37 || PENYELESAIAN PERKARA-PERKARA LAMPAU

PENYELESAIAN PERKARA-PERKARA LAMPAU

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

Berbalik dari berhala-berhala kepada ALLAH

I Tesalonika 7:9

Hari ini kita ingin mengajukan sebuah pertanyaan, yaitu bagaimanakah seseorang yang telah percaya Tuhan menyelesaikan perkara-perkaranya yang lampau? Setelah seorang percaya kepada Tuhan pasti masih ada banyak perkara yang lampau yang belum diselesaikan, nah bagaimanakah seharusnya ia menyelesaikannya serentak?

I. ALKITAB HANYA MENGAJAR KITA BAGAIMANA SEHARUSNYA SEKARANG DAN SETERUSNYA

Dari seluruh Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru – khususnya Perjanjian Baru, kita nampak Allah tidak memperhatikan perkara-perkara yang diperbuat seseorang sebelum ia percaya. Anda boleh coba membaca dari Matius pasal pertama hingga Wahyu 22, dapatkah anda menemukan ayat-ayat yang mengajar orang yang beriman harus bagaimana menyelesaikan atau mengakhiri perkaraperkaranya yang lampau? Sungguh sukar menemukannya. Sekalipun dalam ajaran surat-surat rasuli banyak menyinggung masalah ketidakbenaran perbuatan kita pada masa lampau, namun semua hanya menasehati kita bagaimana seharusnya perbuatan kita sekarang dan seterusnya, tidaklah mengajar kita bagaimana seharusnya kita terhadap perkara-perkara lampau. Dalam surat-surat rasuli seperti Efesus, Kolose, I dan II Tesalonika, banyak menyinggung bagaimana keadaan kita di masa lampau, tetapi tidak dibicarakan bagaimana seharusnya menyelesaikan perkara-perkara lampau tersebut, hanya membicarakan bagaimana seharusnya sekarang dan seterusnya.

Kalian masih ingat, ada seorang bertanya pada Yohanes pembaptis, Apakah yang harus kami perbuat? Sahut Yohanes, “Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian. Lihatlah, ia tidak membicarakan yang lampau, melainkan yang sekarang dan seterusnya. Ada lagi seorang pemungut cukai bertanya kepadanya,apa yang wajib ia perbuat. Jawab Yohanes, “Jangan menagih lebih banyak daripada yang telah ditentukan. Lalu ada lagi seorang prajurit bertanya kepadanya, Apa yang harus kami perbuat? Jawabnya, Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu. Ini memperlihatkan pada kita, bahkan sebagai pemberita pertobatan, Yohanes pun hanya memperhatikan bagaimana sekarang dan seterusnya, tidak memperhatikan bagaimana perkara-perkara yang lampau.

Apabila kita membaca surat kiriman Paulus, beliau pun selalu memperhatikan bagaimana kita seharusnya kemudian, tidak dibicarakan bagaimana kita seharusnya terhadap perkara yang lampau. Apakah sebabnya demikian? Sebab segalanya telah berada di bawah naungan darah mustika-Nya. Bila kita tidak hati-hati sedikit saja, kita akan menyalahkan Injil Tuhan, merusak jalan pertobatan dan merusak jalan ganti rugi. Maka problema ini wajib kita bereskan sebaik-baiknya.

Tertulis dalam I Korintus 6:9-11 — “Tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah? Janganlah sesat: Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, bani, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah. Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu.” Paulus mengatakan bahwa mereka dahulu melakukan perkara-perkara itu, namun tidak dikatakan tentang penyelesaiannya. “Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.” Fokus perkataan ini pun bukan pada penyelesaian perkara-perkara yang lampau. Karena ada seorang Juruselamat yang telah membereskan segala hal yang lampau, maka yang dititik-beratkan hari ini ialah bagaimana selanjutnya? Seorang yang telah diselamatkan telah disucikan, dikuduskan dan dibenarkan.

Efesus 2:1-5 menjelaskan, Kamu :.dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu menaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka .Sebenarnya dahulu (tetap membicarakan yang lampau) kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang dimurkai lama seperti mereka yang lain. Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita. ” Di sini tidak dikatakan bagaimana seharusnya orang menyelesaikan perkara-perkara hawa nafsu dagingnya yang sebanyak itu; hanya terdapat satu penyelesaian, yaitu Tuhan kita telah menyelesaikan semuanya bagi kita berdasarkan kasih Allah yang besar dan berdasarkan rahmat-Nya yang kaya itu.

Dalam Efesus 4:17-24 juga membicarakan tentang keadaan kita di masa lampau “Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah (jauh terpisah dari hayat Allah) karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.”

Efesus 4 :25-31 – “Karena itu buanglah dusta. Kalimat ini ditujukan pada masa sekarang dan seterusnya, berarti jangan berdusta lagi mulai sekarang dan seterusnya, tetapi tidaklah disinggung bagaimana tentang dusta-dusta yang lampau. Dikatakan pula bahwa hari ini harus berkata benar seorang kepada yang lain; . . apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa, janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada iblis. Kata-kata ini semua bukan ditujukan pada masa lampau, melainkan sekarang dan seterusnya. Orang yang dahulu mencuri, janganlah ia mencuri lagi. Rasul tidak mengatakan yang dahulu menjadi pencuri harus mengembalikan barang curiannya, tetapi jangan mencuri lagi sekarang dan seterusnya. Apakah barang yang dicuri itu harus dikembalikan, itu masalah yang lain. “Baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu,supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.”

Efesus 5:3-4 – “Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut saja pun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus .Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono, karena hal-hal ini tidak pantas – tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur.” Perkataan inipun seprinsip dengan yang di muka, yaitu membicarakan perkara sekarang dan seterusnya, atau perkara yang harus dilakukan setelah orang percaya Tuhan, bukan penyelesaian perkara sebelum orang percaya.

Bila anda membaca surat-surat rasuli, anda akan menemukan satu kebenaran yang amat ajaib, yaitu Allah mementingkan perbuatan seseorang setelah ia percaya Tuhan, Allah tidak mementingkan perkara yang dilakukannya sebelum percaya Tuhan, sebab itu tidak disabdakan pada kita bagaimana seharusnya kita membereskannya. Ini adalah masalah yang fundamental.

Disebabkan banyak penginjilan yang keliru, yang mana menekankan pemberesan perkara-perkara lampau secara berlebih-lebihan, sehingga banyak orang yang terjerumus ke dalam belenggu. Bukan kita tak mau membereskan perkara yang lampau, memang ada beberapa hal harus kita bereskan, namun bukan inilah yang menjadi dasarnya. Allah selalu menitik-beratkan tertutupnya dosa-dosa kita yang lampau di bawah darah; kita telah beroleh pengampunan dan beroleh selamat karena Tuhan Yesus telah mati bagi kita. Keselamatan kita bukan berdasarkan pemberesan atas perkara-perkara kita yang lampau. Keselamatan orang bukan bersandar pada kebaikan tingkah – lakunya yang lampau, pun bukan bersandar pada pertobatannya atas keburukan tingkah-lakunya yang lampau, melainkan bersandar pada keselamatan salib Tuhan Yesus. Inilah dasarnya, kita wajib berpegang teguh pada dasar ini.

II. TELADAN/CONTOH PENYELESAIAN PERKARA-PERKARA LAMPAU
DALAM PERJANJIAN BARU

Jika demikian, bagaimanakah seharusnya sikap kita terhadap perkara-perkara yang lampau? Aku telah menghabiskan banyak waktu membaca kitab Perjanjian Baru, dan selalu timbul pertanyaan: bagaimana seorang yang telah percaya Tuhan menyelesaikan perkara-perkaranya yang lampau? Akhirnya hanya kutemukan pada beberapa tempat yang menyinggung sedikit tentang masalah ini, tetapi semua bukan merupakan ajaran, melainkan teladan atau contoh.

A. Perihal Berhala Wajib Dibereskan
Secara Tuntas

Tertulis dalam I Tesalonika l:9, “Berbalik dari berhala-berhala kepada Allah.” Ketika seseorang percaya kepada Tuhan,perihal berhala wajib dibereskan. Kalian harus ingat, kalian adalah bait Roh Kudus. Masakan bait Allah sepadan dengan berhala? Bahkan ketika rasul Yohanes melihat kaum imam itu, beliaupun berpesan pada mereka, “Anak-anakku, waspadalah (jauhkan dirimu)terhadap segala berhala.” Maka masalah ini tidak sesimpel seperti yang kita duga.

Ada satu hal yang perlu kalian perhatikan, yaitu Allah selalu melarang orang mematungkan segala benda. Setiap benda buatan manusia tidak seharusnya dianggap sebagai benda hidup. Kapan anda menganggap demikian, benda itu segera menjadi berhala. Memang berhala atau patung sebenarnya tidak berarti apa-apa, tetapi tidaklah pada tempatnya apabila anda menganggapnya hidup. Karenanya penyembahan atau pemujaan terhadap barang-barang tersebut merupakan hal yang terlarang, bahkan kecenderungan dalam hati saja terhadap patung-patung itu terlarang pula. larangan untuk membuat patung adalah salah satu hukum/firman dari kesepuluh hukum/firman (Ulangan 5:8).

Dikatakan dalam Ulangan 12:30 Jangan engkau menanya-nanya tentang allah mereka dengan berkata: Bagaimana bangsa-bangsa ini beribadah kepada allah mereka.” Ayat ini menerangkan pada kita, sekalipun bertanya saja bagaimana orang kafir menyembah allah mereka itupun tidak seharusnya. Memang ada sementara orang selalu ingin tahu, atau senang menyelidiki bagaimana cara orang kafir beribadah kepada allah mereka. Namun Allah melarang kita menyelidiki hal itu. Sebab kalau anda menanya-nanya/ menyelidiki, akhirnya andapun akan menuruti perbuatan mereka. Maka rasa ingin tahu itupun harus dicegah.

Dalam II Korintus 6:16 dikatakan, Apakah hubungan bait Allah dengan berhala?” Maksud ungkapan ini sangat gamblang. Orang Kristen tidak diperkenan mengunjungi kelenteng atau kuil. Kecuali terpaksa harus mondok di kelenteng/kuil di atas gunung karena tidak terdapat tempat lain untuk berlindung, itu lain perkara. Bagaimanapun juga kaum imani tidak seharusnya mengunjungi kelenteng/kuil. Karena dalam Korintus pasal 6 jelas dikatakan bahwa tubuh kita ini bait Roh Kudus; dan dikatakan pula bahwa berhala tidak ada hubungan dengan bait Roh Kudus. Kecuali dalam keadaan yang luar biasa, apa boleh dikata; tetapi tidak wajarlah kalau kita sengaja mengunjungi, bermain dan menghampiri kelenteng berhala itu. Kata Yohanes, Anak-anakku, jauhkanlah dirimu dari segala berhala. Kata “jauhkan diri di sini berarti jangan’ menghampiri.

Dalam Mazmur 16:4 tercantum, “Aku juga tidak akan menyebut-nyebut nama mereka di bibirku. ” Maka bahkan di atas mimbarpun harus kita hindari penyebutan nama-nama allah lain itu; kecuali terpaksa harus memakainya sebagai perumpamaan. Demikian pula tentang pelbagai jenis ketakhyu1an, kekuatiran nasib, alamat-alamat atau ucapan-ucapan pantangan terhadap ini dan itu, semuanya harus dibuang. Banyak kaum imani yang masih memperhatikan masalah nasib, wajah dan hari depan. Semua perkara yang bersifat nujuman atau ramalan juga adalah yang terlarang. Setiap benda yang termasuk dalam kategori berhala, tanpa ada yang terkecuali harus diakhiri di hadapan Allah, sehingga putuslah sama sekali hubungan kita dengannya.

Pada hari pertama kaum imani baru harus sudah meninggalkan berhala, jangan menyebut-nyebut nama mereka lagi, jangan meramal nasib pribadi, jangan mendekati kelenteng. Bukan saja jangan menyembah benda-benda yang berpatung, bahkan dalam angan–anganpun tidak boleh. Pun jangan menyelidiki agama lain berikut cara ibadah mereka. Itulah perkara lampau yang wajib kita selesaikan. Setiap barang yang termasuk kategori itu harus dicampakkan, dibasmi atau dibakar, jangan di jual. Mengenai perihal ini, aku harap orang yang baru percaya harus mementingkannya, tidak boleh sembarangan. Sebab Allah sangat cemburu terhadap berhala.

Jika anda hari ini tidak bersikap tegas terhadap perihal berhala, kelak anda tak dapat mengatasi berhala yang terbesar di bumi ini. Bukan hanya tidak boleh menyembah pada berhala yang terbuat dari tanah atau yang terukir dari kayu, berhala-berhala yang hidup pun tak boleh disembah. Berhala yang hidup sungguh ada, orang yang berdosa besar itupun berhala. Kalian wajib ingat, berhala patung macam apapun tak boleh disembah, setiap berhala/patung harus kita singkirkan. Sekalipun patung/gambar Tuhan Yesus atau Maria tidaklah sepatutnya disembah.

Hal ini harus kita bereskan secara tuntas. Jika tidak, kita akan tersesat ke jalan lainnya. Ibadah kita bukan berada dalam daging, melainkan dalam roh. Allah mencari penyembah-penyembah yang menyembah dengan roh, bukan dengan daging. Allah itu Roh adanya, la bukan sebuah patung/gambar. Bila saudara-saudari dapat menyingkirkan berhala, kelak pasti takkan terperosok ke dalam kekuasaan Katolik. Pada suatu hari anti Kristus akan datang, kekuasaan agama Katolik akan berkembang secara besar-besaran. Menolak berhala-berhala yang lampau, itulah perkara lampau pertama dalam Alkitab yang harus kita selesaikan. Kita harus menolak semua berhala sambil menantikan kedatangan Putra Allah yang kedua kali. Sekalipun patung atau gambar Tuhan Yesus tidaklah seharusnya kita pasang atau simpan. Sebenarnya itu bukan gambar Tuhan Yesus yang sesungguhnya, maka tak berharga sama sekali. Di museum Roma terdapat lebih dari dua ribu macam patung/gambar Tuhan Yesus, semua hanyalah hasil karya dari khayalan pelukis atau pemahat. Di luar negeri, banyak pelukis yang sering pergi ke mana-mana, jika mereka menemukan seorang yang dianggap mirip dengan Yesus, diberinya uang lalu disuruh duduk dan kemudian dilukis gambarnya. Kukatakan pada kalian, itulah penghujatan/penghinaan terhadap Allah. Allah adalah Allah yang cemburu, Ia tidak dapat membiarkan adanya perkara tersebut. Ketakhyulan macam apapun tidak seharusnya ada pada kita. Misalkan ada orang mengatakan suasana beberapa hari ini kurang baik, nasib sangat buruk sekali, perkataan ini sama sekali berasal dari neraka. Anak-anak Allah pada hari pertama menjadi orang Kristen harus menyapu bersih dan membereskan secara tuntas setiap berhala, jangan sekali-kali membiarkan bau berhala itu masuk ke dalam kita.

B. Benda-benda Yang Tidak Wajar
Harus Dibereskan

Tertulis dalam Kisah Para Rasul 19:19 – “Banyak juga di antara mereka yang pernah melakukan sihir, ,mengumpulkan kitab-kitabnya Lalu membakarnya di depan mata semua orang. Nilai kitab-kitab itu ditaksir Lima puluh ribu uang perak. Hal inipun harus diakhiri dan diselesaikan oleh setiap orang yang baru beriman.

Namun ini bukan perintah atau ajaran, melainkan hasil pekerjaan Roh Kudus. Roh Kudus dapat bekerja demikian rupa, sehingga orang-orang itu dapat mengeluarkan benda-benda mereka yang tak wajar. Harga benda-benda itu ditaksir seharga lima puluh ribu uang perak, dapat dikata sangat berharga. Tetapi benda-benda mana bukan dijual, lalu uangnya diberikan kepada gereja, melainkan dibakar hingga habis. Andaikata pada saat itu ada Yudas, pasti ia tak menyetujui perbuatan itu. Sebab jumlah mana lebih dari tiga puluh dinar, tentu boleh disedekahkan kepada orang miskin. Akan tetapi Tuhan lebih senang melihat benda-benda itu terbakar habis.

Kecuali itu ada banyak benda yang mencurigakan yang juga harus dibereskan. Ada benda yang nyata sekali bertalian dengan dosa, misalnya macam-macam alat perjudian, buku atau lukisan-lukisan yang tidak wajar, haruslah dibakar. Mungkin masih ada banyak barang lukis, yakni yang dinikmati secara keterlaluan, meski tidak dapat dibakar, toh harus dibereskan juga. Pembakaran hanya merupakan satu prinsip.

Setelah seorang percaya Tuhan, ia harus pulang ke rumah dan memeriksa barang -barangnya sendiri. Di rumah seorang yang belum percaya pasti ada benda-benda yang bertalian dengan dosa, ada pula barang yang tidak sesuai dengan martabat orang saleh. Benda-benda yang bertalian dengan dosa tak dapat dijual, melainkan dimusnahkan atau dibakar. Benda-benda lukis /mewah kalau dapat diubah boleh dipakai lagi, jika tak dapat diubah harus dijual.

Dalam kitab Imamat 13 dan 14 membicarakan tentang baju yang dipakai oleh seorang yang berpenyakit kusta, itu satu contoh yang sangat baik. Baju itu kalau tak dapat dicuci harus dibakar, kalau dapat dicuci boleh dipakai lagi. Ada pakaian yang modelnya tidak wajar itu harus diubah. Mungkin ada yang terlalu pendek, harus diubah menjadi agak panjang; adapula yang modelnya terlalu ganjil, harus diubah menjadi normal. Adapula yang sama sekali tak dapat diubah, yang dalamnya mengandung unsur dosa, itu harus dibakar. Dan ada juga yang boleh dijual, dan uangnya boleh disedekahkan kepada orang miskin.

Benda-benda yang tidak wajar harus dibereskan. Apabila setiap orang yang baru beriman bisa memberesi barang-barangnya secara tuntas, ia akan mempunyai satu permulaan yang baik. Benda yang berbau takhyul harus dibakar. Ada sementara benda harus diubah dulu baru boleh dipergunakan lagi, atau setelah diubah lalu dijual. Aku beritahu pada kalian, pelajaran yang pertama anda pelajari ini, seumur hiduppun takkan terlupakan. Kalian harus mengetahui, menjadi orang Kristen adalah suatu perkara yang bukan sekedar ikut kebaktian dan mendengarkan khotbah di gedung gereja saja.

C. Yang Merugikan Orang Harus Mengganti Rugi

Lukas 19:8 mengatakan, “Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat. ” Perbuatan Zakheus ini bukan menuruti ajaran , melainkan karena gerakan Roh Kudus. Kalau itu ajaran, tentu tak dapat banyak, tak dapat pula sedikit, tetapi kalau itu gerakan Roh Kudus, lebih banyak sedikit atau lebih kurang sedikit boleh saja. Kata Zakheus, kalau ada sesuatu yang ia peras dari seseorang akan dikembalikan empat kali lipat; sebenarnya dikembalikan dua kali lipatpun boleh. Prinsip dalam kitab Imamat ialah menambah seperlima; jadi misalnya seribu dollar dikembalikan seribu dua ratus dollar. Hanya saja bila tergerak, itu tergantung bagaimana kehendak Roh Kudus. Kalau Roh Kudus menggerakkan anda mengembalikan empat kali lipat atau sepuluh kali lipat itu boleh saja. Di sini kita hanya membicarakan prinsipnya. Karenanya ketika kalian membaca Alkitab, kalian harus jelas ini bukan membicarakan masalah ajaran, melainkan pimpinan daripada pekerjaan Roh Kudus.

Kalau dahulu sebelum percaya Tuhan, anda pernah memeras, menipu, mencuri atau memperoleh barang dengan Cara yang tidak halal, sekarang Tuhan bekerja di dalam anda, maka anda wajib melakukan pemberesan sebaik – baiknya atas hal tersebut. Hal mana tidak bertalian dengan pengampunan yang anda peroleh di hadapan Tuhan, namun bertalian dengan kesaksian anda.

Misalkan sebelum aku beriman pernah mencuri uang si anu sebanyak seribu dollar, kalau setelah percaya Tuhan aku tidak membereskannya dengan dia, bagaimanakah aku dapat memberitakan injil kepadanya? Ketika aku memberitakan injil, mungkin dalam hati ia selalu ingat akan seribu dollarnya yang kucuri itu. Memang benar, di hadapan Allah anda telah beroleh pengampunan, tetapi di hadapan orang itu anda kehilangan kesaksian. Anda tak dapat berkata, Allah telah mengampuni anda, maka tak perlu mengembalikan uang itu kepadanya. Tidak, hal ini bersangkut-paut dengan kesaksian anda.

Kalian harus ingat, Zakheus mengembalikan empat kali lipat ialah untuk kesaksian. Pada waktu itu semua orang berkata, bagaimana Tuhan bisa mengunjungi rumah seorang yang berdosa ini? Entah berapa banyak orang yang pernah diperas dan ditipu olehnya. Orang-orang itu tidak dapat menerima Tetapi pada saat itulah Zakheus berdiri dan berkata, “Sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” Pengembalian empat kali lipat ini bukan sebagai syarat untuk ia menjadi anak Abraham, pun bukan syarat untuk terjadinya keselamatan di rumahnya, melainkan itulah buah yang dihasilkan dari keselamatan yang terjadi di rumahnya, dan itulah hasil daripada ia menjadi anak Abraham. Oleh sebab adanya pemulihan kelakuan yang sedemikian, Zakheus telah memiliki kesaksian di hadapan orang. Itulah yang menjadi landasan kesaksian.

Aku kenal seorang saudara yang tidak begitu beres dalam hal keuangan sebelum ia percaya Tuhan. Teman sekolahnya kebanyakan berasal dari golongan menengah dan atas. Setelah ia percaya Tuhan, ia bergairah sekali memimpin teman-temannya itu kepada Tuhan, namun tak berdaya. Walaupun antusias sekali ia memberitakan injil kepada mereka, mereka berkata, di mana ada perkara yang demikian: Uangnya belum beres? Kesan mereka yang buruk terhadapnya di masa lampau belum terhapus. Saudara ini belum berbuat seperti Zakheus. Walau di hadapan Allah dosanya telah diampuni, segala persoalannya telah usai, tetapi ia belum beres di hadapan teman sekolahnya. Ia harus mengakui kesalahannya yang lampau, dan harus ganti rugi, dengan demikian barulah ia dapat bersaksi. Pemulihan kesaksian tergantung pada penyelesaiannya atas perkara-perkara yang lampau.

Tadi telah kukatakan, Zakheus bukan menjadi anak Abraham dan beroleh keselamatan karena mengembalikan atau mengganti rugi empat kali lipat. Sebaliknya ia dapat mengganti rugi empat kali lipat karena telah menjadi anak Abraham dan telah beroleh selamat. Tujuan atau manfaat mengganti rugi empat kali lipat dari Zakheus ini ialah untuk menutup mulut orang, agar mereka tidak dapat bersungut-sungut lagi. Jumlah empat kali lipat ini telah melampaui hutangnya kepada mereka, karenanya mereka tak dapat berkata apa-apa, dan sebab itu kesaksiannya dapat terpulihkan.

Saudara-saudari , pernahkah anda bersalah terhadap orang sebelum anda percaya Tuhan? Pernahkah anda bersalah terhadap orang dalam hal kebendaan? Pernahkah anda sembarangan membawa barang orang lain ke rumah anda? Pernahkah anda dengan tipu-daya memperoleh sesuatu? Jika ada, haruslah dibereskan. Pertobatan orang biasa hanya mengubah kelakuan saja, tetapi pertobatan orang Kristen haruslah pula mengakui kesalahan yang lampau. Misalnya aku pemarah, sekarang aku tidak marah-marah lagi, itu sudah cukup. Tetapi kalau aku seorang Kristen, aku masih perlu mengakui kesalahan amarahku pada masa 1ampau. Jadi tidak saja di hadapan Allah tidak marah lagi, bahkan harus mengakui pula kesalahan kemarahan yang lampau itu di hadapan orang. Dengan demikian, barulah perkara tersebut dapat dianggap beres atau selesai.

Jika kasus anda dibicarakan di hadapan Allah, asalkan anda mulai sekarang tidak mencuri lagi, tidak mengambil barang orang lain, itu sudah beres. Namun di hadapan orang tidaklah demikian. Sungguhpun selama tiga tahun anda sudah tidak mencuri, tetapi orang tetap mengatakan anda pencuri, Sebab itu, setelah anda percaya Tuhan, anda harus bersaksi di hadapan orang, yaitu membereskan kesalahan – kesalahan yang lampau. Setelah demikian, kedudukan anda baru menjadi beres.

Di sini terdapat satu persoalan yang sulit. Misalkan aku telah mencuri uang sebanyak sepuluh ribu dollar, tetapi saat ini aku tidak mempunyai barang seribu dollarpun, bagaimanakah seharusnya? Pada prinsipnya anda tetap harus mengaku dengan terus terang kepada pemiliknya, bahwa anda dahulu mencuri uang itu, sekarang tidak dapat menggantinya. Dapat mengganti atau tidak itu perkara lain, tetapi tak dapat tidak mengaku dan bersaksi. Jika tidak demikian, seumur hidup pun anda tak dapat bersaksi. Anda harus ingat, walau ketika anda bersaksi ada kesulitan pribadi, namun hal itu tidak boleh menjadi alasan untuk membatalkan pemberesan anda. Anda tetap harus membereskannya, setelah itu baru anda mempunyai kesaksian di hadapan orang.

Bagaimana dengan orang yang pernah melakukan pembunuhan? Hal itupun ” merupakan perkara yang lampau. Bagaimanakah pemberesannya? Dalam Alkitab terdapat dua pembunuh yang beroleh selamat, yang satu melakukan pembunuhan secara langsung, yang satu lagi secara tidak langsung. Pembunuh yang langsung itu ialah penjahat yang disalib. Dalam bahasa Yunani istilah penjahat jelas sekali, yaitu bukan penjahat biasa, melainkan pembunuh dan pembakar rumah. Ia bukan pencopet,melainkan penyamun yang sekaligus pembunuh. Karena ia percaya Tuhan, dosanya telah diampuni. Alkitab tidak mengisahkan bagaimana ia membereskan perkaranya yang lampau. Satu lagi ialah Paulus. Paulus tidak mernbunuh secara langsung, tetapi pada saat Stefanus terbunuh, ia membantu mereka, dan menjaga pakaian pembunuh-pembunuh Stefanus .itu. Setelah Paulus beroleh selamat, kitapun tidak nampak bagaimana ia membereskan kelakuannya itu.

Maka pada prinsipnya aku percaya, kalau ada pembunuh yang telah percaya Tuhan, dosanya tetap sebagai perkara yang lampau. Tiada satu dosa yang tak dapat disucikan oleh darah. Penjahat itu tidak menyelesaikan perkaranya yang lampau, tentu pula karena ia tak berkesempatan membereskan perkaranya. Kata Tuhan kepadanya, Hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus. Sebab itu, bila kita menjumpai keadaan seperti ini, janganlah kita membebani hati nurani orang terlalu berat ,kecuali Allah bekerja di dalamnya. Sebab dalam perjanjian baru terdapat dua orang yang masing-masing menjadi pembunuh langsung dan tidak langsung, kepada mereka Allah tidak memperhatikan pemulihan perkara-perkara mereka yang lampau. Namun , aku yakin, ada sementara orang merasa tidak damai dalam hati nurani, itu dikarenakan pekerjaan Allah, bukan tuduhan biasa; kalau mereka ingin memberi sesuatu pernyataan kepada keluarga orang yang terbunuh, kitapun tidak menghalanginya.

D. Penyelesaian Perkara-perkara
Yang Belum Dapat Diselesaikan

Ketika seorang beroleh selamat, padanya pasti masih ada banyak perkara duniawi yang belum diselesaikan, hal ini seolah-olah mudah sekali menghalanginya untuk mengikuti Tuhan. Bagaimanakah penyelesaian hal tersebut? Matius 8:22 mengatakan, “Yesus berkata kepadanya: Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka. ” Inipun merupakan satu cara penyelesaian perkara-perkara lampau dalam Alkitab. Di sini ada seorang berkata pada Tuhan Yesus, “Tuhan, ijinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku. Jawab Tuhan, Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka. Kata “mereka” ini ditujukan kepada “orang-orang mati yang pertama, sedang “orang mati kedua ditujukan kepada ayahnya. Orang-orang mati pertama bermakna rohani; orang-orang dunia di hadapan Allah semuanya dianggap sebagai orang mati. Perkataan Tuhan ini berarti, biarlah orang-orang mati itu menguburkannya, tetapi engkau ikutlah Aku.

Aku bukan menganjurkan orang-orang yang baru beriman jangan mengurusi urusan perkabungan ayahnya, melainkan biarlah orang-orang mati yang menguburkan orang mati. Prinsip ini harus kita pegang. Maka biarlah mereka yang menyelesaikan perkara yang belum dapat diselesaikan itu. Kalau kita ingin menyelesaikan/merampungkan perkara- perkara itu dulu, seumur hidup pun tiada kesempatan untuk menjadi orang Kristen. Urusan-urusan keluarga belum selesai, urusan ayah belum selesai, urusan penghidupanpun belum selesai, ya, kita ada ratusan bahkan ribuan urusan yang belum selesai, kalau ingin semua diselesaikan dulu, siapakah gerangan yang dapat menjadi orang Kristen. Maka prinsipnya hanya satu kalimat, yaitu semuanya itu adalah orang mati; biarkanlah orang mati yang menguburkan orang mati: Biarkanlah orang-orang mati itu (mati secara rohani atau jasmani) yang menyelesaikan urusan orang mati. Inilah satu prinsip. Di sini bukan menganjuri orang yang baru beriman mulai sekarang dan seterusnya tidak mengurusi urusan keluarga; me1ainkan jangan menunggu sampai urusan duniawi selesai, barulah datang kepada Tuhan. Jika demikian anda selamanya tak mungkin mengikuti Tuhan.

Banyak orang ingin membereskan urusan-urusannya dulu baru percaya pada Tuhan, kalau demikian mereka tak mungkin berkesempatan untuk percaya kepada Tuhan. Itu semua menjadi urusan orang mati, janganlah anda tertambat olehnya. Dari pihak kita, kita harus memandang urusanurusan yang belum diselesaikan itu telah selesai/berakhir. Bila anda ingin menyelesaikannya dulu baru datang mengikuti Tuhan, niscayalah anda tak mungkin menyelesaikannya. Anda wajib menyelesaikan perkara berhala secara tuntas, -demikian pula Benda-Benda yang tidak wajar dan kesalahan terhadap orang. Tetapi mengenai urusan-urusan yang tak dapat diselesaikan, anggaplah sudah selesai:

Menurut apa yang dapat kujumpai dalam firman Allah, mungkin hanya keempat jenis hal tersebutlah yang menjadi sikap yang seharusnya dipegang oleh setiap orang yang baru percaya untuk menyelesaikan perkara-perkara yang lampau. Banyak perkara lain yang terkecuali, yang tidak dapat diselesaikan, anggaplah sudah selesai. Misalkan tentang kewajiban rumah tangga/kekeluargaan, biarlah orang mati yang mengurusinya, kita tidak ada waktu untuk itu, kita harus mengikuti Tuhan. Perkara-perkara itu bukan anda yang menyelesaikan, biarlah diselesaikan oleh orang mati; biarlah orang yang mati secara rohani itu yang melakukannya.

SEBUAH PERTANYAAN

Tanya seorang saudara: Jika berbuat dosa terhadap seseorang dan orang itu tidak tahu, apakah harus mengaku dosa juga kepadanya?

Jawab : Soal ini tergantung apakah ada kerugian material atau tidak. Adakalanya diketahui oleh mereka, itu harus diselesaikan menurut prinsip Zakheus; adakalanya tidak diketahui, tetapi kalau ada kerugian material, haruslah mengaku dosa kepadanya. Hanya saja sebaiknya dilakukan bersama dengan gereja, dengan bantuan saudara-saudara yang berpengalaman; mereka tahu bagaimana caranya untuk menyelesaikannya, supaya hal itu lebih berfaedah terhadap orang.

W.N.


50 Judul Buku Pembinaan Dasar

  1. Bangun Pagi-pagi
  2. Baptisan
  3. Berbagai Jenis Sidang
  4. Berdoa
  5. Bersaksi
  6. Bersidang
  7. Cara Mengatur Keuangan
  8. Hajaran Allah
  9. Hari Tuhan
  10. Hayat Kita
  11. Jabatan Imam
  12. Jalan Gereja
  13. Jika Seseorang Berbuat Dosa
  14. Kelepasan
  15. Kesatuan
  16. Keselamatan Seisi Keluarga
  17. Konsekrasi (Persembahan)
  18. Masalah Penudungan Kepala
  19. Masuk Gereja
  20. Melawan Iblis
  21. Membaca Alkitab
  22. Memilih Jodoh
  23. Memimpin Orang Kepada Tuhan
  24. Mencari Kehendak Allah
  25. Mengasihi Saudara
  1. Menyanyi
  2. Minta Maaf dan Ganti Rugi
  3. Mulut Mengaku
  4. Orang Tua
  5. Pakaian dan Makanan
  6. Pemecahan Roti
  7. Pengampunan dan Pemulihan
  8. Pengampunan Siasat
  9. Pengawasan Roh Kudus
  10. Penumpangan Tangan
  11. Penyakit
  12. Penyelesaian Perkara Lampau
  13. Pernikahan
  14. Pertapaan
  15. Pisahkan Diri dengan Dunia
  16. Profesi Kaum Imani
  17. Puji-pujian
  18. Reaksi Kaum Imani
  19. Rekreasi
  20. Suami Istri
  21. Teman
  22. Terhapusnya Segala Perbedaan
  23. Tubuh Kristus
  24. Tutur Kata
  25. Wewenang Gereja