang mengira ada setan, itu berarti Anda adalah seorang yang lemah. Kita tidak memakannya bukan karena ada setan, melainkan karena tidak ingin menjadi batu sandungan bagi saudara kita. Setan sudah tidak berkekuatan lagi di atas diri kita, demikian pula berhala. Kita tidak takut kalau setan datang. Akan tetapi, di hadapan Allah kita harus belajar memikirkan saudara kita. Kita tidak memakannya itu semata-mata karena tidak ingin menjadi batu sandungan bagi saudara kita.

E. PENDAPAT PRIBADI

Terakhir, saya juga ingin mengutarakan pendapat pribadi saya. Mengenai makanan, dalam Alkitab cukup bermakna, kita wajib baik-baik memeliharanya.

1. Makanan adalah untuk Memelihara Tubuh

Seperti berpakaian, makan makanan pun ada prinsipnya. Prinsip pertama ialah untuk memelihara tubuh. Karena itu kita boleh lebih banyak makan makanan-makanan yang dapat memelihara tubuh; yang tidak dapat memelihara tubuh jangan dimakan. Jangan sekali-kali kita mendewa-dewakan perut dan mulut kita, yakni selalu mementingkan soal makanan saja. Sebagai anak-anak Allah, kita harus belajar mengetahui bahwa makanan adalah untuk merawat tubuh, yaitu memelihara hayat jasmani kita.

2. Merasa Sudah Cukup dan Ditambahkan

Anak-anak Allah harus memperhatikan, yaitu “asal ada makanan dan pakaian, cukuplah” (1 Tim. 6:8). Burung-burung di langit tidak menabur dan tidak menuai, Allah tetap memelihara mereka, inilah masalah makanan. Bunga bakung tanpa bekerja dan memintal, namun lebih indah daripada pakaian yang dipakai oleh raja Salomo, inilah masalah pakaian. Segalanya berada di tangan Allah. Hari ini, asalkan Anda mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, semuanya itu akan ditam­bahkan kepada Anda. Saya menyukai istilah “ditambahkan” Apa artinya “ditambahkan”? Kalau saya membuat satu soal: Berapakah tiga ditambah dengan nol? Kalian pasti akan mendebat saya, sebab tiga tidak perlu ditambah dengan nol. Anda sama sekali tidak dapat menambahkan nol kepada apa pun, itu perbuatan sia-sia. Kalau tiga ditambah dengan nol itu berarti tidak perlu ditambah. Apakah yang dapat ditambahkan? Ada, misalnya tiga ditambah dengan satu. Kalian wajib terlebih dulu mencari Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepada kalian. Ini berarti orang yang telah memperoleh Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, akan Allah tambahkan pakaian dan makanan kepadanya.

Semoga semua saudara saudari yang baru percaya ingat, Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya itulah yang kita cari. Orang yang telah beroleh Kerajaan Allah, orang yang hidup dalam kebenaran Allah, kepadanyalah benda-benda itu akan ditambahkan.

Semoga dalam masalah pakaian dan makanan ini, kita sebagai anak-anak Allah mengetahui bagaimana mempertahankan kesaksian kita di hadapan manusia.

W.N.


50 Judul Buku Pembinaan Dasar

  1. Bangun Pagi-pagi
  2. Baptisan
  3. Berbagai Jenis Sidang
  4. Berdoa
  5. Bersaksi
  6. Bersidang
  7. Cara Mengatur Keuangan
  8. Hajaran Allah
  9. Hari Tuhan
  10. Hayat Kita
  11. Jabatan Imam
  12. Jalan Gereja
  13. Jika Seseorang Berbuat Dosa
  14. Kelepasan
  15. Kesatuan
  16. Keselamatan Seisi Keluarga
  17. Konsekrasi (Persembahan)
  18. Masalah Penudungan Kepala
  19. Masuk Gereja
  20. Melawan Iblis
  21. Membaca Alkitab
  22. Memilih Jodoh
  23. Memimpin Orang Kepada Tuhan
  24. Mencari Kehendak Allah
  25. Mengasihi Saudara
  1. Menyanyi
  2. Minta Maaf dan Ganti Rugi
  3. Mulut Mengaku
  4. Orang Tua
  5. Pakaian dan Makanan
  6. Pemecahan Roti
  7. Pengampunan dan Pemulihan
  8. Pengampunan Siasat
  9. Pengawasan Roh Kudus
  10. Penumpangan Tangan
  11. Penyakit
  12. Penyelesaian Perkara Lampau
  13. Pernikahan
  14. Pertapaan
  15. Pisahkan Diri dengan Dunia
  16. Profesi Kaum Imani
  17. Puji-pujian
  18. Reaksi Kaum Imani
  19. Rekreasi
  20. Suami Istri
  21. Teman
  22. Terhapusnya Segala Perbedaan
  23. Tubuh Kristus
  24. Tutur Kata
  25. Wewenang Gereja

27 || MINTA MAAF DAN GANTI RUGI

MINTA MAAF DAN GANTI RUGI

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

 

TUHAN berfirman kepada Musa, “Apabila seseorang berbuat dosa dan berubah setia terhadap TUHAN, dan memungkiri terhadap sesamanya barang yang dipercayakan kepadanya, atau barang yang diserahkan kepadanya, atau barang yang dirampasnya,atau apabila ia telah melakukan pemerasan atas sesamanya, atau bila ia menemui barang hilang, dan memungkirinya, dan ia bersumpah dusta — dalam perkara apa pun yang diperbuat seseorang, sehingga ia berdosa — apabila dengan demikian ia berbuat dosa dan bersalah, maka haruslah ia memulangkan barang yang telah dirampasnya atau yang telah diperasnya atau yang telah dipercayakan kepadanya atau barang hilang yang ditemuinya itu, atau segala sesuatu yang dimungkirinya dengan bersumpah dusta. Haruslah ia membayar gantinya sepenuhnya dengan menambah seperlima; haruslah ia menyerahkannya kepada pemiliknya pada hari ia mempersembahkan kurban penebus salahnya. Sebagai kurban penebus salahnya haruslah ia mempersembahkan kepada TLIHAN seekor domba jantan yang tidak bercela dari kambing domba, yang sudah dinilai, menjadi kurban penebus salah, dengan menyerahkannya kepada imam. Imam harus mengadakan pendamaian bagi orang itu di hadapan TUHAN, sehingga ia menerima pengampunan atas perkara apa pun yang diperbuatnya sehingga ia bersalah.”

Imamat 6:1-7

“Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada di dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pengawal dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai tunas.”

Matius 5:23-26

I. HATI NURANI YANG MURNI

Setelah kita percaya Tuhan, kita harus mempunyai kebiasaan “minta maaf dan ganti rugi. Kalau kita bersalah kepada seseorang atau telah merugikan seseorang, kita harus belajar meminta maaf dan memberikan ganti rugi. Di satu pihak, kita harus mengaku dosa di hadapan Allah, di pihak lain, kita juga harus meminta maaf dan memberikan ganti rugi di hadapan manusia. Jika kita tidak berbuat demikian, hati nurani kita di hadapan Allah mudah sekali menjadi keras. Hati nurani yang keras akan menimbulkan satu kesukaran yang mendasar, yakni terang Allah sangat sukar menyinari diri kita. Karena itu, kita harus mempunyai kebiasaan “minta maaf dan ganti rugi” agar kita memiliki satu hati nurani yang peka di hadapan Allah.

Ada seorang pekerja Tuhan yang sering bertanya kepada orang lain demikian, “Belakangan ini, kapankah untuk terakhir kalinya Anda minta maaf kepada orang lain?” Kalau waktu terakhir kali Anda minta maaf kepada orang sudah sangat lama, bahkan sudah terpaut beberapa tahun, itu berarti hati nurani Anda tidak beres. Sebab seseorang berdosa terhadap orang lain itu merupakan perkara yang sering terjadi. Jika seseorang berdosa kepada orang lain, tetapi tidak mempunyai  perasaan apa-apa, itu membuktikan bahwa hati nuraninya tidak normal dan tidak beres. jadi, dengan melihat jangka waktu sejak Anda minta maaf untuk terakhir kalinya kepada orang lain hingga sekarang, dapatlah diketahui beres tidaknya hubungan Anda dengan Allah. Jika waktunya terpautnya lama, itu membuktikan roh Anda kekurangan terang; jika terpautnya pendek, yaitu belakangan ini Anda masih minta maaf kepada orang lain, itu membuktikan perasaan hati nurani Anda cukup peka. Bila kita ingin hidup dalam terang Allah, kita perlu satu hati nurani yang berperasaan, dan bila kita ingin memiliki hati nurani yang berperasaan, perlulah kita senantiasa menghakimi dosa. Kita harus mengaku dosa kepada Allah, kita juga harus minta maaf atau memberi ganti rugi kepada orang lain.

Jika Anda hanya berdosa kepada Allah tanpa bersangkutan dengan orang lain, Anda tidak perlu minta maaf kepada orang. Kita tidak menginginkan orang melakukan perkara yang melampaui batas. Saudara saudari yang mana pun, bila ia berbuat dosa hanya terhadap Allah, tidak bersangkutan dengan orang lain, ia cukup mengaku dosa kepada Allah saja, sama sekali tidak perlu minta maaf kepada manusia. Ini adalah satu prinsip yang wajib kita perhatikan.

Dosa macam apakah yang disebut berdosa kepada manusia? Setelah berdosa kepada seseorang, atau merugikan seseorang, bagaimanakah caranya meminta maaf atau memberi ganti rugi? Jika kita ingin mengetahui perkara-perkara ini dengan jelas, kita perlu dengan baik-baik melihat kedua ayat Alkitab yang akan kita bahas di bawah ini.

II. KURBAN PENEBUS SALAH
DALAM IMAMAT 6

Kurban penebus salah terbagi dalam dua kategori: yang pertama tercantum dalam Imamat 5, yang kedua tercantum dalam Imamat 6. Imamat 5 menunjukkan kepada kita tentang dosa yang kecil yang harus dibereskan melalui mengaku dosa kepada Allah, serta mohon pengampunan melalui mempersembahkan kurban; sedang dalam Imamat 6, bila berdosa kepada manusia dalam hal material, tidak cukup hanya mempersembahkan kurban di hadapan Allah, tetapi juga harus memberi ganti rugi kepada orang yang dirugikan. Dari contoh kurban penebus salah yang tercantum dalam Imamat 6, kita tahu, bila kita berdosa kepada manusia dalam hal material, penanggulangannya harus ditujukan kepada manusia. Memang, kita juga perlu mengaku dosa kepada Allah dan mohon pengampunan-Nya, tetapi jika hanya menanggulangi di hadapan Allah dan tidak menanggulangi di hadapan manusia, itu tidak cukup. Kita sama sekali tidak dapat mohon Allah mewakili manusia yang kita rugikan itu untuk mengampuni dosa kita.

Di pihak manusia, bagaimanakah seharusnya kita menanggulangi dosa kita? Marilah kita melihat kurban penebus salah dalam Imamat 6.

1. Beberapa Jenis Dosa yang
Merugikan Orang Lain

Imamat 6:2-7 mengatakan, “Apabila seseorang berbuat dosa dan berubah setia terhadap TUHAN,” — setiap dosa berarti berubah setia (durhaka) terhadap TUHAN — “dan memungkiri terhadap sesamanya barang yang dipercayakan kepadanya, atau barang yang diserahkan kepadanya atau barang yang dirampasnya, atau apabila ia telah melakukan pemerasan atas sesamanya, atau bila ia menemui barang hilang, dan memungkirinya, dan ia bersumpah dusta — dalam perkara apa pun yang diperbuat seseorang, sehingga ia berdosa — apabila dengan demikian ia berbuat dosa dan bersalah, maka haruslah ia memulangkan barang yang telah dirampasnya atau yang telah diperasnya atau yang telah dipercayakan kepadanya atau barang hilang yang ditemuinya itu, atau segala sesuatu yang dimungkirinya dengan bersumpah dusta. Haruslah ia membayar ganti sepenuhnya dengan menambah seperlima; haruslah ia menyerahkan kepada pemiliknya pada hari ia mempersembahkan kurban penebus salahnya. Sebagai kurban penebus salahnya haruslah ia mempersembahkan kepada TUHAN seekor domba jantan yang tidak bercela dari kambing domba, yang sudah dinilai, menjadi kurban penebus salah, dengan menyerahkannya kepada imam. Imam harus mengadakan pendamaian (penebusan) bagi orang itu di hadapan TUHAN, sehingga ia menerima pengampunan atas perkara apa pun yang diperbuatnya sehingga ia bersalah.” jelas dikatakan di sini, bila seseorang berdosa atau merugikan orang lain dalam hal material, ia terlebih dulu harus membereskannya kepada orang itu, baru ia dapat menerima pengampunan. Jika tidak membereskannya kepada orang itu, ia tak mungkin ia menerima pengampunan.

Di bawah ini akan kita bahas enam jenis dosa yang merugikan orang lain:

  • Pertama, memungkiri (curang) terhadap barang sesamanya yang dipercayakan (dititipkan) kepadanya. Orang lain mempercayakan barang kepadanya, tetapi dengan sengaja ia mengambil yang baik dan yang berharga, kemudian mengembalikan yang tidak baik kepada pemiliknya. Perbuatan ini jelas berarti curang, tidak jujur, dan ini berarti berdosa di hadapan Allah. Terhadap barang-barang yang dipercayakan atau dititipkan kepada kita, tidak saja kita tidak boleh memungkirinya, kita juga harus memelihara dan menjaganya dengan setia. Sebagai anak-anak Allah, kita harus senantiasa ingat, barang-barang yang dititipkan kepada kita haruslah kita awasi dan jaga baik-baik. Kalau Anda tidak mampu menjaga barang orang, lebih baik jangan mau menerima titipan orang; tetapi kalau Anda menerima, Anda harus menjaganya dengan sebaik mungkin. Andaikata sampai terjadi masalah karena ketidaksetiaan Anda, itu berarti Anda merugikan orang lain.
  • Kedua, melakukan kecurangan dalam hal dagang atau jual-beli. Dalam hal dagang, kalau kita melakukan kecurangan, berdusta, memperoleh laba dengan cara yang tidak wajar, atau memiliki barang-barang yang tidak halal, semua itu berarti berbuat dosa di hadapan Allah. Hal ini harus ditanggulangi dengan serius.
  • Ketiga, merampas barang orang lain. Walaupun perbuatan ini mungkin tidak akan terjadi di antara saudara, namun perkataan ini harus kita katakan juga. Tak seorang pun boleh memperoleh barang apa pun dengan cara merampas. Bila ada seorang menyalahgunakan kedudukan atau kekuasaannya untuk mendapatkan atau memiliki barang orang lain, itu adalah dosa.
  • Keempat, memeras sesama. Bila seseorang menggunakan kedudukan atau kekuasaan untuk melakukan pemerasan terhadap orang lain sehingga menguntungkan dirinya sendiri, itu adalah dosa. Dalam pandangan Allah, anak-anak Allah tidak boleh melakukan hal ini. Perbuatan yang demikian harus ditanggulangi.
  • Kelima, memungut/menemukan barang hilang. Hal ini harus diperhatikan khusus oleh orang yang baru percaya. Banyak orang telah berbuat tidak jujur dalam hal memungut/menemukan barang kepunyaan orang lain yang hilang. Ada menjadi tidak ada, banyak menjadi sedikit, baik (utuh) menjadi rusak. Itu semua berarti mungkir. Orang lain kehilangan barang, namun Anda karenanya beroleh keuntungan, itu adalah dosa. Orang Kristen tidak boleh memungut atau mengambil barang orang lain. Kalau Anda memungutnya, Anda harus menyimpannya untuk kemudian mengembalikannya kepada pemiliknya. Jangan sekali-kali barang yang Anda pungut itu Anda akui sebagai milik Anda sendiri. Memungut barang orang lain saja tidak boleh, apalagi mengakui atau memiliki barang orang lain dengan cara lain. Tak peduli dengan cara yang tidak benar yang mana pun, jika Anda mengubah barang orang lain sehingga menjadi milik Anda sendiri, itu tidak benar. Segala perkara yang menguntungkan diri sendiri dan merugikan orang lain, tidak patut dilakukan oleh kaum beriman.
  • Keenam, melakukan sumpah dusta. Bersumpah dusta karena perkara material apa pun itu adalah dosa. Mengetahui dengan jelas, namun mengaku tidak tahu; nampak dengan jelas, namun mengaku tidak nampak; jelas ada, tetapi mengatakan tidak ada. Siapa saja melakukan sumpah dusta, ia berbuat dosa.

“Dalam perkara apa pun yang diperbuat seseorang, sehingga ia berdosa.” Semua ini ditujukan kepada perbuatan yang merugikan orang lain dalam hal material. Ada satu perkara yang mendasar yang harus terus-menerus dipelajari oleh anak-anak Allah, yaitu jangan mengambil barang orang lain dan menjadikannya milik sendiri. Jika barang itu kepunyaan orang lain, janganlah Anda ambil sehingga menjadi milik Anda sendiri. Siapa saja melakukan kecurangan dalam perkara-perkara yang disebut di atas, merugikan orang lain, berarti sudah berdosa.

Saudara saudari, bila Anda atas keenam cara yang berbeda itu, dalam perkara atau benda apa saja tidak jujur, menguntungkan diri sendiri dan merugikan orang lain, itu berarti Anda telah melakukan dosa, dan Anda wajib menanggulangi dosa-dosa itu dengan sebaik-baiknya.

2. Cara Mengembalikan

Di hadapan Allah kita harus belajar memelihara kelakuan yang adil dan memiliki satu hati nurani yang murni. Firman Allah di sini menunjukkan kepada kita, “Apabila dengan demikian ia berbuat dosa dan bersalah, maka haruslah ia memulangkan barang yang telah dirampasnya …” Kata “memulangkan” di sini sangatlah penting. Kurban penebus salah beraspek dua: Di hadapan Allah ialah “mendamaikan; di hadapan manusia ialah “memulangkan atau “mengembalikan. Jangan Anda mengira cukup dengan “mendamaikan” di hadapan Allah saja, harus pula “mengembalikan di hadapan manusia. Jika tidak mengembalikan, tidaklah cukup. Kurban penebus salah dalam Imamat 5 ditujukan untuk membereskan dosa yang tidak merugikan orang dalam perkara material, itu tentu tidak perlu dikembalikan. Tetapi dosa yang dikatakan dalam Imamat 6 ditujukan pada dosa yang merugikan benda material orang lain, itu wajib dikembalikan atau mengganti rugi. dosa itu tidak cukup “didamaikan” melalui kurban, harus pula “dikembalikan.” Itulah sebabnya dikatakan, “Apabila dengan demikian ia berbuat dosa dan bersalah, maka haruslah ia memulangkan barang yang telah dirampasnya.” Semua barang yang diperoleh melalui perbuatan dosa harus dikembalikan; yakni barang-barang yang dirampas, diperas, dititipkan, dipungut, ataupun yang diperoleh melalui sumpah dusta

Bagaimana cara mengembalikannya? “Haruslah ia membayar gantinya sepenuhnya dengan menambah seperlima, haruslah ia menyerahkannya kepada pemiliknya pada hari ia mempersembahkan kurban penebus salahnya.” Di sini ada tiga hal yang perlu kita perhatikan:

Pertama, harus membayar gantinya sepenuhnya. Tidak membayar tidak boleh, membayar kurang juga tidak boleh. Tidak ada seorang pun yang boleh merasa cukup asal sudah mengaku dosa kepada orang yang dirugikan. Kalau barang orang lain masih tersimpan di rumah Anda, itu membuktikan Anda tetap bersalah. Karena itu, Anda tak dapat tidak membayar gantinya atau mengganti rugi sepenuhnya.

Kedua, Allah tidak saja menyuruh kita membayar gantinya sepenuhnya, la pun menyuruh kita memberi tambahan seperlima. Mengapa harus membayar seperlima? Prinsipnya ialah Anda harus membayar atau mengganti dengan lebih dari cukup. Kalau Anda mengambil uang atau barang orang lain, Allah pasti menyuruh Anda membayar atau mengganti kepada orang itu dengan harga sepenuhnya, dan ditambah seperlima. Allah tidak menghendaki anak-anak-Nya hanya melakukan perkara yang secukupnya saja. Haruslah seperti orang mencetak buku, yakni di bagian atas, bawah, kanan, dan kiri ada bagian kosongnya. Meminta maaf dan mengganti rugi kepada orang janganlah dilakukan begitu ketat, melainkan harus longgar dan dilebihkan, itulah yang indah.

Ada orang dalam hal mengaku dosa, jangankan menambah seperlima, malahan kurang banyak dari seperlima yang semula. Ia mengaku dosa demikian, “Memang dalam hal ini aku bersalah kepada Anda, namun dalam hal itu aku tidak bersalah; dalam hal itu aku tidak bersalah kepada Anda, sebaliknya malah Anda yang bersalah kepadaku. Ini adalah melakukan perhitungan, bukan mengaku dosa. Kalau Anda ingin minta maaf, janganlah seketat itu; lebih banyak pun tidak mengapa, dan lebih baik banyak daripada sedikit. Siapakah yang menyuruh Anda berbuat salah? Kalau Anda ingin mengganti barang orang lain, haruslah lebih banyak. Jangan setelah barang orang diambil, kemudian hanya diganti sedikit itu saja. Bagaimanapun harus kita lebihkan.

Sebagai anak-anak Allah, perbuatan kita harus sesuai dengan martabat kita; dalam hal mengaku dosa juga harus demikian. Cara mengaku dosa yang mirip dengan orang membuat perhitungan itu sama sekali bukan yang dimiliki anak-anak Allah. Anak-anak Allah harus mengaku dosa dengan rela hati dan dengan ditambah seperlima. Tidak ada seorang pun yang boleh berbuat seperti melakukan perhitungan dalam hal mengaku dosa, itu tidak sepadan dengan tingkah laku orang Kristen. “Sebenarnya aku tidak marah, tetapi karena satu kalimat Anda itu, aku menjadi naik darah. Ya, aku mengaku kesalahanku, tetapi Anda harus mengaku salah juga.” Perkataan semacam ini sama sekali bukan minta maaf, melainkan melakukan perhitungan. Kalau Anda bermaksud minta maaf, berikanlah lebih banyak kepadanya. Dalam hal minta maaf kita harus melakukannya agak longgar sedikit, jangan menghemat.

Ketika kita minta maaf atau memberikan ganti rugi dengan ditambah seperlima, hal ini ada kebaikannya, yaitu supaya Anda sadar bahwa berdosa kepada orang adalah perkara yang merugikan, sehingga lain kali Anda tidak mengulanginya. Saudara saudari yang baru percaya harus belajar mengetahui bahwa berdosa kepada orang lain bisa menguntungkan untuk sementara waktu, tetapi akan merugikan di kemudian hari. Pada saat Anda mengambil, hanya ada lima per lima, tetapi ketika Anda mengembalikan harus ada enam per lima. Pada saat Anda mengambil memang sangat murah, tetapi sewaktu Anda mengembalikannya, Anda tidak saja harus membayar ganti sepenuhnya, bahkan harus menambah seperlima.

Ketiga, perihal minta maaf atau ganti rugi semacam ini harus dilakukan lebih cepat lebih baik. Di sini dikatakan, “Haruslah ia menyerahkannya kepada pemiliknya pada hari ia mempersembahkan kurban penebus salahnya.” Kalau Anda memiliki kemampuan dan kalau barang itu masih utuh, Anda harus mengembalikannya pada hari Anda menyadari dosa Anda itu; karena hal yang demikian mudah sekali tertunda atau berlarut-larut. Kalau anak-anak Allah terus menunda waktu untuk minta maaf atau memberikan ganti rugi, niscaya perasaannya akan menjadi semakin tidak nyaman. Begitu Anda beroleh terang, saat itu pula Anda harus melaksanakannya. Hari apa Anda merasa harus mengembalikannya, hari itu juga Anda kembalikan. Semoga saudara saudari sejak awal minta menjadi orang Kristen sudah menempuh jalan yang lurus ini. Jangan sekali-kali menjadi orang yang terus-menerus mengambil keuntungan dari orang lain, dan melakukan perkara yang curang. Prinsip utama dari hidup orang Kristen di dunia ini ialah tidak menjadi orang yang bertindak enak sendiri dan merugikan orang lain. Segala perkara yang bersifat membonceng orang lain, tidaklah benar. Sejak awal kita sudah harus pantang berbuat demikian; sejak awal kita sudah harus menjadi orang yang adil dan jujur.

Setelah Anda memberikan ganti rugi, masih belum cukup. Jangan mengira, setelah Anda minta maaf atau memberi ganti rugi, bereslah semua perkara. Tidak, urusannya belum selesai. “Sebagai kurban penebus salahnya haruslah ia mempersembahkan kepada TUHAN seekor domba jantan yang tidak bercela dari kambing domba, yang sudah dinilai, menjadi kurban penebus salah, dengan menyerahkannya kepada imam.” Jadi, setelah Anda minta maaf atau memberi ganti rugi kepada orang, Anda masih perlu mohon pengampunan kepada Allah. Kurban penebus salah dalam Imamat 5 tidak bertalian dengan perbuatan yang merugikan orang lain secara material, karena itu cukup dengan menanggulanginya di hadapan Allah Baja. Tetapi dalam Imamat 6 bertalian dengan dosa yang merugikan orang lain, karena itu ia harus membereskannya dulu di hadapan manusia, kemudian baru mohon pengampunan di hadapan Allah. Jadi, sebelum membereskan dengan manusia, tidak dapat datang ke hadapan Allah untuk mohon pengampunan. Setelah Anda membereskannya di hadapan orang, barulah Anda dapat datang ke hadapan Allah untuk mohon pengampunan. Bagaimana akibatnya? “Imam harus mengadakan pendamaian (penebusan) bagi orang itu di hadapan TUHAN, sehingga ia menerima pengampunan atas perkara apa pun yang diperbuatnya sehingga ia bersalah.” Perkara inilah yang diinginkan Tuhan, yaitu siapa saja merugikan orang lain dalam hal material, ia wajib berusaha sekuat tenaganya untuk mengembalikannya, yakni mengganti rugi, dan setelah itu ia harus bersandar pada darah Tuhan, datang kepada Allah untuk mohon pengampunan.

Janganlah kita menganggap ringan perkara ini. Begitu kita lengah, kita mudah sekali membonceng orang lain dan merugikannya. Kita harus ingat, perkara ini harus diperhatikan oleh setiap anak Allah selama hidupnya. Dalam barang apa saja jika kita merugikan orang lain, kita harus memberi ganti rugi, dan kemudian mohon pengampunan di hadapan Allah.

III. PENGAJARAN DALAM
INJIL MATIUS 5

Sekarang kita meninjau ayat dalam Matius 5. Catatan Matius 5 berbeda dengan Imamat 6. Catatan Imamat 6 mutlak ditujukan kepada kerugian material, sedangkan catatan Matius 5 tidak semuanya ditujukan kepada kerugian material.

Matius 5:23-26 mengatakan, “Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pengawal dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.” Hutang di sini tidak khusus ditujukan kepada perkara material, melainkan ditujukan kepada perkara kerugiannya” itu sendiri.

Firman Tuhan, “jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu … ” Ini khusus ditujukan kepada masalah antar anak-anak Allah atau antar saudara. Tatkala Anda mempersembahkan persembahan di atas mezbah untuk Allah, tiba-tiba Anda teringat sesuatu yang ada dalam hati saudara lain. Kata “teringat” di sini adalah pimpinan yang Allah berikan kepada Anda. Kerapkali Roh Kudus menaruh pikiran atau ingatan yang tepat ke dalam Anda dalam masalah tersebut. Ketika Anda teringat akan masalah tersebut, janganlah Anda mengesampingkannya dan menganggap itu hanya pikiran belaka; begitu Anda teringat, Anda harus segera membereskannya.

Bila Anda teringat seorang saudara menaruh rasa tak senang atau dendam terhadap Anda, itu pasti disebabkan Anda telah berhutang (bersalah) terhadapnya, boleh jadi dalam perkara material, boleh jadi dalam perkara non material, yaitu melakukan suatu perkara yang curang terhadapnya. Yang diperhatikan di sini bukan perkara material, melainkan sesuatu yang menyebabkan orang lain menaruh “dendam”. Saudara saudari yang baru percaya harus mengetahui, jika Anda berdosa kepada seseorang, namun Anda tidak mau mengaku salah dan minta maaf, asalkan ia menyebut nama Anda di hadapan Allah sambil mengeluh, Anda sudah akan celaka. Semua persembahan Anda tidak akan diperkenan Allah, semua dosa Anda pun tidak diterima Allah. Sebab itu Anda harus memperhatikan, jangan sampai ada saudara atau saudari yang mengeluh di hadapan Allah karena Anda. Sebab kalau sampai ia mengeluh, jalan Anda di hadapan Allah akan tertutup. Kalau Anda melakukan suatu perkara yang keliru dan curang, sehingga berdosa dan melukai orang lain, tak usah ia menuduh Anda di hadapan Allah, asalkan ia mengeluh di hadapan Allah karena Anda, “Ah, orang ini! Maka semua persembahan Anda takkan diperkenan oleh Allah. Asalkan ia mengeluh di hadapan Allah karena Anda, cukuplah mencelakakan Anda. Karena itu, janganlah sampai ada saudara atau saudari beralasan dan berkedudukan untuk mengeluh di hadapan Allah karena Anda. Kalau Anda memberi alasan kepada orang lain untuk mengeluh, jalan kerohanian Anda akan putus; semua persembahan Anda di hadapan Allah akan menjadi sia-sia belaka.

Ketika Anda mempersembahkan persembahan di atas mezbah, dan teringat ada saudara yang menaruh dendam terhadap Anda, bahkan mengeluh karena Anda, maka lebih baik Anda jangan mempersembahkan persembahan itu. Memang Anda wajib mempersembahkan persembahan kepada Allah, tetapi Anda harus “berdamai dulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.” Persembahan Anda memang dikehendaki Allah, tetapi Anda harus berdamai dulu dengan orang lain. Kalau Anda tidak dapat berdamai dengan orang lain, Anda tidak dapat mempersembahkan persembahan di hadapan Allah. Karenanya wajib “tinggalkan persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu.” Nampakkah Anda jalan ini? Anda harus berdamai dahulu dengan saudara Anda. Apa artinya berdamai dengan saudara? Yaitu Anda harus menghapus kemarahannya terhadap Anda. Entah itu ganti rugi atau minta maaf, pokoknya Anda harus berbuat demikian rupa, sampai ia merasa puas. Ini bukan soal menambah seperlima atau sepersepuluh, melainkan soal berdamai. Berdamai berarti memenuhi permintaannya. Anda harus memperlakukannya sedemikian rupa sehingga ia merasa puas.

Kalau Anda berdosa kepadanya, merugikannya, membuat hatinya tidak terima, membuatnya merasa Anda curang, dan ia mengeluh di hadapan Allah karena Anda, niscayalah persekutuan rohani dan jalan rohani Anda akan terputus di hadapan Allah. Mungkin Anda sama sekali masih tidak merasa bahwa diri Anda berada dalam kegelapan, sebaliknya Anda malah merasa Anda lumayan baik. Namun semua persembahan yang Anda persembahkan di atas mezbah tidak berguna. Jangankan Anda meminta kepada Allah, sekalipun Anda memberi kepada Allah, itu sia-sia belaka; jangan dikata Anda tak dapat mohon Allah mendengarkan doa Anda, sekalipun Anda ingin mempersembahkan, itu pun mustahil. Meskipun segalanya telah terletak di atas mezbah, itu tetap tidak disukai Allah. Sebab itu, ketika Anda datang ke hadapan mezbah Allah, Anda harus terlebih dulu memuaskan saudara Anda. Apa pun yang ia tuntut, hendaklah Anda turuti dengan sekuat tenaga Anda, sampai ia merasa puas. Anda wajib belajar memuaskan tuntutan keadilan Allah, juga memuaskan tuntutan keadilan saudara. Setelah Anda berbuat hingga ke taraf yang demikian, barulah Anda dapat mempersembahkan persembahan Anda kepada Allah. Hal ini sangatlah serius.

Karena itu, janganlah kita mudah berbuat dosa kepada orang lain, teristimewa kepada saudara atau saudari. Bila Anda berdosa kepadanya, dengan sendirinya Anda akan jatuh ke bawah hukuman dan tidak mudah dipulihkan. Perkataan Tuhan di sini sangat berat, “Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan.” Di sini Tuhan berkata dengan perkataan manusia, yaitu jika Anda memperlakukan seorang saudara dengan curang, sehingga ia merasa tidak terima di hadapan Allah, ia akan seperti pendakwa dan lawan yang mendakwa Anda. Perkataan ini sangat baik, “Selama engkau bersama-sama dengan dia (lawanmu) di tengah jalan.” Hari ini kita semua masih berada di tengah jalan, ia masih hidup, Anda pun masih hidup; ia dan Anda bersama-sama ada di sini. Ia di tengah jalan, Anda pun di tengah jalan. Segeralah berdamai dengannya. Sebab mudah sekali tiba harinya, Anda tidak di sini, tidak ada di tengah jalan, atau ia tidak ada di sini, tidak ada di tengah jalan. Tidak ada seorang pun yang tahu, siapa yang akan pergi dulu. Tetapi waktu itu Anda sudah terlambat Maka, ketika ia dan Anda masih di tengah jalan, sama-sama masih berada di sini, masih ada kesempatan untuk menjelaskan, masih ada kesempatan untuk mengaku dosa, segeralah berdamai dengannya. Pintu keselamatan tidak selalu terbuka; pintu saudara untuk saling mengaku dosa juga tidak selamanya terbuka. Sering ada saudara menyesal, karena kesempatannya untuk mengaku dosa sudah tiada, sebab salah seorang sudah tidak ada di tengah jalan. Itulah sebabnya, jika Anda bersalah kepada seseorang, peganglah kesempatan, mumpung kalian masih bersama-sama di tengah jalan, segeralah berdamai dengannya. Kita tak tahu apakah ia besok masih ada, kita pun tak tahu apakah kita sendiri besok masih ada. Karena itu, harus berdamai dengan saudara, mumpung sama-sama masih di tengah jalan. Jika ada salah seorang yang tidak berada di tengah jalan, masalahnya sudah tak mungkin diselesaikan.

Kita harus memperhatikan, perkara ini sangat serius! Jangan kita sembrono dan sembarangan. Mumpung masih ada hari ini, segeralah berdamai dengan saudara. Jangan sampai terlambat! Bila ada saudara yang menaruh dendam terhadap kita, perhatikanlah hal itu. Jika Anda bersalah, Anda harus sekuat tenaga mengaku salah. Jangan sampai kehilangan kesempatan untuk berdamai.

Selanjutnya, Tuhan tetap memakai perkataan-perkataan manusia, “Supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pengawal dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai Tunas.” Kita tak perlu memperhatikan bagaimana tafsiran ayat-ayat ini, kita hanya perlu memperhatikan aspek pelaksanaannya. Kita harus nampak, bahwa perkara ini harus dibereskan seluruhnya, barulah berakhir. Jika tidak ditanggulangi seluruhnya, tidak mungkin berakhir. Di sini Tuhan bukan mengajar kita bagaimana kelak kita menerima hukuman, dilemparkan ke dalam penjara, dan bagaimana caranya keluar; semua itu bukanlah yang diperhatikan oleh Tuhan. Yang diperhatikan oleh Tuhan ialah keharusan kita untuk berdamai pada hari ini. Hari ini juga kita harus melunasi hutang kita, jangan menunggu sampai kelak. Lakukanlah mumpung masih di tengah jalan. Jangan hari ini tidak dilakukan, tetapi mengharap melakukannya kelak. Tuhan justru ingin menunjukkan kepada kita, jika kita menundanya hingga kelak, itu tidak akan menguntungkan kita, bahkan sangat merugikan.

Anak-anak Allah harus dengan seksama mempelajari perkara ini: Merugikan Benda material, harus mengganti rugi; berdosa kepada orang lain, harus minta . maaf. Segera mengganti rugi dan segera minta maaf. Jangan sampai saudara saudari menaruh dendam terhadap kita; kecuali hati nurani sangat bersih dan kesalahan tidak ada pada pihak kita. Tetapi kalau kita yang bersalah, wajiblah mengaku. Janganlah ada perbuatan yang bisa dicela orang lain. Jangan selalu mengira orang lain yang salah, diri sendiri yang benar. Jangan Anda tak mau menghiraukan bagaimana orang lain menaruh “dendam” terhadap Anda, dan Anda tetap membenarkan diri sendiri, itu tidak pada tempatnya.

IV. BEBERAPA HAL YANG HARUS
DIPERHATIKAN DALAM PELAKSANAANNYA

Pertama, berapa besar batas lingkungan dosa yang Anda lakukan, sebesar itu pula batas lingkungan pengakuan dosa Anda. Turuti saja firman Allah, jangan berbuat melampaui batas, yakni jangan menempuh jalan ekstrim. Kalau melampaui batas, Anda akan terserang dan tertipu oleh Iblis. Jika Anda berdosa kepada orang banyak, mengaku dosa pun harus kepada orang banyak; jika hanya berdosa kepada seorang, cukuplah mengaku dosa kepada orang itu saja. Kalau Anda berdosa kepada orang banyak, tetapi mengaku dosa hanya kepada seorang saja, itu berarti tidak memadai; sebaliknya kalau Anda hanya berdosa kepada seorang, tetapi mengaku dosa kepada orang banyak, itu berarti keterlaluan. Maka, berapa besar batas lingkungan dosa yang Anda lakukan, sebesar itu pula batas lingkungan pengakuan dosa Anda. Lain perkaranya dalam hal bersaksi. Adakalanya kita hanya berdosa kepada seseorang, tetapi karena kita ingin bersaksi di antara saudara saudari, maka kita boleh berkata kepada semua saudara saudari. Ini perkara lain. Mengenai minta maaf atau ganti rugi, semua harus dilakukan menurut batas lingkungan perbuatan dosa itu sendiri. Jangan sampai melampaui batas lingkungan itu. Hal ini harus khusus diperhatikan.

Kedua, pada waktu Anda mengaku dosa, haruslah dilakukan secara tuntas, jangan sampai ada yang disembunyikan dengan alasan kehormatan atau keuntungan diri sendiri. Namun, adakalanya, demi kebaikan dan keuntungan orang lain, Anda wajib mencari cara yang terbaik untuk mengaku dosa Anda kepadanya. Mungkin Anda cukup dengan mengaku dosa kepadanya atas satu perkara saja, tak perlu mengatakan terlalu mendetail kepadanya. Dalam menghadapi situasi yang agak rumit, dan Anda merasa sulit untuk memutuskannya sendiri, paling baik Anda persekutukan dulu dengan saudara saudari yang lebih berpengalaman, mohon mereka membantu Anda, agar hal tersebut dapat dilaksanakan dengan tepat.

Ketiga, mengenai ganti rugi, adakalanya mungkin Anda tidak mampu, tetapi mampu atau tidaknya Anda, itu adalah satu perkara, dan mau dan tidaknya Anda memberi ganti rugi, itu perkara lain. Ada juga orang yang walaupun tidak ada kekuatan mengganti rugi, tetapi ia menyatakan kemauannya untuk mengganti rugi. Maka bila Anda belum memiliki kemampuan untuk mengganti rugi, Anda boleh berkata kepadanya, “Aku mau mengganti rugi, tetapi hari ini- aku belum mampu, harap Anda sudi memberi kelonggaran. Begitu aku mampu, aku pasti segera mengganti rugi kepada Anda.”

Keempat, sesuai dengan hukum dalam Perjanjian Lama, bila orang yang layak menerima ganti rugi itu telah meninggal, dan bila ia tidak mempunyai kerabat yang boleh menerima ganti rugi itu, Anda boleh menyerahkannya kepada imam yang melayani Tuhan (Bil. 5:8). Prinsip ini boleh kita terapkan pada hari ini. Jika orangnya sudah tiada, berikanlah kepada kerabatnya; jika tidak punya kerabat seorang pun, boleh diserahkan kepada gereja. Kalau ada orangnya, harus diberikan kepadanya, tidak boleh karena ingin mengambil cara gampang, lalu diserahkan kepada gereja. Kalau ada orang yang ingin minta maaf, namun orangnya telah meninggal dunia, itu seolah-olah tiada kesempatan untuk minta maaf; dalam hal ini dapat diselesaikan menurut prinsip yang sama, yaitu mengaku kepada gereja.

Kelima, sewaktu mengaku dosa harus khusus memperhatikan, jangan sampai tertuduh oleh hati nurani. Mungkin ada orang karena perkara minta maaf, hati nuraninya terus-menerus tertuduh. Anda harus senantiasa nampak bahwa darah Tuhan menyucikan hati nurani Anda, kematian Tuhan membuat Anda memiliki hati nurani yang murni di hadapan Allah, agar Anda dapat menghampiri Allah. Ini selalu merupakan satu fakta. Pada pihak lain, Anda harus nampak, berhubung Anda ingin menjadi orang yang bersih di hadapan manusia, maka banyak dosa yang harus Anda tanggulangi. Entah itu berdosa kepada orang dalam hal material atau berdosa kepada orang dalam perkara, semuanya harus ditanggulangi hingga beres. Namun jangan membiarkan Iblis menuduh Anda hingga Anda berbuat melampaui batas.

Keenam, mengaku dosa bertalian dengan kesembuhan. Yakobus 5:16 mengatakan, “Karena itu, hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh.” Akibat mengaku dosa ialah Allah menyembuhkan penyakit kita. Seringkali jika di antara anak-anak Allah terjadi suatu perkara yang mengganggu, timbullah penyakit. Bila mereka mau saling mengaku dosa, penyakit segera tersingkir.

Semoga saudara saudari mau melaksanakan pelajaran minta maaf dan ganti rugi ini secara tuntas, senantiasa memelihara kebersihan diri. Bila ada perbuatan yang berdosa kepada orang lain, di satu pihak kita harus mengaku dosa di hadapan Allah, di pihak lain, kita harus membereskannya dengan cermat di hadapan manusia. Demikian, hati nurani kita akan menjadi kuat. Setelah hati nurani kita kuat, barulah kita dapat beroleh kemajuan di dalam jalan kerohanian kita.

W.N.


50 Judul Buku Pembinaan Dasar

  1. Bangun Pagi-pagi
  2. Baptisan
  3. Berbagai Jenis Sidang
  4. Berdoa
  5. Bersaksi
  6. Bersidang
  7. Cara Mengatur Keuangan
  8. Hajaran Allah
  9. Hari Tuhan
  10. Hayat Kita
  11. Jabatan Imam
  12. Jalan Gereja
  13. Jika Seseorang Berbuat Dosa
  14. Kelepasan
  15. Kesatuan
  16. Keselamatan Seisi Keluarga
  17. Konsekrasi (Persembahan)
  18. Masalah Penudungan Kepala
  19. Masuk Gereja
  20. Melawan Iblis
  21. Membaca Alkitab
  22. Memilih Jodoh
  23. Memimpin Orang Kepada Tuhan
  24. Mencari Kehendak Allah
  25. Mengasihi Saudara
  1. Menyanyi
  2. Minta Maaf dan Ganti Rugi
  3. Mulut Mengaku
  4. Orang Tua
  5. Pakaian dan Makanan
  6. Pemecahan Roti
  7. Pengampunan dan Pemulihan
  8. Pengampunan Siasat
  9. Pengawasan Roh Kudus
  10. Penumpangan Tangan
  11. Penyakit
  12. Penyelesaian Perkara Lampau
  13. Pernikahan
  14. Pertapaan
  15. Pisahkan Diri dengan Dunia
  16. Profesi Kaum Imani
  17. Puji-pujian
  18. Reaksi Kaum Imani
  19. Rekreasi
  20. Suami Istri
  21. Teman
  22. Terhapusnya Segala Perbedaan
  23. Tubuh Kristus
  24. Tutur Kata
  25. Wewenang Gereja

Daily Thought About The Bible (English)

1234

2 Timothy 3:16 All Scripture is given by inspiration of God, and is profitable for doctrine, for reproof, for correction, for instruction in righteousness,


Day One
All scripture is God-breathed (2 Tim 3:16). The Bible was written by men, but breathed by God. Its writers are men, but its author is God.
Practice : Pray read 2 Tim 3:16 three or four times.

Day Two
How do you know the mind of an author who wrote only one book, whom you have never seen? By reading the only book he has written. Likewise, we know the mind of God whom we have never seen by reading the only book He has ever written, the Bible.
Practice : Before you open the Bible today, ask God to reveal His mind to you when you read it.

Day Three
The Bible is not a book about history, but a book about His story. Therefore, when you open the Bible, don’t look for human characters or events, but look for Him!
Practice : As you open your Bible, ask the Holy Spirit to reveal God through what you read.

Day Four
The Bible can become a book of knowledge or a book of life, depending on how you read it. Read the Bible with your mind and it will give you knowledge. Read the Bible with your heart and it will give you life.
Practice : Read the Bible slowly and audibly Do not rush in your reading, but take your time as read, not only using your mind, but your heart as well.

Day Five
The Bible is no ordinary book. Its letters are filled with the breath of God. It is life-giving and it is life-changing. (2 Tim 3:16)
Practice : Expect to be refreshed and to be changed as you read your Bible.

Day Six
The Bible can become a book of information or a book of revelation. Read it with your mind and you will know something about God. Read it with your heart and you will see God as He is.
Practice : Ask God to open the eyes of your heart when you read the Bible.

Day Seven
The Bible is not the proof of God’s existence, but the proof of God’s reality, who He is and what He does. Therefore, when you read the Bible, expect to experience Him.
Practice : Before you open the Bible, have an expectation to experience God as you read it.

Ini Punyaku!

serakah

Peraturan Balita
Mengenai Kepemilikan

Penulis: ANONIM

1.       Kalau aku suka, ini punyaku.
2.       Kalau ada di genggamanku, ini punyaku.
3.       Kalau aku bisa mengambilnya dari kamu, ini punyaku.
4.       Kalau dulu punyaku, ini punyaku.
5.       Kalau ini punyaku, tidak akan pernah boleh terlihat seperti punyamu.
6.       Kalau aku sedang membangun atau bermain, semuanya punyaku.
7.       Kalau benda itu terlihat seperti punyaku, ini punyaku.
8.       Kalau aku pikir ini punyaku, ini punyaku.
9.       Kalau benda milikmu sudah aku ambil, ini punyaku.

Kita tersenyum dan memaklumi keegoisan balita yang bertumbuh menjadi dewasa dan mengerti konsep berbagi. Namun ketika sikap yang sama terwujud dalam kehidupan orang dewasa, masih bisakah kita tersenyum?

Saya rasa kita semua sering berpikir mengenai konsep: apakah yang punya saya. Kalau saya yang menghasilkannya, ini punyaku. Kalau saya yang membelinya dengan uangku, ini punyaku. Kalau saya yang mengemudi atau tinggal di sana, ini punyaku. Tapi benarkah?

Selama kita masih percaya semua yang berada di tanganku adalah kepunyaanku, kita semua akan berjuang dengan perasaan egois. Ketika kita mengerti kebenaran, bahwa semua ini hanyalah titipan saja, semua yang ada adalah kepunyaan Tuhan, namun untuk sekarang, Dia sedang membiarkan saya menggunakannya untuk sementara waktu, maka kita akan dimerdekakan.

Kol 1:16. segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.

Rom 11:36  Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!

1Timotius 6:17-19 Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati.
Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya.

Puji syukur bagi Tuhan yang “memiliki segala binatang hutan, dan beribu-ribu hewan di gunung” (Mazmur 50:10) yang sangat baik mau berbagi segala milikNya dengan kita!

Tiga Mencintai dan Dua Tidak Mencintai

cinta

2 Tim. 3: 1-5 (terjemahan langsung): demikian ketahuilah pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri, mencintai uang. Mereka akan membual, menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan memberontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterimakasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau damai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak mencintai yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, mencintai pelesiran, tidak mencintai Allah.

Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya, mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu.

Dalam lima ayat Alkitab ini ada lima tempat yang menyinggung masalah mencintai. Tiga tempat mengatakan mencintai dan dua tempat mengatakan tidak mencintai. Potongan Alkitab ini menyinggung pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Dalam kesukaran ini ada 20 macam atau 21 gejala. Kalau kita membaca dengan teliti kita akan menemukan bahwa kedua puluh gejala kesukaran itu bersumber dari ke lima mencintai ini.

Hari depan dan seumur hidup Saudara tidak tergantung pada keluarga yang membesarkan Saudara, tidak tergantung pada pendidikan yang Saudara terima atau lingkungan yang Saudara hadapi.
Hari depan dan seumur hidup Saudara boleh dikatakan sepenuhnya tergantung pada Saudara mencintai apa dan tidak mencintai apa.


Apakah cinta manusia yang pertama di luar Allah? Di luar Allah manusia pertama mencintai dirinya sendiri. Lihatlah sekarang tidak peduli orang berpendidikan atau tidak, tidak peduli orang dari mana atau macam apa semuanya mencintai dirinya sendiri, percaya diri sendiri, pencapaian diri, aktualisasi diri, kemuliaan diri, semua adalah wujud mengasihi diri sendiri.

Setelah mencintai dirinya sendiri selanjutnya, manusia mencintai uang. Bahkan anak yang paling kecil pun mencintai uang. Kita harus mengakui hari ini semua orang mencintai uang. Dalam perasaan orang, uang benar-benar lebih menyenangkan daripada apa saja. Manusia mengejar bagaimana menjadi kaya dalam tempo yang singkat, cepat, dan kalau perlu tanpa keluar banyak keringat. Inilah keserakahan.

Cinta manusia yang ketiga di luar Allah adalah mencintai kesenangan. Kesenangan bukan hanya mengacu pada perjamuan-perjamuan atau pesta pora, atau sejenisnya, juga mengacu kepada bermacam-macam hiburan atau pelesiran, kegembiraan, misalnya menonton bioskop, berdansa, fashion… Manusia hari ini lebih mengivestkan waktunya lebih banyak di dalam internet, games, social media. Barang-barang yang dijual pada hari ini 70-80% adalah untuk hiburan manusia, bukan untuk keperluan sehari-hari manusia. Hampir semua aktivitas manusia pada jaman ini adalah untuk penghiburan. Peralatan komunikasi manusia yang hari ini disebut smartphone hari ini tidak hanya untuk menelepon tetapi juga untuk memanjakan manusia dengan hiburan music-musik, games, dan lain sebagainya. Manusia menikmati dan terbius olehnya.


Ketahuilah Saudara,  barang siapa mempunyai tiga cinta yang di depan pasti mempunyai dua tidak mencintai yang dibelakang. Yaitu pasti tidak mencintai Allah, tidak mencintai kebaikan. Kalau sasaran cinta manusia salah, hari depan manusia pasti salah. Cinta Saudara dalam perkara manusia atau apa saja harus di dalam Allah. Kalau tidak di dalam Allah, perkara dan barang apa saja bagi Saudara adalah suatu bahaya.

Hanya Allah sebagai sasaran cinta kasih kita, barulah paling mantap. Langkah manusia baru bisa berjalan pada jalan damai sejahtera. Kalau tidak, hari depan Anda sangatlah bahaya. Ada jebakan, ada jurang. Semoga Saudara mendapat belas kasihan Allah, kita bisa tertolong dari hal-hal ini.


Mari berdoa:

Tuhan Yesus kami mohon Engkau menyelamatkan kami dari arus jaman ini. Dari arus yang mencintai diri sendiri, mencintai uang, dan mencintai pelesiran hiburan kesenangan.
Selamatkan kami dari arus yang tidak mengasihi Engkau, dari arus yang tidak mengasihi kebaikan.
Tuhan Engkau ingin supaya kami menikmati diriMu sendiri, berbaur dengan diriMu sendiri.
Tuhan kiranya sasaran kasih kami, cinta kami, hanya kepada diriMu sendiri.

Satu kali lagi, dapatkanlah hati kami Tuhan.
Satu kali lagi, dudukilah hati kami Tuhan.

Di dalam nama Tuhan Yesus kami telah berdoa, Amin.

Takdir Kita yang Kekal

www.freepix4all.com

Bacaan : “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.” Yes 55:8-9

Ada dua rancangan dan jalan yang berbeda:
1) Rancangan dan jalan kita.
2) Rancangan dan jalan Allah.

Adanya dua rancangan dan jalan yang berbeda ini disebabkan oleh adanya dua asal-usul kita yang berbeda juga :
1) Asal-usul jasmani.
Asal-usul kita menurut daging. Secara umum, kita semua berasal dari Adam dan kita mewarisi apa yang ada dalam diri Adam. Secara khusus, kita berasal dari orang-tua kita dan mewarisi apa yang ada di dalam mereka.
2) Asal-usul rohani.
Asal-usul kita menurut roh. Kita berasal dari Allah dan mewarisi apa yang ada di dalam diri Allah, termasuk kodrat dan sifat-sifat Allah.


Jika kita hidup menurut daging, maka kita hidup tidak akan lepas dari rancangan kita sendiri yang dipengaruhi oleh latar-belakang jasmani kita. Kita pun pada akhirnya akan berjalan di dalam jalan kita sendiri. Tetapi, jika kita hidup menurut roh, maka kita akan hidup menurut rancangan Allah yang didasari oleh asal-usul rohani kita. Kita pun pada akhirnya akan berjalan di jalannya Allah.

Dalam memenuhi rancangan Allah dan berjalan di dalam jalan-Nya, selain asal-usul kita, kita juga perlu mengetahui takdir kita.


Apa yang disebut dengan takdir? Takdir adalah sesuatu yang sudah ditetapkan yang pasti akan terjadi dan kita tidak dapat mengubahnya maupun menghindarinya. Mengetahui takdir akan menolong kita untuk merancang dan merencanakan hidup kita dalam menghadapinya.

Sebagaimana dengan asal-usul kita, ada dua jenis takdir kita :
1) Takdir jasmani.
Kita semua secara jasmani akan bertumbuh dan berkembang sampai pada titik tertentu dan kemudian semakin lama semakin merosot sampai suatu saat kita akan mati (2 Kor 4:16, Ibr 9:27) .
2) Takdir rohani.
Kita akan memasuki alam kekekalan setelah kita mati. Kekekalan adalah sesuatu yang tidak ada awalnya dan tidak ada akhirnya. Keadaan kita di dalam kekekalan merupakan keadaan kita untuk selama-lamanya. Ada dua jenis keadaan di dalam kekekalan : Hidup bersama dengan Allah di sorga atau hidup terpisah dari Allah di neraka.

Di mana kita akan berada di dalam kekekalan ditentukan oleh keputusan kita terhadap Tuhan Yesus. Jika kita percaya kepada-Nya, maka kita akan memperoleh hidup di dalam kekekalan  bersama dengan Allah di dalam sorga. Sebaliknya, jika kita menolak untuk percaya kepada-Nya, maka kita akan mengalami kematian yang kekal, terpisah dari Allah untuk selama-lamanya di dalam neraka.


Kita yang sudah percaya kepada Tuhan Yesus memiliki takdir rohani kehidupan yang kekal bersama dengan Allah di dalam sorga. Manusia rohani kita diperbaharui hari demi hari, kita semakin diserupakan dengan gambaran Anak Allah, yaitu Yesus. (2 Kor 4:16, 3:18)

Dalam takdir rohani ini, ada upah dan pahala yang akan Tuhan berikan kepada kita. Dua upah dan pahala yang terutama adalah kain lenan halus dan mahkota yang akan diberikan pada waktu kita menghadap tahta pengadilan Kristus untuk dihakimi sesuai dengan hidup kita selama di dunia ini, apakah kita hidup berdasarkan takdir jasmani saja atau berdasarkan takdir rohani juga. 

Jika kita hidup berdasarkan takdir jasmani saja,kita hanya akan memikirkan perkara-perkara jasmani saja yang ada di dunia ini. Kekuatiran, kekayaan dan kesenangan dunia akan menjadi tujuan hidup kita. Hidup kita hanya terfokus pada hal-hal yang kelihatan yang bersifat sementara. Hidup mungkin berguna bagi orang lain, tetapi kegunaannya hanya sebatas untuk hal duniawi saja. Kita akan kehilangan upah dan pahala yang sebenarnya sudah dipersiapkan oleh Allah bagi kita. Tetapi, sebaliknya, jika kita hidup berdasarkan takdir rohani kita, kita akan memikirkan perkara-perkara rohani yang ada di sorga. Harta dan upah sorgawi akan menjadi tujuan kita. Hidup kita akan berguna bagi Allah dan sesama, bukan di dunia ini saja tetapi juga di dalam kekekalan. Kita akan menerima upah dan pahala yang sudah disiapkan oleh Allah bagi kita. Bukan itu saja, jika kita hidup berdasarkan takdir rohani, hal-hal yang kita butuhkan di dunia ini akan ditambahkan kepada kita.


Bagaimana kita bisa hidup berdasarkan takdir rohani kita?

(2 Kor 4:18). Kita harus lebih memperhatikan hal-hal yang rohani yang tidak kelihatan, bukan hal-hal yang jasmani yang kelihatan. (Kol 3:1-2). Kita harus memikirkan perkara-perkara yang di atas, dan bukan yang di bumi. Apakah maksudnya?
1. Apa pun yang kita lakukan di dunia ini, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. (1 Kor 10:31)
2. Temukanlah maksud dan tujuan Allah untuk apa pun yang kita lakukan di dunia ini dan lakukanlah untuk maksud dan tujuan itu.
3. Dapatkan visi sorgawi yang dari Allah untuk hidup kita dan hiduplah di dalam visi itu.

Mengenai Hubungan dengan Sesama

hubungan


Dalam hubungan dengan sesama, prinsip yang terutama adalah untuk mengasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tuhan Yesus berkata dalam Markus 12:33: “Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan.” 

Rasul Paulus juga menuliskan, bahwa kasih adalah yang terbesar (1 Kor 13:13) dan pada pasal ini dia telah menjelaskan mengenai apakah kasih itu sendiri.

Dalam berhubungan dengan sesama, kita memerlukan hikmat. Sebab, prinsip hubungan adalah jika kita tidak mempengaruhi, kita akan dipengaruhi.

Tuhan Yesus berkata bahwa kita adalah garam dan terang dunia. PerkataanNya adalah kebenaran dan itulah identitas kita yang sebenarnya. Kita adalah garam dan terang dunia, hendaknya terang kita bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapa kita yang di sorga.

Di perjalanan sampai Firman itu menjadi kehidupan, ada proses yang harus dijalani. Saat rupa Kristus di dalam diri kita semakin nyata, terang itu pun akan semakin bersinar. Dan kebenaran inilah yang harus selalu kita sadari: terang itu adalah Kristus, dan Dia sudah ada di dalam diri kita, sehingga bukan kita lagi yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam kita (Gal 2:20).

Beberapa mungkin berkata, bahwa hal ini tidak mungkin. Tidak mungkin kita bisa hidup sama seperti Tuhan Yesus hidup. Well, bagaimana dengan Firman pada 1 Yoh 2:6 yang berkata: “Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.”

Kuncinya memang kita tidak bisa melakukan Firman Allah, namun, Kristus yang di dalam kita SANGGUP. Dan telah tinggal RohNya di dalam kita saat kita percaya kepada Dia, Tuhan Yesus Kristus, sebagai Sang Penebus.


Ketika Kristus semakin besar di dalam kita, FirmanNya akan semakin nyata. Kita menjadi garam dan terang dunia sebagaimana yang dikatakan. Kenyataannya dalam hubungan dengan sesama, dalam hubungan ‘dipengaruhi’, kita harus waspada.

Puji syukur kalau kita berkontak dengan orang benar, sehingga kita dipengaruhi hal-hal yang benar. Namun, jika kita berkontak dengan orang yang belum dibenarkan, orang dosa, orang Kristen yang masih daging: dan kita sendiri belum tertanam kuat di dalam kebenaran, ingatlah bahwa salah satu ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia. (Yakobus 1:27).

Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh (Mazmur 1:1).

Firman Tuhan telah mengatakan berbahagialah kita yang tidak berjalan menurut nasihat, tidak berdiri di jalan, dan tidak duduk dalam: mari kita lihat satu per satu.

Mengapa tidak duduk (bergaul) dalam kumpulan pencemooh? Sebab pencemoohlah yang terburuk! Jika Saudara punya teman tipe yang satu ini, mungkin maksud Saudara baik, berpikir dengan jika Saudara berteman dengan dia, dia bisa berubah. Kenyataannya tidak bisa. Seorang pencemooh tidak akan bisa berubah dengan cara ini. Siapa mendidik seorang pencemooh, mendatangkan cemooh kepada dirinya sendiri (Amsal 9:7). Jika Saudara benar-benar mempunyai hati untuk teman yang seperti ini: ada cara yang lebih berhikmat, yaitu dengan berdoa. Terus berdoa untuk teman Saudara, namun bukan dengan cara bergaul dengan dia.

Berdiri di jalan orang berdosa berarti ikut serta dalam jalannya yang berdosa. Berjalan menurut nasihat orang fasik berarti mengambil keputusan di luar kebenaran.

Alkitab berkata bahwa Tuhan Yesus adalah sahabat pemungut cukai dan orang berdosa (Luk 7:34). Kita tahu bahwa Tuhan Yesus tidak berdiri di jalan orang berdosa dan berjalan menurut nasihat orang fasik. Jadi yang jadi masalah bukan manusianya, tetapi dosanya. Jika kita belum bisa ‘mempengaruhi’, kita pasti yang ‘dipengaruhi’. 


Ada dua orang dengan berat yang sama. Orang yang pertama naik ke atas meja, mengulurkan tangannya pada orang yang ke dua, dan berusaha menariknya. Susah payah dan gagal. Lalu setelah itu, orang yang ke dua, yang berdiri di lantai, menarik tangan orang yang ke dua, dan tak lama orang yang ke dua itu pun jatuh. Pesannya: Jika hubungan dalam dua orang ini sama-sama kuatnya, saling mempengaruhi dan dipengaruhi, tetap saja porsi dipengaruhinya akan lebih besar. 


Kekuatan kita dapat melalui doa.
Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kita beroleh kekuatan.
Berdoa supaya Kristus semakin besar, sehingga kita benar-benar menjadi terang dan garam dunia seperti yang telah dikatakanNya.
Berdoa untuk orang-orang yang kita kasihi yang kita ‘lepaskan hubungan’ untuk sekarang ini: supaya Tuhan mengubahkan sifatnya yang pencemooh menjadi pencari hikmat, meninggalkan jalannya yang berdosa, dan menjadi orang benar dengan menerima keselamatan yang sudah diberikan oleh Tuhan kita, Yesus Kristus.
Amin.