41 || PROFESI KAUM IMANI

PROFESI  KAUM IMANI

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011


“Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan …Orang –orang yang demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus, supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sendiri

 II Tesalonika 3:10b-12

Profesi bagi seorang Kristen merupakan satu perkara yang sangat penting. Kekeliruan dalam memilih profesi akan mengakibatkan perjalanan Kristianinya tidak dapat ditempuh dengan baik. Sebab itu, setiap orang Kristen wajib menaruh perhatian atas hal pemilihan profesi.

I. PENGATURAN ALLAH ATAS MASALAH
PROFESI DALAM ALKITAB

1. Pada Masa Perjanjian Lama

Ketika Allah menciptakan manusia, Dia telah mengatur profesi bagi manusia. Profesi Adam dan Hawa pada mulanya adalah seperti penjaga kebun, mengawasi dan mengelola taman Eden yang diciptakan oleh Allah. Jadi, profesi merupakan suatu hal yang sudah ada sebelum manusia berdosa.

Setelah Adam dan Hawa berbuat dosa, bumi tidak lagi memberikan hasil kepada mereka, mereka harus mencari makan dengan mengucurkan keringat,yaitu menggarap tanah dan bercocok tanam, barulah dapat memperoleh makanan. Hal ini jelas menunjukkan kepada kita, bahwa setelah manusia jatuh, profesi yang Allah tetapkan bagi mereka adalah bertani. Manusia harus bercocok tanam dengan mengucurkan peluh, barulah bumi memberikan hasil kepada mereka, dan mereka memperoleh makanan. Sampai hari ini kita harus mengakui bahwa umumnya para petanilah yang jauh lebih polos dan jujur daripada orang-orang yang berprofesi lain. Pada mulanya Allah menetapkan bahwa manusia harus bertani.

Ketika kita tiba pada kitab Kejadian pasal 4, kita nampak Kain bercocok tanam, Habel beternak kambing-domba. Kini jenis profesi bertambah dengan beternak. Jadi, beternak juga merupakan sejenis profesi yang Allah perkenankan.

Selanjutnya, tatkala populasi manusia di bumi semakin bertambah, muncullah berbagai jenis pertukangan, antara lain, pandai besi, pembuat alat musik dan lain sebagainya. Sampai pada masa pembangunan menara Babel, ada tukang-tukang batu, tukang kayu; tukang bangunan. Walaupun pembangunan menara Babel itu sendiri tidak bisa dibenarkan, tetapi melalui hal itu manusia mulai belajar membangun, sehingga profesi pandai besi, pandai tembaga, pembuat alat-alat musik dan tukang-tukang bangunan semuanya masih tergolong profesi yang wajar dan halal.

Sampai kitab Kejadian pasal 12, kita nampak Allah memanggil dan memilih Abraham. Profesi Abraham juga peternak, ia memiliki banyak lembu dan kambing. Demikian pula Yakub. Ini menunjukkan bahwa beternak merupakan profesi utama mereka.

Selama orang-orang Israel berada di Mesir, mereka bekerja pada Firaun sebagai tukang membuat bata. Tetapi setelah mereka keluar dari Mesir, Allah menjanjikan mereka sebuah negeri yang kaya akan susu dan madu. Di sana jelas terdapat dua jenis profesi: beternak dan bertani. Buah anggur di sana dilukiskan demikian besarnya, sehingga harus dipikul oleh dua orang, ini jelas merupakan usaha pertanian. Allah berkata, jika mereka mengingkari Allah dan menyembah berhala, maka Allah akan menyuruh langit seperti tembaga, bumi seperti besi, yakni tidak memberikan hasil kepada mereka. Ini pun jelas sekali menunjukkan, bahwa profesi mereka di negeri Kanaan yang dijanjikan itu ialah bertani dan beternak. Inilah beberapa jenis profesi yang terdapat dalam Perjanjian Lama.

2. Pada Masa Perjanjian Baru

Pada masa Perjanjian Baru, dalam perumpamaan yang dikatakan oleh Tuhan Yesus dalam kitab Injil Matius, kita tahu bahwa bertani merupakan satu profesi yang azasi. Misalkan dalam pasal 13 tercantum perumpamaan penabur benih. Pada pasal 20 terdapat perumpamaan seorang hamba yang kembali setelah membajak tanah atau menggembalakan kambing. Dalam Injil Yohanes pasal 10 Tuhan mengiaskan diriNya sebagai gembala yang baik, yang menyerahkan nyawa-Nya bagi domba-dombaNya. Jadi, bertani dan beternak merupakan profesi azasi yang Allah tetapkan bagi umatNya.

Di antara keduabelas murid yang dipanggil Tuhan, sebagian besar adalah nelayan.. Terhadap murid yang asalnya sebagai pemungut cukai, Tuhan menyuruhnya meninggalkan profesi tersebut, tapi kepada murid-murid yang asalnya sebagai kaum nelayan, Tuhan berpesan pada mereka, mulai sekarang dan seterusnya mereka harus menjadi penjala manusia. Jadi menjadi nelayan juga adalah profesi yang diperkenan Allah.

Lukas menjadi tabib, Paulus menjadi pembuat tenda. Kedua profesi ini agak berlainan, yang terakhir merupakan usaha manufaktur/industri atau pengrajin. Kalau usaha pertanian berproduksi secara langsung, maka usaha perajutan, pertenunan, penjahitan atau membuat tenda, itu tergolong sebagai usaha manufaktur/industri.

Saya hanya bisa mengatakan, bahwa demikianlah pengaturan Allah dalam hal profesi dari masa Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru. Di antara murid-murid Tuhan ada yang menjadi petani, ada yang menjadi peternak, ada yang menjadi tukang, ada yang menjadi nelayan. Kalau mau ditambah lagi satu profesi, itu adalah pekerja (bukan pekerja rohani); sebab dalam Perjanjian Baru dikatakan “Sepatutnyalah pekerja memperoleh upah.” Pekerja adalah orang yang memperoleh upah dengan mengeluarkan tenaga atau kepandaian; ini pun satu profesi yang sesuai dengan Alkitab.

II. PRINSIP PROFESI

Dalam Alkitab Allah telah mengatur sedemikian banyaknya profesi bagi manusia, yang di dalamnya kita menemukan satu prinsip azasi, yaitu semua yang diperoleh atau diterima manusia berasal dari alam, atau upah yang manusia peroleh dari pengorbanan waktu dan tenaga. Inilah prinsip profesi yang tercantum dalam Alkitab.

1. Memperoleh Sesuatu dari Alam
-Menambah Kelimpahan

Penabur menabur sebutir benih gandum ke dalam tanah. Pada saatnya, benih itu akan bertumbuh dan menghasilkan butir-butir gandum sebanyak tiga puluh, enam puluh, dan seratus kali lipat. Benih yang sebutir itu bertambah menjadi seratus, enam puluh, atau tiga puluh butir. Anda menanam benih ke dalam tanah, memeliharanya hingga bertumbuh, berbunga dan akhirnya berbuah, ini berarti Anda memperoleh suplai dari alam. Suplai alam itu sangat berlimpah, siapa pun boleh memperolehnya. Karena Allah menerbitkan matahari bagi orang yang baik dan orang yang jahat, dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Hal ini jelas untuk kepentingan usaha pertanian. Karena itu, tujuan Allah ialah agar manusia mencari dan memperoleh suplai dari alam. Prinsip peternakan juga sama. Anda memelihara kambing, lalu hewan itu memberikan susunya atau melahirkan banyak anak kambing bagi Anda. Ini berarti peningkatan produksi. Ini adalah pemberian alam, bukan yang diperoleh dengan cara lainnya.

Pada masa Perjanjian Baru, Anda melihat adanya usaha menangkap ikan dari sungai atau laut, semuanya itu adalah alami. Baik Anda menangkap ikan dari sungai maupun laut, Anda tak akan menyebabkan siapa pun menjadi lebih miskin. Demikian pula, mungkin kambing saya melahirkan enam ekor anak kambing, atau lembu saya melahirkan dua ekor anak lembu, jelas hal itu pun tidak akan menyebabkan orang lain menjadi miskin. Misalkan saya di sini bercocok tanam, tidak mungkin ada orang yang menjadi kelaparan atau menderita rugi karena panen saya. Jadi prinsip azasi profesi yang Allah tetapkan bagi manusia ialah, “Kita memperoleh sesuatu, tanpa merugikan siapa pun.” Itulah profesi yang luhur yang Allah sediakan bagi manusia.

2. Usaha Manufaktur/Industri
Meningkatkan Nilai

Prinsip usaha Paulus dalam pembuatan tenda pun sama. Hanya saja, ia tidak mengambilnya langsung dari alam, seperti halnya nelayan, peternak atau petani. Paulus membuat tenda dengan kerajinan atau ketekunannya. Ini berarti ia meningkatkan nilai suatu barang. Misalkan sepotong kain, asalnya bernilai satu dollar, namun setelah digunting, dijahit dan dijadikan sebuah tenda, nilainya meningkat menjadi dua dollar; ia memperoleh tambahan nilai itu sebagai upah. Hal inipun tidak mengakibatkan orang lain menjadi miskin. Tidak seorang pun yang menjadi miskin atau rugi karena usaha pembuatan kemah Paulus itu. Saya meningkatkan nilai sepotong kain ini karena saya telah memberikan waktu dan tenaga ke atasnya. Jadi, wajarlah jika saya menerima upah itu. Karenanya prinsip azasi lainnya dari profesi yang Allah berikan kepada manusia ialah menambah atau meningkatkan nilai.

3. Orang yang Bekerja Memperoleh Upah

Sebuah prinsip lainnya ialah seperti pada orang-orang yang menjadi buruh, pegawai, tukang, atau menjadi dokter. Mereka menerima upah dengan memberikan jasa, waktu, tenaga dan kecakapan. Walaupun itu bukan diperoleh dari alam, bukan Pula dengan cara manufaktur, tetapi mereka telah mengeluarkan banyak usaha, waktu atau tenaga, sehingga wajarlah jika mereka memperoleh upah. Karena itu profesi jenis inipun Allah perbolehkan.

4. Profesi yang Khusus Dipandang Tidak Baik
dalam Alkitab — Jual-Beli

Ada sejenis profesi yang khusus dianggap tidak baik dalam Alkitab yakni jual beli (berdagang). Saya minta kalian perhatikan perkara ini baik-baik. Saya harap saudara-saudari yang baru beriman, jika mampu memilih profesi, paling baik mereka tidak menjadi pedagang. Mengapa? Saya kira masalah ini perlu ditinjau dari segi yang lebih luas dahulu, agar kita bisa memahaminya dengan lebih jelas.

Misalkan di sini ada seratus orang, dan masing-masing memiliki satu juta rupiah. Kalau uang keseratus orang ini disatukan, jumlah uang itu adalah seratus juta rupiah. Lalu perhatikanlah, jika saya adalah pedagang dengan sendirinya saya ingin memperoleh keuntungan. Saya akan berharap bahwa uang saya yang satu juta itu bisa bertambah bahkan menjadi dua juta. Kalian jangan mempedulikan bagaimana cara saya, benar atau curang, pokoknya setelah saya berdagang sebulan lamanya, uang saya akan menjadi dua juta rupiah. Kalau demikian, satu hal yang pasti, di antara kalian akan ada orang yang uangnya berkurang. Sebab kita masing-masing mempunyai satu juta rupiah, dalam saku saya pun tadinya hanya ada satu juta rupiah. Meskipun saya melakukan usaha saya dengan cara yang paling jujur, jika uang dalam saku saya menjadi dua juta rupiah, pasti ada orang di antara kalian yang uangnya berkurang.

Saya dan kalian adalah orang Kristen, kalian adalah saudara-saudara saya. Saya ingin bertanya, apakah saya tidak sungkan memperoleh uang kalian sehingga saya menjadi kaya, dan kalian menjadi miskin? Tentu saya merasa sungkan! Kalaupun kalian adalah orang kafir, orang beragama lain, tetapi saya adalah orang Kristen. Sebagai orang Kristen, saya adalah anak Allah, saya mempunyai martabat anak Allah. Anak-anak Allah tidak seyogyanya membuat orang dunia menjadi miskin, dan membuat diri sendiri menjadi kaya. Sekalipun saya memperoleh uang kalian dengan cara yang benar, saya pasti merasa tidak nyaman; demikian pula kalau saya memperoleh uang dari orang kafir. Begitulah keadaan orang yang menjadi pedagang. Saya tidak seharusnya memindahkan uang dari saku orang lain ke dalam saku saya sendiri. Tidak peduli dengan cara apapun, hal yang demikian pasti akan merugikan orang lain. Itu adalah satu fakta.

Tetapi, profesi azasi yang Allah berikan kepada manusia dalam Alkitab tidaklah mengandung problema demikian. Misalkan saya menjadi petani, tahun ini saya panen, hasilnya sebanyak seratus kwintal, keberhasilan saya itu tidak akan mengakibatkan sepuluh kwintal beras di rumah saudara anu berkurang menjadi sembilan kwintal. Itu tidak mungkin. Kalau saya panen seratus kwintal, tidak mungkin itu membuat seorang di antara kalian kekurangan beras seliter atau sekilo pun. Kalau saya beroleh hasil seratus kwintal, tidak mungkin saya mengakibatkan siapa pun menjadi lebih miskin. Ini tidak berarti memperoleh keuntungan uang, melainkan menambah kelimpahan. Kalian harus paham, bahwa memperoleh keuntungan uang dan menambah kelimpahan merupakan dua perkara yang sama sekali berlainan. Allah tidak menghendaki anak-anakNya hanya memperoleh uang semata. Allah menghendaki profesi kita dapat menambah kelimpahan. Prinsip azasi ini sangat jelas. Saudara- saudari yang baru beriman, janganlah dari pagi hingga petang hanya memikirkan uang melulu. Janganlah selalu berpikir bagaimana baru bisa dapat memperoleh banyak uang. Ingatlah, bila uang Anda, bertambah, uang orang lain pasti berkurang. Itulah prinsip berjual beli atau berdagang.

III. MEMILIH PROFESI DARI ANTARA
KETIGA JENIS PROFESI YANG BERBEDA

Di sini kita mengenal tiga jenis profesi yang berbeda: berjual beli/pedagang, bekerja/pekerja, dan berproduksi. Dalam Alkitab Allah telah menetapkan profesi yang tertinggi yakni menjadi produsen. Mulai dari Adam, profesi yang khusus diperhatikan Allah ialah produsen, karena tujuan produsen ialah meningkatkan kelimpahan, tidak membuat orang lain menjadi miskin. Misalkan saya memelihara seratus ekor kambing. Setelah lewat beberapa tahun, kambing saya bertambah menjadi empat ratus ekor. Bertambahnya kambing saya tidaklah mengakibatkan saudara atau saudari manapun kehilangan uang serupiah dalam sakunya. Berapa banyaknya uang Anda semula di rumah Anda, tetap sebanyak itu, sekali-kali tidak akan berkurang akibat kambing saya melahirkan beberapa anak kambing. Itulah prinsip azasi dalam Alkitab tentang profesi. Saya ingin menambah atau memperbanyak barang-barang kepunyaan saya, dan saya ingin memperbanyak kelimpahan saya. Kalaupun saya menjual kambing-kambing itu dan saya memperoleh uang, saya tetap tidak membuat siapa pun menjadi lebih miskin.

Saya harap saudara-saudari yang baru beriman, kalau ada kesempatan memilih profesi, hendaklah memilih profesi yang menambah barang, jangan memilih profesi yang menambah uang, sebab usaha yang terakhir itu adalah usaha yang sangat egoistis. Kita harus belajar menambah benda-benda di dunia, tetapi bukan menambah harta kekayaan pribadi. Perbedaan antara kedua perkara ini amatlah besar.

Usaha Paulus dalam membuat tenda, mengandung prinsip lain lagi. Memang ia tidak memperbanyak kapas, benang atau kain, tetapi karena ia menggunting dan menjahit dengan menggunakan banyak waktu dan tenaga, maka nilai kain, benang dan kapas bertambah. Menurut para sarjana Alkitab, tenda-tenda pada masa itu semua diberi warna. Dean Alford mengatakan, bahwa kedua belah tangan Paulus pasti penuh dengan bercak-bercak pewarna, dan tangannya pasti tidak bersih; terbukti Bari perkataannya, “Lihatlah kedua tanganku ini . . .” Jadi usaha pembuatan tenda yang Paulus lakukan adalah meningkatkan nilai benda tersebut.

Baik menambah kelimpahan maupun menambah nilai, itu semua merupakan perkara yang baik. Misalkan sepotong kayu saya olah hingga menjadi sebuah kursi. ini adalah satu usaha yang baik, sebab melalui pengolahan saya, nilai kayu itu bertambah. Walaupun saya tidak menambah kelimpahan dari alam, tetapi di dunia telah bertambah satu kursi. Karena usaha Paulus membuat tenda itu, maka bertambahlah sebuah tenda. Ini tidak berarti semata-mata menguntungkan diri sendiri, dan merugikan orang lain. Paulus pandai membuat tenda, ia dapat membuat kain yang murah menjadi sebuah tenda yang mahal. Membuat kain menjadi tenda berarti menambah atau memperbanyak benda itu dalam dunia. Itupun suatu profesi yang diizinkan oleh Allah.

Saudara-saudari yang baru beriman, sejak kini harus nampak dua standar dalam profesi kaum imani. Kita harus memperbanyak kelimpahan di dunia ini, dan kita pun harus meningkatkan nilai benda. Sebenarnya, membuat tenda juga berarti memperbanyak kelimpahan dunia. Melalui kerajinan tangan saya., maka tenda-tenda di dunia menjadi bertambah banyak. Karena itu, memperbanyak kelimpahan adalah usaha yang halal juga. Itulah prinsip azasi dari profesi yang diatur Allah bagi manusia.

IV. JANGAN MENJADI
PEDAGANG MURNI

Saya pernah mempelajari sedikit ilmu ekonomi, saya tahu berdagang itu diperlukan juga. Namun, saya adalah orang Kristen, bukan ahli ekonomi. Memang, Tuhan pernah mengatakan bahwa kita harus berjual beli hingga Dia kembali. Tetapi arti ayat itu ialah, kita wajib bekerja bagi Dia dengan tekun, setekun orang yang melakukan usaha dagang. Kalian tahu betapa tekunnya pare pedagang dalam melakukan usaha mereka. Asalkan ada untung, kemana pun mereka mau pergi. Jadi maksud Tuhan asalkan Anda mempunyai kesempatan, Anda harus memanfaatkannya, Anda harus bekerja setekun itu.

Seperti kita semua tahu, usaha jual beli dimulai dari Tirus, dan berkesudahan pada Babilon. Dari Yehezkiel 28 hingga Wahyu 18, kita nampak bahwa pemrakarsa usaha jual beli adalah raja Tirus. Dan dalam Yehezkiel 28 kita mengetahui bahwa raja Tirus itu mewakili Iblis. “Dengan dagangmu yang besar engkau p­nuh dengan kekerasan dan engkau berbuat dosa . .” (Yehezkiel 28:16). Karena itu, kalian harus ingat, mental pedagang ialah memperkaya diri sendiri, merugikan orang lain, dan mengurangi harta dunia. Itu bukanlah profesi yang ditetapkan Allah, melainkan yang dimiliki Iblis. Prinsipnya itu tidak benar. .

Prinsip jual beli ialah, bila uang dalam saku saya bertambah, tentu uang dalam saku orang lain berkurang. Kapan seseorang berpikir ingin mendapat keuntungan uang, akibatnya sangat sederhana, yakni uangnya bertambah banyak dan uang orang lain berkurang. Bila ada orang uangnya bertambah, pasti ada orang yang uangnya berkurang. Misalkan, uang yang ada di seluruh dunia berjumlah 21 milyar, baik Anda kaya maupun miskin uang itu tetap 21 milyar; jumlah uang di dunia ini terbatas. Namun, kalau saya mengambil uang orang lain, sehingga uang saya bertambah, itulah yang disebut pedagang murni. Maksud saya bukan Anda tidak menjual ikan hasil tangkapan Anda, tidak menjual gandum hasil panen Anda, tidak menjual anak kambing basil peternakan Anda, atau tidak menjual tenda hasil kerajinan, tangan Anda. Maksud saya, baik Anda menjual tenda, kambing, gandum, atau ikan, itu semua bukan merupakan perdagangan murni, melainkan Anda menguangkan produksi Anda. Keuntungan yang Anda peroleh adalah pemberian alam; kelimpahan yang Anda miliki adalah karunia dari alam raya, bukannya Anda memperkaya diri sendiri dengan cara membuat orang lain miskin.

Orang Kristen harus memiliki satu pikiran atau mental, yakni tidak memperoleh uang orang lain. Jangan sekali-kali kita menaruh pikiran ingin merugikan siapa pun. Sebagai anak-anak Allah, kedudukan kita begitu tinggi. Jika kita ingin memperoleh uang dengan cara yang begitu rendah di dunia ini, hal itu sungguh tidak sedap dipandang. Misalkan, seorang kepala negara mengunjungi tempat ini dan melihat seorang penduduk terserang penyakit malaria. Ia lalu menawarkan pil kina kepada orang itu, katanya ini saya beli dengan 5 Yen sebutir, sekarang saya jual kepada Anda 6 Yen.” Anda bayangkan mungkinkah terjadi hal yang sedemikian? Alangkah tidak pantas jika seorang kepala negara memperoleh keuntungan satu Yen dari seorang rakyat biasa. Saya ingin berkata kepada Anda, jika seorang Kristen ingin mengambil untung uang dari siapa pun, itu lebih memalukan daripada seorang kepala negara ingin memperoleh untung satu Yen dari seorang rakyat biasa. Kedudukan kita berbeda dengan mereka, karena itu tidaklah pantas kita mengambil untung uang dari siapa pun.

Sebagai seorang Kristen, status kita sangat tinggi. Orang Kristen mempunyai kehormatan, kedudukan dan martabat orang Kristen. Jika saya mengambil untung uang siapa pun, itu adalah perkara yang memalukan. Saya tidak seyogyanya menambah harta kekayaan saya dengan cara itu. Lebih baik saya menjadi petani, bercocok tanam, dan menggarap tanah, ini jauh lebih mulia daripada saya mengambil untung uang. sebab .Allah. mengatur alam raya untuk memberikan hasil kepada saya, hal ini jauh lebih mulia daripada saya mengambil untung uang. Itulah sikap mental yang harus dimiliki oleh setiap orang Kristen.

Profesi yang diperkenankan Allah adalah profesi yang bisa meningkatkan jumlah dan nilai suatu benda. Perdagangan murni tidaklah diperkenankan Allah. Kalian harus khusus memperhatikan Yehezkiel 28. Prinsip perdagangan yang bertujuan mengeruk keuntungan itu berasal dari raja Tirus. Allah mencelanya, “Dengan dagangmu yang besar, engkau berbuat dosa.” Sampai Wahyu 18, yakni menjelang akhir zaman, menjelang dimulainya kerajaan seribu tahun, kita nampak Babilon menerima hukuman. Jadi, perkara jual beli akan terus berlangsung sampai berakhirnya Babilon. Waktu itu semua pedagang meratapi Babilon. Anda pun bisa melihat adanya barang-barang dagangan di bumi saat itu. Dari yang pertama, emas, hingga yang terakhir, jiwa manusia. Jiwa manusia adalah sukma manusia. Dari emas sampai sukma manusia, tiada yang tidak dapat diperjual belikan, semuanya dapat diperdagangkan. Bagaimanapun manusia selalu ingin memperoleh uang, selalu ingin kaya. Tetapi saudara-saudari, hendaklah kita menghindari profesi yang rendah itu.

V. PERDAGANGAN MURNI BERBEDA DENGAN PERDAGANGAN PRODUSEN

Saya harap kalian dapat membedakan perdagangan murni dengan perdagangan produsen. Gandum boleh dijual, lembu dan kambing boleh dijual, tenda boleh dijual, ikan pun boleh dijual, itu tidak disebut berjual beli. Yang dinamakan berjual beli atau berdagang di dunia ini adalah: misalnya, hari ini saya membeli seratus karung gandum, lalu saya simpan di gudang. Bila harga gandum naik, saya menjual barang tersebut. Misalnya lagi, saya membeli 50 drum minyak, lalu saya simpan dalam gudang. Bila harganya naik, saya menjualnya dengan harga tinggi. Gandum tidak karena saya bertambah sekilo, minyak pun tidak karena saya menjadi bertambah seliter. Yang bertambah tidak lain uang saya. Saya tidak memperbanyak barang di dunia, namun saya terus-menerus memperbanyak harta saya sendiri. Ini adalah perbuatan yang memalukan, dan ini adalah profesi yang harus sedapat mungkin dihindari oleh orang Kristen.

Kita boleh mengadakan jual beli demi produksi, tetapi jika hanya membeli dan menjual, tidak boleh. Kalau ada seorang saudara menjual produksi pertaniannya itu baik, tetapi jika ia membeli beras dan kemudian menjualnya lagi, itu tidak baik. Walaupun kedua hal itu sama (menjual), namun prinsipnya sama sekali berbeda. Kalau ada orang membeli sepuluh buah tenda, kemudian menjualnya lagi, itu berbeda dengan usaha yang dilakukan Paulus. Inilah yang dinamakan perdagangan murni, bukan perdagangan produsen. Menjual hasil usaha untuk memperoleh uang adalah berkat Allah. Jika Anda membeli barang, lalu Anda menjualnya dengan harapan memperoleh untung, itu adalah profesi yang dianggap terendah baik oleh orang Kristen maupun orang kafir.

Karena itu, saudara-saudari yang menjadi pedagang murni tidak pantas menjadi pewajib gereja. Sebab terhadap uang mereka tidak bias beroleh kebebasan. Mulai sekarang dan seterusnya, jalan ini telah semakin terang dan jelas, anak-anak Allah harus sama sekali terlepas dari kuasa uang, baru dapat beribadah kepada Allah, dan gereja baru ada jalan untuk maju.

VI. PROFESI YANG ALLAH
PERKENANKAN

Peternak atau petani adalah kaum produsen; pedagang adalah profesi jenis lain. Ada sejenis profesi lagi yang berada di tengah-tengah kedua jenis itu, yakni pekerja (buruh, tukang, karyawan, dokter dan lain sebagainya). Misalkan dokter atau guru, dalam Alkitab juga merupakan profesi yang baik, sebab mereka beroleh imbalan atau honorarium dari kepintaran mereka. Walau mereka tidak berproduksi, mereka pun tidak memperoleh sesuatu dari orang lain. Mereka tidak beroleh apa-apa baik dari alam maupun dari orang lain, melainkan menerima rejeki dengan menggunakan waktu, tenaga dan pikiran mereka sendiri. Wajarlah seorang pekerja menerima upah. Itu pun merupakan profesi yang Allah perkenankan dalam Alkitab. Profesi yang tertinggi adalah profesi produsen, yang kedua ialah pekerja, yang beroleh imbalan atau upah dengan memeras otak atau tenaga.

Produsen menerima hasil dari alam, mereka tidak mengambil sesuatu dari orang lain. Pekerja atau karyawan tidak menerima hasil dari alam maupun dari manusia. Pedagang tidak menerima hasil dari alam, tetapi mereka mengambil keuntungan uang dari orang lain. Ketiga jenis profesi tersebut sama sekali berbeda. Jenis pertama, produsen, profesi yang tertinggi dalam Alkitab. Jenis kedua, pekerja, adalah orang-orang yang menjual jasa, tenaga, baik tenaga otak maupun tenaga badan. Anda menggunakan waktu, tenaga, kepintaran Anda untuk memperoleh imbalan yang wajar. Anda tidak membuat orang lain menjadi lebih miskin. Banyaknya uang yang Anda terima sepadan dengan upaya atau jasa yang Anda berikan. Itu pun profesi yang Allah perkenankan. Tetapi, jenis yang ketiga, pedagang, tidak bermotivasi lain kecuali memperoleh uang. Karena itu, berdagang merupakan profesi yang paling rendah dalam Alkitab.

Hari ini, jalan ini dan prinsip ini sangatlah jelas. Mudah-mudahan saudara saudara sedapat mungkin bisa beralih kepada profesi yang Allah perkenankan.

VII. JALAN YANG KITA TEMPUH
SELANJUTNYA

Namun, saya tidak ingin melihat kalian bertindak dengan ekstrim. Jangan begitu kalian bertemu dengan saudara yang berprofesi pedagang, lalu segera menuduh kesalahan mereka; sebab mereka tidak ada kesempatan untuk memilih profesi yang tepat. Saya mengenal seorang saudara, ketika ia Baru lulus sekolah, keadaannya sangat baik. Tetapi kemudian ia terjun -ke dalam dunia perdagangan, dan tak lama berselang, hatinya menjadi rusak. Dari pagi hingga petang, tidak ada yang dipikirkan selain ingin memperoleh uang orang lain. Jika Anda menghendakinya membelikan sesuatu untuk Anda, ia pasti ingin mengambil untung uang Anda; ia selalu ingin memperoleh uang Anda dengan cara diam-diam. Ini sungguh suatu mental yang buruk dan rusak. Karena itu saya mengharap, saudara saudari yang bisa memilih profesi dengan leluasa, jangan sekali-kali menerjunkan diri dalam profesi perdagangan yang murni itu. Bagi saudara saudari yang sudah terlanjur berkecimpung di dalamnya, kita harus membantu mereka supaya mereka, nampak dan beralih kepada yang wajar. Janganlah mempersulit mereka, tetapi setidak-tidaknya kita wajib menjelaskan jalan ini kepada mereka.

Bagaimanapun, usaha berjual beli yang murni bukanlah profesi yang baik. Mudah-mudahan lewat sepuluh atau dua puluh tahun kemudian, tidak menjadi pedagang murni ini menjadi “suasana” kita. Saya harap di kemudian hari, saudara saudari kita, di mana pun mereka tinggal, mereka bisa mewarisi “suasana” ini, yaitu tidak menjadi pedagang murni. Anak-anak Allah lebih baik menjadi guru di sekolah, bahkan lebih baik menjadi buruh kasar daripada menjadi pedagang murni. Lebih baik saya menggarap ladang, setelah saya menghasilkan beras atau gandum, saya boleh menjual produksi saya. Lebih baik saya beternak kambing, setelah kambing saya beranak, saya boleh menjual anak: kambing itu. Atau menjual telur ayam dari hasil peternakan saya, atau menjual susu dari sapi perahan saya, atau menjual kain dari usaha penenunan saya. Jika demikian, kerajinan dan kegiatan manusia akan semakin bertambah, pekerjaan yang dilakukan manusia pun akan semakin banyak, dan berkat karunia Allah pun Akan semakin banyak. Perkara yang paling kita kuatirkan ialah saudara saudari di antara kita hanya memperoleh keuntungan uang dengan berlimpah-limpah semata. Ini adalah perkara yang paling tidak baik.

Jika dibandingkan dengan denominasi hari ini, saudara saudari di tengah-tengah kitalah yang paling miskin. Tetapi kalau kita kurang waspada, kita akan menjadi orang orang yang paling banyak uang. Karena kita lebih jujur daripada orang lain, kita tidak berdusta, kita rajin, selain itu pengeluaran kita pun lebih sedikit. Kita pun tidak merokok, tidak minum minuman keras, juga tidak menempati rumah yang bagus/mewah. Karena itu, tidak lama lagi saudara saudari kita akan menjadi orang kaya. Sama seperti yang dikatakan John Wesley, “Saya sangat kuatir terhadap anggota gereja Methodis. Mereka adalah orang-orang yang jujur, rajin dan hemat, sehingga kelak mereka mungkin menjadi orang yang paling kaya di dunia ini.” Hari ini perkataan ini telah menjadi kenyataan. Anggota-anggota gereja Methodis di manapun benar-benar adalah orang-orang yang paling banyak uangnya. Tetapi sebagai akibatnya, kesaksian mereka ludes sama sekali.

Saya harap saudara saudari yang baru percaya bisa dengan giat mencari uang dengan jerih payah, bukan memperoleh banyak uang dengan cara membeli dengan sebelah tangan, lalu menjual dengan tangan yang lain. Kita harus selalu berpegang pada prinsip memperbanyak kelimpahan atau meningkatkan produksi, bukan memperbanyak uang. Kalau demikian, uang yang masuk itu bersih, dan uang yang dipersembahkan kepada Allah pun diperkenankanNya. Tiap mata uang tentu dapat mendatangkan akibat yang baik. Misalkan seorang saudara menjual keranjang dari hasil kerajinan tangannya, kemudian uangnya dipersembahkannya kepada Tuhan. Ini jauh lebih baik daripada seorang saudara yang mempersembahkan uang dari hasil keuntungan ia membeli dan menjual lagi sepuluh buah keranjang. Walaupun jumlah uang itu sama, tetapi uang itu sendiri tidak sama. Kiranya setiap saudara nampak prinsip ini. Kedua prinsip itu, memeras tenaga maupun berproduksi, adalah benar. Tentang berjual beli atau berdagang, saya tidak dapat melarang, juga tidak berani melarang. Tetapi saya ingin berkata, hendaklah kita sedapat mungkin tidak menjadi pedagang murni. Sebab bagaimanapun, profesi ini dapat merusak martabat orang Kristen. Semoga saudara saudari yang baru percaya semuanya diperkenankan Allah dalam hal profesi.

Published by

filadelfia

orang yang tidak sempurna dikasihi oleh Dia yang sempurna