PAKAIAN DAN MAKANAN
Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011
“Karena itu, Aku berkata kepadamu: janganlah khawatir tentang hidupmu, mengenai apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah khawatir pula tentang tubuhmu, mengenai apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting daripada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?”
Matius 6:25
“Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”
Matius 6:33
Dalam buku ini, kita akan membahas masalah pakaian dan makanan bagi orang Kristen. Terlebih dulu kita akan melihat tentang pakaian.
I. PAKAIAN
A. MAKNA BERPAKAIAN
Masalah pakaian, pertama-tama kita harus menemukan maknanya. Untuk ini perlu kita kembali ke asal mulanya, barulah kita mengetahui mengapa harus ada pakaian.
1. Sebelum Manusia Berdosa
Tidak Ada Kebutuhan Berpakaian
Sebelum manusia berbuat dosa, mungkin manusia ketika itu serba murni dan polos, tanpa rasa malu. Karena itu, walau manusia tidak berpakaian, mereka tidak merasa malu.
2. Setelah Manusia Berdosa, Perlu Berpakaian untuk Menutupi Rasa Malu
Begitu dosa masuk, akibat pertama ialah manusia menyadari dirinya telanjang, sehingga mereka segera merasa malu. Karena itu, mereka lalu membuat cawat dari daun-daun pohon ara untuk mereka pakai. Jadi, makna asasi pakaian adalah untuk menutupi diri. Fungsi pakaian adalah untuk menutupi diri. Sayang, cawat yang dibuat manusia dari daun-daun pohon ara itu tidak tahan lama, begitu daun-daun itu kering, tentu akan hancur dan berantakan. Kemudian Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia pakai. Ia menyuruh manusia mengenakan pakaian yang kuat dan tahan lama. Namun, maksud berpakaian tetap untuk menutupi tubuh. Jadi, pakaian adalah untuk menutupi, bukan untuk berpamer. Sebab itu, setiap pakaian yang tidak untuk menutupi adalah tidak benar.
3. Bagian yang Tak Berpakaian
Harus Diurapi dengan Darah
Di tanah Yahudi, pada waktu itu orang-orang Israel memakai kasut, tanpa kaus kaki, sehingga kaki mereka terlihat. Semua pakaian adalah untuk menutupi seluruh tubuh, kecuali , tangan, kaki dan kepala. Tatkala para imam datang ke hadapan Allah untuk menerima pengurapan darah, maka yang diurapi adalah ibu jari tangan, ibu jari kaki, dan telinga. Hal ini memperlihatkan kepada kita, ketiga bagian yang tersingkap/ tersembul inilah yang ditutupi oleh darah. Darah tidak diurapkan di atas bagian tubuh lain, kecuali di tangan, kaki dan kepala. Sebab bagian lainnya telah ditutupi seluruhnya dengan pakaian. Jadi tujuan berpakaian ialah untuk menutupi. Setiap orang seharusnya menyadari bahwa manusia harus memiliki penutup yang wajar di hadapan Allah.
Kegagalan hari ini disebabkan manusia semakin menjurus ke keadaan primitif, yakni tutup yang berupa pakaian menjadi semakin minim. Ini adalah hal yang tidak wajar. Pakaian adalah untuk menutupi. Jadi, setiap pakaian yang tidak untuk menutupi berarti melanggar maksud Allah yang semula. Darah merupakan lambang, makna rohaninya ialah menolak penyingkapan. Karena manusia telah berbuat dosa, maka ia harus mempunyai penutup di hadapan Allah. Hari ini, setiap pakaian yang lengannya sangat pendek, atau lehernya dibuat sangat rendah, yang menyembulkan badan, tidak menutupi badan, itulah perbuatan dunia, bukan perbuatan Allah.
Ditinjau dari makna pakaian, pakaian yang semakin menutupi semakin baik. Karena aku adalah orang dosa, aku ingin memiliki penutup yang sepenuhnya di hadapan Allah. Aku tidak ingin ada sebagian yang tidak tertutupi di hadapan Allah. Aku adalah orang Kristen, orang yang telah diselamatkan, dan aku adalah orang yang bersandar kepada Tuhan. Kita harus menyadari, jika Tuhan tidak sepenuhnya menutupi kita, kita tidak mungkin memiliki kedudukan di hadapan-Nya. Kita memerlukan penutup. Kita mendambakan agar Tuhan menutupi kita sepenuhnya, supaya segenap insan kita ditebus dan diselamatkan. Bagian-bagian yang tidak tertutup oleh pakaian, menurut lambang Alkitab, harus ditutup dengan darah. Tangan kita berada di bawah darah, kaki kita berada di bawah darah, dan kepala kita berada di bawah darah.
4. Kejatuhan Manusia Kali Kedua
Disebabkan Telanjang
Adam dan Hawa berdosa, dosa itu terungkap melalui ketelanjangan mereka. Seribu enam ratus lima puluh enam tahun kemudian, setelah Nuh keluar dari bahtera, karena ia mabuk anggur dari hasil tanamannya sendiri, akhirnya ia bertelanjang diri, tidak berpakaian. Manusia yang pertama telanjang karena makan buah pohon pengetahuan baik dan jahat, manusia berikutnya juga telanjang karena makan hasil pohon anggur. Di sini Anda lihat, ada pakaian tetapi tidak dipakai. Itulah kejatuhan manusia yang kali kedua. Kejatuhan Adam dimulai dari tidak perlu mengenakan pakaian sampai perlu mengenakan pakaian. Kejatuhan Nuh karena ada pakaian tetapi tidak dipakainya. Dalam catatan Alkitab, orang yang telanjang merupakan perkara yang memalukan dan tidak pada tempatnya. Itulah kejatuhan umat manusia yang kali kedua.
5. Mezbah Tidak Bertangga
Dalam kitab Keluaran, Allah menurunkan hukum Taurat di gunung Sinai. Ketika Allah menyuruh orang Israel membuat mezbah, mezbah itu tidak boleh bertangga. Mengapa? Sebab khawatir ketika mereka naik ke alas mezbah, tubuh mereka mungkin akan tersingkap/ tersembul. Karena itu, prinsip menyembulkan tubuh sama sekali bukan merupakan prinsip yang diizinkan oleh Allah. Allah tidak menghendaki manusia menyembulkan tubuh. Kecuali tangan, kaki, dan kepala, bagian-bagian badan lainnya harus berpakaian. Namun, tangan, kaki, dan kepala juga tak dapat tidak harus ditutupi dengan darah. Jadi kecenderungan modern dewasa ini yang semakin menyembulkan tubuh, semuanya merupakan pelanggaran atas maksud Allah yang semula. Pada mulanya Allah menyuruh manusia mengenakan pakaian dengan maksud menutupi tubuhnya, bahkan ketika para imam memberi persembahan di atas mezbah pun tidak diperbolehkan ada tubuh mereka yang tersembul. Sebab itu, tidak menutup tubuh, merupakan perkara yang tidak pada tempatnya.
6. Imam Harus Mengenakan
Kemeja dan Celana Dalam
Khususnya bagi para imam, mereka diharuskan mengenakan pakaian yang halus dan dibuat secara teliti, tanpa celah sedikit pun, sebab Allah tidak menghendaki mereka tersembul. Pada diri para imam, di hadapan Allah tidak diperbolehkan terdapat penyembulan sedikit pun. Efod yang mereka kenakan luar biasa panjangnya, dan mereka pun harus mengenakan celana dalam, agar tubuh mereka tidak tersembul (Kel. 28:42). Kita harus mempunyai penutup, tidak boleh tersembul, inilah sikap Allah yang tercantum dalam Alkitab sejak semula, dan inilah ciri-ciri atau keistimewaan kita.
7. Pakaian Melambangkan Penebusan
dan Tuhan Yesus Sendiri
Allah menganggap pakaian sebagai lambang penebusan yang kita peroleh, dan mewakili Tuhan Yesus sendiri. Jadi kita adalah orang-orang yang mengenakan keselamatan Allah, mengenakan Kristus, dan juga mengenakan manusia baru. Anda lihat di sini semuanya mengatakan mengenakan: mengenakan keselamatan (Yes. 61:10), mengenakan Kristus (Gal. 3:27), dan mengenakan manusia baru (Ef. 4:24). Allah menghendaki kita tanpa celah. Aku sepenuhnya mengenakan keselamatan, Kristus, dan manusia baru. Segenap manusiaku ditutupi oleh Allah, aku adalah orang yang telah menerima penyelamatan, aku adalah seorang yang mengenakan keselamatan.
Karena itu, ketika kita mengenakan pakaian pada diri kita, saat itu pula kita harus dari batin nampak Kristus dan keselamatan. Asalnya aku mirip dengan orang yang telanjang, sedikit pun tanpa penutup di hadapan Allah; sedikit pun tak berdaya mengelak dari terang Allah; sedikit pun tak bisa menghindar dari hukuman Allah. Syukur kepada Allah, hari ini aku sudah mengenakan pakaian. Demikian pula, di hadapan Allah aku telah mengenakan keselamatan Allah, kebenaran Allah, mengenakan pakaian resmi yang diberikan oleh Allah, mengenakan Kristus, dan mengenakan manusia baru. Dari atas penutup pakaian yang sempurna ini kita dapat melihat penutup sempurna yang kita peroleh di hadapan Tuhan. Makna ini tidak seharusnya terputus. Ini betapa ajaibnya! Allah merahmati kita, sehingga kita dapat mengenakan pakaian, yakni memiliki penutup yang sempurna di hadapan-Nya.
Prinsip pakaian ialah menutupi. Jika tidak dapat menutupi, itu adalah pakaian yang tidak seharusnya dipakai oleh orang Kristen. Pakaian-pakaian yang menyembulkan tubuh tidak seharusnya kita pakai. Tujuan berpakaian adalah untuk menutupi, bukan untuk menyembulkan. Karena itu, siapa pun tidak seharusnya membuat dan mengenakan pakaian yang menyimpang dari prinsip menutupi. Menyembulkan tubuh sama sekali tidak sesuai dengan prinsip orang Kristen.
B. PAKAIAN YANG TERKENA KUSTA
Dalam kitab Imamat dikatakan bahwa manusia bisa terkena kusta, rumah bisa terkena kusta, pakaian pun bisa terkena kusta. Hari ini banyak sekali pakaian di dunia ini telah terkena kusta, terutama pakaian-pakaian kaum wanita. Karena itu, kita harus mempunyai Cara penanggulangan atas masalah pakaian.
1. Dua Jenis Penanggulangan yang Berbeda
Dalam Imamat 13 terdapat dua jenis penanggulangan yang berbeda atas pakaian yang terkena kusta. Ada pakaian yang harus dibawa ke hadapan imam dan diperiksa oleh imam. Kalau ternyata telah terkena kusta dan kusta itu dapat bertumbuh dan meluas, maka pakaian itu tak dapat tidak harus dibakar, harus seluruhnya dibakar habis dan tidak dapat dipakai lagi. Kalau kusta pada pakaian itu tidak meluas, dan menjadi pudar, maka imam harus mengambil beberapa benang lungsin dan benang pakannya kemudian dicuci. Jika masih terdapat penyakit kusta, pakaian itu tak dapat tidak harus dibakar habis. Jika setelah dicuci oleh imam dan diambil beberapa benang lungsin dan benang pakannya, ternyata kusta itu tidak meluas, maka pakaian itu tidak perlu dibakar.
2. Membawa Pakaian ke Hadapan Tuhan
untuk Ditanggulangi Satu per Satu
Hari ini, masalah berpakaian harus diperhatikan oleh saudara saudari yang baru percaya. Bila ada sebagian pakaian yang meragukan, haruslah dibawa ke hadapan imam untuk diperiksa. Tuhan Yesus adalah Imam Besar kita. Anda harus bertanya kepada-Nya, apakah pakaian-pakaian itu boleh dipakai atau tidak? Jangan mengira ini suatu perkara yang sepele. Bagi saudari-saudari yang baru percaya, pakaian justru merupakan masalah yang besar. Jika kalian tidak mengetahui pakaian mana yang terkena kusta, mana yang tidak terkena kusta, kalian harus membawa pakaian-pakaian itu ke hadapan Imam, biar Tuhan yang memeriksa dan menentukan mana yang terkena kusta dan mana yang tidak.
Kalian harus ingat, orang yang terkena kusta harus dikucilkan, rumah yang terkena kusta harus dibongkar, dan pakaian yang terkena kusta harus dibakar habis. Hari ini, pakaian semacam itu memang tidak dibakar habis, tetapi setidak-tidaknya Anda tidak memakainya lagi. Banyak pakaian yang terkena kusta. Banyak pakaian yang harus diubah sedikit, mungkin setelah lengannya diperpanjang masih boleh dipakai, atau warnanya diubah sedikit masih boleh dipakai, atau modelnya diubah sedikit baru boleh dipakai lagi. Ada sebagian pakaian yang setelah diperiksa oleh imam, diubah sedikit masih boleh dipakai lagi. Tetapi ada beberapa pakaian setelah diperiksa dan diubah masih mengandung sifat-sifat kusta, sehingga tak dapat tidak harus dibakar habis. Saudara saudari yang baru percaya, sejak percaya kepada Tuhan harus membawa pakaian kalian satu per satu ke hadapan Tuhan, diperiksa dengan teliti, dan membiarkan Tuhan yang menentukan mana yang benar mana yang tidak benar. Satu per satu harus melalui penanggulangan.
Saya harap saudara saudari yang baru percaya, ketika berjalan di luar, semuanya dapat menyatakan corak orang Kristen. Saya tidak ingin melihat di antara kita banyak pakaian yang menimbulkan kecurigaan terhadap orang, sehingga kita dikira bukan orang Kristen. Sebab dengan melihat pakaian kita, orang akan memutuskan apakah Anda orang Kristen atau bukan. Orang yang tahir sekali-kali tidak akan mengenakan pakaian yang terkena kusta. Kusta-kusta kalian telah ditahirkan, dosa-dosa kalian telah beroleh pengampunan, maka kalian tidak seharusnya mengenakan pakaian-pakaian yang tercemar oleh kusta.
Karena itu, orang-orang yang baru percaya harus meletakkan pakaiannya sehelai demi sehelai di hadapan Tuhan dan berdoa. Saya tidak ingin melihat orang lain memberi tahu kalian bahwa pakaian ini boleh dipakai, pakaian itu tidak boleh dipakai. Kalian sendiri harus membawa pakaian-pakaian kalian ke hadapan Tuhan, agar Tuhan periksa. Kalian harus bertanya kepada Tuhan, “Tuhan, aku telah menjadi orang Kristen, bolehkah pakaian ini kupakai? Benarkah pakaian itu?” Ada sebagian pakaian harus disingkirkan, ada pula yang harus diubah. Untuk itu kalian harus membiarkan Tuhan yang mengajar kalian, bagaimana semestinya. Ada pula pakaian yang sama sekali tidak dapat diubah. Kalian sendiri menentukan, apakah dalam pakaian ini mengandung dosa atau tidak. Kita harus menyadari bahwa pakaian kita mempunyai dampak yang sangat besar, dan masalah pakaian ini harus ditanggulangi dengan sebaik-baiknya.
C. CARA BERPAKAIAN HARUS ADA BEDANYA ANTARA PRIA DAN WANITA
Dalam Alkitab ada ketetapan bahwa seorang pria dilarang mengenakan pakaian wanita, juga seorang wanita dilarang mengenakan pakaian pria (Ul. 22:5).
Hari ini ada kecenderungan menghapus perbedaan pakaian pria dan pakaian wanita, sehingga perbedaan ini semakin berkurang. jika arus dunia hari ini terus berlangsung, maka pakaian-pakaian pria akan sama sekali tidak berbeda dengan pakaian-pakaian wanita. Karena itu, semua saudara saudari wajib memperhatikan masalah ini: pria bagaimanapun tidak mengenakan pakaian wanita dan wanita bagaimanapun tidak mengenakan pakaian pria. Bagaimanapun kita harus mempertahankan perbedaan yang ditetapkan oleh Allah, pria mengenakan pakaian pria, wanita mengenakan pakaian wanita. Setup usaha yang hendak mengacaukan perbedaan pakaian, pasti tidak dapat memuliakan Allah. Karena itu, sebagai umat Allah, sebagai anak-anak Allah, dalam hal berpakaian, pria dan wanita harus belajar memiliki perbedaan yang sewajarnya. Itulah yang benar.
D. MASALAH PAKAIAN SAUDARI
Sekarang kita membahas masalah pakaian saudari. Memang pada umumnya masalah pakaian saudara agak lebih sederhana daripada saudari, dan masalah pakaian saudari agak lebih rumit daripada saudara. Marilah kita membaca dahulu baik-baik kedua bagian Alkitab di bawah ini.
1. Pakaian Indah dan Lemah Lembut
Dalam 1 Petrus 3:3-5, “Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah. Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya.”
Dalam seluruh Alkitab hanya di sinilah yang terdapat sate sebutan “Perempuan-perempuan kudus”. Dalam Alkitab Anda dapat melihat banyak sebutan “orang yang kudus”, hanya di sini saja disebut “perempuan kudus”. Perempuan- perempuan yang kudus justru menghias diri dengan ini; mereka tunduk kepada suaminya. Dan perempuan kudus berhias dengan roh yang lemah lembut dan tenteram.
Maksud Petrus, bagi para saudari rambut yang berkepang-kepang, perhiasan emas, atau pakaian indah merupakan perhiasan mereka. Tetapi Petrus merasa banyak pakaian yang dikenakan para saudari itu tidak begitu pantas. Mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas, tidak begitu pantas. Mengenakan pakaian indah pun tidak begitu pantas. Di sini kita harus memperhatikan bahwa maksud Petrus bukannya seorang saudari harus berpakaian sembarangan. Kalau seorang saudari berpakaian sembarangan, itu membuktikan bahwa karakternya tidak Beres. Kalau seorang saudari berpakaian sembarangan, tidak rapi, dan tidak bersih, itu pasti karena ia berwatak sembarangan dan malas. Bukan ini yang dimaksud Petrus.
Maksud Petrus ialah, seorang perempuan jika mengepang-ngepang rambutnya sedemikian rupa, itu tidak benar. Kata “mengepang-ngepang rambut” dalam Bahasa aslinya berarti merias rambut dengan bermacam-macam model. Kalian mengetahui, dalam sejarah selama berabad-abad ini, banyak orang yang merancang berbagai model untuk merias rambut seseorang. “Memakai perhiasan emas” berarti mengenakan hiasan-hiasan, hal ini pun tidak seharusnya dilakukan oleh orang Kristen. Dan “mengenakan pakaian yang indah-indah“ kemungkinan berkaitan dengan warna dan modelnya. Jadi yang ditekankan Petrus ialah, para saudari tidak seharusnya menghias diri dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas, atau mengenakan pakaian yang indah-indah. Sebaliknya, para saudari harus menghias diri dengan roh yang lemah lembut dan tenteram.
Adakalanya seorang perempuan mengenakan busana yang sangat enak dipandang, namun temperamennya seperti seekor singa. Orang akan merasa itu tidak pantas, lebih baik ia tidak mengenakan busana yang seindah itu. Atau Anda melihat seorang perempuan berteriak-teriak sambil mengenakan pakaian yang indah, hal itu pun tidak sepadan. Jika ada seorang perempuan berwatak lembut lagi penurut, baginya ini adalah perhiasan yang indah. Seorang perempuan yang melayani Allah tidak seharusnya mementingkan keindahan dalam berpakaian. Sebagai orang Kristen, tidak pada tempatnya mementingkan soal pakaian,
2. Rasa Malu, Menahan Diri dan
Berpakaian dengan Pantas
Mari kita Baca lagi 1 Timotius 2:9-11, “Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan (berpakaian) dengan pantas, dengan sopan (rasa malu) dan sederhana (menahan diri), rambutnya jangan berkepang-kepang (digulung-gulung), jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal, tetapi hendaklah ia berdandan dengan perbuatan baik, seperti yang layak bagi perempuan yang beribadah. Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh.”
Terhadap para saudari, Allah mempunyai satu permintaan, mereka harus memiliki rasa malu. Tahu malu, merasa malu, itu baik dan itu merupakan perlindungan alamiah bagi para saudari. Banyak saudari memiliki rasa malu, tahu malu, dengan sendirinya mereka akan memiliki perlindungan. Janganlah berpakaian yang bertentangan dengan rasa malu Anda. Harus “menahan diri”, jangan berpakaian yang terumbar. Terumbar bertentangan dengan menahan diri. Harus mengenakan pakaian yang “pantas“. Setiap saudari harus mengetahui bahwa di tempat aku berdomisili, pakaian apakah yang disebut pakaian yang pantas. Aku selalu mengenakan pakaian yang dianggap pakaian pantas di tempat aku berdomisili itu. Seorang Kristen sekali-kali tidak seharusnya mengenakan pakaian yang menimbulkan komentar dari orang kafir, “Masakan kalian orang Kristen juga mengenakan pakaian semacam itu?” Standar kita tidak boleh lebih rendah daripada orang kafir. Kita harus belajar memiliki rasa malu, kita harus menahan diri, dan kita harus mengetahui pakaian mana yang disebut pakaian yang pantas.
Selanjutnya dikatakan, “Rambutnya jangan berkepang- kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal.” Di sini khusus ditujukan kepada hal mengeriting rambut, sedang di atas Petrus mengatakan tentang rambut yang dibuat bermodel-model. Kata berkepang-kepang di sini berarti merias rambut seperti sulur pohon anggur yang melingkar-lingkar. Saya kira manusia pada dua ribu tahun yang lalu juga sangat modern. Hari ini banyak orang mengira kalau merias rambut menjadi keriting melingkar-lingkar itu sangat modern, padahal itu gaya purba, model demikian sudah ada dua ribu tahun yang lalu. Di sini disinggung pula pakaian yang mahal-mahal. Ada pakaian-pakaian yang nilainya sama, namun harganya tidak sama, kita tidak seharusnya mengenakan yang mahal-mahal, sehingga memboroskan uang untuk itu.
Dalam masalah berpakaian, para saudari harus mementingkan kepantasan. Kami sama sekali tidak bermaksud, Paulus dan Petrus pun tidak bermaksud, bahwa seorang saudari boleh berpakaian sembarangan, seenaknya tanpa perhatian sedikit pun. Tidak! Memang kita tidak seharusnya mementingkan pakaian yang indah-indah, yang mahal-mahal; tetapi di pihak lain, para saudari seharusnya mengenakan pakaian yang pantas. Seorang saudari hendaknya bisa mengatur pakaiannya, dapat memilih bahan kain yang biasa dengan harga yang biasa, namun dibuatnya dengan rapi. Kalian tidak seharusnya sama sekali mengabaikan masalah ini. Saya melihat ada sebagian saudari terlalu memperhatikan pakaian, mereka mementingkan pakaian yang indah-indah dan yang mahal-mahal. Di lain pihak, saya pun melihat ada sebagian saudari yang tidak memperhatikan kerapian dan kebersihan pakaian mereka, mereka berpakaian sembarangan saja. Itu membuktikan bahwa mereka berwatak ceroboh. Pakaian perempuan khususnya mewakili karakter mereka. Jika mereka sama sekali tidak mementingkan kerapian, kita dapat mengatakan bahwa mereka adalah perempuan-perempuan yang kendur, ceroboh dan malas. Kita harus mengenakan pakaian yang pantas, rapi bersih. Sederhana tetapi rapi.
E. HARUS ADA METERAI ROH KUDUS DI ATAS PAKAIAN
Imamat 8 menerangkan kepada kita bahwa Allah menyuruh Musa memercikkan minyak urapan (lambang Roh Kudus) kepada Harun dan anak-anaknya dan ke atas pakaian mereka, hingga dengan demikian mereka bersama-sama ditahbiskan (Im. 8:30). Karena itu, pakaian-pakaian pun harus menampilkan corak-corak kekudusan. Harus ada meterai atau tanda minyak urapan, yakni Roh Kudus di atas pakaian-:pakaian kita. Bila seorang menerima minyak urapan, maka pakaiannya pun terurap sehingga semuanya dikuduskan.
Di lain pihak, dalam kitab Bilangan kita juga melihat Allah menyuruh bani Israel membuat jumbai-jumbai pada puncak baju mereka, dan dalam jumbai-jumbai puncak itu dibubuhi benang ungu kebiru-biruan (Bil. 15:38). Warna biru melambangkan surga, berarti Allah menghendaki mereka selalu ingat akan perkara-perkara di surga. Sebab itu, atas pakaian-pakaian kita, sebagai orang-orang yang percaya, harus ada citra dan rasa surgawi, jangan menampilkan citra duniawi. Jangan sembrono seperti orang dunia, pun jangan terlalu mewah seperti mereka. Kita seharusnya memiliki corak surgawi yang dapat menyatakan bahwa kita bersama pakaian kita sudah dikuduskan. Itulah yang benar.
F. BEBERAPA PRINSIP BERPAKAIAN
1. Ada Kebebasan Pribadi
Sekarang saya ingin mengutarakan sedikit pendapat saya pribadi tentang berpakaian. Saya tidak mengatakan bahwa setiap anak Allah harus mengenakan pakaian seragam, dan tidak bermaksud menyuruh semua saudari sama sekali mengabaikan segi-segi keindahan, saya pun tidak bermaksud menyuruh semua saudara saudari mengenakan pakaian yang dibuat Bari bahan yang kasar atau buruk. Sebab itu bukan maksud Alkitab. Ketika Yohanes pembaptis menampilkan diri, ia mengenakan pakaian dari bulu unta, tetapi Tuhan Yeses mengenakan pakaian dalam yang tanpa sambungan, yaitu pakaian yang paling baik pada masa itu. Karena itu, ada satu prinsip dalam masalah pakaian orang Kristen, Anda boleh dengan bebas mengenakan pakaian yang Anda sukai, Anda boleh dengan bebas memilih bahan pakaian yang Anda senangi, dan Anda pun boleh dengan bebas mengenakan pakaian dengan model yang sesuai dengan kesukaan Anda sendiri.
2. Tidak Seharusnya Membuat Orang Lain Tertarik pada Pakaian Anda
Namun, ada satu hal yang harus khusus diperhatikan, yakni jangan sampai seorang mengenakan pakaian sedemikian rupa sehingga membuat orang lain memperhatikan pakaiannya, bukan orangnya. Hal ini tidak dapat dilakukan oleh orang Kristen. Jika pakaian yang kupakai ini selalu menarik perhatian orang lain, ini berarti pakaianku tidak Beres. Pakaian yang kupakai seharusnya mencerminkan pribadi atau manusiaku sendiri. Jika aku menaruh beberapa’ bunga dalam pot bunga, dan orang hanya memperhatikan pot itu, bukan bunganya, itu berarti pot bunganya yang tidak beres. Mengenakan pakaian adalah untuk membantu orang lain melihat manusia Anda. Anda tak dapat membiarkan pakaian Anda merebut kedudukan Anda. Saya kira yang paling harus dikhawatirkan ialah jika seseorang berpakaian, pakaiannyalah yang diperhatikan orang, sedang orangnya sendiri dilupakan atau diabaikan. Hal ini merupakan kesalahan besar.
3. Berpakaian Harus Sesuai dengan Status
Satu lagi perkara yang harus khusus diperhatikan, yaitu orang harus berpakaian sesuai dengan status dirinya. Jangan berpakaian terlalu jelek, juga jangan terlalu baik. Ingatlah, baik terlalu jelek maupun terlalu baik itu pasti akan menarik perhatian orang. Kita tidak memperhatikan masalah pakaian, kita pun tidak seharusnya membuat orang lain memperhatikan masalah ini. Kita jangan berpakaian sedemikian rupa sehingga membuat orang merasa bahwa pakaian kita luar biasa baiknya, ini tidak benar. Jika kita berpakaian terlalu jelek, itu akan membuat orang merasa tidak enak, hal ini pun tidak pada tempatnya. Pakaian kita seharusnya sepadan dengan status kita. Orang lain tidak merasa kita keterlaluan, pun tidak merasa kita kurang memadai. Saya kira pakaian yang sedemikianlah yang bisa memuliakan Tuhan.
4. Jangan Membuat Kita Sendiri Merasa
bahwa Kita Mengenakan Pakaian Itu
Terakhir, yaitu jangan membuat kita sendiri merasa bahwa kita mengenakan pakaian itu. Ada orang yang terus merasa bahwa dirinya sedang mengenakan pakaian itu, jika demikian, berarti pakaiannya itu ada penyakitnya. Anda seolah menjadi sebuah gantungan pakaian, berarti pakaian lebih penting daripada diri Anda sendiri. Bukan Anda mengenakan pakaian, melainkan pakaian mengenakan Anda. Anda selalu merasa Anda sedang mengenakan pakaian itu, Anda terlampau baik, atau terlampau buruk. Sering kali, Anda mengenakan sehelai pakaian jelek di hadapan orang, Anda terus merasakan pakaian itu, atau Anda mengenakan sehelai pakaian yang terlalu baik, Anda pun sehari suntuk merasakan pakaian itu. Semua ini merupakan suatu penyakit.
Karena itu, yang paling baik ialah Anda mengenakan pakaian yang Anda sendiri tidak merasakannya, orang lain pun tidak merasakannya. Pakaian itu biasa, namun sepadan dengan status Anda, dan sesuai dengan orang Kristen. Jika melampaui ini, tidak baik. Jika kita hari ini dapat berpakaian seperti orang Kristen, ini adalah suatu perkara yang besar. Sebab dari penampilan lahiriah kita, kita dapat menunjukkan kepada orang bahwa kita adalah orang Kristen.
II. MAKANAN
Sekarang baiklah kita membahas masalah makanan. Dalam Kejadian 2, sebelum manusia berbuat dosa, Allah telah memberi manusia makanan. Jadi, masalah makanan, masalah pangan, sudah ada sejak Kejadian 2. Kalau masalah pakaian baru dimulai pada Kejadian 3, maka masalah makanan sudah dimulai sebelum manusia berbuat dosa. Pada waktu itu, Allah menetapkan manusia boleh makan berbagai jenis buah-buahan. Sebelum manusia berbuat dosa, makanan yang Allah berikan kepada manusia ialah buah-buahan.
A. SETELAH BERBUAT DOSA MANUSIA PERLU MAKAN DAGING
Dalam Kejadian 3, setelah manusia berbuat dosa, Allah lalu memberi manusia sayur-mayur untuk makanan mereka, bahkan manusia harus menggarap ladang dengan mengeluarkan keringat baru bisa beroleh makanan. Inilah makanan yang Allah berikan kepada manusia dalam Kejadian 3. Sampai Kejadian 5, walau di sana Allah belum menetapkan, Allah telah memberi tanda (meterai) di atas diri Habel, tidak di atas diri Kain. Kain adalah seorang petani, sedang Habel seorang peternak. Habel menggembalakan kambing domba, atas dirinya ada meterai Allah, sehingga ketika ia mempersembahkan kurban persembahan, ia diterima oleh Allah. Kain seorang petani, ia pun membawa basil buminya ke hadapan Allah untuk dipersembahkan, namun kurbannya tidak Allah perkenan. Pada Kejadian 4, kita tidak mengerti di manakah kehendak Allah. Namun, hingga 9, kita baru jelas bahwa Allah juga memberi manusia ternak atau binatang-binatang sebagai makanan mereka, seperti halnya Ia dahulu memberikan buah-buahan kepada mereka.
1. Perlu Kehilangan Hayat
Baru Dapat Memelihara Hayat
Mengapa Allah memberi manusia binatang-binatang sebagai makanan mereka? Hal ini jelas sekali menunjukkan bahwa manusia perlu makanan. Lagi pula, makanan manusia sebelum dan sesudah berdosa perlu ada perbedaan. Kita harus memahami apa artinya makanan. Makanan adalah untuk pemeliharaan hayat. Tanpa makan, manusia akan mati; tanpa makan, manusia mustahil hidup; tanpa makan, manusia mustahil dapat bereksistensi. Karena itu, demi hidup dan demi eksistensi terus-menerus, maka Allah menetapkan bahwa manusia harus makan binatang, tidak hanya makan tumbuh-tumbuhan, sayur-mayur, atau buah-buahan. Dengan kata lain, Allah menunjukkan kepada kita, setelah dosa masuk ke dalam dunia, perlu adanya kehilangan hayat baru dapat memelihara atau mempertahankan hayat. Perlu ada hayat binatang yang terhilang, baru dapat mempertahankan hayat kita. Setelah dosa masuk ke dalam dunia, perlu ada pengaliran darah, baru dapat memelihara hayat. Karena itu, makanan manusia sebelum dan sesudah berbuat dosa tidak sama. Demikianlah, orang Kristen tidak boleh pantang daging, orang Kristen perlu makan daging.
Ini tidak berarti karena makan daging berfaedah bagi tubuh kita. Itu masalah lain. Kita tidak seperti orang-orang yang mempelajari ilmu kesehatan, yang mengatakan bahwa protein hewani lebih baik daripada protein nabati. Kita di sini mempunyai satu prinsip yang mendasar, yaitu setelah manusia berdosa, jika tanpa membunuh hayat, kita tidak mungkin beroleh hayat. Setelah manusia berdosa, jika tanpa kematian, manusia tidak memiliki hayat. Hayat hanya dapat beroleh suplai bersandarkan kematian. Tanpa kematian, manusia tidak bisa hidup. Perlu pengaliran darah, baru manusia dapat hidup. Jika kita memiliki kematian, barulah kita memiliki cara untuk memiliki hayat. Inilah prinsip yang mendasar.
Mulai dari Habel sampai setelah air bah, Allah dengan jelas telah membentangkan jalan ini di hadapan umat manusia. Jika hanya makan sayur-mayur, secara tidak sadar, itu berarti aku boleh hidup tanpa kematian, aku boleh hidup tanpa pengaliran darah. Sebaliknya, makan daging berarti mengakui bahwa tanpa kematian, tanpa berdarah, aku tidak mungkin hidup. Sudahkah Anda nampak prinsipnya? Karena itu, setelah air bah, Allah lalu memberi manusia binatang-binatang sebagai makanan mereka. Jika manusia tidak bersandar kepada kehilangan hayat, ia tidak dapat beroleh hayat. Syukur kepada Allah, yang kehilangan hayat adalah pihak lain, tetapi yang beroleh hayat adalah kita.
Sampai Roma 14, ada saja orang yang menganggap dirinya hanya boleh makan sayur-mayur, seperti pada waktu Adam. Paulus lalu berkata kepada mereka, jangan menghakimi, jangan melarang mereka, jangan mengira mereka salah. Orang yang makan jangan menghakimi orang yang tidak makan, dan orang yang tidak makan jangan menghakimi orang yang makan. Tetapi, di situ Paulus menunjukkan satu hal, yakni orang-orang yang hanya makan sayur-mayur adalah orang-orang yang lemah (ayat 2). Karena kita harus memikirkan kelemahan mereka, maka janganlah kita mengkritik atau mengecam mereka. Ini tidak berarti hanya makan sayur-mayur itu benar, melainkan kita tidak ingin mempersulit mereka karena masalah makanan.
Namun demikian, hendaklah kita ketahui bahwa penebusan yang diperoleh orang Kristen adalah yang percaya perlunya ada kematian baru ada hayat. Hanya sayur-mayur saja, tidaklah memadai. Jika ingin beroleh hayat, harus ada kematian. Hayat dipertahankan oleh kematian. Inilah prinsip utama orang Kristen. Ada sebagian orang yang hati nuraninya lemah, sehingga ia hanya makan sayur-mayur, tidak makan daging. Kita tidak seharusnya menyinggung kelemahan mereka. Akan tetapi, dalam pendirian orang Kristen, makan daging binatang adalah untuk memelihara hayat.
2. Pantang Makan Daging
adalah Ajaran Setan-setan
Surat 1 Timotius 4 menerangkan bahwa kelak akan timbul ajaran setan-setan, yaitu melarang orang kawin dan melarang orang makan daging (ayat 1, 3). Saya kira Tuan Phantom dalam hal ini memberi kita terang yang jelas. Dia mengatakan, “Hanya dengan pantang kawin dan pantang makan daging, Baru orang dapat mengembangkan kekuatan jiwanya.” Kita harus waspada, jangan kita pantang makan daging. Kalau di kemudian hari muncul praktek-praktek pantang makan daging, itulah ajaran setan-setan, bukan ajaran Tuhan. Ada sebagian orang yang ingin pantang makan daging, sebab mereka sama sekali tidak memahami prinsip orang Kristen. Prinsip orang Kristen ialah: dari kematian beroleh hayat. Jika Anda dapat makan sayur-mayur saja tanpa makan daging, itu berarti hayat Anda akan Anda pertahankan dengan tumbuh-tumbuhan, tidak perlu ada Juruselamat, tanpa kematian, dan tanpa keselamatan. Kita harus memahami hal ini dengan jelas!
B. TIDAK BOLEH MAKAN DARAH
Kedua, ada suatu Benda yang tidak boleh dimakan oleh orang Kristen, yaitu darah.
1. Larangan Makan Darah
Berlaku dalam Tiga Zaman
Mengenai masalah tidak boleh makan darah sudah diajarkan sejak Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru. Sejak Kejadian 9, Allah sudah berkata kepada Nuh bahwa darah binatang tidak seharusnya dimakan. Makan darah adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh Allah.
Dalam Imamat 17:10-16 jelas sekali dikatakan, bahkan dikatakan berulang-ulang, bahwa darah dari binatang atau unggas jenis apa pun tidak boleh dimakan oleh manusia. Allah tidak mengizinkan umat-Nya makan darah. Siapa yang makan darah, akan dilenyapkan Allah, dan tidak diakui sebagai umat Allah.
Dalam Perjanjian Baru, tatkala di Yerusalem diadakan konferensi gereja yang pertama (Kisah Para Rasul 15), timbul suatu problem besar yang berkenaan dengan masalah hukum Taurat. Yakobus, Petrus, Paulus, Barnabas, dan para rasul Tuhan lainnya bersama-sama membuat sate ketetapan, yakni anak-anak Allah tidak seharusnya memelihara hukum Taurat, tetapi harus menjauhkan diri dari makan sajian berhala, berzina, dan makan darah.
Lihatlah, darah merupakan masalah yang berat. Tidak saja pada zaman Nuh, tidak saja dalam kitab Imamat, bahkan sampai Kisah Para Rasul pun tetap sama. Pada zaman para leluhur, Allah mengatakan kepada Nuh tidak boleh makan darah; pada zaman Taurat, melalui Musa Allah juga mengatakan tidak boleh makan darah. Jadi dalam ketiga zaman, Allah mengatakan bahwa darah tidak boleh dimakan.
2. Hanya Minum Darah Tuhan Yesus
Dalam hal ini pasti ada sebabnya, hanya saja kita tidak tahu apa sebabnya itu. Hingga suatu hari, Putra Allah datang ke bumi, Ia berkata bahwa diri-Nya adalah Roti yang turun dari surga, untuk dimakan manusia. Banyak orang tidak memahami maksud perkataan Tuhan itu. Kata-Nya, daging-Ku boleh dimakan, darah-Ku boleh diminum. Dalam Yohanes 6 Anda dapat nampak Tuhan berulang-ulang mengatakan bahwa darah-Nya boleh diminum. Jika orang tidak minum darah-Nya, ia takkan memiliki hayat. Dan siapa yang minum darah-Nya akan dibangkitkan pada akhir zaman. Orang yang minum darah-Nya akan beroleh hayat. Tuhan berulang-ulang mengatakan hal ini.
Ini sungguh suatu hal yang aneh. Seluruh Alkitab mencakup tiga zaman yang utama, dan ketiga-tiganya mengatakan bahwa darah tidak boleh dimakan, hanya Yesus dari Nazaret, Putra Allah yang mengatakan bahwa darah-Nya boleh dimakan. Ia malah menganjurkan agar orang makan darah-Nya. Sudahkah Anda nampak keanehan ini? Allah melarang kita makan darah apa pun, tetapi siapa yang makan darah Tuhan, ia akan beroleh selamat. Apakah artinya? Artinya setelah kita makan darah Tuhan, kita tak dapat makan darah jenis kedua. Kita hanya makan sejenis darah saja.
Dengan kata lain, melalui tidak makan darah, Allah menunjukkan kepada kita hanya ada satu penebusan, hanya ada satu keselamatan. Selain penebusan ini, Anda tidak dapat beroleh penebusan lain. Selain keselamatan ini, Anda tidak dapat menerima keselamatan lain. Hanya darah Yesus dari Nazaret satu-satunya yang boleh dimakan, darah lainnya tidak boleh dimakan. Darah ini melambangkan penebusan dan keselamatan. Kita menolak darah yang mana pun, berarti kita menolak penyelamatan dari mana pun. Selain penyelamatan Yesus kita tidak mengenal penyelamatan lainnya. Hanya ada satu jenis darah pada tubuhku, tidak ada dua jenis darah. Hanya ada satu jenis darah yang dapat menyelamatkan aku, darah lainnya tidak kuterima.
Kita harus nampak walaupun ini perkara kecil, namun merupakan satu kesaksian. Kita sebagai orang Kristen mempunyai banyak kesaksian, dan ini merupakan salah satu di antaranya. Orang luar bertanya kepada Anda, “Mengapa Anda tidak makan?” Anda harus menjawab, “Aku sudah makan”. Anda dapat memberikan kesaksian yang kuat di hadapan orang melalui tidak makan darah: aku tidak makan darah karena aku sudah makan darah. Aku telah makan darah, maka aku tidak dapat menerima penebusan lainnya lagi. Kita telah menerima penebusan Tuhan Yesus, kita menolak penyelamatan lainnya, karena itu kita tidak makan darah.
3. Tidak Boleh Makan Binatang yang Mati Lemas
Dalam Perjanjian Lama, misalnya Imamat 17, masih terdapat satu larangan lagi, yakni tidak boleh makan binatang-binatang yang mati lemas. Dalam Kisah Para Rasul 15 juga dikatakan tidak boleh makan binatang-binatang yang mati lemas. Ini pun dikarenakan darahnya. Sebab binatang-binatang yang mati lemas darahnya belum terpisah dari daging. Kita tidak memakannya karena kita harus mempertahankan adanya satu keselamatan dan penyelamatan saja dalam dunia ini. Karena itu, anak-anak Allah wajib menolak semua darah lainnya, tidak seharusnya memakannya.
C. HARI INI TIDAK DIBEDAKAN MANA YANG HARAM DAN YANG HALAL
1. Pada Zaman Perjanjian Lama,
Tidak Boleh Makan Binatang yang Haram
Dalam Imamat 11, Allah berkata kepada bani Israel bahwa banyak binatang yang halal boleh dimakan, sedang banyak binatang yang haram seperti binatang yang menjalar tidak boleh dimakan. Ikan-ikan di laut ada yang boleh dimakan ada pula yang tidak boleh dimakan. Unggas-unggas di udara ada yang boleh dimakan, ada pula yang tidak boleh dimakan. Burung-burung yang memakan daging, semuanya tidak boleh dimakan. Ikan-ikan yang bersisik dan bersirip boleh dimakan, tetapi yang tidak bersisik dan tidak bersirip tidak boleh dimakan. Dalam Imamat 11, baik mengenai ikan-ikan di laut, unggas-unggas di udara, maupun binatang-binatang yang menjalar di bumi, semua telah ditetapkan mana yang halal yang boleh dimakan, dan mana yang haram, yang tidak boleh dimakan.
Ada banyak orang bertanya, apakah artinya peraturan-peraturan dalam Imamat 11? Apakah kaum beriman Perjanjian Baru harus menaatinya? Hal ini harus kita tinjau dalam Kisah Para Rasul 10. Ketika Petrus berdoa di sotoh rumah, rohnya diliputi kuasa ilahi, ia nampak langit terbuka dan turunlah suatu benda berbentuk kain lebar yang bergantung pada keempat sudutnya, yang diturunkan ke tanah. Di dalamnya terdapat berbagai jenis binatang berkaki empat, binatang menjalar dan burung, yakni binatang-binatang haram yang oleh Imamat 11 dilarang untuk dimakan. Allah berkata kepada Petrus, “Bangunlah, sembelihlah dan makanlah.” Petrus adalah orang Yahudi yang memelihara hukum Taurat, maka ia berkata, “Akan belum pernah makan apa pun yang haram dan yang najis.” Lalu kedua kalinya ia mendengar suara yang berkata kepadanya, “Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram.” Hal itu terjadi sampai tiga kali dan segera sesudah itu terangkatlah benda itu ke langit.
2. Dalam Zaman Perjanjian Lama
Ada Masalah Pemilihan
Perkataan dalam Imamat 11 ditujukan untuk ajaran Kisah Para Rasul 10. Yang diperhatikan Allah bukan ikan jenis mana boleh dimakan, jenis mana tidak boleh dimakan; binatang jenis mana boleh dimakan, jenis mana tidak boleh dimakan. Tatkala Allah memberi Nuh binatang-binatang itu, masakan Ia melupakan masalah ini? Pada zaman Nuh, tidak ada masalah binatang yang tahir atau yang najis, semuanya boleh dimakan. Mengapa sampai Imamat 11 terjadi masalah yang tahir dan najis? Ini disebabkan pada zaman Nuh, Allah belum memilih umat-Nva di bumi ini. Pada zaman Imamat, barulah Allah memilih bani Israel. Bani Israel keluar dari Mesir, mereka terpilih menjadi umat Allah, maka pada waktu itu terjadilah perbedaan siapa sebagai umat Allah dan siapa bukan umat Allah. Setelah lewat hampir beberapa abad, baru Allah menunjukkan kepada kita adanya masalah pemilihan. Pada zaman Nuh masalah tersebut sama sekali tidak ada. Setelah keluar dari Mesir, barulah timbal masalah tahir dan najis. Sebab pada saat ini baru mulai ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang kafir; umat Allah dan bukan umat Allah. Dan pada waktu inilah baru ada perbedaan binatang yang tahir, yang boleh dimakan, dan yang najis, yang tidak boleh dimakan. Ada segolongan manusia dapat bersekutu, ada segolongan manusia tidak dapat bersekutu; ada sekelompok manusia diperkenan Allah, ada sekelompok manusia tidak diperkenan Allah. Lalu, makanan telah menjadi wakil Bari perkara ini. Sebab itu, makanan kita tidak sekadar makanan saja, di dalamnya terkandung suatu prinsip. Yang boleh dimakan itulah yang dikehendaki Allah, dan yang tidak boleh dimakan itulah yang tidak dikehendaki Allah.
3. Hari Ini Binatang Haram pun Boleh Dimakan
Setelah pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta, Allah berkata kepada Petrus, “Bangunlah, sembelihlah dan makanlah.” Sejak hari itu dan seterusnya, kasih karunia Allah pun dilimpahkan ke atas orang-orang kafir yang najis. Hari ini semuanya boleh terpilih. Yang pada Perjanjian Lama Allah katakan najis, sampai Perjanjian Baru dianggap-Nya tapir. Jadi prinsip Imamat 11 sama sekali telah digulingkan. Hari ini tidak lagi bani Israel saja yang menjadi umat Allah, orang-orang kafir pun dapat bersama-sama dengan orang Israel menjadi umat Allah. Coba Anda baca Efesus 3, orang kafir dengan orang Israel bersama-sama datang ke hadirat Allah, dan kedua pihak itu telah dipersatukan dan bersama-sama menikmati kasih karunia-Nya.
Allah berkata kepada Petrus sekali, dua kali, dan tiga kali, bahwa yang Allah anggap halal janganlah dianggap haram. Perkataan inilah yang menafsirkan visi itu. Ketika visi itu berakhir, orang-orang dari rumah Kornelius datang dan mengetuk pintu. Begitu Petrus turun ke bawah ia segera jelas akan makna visi yang ia lihat di sotoh rumah itu, yakni Allah berkehendak agar orang-orang kafir pun dapat menerima kasih karunia. Karena itu, Petrus dengan tabah sekali membawa saudara-saudara ke rumah orang kafir itu. Ketika Petrus bersaksi, Allah dengan jelas melimpahkan kasih karunia ke atas orang-orang kafir, seperti kepada orang-orang Yahudi.
4. Kesaksian Kita Berbeda dengan Orang Yahudi
Kesaksian kita berbeda dengan kesaksian orang Yahudi. Hari ini kita mengatakan orang Yahudi sebagai umat Allah, orang kafir pun sebagai umat Allah. Jika kita tidak memakan benda-benda tersebut, itu membuktikan bahwa hanya orang Yahudilah umat Allah, kita sendiri bukan umat Allah. Namun perintah hari ini ialah, “Sembelihlah, makanlah.” Bukan yang halal saja yang dimakan, yang haram tidak dimakan, melainkan spa yang Allah anggap halal, jangan kita anggap haram.
Jadi kita makan dua jenis makanan, berarti bahwa kedua jenis manusia itu adalah sama sebagai umat Allah. Pads zaman Perjanjian Lama, orang hanya makan satu jenis makanan, yaitu mengatakan hanya orang Israel sebagai umat Allah. Orang hari itu memakan satu jenis makanan, itu benar; orang hari ini memakan dua jenis makanan, juga benar. Hari ini kita jangan mempertahankan Imamat 11, kita harus mempertahankan masalah beroleh kasih karunianya orang kafir bersama orang Israel, sedikit pun tidak ada bedanya. Jadi makanan kita mempertahankan kesaksian ini.
D. JANGAN MAKAN SAJIAN BERHALA
Keempat ialah mengenai sajian berhala. Hal ini banyak disinggung khususnya dalam Surat Korintus.
Surat 1 Korintus 8 menerangkan kepada kita bahwa berhala tidak terbilang apa-apa. Allah itulah Allah, berhala sama sekali hampa. Karena itu, ditinjau dari pengetahuan yang tertinggi, makan sajian berhala pun tidak menjadi masalah, sebab berhala tidak terhitung apa-apa. Di balik berhala ada roh jahat, tetapi Allah jauh lebih besar daripada roh jahat. Yang tinggal di dalam kita jauh lebih besar daripada yang ada di dunia ini (1 Yoh. 4:4).
Namun, ada banyak orang yang Baru percaya yang dahulunya menyembah berhala dalam kuil berhala dan berhubungan dengan berhala-berhala itu, tanpa mengetahui bahwa hal tersebut berarti bergaul dengan setan. Hari jika mereka melihat Anda yang berpengetahuan makan-makan dalam kuil berhala, mereka lalu mengira mereka pun boleh berbuat demikian. Akan tetapi, walau perbuatan kita sama, motivasi kita tidak sama. Anda makan di situ sebab Anda menganggap berhala itu hampa. Tetapi mereka makan di situ tidak beranggapan demikian, sebab dalam hati mereka mengira berhala itu ada apa-apanya. Jika kita kurang berhati-hati, kita akan menyeret mereka ke dalam dosa.
Dalam 1 Korintus 8 Paulus mengatakan, orang beriman lebih baik tidak makan di situ, sebab makan sajian berhala akan menjadi batu sandungan bagi saudara-saudara yang lemah. Mengenai masalah pantang makan daging, Paulus mengatakan itu adalah suatu kelemahan; mengenai masalah sajian berhala, 1 Korintus 8 mengatakan, lebih baik tidak memakannya. Kita harus memahami kecenderungan orang yang berbicara ini. Anak-anak Allah harus menyadari bahwa berhala-berhala itu hampa, tidak terbilang apa-apa, tetapi untuk menjaga jangan sampai orang lain tersandung jatuh, lebih baik kita tidak makan sesaji-sesaji berhala itu.
Prinsipnya tidak karena setan, melainkan karena saudara-saudara yang lemah. Inilah yang harus kita pegang teguh. Banyak orang mengira ada setan, itu berarti Anda adalah seorang yang lemah. Kita tidak memakannya bukan karena ada setan, melainkan karena tidak ingin menjadi batu sandungan bagi saudara kita. Setan sudah tidak berkekuatan lagi di atas diri kita, demikian pula berhala. Kita tidak takut kalau setan datang. Akan tetapi, di hadapan Allah kita harus belajar memikirkan saudara kita. Kita tidak memakannya itu semata-mata karena tidak ingin menjadi batu sandungan bagi saudara kita.
E. PENDAPAT PRIBADI
Terakhir, saya juga ingin mengutarakan pendapat pribadi saya. Mengenai makanan, dalam Alkitab cukup bermakna, kita wajib baik-baik memeliharanya.
1. Makanan adalah untuk Memelihara Tubuh
Seperti berpakaian, makan makanan pun ada prinsipnya. Prinsip pertama ialah untuk memelihara tubuh. Karena itu kita boleh lebih banyak makan makanan-makanan yang dapat memelihara tubuh; yang tidak dapat memelihara tubuh jangan dimakan. Jangan sekali-kali kita mendewa-dewakan perut dan mulut kita, yakni selalu mementingkan soal makanan saja. Sebagai anak-anak Allah, kita harus belajar mengetahui bahwa makanan adalah untuk merawat tubuh, yaitu memelihara hayat jasmani kita.
2. Merasa Sudah Cukup dan Ditambahkan
Anak-anak Allah harus memperhatikan, yaitu “asal ada makanan dan pakaian, cukuplah” (1 Tim. 6:8). Burung-burung di langit tidak menabur dan tidak menuai, Allah tetap memelihara mereka, inilah masalah makanan. Bunga bakung tanpa bekerja dan memintal, namun lebih indah daripada pakaian yang dipakai oleh raja Salomo, inilah masalah pakaian. Segalanya berada di tangan Allah. Hari ini, asalkan Anda mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, semuanya itu akan ditambahkan kepada Anda. Saya menyukai istilah “ditambahkan” Apa artinya “ditambahkan”? Kalau saya membuat satu soal: Berapakah tiga ditambah dengan nol? Kalian pasti akan mendebat saya, sebab tiga tidak perlu ditambah dengan nol. Anda sama sekali tidak dapat menambahkan nol kepada apa pun, itu perbuatan sia-sia. Kalau tiga ditambah dengan nol itu berarti tidak perlu ditambah. Apakah yang dapat ditambahkan? Ada, misalnya tiga ditambah dengan satu. Kalian wajib terlebih dulu mencari Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepada kalian. Ini berarti orang yang telah memperoleh Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, akan Allah tambahkan pakaian dan makanan kepadanya.
Semoga semua saudara saudari yang baru percaya ingat, Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya itulah yang kita cari. Orang yang telah beroleh Kerajaan Allah, orang yang hidup dalam kebenaran Allah, kepadanyalah benda-benda itu akan ditambahkan.
Semoga dalam masalah pakaian dan makanan ini, kita sebagai anak-anak Allah mengetahui bagaimana mempertahankan kesaksian kita di hadapan manusia.
W.N.
50 Judul Buku Pembinaan Dasar
- Bangun Pagi-pagi
- Baptisan
- Berbagai Jenis Sidang
- Berdoa
- Bersaksi
- Bersidang
- Cara Mengatur Keuangan
- Hajaran Allah
- Hari Tuhan
- Hayat Kita
- Jabatan Imam
- Jalan Gereja
- Jika Seseorang Berbuat Dosa
- Kelepasan
- Kesatuan
- Keselamatan Seisi Keluarga
- Konsekrasi (Persembahan)
- Masalah Penudungan Kepala
- Masuk Gereja
- Melawan Iblis
- Membaca Alkitab
- Memilih Jodoh
- Memimpin Orang Kepada Tuhan
- Mencari Kehendak Allah
- Mengasihi Saudara
- Menyanyi
- Minta Maaf dan Ganti Rugi
- Mulut Mengaku
- Orang Tua
- Pakaian dan Makanan
- Pemecahan Roti
- Pengampunan dan Pemulihan
- Pengampunan Siasat
- Pengawasan Roh Kudus
- Penumpangan Tangan
- Penyakit
- Penyelesaian Perkara Lampau
- Pernikahan
- Pertapaan
- Pisahkan Diri dengan Dunia
- Profesi Kaum Imani
- Puji-pujian
- Reaksi Kaum Imani
- Rekreasi
- Suami Istri
- Teman
- Terhapusnya Segala Perbedaan
- Tubuh Kristus
- Tutur Kata
- Wewenang Gereja