4 || BERDOA

BERDOA

Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya-60011

“ Apa saja yang kamu doakan dan minta percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu”

                                       Markus 11 :24

“ Kamu tidak memperoleh  apa-apa, karena kamu tidak berdoa “

Yakobus 4 :2

Pembacaan Alkitab:

Yohanes 16:24: “Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatu pun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.”

Yakobus 4:2-3: “Kamu mengingini sesuatu, tetapi tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.”

Lukas 11:9-10: “Karena itu, Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetuk, baginya pintu dibukakan.”

Mazmur 66:18: “Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar.”

Markus 11:24: “Karena itu Aku berkata kepadamu: Apa saja yang kamu doakan dan minta, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.”

Lukas 18:1-8: “Yesus menyampaikan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan bahwa mereka harus berdoa tanpa jemu-jemu. Katanya, “Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun. Di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku. Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun, namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku.” Kata Tuhan, “Perhatikanlah apa yang dikatakan hakim yang tidak adil itu! Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Apakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, apakah Ia akan mendapati iman di bumi?”

I. BERDOA ADALAH HAK UTAMA
ORANG KRISTEN

Selama hidupnya di dunia orang Kristen mempunyai satu hak utama, yaitu hak memperoleh pengabulan doa. Begitu Anda dilahirkan kembali, Anda dapat berdoa kepada Allah dan Allah mau mendengarkan doa Anda; itulah satu hak utama yang Allah karuniakan kepada Anda. Injil Yohanes 16 menerangkan kepada kita, bila kita berdoa demi nama Tuhan, Allah akan mengabulkan doa kita, agar sukacita kita menjadi penuh. Maka jika kita senantiasa berdoa, kita akan menjadi orang Kristen yang bersukacita di dunia ini.

Bila kita sering berdoa, namun doa kita jarang dikabulkan; atau setelah menjadi orang Kristen beberapa tahun, doa kita tidak pernah Allah kabulkan satu kali pun, itu berarti kita telah mengidap suatu penyakit yang parah. Kalau setelah kita menjadi orang Kristen tiga atau lima tahun, namun doa kita satu pun belum pernah Allah kabulkan, itu membuktikan hidup kekristenan kita tidak beres; bukan agak tidak beres, melainkan sangat tidak beres. Doa kita tidak seyogianya kalau tidak Allah kabulkan. Sebagai orang Kristen, kita harus berbuat sedemikian rupa, sehingga doa-doa kita dapat Allah kabulkan. Doa-doa kita harus sering mendapatkan pengabulan. Itu sebenarnya merupakan pengalaman yang utama. Sebab itu, jika setelah lewat sekian lama doa-doa kita tetap tidak Allah kabulkan, itu berarti ada suatu ketidakberesan di hadapan Allah. Dalam hal pengabulan doa, kalau ada ya ada, kalau tidak ada ya tidak ada, kalau beres ya beres, kalau tidak beres ya tidak beres. Tak dapat kita menipu diri sendiri.

Saya ingin bertanya kepada setiap orang yang percaya kepada Tuhan, sudahkah Anda belajar berdoa? Pernahkah Allah mengabulkan doa Anda? Jika tidak pernah, itu tidak wajar. Berdoa bukan berbicara kepada udara. Tujuan berdoa ialah agar doa itu dikabulkan. Doa-doa yang tidak dikabulkan adalah doa-doa yang sia-sia. Setiap orang Kristen wajib belajar agar doa-doanya dikabulkan. Kalau Anda sudah percaya kepada Tuhan, doa Anda seharusnya diterima oleh Allah. Jika tidak, doa itu percuma saja. Anda harus berdoa terus sampai doa Anda dikabulkan. Berdoa tidak saja untuk pembinaan rohani, bahkan untuk beroleh pengabulan Allah.

Berdoa adalah satu pelajaran yang tidak mudah dipelajari. Pada satu pihak, sekali pun seseorang telah menjadi orang Kristen tiga puluh atau lima puluh tahun, ia tetap belum bisa berdoa dengan baik; sebab berdoa memang bukan satu perkara yang sederhana. Namun di lain pihak, berdoa juga paling mudah; begitu mudahnya sehingga pada saat seseorang percaya kepada Tuhan, ia sudah bisa berdoa. Karenanya masalah berdoa dapat dikatakan paling dalam, namun juga paling dangkal. Dalamnya sedemikian rupa sehingga tidak habis kita pelajari seumur hidup. Banyak anak Allah ketika sampai pada akhir hidupnya masih merasa belum menyelesaikan pelajaran berdoa itu. Namun demikian, hal ini juga begitu dangkalnya, sehingga orang yang baru percaya saja sudah dapat melakukannya, dan doanya sudah dapat Allah kabulkan. Bila seseorang mempunyai permulaan yang baik pada waktu ia baru percaya, niscayalah doa-doanya sering Allah kabulkan. Sebaliknya, jika Anda tidak mempunyai permulaan yang baik, walaupun selang tiga atau lima tahun, doa Anda tetap tak pernah Allah kabulkan. Kalau dasarnya tidak baik, dan kelak ingin memperbaikinya, harus menghabiskan tenaga yang sangat besar. Itulah sebabnya mengapa begitu seseorang percaya Tuhan, ia harus belajar berdoa, dan beroleh pengabulan Allah. Semoga setiap orang yang percaya Tuhan menaruh perhatian atas masalah.

II. SYARAT-SYARAT UNTUK MEMPEROLEH PENGABULAN DOA

Banyak syarat untuk beroleh pengabulan doa yang dapat kita jumpai dalam Alkitab. Tetapi di antaranya hanya beberapa saja yang merupakan syarat utama. Saya yakin, bila kita menuruti cara-cara ini, doa-doa kita akan beroleh pengabulan. Saya pun percaya, syarat-syarat ini cocok bagi mereka yang pernah berdoa bertahun-tahun, dan ini adalah syarat utama yang mutlak harus kita perhatikan.

1. Harus Meminta

Setiap doa harus merupakan permintaan atau permohonan yang sesungguhnya di hadapan Allah. Ada seorang saudara, setelah beroleh selamat, ia berdoa setiap hari. Pada suatu hari, seorang saudari bertanya kepadanya, “Apakah doa-doamu pernah Allah kabulkan?” Mendengar ini, ia merasa heran, sebab ia hanya tahu berdoa saja, tak tahu bahwa doa itu dapat dikabulkan. Sejak saat itu ia mulai menuntut agar doanya Allah kabulkan. Kemudian ia menyadari bahwa dulu doa-doanya tak bermakna, sebab doa-doanya itu sangat hampa, tanpa perasaan dan seolah-olah tidak dikabulkan pun tidak mengapa. Ini tak ubahnya dengan memohon matahari terbit; didoakan ia terbit, tidak didoakan ia tetap terbit. Saudara ini telah menjadi orang Kristen satu tahun lamanya, tidak ada satu pun doanya yang Allah kabulkan. Jadi ia hanya bersujud sambil mengucapkan perkataan melulu, tidak mengucapkan suatu permintaan. Itu sesungguhnya sama dengan tidak meminta.

Tuhan berkata, “Ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” Jika Anda mengetuk dinding, Tuhan mustahil membukakan dinding bagi Anda. Namun, jika Anda mengetuk pintu dengan sungguh-sungguh, Tuhan pasti akan membukakan pintu bagi Anda. Jika Anda berkata Anda mau masuk, Tuhan pasti mengizinkan Anda masuk. Tuhan juga berkata, “Carilah, maka kamu akan mendapat.” Misalkan di sini ada suatu benda, di sana juga ada suatu benda, yang manakah yang Anda inginkan? Anda harus mencari benda yang tertentu, jangan yang ini boleh, yang itu pun boleh. Allah ingin tahu, sebenarnya mana yang Anda inginkan, dan mana yang Anda minta, barulah Allah memberikannya kepada Anda. Meminta berarti menghendaki dengan tekun dan sungguh-sungguh. Anda harus memohon atau meminta, inilah arti mencari atau mengetuk pintu. Misalkan sekarang Anda meminta sesuatu kepada ayah Anda, Anda harus menyebutkan barang itu. Kalau Anda pergi ke toko obat, Anda harus mengatakan obat apa yang Anda inginkan. Anda pergi ke pasar, Anda pun harus mengatakan sayur apa yang hendak Anda beli. Anehnya, ada orang berdoa kepada Allah tanpa mengatakan apa yang dimintanya. Di sini Tuhan mengatakan bahwa Anda harus meminta sesuatu, bahkan harus dengan tekun dan sungguh hati. Ketika Anda berdoa, Anda harus mengutarakan apa kekurangan Anda dan apa yang Anda inginkan. Janganlah seenaknya mengucapkan doa yang “borongan”, lalu dikabulkan atau tidak, Anda tidak peduli.

Setiap orang yang baru percaya harus belajar satu pelajaran, “berdoa”, dan harus berdoa dengan satu sasaran tertentu. “Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa” (Yak. 4:2). Banyak orang berdoa, namun tidak ada yang diminta. Meskipun telah menghabiskan waktu satu jam atau dua jam, bahkan delapan atau sepuluh hari di hadapan Allah, tapi tanpa meminta apa-apa, itu percuma saja. Anda harus belajar meminta sesuatu di hadapan Allah, harus mengetuk pintu dengan sungguh-sungguh. Setelah Anda melihat dengan tepat rumah mana yang hendak Anda masuki, ketuklah pintu itu dengan mantap. Anda harus khusus mencari barang tertentu, bukan menghendaki barang yang mana saja. Janganlah seperti beberapa saudara saudari yang berdiri dan berdoa dalam sidang sampai dua puluh menit, bahkan setengah jam, namun tanpa mengetahui apa yang dimohon dalam doanya itu. Banyak orang belajar berdoa yang panjang-panjang, namun tanpa meminta sesuatu, sungguh suatu hal yang ganjil.

Anda harus belajar berdoa dengan tekun dan khusus. Anda tahu apakah doa Anda dikabulkan atau tidak. Jika tidak demikian, Anda akan acuh tak acuh terhadap pengabulan Allah, dan tak dapat berdoa lagi bila menjumpai kesulitan di kemudian hari. Doa model borongan tidak akan berkhasiat pada saat ada kebutuhan yang sesungguhnya. Kalau doanya borongan, sedangkan kesulitannya khusus, mustahil dapat mengatasi kesulitan itu. Harus berdoa dengan tekun dan khusus, barulah dapat mengatasi kesulitan yang khusus pula.

2. Jangan Salah Berdoa

Kita harus berdoa atau meminta di hadapan Allah, tetapi harus disertai syarat kedua, yakni jangan salah berdoa. “Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa” (Yak. 4:3). Doa kita kepada Allah seharusnya hanya dikarenakan kita mempunyai keperluan yang sesungguhnya, jangan berdoa sembarangan, yakni tanpa alasan atau di luar batas keperluan. Janganlah menuruti hawa nafsu daging dan seenaknya meminta sesuatu di luar keperluan. Jika demikian, doa kita akan sia-sia belaka. Memang kadangkala Allah mengaruniakan sesuatu kepada kita “jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan” (Ef. 3:20). Ini adalah masalah lain.

Salah berdoa berarti meminta sesuatu di luar kapasitas Anda, di luar kebutuhan Anda, atau di luar kekurangan Anda yang sesungguhnya. Jika ada keperluan, Anda boleh berdoa kepada Allah, tetapi kalau keperluan Anda hanya sebanyak itu, Anda harus meminta sebanyak itu pula. Bila Anda meminta lebih daripada yang Anda perlukan, itu berarti salah berdoa. Kalau Anda mempunyai kebutuhan yang besar, Anda patut meminta kepada Allah sesuai dengan kebutuhan tersebut. Tetapi jika keperluan Anda tidak begitu banyak, namun Anda meminta begitu banyak, itu pun salah berdoa. Anda hanya patut berdoa menurut kapasitas keperluan atau kekurangan Anda. Jika Anda seenaknya meminta ini dan itu, Anda tidak akan beroleh pengabulan Allah. Salah berdoa sama halnya dengan seorang anak umur empat tahun berkata kepada ayahnya, “Ayah, berilah aku bulan yang di langit itu.” Allah tidak senang mendengar permintaan atau doa yang salah. Setiap orang Kristen harus belajar berdoa dalam ruang lingkup yang wajar, jangan membuka mulut dengan sia-sia, yaitu berdoa di luar kebutuhan yang sesungguhnya.

3. Harus Menanggulangi Dosa

Adakalanya walaupun kita telah berdoa, dan tidak salah berdoa, namun Allah tetap tidak mengabulkan doa kita, apa sebabnya? Ini disebabkan ada suatu penghalang yang mendasar, yaitu ada dosa yang menyekat kita dengan Allah. Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar” (Mzm. 66:18). Bila seseorang dalam hatinya (perhatikan istilah “hati” ini) memperhatikan, menyayangi, atau menyimpan dosa yang jelas dan yang disadarinya, niscaya doanya mustahil Tuhan kabulkan. Dosa itulah rintangan besar yang menyebabkan Tuhan tidak mendengar doa kita.

Apa artinya “ada niat jahat dalam hatiku?” Ini berarti ada suatu dosa, yang oleh hati Anda tak rela Anda tinggalkan. Anda tahu Anda memiliki dosa itu, tetapi hati Anda tetap ingin menyimpannya. Jadi tidak saja Anda mempunyai kelemahan itu dalam kelakuan lahiriah Anda, bahkan memperhatikannya dalam niat hati. Ini berbeda dengan orang dalam Roma 7, walaupun ia mempunyai banyak kegagalan, tetapi hatinya membenci perbuatan-perbuatannya itu. Namun orang dalam ayat ini dalam hatinya justru memperhatikan dosa, enggan meninggalkan dosa. Jadi tidak saja ia tidak membuang dosa itu dari tingkah lakunya, hatinya pun enggan membuangnya. Akibatnya, doa-doa orang sedemikian tidak mungkin Tuhan kabulkan. Satu dosa saja cukup menghalangi pengabulan doa. Maka janganlah kita menyimpan suatu dosa di dalam hati, semua dosa harus kita akui sebagai dosa, dan harus kita letakkan di bawah darah Tuhan. Tuhan mau membelaskasihani kelemahan kita, namun Ia tidak dapat membiarkan hati kita mementingkan dosa. Sekalipun pada lahirnva Anda telah meninggalkan semua dosa, kalau hati Anda mementingkan dosa, enggan menanggalkan dosa, doa Anda tetap akan sia-sia. Maka sejak awal menjadi orang Kristen, Anda harus mohon rahmat Allah melindungi Anda agar Anda senantiasa suci dalam tingkah laku, tidak sampai terjerumus ke dalam dosa, dan agar hati Anda mutlak membenci segala dosa, sehingga tidak ada satu dosa pun yang tersimpan dalam hati Anda. Seandainya ada dosa dalam hati Anda, doa Anda akan sia-sia belaka, sebab Tuhan pasti tidak akan mendengarkan doa Anda.

Dalam kitab Amsal 28:13 dikatakan, Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi.” Setiap dosa harus diakui. Anda wajib berkata kepada Tuhan, “Tuhan, dalam hatiku ada satu dosa yang tetap kuperhatikan dan tak berdaya kutanggalkan, sekarang aku mohon Engkau mengampuni aku. Aku mau meninggalkannya, mohon Engkau menolong aku untuk meninggalkan dosa itu. Jangan biarkan dosa melekat pada diriku. Aku tidak menyukainya, dan aku menolaknya. Bila Anda mengaku dosa di hadapan Allah, niscaya Anda akan beroleh pengampunan, dan Tuhan akan melepaskan Anda. Dengan demikian barulah doa Anda Allah kabulkan. Jangan sekali-kali kita mengabaikan masalah ini. Tanpa berdoa tidak mungkin kita mendapatkan; salah berdoa, kita pun tidak akan mendapatkan. Sekalipun telah berdoa dan tak salah berdoa, bila hati kita masih menyenangi suatu dosa atau memperhatikan dosa, doa kita tetap tidak dapat Allah kabulkan.

4. Harus Percaya

Masih ada satu syarat lagi, yaitu harus percaya secara positif. Bila kita kurang percaya, doa kita akan tidak ada gunanya. Hal ini jelas sekali tercantum dalam Injil Markus 11, yaitu tiap doa harus beriman. Tuhan Yesus mengatakan, “Apa saja yang kamu doakan dan minta, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu” (Mrk. 11:24). Ketika Anda berdoa, Anda harus percaya. Bila Anda percaya bahwa apa yang Anda doakan itu “telah” Anda terima, maka Anda akan memperolehnya. Semoga setiap orang setelah percaya Tuhan satu minggu saja, sudah memahami makna kata “percaya”. Firman Tuhan di sini mengatakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu. Bukan percayalah bahwa kamu “pasti akan” menerima, tetapi percayalah bahwa kamu “telah” menerima. Di sini Tuhan mengatakan dua kali menerima, yang pertama telah menerima, yang kedua akan menerima. Jadi kata “percaya” yang diucapkan oleh Tuhan terkait pada kata “telah menerima”. Apakah percaya itu? Yaitu percaya bahwa kamu “telah menerima.”

Ada satu kesalahan yang sering dilakukan orang Kristen, yaitu memindahkan kata “percaya” dari “telah menerima” ke “akan menerima”. Ketika berdoa kepada Tuhan, mereka mengira kalau “percaya pasti akan menerima” itulah iman yang sangat besar. Mereka mengira iman yang luar biasa besarnya ialah bila mereka berdoa kepada Tuhan agar gunung ini dipindahkan ke laut, dan percaya bahwa hal itu pasti akan terjadi. Akan tetapi justru itu berarti memindahkan percaya dari “telah menerima” kepada “akan menerima”. Di sini Alkitab menerangkan, bahwa iman kita ialah percaya “telah menerima”, bukan percaya “akan menerima”. Kedua hal tersebut mutlak berlainan. Pelajaran ini tidak saja perlu dipelajari oleh orang yang baru percaya, bahkan oleh orang yang sudah lama percaya.

Jadi, percaya berarti Anda mempunyai suatu perasaan yang merasa bahwa Allah telah mengabulkan doa Anda; bukan Allah akan mengabulkan doa Anda. Ketika Anda berlutut sambil berdoa, saat itulah Anda berkata, “Terima kasih Allah, Engkau telah mengabulkan doaku. Syukur kepada Allah, masalah ini telah beres.” Itulah yang dimaksud “percaya telah menerima”, dan itulah arti percaya. Tetapi kalau setelah berdoa Anda berkata, “Aku percaya bahwa Allah pasti akan mengabulkan doaku,” itu tidak berarti percaya. “Percaya” yang demikian sekalipun Anda ulangi beberapa kali, tetap tak berkhasiat. Misalkan Anda mendoakan orang yang sedang menderita sakit, ia berkata “Puji syukur kepada Allah, aku telah disembuhkan!” Boleh jadi suhu badannya tetap tinggi, belum ada perubahan sedikit pun. Tetapi karena batinnya telah jelas, tentu tidak ada persoalan lagi. Namun bila ia berkata, “Aku percaya Tuhan pasti akan menyembuhkan sakitku.” Jika demikian, ia kemudian tetap harus memiliki banyak “percaya” lagi. Firman Tuhan tegas, yaitu “Percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.” Bukan “Percayalah bahwa kamu pasti akan menerima, maka hal itu telah diberikan kepadamu.” Perkataan ini jangan kita putar-balikkan. Saudara saudari, sudahkah Anda memahami kunci percaya ini? Percaya yang sejati selalu “sudah genap” dan selalu bersyukur kepada Allah, karena doa Anda telah dikabulkan.

Apakah percaya itu? Hal ini perlu kita bahas lebih lanjut. Misalnya tentang kesembuhan, dapat kita temukan contoh-contoh kongkrit dalam Injil Markus yang dapat menjelaskan apakah percaya itu. Dalam Injil Markus ada tiga kalimat yang sangat bermanfaat bagi doa kita. Pertama ialah masalah kekuatan Tuhan, kedua kehendak Tuhan, dan ketiga perbuatan Tuhan.

a) Masalah Kekuatan Tuhan — Allah Dapat

Marilah kita baca dulu Injil Markus 9:22, “Jika Engkau dapat berbuat sesuatu.” Di bawah kata-kata “jika Engkau dapat” boleh kita garis-bawahi, kemudian boleh kita tambah dengan tanda kutip dan tanda seru. Sekarang kita mulai dari ayat 21 — “Lalu Yesus bertanya kepada ayah anak itu: Sudah berapa lama ia mengalami ini? Jawabnya: Sejak ‘rasa kecilnya. Dan sering kali roh itu menyeretnya ke dalam api ataupun ke dalam air untuk membinasakannya. Tetapi itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami. Jawab Yesus: Katamu: jika Engkau dapat? Segala sesuatu mungkin bagi orang yang percaya!” Sang ayah itu berkata kepada Tuhan Yesus, “Jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami.” Lalu seturut kata-katanya Tuhan Yesus berkata, “Jika Engkau dapat?” Kata-kata “Jika Engkau dapat” yang diucapkan Tuhan adalah kata-kata sang ayah itu. Jadi Tuhan Yesus mengulangi perkataan sang ayah itu. Sang ayah berkata, “Jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami.” Sedang jawab Tuhan, “Jika Engkau dapat? Segala sesuatu mungkin bagi orang yang percaya!” Di sini bukan soal “Jika Engkau dapat,” melainkan percaya atau tidak percaya.

Masalah pertama yang harus diselesaikan ialah ketidak-percayaan kita terhadap kekuatan Allah. Hati kita penuh dengan kecurigaan atau prasangka ketika menghadapi kesulitan. Seolah-olah kekuatan kesulitan itu lebih besar daripada kekuatan Allah. Tetapi pada waktu sang ayah tadi meragukan kekuatan Allah, Tuhan menegurnya. Dalam Alkitab jarang sekali kita melihat Tuhan memutus perkataan orang seperti yang tercantum di sini. Jawab Tuhan, “Jika Engkau dapat?” Di sini seolah-olah Tuhan menjadi marah. Ketika sang ayah itu berkata, “Jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami.” Tuhan segera menegurnya, maksud-Nya, “Mengapa berkata, jika Engkau dapat? Apa itu, jika Engkau dapat?! Segala sesuatu mungkin bagi orang yang percaya! Ini bukan soal jika Engkau dapat, melainkan engkau percaya atau tidak. Mengapa engkau bertanya kepada-Ku dapat atau tidak?” Karena itu, ketika kita berdoa,kita harus menengadah kepada-Nya sambil berkata, “Tuhan, Engkau dapat!”

Dalam Markus 2 tercantum kisah Tuhan menyembuhkan orang yang lumpuh. Tuhan berkata kepadanya, “Hai anakKu, dosa-dosamu sudah diampuni!” Tetapi ada beberapa ahli Taurat berpikir dalam hatinya, “Mengapa orang ini berkata begitu? la menghujat Allah, siapa yang dapat mengampuni dosa selain Allah sendiri?” Dalam pandangan orang-orang itu hanya Allah sendiri yang dapat mengampuni dosa, tetapi Dia — Yesus, tidak dapat. Dan dalam pandangan mereka, pengampunan dosa itu suatu perkara yang sukar. Namun Tuhan berkata kepada mereka, “Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah yang lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosa-dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tikarmu dan berjalanlah?” Tuhan ingin memperlihatkan kepada mereka, bahwa perkara ini bagi manusia adalah soal dapat atau tidak, tetapi bagi Dia bukan soal dapat atau tidak, melainkan soal mana yang lebih mudah. Dalam pandangan manusia, baik pengampunan dosa maupun menyuruh orang lumpuh berjalan, kedua-duanya mustahil. Tetapi Tuhan memperlihatkan kepada mereka, tidak saja Ia dapat mengampuni dosa, bahkan Ia pun dapat menyuruh orang lumpuh itu berjalan. Semua sama mudahnya bagi Tuhan. Perbuatan Tuhan di sini menunjukkan bahwa “Allah dapat.

Karena itu, dalam doa kita ada satu butir yang harus kita kenal, yakni “Allah dapat”. Bagi Tuhan tiada perkara yang “mustahil”.

b) Masalah Kehendak Tuhan — Allah Mau

Memang benar Allah dapat, tetapi bagaimanakah kita mengetahui bahwa Allah mau menyembuhkan kita? Kita tidak mengetahui kehendakNya. Jika Tuhan enggan menyembuhkan kita, bagaimana jadinya? Mari kita melihat sebuah kisah lain. Dalam Markus 1:41 tercanturn perkataan demikian, “Lalu tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan. Ia mengulurkan tangan-Nya, menyentuh orang itu dan berkata kepadanya: Aku mau, jadilah engkau tahir.” Di sini kita melihat bukan masalah Allah dapat atau tidak, melainkan Allah mau atau tidak. Sekalipun kekuatan Allah itu sangat besar, jika Allah enggan menyembuhkan, apakah gunanya bagi kita? Jika Allah tidak berniat menyembuhkan sakit kita, tak peduli betapa besar kekuatan-Nya, itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan kita. Jadi, masalah pertama yang harus dibereskan ialah “Allah dapat”, sedang yang kedua ialah “Allah mau”. Tuhan Yesus berkata kepada orang yang sakit kusta itu, “Aku mau”. Kitab Perjanjian Lama menunjukkan kepada kita bahwa penyakit kusta adalah sejenis penyakit yang najis (Im. 13,14). Siapa saja menyentuh orang yang sakit kusta, ia akan najis. Kasih Tuhan sangatlah besar, karena itu Ia berkata, “Aku mau”. Tuhan lalu mengulurkan tangan-Nya, menyentuh orang itu, dan orang itu segera menjadi tahir. Orang yang sakit kusta berdoa kepada Tuhan, Tuhan mau mentahirkannya, masakan Tuhan tidak mau menyembuhkan sakit kita, masakan Tuhan tidak sudi mengabulkan doa kita? Maka kita dapat mengatakan, “Allah dapat”, “Allah mau”.

c) Masalah Perbuatan Tuhan — Allah Telah

Kita telah mengetahui “Allah dapat” dan “Allah mau”, tetapi masih kurang satu hal lagi yang harus kita ketahui, yaitu “Allah telah”. Untuk ini kita perlu kembali ke firman Tuhan yang pernah kita bahas di muka, yaitu firman dalam injil Markus 11:24 — “Apa saja yang kamu doakan dan minta, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.” Di sini dibicarakan masalah “Allah telah”.

Apakah iman? Iman tidak hanya percaya bahwa Allah dapat dan Allah mau, tetapi juga percaya bahwa Allah telah melakukan, Allah telah menggenapkan. Jika Anda percaya bahwa Anda telah menerima, maka hal itu akan diberikan kepada Anda. Jika Allah memberi firman kepada Anda, dan Anda dapat percaya, yakin dan tahu bahwa Allah dapat, Allah mau, maka niscayalah Anda dapat bersyukur kepada Allah dan berkata, “Allah telah melakukan!” Justru dalam hal ini banyak orang yang bingung, sehingga doanya tidak dikabulkan, sebab ia terus mengharap-harapkan memperoleh pengabulan. Pengharapan ialah perkara yang akan datang, sedang percaya itu perkara yang telah berlalu. Setiap iman yang sejati selalu berkata, “Puji syukur kepada Allah, Ia telah menyembuhkan sakitku! Syukur kepada Allah, aku telah mendapat! Syukur kepada Allah, aku telah tahir! Syukur kepada Allah, aku telah sembuh!” Maka ketika iman kita mencapai kesempurnaan, tidak saja kita dapat berkata, “Allah dapat”, “Allah mau”, bahkan “Allah telah melakukan”.

Allah telah mengabulkan doa! Allah telah melaksanakannya! Apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu. Seringkali iman kita adalah iman yang “akan menerima”, karena itu kita selalu tidak menerima. Kita seharusnya memiliki iman yang “telah menerima”. Iman selalu membicarakan “telah”,tidak membicarakan “akan”.

Baiklah kita mengambil satu perumpamaan yang sederhana: Misalkan ada seseorang telah mendengar Injil, Anda bertanya kepadanya, “Sudahkah Anda percaya kepada Tuhan Yesus?” Jawabnya, “Sudah”. Anda bertanya lagi, “Sudahkah Anda beroleh selamat?” Jawabnya, “Aku bisa beroleh selamat.” Kita tahu jawaban ini tidak cukup. Tanya lagi, “Sudahkah Anda diselamatkan.” Jawabnya, “Aku tentu bisa diselamatkan.” Jawaban ini juga tidak cukup. Sekali lagi Anda bertanya, “Benarkah Anda pasti beroleh selamat?” Jawabnya, “Aku kira aku pasti bisa beroleh selamat.” Setelah mendengar jawabannya, kita tetap merasa bahwa perasaan imannya itu tidak benar. la berkata “bisa” diselamatkan, “tentu bisa” beroleh selamat, atau “pasti bisa beroleh selamat”, semua itu menyatakan bahwa perasaannya tidak benar. Jika ia berkata “Ya, aku sudah beroleh selamat” perasaannya baru benar. Jika seseorang sudah percaya, ia pasti sudah beroleh selamat. Demikian pula, setiap iman adalah percaya kepada yang “telah”, sama dengan iman seseorang ketika ia beroleh selamat. Begitu percaya harus segera berkata, “Puji syukur kepada Allah, aku sudah menerima!” Ketiga butir ini harus kita pegang teguh: Allah dapat, Allah mau dan Allah telah.

Iman bukan sugesti, melainkan karena kita telah memperoleh firman Allah, sehingga percaya dengan pasti, bahwa Allah dapat, Allah mau, dan Allah telah. Sebelum beroleh firman Allah, jangan sekali-kali kita mencobai Allah dengan menyerempet bahaya rohani atau melakukan petualangan rohani. Sugesti bukan iman. Setiap sakit yang beroleh kesembuhan ilahi karena iman sejati, tidak takut diperiksa dokter (Mrk 1:44). Jika seseorang benar-benar telah mendapat kesembuhan ilahi dan diperiksa oleh dokter, pasti terbukti bahwa itu bukan sugesti, melainkan benar-benar telah mendapat kesembuhan.

Ada dua langkah yang perlu diperhatikan oleh saudara saudari yang baru percaya dalam permulaan berlatih berdoa. Pertama, berdoa dari belum ada janji sampai beroleh janji, atau berdoa dari belum ada firman Allah hingga beroleh firman Allah. Setiap doa, pada awalnya selalu memohon kepada Allah, dan berdoa terus-menerus, sekalipun memakan waktu tiga atau lima tahun lamanya, harus berdoa terus. Adakalanya doa kita baru lewat semenit saja, sudah dikabulkan Allah, tetapi ada juga yang belum dikabulkan walau sudah bertahun-tahun. Ini adalah periode berdoa atau memohon. Sedang langkah kedua ialah berdoa dari setelah beroleh janji sampai terwujudnya janji itu, atau dari setelah beroleh firman hingga terlaksananya firman itu. Inilah periode memuji. Dalam periode ini tidak seharusnya memohon lagi, melainkan harus memuji. Jadi tahap pertama ialah berdoa, tahap kedua ialah memuji Tuhan. Kalau pada tahap pertama kita berdoa dari tiada firman sampai menerima firman, maka pada tahap kedua kita berdoa dari memiliki firman hingga memuji-muji Tuhan, dan terus memuji sampai menerima apa yang kita doakan itu. Itulah rahasia berdoa.

Ada orang yang hanya mengenal doa dalam dua tahap saja: pertama, ia tidak memiliki sesuatu, karena itu ia berlutut berdoa; kedua, ia menerima sesuatu, yaitu Allah memberikan apa yang didoakannya itu. Misalnya aku datang ke hadapan Tuhan, memohon agar Ia memberiku sebuah arloji, beberapa hari kemudian Tuhan benar-benar mengaruniakan arloji itu kepadaku. Itulah artinya berdoa dari hampa tangan sampai menerima sesuatu, itu hanya dua tahap. Mereka tidak mengenal di antaranya ada satu tahap lagi, yaitu tahap iman. Aku berdoa untuk sebuah arloji, pada suatu hari aku berkata, “Syukur kepada Allah, la telah mengabulkan doaku. Batinku jelas aku sudah menerimanya; walau kedua tanganku masih kosong, tetapi beberapa hari lagi arloji itu pasti sudah kumiliki.” Kita jangan hanya nampak dua tahap saja: ada arloji dan tidak ada arloji, tetapi wajib pula nampak tiga tahap: di antara ada dan tidak ada arloji, masih ada tahap Allah memberiku firman dan janji, dan aku percaya, aku pun gembira. Boleh jadi tiga hari kemudian aku baru menerima arloji itu. Tetapi dalam rohku, aku sudah menerimanya tiga hari sebelumnya. Orang Kristen harus memiliki penerimaan di dalam roh yang sedemikian. Tanpa perasaan penerimaan di dalam roh yang demikian, itu berarti tidak memiliki iman.

Kiranya setiap orang yang baru percaya dapat memahami apakah iman itu, dan mau belajar berdoa. Mungkin Anda telah berdoa tiga hari, lima hari, sebulan, bahkan setahun, terus berdoa, masih tetap hampa tangan, namun di dalam hati telah ada sedikit kepastian, dan merasa perkaranya telah sukses; pada saat ini Anda harus memuji Allah, sampai Anda menerima perkara yang Anda doakan itu. Singkatnya, tahap pertama ialah berdoa dari hampa tangan sampai beriman, kedua, memuji dari beriman hingga mendapatkan apa yang Anda doakan.

Mengapa harus terbagi dalam dua tahap? Sebab telah kita berdoa dari hampa tangan sampai beroleh iman, kalau kita mengulangi doa itu, iman kita malah akan pudar. Maka bila telah beroleh iman, segeralah memuji Allah. Seandainya kita berdoa lagi, itu akan berarti berdoa dari beriman sampai tak beriman, akhirnya tidak mendapatkan sesuatu. “Akan menerima” itulah penerimaan dalam tangan, sedang “telah menerima” itulah penerimaan dalam roh. Setelah beroleh iman, walau barangnya belum ada, kita harus mendesak-Nya melalui memuji, jangan mendesak-Nya dengan doa lagi. Karena Allah telah berfirman akan mengabulkan doa kita, apa lagi yang perlu kita doakan? Kalau batin Anda telah yakin dengan pasti bahwa Anda “telah menerima”, untuk apa Anda memohon lagi? Hal ini banyak dialami orang Kristen, yaitu berdoa hingga beriman, kemudian tidak berdoa lagi, melainkan hanya dapat berkata, “Oh Tuhan, terpujilah Engkau!” Berpegang pada iman itulah kita berkata, “Terpujilah Engkau, ya Tuhan, karena Engkau telah mengabulkan doaku”; atau “Puji Tuhan sebulan yang lalu Engkau telah mengabulkan doaku.” Jika demikian, niscayalah Anda telah menerima. Sayang sekali, banyak orang kekurangan pengenalan ini. Allah telah memberi janji, namun ia tetap mendoakan, dan berdoa hingga imannya lenyap. Itulah suatu kerugian yang sangat besar.

Sungguh alangkah mustika kata-kata dalam Markus 11:24 ini. Dalam seluruh kitab Perjanjian Baru tidak ada ayat lain yang menjelaskan makna iman setuntas ayat tersebut. “Apa: saja yang kamu doakan dan minta, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.” Bila kita nampak masalah ini, dan juga mengetahui apa arti berdoa, maka hal doa atas diri kita akan menjadi hal yang hebat.

5. Harus Terus Berdoa

Ada lagi satu butir dalam berdoa yang wajib diperhatikan, yaitu harus dilakukan secara terus-menerus, jangan berhenti. Dalam Injil Lukas 18:1 dikatakan, “Harus selalu berdoa tanpa jemu-jemu.” Adakalanya doa harus dilakukan terus-menerus, sampai seolah-olah membuat Tuhan repot dan tidak dapat tidak mengabulkan doa kita. Ini juga merupakan satu iman lagi. Kata Tuhan, “Jika Anak Manusia itu datang, apakah la akan mendapati iman di bumi?” (Luk. 18:8). Iman di sini walaupun tidak sama dengan yang disebut di depan, tetapi tidak bertentangan. Kalau Markus mengatakan harus berdoa sampai beroleh iman, maka di sini harus selalu berdoa tanpa jemu-jemu, yaitu percaya bahwa doa kita di hadapan Allah yang tak henti-hentinya ini pada suatu hari tak dapat tidak Allah kabulkan. Beroleh janji atau tidak, tidak kuhiraukan, pokoknya aku ingin berdoa sampai Allah tidak dapat tidak mengabulkannya.

Banyak orang yang doanya tidak dapat diandalkan. Mereka hanya berdoa sehari atau dua hari, setelah lewat tiga bulan sudah dilupakan. Bahkan ada juga yang doanya tidak pernah diulangi, seolah-olah tidak pernah berdoa sama sekali. Coba Anda hitung, berapakah dari doa Anda yang Anda ulangi sampai dua kali, tiga kali, lima kali, atau sepuluh kali? Tidakkah banyak doa yang Anda sendiri lupa, kalau demikian mungkinkah Allah mau mengabulkan? Kalau Anda berdoa tanpa minat, mungkinkah Allah berminat mengabulkan doa Anda? Anda sendiri telah melupakan doa Anda itu, bagaimanakah Allah mau mengingatnya? Sebenarnya Anda sama sekali tidak berminat. Anda harus berkemauan dengan tulus murni, baru bisa mendoakannya terus. Berdoa terus-menerus itu hanya dapat kita lakukan jika kita berada dalam kondisi terdesak, atau dalam keadaan yang sangat memerlukan, dan dalam perasaan yang amat tergerak. Setelah lewat sepuluh tahun pun mungkin tak terlupakan: “Ya Tuhan, bila Engkau tidak melakukannya, aku akan mendoakannya terus.”

Jika Anda ingin memohon sesuatu, Anda boleh merepotkan Allah. Dan jika Anda benar-benar mengingin- kannya, Anda wajib minta terus sampai beroleh pengabulan dari Allah. Terus berdoa sampai Allah tak berdaya, dan tak dapat tidak mengabulkan doa Anda.

III. CARA MEMPRAKTEKKAN DOA

Setiap orang Kristen paling baik menyediakan sejilid buku doa untuk setahun. Buku itu harus dicatat seperti kita mencatat buku kas, atau pembukuan. ‘Tiap halaman dibagi dalam empat kolom, kolom pertama untuk mencatat tanggal mulai berdoa, kolom kedua untuk mencatat perkara yang didoakan, kolom ketiga mencatat tanggal pengabulan, dan kolom keempat mencatat proses pengabulan Allah. Dengan ini Anda akan mengetahui berapa banyak doa Anda dalam setahun, dan berapa pula yang telah dikabulkan. Orang Kristen yang baru percaya perlu menyediakan buku doa semacam ini. Kalau saudara saudari yang telah lama percaya kepada Tuhan mau menyediakan buku doa, ini juga suatu hal yang baik.

Buku catatan doa ini sangat besar manfaatnya, yaitu dapat mengetahui apakah doa-doa kita dikabulkan atau tidak. Bila Allah menghentikan pengabulanNva, itu menunjukkan ada suatu penyakit pada diri kita. Bila orang Kristen ingin bergairah melayani Tuhan, itu memang suatu hal yang sangat baik. Tetapi bila doanya tidak dikabulkan Allah, ia akan tidak berguna. Karena jika jalan kita yang menuju kepada Allah tidak lancar, yang menuju kepada manusia pun takkan lancar; bila kita di hadapan Allah tak berkekuatan, demikian pula di hadapan manusia. Maka kita harus menuntut menjadi orang yang perkasa di hadapan Allah, barulah kita berguna di hadapan manusia.

Ada seorang saudara pernah mencatat sebanyak 140 nama orang untuk didoakan keselamatannya. Ada yang baru dicatatnya pagi hari, sorenya sudah beroleh selamat. Setelah lewat delapan belas bulan, hanya dua orang yang belum diselamatkan. Ini satu teladan yang sangat baik. Kiranya Allah mendapatkan lebih banyak orang Kristen yang demikian. Dan, kiranya kita mau mempraktikkan cara ini. Berapa doa kita, berapa pengabulan Allah, harus kita catat dalam buku doa tersebut satu per satu. Dan sebelum doa-doa yang tercatat dalam buku itu beroleh pengabulan, kita harus mendoakannya terus. Kecuali Allah menunjukkan bahwa doa kita tidak sesuai dengan kehendak-Nya, barulah kita menghentikannya. Selain itu, harus didoakan sampai beroleh pengabulan, sedikit pun jangan lengah. Sejak semula kita harus berlatih dengan ketat. Kita harus belajar menjadi orang yang teliti di hadapan Allah. Doa kita harus dilakukan terus sampai beroleh pengabulan.

Sewaktu Anda menggunakan buku doa, Anda harus memperhatikan satu hal, yakni ada sebagian urusan yang harus didoakan setiap hari, ada pula yang didoakan sekali sepekan secara bergilir, itu tergantung pada jumlah perkara yang Anda doakan. Jika yang Anda doakan sedikit, setiap perkara boleh Anda doakan menurut catatan dalam buku itu. Tetapi jika perkaranya agak banyak, Anda harus mengaturnya; misalnya pada hari Senin mendoakan dari nomor sekian sampai nomor sekian; hari Selasa dari nomor sekian sampai nomor sekian. Hari demi hari harus melakukan doa dalam waktu-waktu yang tetap, sama halnya dengan Anda membagi waktu untuk mengerjakan urusan lain. Buku doa adalah untuk doa-doa yang tetap atau khusus. Buku itu boleh Anda taruh bersama Alkitab dan buku kidung, agar mudah dipakai setiap hari. Selang beberapa saat, boleh Anda hitung, berapa banyak doa yang telah terkabul, dan berapa yang masih belum terkabul. Jika Anda melakukan hal ini dengan tekun, tentu akan mendatangkan banyak berkat.

Mengenai doa yang diajarkan Tuhan dalam Matius6, doa yang disinggung dalam 1 Timotius 2, dan doa memohon terang, hayat, kasih karunia dan talenta untuk gereja, itu merupakan perkara besar, jangan disejajarkan dengan doa biasa, melainkan didoakan di hadapan Allah setiap hari.

Doa mempunyai dua pihak: yakni yang mendoakan dan yang didoakan. Seringkali jika kita ingin melihat perubahan pada pihak yang didoakan, maka pihak yang mendoakan harus terlebih dulu mengalami perubahan. Kalau keadaan pihak sana selalu tak berubah, maka pihak sini harus berdoa di hadapan Allah, “Tuhan, perubahan apakah yang kuperlukan? Dosa apakah yang belum kutanggulangi? Hobi apakah yang wajib kutanggalkan? Mungkinkah aku belum belajar beriman dengan sesungguhnya? Ataukah ada sesuatu lainnya yang perlu kupelajari?” Jika pihak kita perlu perubahan, wujudkanlah lebih dulu. Jangan selalu mengharapkan pihak yang didoakan itu yang berubah, sedangkan kita, pihak yang mendoakan, tidak mau berubah.

Begitu seseorang percaya Tuhan, wajiblah ia mempelajari pelajaran doa dengan seksama. Pelajaran doa ini harus dipelajari lebih dulu sebaik-baiknya, barulah ia dapat mengenal Allah lebih dalam, dan barulah ia bisa memiliki masa depan rohani yang kaya limpah.

Published by

filadelfia

orang yang tidak sempurna dikasihi oleh Dia yang sempurna